ABSTRAK
Indonesia adalah negara agraris yang memiliki banyak kekayaan alam. Indonesia memiliki banyak pertanian dan perkebunan. Berdasarkan data tahun 2011 penerimaan cukai yang mencapai lebih dari 77 miliar itu sebagian besar diperoleh dari cukai rokok yang merupakan produk hasil olahan tembakau. Peningkatan cukai setiap tahunnya, menyebabkan banyak pabrik rokok yang tutup dan jumlah pabrik rokok mengalami penurunan setiap tahunnya. Dengan melihat fenomena tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kebangkrutan pada subsektor rokok yang listing di BEI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi rasio keuangan subsektor rokok dan memprediksi kebangkrutan subsektor rokok yang terdaftar di BEI periode tahun 2012-2015. Dalam penelitian ini menggunakan subsektor rokok antara lain; PT Wismilak Inti Makmur, PT Gudang Garam, PT Bentoel Internasional Investama, PT Hanjaya Mandala Sampoerna. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam analisis model Altman Z-Score PT Bentoel Internasional Investama pada tahun 2012 masuk dalam kategori rawan bangkrut. Sedangkan tahun 2013 PT Bentoel Internasional Investama masuk dalam kategori bangkrut. PT Wismilak Inti Makmur, PT Gudang Garam, dan PT Hanjaya Mandala Sampoerna masuk dalam kategori sehat.
ABSTRACT
Indonesia is an agrarian country rich with natural resources. Indonesia possesses vast agriculture and plantation. Based on 2011 data, national income generated from excise exceeded 77 billions Rupiah, and most derived from cigarette excise as tobacco-based products. The increase of excise per year pushed numerous cigarette factories out of business as their numbers decrease by year. This phenomena drives the researcher to study the topic of bankruptcy on firms listed in the cigarette sub-sector of the IDX. This research aims to predict the bankruptcy of firms listed in the cigarette sub-sector of the IDX over the year of 2012-2015. Firms studied in this research are PT Wismilak Inti Makmur, PT Gudang Garam, PT Bentoel Internasional Investama, and PT Hanjaya Mandala Sampoerna. This research is descriptive in nature. Data studied are secondary data. The result showed that by using Altman Z-Score model, PT Bentoel Internasional Investama on year 2012 is considered prone to bankruptcy. While on year 2013 PT Bentoel Internasional Investama is classified as bankrupt. PT Wismilak Inti Makmur, PT Gudang Garam, and PT Hanjaya Mandala Sampoerna are all classified as healthy firms.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
2.1.2 Analisis Laporan Keuangan ... 13
2.1.3 Kebangkrutan ... 17
2.1.4 Analisis Model Altman Z-Score ... 20
2.2 Rerangka Pemikiran ... 28
BAB III METODE PENELITIAN... 30
3.1 Jenis Penelitian ... 30
3.2 Populasi dan Sampel ... 30
3.3 Definisi Operasional Variabel ... 31
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 34
3.5 Teknik Analisis Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36
4.1 Rasio-Rasio Keuangan Subsektor Rokok yang Terdaftar di BEI ... 36
4.2 Rekapitulasi Analisis Kondisi Rasio-Rasio Keuangan Subsektor Rokok ... 68
4.3 Perhitungan Kebangkrutan Model Altman Z-Score ... 76
4.4 Rekapitulasi Analisis Altman Z-Score ... 82
BAB V PENUTUP ... 85
5.1 Kesimpulan ... 85
5.3 Keterbatasan Penelitian ... 88
5.2 Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 90
LAMPIRAN ... 92
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.2 Laba/Rugi Subsektor Rokok Tahun 2015 ... 4 Tabel 2.1.5 Hasil Penelitian Terdahulu ... 21 Tabel 4.1 Working Capital to Total Assets Ratio
WIIM Periode tahun 2012-2015 ... 37 Tabel 4.2 Retained Earnings to Total Assets Ratio
WIIM Periode tahun 2012-2015 ... 39 Tabel 4.3 Earning Before Interest and Tax to
