PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN
AKUNTANSI DI SMA NEGERI 6 BANDUNG (Studi Kasus Kelas XI IPS)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
DEWI NOVIYANTI NIM. 0804577
JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
©Dewi Noviyanti 2012 Universitas Pendidikan Indonesia
2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul:
“Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Terhadap Tingkat Pemahaman Siswa pada
Mata Pelajaran Akuntansi Di SMA Negeri 6 Bandung (Studi Kasus Kelas XI)”
Benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang belaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Desember 2012
PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN
AKUNTANSI DI SMA NEGERI 6 BANDUNG (Studi Kasus Kelas XI IPS)
Dewi Noviyanti NIM. 0804577
PEMBIMBING I : Dr. Hj. Meta Arief, M.Si PEMBIMBING II : Imas Purnamasari, S.Pd, MM
ABSTRAK
Pemahaman merupakan output dari proses belajar mengajar, dimana belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal diantaranya kondisi fisik, kecerdasan, bakat, minat dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal diantaranya kondisi lingkungan sosial dan non sosial. Guru merupakan faktor penting di dalam belajar yang menempati faktor internal. Tingkat pemahaman dapat dilihat dari nilai belajar, yang dipengaruhi oleh beberapa beberapa faktor dan salah satunya satunya adalah kompetensi profesional guru. Melihat data nilai belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di kelas XI IPS SMA Negeri 6 Bandung tahun ajaran 2011/2012 sebagian besar masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum), ini diduga karena faktor kompetensi profesional guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi profesional guru terhadap tingkat pemahaman siswa pada mata pelajaran akuntansi di SMA Negeri 6 Bandung (Studi Kasus Kelas XI IPS). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik sampel acak atau simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran angket untuk kompetensi prosional guru dan soal tes untuk tingkat pemahaman siswa yang disebar kepada 88 siswa yang menjadi sampel, serta teknik dokumentasi untuk data awal penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi
product moment dengan bantuan software IBM SPSS V 20 for windows. Hasil dari
penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Kompetensi profesional guru mata pelajaran akuntansi kelas XI IPS di SMA Negeri 6 Bandung berada dalam kategori rendah yakni sebesar 35,94%, 2) Tingkat pemahaman siswa pada mata pelajaran akuntansi di kelas XI IPS, sebanyak 39 siswa atau sebesar 44,32% berada di atas KKM dan 49 siswa atau 55,68% berada di bawah KKM 3) Kompetensi profesional guru mempengaruhi tingkat pemahaman siswa pada mata pelajaran akuntansi di SMA Negeri 6 Bandung pada kelas XI IPS sebesar 4,88%.
THE INFLUENCE OF TEACHER PROFESSIONAL COMPETENCY TOWARD STUDENTS COMPREHENSION LEVEL ON ACCOUNTING
SUBJECT IN SMA NEGERI 6 BANDUNG
(A Case Study of Eleventh Grade Students of Social Study Program)
Dewi Noviyanti NIM. 0804577
COUNSELLOR : Dr. Hj. Meta Arief, M.Si COUNSELLOR : Imas Purnamasari, S.Pd, MM
ABSTRACT
Comprehension is an output from the teaching learning process, where learning is influenced by internal and external factor. Physical condition, tendency of talent, interest and motivation are some examples of internal factor. While, condition of social environment and non-social environment are examples of external factor. Teacher is an important factor in learning, which is belong to internal factor. The
level of comprehension can be seen from students’ grade, which is influenced by
some factors, and one of them is teacher professional competency. Based on the
data of students’ grade on accounting subject in eleventh grade of social study program at SMA Negeri 6 Bandung requested on the academic year of 2011/2012
most of the students’ grade still under KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum), it is assumed caused by the teacher professional competency. This research is aimed at finding out the influence of teacher professional competency toward students comprehension on accounting subject in SMA Negeri 6 Bandung (A Case Study of Eleventh Grade Students of Social Study Program). Method used in this research is descriptive and verificative methods. Technique used in taking sample is simple random sampling. The data is collected through distributing questionnaire for teacher professional competency and question test for students’ comprehension which distributed to 88 students, who become the sample, along with documentation technique in the beginning of the research. The data is analyzed by using coefficient product moment correlation helped by software IBM
SPSS V 20 for windows. The findings of the research are: 1) Accounting teachers’
professional competences who teach at eleventh grade of social study program in SMA Negeri 6 Bandung placed in low category with 35,94%, 2) Students comprehension on accounting subject at eleventh grade of social study program is resulted as follow, 39 students or 44,32% placed above the KKM and 49 students or 55,68% placed under the KKM, 3) Teacher professional competency is influencing students comprehension level on accounting subject at eleventh grade of social study program in SMA Negeri 6 Bandung in the amount of 4,88%.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xI DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7
