• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN ALAT UKUR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SECARA TERINTEGRASI PADA SEMUA DEPARTEMEN MENGGUNAKAN BRITISH AMERICAN TOBACCO ROADMAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN ALAT UKUR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SECARA TERINTEGRASI PADA SEMUA DEPARTEMEN MENGGUNAKAN BRITISH AMERICAN TOBACCO ROADMAP"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

SECARA TERINTEGRASI PADA SEMUA DEPARTEMEN

MENGGUNAKAN BRITISH AMERICAN TOBACCO ROADMAP

(Studi Kasus Alat Ukur Kesehatan dan Keselamatan Kerja

PT. Export Leaf Indonesia)

Skripsi

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

DHITA ANANDYA. NR

I1304005

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

Judul Skripsi:

PENGEMBANGAN ALAT UKUR

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

SECARA TERINTEGRASI PADA SEMUA DEPARTEMEN

MENGGUNAKAN BRITISH AMERICAN TOBACCO ROADMAP

Ditulis oleh:

DHITA ANANDYA. NR

I 1304005

Mengetahui,

Dosen Pembimbing I

Ir. Lobes Herdiman, M.T.

NIP. 19641007 199702 1 001

Dosen Pembimbing II

Fakhrina Fahma, S.TP., M.T.

NIP. 19741008 200003 2 001

Pembantu Dekan I

Fakultas Teknik UNS

Ir. Noegroho Djarwanti, M.T.

NIP. 19561112 198403 2 007

Ketua Jurusan

Teknik Industri

Fakultas Teknik UNS

(3)

commit to user

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Shalawat serta salam kepada Rasulullah Muhammad SAW, Al Amin suri tauladan kita.

Dalam pelaksanaan maupun penyusunan laporan Skripsi ini, penulis telah mendapatkan

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan yang sangat baik ini, dengan

segenap kerendahan hati dan rasa yang setulus-tulusnya, ucapan terima kasih, penulis haturkan

yang sebesar-besarnya kepada:

1.

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan rezeki-Nya serta nikmat dan karunia-Nya.

Anugerah-Mu begitu besar Ya Allah.

2.

Kedua Orang Tua, Kakak dan Adikku tercinta yang selalu memberikan doa, kasih sayang,

semangat dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.

3.

Ir. Noegroho Djarwanti, MT selaku Pembantu Dekan I Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

4.

Ir. Lobes Herdiman, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas

Sebelas Maret dan selaku dosen pembimbing I yang selalu sabar dalam memberikan

pengarahan dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan

lancar.

5.

Fakhrina Fahma, STP, MT, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan pengarahan

dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan lancar.

6.

Ilham Priadythama, ST, MT dan Ir. Munifah, MSIE, MT, selaku dosen penguji yang

berkenan memberikan saran dan perbaikan terhadap tugas akhir ini.

7.

Dosen-dosen Teknik Industri yang telah memberikan ilmu dan nilai yang obyektif selama ini.

8.

Chrisnanda Asharto selaku Head of Operation, EHS and Security PT. Export Leaf Indonesia

yang senantiasa memberi dukungan, semangat dan kesempatan kepada penulis dalam

menyelesaikan studi S1 di Universitas Sebelas Maret.

9.

Fahrudin Herry Prasetyo selaku QA&Lab, EHS Manager PT. Export Leaf Indonesia yang

senantiasa memberi kepercayaan, dukungan, semangat dan kesempatan kepada penulis dalam

menyelesaikan studi S1 di Universitas Sebelas Maret. Bapak sangat berperan dalam

(4)

commit to user

senantiasa mendukung dan turut serta mendoakan penulis agar dapat menyelesaikan studi S1

dengan lancar.

11.

Para Staf dan karyawan Jurusan Teknik Industri, atas segala kesabaran dan pengertiannya

dalam memberikan bantuan dan fasilitas demi kelancaran penyelesaian tugas akhir ini.

12.

Sahabat-sahabatku, teman seperjuanganku tercinta (Angkatan 2004 Program Studi S1 Non

Reguler) yang telah memberikan doa, dorongan, dan semangat kepada penulis, terima kasih

atas bantuan dan waktunya.

13.

Eko Nur Sasongko yang selalu siap memberikan waktu dan tenaganya untuk mendukung

baik secara moral maupun spiritual, semoga segala tujuan baik kita selalu diberi jalan yang

mudah dan jalan yang terbaik menurut-Nya, amin.

14.

Seluruh pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala bimbingan,

bantuan, kritik, dan saran dalam penyusunan tugas akhir ini.

Terima kasih untuk semuanya, untuk doa-doa yang diketahui maupun tersembunyi.

Hanya Allah yang dapat mambalas segala kebaikan dan keikhlasan dan kepada-Nya lah segala

sesuatu akan kembali.

Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa maupun siapa saja

yang membutuhkannya. Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis membuka diri atas segala saran dan kritik yang membangun.

Surakarta, 03 Mei 2011

(5)

commit to user

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR VALIDASI ... iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH ... iv

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I

PENDAHULUAN

... I-1

1.1

Latar Belakang ... I-1

1.2

Perumusan Masalah ... I-2

1.3

Tujuan Penelitian ... I-2

1.4

Manfaat Penelitian ... I-2

1.5

Batasan Masalah ... I-3

1.6

Asumsi ... I-3

1.7

Sistematika Penulisan ... I-4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

... II-1

2.1

Tinjauan Umum Perusahaan ... II-1

2.1.1

Sejarah berdirinya PT. Export Leaf Indonesia ... II-1

2.1.2

Proses produksi di PT. Export Leaf Indonesia... II-2

2.1.3

K3 di PT. Export Leaf Indonesia ... II-4

2.2

Analisis Multivariat ... II-9

(6)

commit to user

2.2.3

Uji validitas ... II-17

2.2.4

Uji reliabilitas... II-18

2.2.5

Analisis cluster ... II-19

2.3

Focus Group Discussion (FGD)... II-22

2.3.1

Karakteristik FGD ... II-23

2.3.2

Keunggulan dan kelemahan FGD ... II-23

2.3.3

Prinsip-prinsip FGD ... II-25

2.4

Populasi dan Sampel ... II-25

2.5

Ukuran Sampel ... II-27

2.6

Kuesioner ... II-27

2.7

Skala Pengukuran ... II-29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

... III-1

3.1

Identifikasi masalah ... III-2

3.2

Tahap pengumpulan data ... III-3

3.2.1

Menyusun matrik kesesuaian antar atribut ... III-3

3.2.2

Mengevaluasi kesesuaian atribut ... III-4

3.2.3

Penentuan atribut yang dianggap penting ... III-5

3.2.4

Penetapan atribut untuk alat ukur ... III-6

3.2.5

Penyebaran kuesioner alatt ukur ... III-7

3.3

Tahap pengolahan data ... III-9

3.3.1 Pengujian

validitas

... III-9

3.3.2 Pengujian reliabilitas ... III-9

3.3.3 Analisis

cluster

... III-9

3.4

Analisis dan interpretasi hasil ... III-10

3.5

Kesimpulan dan saran ... III-10

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

... IV-1

4.1

Pengumpulan Data ... IV-1

4.1.1

Identifikasi permasalahan ... IV-1

(7)

commit to user

4.1.4

Evaluasi atribut yang dianggap penting ... IV-19

4.1.5

Penetapan atribut pada alat ukur ... IV-26

4.2

Pengolahan Data ... IV-27

4.2.1 Hasil penilaian responden ... IV-28

4.3

Pengujian Data ... IV-31

4.3.1

Pengujian data atribut K3... IV-31

4.3.2

Uji validitas ... IV-31

4.3.3

Uji reliabilitas... IV-35

4.3.4

Pengujian atas kelompok atribut ... IV-38

BAB V

ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

... V-1

5.1

Analisis hasil ... V-1

5.1.1

Analisis pada tahap analisis faktor ... V-1

5.1.2

Analisis pada tahap analisis cochran ... V-2

5.1.3

Analisis pada tahap forum FGD ... V-3

5.1.4

Analisis pada tahap uji validitas dan reliabiitas ... V-3

5.1.5

Analisis pada tahap analisis cluster ... V-4

5.2

Interpretasi hasil ... V-4

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

... VI-1

6.1

Kesimpulan ... VI-1

6.2

Saran ... VI-1

(8)

commit to user

Halaman

Gambar 2.1

Sistem manajemen K3 di PT. ELI ...II-6

Gambar 2.2

Elemen utama dalam manajemen K3 ...II-8

Gambar 3.1

Metodologi penelitian ...III-1

Gambar 3.2

Diagram alir uji cochran ...III-6

Gambar 3.3

Proses pengolahan data analisis

cluster

...III-10

Gambar 4.1

Mapping identifikasi permasalahan ...IV-1

Gambar 4.2

Penerapan K3 di departemen logistik ...IV-2

Gambar 4.3

Penerapan K3 di departemen processing ...IV-3

Gambar 4.4

Penerapan K3 di departemen engineering ...IV-4

Gambar 4.5

Penerapan K3 di departemen QA & Lab, EHS...IV-4

Gambar 4.6

Penerapan K3 di departemen supporting ...IV-5

Gambar 4.7

Diagram kausal penerapan K3 secara terintegrasi ...IV-6

(9)

commit to user

Halaman

Tabel 2.1 Nilai signifikansi faktor loading berdasarkan jumlah sampel... II-15

Tabel 2.2 Uji Q Cochran... ...II-17

Tabel 3.1 Pemilihan responden pada kuesioner akhir... ...III-8

Tabel 4.1 Atribut alat ukur penilaian K3... ...IV-7

Tabel 4.2 Uji KMO and Bartlett’s pada atribut... ...IV-10

Tabel 4.3 Nilai komunalitas pada atribut... ...IV-11

Tabel 4.4 Nilai

eigenvalue

pada atribut... ...IV-13

Tabel 4.5 Matriks komponen dari atribut... ...IV-15

Tabel 4.6 Hasil klasifikasi atribut pada analisis faktor... ...IV-18

Tabel 4.7 Rekapitulasi penilaian kuesioner awal... ...IV-20

Tabel 4.8 Hasil uji cochran tahap iterasi kedua... ...IV-23

Tabel 4.9 Rekapitulasi uji Cochran... ...IV-24

Tabel 4.10 Daftar atribut alat ukur K3 yang dieliminasi... ...IV-24

Tabel 4.11 Kalimat setara atau perbaikan atribut... ...IV-25

Tabel 4.12 Atribut baru... ...IV-26

Tabel 4.13 Rekapitulasi penilaian kuesioner akhir... ...IV-27

Tabel 4.14 Hasil uji validitas... ...IV-31

Tabel 4.15 Hasil uji reliabilitas... ...IV-34

Tabel 4.16

Cluster centers

pada kuesioner akhir... ...IV-38

Tabel 4.17 Jumlah responden dalam tiap

cluster

... ...IV-39

(10)

commit to user

Halaman

Lampiran 1

Struktur organisasi PT. Export Leaf Indonesia ...L 1

Lampiran 2

Skala penilaian alat ukur K3 di PT. ELI ...L 2

Lampiran 3

Data historis self assessment K3 tahun 2009 ...L 23

Lampiran 4

Matriks korelasi analisa faktor ...L 29

Lampiran 5

Rancangan kuesioner awal ...L 47

Lampiran 6

Rekap hasil penilaian kuesioner awal ...L 50

Lampiran 7

Rancangan kuesioner akhir ...L 51

Lampiran 8

Rekap hasil penilaian kuesioner akhir ...L 54

Lampiran 9

Dendogram dari sub variabel ...L 56

Lampiran 10 Tabel harga kritik r product moment ...L 58

Lampiran 11 Tabel distribusi chi kuadrat ...L 59

Lampiran 12 Jurnal ...L 60

Lampiran 13 Responden terpilih dalam kuesioner akhir ...L 68

Lampiran 14 Hasil uji validitas awal ...L 69

(11)

commit to user

I-1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Alat ukur Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) memiliki peran penting dalam mencapai misi perusahaan yaitu zero accident. Alat ukur tersebut semestinya diimplementasikan secara terintegrasi pada semua departemen dan diperlukan evaluasi efektivitas penerapannya di perusahaan. Sistem manajemen keselamatan PT. Export Leaf Indonesia didasarkan pada proses manajemen empat langkah sederhana yaitu penilaian, perencanaan, implementasi, dan review. Sistem manajemen K3 yang diterapkan di PT. Export Leaf Indonesia dipantau dengan alat ukur K3 yang ada.

Untuk memantau optimalitas penerapan K3 di perusahaan disusun key performance indicator kesehatan dan keselamatan kerja oleh manajamen. Tujuh point Key Performance Indicator untuk periode 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2010 yaitu penggunaan energi (listrik, gas, dan bahan bakar) max. 2.90 Gj/ ton, penggunaan air max. 1.09 m3/ ton, waste recycle min. 98.5%, GHG

emission ratio max. 0.51 tonnes CO2/ mn cigs, tidak ditemukan adanya Lost

Working Case (LWC), tidak adanya kasus serious accident dan tidak ditemukan

(12)

commit to user

I-2

dan langkah perbaikan berkelanjutan antar satu departemen dengan departemen lainnya yang tidak sejalan. Oleh karena itu, diperlukan adanya evaluasi terhadap alat ukur kesehatan dan keselamatan kerja yang telah ada di PT. Export Leaf Indonesia sehingga alat ukur dapat digunakan secara terintegrasi pada semua departemen, memberikan pemahaman yang sama atas atribut ukurnya diantara departemen dan menghasilkan langkah perbaikan berkelanjutan antar satu departemen dengan departemen lainnya yang sejalan dalam mencapai key performance indicator (KPI) yang dipersyaratkan.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Penelitian pada perusahaan pengolahan daun tembakau sesuai latar belakang yang dipaparkan diatas, maka perumusan masalah penelitian ini yaitu “Bagaimana mengembangkan alat ukur kesehatan dan keselamatan kerja secara terintegrasi pada semua departemen menggunakan British American Tobacco Roadmap”.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian mengenai pengembangan alat ukur kesehatan dan keselamatan kerja secara terintegrasi pada semua departemen menggunakan

British American Tobacco Roadmap, yaitu:

1. Mengevaluasi alat ukur kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan tembakau.

2. Mengembangkan alat ukur kesehatan dan keselamatan kerja (K3) sehingga dapat mengukur secara terintegrasi mengenai efektivitas penerapan sistem kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang berlangsung mulai dari persiapan bahan baku sampai ke hasil pengolahan.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

(13)

commit to user

I-3

1. Menghasilkan rancangan alat ukur kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang lebih akomodatif dan terintegrasi untuk semua departemen di perusahaan pengolahan daun tembakau.

2. Rancangan alat ukur kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang didapatkan akan direkomendasikan kepada BAT Global agar dapat disetujui dan diimplementasikan untuk meningkatkan penerapan K3 di perusahaan.

1.5 BATASAN MASALAH

Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Aspek K3 diukur dan dinilai berdasarkan penanganan serta administrasi kerja. 2. Langkah evaluasi dilakukan dengan membandingkan atribut kesehatan dan

keselamatan kerja (K3) pada kondisi nyata dengan standar skala penilaian yang didefinisikan di dalam RoadmapBritish American Tobacco.

3. Penilaian kondisi kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada perusahaan dimulai dari tahap bahan baku dipersiapkan untuk diproses sampai penyimpanan bahan jadi.

4. Data dokumen self assessment evaluasi penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang digunakan dalam penelitian adalah data dokumen pada tahun 2009.

1.6 ASUMSI

Asumsi digunakan untuk menyederhanakan permasalahan yang diteliti. Asumsi yang digunakan dalam laporan penelitian ini, yaitu:

1. Penilaian berdasarkan penanganan serta administrasi kerja menginterpretasikan tingkat pencapaian pada kondisi nyata penerapan K3 di perusahaan.

(14)

commit to user

I-4 1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan laporan penelitian ini disusun secara sistematis agar mempermudah dalam membaca dan memahami hasil dari penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang gambaran umum PT. Export Leaf Indonesia yang merupakan tempat dilaksanakannya penelitian. Menyajikan informasi mengenai sejarah perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi, bahan baku, peralatan, proses produksi. Selain itu juga berisi landasan teori yang memuat teori-teori yang menunjang dalam pengolahan data, yaitu membahas mengenai kesehatan dan keselamatan kerja dan metode-metode pengukuran yang berguna sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi langkah-langkah penyelesaian masalah secara umum. Tahapannya meliputi penetapan perumusan masalah, pengumpulan data, pengolahan data, analisis dan interpretasi hasil, dan kesimpulan dan saran yang disertai dengan penjelasan dan gambar diagramnya. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisi data-data yang diperlukan untuk penyelesaian masalah yang berupa data-data perusahaan yang kemudian diolah dan diuji dengan metode yang ditetapkan dalam metode penelitian serta sesuai dengan landasan teori yang ada.

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

(15)

commit to user

I-5 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

(16)

commit to user

I-6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN PERUSAHAAN

Sub bab ini membahas tentang gambaran umum PT. Export Leaf Indonesia yang merupakan tempat dilaksanakannya penelitian. Menyajikan informasi mengenai sejarah berdirinya perusahaan, visi dan misi, hasil produksi, lokasi perusahaan, struktur organisasi, manajemen sumber daya manusia, bahan baku, peralatan produksi, proses produksi, material handling dan administrasi logistik.

2.1.1 Sejarah Berdirinya PT. Export Leaf Indonesia

PT. Export Leaf Indonesia adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pengolahan dan pengeringan tembakau (Green Leaf Treshing Plant). Sebelum berdirinya PT. Export Leaf Indonesia, pada akhir tahun 1957, perusahaan ini awalnya adalah pabrik gula, yaitu pabrik gula Rasamadu. Setelah pabrik gula ini berakhir, kemudian antara tahun 1958–1968 didirikan PNP Tembakau VII yang bergerak dibidang pengeringan tembakau. Pada tahun 1968 PNP Tembakau VII dan PNP Tembakau IV bergabung menjadi PNP XIX. Pada tahun 1969 PT. BAT Indonesia mulai mengeringkan tembakaunya di PNP XIX. Pada tahun 1979 PNP XIX melakukan perluasan area processing dengan membuka threshing line yaitu proses pengolahan tembakau yang memisahkan antara daun dan batang dari tembakau kemudian diteruskan dengan proses pengeringan. Pada tahun 1990 mesin threshing tersebut ternyata tidak produktif (tidak memberikan untung), maka pabrik PNP Tembakau XIX menjualnya kepada Koperasi Kareb. Pada tahun 1994 Koperasi Kareb membeli lahan seluas 5,7 hektar dan mendirikan bangunan di lahan itu. Pada tahun 1995 tepatnya pada bulan april PT. BAT KAREB mendapatkan sertifikat tanah seluas 2,2 hektar.

Pada tanggal 16 Desember 1995 berdirilah PT. BAT KAREB yang diresmikan oleh Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Bapak Ir. Subiakto Tjakrawerdaya. PT. BAT KAREB adalah perusahaan joint venture

(17)

commit to user

I-7

sahamnya terbagi atas 70% dimiliki oleh PT. BAT Indonesia, Tbk dan 30% dimiliki oleh Koperasi KAREB. Pada tahun 2006 PT. BAT Indonesia, Tbk membeli semua saham sehingga menjadi 100% milik PT. BAT Indonesia, Tbk kemudian diubah namanya menjadi PT. Java Tobacco pada tanggal 22 Agustus 2006. Pada bulan Desember 2007, 100% kepemilikan saham PT. Java Tobacco berpindah tangan dan dimiliki oleh British American Tobacco Plc. dan mengubah nama perusahaannya menjadi PT. Export Leaf Indonesia.

2.1.2Proses Produksi di PT. Export Leaf Indonesia

Proses produksi pada PT. Export Leaf Indonesia ini merupakan proses pengeringan dan pengolahan tembakau. Secara garis besar proses threshing yang dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut:

Proses redrying and threshing dimulai dari logistik, dimana tembakau (utuh) diangkut dari station dengan truk ke logistik, yang nantinya diturunkan di laid down area. Tembakau ditimbang ulang, dan diambil sampelnya untuk diperiksa kadar kelembaban atau MC (moisture content) di laboratorium kemudian pihak logistik mengirimlan laid down ke bagian pemrosesan.

Proses pertama tembakau masuk ke feeding table. Pada feeding table,

diujung alatnya terdapat dua alat potong tie leaf cutter untuk memotong ujung atau batang bawah daun. Setelah melewati tie leaf cutter tembakau terpisah menjadi tips (bagian atas daun) dan leaf (bagian bawah daun). Keduanya diproses menurut spesifikasinya. Tips masuk ke dalam Tips conditioning cylinder, disini

tips yang masuk disemprot (diberi air atau panas tertentu), dengan tujuan agar tips

yang tadinya saling menempel satu sama lain dapat terlepas dan mengembang. Setelah keluar dari Tips conditioning cylinder, tips masuk pada picking tables.

Fungsi dari picking tables disini adalah untuk menghilangkan atau sortage

.foreign matter, kotoran-kotoran, jamur dan tali pengikat atau karet. Tembakau

yang sudah bersih dari kotoran masuk ke air separator. Air separator disini berbentuk pipa saluran yang menghisap tips, selanjutnya bertemu dengan hasil

(18)

commit to user

I-8

cylinder, bedanya sandreel mempunyai filter untuk memisahkan antara kotoran atau dust dan daun. Daun yang lolos dari filter sandreel disortage ulang dipicking tables. Tembakau atau leaf yang sudah bersih masuk ke auto feeder, auto feeder

ini berfungsi untuk mengatur kerataan tembakau dan mengumpan ke metering

band yang mengatur kerataan tembakau atau mempertahankan jumlah input

(kg/ jam) tembakau agar jumlahnya tetap. Sebelum masuk ke dalam alat threshing

tembakau melewati 2nd conditioning cylinder. Proses selanjutnya threshing, threshing terdiri dari 5 stages C & C, thresher dan separator, yaitu:

1. Stage 1, berisi 1 thresher dan 3 separator. 2. Stage 2, berisi 1 thresher dan 3 separator. 3. Stage 3, berisi 1 thresher dan 2 separator. 4. Stage 4, berisi 1 thresher dan 1 separator. 5. Stage 5, berisi 1 thresher dan 1 separator.

Stage disini berfungsi pencacahan atau thresher agar sempurna. Pada stage 1 tembakau yang sudah tercacah kotorannya tersaring, sedangkan leaf daunnya masuk ke ducting (saluran pipa) dari sini leaf dihembus oleh blower ke winnower, disini leaf masuk ke dalam separator. Leaf yang sudah benar-benar terbentuk menjadi produk lamina, menuju ke proses selanjutnya. Sedangkan leaf yang belum sempurna masuk ke separator kedua dan ketiga dan seterusnya sampai

stage 5. Setelah stage 5 leaf benar-benar terpisah antara lamina (daun) dan stem

(batang). Pada saat proses threshing ini produk sampingannya adalah debu dan kotoran lain. Debu dan kotoran tersebut disedot di dust room dan disaring. Keluaran dari mesin thresher nantinya dicampur dengan tips (dari air separator) masuk ke dalam blending bin. Maksud dari pencampuran ini agar blend dari logistik merata. Dalam blending bin pencampuran dilakukan oleh suatu alat yang dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, sehingga tembakau yang masuk tercurah ke bawah menjadi blotong (endapan tembakau). Blotong ini digerakkan ke depan oleh alat conveyor, nantinya endapan tersebut dipotong dengan pisau (doffer). Tembakau yang masuk awal dan akhir tercampur secara merata setelah keluar dari

(19)

commit to user

I-9

tembakau dipisahkan menjadi 3 kelompok yaitu fines (lamina dengan ukuran kecil), lamina (daun) dan dust (debu atau kotoran).

Proses pemanasan fines dilakukan di fines heater, .fines yang berupa

potongan kecil daun masuk ke dalam lamina dryer, kemungkinan fines ini menyumbat lubang filter yang ada di lamina dryer, ataupun fines masuk ke filter

bercampur dengan debu. Lamina pemanasannya langsung ke dalam lamina dryer,

keduanya (lamina dan fines)bercampur dan diambil test sample untuk mengetahui kadar kelembabannya.

Setelah lamina danfines bercampur, selanjutnya adalah tahap pengepresan. Tahap ini dilakukan di ballpress dimana tembakau yang sudah diolah dipress dengan ukuran 90 x 60 cm. Sedangkan ketinggiannya dapat diatur sesuai permintaan pelanggan. Tembakau olahan yang sudah dipress ditimbang (weighing) berat ball, baru kemudian dilakukan penutupan atau penjahitan (wrapping) dengan karung goni atau tikar atau papan. Tahap terakhir adalah pemberian label (stenciling), disini pada setiap ball dibeli nama, berat, dan nomer

ball. Tembakau olahan antara lamina dan tips ini disebut RL strips (redry leaf strips) atau potongan daun yang dikeringkan.

Keluaran lain dari thresher yaitu stem melalui proses yang sama seperti proses lamina dan .fines dari thresher, debu atau kotoran dipisahkan dari stem.

Pemanasan awal dengan stem dryer, setelah kering stem masuk ke dalam shaker stem cleaning, disini stem dibersihkan dari debu atau kotoran yang masih melekat,

proses terakhirnya adalah packing dengan CBC (penutup, sejenis karton tebal) kemudian ditimbang dan diberi stencil. Stem yang sudah diolah ini disebut RL stem (redry leaf stem)atau stem yang kering. Akhirnya kedua produk ini (RL stem

dan RL stips) masuk ke logistik (RL store).

2.1.3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja di PT. Export Leaf Indonesia

British American Tobacco bertujuan untuk menerapkan standar

(20)

non-commit to user

I-10

perusahaan di lokasi perusahaan dan pelestarian lingkungan fisik dan. untuk memberikan prioritas tinggi untuk kegiatan ini. Perusahaan berkomitmen untuk:

• Menyediakan dan memelihara lingkungan kerja yang aman dan sehat termasuk sistem kerja yang aman bagi seluruh karyawan dan personil non-perusahaan di lokasi perusahaan.

• Memperhatikan semua dampak kegiatan terhadap lingkungan.

• Mematuhi semua hukum nasional dan internasional yang berlaku dan peraturan yang mempengaruhi kegiatan bisnis mereka.

• Menetapkan prosedur untuk menilai dan meninjau kesehatan, lingkungan dan dampak keselamatan kegiatan saat ini dan masa yang datang secara teratur.

• Mencari terus menerus untuk mengidentifikasi proaktif dan biaya langkah-langkah efektif yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan karyawan dan non-perusahaan personil di perusahaan.

Sistem manajemen keselamatan British American Tobacco didasarkan pada proses manajemen empat langkah sederhana, yang ditunjukkan pada gambar 2.1, yang bertujuan untuk memberikan perbaikan secara terus menerus dalam kinerja operasional dan manajerial. Keempat langkah tersebut adalah:

• Penilaian, yaitu identifikasi persyaratan peraturan yang berlaku dan risiko EHS, penilaian aspek EHS dan dampak, penetapan tujuan dan sasaran.

• Perencanaan, yaitu pembentukan struktur organisasi dan tanggung jawab, pengembangan program manajemen untuk secara efektif mengurangi dan mengendalikan risiko bisnis dan meningkatkan kinerja EHS, dan pengembangan rencana darurat dalam hal terjadi kegagalan sistem.

• Implementasi, yaitu pengembangan instruksi kerja dan prosedur, menginstal kontrol fisik, pelatihan karyawan dan lain-lain sesuai kebutuhan, berkomunikasi persyaratan sistem dan kinerja, dan memelihara catatan dan dokumentasi.

(21)

commit to user

I-11

Gambar 2.1 Sistem Manajemen K3 PT. Export Leaf Indonesia

Menurut Suma’mur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja atau masyarakat pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit umum. Sedangkan yang dimaksud dengan keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Suma’mur, 1993).

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03 /MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.

(22)

commit to user

I-12

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja. 3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Terdapat 4 faktor yang bergerak dalam satu kesatuan berantai yaitu lingkungan, bahaya, peralatan dan manusia. Pencegahan terhadap dampak yang terjadi seperti kecelakaan kerja maupun dampak terhadap lingkungan, berikut adalah beberapa konsep yang disampaikan oleh para pakar, yaitu:

1. Menurut Bennett NBS (1995) bahwa teknik pencegahan kecelakaan harus didekati dengan dua aspek, yakni aspek perangkat keras (peralatan, perlengkapan, mesin, letak dan sebagainya) dan aspek perangkat lunak (manusia dan segala unsur yang berkaitan).

2. Menurut Julian B. Olishifski (1985) bahwa aktivitas pencegahan kecelakaan dalam keselamatan kerja profesional data dilakukan dengan beberapa hal berikut: menekan kejadian yang membahayakan dari mesin, cara kerja, material dan struktur perencanaan, memberikan alat pengaman agar tidak membahayakan sumber daya yang ada dalam perusahaan tersebut dan memberikan training kepada tenaga kerja atau karyawan tentang kecelakaan dan keselamatan kerja, memberikan alat pelindung diri tertentu terhadap tenaga kerja yang berada pada area yang membahayakan.

3. Menurut Suma’mur (1996), kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan 9 hal, sebagai berikut:

(23)

commit to user

I-13

b. Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau tidak resmi mengenai syarat keselamatan sesuai instruksi peralatan industri dan alat pelindung diri (APD).

c. Pengawasan untuk memastikan undang-undang senantiasa dipatuhi.

d. Penelitian bersifat teknik misalnya tentang bahan-bahan berbahaya, pagar pengaman, pengujian APD, pencegahan ledakan dan peralatan lainnya. e. Riset medis terutama meliputi efek fisiologis dan patologis, faktor

lingkungan dan teknologi serta keadaan yang mengakibatkan kecelakaan. f. Penelitian psikologis meliputi penelitian tentang pola kewajiban yang

mengakibatkan kecelakaan.

g. Penelitian secara statistik untuk menetapkan jenis kecelakaan yang terjadi. h. Pendidikan dan pelatihan.

i. Asuransi atau insentif financial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan dan usaha keselamatan pada tingkat perusahaan.

Aspek K3 yang penting untuk dikendalikan diantaranya emisi udara, pembuangan dan pengolahan limbah, kebisingan, bau, radiasi, analisis dampak lingkungan, pengemasan, penggunaan bahan, penggunaan energi, penggunaan produk, pembuangan produk, keamanan proses dan keselamatan masyarakat, kesehatan dan keselamatan karyawan.

Beberapa elemen utama yang mempengaruhi keberhasilan manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di suatu perusahaan.

Gambar 2.2 Elemen utama dalam manajemen K3

(24)

commit to user

I-14 2.2ANALISIS MULTIVARIAT

Dalam melakukan penelitian, tahapan analisis data memiliki peran penting untuk menggali informasi dari observasi yang dilakukan (Sekaran, 1992; Neuman, 1994). Pada penelitian-penelitian yang melibatkan variabel majemuk, salah satu alat analisis yang sering digunakan adalah teknik analisis multivariat. Untuk mendapatkan informasi yang tepat dan valid, pemilihan teknik analisis multivariat harus memperhatikan tujuan penelitian yang dilakukan, asumsi dasar teknik analisis multivariat yang dipilih, dan skala pengukuran yang digunakan pada saat pengumpulan data.

Analisis multivariat didefinisikan sebagai semua metode statistik yang menganalisis beberapa pengukuran (variabel-variabel) yang ada pada setiap obyek dalam satu atau banyak sampel secara simultan (Dillon and Goldstein, 1984). Berdasarkan definisi tersebut, setiap teknik analisis yang melibatkan lebih dari dua variabel secara simultan dapat dianggap sebagai analisis multivariat. Teknik analisis multivariat secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok besar (Hair

et. al., 1998), yaitu:

1. Dependence methods

Teknik multivariat yang di dalamnya terdapat variabel atau set variabel yang diidentifikasikan sebagai variabel tergantung (dependent variable) dan variabel lainnya sebagai variabel bebas (independent variable). Metode ini meliputi multiple regression analysis, multiple discriminant analysis, logistic regression, multivariate analysis of variance (MANOVA), conjoint analysis, canonical correlation analysis dan structural equation modeling (LISREL). 2. Interdependence methods

Teknik multivariat dimana semua variabel dianalisis secara simultan, tidak ada variabel yang didefinisikan bebas atau tergantung. Metode ini meliputi factor analysis, cluster analysis, dan multi dimensional scaling (MDS).

2.2.1 Analisis Faktor

(25)

commit to user

I-15

penyederhanaan data (Hair dkk., 1998). Dengan kata lain, untuk mengekstrak variabel-variabel penelitian yang umumnya berjumlah sangat banyak menjadi beberapa variabel baru (faktor) sehingga memudahkan pengolahan data selanjutnya dengan tetap mempertahankan informasi awal yang terkandung di dalamnya (Dillon dan Goldstein, 1984). Pada analisis faktor, tidak ada variabel yang didefinisikan bebas atau tergantung, semua variabel diperhitungkan secara simultan.

Langkah-langkah analisis faktor menurut Hair et. Al tahun 1998 dapat dibagi dalam empat tahap, yaitu penentuan penyusunan matrik korelasi, pengujian asumsi, pemilihan metode ekstraksi dan penentuan jumlah faktor, pemilihan metode rotasi dan interpretasi faktor.

1.Penyusunan matrik korelasi.

Matrik data mentah berukuran n x p (n objek dan p variabel) yang berisi hasil kuesioner diubah menjadi matrik korelasi. Dalam matrik korelasi, variabel-variabel yang diukur mempunyai unit dan skala pengukuran yang berbeda. Penggunaan matrik ini untuk menghilangkan perbedaan yang diakibatkan oleh

mean dan dispersi variabel. 2.Pengujian asumsi.

Sebelum masuk pada proses analisis faktor, terdapat asumsi-asumsi dasar yang harus dipenuhi. Asumsi-asumsi korelasi yang dipenuhi untuk menilai tepat atau tidaknya menggunakan analisis faktor tersebut, yaitu:

a. Besar korelasi antar variabel independen harus cukup kuat atau di atas 0.3. b. Besar korelasi parsial yaitu korelasi antar dua variabel dengan menganggap

tetap variabel lain, justru harus kecil atau mendekati nol.

Nilai korelasi pada matriks korelasi dapat dihitung dengan rumus korelasi pada persamaan 4.1 sebagai berikut:

(26)

commit to user

I-16

c. Uji hipotesis bahwa matrik korelasi adalah bukan matrik identitas, dengan menggunakan Bartlett’s Test of Sphericity. Nilai signifikansi yang diperoleh dari Bartlett’s Test of Sphericity harus lebih kecil dari 0.05 (sig < 0.05). d. Asumsi ukuran kecukupan sampling yang diuji dengan Kaiser-Meyer-Olkin

(KMO) dan Measure of Sampling Adequacy (MSA).

KMO merupakan indek untuk membandingkan besarnya koefisien korelasi amatan dengan koefisien parsial, yang berarti bahwa besar koefisien korelasi keseluruhan variabel pada matrik korelasi harus signifikan di antara paling sedikit beberapa variabel. Angka KMOdisyaratkan harus lebih dari 0.5.

ij ij ij a r r KMO 2 2 2

+

= untuk ij ...persamaan 2.2

dengan;

ij

r2 = koefisien korelasi antara variabel i dan variabel j

ij

a2 = koefisien korelasi parsial antara variabel i dan variabel j

MSA merupakan indek untuk mengukur kecukupan sampling untuk tiap variabel individual. Apabila, dari uji MSA diperoleh hasil bahwa analisis faktor tidak dapat digunakan maka untuk mengatasinya, dicoba membuang variabel dengan nilai MSA individu paling kecil, kemudian dilakukan uji MSA baru. Pengujian ulang ini dilakukan hingga uji MSA menyatakan bahwa analisis faktor dapat digunakan.

ij ij ij a r r MSAj 2 2 2

+

= untuk ij ...persamaan 2.3

dengan;

ij

r2 = koefisien korelasi antara variabel i dan variabel j.

ij

a2 = koefisien korelasi parsial antara variabel i dan variabel j.

Angka MSA diinterpretasikan dengan kriteria:

(27)

commit to user

I-17

- MSA ≤ 0.5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisa lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya.

Sedangkan hipotesis dan kriteria untuk signifikansi adalah: - H0 = variabel belum memadai untuk dianalisis lebih lanjut.

- H1 = variabel sudah memadai untuk dianalisis lebih lanjut.

- Angka Signifikansi > 0.05, maka terima H0.

- Angka Signifikansi < 0.05, maka tolak H0.

3.Pemilihan metode ekstraksi dan penentuan jumlah faktor.

Ekstraksi faktor bertujuan menghasilkan sejumlah faktor dari data yang ada. Terdapat 2 pendekatan dalam mengekstraksi faktor, metode analisis komponen utama (Principal Component Analysis) dan metode analisis faktor umum (Common Factor Analysis). Menentukan jumlah faktor yang diinginkan sebagai hasil ekstrak, terdapat beberapa kriteria, yaitu:

a. Kriteria Latent Root (Latent Root Criterion).

Hanya faktor-faktor yang memiliki latent root (eigenvalue) minimum 1 yang dipertahankan. Ini dapat berarti bahwa sebuah faktor dapat dianggap sebagai faktor, bila paling sedikit dapat menjelaskan variansi satu variabel atau setiap variabel menyumbangkan nilai 1 pada total eigenvalues. Maka, hanya faktor dengan eigenvalue > 1 yang dianggap signifikan.

Operasi matrik yang digunakan untuk memperoleh nilai eigenvalue sesuai persamaan 2.5.

⎪ρ - λ I⎪ = 0 ...persamaan 2.4

dengan ρ adalah matrik korelasi (85x85), sedangkan λ (eigenvalue) adalah skalar yang dicari dan I adalah matriks identitas.

b. Kriteria Apriori (Apriori Criterion).

(28)

commit to user

I-18

c. Kriteria Persentase Variansi (Percentage Of Variance Criterion).

Persentase kumulatif total variansi tertentu diekstraksi dari faktor-faktor terpilih secara berurutan. Tujuannya untuk memastikan signifikansi faktor-faktor terpilih. Dengan memastikannya terlebih dahulu diketahui dengan pasti bahwa faktor ini dapat menjelaskan paling sedikit sejumlah variansi.

d. Kriteria Scree Test (Scree Test Criterion).

Meskipun semua faktor mengandung paling sedikit beberapa variansi unik, tetapi pada dasarnya proporsi variansi unik faktor kedua (dan sesudahnya) lebih besar dari faktor sebelumnya. Tujuannya untuk mengidentifikasi jumlah maksimal faktor yang dapat diekstrak sebelum sejumlah variansi unik mulai mendominasi struktur variansi umum. Pada kurva latent root terhadap jumlah faktor, titik dimana kurva mulai bergerak lurus merupakan indikasi jumlah faktor maksimum yang dapat diekstrak.

e. Keragaman Responden (Heterogenity Of Respondents).

Jika sampel heterogen pada paling sedikit satu bagian dari set variabel, maka faktor pertama menjelaskan variabel-variabel tersebut secara lebih homogen terhadap keseluruhan sampel.

4.Pemilihan Metode Rotasi dan Interpretasi Faktor

Jika faktor loading suatu variabel sama-sama cukup tinggi pada beberapa faktor maka sulit untuk memutuskan ke faktor mana variabel tersebut harus dimasukkan. Sedangkan sasaran analisis faktor adalah agar setiap variabel hanya masuk ke satu faktor saja. Setelah ekstraksi, faktor-faktor yang terbentuk perlu dirotasi. Tujuan rotasi adalah mengekstrimkan faktor loading variabel. Rotasi dilakukan dengan memutar sumbu faktor, dari titik pusatnya menuju titik yang dituju. Nilai faktor loading tersebut dihitung dengan menggunakan operasi matriks seperti pada persamaan 2.6.

L =

[

e1 λ1Me2 λ2 M... Me5 λ5

]

...persamaan 2.5

dengan Ladalah matriks faktor loading (85x85) yang dicari sedangkan ei(i = 1, 2,

(29)

commit to user

I-19

ρ yang terkait dengan skalar λi (i = 1, 2, ..., 5). Eigenvector ei dicari dengan

operasi matriks seperti pada persamaan 2.7.

ρ ei = λI ei ...persamaan 2.6

Beberapa metode rotasi, yaitu:

a. Orthogonal Rotation, dilakukan dengan cara merotasikan sumbu faktor yang kedudukannya saling tegak lurus satu dengan lainnya, sehingga setiap faktor saling bebas terhadap faktor lainnya karena sumbunya saling tegak lurus. Rotasi Orthogonal masih dapat dibedakan, yaitu

Quartimax, dengan merotasi faktor awal hasil ekstraksi sehingga diperoleh hasil rotasi dimana setiap variabel mempunyai faktor loading yang tinggi di satu faktor dan sekecil mungkin pada faktor lain.

Varimax (sering digunakan karena sering terbukti lebih baik dalam

menunjukkan perbedaan antar faktor), dengan merotasi faktor awal hasil ekstraksi sehingga diperoleh hasil rotasi dimana dalam suatu kolom, nilai yang ada sebanyak mungkin mendekati nol. Ini berarti, di dalam setiap faktor tercakup sesedikit mungkin variabel.

Equimax, mengkombinasikan metode Quartimax dan Varimax.

b. Oblique Rotation, dilakukan dengan merotasikan sumbu faktor yang

kedudukannya saling membentuk sudut, dengan besar sudut rotasi tertentu. Korelasi antara faktor masih diperhitungkan karena sumbu faktor tidak saling tegak lurus satu dengan lainnya. Rotasi Oblique masih dapat dibedakan, yaitu:

Oblimax, merotasi faktor sehingga jumlah faktor loading yang tinggi dan rendah meningkat, dengan menurunkan faktor-faktor loading yang berada di pertengahan.

Quartimin, meminimumkan jumlah produk pada struktur loading.

Covarimin, seperti varimax pada rotasi orthogonal, yaitu merotasi faktor awal hasil ekstraksi sehingga diperoleh nilai yang ada dalam suatu kolom sebanyak mungkin mendekati nol.

(30)

commit to user

I-20

Interpretasi matrik faktor dilakukan dengan mengelompokkan variabel-variabel ke dalam faktor-faktor hasil rotasi. Dasar memutuskan apakah suatu variabel dimasukkan pada faktor 1, faktor 2, atau faktor lainnya adalah faktor

loadingnya. Sebelum dikelompokkan, faktor loading harus memenuhi kriteria signifikansi. Kriteria signifikansi faktor loading terbagi menjadi dua, signifikansi praktis dan signifikansi statistik. Kriteria signifikansi praktis adalah faktor loading

lebih besar dari 0.5, karena semakin besar faktor loading semakin mudah menginterpretasikan faktor tersebut. Kriteria signifikansi statistik dengan

[image:30.612.134.501.207.471.2]

α = 0.05 dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Nilai signifikansi faktor loading berdasarkan jumlah sampel Faktor Loading Jumlah sampel minimum

0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 0.55 0.60 0.65 0.70 0.75

350 250 200 150 120 100 85 70 60 50

Sumber: Hair dkk., 1998

Langkah-langkah interpretasi matrik faktor, yaitu: 1. Memeriksa faktor loading pada matrik faktor.

2. Mengidentifikasi faktor loading terbesar untuk setiap variabel.

3. Menggabungkan variabel ke dalam faktor. Apabila variabel dengan faktor

loading terbesar terjadi pada faktor 1, maka variabel tersebut digabungkan ke dalam faktor 1.

4. Menghapus variabel apabila,

ƒ faktor loading variabel signifikan pada beberapa faktor ƒ nilai komunalitas variabel lebih kecil dari 0.5

(31)

commit to user

I-21 2.2.2 Uji Cochran

Menurut Santoso (2002) uji Cochran digunakan untuk menguji tiga sampel atau lebih dengan catatan hasil terhadap suatu perlakukan hanya dinyatakan dalam dua nilai, yaitu 0 sebagai “gagal” dan 1 sebagai “sukses”. Uji Cochran dilakukan pada penelitian untuk uji sampel yang mempunyai data berskala nominal (kategori). Berikut ini merupakan prosedur uji statistik yang digunakan:

1. Hipotesa Pengujian

H0: semua atribut alat ukur K3 di PT. Export Leaf Indonesia sesuai dengan

pengelompokkan terhadap faktornya dari hasil analisis faktor sebelumnya. H1: salah satu atau lebih dari atribut alat ukur K3 di PT. Export Leaf Indonesia

tidak sesuai dengan pengelompokkan terhadap faktornya dari hasil analisis faktor sebelumnya.

2. Taraf nyata α 0.05 dan χ2 (chi kuadrat) tabel A.6 (Ronald E. Walpole). Nilai χ2 memiliki derajat bebas (db) = k-1.

3. Kriteria Pengujian yaitu terima H0 (Tolak H1) jika Qhitung < Qtabel dan semua

atribut memiliki proporsi nilai 1 lebih dari atau sama dengan 60%, dan sebaliknya tolak H0 (Terima H1) jika Qhitung > Qtabel dan salah satu atau lebih

atribut memiliki proporsi nilai 1 kurang dari 60% atau Qhitung < Qtabel tetapi

salah satu atau lebih atribut memiliki proporsi nilai 1 kurang dari 60%. 4. Menentukan nilai uji statistik (Nilai Q)

...persamaan 2.7 dengan;

N = jumlah responden.

K = jumlah atribut.

= k k n i

C = jumlah kolom atribut.

= k k n i

C2 = jumlah kolom kuadrat atribut.

= n i n i
(32)

commit to user

[image:32.612.136.504.111.461.2]

I-22

Tabel 2.2. Uji Q Cochran

Blok 1 2 3 4 5 C Total

Baris 1 X11 X12 X13 X14 X15 X1c R1

2 X21 X22 X23 X24 X25 X2c R2

3 X31 X32 X33 X34 X35 X3c R3

4 X41 X42 X43 X44 X45 X4c R4

5 X51 X52 X53 X54 X55 X5c R5

R Xi1 Xi2 Xi3 Xi4 Xi5 Xrc Rr Total

Kolom 1

C C2 C3 C4 C5 Cc N = Total

5. Kesimpulan

Kesimpulan menyatakan keputusan hasil perhitungan uji statistik terima atau tolak H0.

2.2.3 Uji Validitas

Menurut Azwar (2003) validitas digunakan mengetahui valid tidaknya instrumen pengukuran. Dimana instrumen dikatakan valid apabila mengukur apa yang semestinya diukur atau mampu mengukur apa yang dicari secara tepat. Valid tidaknya suatu instrumen dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi antara skor item dengan skor totalnya pada taraf signifikan 5%, item-item yang tidak berkorelasi secara signifikan dinyatakan gugur. Dalam kaitannya dengan besarnya angka korelasi ini, Azwar (2003) menyebutkan bahwa koefisien validitas yang tidak begitu tinggi, katakanlah berada di sekitar 0,50 sudah dapat diterima dan dianggap memuaskan. Namun, apabila koefisien validitas ini kurang dari 0,30 maka dianggap tidak memuaskan. Jadi disimpulkan bahwa item dari suatu variabel dikatakan valid jika mempunyai koefisien 0,30.

(33)

commit to user

I-23

Cara yang digunakan dalam uji validitas adalah dengan analisis item, dimana setiap nilai yang ada pada setiap butir pertanyaan dikorelasikan dengan nilai total seluruh butir pertanyaan untuk suatu variabel dengan menggunakan:

rxy =

( )

{

2

2

}

∑ ∑

{

2

(

)

2

}

Y -Y n x n Y X -XY n x

…………..……… persamaan 2.8

dengan;

rxy = koefisien korelasi item dengan total pertanyaan

n = jumlah responden

X = skor pertanyaan

Y = skor total sampel

2.2.4 Uji Reliabilitas

Singarimbun dan Effendi (1989) menyatakan, reliabilitas adalah indek yang menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Mengetahui apakah alat ukur reliabel atau tidak, diuji dengan menggunakan metode Alpha Cronbach menunjukkan tingginya butir-butir dalam kuesioner berkorelasi. Perkiraan cronbach’s tentang kehandalan dihitung menggunakan varian butir-butir dan Covarian antar butir.

⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ ∑ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = 2 2 11 1 1 t b k k r σ σ ...persamaan 2.9 dengan;

r11 = reliabilitas instrumen K = banyak butir pertanyaan σt2 = varian total

(34)

commit to user

I-24 Rumus varian yang digunakan, yaitu:

n n

X X

2 2

2

) (∑

∑ =

σ ………..……...persamaan 2.10

dengan;

X = jumlah responden

n = nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor butir pertanyaan)

Harga koefisien reliabilitas yang diperoleh atau r hitung dibandingkan dengan r tabel, bila r hitung > r tabel, maka data dikatakan reliabel. Sebuah instrumen dianggap memiliki tingkat kehandalan yang dapat diterima, jika nilai koefisien reliabilitas yang terukur adalah lebih besar atau sama dengan 0,6.

2.2.5 AnalisisCluster

Menurut Santoso (2010) analisis cluster merupakan teknik multivariat yang mempunyai tujuan utama untuk mengelompokkan objek berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Analisis cluster mengklasifikasi objek sehingga setiap objek yang paling dekat kesamaannya dengan objek lain berada dalam cluster yang sama. Cluster yang terbentuk memiliki homogenitas internal yang tinggi dan heterogenitas eksternal yang tinggi.

Berbeda dengan teknik multivariat lainnya, analisis ini tidak mengestimasi set variabel secara empiris sebaliknya menggunakan set variabel yang ditentukan oleh peneliti itu sendiri. Fokus dari analisis cluster adalah membandingkan objek berdasarkan set variabel, hal inilah yang menyebabkan para ahli mendefinisikan set variabel sebagai tahap kritis dalam analisis cluster. Set variabel cluster adalah suatu set variabel yang merepresentasikan karakteristik yang dipakai objek-objek. Bedanya dengan analisis faktor adalah analisis cluster terfokus pada pengelompokkan objek sedangkan analisis faktor terfokus pada kelompok variabel.

(35)

commit to user

I-25

Penyelesaian cluster secara keseluruhan bergantung pada variabel-variabel yang digunakan sebagai dasar untuk menilai kesamaan. Penambahan atau pengurangan variabel-variabel yang relevan dapat mempengaruhi substansi hasil analisis

cluster.

Analisis cluster berusaha meminimumkan variansi di dalam cluster ( within-cluster) dan memaksimumkan variansi antar grup (between-cluster). Seperti halnya analisis faktor, pada analisis cluster tidak ada variabel yang didefinisikan bebas atau tergantung, semua variabel diperhitungkan secara simultan. Langkah analisis cluster dapat dibagi dalam enam tahap (Hair et.al, 1998), yaitu:

1. Penentuan tujuan analisis.

Dalam penelitian ini, analisis cluster dilakukan dengan tujuan untuk mengelompokkan berdasarkan kesamaan persepsi mengenai atribut-atribut yang menjadi dasar pertimbangan penerapan alat ukur K3 sehingga dapat digunakan secara terintegrasi.

2. Penyusunan desain riset analisis.

Pengukuran kemiripan inter objek adalah pengukuran kesesuaian atau kemiripan antar objek yang dikelompokkan. Sebelumnya perlu dilakukan proses standardisasi yaitu mengubah satuan variabel ke z-score apabila terdapat perbedaan satuan yang mencolok antar dua atau lebih variabel, sehingga perhitungan korelasi, jarak atau asosiasi yang dilakukan memberikan hasil yang valid.

Desain riset analisis cluster meliputi pendeteksian outlier, pengukuran kemiripan objek dan penstandarisasian data jika data yang diambil dari factor scores hasil analisis faktor, mempunyai satuan atau dimensi yang berbeda.

Factor scores adalah data kuantitatif yang mempunyai satuan yang sama dan secara visual tidak terdapat objek-objek yang mempunyai profil nilai yang sangat ekstrim pada satu atau beberapa faktor, maka proses dapat dilanjutkan. 3. Pengujian asumsi.

(36)

commit to user

I-26

mempunyai sifat matematik dan bukan dasar statistik; syarat kenormalan, linieritas, dan homogenitas tidak begitu penting karena memberikan pengaruh yang kecil sehingga tidak perlu diuji.

4. Pembentukan cluster (partisi) dan penilaian overall fit.

Pembentukan cluster pada intinya adalah penggabungan responden ke dalam kelompok-kelompok berdasar kedekatan hubungan, pembentukan cluster yang dilakukan dalam penelitian ini adalah prosedur nonhirarki karena metode ini memproses semua objek secara sekaligus dengan titik acuan cluster centers

sehingga distribusi objek (responden) sebagai anggota setiap cluster lebih merata. Metode nonhirarki yang digunakan adalah metode K-Means Clustering. Jumlah cluster ditetapkan 3 cluster karena apabila jumlah cluster

yang dibentuk terlalu banyak, menyulitkan interpretasi yang terbentuk. Pada dasarnya, semakin besar nilai Fhitung dari Ftabel pada suatu faktor dan angka

signifikansinya semakin diatas 0,05 maka hasil yang diperoleh semakin besar perbedaan oleh faktor yang dibentuk terhadap cluster-cluster.

5. Interpretasi hasil.

Pada tahap ini, interpretasi cluster menekankan pada karakteristik apa yang membedakan masing-masing cluster, kemudian dilakukan pemberian nama berdasar objek pembentuk masing-masing cluster tersebut. Dalam analisis

cluster bahwa nilai positif (> 0) mempunyai makna di atas rata-rata, yang berarti sikap responden pada suatu cluster terhadap atribut adalah cenderung positif atau baik, sebaliknya nilai negatif (< 0) mempunyai makna di bawah rata-rata, yang berarti bahwa sikap responden pada suatu cluster terhadap atribut adalah cenderung negatif atau buruk. Hal ini dijelaskan pada cluster centers yang berisi penilaian responden pada cluster yang ditransformasikan ke distribusi normal baku dengan rata-rata 0 dan variansi 1.

6. Profiling cluster.

(37)

commit to user

I-27

Setelah responden dimasukkan ke dalam clusternya masing-masing, maka selanjutnya dilakukan uji perbedaan dengan menggunakan analisis ANOVA (Analysis of Variance). Prosedur yang digunakan dalam analisis ANOVA ini adalah prosedur One Way ANOVA atau disebut perancangan sebuah faktor, yang merupakan salah satu alat analisis statistik ANOVA yang bersifat satu arah (satu jalur). Alat uji ini untuk menguji apakah dua populasi atau lebih yang independen, memiliki rata-rata yang dianggap sama atau tidak sama.

2.3 FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)

FGD secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu diskusi yang dilakukan secara sistematis dan terarah atas suatu isu atau masalah tertentu. Meski sebuah diskusi, FGD bukan kumpul-kumpul beberapa orang untuk membicarakan suatu hal. Ada prosedur dan standar tertentu yang harus diikuti agar hasilnya benar dan sesuai dengan tujuan yang dicapai. Irwanto (1998) menyatakan bahwa FGD (Focus Group Discussion) adalah metode penelitian melalui proses pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok.

Hoed (1995) menjelaskan Focus Group Discussion (FGD) adalah metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kecenderungan yang ada pada individu mengenai persepsi individu itu tentang suatu hal. Menurut Litosseliti (2003) Focus Group Discussion ini disusun untuk tujuan menggali topik yang spesifik, pandangan, dan pengalaman individu, melalui interaksi kelompok. FGD adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.

(38)

commit to user

I-28

menambahkan bahwa hal yang perlu diperhatikan dalam Focus Group Discussion

adalah khalayak sasaran harus homogen.

2.3.1 Karakteristik Focus Group Discussion (FGD)

Focus group discussion memiliki lima karakteristik, sebagai berikut:

1.Jumlah peserta focus group discussion sebaiknya empat sampai dua belas orang. Bila jumlah peserta kurang dari empat orang dikhawatirkan anggota kelompok cepat memperoleh giliran bicara dan tidak terjadi penggalian ide. Situasi ini mengurangi keragaman dan terjadi kekuasaan ide. Jumlah peserta lebih dari dua belas orang mengakibatkan diskusi sulit dikendalikan karena peserta terlalu banyak pandangan/ ide atau bosan menunggu giliran berbicara. 2.Peserta mempunyai karakteristik yang homogen. Homogenitas menjadi salah

satu dasar pemilihannya. Peserta diskusi dipilih karena mempunyai persamaan pengalaman, profesi, gender, usia, status dan sebagainya. Disamping itu peserta mempunyai kepentingan dengan permasalahan yang dibahas.

3.Informasi yang diambil dalam diskusi bukan yang bersifat konsensus atau rekomendasi untuk mengambil keputusan. Melainkan informasi mengenai sikap, persepsi, dan perasaan peserta yang berkaitan dengan topik diskusi yang diperlukan penulis.

4.Data yang dihasilkan adalah data kualitatif yang dapat memberikan gambaran dan pemahaman melalui pertanyaan terbuka yang memungkinkan peserta merespon dengan cara mereka sendiri. Disini peneliti dapat berperan sebagai moderator, pendengar, pengamat, dan akhirnya menganalisis secara induktif. 5.Pertanyaan diajukan dengan cara yang mudah dimengerti oleh peserta, spontan,

logis, dengan menekankan pemahaman atas proses berpikir dari peserta atas topik yang didiskusikan

2.3.2 Keunggulan dan Kelemahan Focus Group Discussion (FGD)

Menurut Krueger (1998), focus group discussion (FGD) mempunyai keunggulan dan kelemahan, sebagai berikut:

(39)

commit to user

I-29

a.FGD merupakan salah satu prosedur penelitian berorientasi sosial dengan menempatkan manusia pada posisi dan situasi yang sesungguhnya. Dalam diskusi, pendapat peserta saling mempengaruhi dan keputusan dapat dibuat setelah mendengar peserta lain berinteraksi secara dinamis.

b.Bentuk diskusi memberikan keleluasaan bagi pemandu untuk menggali pendapat peserta yang lebih mendalam dan luas. Fleksibilitas ini dapat menggali hal-hal yang tidak dapat dilakukan dalam wawancara terstruktur. c.Memiliki validitas tatap muka yang tinggi dan mudah dilakukan dengan

biaya yang tidak terlalu besar.

d.Hasil focus group discussion dapat diperoleh dengan cepat. Pemandu yang memiliki keterampilan baik dapat melaksanakan 3-4 kelompok diskusi, menganalisis hasil focus group discussion dan menyiapkan laporan dengan segera .

e.Focus group discussion memungkinkan peneliti meningkatkan

ukuran-ukuran dan jumlah sampel tanpa meningkatkan kebutuhan waktu untuk wawancara.

2.Focus group discussion memiliki kelemahan, yaitu:

a.Peneliti mempunyai kontrol yang kurang dalam wawancara Focus Group Discussion dibandingkan dengan wawancara perorangan karena pada saat berlangsungnya FGD, peneliti harus membagi konsentrasi kepada seluruh peserta.

b.Data yang masuk lebih sulit dianalisis karena diskusi dikondisikan seperti lingkaran sosial. Seluruh komentar peserta harus dihubungkan dengan topik diskusi saat itu sehingga perlu hati-hati dalam mengomentari atau mengambil kesimpulan.

c.FGD memerlukan pemandu yang terampil dengan kemampuan dapat membuka dan menutup sesi tanya jawab, memilih jeda waktu, dan perpindahan satu topik ke topik lain

(40)

commit to user

I-30

e.Kesulitan dalam menyusun waktu pelaksanaan diskusi dan diskusi harus diadakan dalam kondisi yang kondusif sehingga diskusi menghasilkan poin-poin kesimpulan yang baik.

2.3.3 Prinsip-Prinsip Focus Group Discussion (FGD) Beberapa prinsip FGD, sebagai berikut:

1.FGD adalah kelompok diskusi bukan wawancara atau obrolan. Ciri khas metode FGD yang tidak dimiliki oleh metode riset kualitaif lainnya (wawancara mendalam atau observasi) adalah interaksi. Tanpa interaksi, sebuah FGD berubah wujud menjadi kelompok wawancara terfokus (FGI-Focus Group Interview). Hal ini terjadi apabila moderator cenderung selalu mengkonfirmasi setiap topik satu per satu kepada seluruh peserta FGD.

2.FGD adalah group bukan individu. Prinsip ini masih terkait dengan prinsip sebelumnya. Agar terjadi dinamika kelompok, moderator harus memandang para peserta FGD sebagai suatu group, bukan orang per orang.

3.FGD adalah diskusi terfokus bukan diskusi bebas. Prinsip ini melengkapi prinsip pertama di atas. Diingatkan bahwa jangan hanya mengejar interaksi dan dinamika kelompok, kalau hanya mengejar hal tersebut diskusi bisa berjalan ngawur. Selama diskusi berlangsung moderator harus fokus pada tujuan diskusi, sehingga moderator selalu berusaha mengembalikan diskusi ke “jalan yang benar”

2.4 POPULASI DAN SAMPEL

Adanya keterbatasan yang dimiliki penulis dalam melaksanakan penelitian ini, maka tidak semua populasi diteliti, namun diambil sampel yang dianggap cukup mewakili keseluruhan atau sebagian besar objek penelitian dengan memperhatikan tingkat akurasi hasil penelitian.

a. Populasi.

(41)

commit to user

I-31 b. Sampel.

Walpole (1995) menyatakan, bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (sampel sendiri secara harfiah berarti contoh). c. Sampling (Metode Pengambilan Sampel).

Ada dua macam metode pengambilan sampel yaitu pengambilan sampel secara acak (probability sampling) dan pengambilan sampel secara tidak acak (nonprobability sampling) (Santoso dan Tjiptono, 2001).

Dalam nonprobability sampling, setiap unsur dalam populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel, bahkan probabilitas anggota populasi tertentu untuk terpilih tidak diketahui. Dalam nonprobability sampling, pemilihan unit sampling didasarkan pertimbangan atau penilaian subjektif dan tidak pada penggunaan teori probabilitas. Berikut adalah jenis nonprobability sampling yang sering digunakan. a. Quota Sampling.

Quota sampling adalah metode memilih sampel yang mempunyai ciri-ciri

tertentu dalam jumlah atau kuota yang diinginkan. b. Accidental Sampling.

Accidental sampling adalah prosedur sampling yang memilih sampel dan orang atau unit yang paling mudah dijumpai atau diakses.

c. Purposive Sampling.

Purposivesampling adalah metode memilih sampel dengan orang-orang yang terseleksi oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki sampel tersebut yang dipandang mempunyai hubungan yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

d. Snowball Sampling.

(42)

commit to user

I-32

semakin besar bagaikan bola salju yang menggelinding dan puncak bukit ke bawah.

2.5 UKURAN SAMPEL

Singarimbun dan Effendi (1995) menyatakan ada empat faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel dalam penelitian, yaitu: 1. Derajat keseragaman (degree of homogenity) dari populasi.

2. Presisi (ketelitian) yang dikehendaki oleh peneliti, makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki, makin besar sampel yang diambil.

3. Rencana analisis.

4. Tenaga, biaya dan waktu.

Dalam penelitian ini, penentuan sampel menggunakan teknik purposive

sampling artinya ditentukan dengan mempertimbangkan tujuan penelitian

berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan terlebih dahulu. Sampel yang diambil dalam penelitian ini dapat mewakili populasi maka dapat ditentukan jumlah sampel yang dihitung dengan menggunakan rumus Slovin:

...……….……..……… persamaan 2.11

dengan;

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = persentase kelonggaran ketidaktelitian (presisi) karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir.

2.6 KUESIONER

(43)

commit to user

I-33

pribadi, diberikan melalui surat kepada responden atau disebarkan secara elektronik.

Kuesioner sebagai instrument dalam riset survei adalah sekumpulan pertanyaan yang merupakan konseptualisasi dan operasionalisasi dari item-item yang diteliti berdasarkan pertanyaan riset, responden yang dituju, dan jenis riset survei yang dilakukan. Peneliti hendaknya mempertimbangkan terlebih dahulu mengenai bagaimana mencatat dan mengorganisasikan data untuk dianalisis. Agar lebih meyakinkan bahwa kuesioner yang disusun sesuai untuk tujuan riset, sebaiknya peneliti mencobanya terlebih dahulu melalui pilot test terhadap sekelompok kecil responden yang menyerupai responden utama yang dituju.

Desain kuesioner yang baik adalah faktor utama untuk memperoleh hasil survei yang baik. Berbagai faktor dapat mempengaruhi baik tidaknya suatu rancangan kuesioner. Mulai dari pengaruh faktor-faktor tampilan yang meliputi bentuk, warna kertas, jenis dan ukuran huruf, kata-kata, sampai kepada spesifikasi makna yang terkandung pada setiap pertanyaan dalam kuesioner itu sendiri. Kata-kata dan tata bahasa yang digunakan pada kuesioner hendaknya memiliki makna yang pasti dan jelas sehingga tidak membingungkan para pembaca (responden) atau bahkan menimbulkan ambiguitas dalam menginterpretasikan pertanyaan yang diajukan kepada setiap responden. Berdasarkan jenis pertanyaannya, kuesioner dibedakan menjadi empat macam (Aaker dkk., 1995), yaitu:

1. Pertanyaan tertutup.

Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang disertai pilihan jawabannya. Responden tinggal memilih salah satu jawaban yang tersedia, dan tidak diberi kesempatan memberikan jawaban lain. Pertanyaan tertutup dapat berupa pertanyaan pilihan berganda atau berupa skala.

2. Pertanyaan terbuka.

(44)

commit to user

I-34 3. Pertanyaan kombinasi tertutup dan terbuka.

Pertanyaan kombinasi tertutup dan terbuka adalah pertanyaan yang disediakan jawabannya tetapi kemudian diberi pertanyaan terbuka, dimana pada pertanyaan tersebut responden bebas memberikan jawaban.

4. Pertanyaan semi terbuka.

Pertanyaan semi terbuka adalah pertanyaan yang disediakan pilihan jawabannya tetapi kemudian masih ada kemungkinan bagi responden untuk memberikan tambahan jawaban.

2.7 SKALA PENGUKURAN

Skala (scale) adalah suatu instrument atau mekanisme untuk membedakan individu dalam hal terkait variabel minat yang kita pelajari. Ada empat tipe skala dasar dalam menentukan skala pengukuran, yaitu:

1. Skala Nominal.

Skala nominal membedakan suatu kategori dengan kategori lainnya dari suatu variabel. Angka-angka yang diberikan kepada objek adalah label dan tidak diasumsikan adanya tingkatan antara satu kategori dengan kategori lainnya dari satu variabel.

2. Skala Ordinal.

Skala ordinal bertujuan untuk membedakan antara kategori-kategori dalam satu variabel dengan asumsi bahwa ada urutan atau tingkatan skala. Skala ini biasanya banyak dipakai untuk pengukuran kepentingan, sikap atau persepsi. 3. Skala Interval.

Skala interval adalah skala suatu variabel yang selain dibedakan dan mempunyai tingkatan, juga diasumsikan mempunyai jarak yang pasti antara satu kategori dengan kategori lainnya dalam satu variabel. Contohnya adalah variabel umur.

4. Skala Rasio.

(45)

commit to user

I-35

(46)

commit to user

I-36

BAB III

METODE PENELITIAN

[image:46.612.137.500.221.6

Gambar

Tabel  2.1 Nilai signifikansi faktor loading berdasarkan jumlah sampel
Tabel 2.2. Uji Q Cochran
Gambar 3.1 Metodologi penelitian
Gambar 4.1  Mapping identifikasi permasalahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

4) Bentuk peran apa saja yang dilakukan guru Pendidikan agama Islam dalam pembinaan kegiatan keagamaan siswa di SMA Negeri 4 Banjarmasin ?.. 5) Menurut Ibu/ Bapak

Dari sepuluh indikator kinerja sasaran strategis yang digunakan untuk mengukur kinerja program pembangunan tanaman pangan, lima diantaranya dapat tercapai dengan kategori

dikembangkan dengan baik tanpa adanya hal tersebut maka akan sia-sia belaka. Sedangkan minat merupakan rasa suka, tertarik, dan perhatian terhadap sesuatu. Dalam kegiatan

Rate bahan bakar pada kedua clinker dikontrol oleh temperatur exit gas cyclone stage empat, dan kebutuhan udara pembakar diambilkan dari cooler yang dikontrol

Berdasarkan analisis statistik yang telah dilakukan peneliti dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di salah satu satuan kerja di Lingkungan

Menyadari hal tersebut Analitika Mandiri Utama menyelenggarakan pelatihan Good Laboratory Practices - GLP untuk membantu laboratorium, industri, organisasi, instansi dan pelaku

Penulisan skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala