ABSTRAK
LENI AGUSTINA DAULA Y. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematika Siswa SMP Dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan. 2011.
Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Pemecahan Masalah, Koneksi Matematika
Tujuan dari penelitian ini untuk menelaah: (1 ) Penigkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang memperoleh model pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang memperoleh model pengajc¢an langsung, (2) Peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa yang memperoleh model pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang memperoleh model peng~ aran langsung, (3) Kadar aktivitas siswa selama proses pembelajaran berbasis masalah berlangsung, (4) Pola jawaban siswa dalam menyel esaikan masalah pada masing-masing pembelajaran.
Penelitian ini merupakan penelitian semi eksperimen yang difokuskan pada aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berbasis masalah dalam peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematika siswa. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP yang berakreditasi B di Tebing Tinggi. Secara acak, dipilih satu sekolah sebagai subyek penelitian, yaitu SMP Negeri 4 Tebing Tinggi. Kemudian secara acak dipilih dua kelas dari tujuh kelas. Kelas eksperimen diberi perlakuan pembelajaran berbasis masalah dan kelas kontrol diberi perlakuan model pengajaran langsung. Instrumen yang digunakan terdiri dari: tes kemampuan pemecahan masalah matematika, tes kemampuan koneksi matematika dan lembar observasi. Instrumen tersebut dinyatakan telah memenuhi syarat validitas isi, serta koefisien reliabilitas sebesar 0,8575 dan 0,8012 berturut-turut untuk kemampuan pemecahan masalah matematika dan koneksi matematika.
Analisis data dilakukan dengan analisis kovarians (ANAKOV A). Hasil utama dari penelitian ini adalah secara keseluruhan siswa yang pembelajarannya dengan pembelajaran berbasis masalah secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dan koneksi matematika dibandingkan siswa yang pembelajaran dengan pengajaran langsung.
,,
ii
ABSTRACT
Leni Agustina Daulay. Increasing Capability Problem Solving and High School Students Mathematics Connection Using Problem Based Learning. Thesis Study Program Graduate Education Mathematics, State University of Medan. 20 II.
Keywords: Problem Based Learning, Problem Solving, Connections Mathematics
The purposes of this study are to examine: (I) Increasing mathematical problem-solving abilities of students who obtained a model of problem-based learning better than students who received direct instruction model, (2) Increasing the ability of students who obtained a mathematical connection problem based learning model is better than students who received direct instruction model, (3) Levels of student activity during problem-based learning process in progress, (4) The pattern of responses of the students in solving problems in each lesson. This research is a semi-experimental. The population of this research is of seventh grade of Juinor High School accredited B at Tebing Tinggi. At random, one school was chosen as research subjects, namely Junior High School District 4 at Tebing Tinggi. Then randomly selected two classes of seventh grade. Class experiment treated the problem based learning and classroom teaching model treated controls directly. The instrument used consisted of: a test of mathematics problem-solving ability, mathematical ability test connection and observation sheet. Those instruments have been declared eligible content validity, and reliability coefficient of0.8575 and 0.8012 respectively for mathematical problem solving skills and mathematical connections.
.1
efLS
z
?
m
N i M: 0Sl 18Wi3H064
tJNfVERSf:tr' AS
I~ J £ G iE R'- l
MEfJAN
_MI:DA
J ~
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
DAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA SMP DENGAN
MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH
Disusun dan diajukan oleh
LENI AGUSTINA DAULAY
~:081188 73006 4
Telah Dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis Pada Tanggal3 Maret 2011 dan Dinyatakan Telah Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Pembimbing I,
Prof. Dr. Sabat Saral!ih, M.Pd NIP. 19610205 198803 1 003
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Prof. Dr. Sabat Saraeih, M.Pd NIP. 19610205 198803 1 003
Medan, 3 Maret 201 1 Menyetujui
Tim Pembimbing
Pembimbing II,
~~
Prow:.ASDUDir? NIP.19570804 198503 1 002PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI
UJIAN
TESIS MAGISTER PENDIDIKAN
"110.
NAMA
l.
Prof. Dr. Sabat Saragib, M.Pd
NIP. NIP. 19610205198803 1 003
2.
Prof. Dr. Asmin, M.Pd
NIP.195708041985031 002
3.
Prof. Dr. Bomok Sinaga, M.Pd
NIP. 19650910 199102 1 001
-4.
Prof. Dr. Mara Bangun Barahap, MS
NIP. 19560303 198403 1 003
5.
Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd
NIP. 19590807 198303 1 033
Lembar Pengesaban Tesis
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
DAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA SMP DENGAN
MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH
Pembimbing I,
Prof. Dr. Sabat Saragib, M.Pd NIP. 19610205198803 1 003
TESIS
Oleb:
~:081188730064
Medan, 3 Maret 2011 Menyetujui
Tim Pembimbing
Mengetabui: Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Pembimbing II,
Prof.Dr.Asmin,M.Pd NIP.19570804 198503 1 002
Pernyataan Tidak Melakukan Plagiat dan Memalsukan Data
yang bertandatangan di bawah ini: Nama
NIM Angkatan Prodi Judul Tesis
LENI AGUSTIN A DAULA Y 081188730064
XIV
Pendidikan Matematika
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematika Siswa SMP Dengan Pembelajaran Berbasis Masalah
tgan ini menyatakan bahwa:
I. benar tesis saya adalah karya saya sendiri, bukan dikeijakan orang lain; 2. saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan tesis saya;
3.' saya tidak ada merobah atau memalsukan data penelitian saya.
temyata di kemudian hari diketahui saya telah melakukan salah satu hal di atas, maka bersedia dikenai sanksi yang berlaku berupa pencopotan gelar saya.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya.
etahui oleh
.cuddin, M.Sc, Ph.D 19591122 198601 1 001
Medan, 7 Februari 20 II
Saya yang membuat pemyataan,
854E7AAF5281
lNAM.I'DO~OI'lAH
~O>])]t
t:.
lll
KATAPENGANTAR
Segala puji serta syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Dalam proses penyusunan tesis terdapat beberapa hal yang harus dilalui, diantaranya menghadapi kendala dan keterbatasan serta bimbingan/arahan yang terwujud dalam motivasi dari beberapa pihak.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sabat Saragih, M.Pd dan Bapak Hasratuddin, M.Pd selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasatjana UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, SE selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika.
2. Bapak Prof. Dr. Sabat Saragih, M. Pd selaku Pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini.
Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd; Bapak Dr. Mukhtar, M.Pd; dan Bapak Prof. Dr. Mara Ban gun, MS selaku narasumber yang telab memberikan saran dan kritik yang membangun untuk menjadikan tesis ini menjadi lebih baik. 4. Bapak Prof. Dr. Belferik Manullang selaku Direktur Program Pascasarjana
UNIMED.
IV
6. Bapak dan lbu dosen yang mengajar di Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED.
7. Bapak Syafril Purba, S.Pd selaku Kepala SMP Negeri 4 Tebing Tinggi beserta dewan guru yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
8. Ayahanda Almarhum Maraguna Daulay dan lbunda Siti Helen Sembiring, serta abanghanda Iman Taufiq Daulay, Muhammad Yusuf Pane, kakak Helvi And.riani Daulay, Yuni Ramadhani Daulay, Sepni Unriati. yang senantiasa memberikan motivasi dan doa.
Seluruh kerabat, sahabat sepexjuangan (Risna Mira Bella Saragih & Yumira Simamora) yang telah memberikan dorongan, semangat, serta bantuan lainnya kepada penulis.
Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta saudara/i, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya matematika Mungkin masih terdapat kekuranganlkelemahan dalam penyusunan tesis ini,
untuk itu penulis mengharapkan sumbangan berupa pemikiran yang terbungkus dalam saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis i~.
lVI
Medan, Maret 20 IIPenulis
v
DAFTARISI
ABSTRAK
ABSTRACT 11
KATAPENGANTAR lll
DAFTARISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR X
DAFT AR LAMPIRAN xi
BABI PENDAHULUAN
1
1. 1. Latar Belakang Masalah
1
1.2.
Identifikasi Masalah12
1.3.
Pembatasan Masalah12
1.4.
Rumusan Masalah13
1.5.
Tujuan Penelitian 131.6.
Manfaat Penelitian14
1.7.
Definisi Operasional 15BABII KAJIAN PUST AKA
17
2.1.
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika17
>
2.2.
Koneksi Matematika23
2.3.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah26
2.3.1.
Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah29
2.3.2.
Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah31
z
2.3.3.
Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah32
2.4.
Aktivitas Belajar Siswa Dalam PembelajaranMatematika
32
?
2.6.
2.5.
Teori Yang Mendasari Pembelajaran Model pengajaran L:angsung37
Berbasis Masalah
39
2.7.
Hasil Penelitian Yang Relevan Dengan93
Pembelajaran Berbasis Masalah43
2.8.
Kerangka Konseptual45
2.9.
Hipotesis Penelitian55
BAB III METODE PENELITIAN
~
56
3.1.
Populasi dan Sampel Penelitian56
3.2.
Tern pat dan W aktu Penelitian59
3.3.
Disain Penelitian59
3.4.
Definisi Operasional V ariabel Penelitian71
3.5.
Prosedur Pelaksanaan Penelitian 72BABIV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian Tentang Kemampuan Pemecahan Masalah
4.1 .1. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah 4.1.2. Keragaman Pola Jawaban Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika
4.2. Hasil Penelitian Tentang Kemampuan Koneksi Matematika
4.2.1. Deskripsi Kemampuan Koneksi Matematika 4.2.2 Keragaman Pola Jawaban Tes Kemampuan
4.3.
4.4. 4.5. 4.5. 1.4.5.2.
4.5.3.
4.5.4. Koneksi MatematikaAktivitas Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran Pengelolaan Pembelajaran Derbasis Masalah Pembahasan Hasil Penelitian
Faktor Pembelajaran
Kemampuan Pemecahan Masalah Kemampuan Koneksi Matematika
Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Berbasis Masalah
4.6. Keterbatasan Penelitian KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
5.2.
SARAN
DAFT AR PUST AKA
vii
DAFf ART ABEL
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah 31 2.2 Perbedaan Pedagogik Antara Pembelajaran Berbasis
Masalah Dengan Pembelajaran Konvensional 38 3.1 Hasil Evaluasi SMP Negeri 4 Tebing Tinggi 58 3.2 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran 62 3.3 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 63 3.4 Hasil Validasi Tes Kemampuan Koneksi Matematika 63
3.5 Rancangan Uji Coba 64
3.6 Hasil Analisis Validitas Tes Uji Coba Kemampuan
Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematika 67 3.7 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal Kemampuan
Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematika 68
3.8 Daya Pembeda Butir Soal 71
3.9 Rancangan Penelitian 70
3.10 Kategori Aktivitas Siswa Pada Kelas Eksperimen 75 3. 11 Rancangan Analisis Data Untuk Anakova 82 3.12 Weiner Tentang Keterkaitan Antara Variabel Bebas
dan Varia bel T erikat 83
3.13 Keterkaitan Antara Rumusan Masalah, Hipotesis, Data.
Alat Uji dan Uji Statistik 93
::-
4.1 Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Kemampuan PemecahanMasalah Matematika Siswa 97
4.2 Deskripsi Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah
-
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 994.3 Deskripsi Postes Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 100 4.4 Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Pemecahan Masalah
Ke1as Eksperimen dan Kelas Kontrol 101 4.5 Hasil Uji Homogenitas Varians Postes Pemecahan Masalah
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 101 4.6 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan
Pemecahan Masalah Kelas Kontrol 103
4.7 Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan
Pemecahan Masalah Ke1as Kontro1 (SPSS) 103 4.8 Koefisit:n Analisis Varians Untuk Uji lndt:pendensi
Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontro1 (SPSS) 103 4.9 Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Regresi
Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol 104 4.1 0 Analisis Varians Untuk Uji lndependensi Kemampuan
Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen 105 4.11 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan
Pemecahan Masalah Maternatika Kelas Eksperimen (SPSS) 106 4.12 Koefisien Analisis Varians Untuk Uji
Independensi Kemampuan Pemecahan Masalah
[image:12.525.40.471.76.645.2]viii
4.13 Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Regresi
Kemampuan Pemecahan Masalah Ke1as Eksperimen 107 4.14 Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model
Regresi Kemampuan Pemecahan Masalah 108 4.15 Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model
Regresi Kemampuan Pemecahan Masalah (SPSS) 109 4 .16 Koefisien Analisis Kovarians Untuk Kesamaan
Dua Model Regresi Kemampuan Pemecahan Masalah 109 4.17 Analisis Kovarians Kemampuan Pemecahan Masalah
Untuk Kesejajaran Model Regresi 110
4.18 Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap
Kemampuan Pemecahan Masalah Ill
4.19 Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap
Kemampuan Pemecahan Masalah (SPSS) 112 4.20 Rangkurnan Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Taraf
Signifikan 5% 113
4.21 Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Kemampuan Koneksi
Matematika Siswa 119
4 .22 Deskripsi Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 122 4.23 Deskripsi Postes Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 122
~
4.24 Tabel Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Koneksi Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 124 4.25 Uji Homogenitas Varians Postes Koneksi MatematikaKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 124 4.26 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan
Koneksi Matematika Kelas Kontrol 125
4.27 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan
Koneksi Matematika Kelas Kontrol (SPSS) 126 4.28 Koefisien Analisis Varians Untuk Uji Independensi
Kemampuan Koneksi Matematika Kelas Kontrol 126 4.29 Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Regresi
KemampuanKoneksi Matematika Kelas Kontrol 127 4.30 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan
Koneksi Matematika Kelas Eksperimen 128 4.31 Analisis Varians Untuk Uji Indt:pendt:nsi Kt:mampuan
Koneksi Matematika Kelas Eksperimen (SPSS) 129 4.32 Koefisien Analisis Varians Untuk Uji
Independensi Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelas Eksperimen (SPSS) 129
4.33 Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Regresi
Kemampuan Koneksi Matematika Kelas Eksperimen 130 4.34 Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model
Regresi Kemampuan Koneksi Matematika 131 4.35 Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model
[image:13.522.42.470.50.633.2]ix
4.36 Koefisien Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua
Model Regresi Kemampuan Koneksi Matematika 132 4.37 Analisis Kovarians Kemampuan Pemecahan Masalah
Untuk Kesejajaran Model Regresi 133
4.38 Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap
Kemampuan Koneksi Matematika 134
4.39 Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap
Kemampuan Koneksi Matematika (SPSS) 135 4.40 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
Kemampuan Koneksi Matematika Pada Taraf
Signifikan 5% 136
Gam bar
DAFfAR GAMBAR 3.1 Rangkuman Alur Penelitian
4.1 Rata-Rata Persentase Aktivitas Siswa Dalarn Pembelajaran Berbasis Masalah
4.2 Nilai Kategori Kemarnpuan Guru Mengelola Pembelajaran
4.1 Ragarn Pola Jawaban Butir Soal Nomor 1 4.2 Ragarn Pola Jawaban Butir Soal Nomor 2 4.3 Ragam Pola Jawaban Butir Soal Nomor 3 4.4 Ragam Pol a Jawaban Butir Soal Nomor 4 4.5 Ragam Pola Jawaban Butir Soal Nomor
5
4.6 Ragam Pola Jawaban Butir Soal Nomor 1 4.7 Ragam Pola Jawaban Butir Soal Nomor 2 4.8 Ragam Pola Jawaban Butir Soal Nomor 3 4.9 Ragam Pola Jawaban Butir Soal Nomor 4 4.10 Ragarn Pola Jawaban Butir Soal Nomor 595 143 145 114 115 116 117 118 137 138 138
139
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I 173 Kisi-kisi Iinstrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 174 Kisi-kisi Iinstrumen Tes Kemampuan Koneksi Matematika
Butir Soal Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah 175 Butir Soal Pretes Kemampuan Koneksi Matematika I 78 Butir Soal Postes Kemampuan Pemecahan Masalah 180 Butir Soal Postes Kemampuan Koneksi Matematika 182 KW1ci (Alternatif) Jawaban Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah 184 KW1ci (Aitematif) Jawaban Pretes Kemampuan Koneksi Matematika 187 KW1ci (Altematif) Jawaban Postes Kemampuan Pemecahan Masalah 190 KW1ci (Altematif) Jawaban Postes Kemampuan Koneksi Matematika 193 Pedoman Penskoran Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 196 Pedoman Penskoran Penyelesaian Tes Kemampuan Koneksi Matematika 197
Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 198
Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran
Di Kelas Eksperimen 226
Hasil Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Di Kelas Eksperimen 227
LAMPIRAN II 206 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Berbasis Masalah 228 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ekspositori 236
LAMPIRAN III 270
Jadwa1 Pelaksanaan Kelas Eksperimen 271
Jadwal Pelaksanaan Kelas Kontrol 271
Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen 273
LAMPIRAN IV 274 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 275 Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 276 Hasil Validasi Lembar Observasi Aktivitas Guru Selama Pembelajaran 277 Hasil Validasi Lembar Observasi Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran 278
LAMPIRAN V 279 Deskripsi Hasil Pretes Kemampuan Pemecahan Masalal1 28 1 Di Kelas Eksperimen
Deskripsi Hasil Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah
Di Kelas Kontrol 282
Deskripsi Hasil Pretes Kemampuan Koneksi Matematika
Di Kelas Eksperimen 283
Deskripsi Hasil Pretes Kemampuan Koneksi Matematika
Di Kelas Kontrol 284
Deskripsi Hasil Postes Kemampuan Pemecahan Masalah
Di Kelas Eksperimen 285
Deskripsi Hasil Postes Kemampuan Pemecahan Masalah
Di Kelas Kontrol 286
Deskripsi Hasil Postes Kemampuan Koneksi Matematika
Di Kelas Eksperimen 287
Deskripsi Hasil Postes Kemampuan Koneksi Matematika
Di Kelas Kontrol 288
Perhltungan V aliditas Butir Soal Pemecahan Masalah dan
Koneksi Matematika 289
Uji Reliabilitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa 295 Uji Reliabilitas Tes Kemampuan Koneksi Matematika Siswa 296 Hasil Statistik Alpha Cronbach Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Dengan SPSS 17 297
Reliabilitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Dengan SPSS 17 297 Hasil Statistik Alpha Cronbach Tes Kemampuan Koneksi Matematika
Dengan SPSS 17 297
Reliabilitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Dengan SPSS 17 297 Uji TarafKesukaran dan daya Pembeda Tes Pemecahan Masalah 298 Uj i Taraf Kesukaran dan daya Pembeda Tes Koneksi Matematika 299 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (SPSS 17) 304 Hasil Validasi Tes Kemampuan Koneksi Matematika (SPSS 17) 305 Perhitungan Normalitas Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelas Eksperimen 306
Perhitungan Normalitas Prestes Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelas Kontrol 307
Perhitungan Normalitas Pretes Kemampuan Koneksi Matematika
Kelas Eksperimen 308
Perhitungan Normalitas Pretes Kemampuan Koneksi Matematika
Kelas Kontrol 309
Perhltungan Normalitas Postes Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelas Eksperimen 310
Perhitungan Normalitas Postes Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelas Kontrol 311
Perhitungan Normalitas Postes Kemampuan Koneksi Matematika
Kelas Eksperimen 312
Perhitungan Normalitas Postes Kemampuan Koneksi Matematika
Kelas Kontrol 313
Perhitungan Uji Indepedcnsi Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelas Kontrol 314
Perhitungan Uji Indepedensi Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelas Eksperimen 315
Perhitungan Uji Indepedensi Kemampuan Koneksi Matematika
Kelas Kontrol 316
Perhitungan Uji Indepedensi Kemampuan Koneksi Matematika
Kelas Kontrol 317
Perhitungan Uji Linieritas Model Regresi Kemampuan Pemecahan
Masalah Kelas Eksperimen 318
Perhitungan Uji Linieritas Model Regresi Kemampuan Pemecahan
Masalah Kelas Kontrol 319
Perhitungan Uji Linieritas Model Regresi Kemampuan Koneksi
Matematika Kelas Eksperimen
Perhitungan Uji Linieritas Model Regresi Kemampuan Koneksi Matematika Kelas Kontrol
Perhitungan Uji Kesamaan Model Regresi Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Perhitungan Uji Kesamaan Model Regresi Kemampuan Koneksi Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Perhitungan Uji Kesejajaran Model Regresi Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Perh..itungan Uji Kesejajaran Model Regresi Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Hasil Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran
Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Berbasis Masalah
z
?
m
320
321
322
323
324
326
328
329
1.1. Latar Belakang Masalah
BABI
PENDAHULUAN
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus dilakukan baik secara
konvensional maupun inovatif. Namun, mutu pendidikan belum menunjukkan
basil yang sebagaimana yang dibarapkan kenyataan ini terlibat dari basil belajar yang diperoleb siswa masib sangat rendah, khususnya mata pelajaran matematika.
Keluhan terbadap rendahnya basil belajar matematika siswa dari jenjang
pendidikan terendah sekolah dasar sampai perguruan tinggi tidak pemah hilang.
Rendahnya basil belajar matematika siswa tampak pada ketidaklulusan siswa yang
sebagian besar disebabkan oleh tidak tercapainya nilai batas lulus yang telah
ditetapkan.
Hal ini j uga tercermin dari rata-rata kelas untuk mata pelaj aran
matematika, daya serap dan ketuntasan belajar siswa kelas VII MTs
Al-Hasyimiyah Tebing Tinggi tahun pelajaran 2007/2008 masih rendah, yaitu 60
untuk rata-rata kelas, 60% untuk daya serap, dan 65% untuk ketuntasan belajar.
Dari data tersebut terlibat bahwa hasil belajar matematika siswa masib belum
mencapai yang diharapkan oleb kurikulum, yaitu 65 untuk rata-rata kelas, 65%
untuk daya serap dan 85% untuk ketuntasan belajar, (sumber: nilai raport siswa
tahun pelajaran 2007 /2008). Hal sama juga terjadi pada sekolah SMP Negeri 4 Tebing Tinggi, dari wawancara yang dilakukan peneliti dengan salah satu guru
matematika di sekolah tersebut nilai rata-rata kelas 60 dan untuk ketuntasan
2
Rendahnya nilai matematika stswa harus ditinjau dari lima aspek
pembelajaran umum matematika yang dirumuskan oleh National Council of Teachers of Mathematic (NCTM: 2000) :
Menggariskan peserta didik harus mempelajari matematika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Untuk mewujudkan hal itu, pembelajaran matematika dirwnuskan lima tujuan umum yaitu: pertama, belajar untuk berkomunikasi; kedua, belajar untuk bernalar; ketiga, belajar untuk memecahkan masalah; keempat, belaj ar untuk mengaitkan ide; dan kelima, pembentukan sikap postif terhadap matematika.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak terlepas dari sesuatu yang
namanya masalah, sehingga pemecahan masalah merupakan fokus utama dalam
pembelajaran matematika. Branca ( dalam Gusti, 2009) menyatakan bahwa:
kemampuan memecahkan masalah adalah tujuan umum dalam pengajaran
matematika dan jantungnya matematika. Tidak semua pertanyaan merupakan
suatu masalah. Suatu pertanyaan akan menj adi masalah hanya jika pertanyaan itu
menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh prosedur
rutin yang sudah diketahui oleh siswa. Apabila kita menerapkan pengetahuan
matematika, keterampilan atau pengalaman untuk memecahkan suatu dilema atau
situasi yang baru atau yang membingungkan, maka kita sedang inemecahkan
masalah. Untuk menjadi seorang pemecah masalah yang baik, siswa
membutuhkan banyak kesempatan untuk menciptakan dan memecahkan masalah
dalam bidang matematika dan dalam konteks kehidupan nyata.
Namun kenyataan di lapangan proses pembelajaran matematika yang
dilaksanakan pada saat ini belum memenuhi harapan para guru sebagai
3
belajar matematika, khususnya dalam menyelesaikan soal yang yang berhubungan
dengan kemampuan pemecahan masalah matematik sebagaimana diungkapkan
Sumarmo (dalam Suhenri: 2006 (3)) bahwa kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika pada umumnya belum memuaskan. Kesulitan
yang dialami siswa paling banyak tetjadi pada tahap melaksanakan perhitungan
dan memeriksa hasil perhitungan. Sehubungan dengan itu, dalam penelitian Atun
(2006: 66) mengungkapkan bahwa: perolehan skor pretes untuk kemampuan
pemecahan masalah matematik pada kelas eksperimen mencapai rerata 25,84 atau
33,56 % dari skor ideal.
Dari hasil observasi dan selama mengajar di kelas, peneliti mendapatkan
siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal dalam bentuk pemecahan masalah dan
menghubungkannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu materi yang yang
dirasa sulit oleh siswa yaitu barisan bilangan dan deret, sebagian siswa tidak
memahami soal yaitu tidak mengetahui apa yang diketahui dan apa yang ditanya
pada soal dan rumus apa yang harus dipakai karena masih bingung soal tersebut
merupakan deret geometri atau deret aritmatika. Ini masih salah satu diantara
pokok bahasan yang dirasa sulit oleh siswa. Diharapkan siswa dapat
menyelesaikan masalah apapun yang terdapat pada pelajaran matematika dan
dapat menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.
Sebagai contoh, selembar kertas folio dipotong menjadi dua bagian yang
sama, kemudian potongan yang satu ditumpuk di atas bagian yang lain.
Tumpukan ini dipotong lagi menjadi dua bagian yang sama, kemudian ditumpuk
4
pemotongan? Kebanyakan siswa tidak mengetahui pola yang terdapat dalam soal
cerita tersebut, mereka hanya mengetahui bilangan pertama dua, sebagian siswa
yang lain mengetahui polanya tetapi masih bingung ini merupakan deret
aritmatika atau geometri, mereka membuat pola 2, 4, 8, 16, .... .. , selanjutnya
mereka tidak mengetahui harus menggunakan rumus yang mana.
Karena itu kemampuan pemecahan masalah dalam matematika perlu
dilatihkan dan dibiasakan kepada siswa sedini mungkin. Kemampuan ini
diperlukan siswa sebagai bekal dalam memecahkan masalah matematika dan
masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini seperti yang
dikemukakan Ruseffendi (1991: 291) bahwa: kemampuan memecahkan masalah
amatlah penting bukan saja bagi mereka yang dikemudian hari akan mendalami
matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya baik dalam
bidang studi lain maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Aktivitas-aktivitas yang tercakup dalam kegiatan pemecahan masalah,
meliputi: mengidentifikasi unsur yang diketahui, ditanyakan, serta kecukupan
unsur yang diperlukan, merumuskan masalah situasi sehari-hari dan matematik;
menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah
baru) dalam atau luar matematika; menjelaskan/menginterpretasikan hasil sesuai
masalah asal; menyusun model matematika dan menyelesaikannya untuk masalah
nyata dan menggunakan matematika secara bermakna. Polya ( dalam Hudoyo,
2003: 91) menyebutkan empat langkah dalam penyelesaian masalah, yaitu: (I)
memaharni masalah; (2) merencanakan masalah, (3) merencanakan pemecahan;
5
Anonim ( dalam Atun, 2006) yang berpendapat, bahwa pemecahan
masalah secara berkelompok mempunyai keuntungan antara lain, (1) strategi pemecahan masalah yang tersusun lebih kuat dan kompleks. Pemecahan masalah
secara berkelompok memberikan siswa kesempatan untuk memilih strategi; (2)
kelompok dapat menyelesaikan permasalahan secara lebih kompleks
dibandingkan perseorangan; (3) setiap orang dapat berlatih merencanakan dan
memonitor kemampuan kemampuan-kemampuan yang mereka perlukan untuk
menjadikan dirinya sebagai problem solver yang lebih baik; (4) dalam diskusi, setiap anggota mendapat giliran dalam berpendapat dan dapat mengecek ulang
miskonsepsi mereka; (5) ketika mendapatkan kesulitan, siswa tidak begitu takut
menghadapinya, karena hakikatnya mereka tidak sendiri tetapi berkelompok.
Kemampuan berpikir yang tidak kalah pentingnya yang harus dimiliki oleh
siswa adalah kemampuan koneksi matematika. Kemampuan koneksi matematika
dan pemecahan masalah memiliki keterkaitan yang sangat erat, di mana dengan
kemampuan pemecahan masalah yang baik, tentunya akan sangat membantu
siswa untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematikanya, demikian pula
sebaliknya. NCTM (2000) mengemukakan koneksi matematika (mathematical connection) membantu siswa untuk mengembangkan perspektifnya, memandang matematika sebagai suatu bagian yang terintegrasi daripada sebagai sekumpulan
topik, serta mengakui adanya relevansi dan aplikasi baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Selanjutnya, Sumarmo (dalam Hafiziani, 2006) merinci kemampuan yang
6
hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur, memahami hubungan antar topik matematika, menerapkan matematika dalam bidang lain atau dalam kehidupan sehari-hari; memahami representasi ekuivalen suatu konsep, meneari hubungan satu prosedur dengan prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen, dan menerapkan hubungan antar topik matematika dan antara topik matematika dengan topik di luar matematika.
Namun kenyataan di lapangan, dari penelitian Ruspiani (2000: 130) mengungkap bahwa rata-rata nilai kemampuan koneksi matematik siswa sekolah menengah rendah, nilai rata-ratanya kurang dari 60 pada skor 1 00, yaitu sekitar 22,2% untuk koneksi matematik siswa dengan pokok bahasan lain, 44,9% untuk koneksi matematik dengan bidang studi lain, dan 7,3% untuk koneksi ma~emati ka
dengan kehidupan keseharian. Kusuma ( dalam Hafiziani, 2006) menyatakan tingkat kemampuan siswa kelas III SLTP dalam melakukan koneksi matematik masih rendah. Dari hasil temuan-temuan ini, betapa permasalahan tentang koneksi matematik siswa ini menjadi sebuah permasalahan serius yang harus segera ditangani, sehingga kemampuan siswa terhadap kompetensi dasar yang diinginkan tereapai dalam pelaksanaan kurikulum yang berlaku pada saat ini dapat dipenuhi.
7
Untuk menyelesaikan persoalan ini terlebih dahulu siswa mengidentifikasikan keeukupan informasi atau data dan melihat apakah data tersebut bisa dimanfaatkan untuk menyelesaikan persoalan. Dari soal, bisa jadi siswa menuangkan informasi atau data ke dalam gambar berikut,
2m
II I II I I I II I I II I 11 11111 11 II I II I I I I I
4 m
*
2 m = 200 em (kemampuan mengkonversi)*
4 m = 400 em (kemampuan mengkonversi)*
ukuran satu buah ubin 20 em x 20 emSelanjutnya siswa akan berusaha menyatakan situasi yang ada dalam perrnasalahan ke dalam model matematika. Model matematika yang dibuat siswa dapat berupa pemodelan yang dikenal siswa. Siswa mungkin bisa mengawalinya dengan memperkirakan banyaknya ubin pada barisan paling bawah sebagai berikut 400 : 20 = 20. Kemudian dilanjutkan dengan menentukan banyaknya ubin pada baris berikutnya. Pada permasalahan dinyatakan bahwa "setiap baris ubin mengandung satu ubin lebih sedikit daripada baris ubin sebelumnya", berdasarkan pernyataan tersebut dapat diperkirakan bahwa baris berikutnya terdiri dari 19 ubin, demikian seterusnya.
8
terdapat konsep barisan dan konsep deret. Dari rumus ataupun konsep yang digunakan adakalanya digunakan secara bersamaan. Dalam kondisi ini siswa haruslah mampu mengkaitkan satu konsep atau prinsip dengan konsep atau prinsip lainnya yang mungkin secara bersama-sama digunakan untuk menyelesaikan persoalan dalam satu situasi dan menentukan konsep mana yang lebih dulu digunakan dalam suatu prosedur penyelesaian permasalahan. Dalam menyelesaikan permasalahan pada contoh soal, siswa bisa saja terjebak untuk mencari luas trapesium terlebih dahulu, padahal untuk menyelesaikan persoalan tersebut tidak perlu menentukan luas trapesiurnnya. Untuk ini siswa perlu memiliki kemampuan mengetahui perlu atau tidaknya menerapkan hubungan antar topik matematika dan antar topik matematika dengan topik yang mungkin di luar matematika.
Para pembaharu pendidikan matematika sepakat bahwa matematika hams dibuat accessible bagi seluruh siswa. Artinya, matematika hendaknya ditampilkan sebagai disiplin ilrnu yang berkaitan (connected), dan bukan sebagai sekumpulan topik yang terpisah-pisah. Matematika harus dipelajari dalam konteks yang bermakna yang mengaitkannya dengan subyek lain dan dengan minat dan pengalaman siswa (House dalam Herlan: 2006: 2).
9
mampu membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal berbentuk masalah, mengaktifkan siswa dalam belajar, memotivasi siswa untuk mengemukakan ide dan pendapat mereka, dan bahkan para siswa masih enggan untuk bertanya pada guru jika mereka belum paham terhadap materi yang disajikan guru. Di samping itu juga, guru senantiasa dikejar oleh target waktu untuk menyelesaikan setiap pokok bahasan tanpa memperhatikan kompetensi yang dimiliki siswanya. Untuk menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi dalam pembelajaran matematika, guru harus mengupayakan pembelaj aran dengan menggunakan model-model belajar yang dapat memberi peluang dan mendorong siswa untuk melatih kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematik siswa.
Ada banyak model pembelajaran yang bisa kita gunakan dalam upaya menumbuhkembangkan kedua kemampuan tersebut, salah satu model pembelajaran yang sejalan dengan karakteristik matematika dan harapan kurikulum yang berlaku pada saat ini adalah model pembelajaran berbasis masalah. Model ini merupakan pendekatan pembelajaran peserta didik pada masalah autentik (nyata) sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang tinggi dan inkuiri, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan kepercayaan dirinya (Arends dalam Trianto, 2009: 92).
10
Mereka juga mengidentifikasi apa yang mereka perlu belajar untuk lebih memahami masalah dan bagaimana mengatasinya. (Barrows, 2003 ).
Pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator. Pembelajaran berbasis masalah adalah pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar berpikir Jcritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Masalah kontekstual yang diberikan bertuj uan untuk memotivasi siswa, membangkitan gairah belajar siswa, meningkatkan aktivitas belajar siswa, belajar terfokus pada penyelesaian masalah sehingga siswa tertarik untuk belajar, menemukan konsep yang sesuai dengan materi pelajaran, dan dengan adanya interaksi berbagi ilmu antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungan siswa diajak untuk aktif dalam pembelajaran.
11
Penerapan model pembelajaran pembelajaran ini diupayakan ada peningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematika karena siswa mulai bekelja dari permasalahan yang diberikan, mengaitkan masalah yang akan diselidiki dengan dengan meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran, melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata, membuat produk berupa laporan, model fisik untik didemonstrasikan kepada ternan-ternan lain, bekelja sama satu sama lain untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
Penelitian dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah telah diteliti oleh Abbas, dkk (2006: l) yang menyatakan: pada siklus I dari 35 orang siswa, ada 26 orang siswa (74,29%) mencapai ketuntasan belajar dan pada siklus II ada 32 orang siswa (91,43%) mencapai ketuntasan belajar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan penilaian portofolio siswa
,,
12
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah
inilah yang diteliti untuk melihat adanya peningkatkan kemampuan pemecahan
masalah dan koneksi matematika siswa.
1.2. ldentiflkasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat diidentifikasi
beberapa pennasalahan, sebagai berikut :
1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.
2. Kemampuan siswa menyelesaikan soal yang berbentuk pemecahan
masalah masih rendah.
Kemampuan siswa melakukan koneksi baik koneksi antar pokok bahasan
dalam matematika, koneksi matematika dengan pelajaran lain dan koneksi
matematika dengan kehidupan sehari-hari masih rendah
4. Pembelajaran matematika yang kurang melibatkan aktivitas siswa.
5.
Model pembelajaran yang digunakan guru belum bervariasi.6. Pola jawaban dalam menyelesaikan soal - soal koneksi matematika dan
soal - soal pemecahan masalah matematika di kelas bel urn bervariasi.
1.3. Pembatasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,
maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih fokus. Peneliti hanya meneliti
tentang penggunaan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan
13
aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan proses penyelesaian
masalah (polajawaban).
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada Jatar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah maka rumusan masalah yang dikemukakan pada penelitian
ini adalah:
1. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
yang memperoleh model pembelajaran berbasis masalah lebih baik
daripada kemampuan pemecahan ma..alah matematika siswa yang
memperoleh model pengajaran langsung?
2. Apakah peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa yang
memneroleh model nemhelaiaran herhasis ma..alah lehih haik darinada .l .l J ..
-
siswa yang memperoleh model pengajaran langsung?3. Bagaimana kadar aktivitas siswa dalam pembelajaran berbasis masalah
dapat memenuhi kriteria pen<'.apaian efektivitas?
4. Bagaimana polajawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah
pada masing-masing pembelajaran?
1.5. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
tentang pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan
pemecahan masalah dan koneksi matematika siswa Secara lebih khusus
14
I. Penigkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang memperoleh model pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang memperoleh model pengajanm langsung.
2. Peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa yang memperoleh model pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang memperoleh model pengajaran langsung.
3. Kadar aktivitas siswa selama proses pembelajaran berbasis masalah berlangsung.
4. Pola jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah pada masing-masing pembelajaran.
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat dan menjadi masukan berharga bagi pihak-pihak terkait di antaranya:
I. Untuk Peneliti
Memberi gambaran atau informasi tentang peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, koneksi matematika siswa, aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung dan pola jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah pada masing-masing pembelajaran.
2. Untuk Siswa
15
melakukan pemecahan masalah dan koneksi matematika dan basil belajar
siswa meningkat juga pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna
dan bennanfaat
3. Untuk Guru Matematika dan Sekolah
Memberi alternatif atau variasi model pembelajaran matematika untuk
dikembangkan agar menjadi lebih baik dalam pelaksanaannya dengan cara
memperbaiki kelemahan dan kekurangannya dan mengoptimalkan pelaksanaan hal-hal yang telah dianggap baik.
Untuk Kepala Sekolah
Memberikan izin kepada setiap guru untuk mengembangkan model-model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan
koneksi matematika pada khususnya dan hac;il belajar matematika si swa
pada umumnya.
1.7. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah
yang terdapat pada rumusan mac;alah dalam penelitian ini, perlu dikemukakan
defmisi operasional sebagai berikut :
1. Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran dengan
mengacu pada lima langkah pokok, yaitu: (1 ) orientac;i siswa pada
masalah, (2) mengorganisir siswa untuk belajar, (3) membimbing
16
manyajikan hasil karya, (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
2. Model pengajaran langsung adalah model pembelajaran dengan mengacu pada Jima langkah pokok, yaitu: (1) menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, (2) mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, (3) membimbing pelatihan, (4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, (5) memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.
Kemampuan pemecahan ma<>alah matematika adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah, yaitu: (1) memahami ma<>alah, {2) merencanakan pemecahan, (3) melaksanakan pemecahanlperhitungan, (4) memeriksa kembali kebenaranjawaban yang diperoleh.
Kemampuan koneksi matematika ad;:~lah kemampnan memahami hubungan antar topik matematika, koneksi terhadap mata pelajaran lain serta koneksi dalam kehidupan sehari-hari.
5.1. Simpulan
BABV
SIMPULAN DAN SARAN
162
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian selama
pembelajaran berbasis masalah dengan menekankan pada kemampuan pemecahan
masalah dan koneksi matematika, maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang
memperoleh model pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang memperoleh model
pengajaran langsung, diperoleh rata-rata kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa yang memperoleh model pembelajaran
berbasis masalah adalah 6,94 sedangkan rata-rata kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa yang memperoleh model
pengajaran langsung adalah 6,08.
Peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa yang memperoleh model
pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada kemampuan koneksi
matematika siswa yang memperoleh model pengajaran langsung. diperoleh
rata-rata kemampuan koneksi matem atika siswa yang memperoleh
model pembelajaran berbasis masalah adalah 6,62 sedangkan rata-rata
kemampuan koneksi matematika siswa yang memperoleh model
163
3. Aktivitas siswa dengan pembelajaran berbasis masalah adalah efektif. Dengan merujuk pada kriteria yang ditetapkan yaitu pengelolaan pembelajaran dikatakan efektif jika delapan kategori dari kriteria toleransi pencapaian keefektifan waktu yang digunakan pada sepuluh butir dipenuhi.
4. Pola jawaban siswa dengan pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan pengajaran langsung.
5.2. Saran
Berdasarkan basil penelitian, pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan pada kegiatan pembelajaran memberikan hal-hal penting untuk perbaikan. Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal berikut :
1. Bagi guru matematika
Pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran matematika yang menekankan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematika siswa dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika yang innovatif khususnya dalam mengajarkan materi persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel dan perbandingan.
164
c. Aktivitas siswa dalam pembelajaran berbasis masalah adalah efektif. Diharapkan guru matematika dapat menciptak:an suasana pembelajaran yang menyenangkan, memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan gagasanya dalam bahasa dan cara mereka sendiri, berani berargumentasi sehingga siswa akan lebih percaya diri dan kreatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian matematika bukan lagi momok yang sangat menyulitkan bagi siswa.
d. Agar model pembelajaran berbasis masalah lebih efektif diterapkan pada pembelajaran matematika, sebaiknya guru hams membuat perencanaan mengajar yang baik dengan daya dukung sistem pembelajaran yang baik (Buku Guru, Buku Siswa, LKS, RPP, media yang digunakan).
Diharapkan guru perlu menambah wawasan tentang teori-teori pembelajaran dan model pembelajaran yang innovatif agar dapat melaksanakannya dalam pembelajaran matematika sehingga pembelajaran konvensional secara sadar dapat ditinggalkan sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa.
2. Kepada Lembaga terkait
165
b. Pembelajaran berbasis masalah dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif dalam meningk:atkan kemampuan pemecahan masalah dan
koneksi matematika siswa pada pokok bahasan persamaan dan
pertidaksamaan linier satu variabel dan perbandingan sehingga dapat
dijadikan masukan bagi sekolah untuk dikembangk:an sebagai strategi pembelajaran yang efektif untuk pokok bahasan matematika yang lain. 3. Kepada peneliti lanjutan
a. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan pembelajaran berbasis masalah
dalam meningk:atkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi
matematika siswa secara maksimal untuk memperoleh basil penelitian yang maksimal.
b. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan pembelajaran berbasis masalah
- dalam meningk:atkan kemampuan matematika lain dengan menerapkan
166
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, N. dkk. 2006. Meningkatkan Hasil Be/ajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Penilaian Portofolio Di SMPN 10 Gorontalo. (Online). (http;/ /www.depdiknas.go.id/jurnaVS 1 /nurhayati-penerapan.pdf. 10 Oktober 2009).
Agung, IGN. 1992. Metode Penelitian Sosial (Pengertian dan Pemakaian Praktis). Bagian I. Jakarta: Gramedia.
Arends, I.R. 2008. Learning To Teach Be/ajar Untuk Mengajar Buku Satu.
Y ogyakarta: Pustaka Pelajar.
---:--=--- --,.----· 2008. Learning To Teach Be/ajar Untuk Mengajar Buku Dua.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Atun, I. 2006. Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Koopretaif Tipe
Student Teams Achievement Divisions Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasrujana UPI Bandung.
Barrows, S.H. 2003. Problem Based Instruction (PBI). (Online). (http://web.cortland.edu/frieda/ID/IDtheories/46.html, diakses 10 Oktober 2009).
Ben-Zeev, T, & Sternberg, R.J. 1996. The Nature of Mathematical Thinking. Mahwah. NJ: Lawrence Erlbaum Associates,Inc.
Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Be/ajar. Jakarta: Erlangga.
Depdikbud. 1995. Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Depdikbud.
Dorhayani, S. 2009. Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri-2 Rantau Selatan Rantauprapat. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
167
Fergusson, G.A. 1989. Statistical Analisys In Psychology and Education. Sixth Edition, Singapore : Me. Graw- Hill International Book Co.
Grinnel, Jr.M. 1998. Social Work Research and Evaluation. Third Edition. Illionis : F.E.Peacock Publishers, Inc.
Gusti. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Instruction) Dalam Pembelajaran Matematika. (Online). (http://one.indoskripsi.com, diakses 10 Oktober 2009).
Hafiziani. 2006, Pembe/ajaran Kontekstual Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Koneksi Mate matik Siswa SMP. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasatjana UPI Bandung.
Hasanah, A. 2004. Mengembangkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Yang Menekankan Pada Represenatsi Matematik
Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasatjana UPI Bandung. Herlan, A. 2006. Mengembangkan Pembelajaran Berbasis Komputer Untuk
Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Siswa SMA. Tesis tidak · diterbitkan. Bandung: Program Pascasatjana UPI Bandung.
Huda, M. 2007. Motivasi dan Aktivitas Dalam Be/ajar. (Online). (http: //michailhuda.multiplv.com/journallitem/l 09/Motivasi dan aktiv itas
dalam belajar?&show interstitial= I &u=%2Fjournai%2Fitem, diakses 13 Juli 2010).
Hudojo, H. 1988. Mengajar Be/ajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan P2LPTKjakarta.
- - , - - - -- · 2001. Common Textbook: Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Edisi Revisi. Malang: JICA - Universitas Negeri Malang.
Ibrahim, M. dkk. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Unesa.
Jihad, A. 2006. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masa/ah Matematika dengan Metode IMPROVE disertai Embedded Tes. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasatjana UPI Bandung
168
Kantowski, M.G.1981. "Problem Solving". Mathematics Education Research: Implications for the 80 .. Virginia: NCTM.
Karno, T. 1996. Mengenal Analisis Tes (Pengantar
ke
Program Komputer ANATES). Bandung: Jurusan Psikologi dan Bimbingan FIP IKIP.Kemp, J.E. 1994. Designing Effective Instruction. New York: Macmilan Colege Publishing Company.
Kusaeri, 2006. Profil Kemampuan Dasar Mahasiswa Jurusan Tadris Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah. (Online). (http://ejoumal.sunan-ampel. ac.i d/index.php/Qualita/article/viewFile/133/ 12 1, diakses 10 Oktober 2009).
Marzuki, A. 2006. Implementasi Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasrujana UPI Bandung.
Meyers, M.E. 2007. What is Activity Theory?.
(http://www.britannica.com/bps/additionalcontent/18/25607288, 20 Juli 2010).
(Online). diakses
Morrison, F.D. 1983. Applied Analysis Statistical Methods. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Muin. 2005. Pendekatan Metakognitif Untuk Meningkatkan Seluruh Aspek Kemampuan Matematika. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasrujana UPI Bandung.
NCTM. 2000. Defining Problem Solving. (Online). (http://w-ww.leamer.org/channel/courses/teachingmath/gradesk 2/session 03/sectio 03 a.html, diakses 10 September 2009).
Netter, J. 1974. Applied Linier Statistical Model. Illions: Richard D. Erwin, INC.
Noer, S.H. 2007. Pembelajaran Open-Ended Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dan Berpikir Kreatif. . Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasrujana UPI Bandung.
Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK
Malang: Universitas Negeri Malang.
169
Ruseffendi, E.T. 1991. Pengajaran Matematika Modern untuk Orang Tua, Murid, Guru, dan SPG Seri Kelima. Bandung: Tarsito.
---.,..---·· 1998. Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IkiP Bandung Press.
Ruspiani. 2000. Kemampuan Siswa Dalam Melakukan Koneksi Matematika. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.
Ryder, M. 2007. What is $Activity Theory?. (Online). (http://carbon.cudenver.edu/- mryder/itc data/act dff.html, diakses 20 Juli 2010).
Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Me/alui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.
Sinaga, B. 1999. Efektivitas Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) Pada Siswa Ke/as I SMU Dengan Bahan Kajian Fungsi Kuadrat. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya: Program Pascasarjana IKIP Surabaya. ·
>
_ _ _ _ . 2008. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masa/ah Berbasis Budaya Batak (PBM-B3). Laporan Hasil Penelitian (Hibah Bersaing). Medan: UNIMED, Agustus 2008.Siswadi. 2008. Aktivitas Be/ajar Matematika. (Online), (http://matematikamobile.uni.cc/aktivitas-belajar-matcmatika, diakses 12 Juli 2010).
Suhendra. 2005. Pembelajaran Berbasis Masa/ah dalam Kelompok Be/ajar Kecil Untuk Mengembangkan Kemampuan Siswa SMA Pada Aspek Problem Solving Matematik. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Pr ogram Pascasarjana UPI Bandung.
Suhendri. 2006. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA melalui Problem-Centered Learning (PCL). Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.
Suherman, E. dkk. 2003. Strategi Pembe/ajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: UPI.
170
Sulatra, I.M. 2007 Pendekatan Berbasis Masalah Dalam Pembe/ajaran Matematika (Sebagai Alternative Model Pembelajaran Pelaksanaan Kurikulum 2004 di Kelas. (Online).
(http://blog. unila.ac .id./imadesulatralfiles/2009/09/makalah ar-pbl-2005.pdf, diakses 10 Oktober 2009).
Suparno, P. 2000. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.
Tim MKPBM. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:
UPI
Bandung.Trianto. 2007. Model Pembelajaran Innovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta : Prestasi Pustaka.
----::-'--- · 2009. Mendesain Metode Pembelajaran Jnovatif dan Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.