1.3.1Maksud Penelitian ... 7
1.3.2Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Kegunaan Penelitian ... 8
1.4.1Secara Praktis ... 8
1.4.2Secara Teoritis ... 8
BAB II KERANGKA TEORITIS ... 10
2.1 Belajar Dan Pembelajaran ... 10
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar ... 12
2.3 Karakteristik Pembelajaran Akuntansi ... 16
2.4 Kompetensi Guru ... 19
2.5 Kompetensi Profesional Guru ... 20
2.6 Indikator Kompetensi Profesional Guru ... 23
2.7 Konsep Pemahaman ... 25
2.9 Kerangka Pemikiran ... 34
2.10Hipotesis Penelitian ... 39
BAB III METODE PENELITIAN ... 40
3.1 Desain Penelitian ... 40
3.2 Operasionalisasi Variabel ... 41
3.3 Populasi dan Sampel ... 43
3.3.1 Populasi ... 43
3.3.2 Sampel ... 44
3.4Teknik Pengumpulan Data ... 46
3.5Teknik Analisis Data dan Hipotesis ... 49
3.5.1 Teknik Analisis Data ... 49
3.5.1.1Uji Validitas ... 49
3.5.1.2Uji Reliabilitas ... 53
3.5.1.3Taraf Kesukaran ... 56
3.5.1.4Daya Pembeda ... 58
3.5.2 Hipotesis ... 61
3.5.2.1Uji Normalitas ... 61
3.5.2.2Koefisien Korelasi Product Moment Pearson ... 63
3.5.2.3Koefisien Determinasi ... 64
3.5.2.4Uji ... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 67
4.1.1 Identitas SMA Negeri 6 Bandung ... 67
4.1.2 Sejarah Perkembangan Sekolah ... 67
4.1.3 Visi dan Misi SMA Negeri 6 Bandung ... 70
4.1.3.1Visi ... 70
4.1.3.2Misi ... 70
4.1.4 Tujuan SMA Negeri 6 Bandung ... 70
4.1.6 Struktur Organisasi SMA Negeri 6 Bandung ... 71
4.1.7 Keadaan Guru ... 72
4.1.8 Keadaan Responden ... 72
4.2Deskripsi Hasil Penelitian ... 73
4.2.1 Gambaran Angket Kompetensi Profesional Guru ... 73
4.2.2 Gambaran Indikator Kompetensi Profesional Guru ... 88
4.2.3 Gambaran Umum Kompetensi Profesional Guru ... 93
4.2.4 Gambaran Soal Tes Tingkat Pemahaman Siswa ... 94
4.2.5 Gambaran Indikator Tingkat Pemahaman Siswa ... 104
4.2.6 Gambaran Umum Tingkat Pemahaman Siswa ... 106
4.3Pengujian Hipotesis Penelitian ... 108
4.3.1 Uji Normalitas ... 108
4.3.2 Koefisien Korelasi Product Moment ... 109
4.3.3 Koefisien Determinasi ... 110
4.3.4 Uji Hipotesis ... 111
4.4Pembahasan Penelitian ... 112
4.4.1 Gambaran Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran Akuntansi di SMA Negeri 6 Bandung ... 112
4.4.2 Tingkat Pemahaman Siswa di SMA Negeri 6 Bandung ... 114
4.4.3 Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Terhadap Tingkat Pemahaman Siswa ... 114
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 119
5.1Kesimpulan ... 119
5.2Saran ... 120
DAFTAR PUSTAKA ... 121 LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pembukuan Undang-Undang Dasar 1945, secara fundamental merupakan pernyataan dan tekad untuk membangun bangsa. Salah satu wujud nyata yang harus ditempuh dalam merealisasikan tekad tersebut adalah melalui konsep pencerdasan kehidupan bangsa yang erat kaitannya dengan norma kehidupan. Aspek pendidikan yang dimiliki seseorang menggambarkan taraf hidup orang tersebut, dan sekolah merupakan salah satu wadah dimana masyarakat dapat mengenyam pendidikan.
Pendidikan menduduki posisi penting karena sasarannya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi menjadi salah satu komponen pendukung paling utama bagi keberhasilan pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh dari negara lain. Kemajuan di berbagai bidang dapat dicapai melalui proses pendidikan. Melalui proses pendidikan, suatu bangsa dapat mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan, baik untuk mencerdaskan kehidupan bangsa maupun untuk menumbuhkembangkan watak dan kepribadian bangsa.
Berdasarkan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pada pasal 3 dijelaskan bahwa:
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam proses pendidikan di setiap jenjang, prestasi belajar merupakan salah satu ukuran keberhasilan seseorang. Pada proses pembelajaran, siswa tidak hanya diharapkan mempelajari suatu materi pelajaran dan mengingatnya selama sekian lama, tetapi juga memperluas fokusnya, yakni mengembangkan pembelajaran untuk menumbuhkan dan mengases pembelajaran yang bermakna dengan mengembangkan proses-proses kognitif yang melampaui mengingat. Dengan kemampuan retensi yang fokusnya ialah mengingat, diharapkan juga siswa mampu menumbuhkan kemampuan mentransfer. Seperti dikemukakan Anderson dan Krathwohl (2010:105) “pada kemampuan mentransfer, ditekankan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi ialah memahami”. Dengan kemampuan mentransfer ini siswa tidak hanya diharapkan untuk mengingat, namun juga untuk memahami dan menggunakan apa yang telah ia pelajari, sehingga pada akhirnya prestasi belajar yang diharapkan akan maksimal. Pemahaman merupakan kemampuan menerangkan sesuatu dengan kata-kata sendiri, mengenali sesuatu yang dinyatakan dengan kata-kata yang berbeda dengan yang terdapat dalam buku teks, menginterpretasi atau menarik kesimpulan, misalnya dari tabel atau data, grafik, dan sebagainya. Siswa yang memiliki pemahaman konsep yang baik mampu mengungkapkan suatu materi dengan kalimat sendiri dan mampu mengaplikasikannya.
Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012 menunjukkan bahwa nilai rata-rata mata pelajaran akuntansi adalah sebesar 65,65 yang berarti belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditentukan sekolah yaitu sebesar 70 untuk mata pelajaran akuntansi.
Berikut adalah data jumlah siswa yang mencapai dan belum mencapai KKM kelas XI IPS di SMA Negeri 6 Bandung.
Tabel 1.1
Jumlah Siswa yang Mencapai dan Belum Mencapai KKM Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS
Periode Semester Ganjil 2011/2012 SMA N 6 Bandung
No. Kelas Jumlah
Sumber: Guru Akuntansi SMA Negeri 6 Bandung sudah diolah
tersebut dibiarkan berlarut, dikhawatirkan pemahaman siswa terhadap materi kurang optimal yang nantinya berdampak kepada rendahnya mutu lulusan yang dihasilkan.
Kondisi demikian dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor internal (dari dalam siswa), maupun faktor eksternal (dari luar siswa). Sesuai dengan apa yang diungkapkan Dalyono (2009:55) mengenai faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu “(1) Internal: Kesehatan, inteligensi dan bakat, minat
dan motivasi, cara belajar; (2) Eksternal: Keluarga, sekolah yang terdiri dari lingkungan dan guru, masyarakat, dan lingkungan sekitar”.
Prestasi belajar tidak hanya ditunjukkan melalui nilai belajar, namun juga dari pemahaman siswa tentang materi yang diterimanya selama proses pembelajaran. Pemahaman termasuk ke dalam ranah kognitif, dimana ranah kognitif ini merupakan salah satu jenis prestasi belajar. Sebagaimana diungkapkan Syah (2008:151) bahwa jenis prestasi meliputi ranah kognitif, afektif, psikomotor, dimana ranah kognitif meliputi pengamatan, ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis. Pemahaman sangatlah penting dalam proses belajar yang tingkatannya lebih tinggi daripada mengingat. Menurut Anderson dan Krathwohl (2010:105) “siswa dikatakan memahami bila mereka dapat mengkonstruksi
sehingga siswa tidak hanya mengingat suatu materi pelajaran namun juga mengerti betul dan dapat mengaplikasikannya.
Salah satu faktor dari luar siswa yang paling berpengaruh ialah guru. Dalam keseluruhan proses pendidikan dan proses belajar mengajar di sekolah, guru memegang peranan utama. Guru menempati posisi yang cukup sentral untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan, sehingga dapat dengan mudah mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Dengan demikian, dalam diri seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan atau kompetensi yang diperlukan sebagai pendidik, pengajar dan pelatih agar dalam proses pembelajaran dapat memberikan kualitas maksimal.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10 Ayat (1) menjelaskan “yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”. Hal ini juga dipertegas dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru pasal 3 ayat 7:
Kompetensi profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan Guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:
a. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan
b. Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
diungkapkan oleh Biggs (Syah, 2008: 182) seorang pakar psikologi kognitif, yang menyatakan bahwa:
Terdapat tiga pengertian konsep mengajar:
1. Pengertian kuantitatif, mengajar berarti the transmission of knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini, guru perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikannya kepada siswa dengan sebaik-baiknya supaya siswa dapat menyerap apa yang disampaikan dan dimaksud oleh guru.
2. Pengertian institusional. Mengajar berarti ... the efficient orchestration of
teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien.
3. Pengertian kualitatif. Mengajar berarti the facilitation of learning, yakni upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa. Dalam hal ini guru berinteraksi sedemikian rupa dengan siswa, yakni agar siswa belajar dalam arti membentuk makna dan pemahamannya.
Oleh karena itu, kemampuan profesional guru sangatlah penting, dimana menuntut seorang guru menguasai mata pelajaran yang diampunya dengan fasih dan lancar supaya dapat disampaikan secara jelas kepada siswa guna meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang diberikan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh terhadap fenomena yang telah diuraikan, oleh karena itu penulis mengajukan penelitian dengan judul:
“Pengaruh Kompetensi Profesional Guru terhadap Tingkat Pemahaman
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahannya dirumuskan sebagai berikut:
1) Bagaimana kompetensi profesional guru mata pelajaran akuntansi kelas XI IPS di SMA Negeri 6 Bandung.
2) Bagaimana tingkat pemahaman siswa dalam mata pelajaran akuntansi kelas XI IPS di SMA Negeri 6 Bandung.
3) Bagaimana pengaruh kompetensi profesional guru terhadap tingkat pemahaman siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 6 Bandung.
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai seberapa besar pengaruh kompetensi profesional guru terhadap tingkat pemahaman siswa.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah:
1) Mengetahui kompetensi profesional guru mata pelajaran akuntansi kelas XI IPS di SMA Negeri 6 Bandung.
2) Mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam mata pelajaran akuntansi kelas XI IPS di SMA Negeri 6 Bandung.