Total Assets Ratio WIIM Periode tahun 2012-2015 ... 40
Tabel 4.4 Market Value of Equity to Book Value of Equity
Ratio WIIM Periode tahun 2012-2015 ... 42 Tabel 4.5 Sales to Total Assets Ratio WIIM Periode tahun 2012-2015... 43
Tabel 4.6 Working Capital to Total Assets Ratio GGRM
Periode tahun 2012-2015 ... 45 Tabel 4.7 Retained Earnings to Total Assets Ratio
GGRM Periode tahun 2012-2015 ... 46 Tabel 4.8 Earning Before Interest and Tax to
Total Assets Ratio GGRM Periode tahun 2012-2015 ... 48
Tabel 4.9 Market Value of Equity to Book Value of Equity
Ratio GGRM Periode tahun 2012-2015 ... 50
Tabel 4.10 Sales to Total Assets Ratio GGRM Periode tahun
Tabel 4.11 Working Capital to Total Assets Ratio RMBA
Periode tahun 2012-2015 ... 53
Tabel 4.12 Retained Earnings to Total Assets Ratio RMBA
Periode tahun 2012-2015 ... 55 Tabel 4.13 Earning Before Interest and Tax to
Total Assets Ratio GGRM Periode tahun 2012-2015 ... 56
Tabel 4.14 Market Value of Equity to Book Value of Equity
Ratio RMBA Periode tahun 2012-2015 ... 58 Tabel 4.15 Sales to Total Assets Ratio RMBA Periode tahun
2012-2015 ... 59 Tabel 4.16 Working Capital to Total Assets Ratio HMSP
Periode tahun 2012-2015 ... 61 Tabel 4.17 Retained Earnings to Total Assets Ratio HMSP
Periode tahun 2012-2015 ... 63 Tabel 4.18 Earning Before Interest and Tax to
Total Assets Ratio HMSP Periode tahun 2012-2015 ... 64
Tabel 4.19 Market Value of Equity to Book Value of Equity
Ratio RMBA Periode tahun 2012-2015 ... 66 Tabel 4.20 Sales to Total Assets Ratio RMBA Periode tahun
2012-2015 ... 67 Tabel 4.21 Rekapitulasi Kondisi Rasio-Rasio Keuangan
Tahun 2012 Subsektor Rokok ... 68 Tabel 4.22 Rekapitulasi Kondisi Rasio-Rasio Keuangan
Tahun 2013 Subsektor Rokok ... 70 Tabel 4.23 Rekapitulasi Kondisi Rasio-Rasio Keuangan
Tahun 2015 Subsektor Rokok ... 74 Tabel 4.25 Perhitungan Model Altman Z-Score WIIM tahun 2012-2015 .. 77
Tabel 4.26 Perhitungan Model Altman Z-Score GGRM tahun 2012-2015 78
Tabel 4.27 Perhitungan Model Altman Z-Score RMBA tahun 2012-2015 79
Tabel 4.28 Perhitungan Model Altman Z-Score HMSP tahun 2012-2015 . 81
Tabel 4.29 Rekapitulasi Altman Z-Score Subsektor Rokok
DAFTAR GRAFIK
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ekonomi di Indonesia, Indonesia telah memasuki
perdagangan bebas, dimana Indonesia semakin dituntut untuk semakin siap dalam
menghadapi persaingan industri yang semakin kompetitif, agar masing-masing
industri siap untuk memperebutkan pasar nasional maupun pasar internasional.
Dengan begitu, perusahaan di Indonesia harus siap dan mampu bekerja lebih
maksimal untuk dapat lebih unggul dan mampu bersaing dari pasar luar negeri.
Indonesia adalah negara agraris yang memiliki banyak kekayaan alam.
Indonesia memiliki banyak pertanian dan perkebunan. Indonesia juga
menghasilkan rempah-rempah yang tidak bisa dimiliki oleh negara lain. Dengan
begitu, banyak negara asing yang ingin menjajah Indonesia karena hasil kekayaan
alam yang berlimpah. Selain itu, tembakau adalah salah satu hasil perkebunan
yang menjadi pemasukan kas negara terbesar.
Berdasarkan UU No 39 Tahun 2007 tentang cukai tembakau dan barang
hasil olahannya menjadi salah satu BKC (Barang Kena Cukai) sehingga tembakau
memiliki sumbangan yang besar dalam penerimaan kas negara dan menjadi
(www.kompasiana.com). Perusahaan manufaktur dalam perkembangannya di sebuah negara dapat digunakan untuk melihat perkembangan secara nasional di
negara itu sendiri. Industri manufaktur adalah industri pengolahan, yaitu suatu
usaha yang mengolah / mengubah bahan mentah menjadi barang jadi ataupun
barang setengah jadi yang mempunyai sifat atau nilai tambah, yang dilakukan
secara mekanis dengan mesin , ataupun tanpa menggunakan mesin atau manual.
(BPS:2008).
Jumlah Pabrik Rokok
Grafik I Jumlah Pabrik Rokok
Sumber : GAPRI
Jumlah perusahaan rokok di Indonesia mengalami penurunan yang cukup
drastis dimana di tahun 2009 berjumlah 3.255 perusahaan menjadi hanya 600
perusahaan di tahun 2014 (www.bentoelgroup). Dari Tabel 1.1 yang ditunjukan
oleh GAPPRI adalah jumlah pabrik rokok yang mengalami penurunan setiap
tahunnya, dimulai dari tahun 2009 pabrik rokok sebanyak 3255, lalu pada Tahun
2010 mengalami penurunan menjadi 2600 unit. Pada Tahun 2011 terjadi
penurunan yang tipis menjadi 2540 unit, dan penurunan yang signifikan terjadi
terakhir pada Tahun 2014 menyisa 600 unit. Penutupan pabrik rokok di Indonesia
akan berdampak pada penurunan jumlah produksi rokok. Meskipun produksi
rokok meningkat setiap tahunnya, tetapi dapat dilihat dari pernyataan di atas juga
banyak perusahaan rokok yang menutup pabriknya karena sumbangan cukai yang
meningkat juga setiap tahunnya.
Sepanjang tahun 2014, penerimaan cukai rokok mencapai Rp 111,4
triliuun, meningkat dibanding tahun 2013 yang sebesar Rp 100,7 triliun (Menteri
Perindustrian). Menurut Menteri Keuangan mengatakan bahwa Kenaikan cukai
bertujuan untuk menekan nilai konsumsi rokok yang memberikan dampak negatif
bagi masyarakat. Faktanya produksi rokok semakin meningkat setiap tahunnya.
Berdasarkan data BPS, Indonesia adalah negara ketiga pen-konsumsi rokok
terbesar dunia setelah China dan India. Industri rokok di Indonesia lewat Cukai
Hasil Tembakau selama 5 tahun terakhir menyumbang rata-rata 9,2% terhadap
total pendapatan perpajakan atau senilai Rp 443 triliun dalam kurun waktu tahun
2010-2014. Hal ini menjadikan cukai sebagai salah satu kontributor utama
pendapatan negara dari pajak (www.bentoelgroup).
Bagi Subsektor Rokok yang listing di Bursa Efek Indonesia sebaiknya
pihak menajemen perusahaan melakukan analisa keuangan, agar dapat
menghindari permasalahan yang akan terjadi. Subsektor emiten rokok yang
tercantum di BEI yaitu, Gudang Garam Tbk, Handjaya Mandala Sampoerna Tbk,
Tabel 1.2
Laba/ Rugi Subsektor Rokok Tahun 2015
Sumber : Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan keterangan dari Bursa Efek Indonesia, maka dapat terlihat
pada tabel 1.2 dengan keadaan laba atau rugi yang dialami oleh 4 perusahaan di
atas dapat memperlihatkan kondisi keuangan perusahaan dalam keadaan sehat
atau tidak sehat. Dengan begitu manajemen perusahaan dapat melakukan
perawatan khusus bagi perusahaan, karena dalam kondisi laporan keuangan dari
perusahaan tersebut terlihat bahwa adanya masalah keuangan. Walaupun keadaan
3 perusahaan lainnya mengalami laba dalam perusahaannya, tetapi belum
menandakan bahwa perusahaan tersebut adalah perusahaan yang sehat. Masalah
lainnya dengan melihat kondisi lain yang dialami oleh perusahaan rokok.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia menjelaskan
bahwa pada tahun 2015 volume penjualan Gudang Garam turun 2,4%, terutama
akibat penurunan penjualan produk sigaret jenis rendah tar rendah nikotin.
Volume penjualan Gudang Garam SKM Full Flavour (SKM FF) dan Light &
Mild (SKM LTN) mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,5% menjadi
60,9 miliar batang dan 18,3% menjadi 9,2 miliar batang. Sedangkan PT Bentoel
GGRM 6.452.834.000
RMBA (1.629.718.000)
HMSP 10.363.308.000
International Investama memperoleh akibat dari rugi bersih di tahun ini, ekuitas
bersih Perseroan negatif sebesar Rp3,1 triliun pada 31 Desember 2015. Pada PT
HM Sampoerna Biaya penjualan meningkat 12,8% menjadi Rp6,0 triliun dari
Rp5,3 triliun di tahun 2014 terutama karena peningkatan investasi untuk
pemasaran dan iklan dalam rangka mendukung promosi dari merek yang ada dan
peluncuran produk baru U Bold pada tanggal 27 Februari 2015, serta peningkatan
pada biaya distribusi dan logistik sebagai akibat dari kenaikan gaji. Untuk Produk
Umild mengalami penurunan volume penjualan sebanyak 0.6%, SKT mengalami
penurunan penjualan sebanyak 6.4%, dan SPM sebanyak 1.5%. PT Wismilak Inti
Makmur Tbk Pada 31 Desember 2015, total aset lancar tercatat sebesar Rp988,8
miliar, menurun 1,1% dari Rp999,7 miliar pada 31 Desember 2014
(www.idx.co.id).
Dengan peryataan tersebut maka perusahaan rokok yang listing di BEI
bisa melakukan analisis terhadap kebangkrutan untuk terhindar dari kebangkrutan
dini yang bisa menyebabkan kesulitan keuangan. Apabila pihak manajemen
keuangan melakukan analisa terhadap laporan keuangan maka kemungkinan
perusahaan akan terhindar dari masalah kebangkrutan. (Munawir, 2004) mereka
yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangatlah
perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut, dan kondisi
keuangan suatu perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan.
Kebangkrutan adalah keadaan dimana perusahaan tidak mampu lagi
membayar kewajiban kepada debitur karena perusahaan mengalami kekurangan
pinjaman, membiayai operasi perusahaan dan membayar semua kewajiban yang
harus dipenuhi (Endri, 2009). Dari pernyataan tersebut maka hal tersebut harus
diperhatikan oleh perusahaan karena ketika perusahaan mengalami kesulitan
keuangan maka perusahaan tersebut dekat dengan kegagalan. Dengan begitu
perusahaan sebaiknya melakukan analisis laporan keuangan terhadap keuangan
organisasinya. Perusahaan yang mampu menganalisa keuangannya, maka bisa
terhindar dari kebangrutan tetapi bisa juga mengalami kebangkrutan akibat tidak
adanya perubahan yang signifikan dari kinerja perusahaan.
Untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan maka perusahaan bisa
menggunakan metode Altman. Altman Z-Score adalah salah satu yang paling
dikenal , model prediksi yang secara statistik diperoleh digunakan untuk
meramalkan kebangkrutan akan datang suatu perusahaan (Hayes & Hodge, 2010).
Peneliti memilih menggunakan model Altman karena mudah digunakan dan
mencapai tingkat keakuratan. Menurut (Marcelinda, Paramu & Puspitasari, 2014)
tingkat prediksi kebangkrutan dengan menggunakan model prediksi Altman
Z-Score mencapai tingkat keakuratan 82% dan model Altman Z-Z-Score terbukti
mempunyai keakuratan yang tinggi dalam memprediksi kondisi kebangkrutan
perusahaan di Amerika. Ada 5 Variabel yang digunakan untuk subsektor rokok
yaitu X1, X2, X3, X4, dan X5.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis akan
melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Prediksi Kebangkrutan Perusahaan
Dengan Menggunakan Model Altman Z-Score pada Subsektor Rokok yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”
Berdasarkan latar belakang masalah di dikemukakan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
(a) Bagaimana kondisi keuangan perusahaan rokok yang terdaftar di BEI
periode 2012-2015?
(b) Bagaimana hasil analisis kebangkrutan perusaahaan rokok yang terdaftar
di BEI periode 2012-2015 dengan menggunakan metode Altman?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan oleh
peneliti, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
(a) Untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan rokok yang terdaftar di
BEI periode 2012-2015.
(b) Untuk mengetahui prediksi kebangkrutan dengan metode Altman pada
perusahaan rokok yang terdaftar di BEI tahun 2012-2015.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan tersebut, maka peneliti berharap penelitian ini
bermanfaat bagi pengguna penelitian, yaitu :
1. Bagi Manajemen Perusahaan
Dimana dalam penelitian ini dimanfaatkan agar pihak manajemen
perusahaan mengetahui kinerja perusahaan, apabila manajemen
menemukan kondisi keuangan kurang baik atau mengalami kesulitan
keuangan yang mengarah kepada kebangkrutan perusahaan, maka pihak
2. Bagi Pihak Investor
Dimana dalam penelitian ini pihak investor dapat melihat kinerja keuangan
perusahaan dan dapat mempertimbangkannya untuk mengambil langkah
keputusan investasi yang benar sehingga mendapatkan tujuan yang
diinginkan.
3. Bagi akademisi
Peneliti berharap dengan penelitian ini dapat menambah wawasan dan
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan pada Bab IV
mengenai analisis kondisi keuangan subsektor rokok dan analisis kebangkrutan
menggunakan model Altman, maka penulis dapat menarik kesimpulan,
keterbatasan dan saran.
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi keuangan dan untuk
mengetahui prediksi kebangkrutan dengan metode Altman pada perusahaan
rokok yang terdaftar di BEI tahun 2012-2015. Berdasarkan hasil penelitian
maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kondisi Rasio-Rasio Keuangan Subsektor Rokok yang terdaftar di BEI
dengan menggunakan metode Altman Z-Score, sebagai berikut:
a. Working Capital to Total Assets (X1)
PT Wismilak Inti Makmur menghasilkan rasio X1 yang berfluktuasi
dan menunjukkan rasio X1 tertinggi diantara ketiga perusahaan lainnya
pada tahun 2012 dan tahun 2013.
PT Gudang Garam menunjukkan rasio X1 terendah diantara ketiga
PT Bentoel Internasional Investama mengalami fluktuasi rasio X1 dan
menunjukkan memiliki rasio X1 terendah diantara ketiga perusahaan
rokok lainnya pada tahun 2012, 2013, dan 2014.
PT Hanjaya Mandala Sampoerna mengalami fluktuasi rasio X1 dan
menunjukkan memiliki rasio X1 tertinggi diantara ketiga perusahaan
rokok lainnya pada tahun 2015.
b. Retained Earnings to Total Assets (X2)
PT Wismilak Inti Makmur mengalami peningkatan rasio X2 setiap
tahunnya dan memiliki rasio X2 terendah diantara ketiga perusahaan
rokok lainnya pada tahun 2012.
PT Gudang Garam mengalami fluktuasi pada rasio X2 dan memiliki
rasio X2 tertinggi diantara ketiga perusahaan lainnya pada tahun 2012,
2013, 2014, dan 2015.
PT Bentoel Internasional Investama mengalami penurunan rasio X2
dan memiliki rasio terendah diantara ketiga perusahaan lainnya pada
tahun 2013, 2014, dan 2015.
PT Hanjaya Mandala Sampoerna mengalami fluktuasi rasio X2 setiap
tahunnya.
c. Earning Before Interest and Tax to Total Assets (X3)
PT Wismilak Inti Makmur menghasilkan hasil rasio X3 yang
berfluktuasi.
PT Gudang Garam mengalami penurunan rasio X3 pada tahun 2013,
PT Bentoel Internasional Investama mengalami fluktuasi pada hasil
rasio X3, dan memiliki nilai negative pada rasio tersebut dan
menunjukkan rasio X3 terendah diantara ketiga perusahaan lainnya
pada tahun 2012-2015.
PT Hanjaya Mandala Sampoerna mengalami penurunan rasio X3 setiap
tahunnya, dan tetap menunjukkan rasio X3 tertinggi diantara ketiga
perusahaan rokok lainnya pada tahun 2012-2015.
d. Market Value of Equity to Book Value of Debt (X4)
PT Wismilak Inti Makmur mengalami fluktuasi rasio X4 setiap tahun.
PT Gudang Garam menghasilkan rasio X4 yang berfluktuasi.
PT Bentoel Internasional Investama mengalami penurunan rasio X4
setiap tahun dan menunjukkan rasio X4 terendah diantara ketiga
perusahaan rokok lainnya tahun 2012-2015.
PT Mandala Hanjaya Sampoerna mengalami fluktuasi rasi X4 dan
menunjukkan rasio X4 tertinggi diantara perusahaan rokok lainnya
tahun 2012-2015.
perusahaan rokok lainnya pada tahun 2013, 2014 dan 2015.
PT Bentoel Internasional Investama menghasilkan rasio X5 yang
PT Hanjaya Mandala Sampoerna mengalami fluktuasi rasio X5 dan
menghasilkan rasio X5 tertinggi diantara ketiga perusahaan rokok
lainnya.
2. Analisis kebangkrutan dengan menggunakan model Altman Z-Score pada
PT Wismilak Inti Makmur, PT Gudang Garam, PT Bentoel Internasional
Investama, dan PT Hanjaya Mandala Sampoerna menghasilkan bahwa PT
Bentoel Internasional Investama masuk dalam kategori rawan / berpotensi
bangkrut pada tahun 2012. Sedangkan untuk tahun 2013, 2014 dan 2015
PT Bentoel Internasional Investama masuk dalam kategori perusahaan
bangkrut. Lain hal dengan PT Wismilak Inti Makmur, PT Gudang Garam,
dan PT Hanjaya Mandala Sampoerna, dimana ketiga perusahaan ini masuk
dalam kategori sehat selama tahun 2012-2015.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang dapat dilihat oleh
peneliti selanjutnya dan juga pelaku kepentingan lainnya yaitu:
1. Penelitian ini hanya menggunakan satu metode untuk memprediksi
kebangkrutan, yaitu metode Altman.
2. Penelitian ini hanya menggunakan periode waktu tahun 2012-2015,
dimana dalam hal ini dilakukan untuk menganalisis perusahaan rokok
yang terdaftar di BEI, karena pada tahun 2012 salah satu perusahaan
rorkok baru terdaftar di BEI dan baru dapat dilakukan analisi.
5.3 Saran
1. Bagi PT Bentoel Internasional Investama yang menghasilkan nilai Z-Score
yang harus dilakukan pencegahan agar dapat membangkitkan kondisi
perusahaan dan dapat terhindar dari kebangkrutan. Bagi PT Wismilak Inti
Makmur, PT Gudang Garam, dan PT Mandala Hanjaya Sampoerna yang
menghasilkan nilai Z-Score > 2,99 dimana masuk dalam kategori
perusahaan sehat, perusahaan sebaiknya tetap memperhatikan kondisi
keuangannya agar tetap terhindar dari kebangkrutan dan lebih
meningkatkan faktor-faktor penting dalam perusahaan.
2. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat mengembangkan penelitian
ini dengan menambahkan metode kebangkrutan lainnya dan melakukan
penelitian dengan menggunakan subsektor lainnya. Contoh metode lainnya
adalah Zmijewski dan Subsektor lainnya adalah Subsektor
ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN
Z-SCORE PADA SUBSEKTOR ROKOK YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh
Sidang Sarjana Strata 1 (S-1)
Oleh
FLORENCIA DEVIANA GUNAWAN
1352118
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KRISTEN MARANTHA
BANDUNG
THE ANALYSIS OF CORPORATE BANKRUPTCY
PREDICTION MODEL USING ALTMAN Z-SCORE
ON THE CIGARETTE SUBSECTOR LISTED
IN THE INDONESIAN STOCK EXCHANGE
A Thesis Draft
In Partial Fulfillment of the Requirements for The Degree of Bachelor
of Science in Management
By
FLORENCIA DEVIANA GUNAWAN
1352118
DEPARTMENT OF MANAGEMENT
FACULTY OF ECONOMICS
MARANATHACHRISTIANUNIVERSITY
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Analisis Prediksi Kebangkrutan Perusahaan dengan Menggunakan Model
Altman Z-Score pada Sektor Rokok yang Terdaftar di BEI”. Penelitian ini guna
melengkapi salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang sarjana Fakultas
Ekonomi jurusan Manajemen Universitas Kristen Maranatha.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna dan masih
terdapat kekurangan. Penelitian ini hanya befokus terhadap satu metode yaitu
Metode Altman Z-Score pada subsektor rokok yang terdaftar di BEI pada tahun
2012-2015, maka
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini kepada:
1. Prof. Dr. Marcellia Susan, S.E., M.T., selaku dosen pembimbing.
Terimakasih atas waktu, kebaikannya, bimbingan ilmu yang telah
diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya.
2. Bapak Dr. Mathius Tandiontong, S.E., M.M., Ak., CA. selaku Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha.
3. Bapak Bram Hadianto, S.E., M.Si., selaku dosen wali yang selalu
4. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha yang
memberikan ilmu dan masukan bagi penulis.
5. Papa, Mama yang selalu memberikan dukungan yang lebih, doa, materil
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Dede, Oma, Ko Elven yang selalu memberikan dukungan dan juga doa
bagi penulis.
7. Sahabat dan teman-teman seperjuangan Putry Ayu, Fani Yunita, Martha C,
Cynthia, Adilla yang selalu memberikan dukungan bagi penulis.
Akhir kata, semoga Tuhan selalu melimpahkan kasih dan berkat-Nya kepada
semua pihak atas semua kebaikan dan bantuan yang telah diberikan. Semoga
tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Tuhan memberkati.
Bandung, Desember2016
DAFTAR PUSTAKA
Endri. (2009). Prediksi Kebangkrutan Bank Untuk Menghadapi Dan Mengelola
Perubahan Lingkungan Bisnis: Analisis Model Altman’s Z-Score.
Perbanas Quarterly Review, 2(1).
Hanafi, M., dan Halim, A. (2014). Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Harahap, Syafri, S. (2008). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hayes,S K., dan Hodge, Kay A. (2010). A Study of the Efficacy of Altman’s Z To
Predict Bankruptcy of Specialty Retail Firms Doing Business in Contemporary Times. Economics & Business Journal: Inquiries &
Perspectives,page.123-134.
Hery. (2015). Analisis Laporan Keuangan Pendekatan Rasio Keuangan. Yogyakarta: CAPS(Center for Academic Publishing Service).
http://www.bps.go.id/
http://www.bentoelgroup.com/
http://www.cnnindonesia.com/
http://www.idx.co.id/
Kartikasari, dkk. (2014). Prediksi Kebangkrutan Berdasarkan Analisis Z-Score Altman (Studi pada Kelompok Perusahaan Textile and Garment yang Terdaftar di BEI Selama Tahun 2008-2012). Jurnal Administrasi Bisnis, vol 9 (1), hal 1-10.
Kuncoro, M. (2013). Metode Riset untuk Binis & Ekonomi. Edisi Keempat. Jogjakarta: Penerbit Erlangga.
Kurniawati, Suci. (2014). Analisis Kebangkrutan Dengan Metode Z-Score Altman, Springate dan Zmijewski Pada PT. Mandom Indonesia Tbk Periode 2010-2013. Jurnal Ekonomi,23 (2), hal 248-266.
Marcelinda, S.O., Paramu, Hadi., Puspitasari, Novi. (2014). Analisis Akurasi Prediksi Kebangkrutan Model Altman Z-Score pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. e-Journal Ekonomi
Bisnis dan Akuntansi, Vol 1 (1) : 1-3.
Ni et.all., (2013). Prediksi Kebangrutan Dengan Model Grover, Altman, Z-score, Springate dan Zmijewski pada Perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.2,hal. 417-435.
Prastowo, D. (2015). Analisis Laporan Keuangan. Edisi ketiga. Yogyakarta: Penerbit Unit penerbit dan percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Reddy, N.R.V.R., dan Reddy, K.H.P. (2013). Financial status of select sugar manufacturing units z-score model. International Journal of Education
and Research,1(1), hal 1-9.
Sugiyono, (2004). Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tambunan, R.W., Endang N.P.M.G.Wi. (2015). Analisis Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Dengan Menggunakan Metode Altman (Z-Score) (Studi Pada Subsektor Rokok yang Listing dan Perusahaan Delisting di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013). Jurnal Administrasi Bisnis, 2 (1), hal 1-11.
Thohari, MZ et all. (2010). Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Analisis Model Z-Score. Jurnal Administrasi Bisnis, Vol 28 No 1, hlm 159-157.
Utami, Eristy Minda et.all., (2015). Analisis Kebangkrutan PT. Bank Negara Indonesia (PERSERO) TBK periode 2011-2013. Jurnal Akuntansi Bisnis
dan Ekonomi., Vol 1 no 2, hal.207-218.
Wardhani, NP ., Khuzaini. (2016). Metode Altaman Z-Score Untuk memprediksi Kebangkrutan Industri Tobacco Yang Terdaftar di BEI. Jurnal Ilmu dan
Riset Manajemen, Vol 5 No 4, hal.1-15.
Weston, J.Fred ., dan Copeland, Thomas.E. (1996). Manajemen Keuangan, Jakarta: Penerbit Erlangga.