1.4Kegunaan Penelitian
Dari informasi yang ada, penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1.4.1 Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu, khususnya mengenai pengaruh kompetensi profesional guru terhadap tingkat pemahaman siswa. Selain itu juga dapat dijadikan bahan kajian dan pengembangan lebih lanjut untuk penelitian berikutnya.
1.4.2 Secara Praktis a. Bagi sekolah:
1) Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran akuntansi di SMA Negeri 6 Bandung.
2) Sebagai acuan bagi guru dalam berinteraksi dengan siswanya, sehingga diharapkan tingkat pemahaman siswa meningkat secara optimal.
3) Menjadi umpan balik terhadap kegiatan belajar mengajar yang telah diberikan di sekolah yang bersangkutan, yaitu di SMA Negeri 6 Bandung.
b. Bagi Penulis:
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh dalam penelitian, sehingga rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan dapat dijawab dan diuji secara akurat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan ditunjang dengan studi kepustakaan/menggunakan literatur-literatur yang relevan dengan kajian penelitian.
Penelitian deskriptif ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kompetensi profesional guru dan tingkat pemahaman siswa pada mata pelajaran akuntansi. Hal ini mengacu kepada pendapat Sedarmayanti dan Hidayat (2002: 33) bahwa metode deskriptif yaitu “suatu metode dalam pencarian fakta status kelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun peristiwa pada masa sekarang dengan interpretasi yang tepat”.
Iqbal Hasan (2008: 11) menjelaskan “ metode verifikatif yaitu menguji kebenaran sesuatu (pengetahuan) dalam bidang yang telah ada dan digunakan untuk menguji hipotesis yang menggunakan perhitungan statistik”.
Sugiyono (2009: 14) mengemukakan mengenai metode penelitian kuantitatif adalah:
populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
3.2Operasionalisasi Variabel
Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan peneliti sebagai sesuatu yang akan diteliti dan akan menghasilkan informasi dari penelitian tersebut. Sesuai dengan judul penelitian yang peneliti buat “Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Terhadap Tingkat Pemahaman Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi di SMA Negeri 6 Bandung (Studi Kasus Kelas XI IPS)”, maka terdapat dua buah variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel-variabel tersebut adalah :
1. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel independen adalah variabel yang akan mempengaruhi variabel lain. Variabel ini akan menyebabkan perubahan pada variabel dependen. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel independennya adalah kompetensi profesional guru yaitu kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran dan menyampaikannya kepada siswa dengan lancar.
2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Table 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Indikator Skala No. Item
Kompetensi
Profesional Guru
(Variabel X)
Guru mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program
pengajaran
Guru menguasai materi pengajaran secara luas dan mendalam
Guru mampu mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung
jawabnya
Guru mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran
Guru mampu menciptakan alat bantu/peraga dalam proses
pembelajaran
Guru mampu menggunakan teknologi dalam proses
pembelajaran
Guru menggunakan sumber belajar
mutakhir dalam proses
pembelajaran
soal mengenai materi tahap pencatatan
akuntansi perusahaan jasa yang disusun
berdasarkan pemahaman menurut
Bloom)
3.3Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Pelaksanaan penelitian tidak akan lepas dari objek yang akan diteliti karena melalui objek yang diteliti tersebut akan diperoleh variabel-variabel yang merupakan permasalahan dalam penelitian dan diperoleh suatu pemecahan masalah yang akan menunjang keberhasilan penelitian.
Menurut Arikunto (2002: 108), populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian”. Populasi bukan hanya berarti orang ataupun benda lainya, tetapi meliputi karakteristik/sifat yang dimiliki oleh suatu objek. Sedangkan Riduwan (2007: 55) mengatakan bahwa “populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu bekaitan dengan masalah-masalah penelitian”.
Berdasarkan rumusan di atas maka dalam penelitian ini populasinya adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 6 Bandung. Berikut adalah rincian jumlah siswa tiap kelas:
Tabel 3.2 Jumlah Siswa
No. Kelas Jumah Siswa
1. XI IPS 1 39 orang
2. XI IPS 2 38 orang
3. XI IPS 3 37 orang
Total 114 orang
3.3.2 Sampel
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”, (Sugiyono, 2009: 62). Sedangkan menurut Arikunto (2002: 109) yang dimaksud dengan sampel adalah:
Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik Simple
Random sampling. Menurut Sugiyono (2009: 120) “Simple Random sampling
adalah pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu”. Adapun pengambilan sampel untuk jumlah siswa yang akan diteliti menggunakan rumus berikut:
(Riduwan, 2007: 65) Keterangan:
n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi
d² = Presisi yang ditetapkan (5%)
Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampelnya adalah sebagai berikut:
Setelah ditentukan jumlah sampel maka langkah selanjutnya adalah menentukan sampel setiap kelas secara proporsional sesuai dengan rumus berikut ini:
(Riduwan, 2007: 66) Keterangan:
ni = Jumlah sampel menurut statum n = Jumlah sampel seluruhnya Ni = Jumlah populasi menurut statum N = Jumlah populasi seluruhnya Maka untuk setiap kelas sampelnya adalah :
Tabel 3.3
Jumlah Sampel Tiap Kelas
Kelas Banyaknya Siswa Sampel
XII IPS 1 39 orang
XII IPS 2 38 orang
XII IPS 3 37 orang
Jumlah 114 orang 88
Sumber: Data Diolah
1. Sediakan kerangka sampel tiap kelas (kelas XI IPS 1, XI IPS 2, dan XI IPS 3). Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka sampel adalah daftar nomor urut anggota kelas yang ada.
2. Sediakan media pengundi berupa gelas dan kertas kecil (untuk digulung), serta kertas untuk menutup gelas.
3. Tulis angka sesuai dengan nomor urut anggota kelas (daftar absen) pada kertas kecil yang telah disediakan. Gulung kertas yang telah ditulis nomor urut dan masukkan ke dalam gelas.
4. Tutup gelas tersebut dengan kertas besar dan diberi lubang yang cukup agar gulungan kertas dapat keluar dari dalam gelas.
5. Untuk mengundi, kocoklah gelas tersebut dan keluarkan gulungan kertas satu persatu. Jika dalam satu kocokan keluar dua gulungan kertas, maka pengocokan harus diulang, gulungan kertas yang telah keluar harus dimasukkan kembali kedalam gelas. Demikian seterusnya sampai diperoleh jumlah sampel yang telah ditentukan.
3.4Teknik Pengumpulan Data
1. Dokumentasi
Teknik ini dipergunakan untuk mempelajari mengenai keadaan objek penelitian dengan jalan mempelajari dokumen-dokumen yang paling relevan dan mampu mendukung terhadap penelitian yang sedang dilakukan. Langkah ini dilakukan untuk memperoleh data dari sekolah berupa data mengenai prestasi belajar siswa kelas XI IPS pada mata pelajaran akuntansi. Data mengenai prestasi belajar siswa ini digunakan sebagai data awal untuk melanjutkan penelitian.
2. Angket (Kuesioner)
Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden (siswa) untuk dijawab. Menurut Riduwan (2007: 99). yang dimaksud dengan angket adalah: “angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan
kepada orang lain bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna”, adapun tujuan penyebaran angket menurut Riduwan (2007: 99):
Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.
ditentukan sehingga responden tinggal memilih jawaban yang ditentukan”.
Angket tertutup ini disusun dengan menggunakan skala numerik (numerical
scale), yakni skala yang menggunakan pilihan jawaban berupa angka dimulai dari
angka 1 sampai dengan angka 5, dimana angka 1 menunjukkan penilaian terendah dan angka 5 menunjukkan penilaian tertinggi. Berikut merupakan contoh format penilaian skala numerik :
Tabel 3.4
Penilaian Skala Numerik
No Item Skor
5 4 3 2 1
Keterangan skor yang ada dalam angket tersebut adalah sebagai berikut: 1)Angka 5 menunjukkan pernyataan dengan nilai positif tertinggi 2)Angka 4 menunjukkan pernyataan dengan nilai positif tinggi 3)Angka 3 menunjukkan pernyataan dengan nilai positif sedang 4)Angka 2 menunjukkan pernyataan dengan nilai positif rendah 5)Angka 1 menunjukkan pernyataan dengan nilai positif terendah
Sedangkan angket mengenai tingkat pemahaman siswa dibuat dengan mengacu kepada proses kognitif dalam kategori memahami dengan memberikan soal materi tahap pencatatan akuntansi perusahaan jasa yang berbentuk tes pilihan ganda dan dikembangkan berdasarkan indikator pemahaman.
antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama”,
(Riduwan, 2007: 84). Dari bentuk pertanyaan yang diberikan kepada responden, mempunyai dua kemungkinan yaitu benar apabila pada sebuah butir soal peserta didik menjawab benar sesuai dengan kunci jawabannya dan salah apabila peseta didik memilih jawaban yang tidak sesuai dengan jawabannya. Peserta didik memperoleh nilai 1 bila menjawab benar dan 0 apabila menjawab salah, kemudian skor yang benar akan ditotalkan.
Angket bersifat tertutup, dengan jawaban untuk setiap bulir pernyataan telah tersedia. Penyebaran angket dilakukan kepada siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 6 Bandung. Pada penelitian ini akan dilakukan uji coba angket yang diberikan kepada responden diluar sampel. Hal ini bertujuan untuk mengetahui valid serta reliabel atau tidaknya pernyataan yang diajukan kepada responden. Selanjutnya pertanyaan yang valid dan reliabel akan diujikan kepada sampel, sedangkan yang tidak valid dan tidak reliabel akan dibuang.
3.5Teknik Analisis Data dan Hipotesis
3.5.1 Teknik Analisis Data 3.5.1.1 Uji Validitas
√
(Arikunto, 2009: 72) Keterangan:
r xy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan
X = Skor tiap items Y = Skor total items
N = Jumlah responden uji coba
Setelah di dapat nilai kemudian dikonsultasikan dengan , dengan taraf signifikansi 5%. Kriteria pengujian instrumen dapat dikatakan valid dengan ketentuan jika berarti valid dan jika berarti tidak valid.
1. Uji Validitas Item Instrumen Kompetensi Profesional Guru
Untuk menguji validitas instrumen, penguji menggunakan rumus product
moment dengan bantuan software IBM SPSS V 20 for windows. Uji validitas
Tabel 3.5
Validitas Item Instrumen Kompetensi Profesional Guru
No.
Berdasarkan perhitungan validitas yang dilakukan, terlihat bahwa dari 25 item pernyataan instrumen yang disebar kepada 40 responden, terdapat 3 item pernyataan yang tidak memenuhi kriteria validitas atau tidak valid, yaitu item 3, 7, dan 20. Pernyataan yang tidak valid tersebut kemudian dibuang, sehingga yang memenuhi kriteria validitas berjumlah 22 item pernyataan.
2. Uji Validitas Soal Tes Tingkat Pemahaman Siswa
Untuk tes tingkat pemahaman siswa mengenai materi pencatatan akuntansi perusahaan jasa yang berbentuk pilihan ganda, peneliti juga melakukan uji coba untuk memenuhi kriteria validitas soal. Peneliti menggunakan rumus product
moment. Setelah didapat, kemudian dikonsultasikan dengan . Berikut merupakan hasil validitas soal:
Tabel 3.6
Validitas Soal Tes Tingkat Pemahaan Siswa
No.
Setelah perhitungan validitas dilakukan, terlihat bahwa dari 22 item soal tes pemahaman yang diujikan kepada 40 responden, terdapat 2 item soal yang tidak memenuhi kriteria validitas, yaitu item soal 4 dan 19. Item soal yang tidak valid tersebut kemudian dihilangkan, sehingga yang memenuhi kriteria validitas berjumlah 20 item soal.
3.5.1.2Uji Reliabilitas
Reliabilitas menurut Arikunto (2002: 154) adalah “suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”. Maka pengertian reliabilitas tes berhubungan dengan
masalah ketepatan hasil tes. Menghitung reliabilitas kuesioner dengan menggunakan rumus Alpha. Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrument angket atau soal bentuk uraian. Maka untuk menguji reliabilitas instrumen kompetensi profesional guru menggunakan rumus Alpha. Untuk menentukan reliabilitas suatu instrumen, maka dilakukan langkah berikut:
Langkah pertama: Menentukan varian skor tiap item
(Riduwan, 2007: 125) Keterangan:
= Varian skor tiap item = Jumlah kuadrat tiap
N = Jumlah responden
Langkah kedua: Menentukan Varian total
(Riduwan, 2007: 126) Keterangan:
= Varian total
= Jumlah kuadrat X total = Jumlah X total dikuadratkan N = Jumlah responden
Langkah ketiga: Menghitung reliabilitas instrumen menggunakan rumus alpha
(Arikunto, 2009: 109) Keterangan:
r11 = Nilai reliabilitas n = Jumlah item
∑ = Jumlah varian skor tiap item = Varian total
(Riduwan, 2007: 128) Sedangkan untuk menguji reliabilitas soal tes tingkat pemahaman siswa yang berbentuk pilihan ganda menggunakan metode belah dua (split-half method) dengan pembelahan awal akhir. Pembelahan awal akhir dilakukan dengan cara membelah atas item-item awal dan item-item akhir yaitu separuh jumlah pada nomor-nomor awal dan akhir, (Arikunto, 2009: 93).
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan menganalisis butir soal, item dengan jawaban benar diberi nilai 1 dan jika jawaban salah diberi nilai 0. Setelah dilakukan pembelahan jumlah item kemudian dilakukan dengan rumus korelasi product moment. Pada waktu pembelahan dan mengkorelasikan dua belahan, baru diketahui reliabilitas separuh tes. Untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes harus digunakan rumus Spearman-Brown sebagai berikut:
⁄ ⁄ ⁄ ⁄
(Arikunto, 2009: 93) Keterangan:
⁄ ⁄ = korelasi antara skor-skor setiap belahan kelas = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan 1. Uji Reliabilitas Instrumen Kompetensi Profesional Guru
variabel kompetensi profesional guru menggunakan rumus alpha dengan penggunaan software IBM SPSS V 20 for windows yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.7
Uji Reliabilitas Kompetensi Profesional Guru
Keterangan
0,822 0,312 Reliabel
Sumber: Hasil Uji Coba Angket
2. Uji Reliabilitas Tes Tingkat Pemahaman Siswa
Pengujian reliabilitas dengan membandingkan antara dengan rtabel. Untuk tingkat pemahaman siswa diperoleh rtabel dari 40 orang responden dengan taraf signifikansi 0,05 yaitu sebesar 0,312. Uji reliabilitas tes tingkat pemahaman siswa menggunakan metode split-half dengan rumus Spearman Brown dengan penggunaan software IBM SPSS V 20 for windows yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.8
Uji Reliabilitas Tes Tingkat Pemahaman Siswa
Keterangan
0,685 0,312 Reliabel
Sumber: Hasil Uji Coba Soal Tes
3.5.1.3Taraf Kesukaran
(Arikunto, 2009: 208) Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh peserta (siswa)
Indeks kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Soal dengan P 1,00 - 0,30 = soal sukar
Soal dengan P 0,30 - 0,70 = soal sedang Soal dengan P 0,70 - 1,00 = soal mudah
(Arikunto, 2009: 210) Uji taraf kesukaran dihitung dengan menggunakan program microsoft
office excel 2007. Berikut ini merupakan rekapitulasi uji taraf kesukaran item soal
Tabel 3.9
Uji Taraf Kesukaran Item Soal Tes Tingkat Pemahaman Siswa
No.
Sumber: Uji Coba Soal Tes
Berdasarkan perhitungan uji taraf kesukaran yang telah dilakukan, terdapat 5 item soal dengan kriteria mudah, 16 item soal dengan kriteria sedang, dan 1 soal dengan kriteria sukar.
3.5.1.4Daya Pembeda
Menurut Arikunto (2009: 211) “daya pembeda soal kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah)”. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D).
a. Kelompok kecil
Seluruh kelompok testee dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah. Seluruh pengikut tes dideretkan mulai dari skor teratas sampai terbawah, lalu dibagi dua.
b. Kelompok besar
Mengingat biaya dan waktu untuk menganalisis, maka untuk kelompok besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu 27% skor teratas sebagai kelompok atas
(
)
dan 27% skor terbawah sebagai kelompok bawah ( ).Untuk menentukan indeks diskriminasi, digunakan rumus berikut:
(Arikunto, 2009: 213) Dimana:
= banyaknya peserta kelompok atas = banyaknya peserta kelompok bawah
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan salah = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (P sebagai indeks kesukaran)
Klasifikasi daya pembeda: nilai D negatif sebaiknya dibuang.
(Arikunto, 2009: 218) Uji daya pembeda item soal dihitung dengan menggunakan program
microsoft office excel 2007. Berikut ini hasil perhitungan uji daya pembeda item
soal tes tingkat pemahaman siswa:
Tabel 3.10
Uji Daya Pembeda Item Soal Tes Tingkat Pemahaman Siswa
No.
Sumber: Uji Coba soal Tes
daya pembeda baik, dan 2 item soal dengan daya pembeda jelek. Peneliti akan membuang item soal dengan daya pembeda jelek. Untuk membuang item soal, dilihat juga dari hasil validitas item.
3.5.2 Hipotesis 3.5.2.1Uji Normalitas
Uji Normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak, jika berdistribusi normal maka pengujian hipotesis dilanjutkan menggunakan perhitungan statistik parametik. Jika tidak berdistribusi normal maka dapat menggunakan perhitungan non parametik. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat. Menurut Riduwan, (2007: 179) adalah sebagai berikut:
1. Menentukan skor terbesar dan terkecil
2. Menentukan nilai Rentangan (R) → {R=skor terbesar – skor terkecil} 3. Menentukan banyaknya kelas (BK)
BK = 1+3,3 log n (Rumus Sturgess) Keterangan: K = Banyak kelas
N = Jumlah data 4. Menentukan nilai panjang kelas (i)
5. Membuat tabulasi dengan tabel penolong
No. Kelas Interval f Nilai Tengah (Xi) Xi f.Xi f.Xi²
1 … … … …
2 … … … …
Jumlah … … … … …
6. Menghitung r (mean)
x
7. Menghitung simpangan baku (S)
√
8. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara sebagai berikut:
a) Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri kelas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor-skor kanan kelas interval ditambah 0,5.
b) Mencari nilai Z-score untuk kelas batas interval dengan rumus:
x
c) Mencari luas 0 - Z dari Tabel Kurve Normal dari 0 – Z dengan menggunakan angka-angka untuk kelas batas.
baris kedua dikurangi angka baris ketiga dan begitu seterusnya. Kecuali untuk angka yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan dengan angka pada baris berikutnya.
e) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden (n).
f) Mencari Chi – Kuadrat hitung (X² hitung) X²hitung
g) Membandingkan (X² hitung) dengan (X² tabel) h) Untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k-1
Kaidah keputusan:
Jika X² hitung≥ X tabel maka distribusi data tidak normal Jika X² hitung≤ X tabel maka distribusi data normal
3.5.2.2Koefisien Korelasi Product Moment Pearson
Menurut Sudjana (2004: 242), koefisien korelasi merupakan ukuran yang dipakai untuk menentukan derajat atau kekuatan korelasi antara varibel-variabel. Koefisien korelasi memiliki nilai antara -1 dan +1 (-1 ≤ r ≤ + 1).
Bentuk rumus Koefisien Korelasi Pearson:
√
(Riduwan, 2007: 136) Keterangan:
= Koefisien korelasi antara variable X dan Y = Banyaknya sampel
= Variabel Independen (Kompetensi Profesional Guru) = Variabel Dependen (Tingkat Pemahaman Siswa)
Korelasi Product Moment Pearson dilambangkan r dengan ketentuan r tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ + 1). Apabila nilai r = -1 korelasinya negatif sempurna, r = 0 artinya tidak ada korelasi, dan r = +1 atau mendekati 1 artinya korelasinya sangat kuat.
3.5.2.3Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi dimaksudkan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan:
KP = Nilai Koefisien Determinan r = Nilai Koefisien Korelasi
Ketentuannya:
Jika koefisien antara dua variabel X dan Y sama dengan r, maka 100 r² % variasi dalam variabel Y disebabkan oleh variasi dalam X, (Sudjana, 2004: 247).
3.5.2.4Uji
Uji signifikansi berfungsi untuk peneliti, apabila peneliti ingin mencari makna hubungan variabel X terhadap variabel Y.
√ √
(Riduwan, 2007:137) Keterangan:
t hitung = Nilai t
r = Nilai Koefisien Korelasi n = Jumlah Sampel
Kaidah keputusan:
Jika t hitung t tabel, maka terima Ho artinya tidak signifikan, yaitu kompetensi profesional guru tidak mempengaruhi tingkat pemahaman siswa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan. Kesimpulan penelitian pada dasarnya adalah jawaban pada masalah penelitian yang diajukan. Berdasarkan analisa data, pengujian hipotesis, serta pembahasan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi profesional guru kelas XI IPS pada mata pelajaran akuntansi di SMA Negeri 6 Bandung cenderung rendah yakni sebesar 35,94%.
2. Hasil data yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat pemahaman siswa pada mata pelajaran akuntansi di kelas XI IPS SMA Negeri 6 Bandung yang diukur berdasarkan nilai tes pemahaman mengenai pencatatan akuntansi perusahaan jasa tergolong rendah, dengan hasil sebanyak 39 orang siswa atau sebesar 44,32% berada di atas KKM dan 49 orang siswa atau 55,68% berada di bawah KKM yang telah ditentukan sekolah yakni 70,00.
5.2Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi Guru
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, rekomendasi merujuk kepada indikator yang memiliki skor rata-rata rendah dan sangat rendah. Setiap memulai pelajaran alangkah baiknya bila guru menyampaikan terlebih dahulu mengenai tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan, kemudian guru harus menerapkan berbagai metode pembelajaran supaya terjadi proses belajar mengajar yang interaktif. Pada proses belajar mengajar, guru juga diharapkan mampu menciptakan alat bantu/peraga dan menggunakannya dalam proses pembelajaran walaupun tidak setiap pembelajaran sehingga peserta didik tidak merasa bosan dan antusias mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan adanya fasilitas teknologi yang disediakan sekolah guru harus mampu mengoptimalkan penggunaannya dalam menunjang proses belajar mengajar. 2. Bagi Peneliti Berikutnya
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Alma, B. (2009). Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Baandung: Alfabeta.
Anderson and Krathwohl. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,
Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
.(2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Azwar, S. (2011). Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi
Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dalyono. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 4. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Handoko, Y; dkk. (2005). Akuntansi Kelas 2 SMA. Jakarta: Bumi Aksara.
Kusnandar. (2008). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Marno dan Idris. (2010). Strategi dan Metode Pengajaran Menciptakan
Keterampilan Mengajar yang Efektif dan Edukatif. Yogyakarta: Ar-Rruz
Media.
Moh. Pabundu, T. (2006). Metodologi Riset Bisnis. Jakarta : Bumi Aksara.
Mulyadi, A. (2006). Akuntansi untuk SMA Kelas II (Kelas XI). Bandung: Grafindo Media Pratama.
Mulyasa. (2008). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pribadi. (2010). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Riduwan. (2007). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Sagala, S. (2011). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.
Sedarmayanti dan Hidayat. (2002). Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar Maju.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana. (2004). Statistika untuk Ekonomi dan Niaga I. Bandung: Tarsito. . (2004). Statistika untuk Ekonomi dan Niaga II. Bandung: Tarsito. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep. Bandung: Rosdakarya.
Syah, Muhibbin. (2008). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Undang-Undang dan Peraturan:
Undang-Undang Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: BP.Cipta Jaya.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Pendidikan Nasional.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Skripsi:
Akuntansi SMK Pasundan 1 Bandung. Skripsi. Bandung: Program Studi
Pendidikan Akuntansi Universitas Pendidikan Indonesia.
Firdaus, Dicky Fauzi. (2012). Pengaruh persepsi siswa tentang kompetensi
profesional guru dan kompetensi sosial guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di smk pgri 2 cimahi. Skripsi.
Bandung: Program Studi Pendidikan Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia.
Rosalina, mutia. (2009). Pengaruh Media Pembelajaran Terhadap Pemahaman
Siswa Pada Mata Diklat Menggambar Teknik Dasar Jurusan Teknik Bangunan SMK Negeri 6 Bandung. Skripsi. Bandung: Pendidikan Teknik
Sipil Universitas Pendidikan Indonesia.
Tesis:
Amirawati, Derus. (2009). Pengembangan Model Pembelajaran Cooperative
Learning Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia : Studi Pada Siswa Kelas X SMA Di Kota Cilegon. Tesis.
Bandung: Pengembangan Kurikulum Universitas Pendidikan Indonesia.
Jurnal:
Nurdin. ( ). Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Terhadap Keberhasilan Belajar Siswa. [Online]. Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/19 7907122005011-NURDIN/JURNAL_NURDIN.pdf [10 September 2012] Poerbo, Ratih S B. (2009). “Meningkatkan Pemahaman Komprehensip Siswa
Kelas XII IS 1 SMA 2 Semarang dalam Strategi Pembelajaran Akuntansi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru.
http://sertifikasiguru.unm.ac.id/dokumen/PP%2074%20Tahun%202008%20 Tentang%20Guru.pdf [14 April 2012]
Perpustakaan UPI. ( ). Metode Penelitian. [Online]. Tersedia: