• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepastian dan Perlindungan Hukum terhadap Debitur atas Gugatan Kreditur yang Terlebih Dahulu Melakukan Wanprestasi Berdasarkan Hukum Positif di Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kepastian dan Perlindungan Hukum terhadap Debitur atas Gugatan Kreditur yang Terlebih Dahulu Melakukan Wanprestasi Berdasarkan Hukum Positif di Indonesia."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Wulan Purnamasari NRP : 1187072

ABSTRAK

!

Manusia dalam menjalankan aktivitas bisnisnya tidak dapat melakukan sendiri, tetapi harus dilakukan secara bersama atau dengan mendapat bantuan dari orang lain. Un-tuk itu diperlukan suatu perangkat hukum demi kegiatan bisnis tersebut. Perangkat hukum itu disebut dengan perjanjian. Perjanjian menerbitkan suatu perikatan antara dua pihak yang membuatnya, yaitu adanya hak dan kewajiban yang timbul di dalamnya. dalam suatu perjanjian dikenal adanya kreditur dan debitur dimana kreditur sebagai pihak yang memiliki piutang dan debitur sebagai pihak yang memiliki hutang. Bahwa kedua belah pihak harus secara bersama-sama memenuhi kewajibannya dan sama-sama mener-ima haknya. Pada pelaksanaannya seringkali debitur tidak dapat melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya sesuai yang diperjanjikan dalam suatu perjanjian dimaksud se-hingga seringkali mengakibatkan wanprestasi. Pihak yang dirugikan akibat adanya wan-prestasi bisa menuntut pemenuhan perjanjian, pembatalan perjanjian, atau meminta ganti kerugian pada pihak yang melakukan wanprestasi. Pihak yang dituduh wanprestasi dapat mengajukan tangkisan atau pembelaan. Sering kali debitur melakukan perlawanan dikarenakan bahwa kreditur telah melakukan wanprestasi terlebih dahulu.

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif (yuridis normatif) atau disebut juga penelitian hukum kepustakaan, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. Penelitian ini berupaya guna menganalisis khususnya di dalam bidang Hukum Perjanjian, Hukum Acara terkait perlawanan berdasarkan prinsip exceptio non adimpleti contractus, dan pelaksanaan eksekusi artinya memahami asas hukum per-janjian, serta akibat hukumnya bila terjadi wanprestasi dan adanya perlawanan yang di-lakukan oleh Pihak Debitur Berdasarkan prinsip exceptio non adimpleti contractus.

Penulis menyimpulkan debitur yang telah digugat dengan dasar telah melakukan wanprestasi dapat melakukan suatu upaya perlawanan kepada kreditur berdasarkan prinsip exceptio non adimpleti conctractus. Perlawanan tersebut didasarkan karena kreditur terlebih dahulu melakukan wanprestasi, Prinsip exceptio non adimpleti contractus diatur dalam hukum perjanjian, yaitu: pertama, peraturan perundang-undangan yang diatur dalam ketentuan Pasal 1478 KUHPerdata. Kedua, diatur dalam yurisprudensi, dengan telah terjabarnya yurisprudensi mengenai exceptio non adimpleti contractus, maka kepastian hukumnya sudah diakui keberadaannya. Terdapat 3 kemungkinan dalam hal perlawanan suatu gugatan yaitu a) Gugatan tidak diterima b)Gugatan ditolak c)Gu-gatan dikabulkan, adapun kendala yang dapat terjadi pada saat proses beracara berlang-sung khususnya terkait dengan masalah eksekusi: a) Adanya tumpang tindih peraturan, terkait grosse eksekusi dengan parate eksekusi. b) Adanya penafsifan hukum yang berbe-da. c)Kurangnya komunikasi yang baik antara kreditur dan debitur. d)Peralihan hak milik pada pihak ke 3. Penulis memberi saran bahwa kesepakatan di antara Debitur dan Kredi-tur haruslah di sepakati dan di patuhi oleh kedua belah pihak dengan penuh itikad baik. Tidak boleh ada pihak yang dirugikan dalam hal perjanjian pinjaman dan Dengan telah diaturnya perlawanan atau langkah hukum berdasarkan prinsip exceptio non adimpleti contractus maka diharapkan hakim mempunyai pendapat yang sama dalam memutuskan perkara. Sehingga dapat memberikan suatu kepastian hukum kepada masyarakat terhadap penyelesaian fakta-fakta hukum yang sama.

Kata kunci: Exceptio Non Adimpleti Contractus, Perjanjian, dan Eksekusi.

!

!

(2)

Name : Wulan Purnamasari NRP : 1187072

ABSTRACT

!

As human being, people cannot do their business activity alone yet they need to be together or they need help from other. So, we need a legal device for the sake of its business activities. This legal device is called agreement. Agreement publishes an en-gagement between two parties who make its enen-gagement that there is right and duty aris-ing therein. In an agreement, it is known as the creditors and the debtors where the credi-tor as having the receivables and debcredi-tors as having debts. Indeed, the two parties should fulfil their duties and equally receive their rights together. In reality, the debtors cannot carry out what the duties under the agreement as referred to the agreement so that it often causes wanprestasi. The aggrieved party due to wanprestasi may sue fulfilment of the agreements, cancellation of the agreement, or their restitution to the party in wanprestasi. The party accused of wanprestasi may offer defence. Frequently, the debtors do offences since the creditors have done wanprestasi first.

Method research used in this study is normative legal research methods or it is also called library legal research; it is done by studying secondary data. This research aims to analyse particularly in the field of Agreement Law, Procedural Law related to opposition based on principle of exceptio non adimpleti contractus and the effect of its law if wanprestasi occurs and there is an opposition done by the debtors based on princi-ple of exceptio non adimprinci-pleti contractus.

The writer concludes that the debtors who have been sued due to wanprestasi can undertake the opposition to the creditors based on principle of exceptio non adimpleti contractus. Its opposition is done due to the creditors do first wanprestasi, exceptio non adimpleti contractus principle is regulated on agreemet law; first, legislation regulated to the provisions of Article 1478, Civil Law. Second, it is regulated on jurisprudence as to exceptio non adimpleti contractus; thus, its legal certainty is already recognized. There are three possibilities occur in terms of lawsuit opposition; they are a) Unacceptable law-suit, b) Declined lawlaw-suit, c) Fulfilled lawsuit. Besides, there are constraints that can oc-cur when the proceedings take place, particularly related to execution problems; they are a) overlapping rule related to execution grosses with parate execution, b) different legal interpretation, c) lack of good communication between the creditors and the debtors, d) transition of right of ownership on the third party. The writer suggests that the deal be-tween the Debtors and the Creditors must be dealt and be obeyed by the two parties with good intension. There should be no losers in terms of loan agreement and the resistance has been arranged or legal action based on the principle of exceptio non adimpleti con-tractus; thus, it is expected that judges have the same opinion in deciding the case. There-fore, it can provide legal certainty to public to accomplish the same legal facts.

(3)

COVER

PERNYATAAN KEASLIAN ………..………. i

LEMBAR PERSETUJUAN DEKAN DAN PEMBANTU DEKAN ……….……ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….iii

DAFTAR ISI ………..……… iv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Identifikasi Masalah …..…….……… 3

C. Tujuan Penelitian ……….…………3

D. Kegunaan Penelitian ……….…..…….…4

E. Kerangka Pemikiran ………4

F. Metode Penelitian ………..………10

(4)

A. Perjanjian Pada Umumnya……….……18

1. Pengertian Perjanjian………..………….………..18

2. Asas-Asas Perjanjian………..……….………..…….27

3. Jenis-Jenis Perjanjian………..………31

4. Berakhirnya Perjanjian…….……….…….…………36

B. Pengertian Debitur dan Kreditur Pada Umumnya.……….……….40

1. Pengertian Debitur……….……….…….…………..40

2. Pengertian Kreditur………..……..………42

C. Wanprestasu………..……….…………43

1. Pengertian Wanprestasi………..………..………….43

(5)

A. Penyelesaian Sengketa Pada Umumnya………..………52

1. Penyelesaian Sengketa di Pengadilan………..…………..……….52

2. Penyelesaian di Luar Pengadilan (Non Litigasi)..………..53

B. Eksekusi Pada Umumnya………..………..………57

1. Pengertian Eksekusi……….……….57

2. Mekanisme Pelaksanaan Eksekusi……….………60

3. Bagan Proses Pelaksanaan Eksekusi…..……….71

BAB IV : KEPASTIAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DEBITUR ATAS GUGATAN KREDITUR YANG TERLEBIH DAHULU MELAKUKAN WANPRESTASI BERDASARKAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA A. Langkah Hukum Yang Dapat Dilakukan Oleh Debitur Terhadap Kreditur Yang Terlebih Dahulu Melakukan Wanprestasi………..………72

B. Kepastian Hukum Pelaksanaan Eksekusi Terkait Kreditur Yang Terlebi Dahulu Telah Melakukan Wanprestasi……….94

(6)

DAFTAR PUSTAKA

CURICULUM VITAE

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dalam menjalankan aktivitas bisnisnya tidak dapat melakukan sendiri, tetapi harus dilakukan secara bersama atau dengan

mendapat bantuan dari orang lain. Untuk itu diperlukan suatu perangkat hukum demi kegiatan bisnis yang atau sedang berjalan tersebut. Perangkat hukum itu disebut dengan perjanjian. Perjanjian menerbitkan suatu perikatan antara dua pihak yang membuatnya, yaitu adanya hak dan

kewajiban yang timbul di dalamnya. Dalam dunia bisnis, dikenal adanya kreditur dan debitur dimana kreditur sebagai pihak yang memiliki piutang dan debitur sebagai pihak yang memiliki hutang. Kreditur sendiri terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu kreditur Bank dan kreditur Non Bank.

Pada setiap perjanjian timbal balik hak dan kewajiban di satu pihak

berhadapan dengan hak dan kewajiban di pihak lain, sehingga dianggap selalu ada prinsip bahwa kedua belah pihak harus secara bersama-sama memenuhi kewajibannya dan sama-sama menerima haknya. Pada pelaksanaannya seringkali debitur tidak dapat melaksanakan apa yang

(8)

pemenuhan perjanjian, pembatalan perjanjian, atau meminta ganti

kerugian pada pihak yang melakukan wanprestasi. Kerugiannya bisa meliputi biaya yang nyata-nyata telah dikeluarkan, kerugian yang timbul sebagai akibat adanya wanprestasi tersebut, serta bunga.

Dalam kajian hukum perdata, pihak yang dituduh wanprestasi

(yang pada umumnya adalah debitur), dapat mengajukan tangkisan- tangkisan untuk membebaskan diri dari akibat buruk dari wanprestasi tersebut. Tangkisan atau pembelaan tersebut dapat berupa pembelaan sebagaimana dimaksud pada pelaksanaannya mengacu kepada hukum

acara yang berlaku dan peraturan perundang-undangan lainnya, termasuk produk hukum yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung. Hal ini guna memberikan perlindungan kepada debitur, apabila hak debitur tersebut juga merasa dilanggar.

Sering kali debitur melakukan perlawanan karena menganggap

bahwa kreditur bahwa wanprestasi yang dialami oleh debitur tidak mutlak merupakan kelalaian dari debitur tetapi ada andil dari kreditur itu sendiri atau ada keadaan yang diluar kendali (force majeur). Hal ini tentu saja menjadi sebuah hal yang menarik bagi penulis untuk dibahas karena dalam

(9)

selanjutnya, yaitu pelaksanaan eksekusi bilamana perlawanan yang

dilakukan oleh debitur ditolak oleh Majelis Hakim.

Permasalahan ini belum pernah ada yang membahas sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Penulis penulis akan meneliti lebih lanjut dan menuangkan hasi penelitian dalam bentuk penulisan hukum

judul tentang : KEPASTIAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DEBITUR ATAS GUGATAN KREDITUR YANG

T E R L E B I H D A H U L U M E L A K U K A N WA N P R E S TA S I

BERDASARKAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA”

!

B. Identifikasi Masalah

1. Langkah hukum apa yang dapat dilakukan oleh debitur terhadap kreditur

yang terlebih dahulu telah melakukan wanprestasi?

2. Bagaimana kepastian hukum pelaksanaan eksekusi terkait kreditur yang terlebih dahulu telah melakukan wanprestasi?

!

C. Tujuan Penelitian

(10)

2. Untuk mengkaji dan memahami kepastian hukum pelaksanaan eksekusi

terkait kreditur yang terlebih dahulu telah melakukan wanprestasi.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun praktis sebagai berikut :

1.Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum, khususnya di dalam bidang

Hukum Perjanjian, dan Hukum Acara terkait perlawanan berdasarkan prinsip exceptio non adimpleti contractus, dan pelaksanaan eksekusi.

2.Kegunaan Praktis

Penelitian ini dapat memberikan pemahaman dan gambaran yang jelas kepada praktisi hukum, dan Kalangan Akademisi, terkait perlawanan

berdasarkan prinsip exceptio non adimpleti contractus, dan pelaksanaan eksekusi.

!

E. Kerangka Pemikiran

(11)

merupakan generalisasi yang dicapai setelah mengadakan pengujian dan

hasilnya menyangkut ruang lingkup dan fakta yang luas. Menurut Bintaro 1

Tjokromijoyo dan Mustofa Adidjoto teori diartikan sebagai ungkapan mengenai hubungan causal yang logis di antara perubahan (variabel)

dalam bidang tertentu, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka berpikir (frame of thinking) dalam memahami serta menangani permasalahan yang timbul di dalam bidang tersebut. Teori sistem dari 2

Mariam Darus yang mengemukakan bahwa system adalah kumpulan

asas-asas hukum yang terpadu yang merupakan landasan di atas mana dibangun tertib hukum. Dari beberapa pengertian teori di atas dapat disimpulkan 3

bahwa maksud kerangka teori adalah pengetahuan yang diperoleh dari tulisan dan dokumen serta pengetahuan kita sendiri yang merupakan

kerangka dari pemikiran dan sebagai lanjutan dari teori yang bersangkutan, sehingga teori penelitian dapat digunakan untuk proses penyusunan maupun penjelasan serta meramalkan kemungkinan adanya gejala-gejala yang timbul. Dengan kata lain menurut M.Solly Lubis,

kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori,

Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1986,

1

hlm.126

Bintaro Tjokroamidjoyo dan Mustofa Adijoyo, Teori dan Strategi Pembangunan Nasional, Haji

2

Mas Agung, Jakarta, 1998, hlm 12

Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Bandung, Alumni, 1983,

3

(12)

thesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan

perbandingan atau pegangan teoritis. 4

Berkenaan dengan penelitian ini, maka kerangka teori diarahkan secara khusus pada ilmu hukum yang mengacu pada penelitian hukum normatif. Penelitian ini berupaya guna menganalisis secara hukum

terhadap hukum perjanjian (sebagai subjek) serta akibat hukumnya bila terjadi wanprestasi dan adanya Perlawanan yang dilakukan oleh Pihak Debitur Berdasarkan prinsip exceptio non adimpleti contractus.5

Dalam hukum perjanjian juga dikenal beberapa asas yaitu asas

konsensualisme, asas kebebasan berkontrak dan asas kepribadian. Asas konsensualisme adalah kesepakatan, maka asas ini menetapkan terjadinya suatu perjanjian setelah tercapainya kata sepakat kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian. Sebagaimana telah diketahui, kata sepakat diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata yang merupakan salah satu syarat sahnya

perjanjian. Sedangkan menurut asas kebebasan berkontrak yaitu setiap orang mempunyai kebebasan untuk mengadakan suatu perjanjian yang berisi apa saja dan macam apa saja, asalkan perjanjian itu tidak bertentangan dengan kepatutan, kebiasaan dan undang-undang. 6

M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hlm.13

4

Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Bandung: Allumni,1986, hal.56

5

Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, CitraAditya Bakti, Bandung, 2001

(13)

Dalam KUHPerdata asas kebebasan berkontrak terdapat dalam

Pasal 1338 KUHPerdata. Asas tersebut sebenarnya malah membatasi kebebasan seseorang, karena tidak dapat menikmati kebebasan yang sebebas-bebasnya. Meskipun demikian asas ini dimaksudkan agar setiap orang selalu dapat membuat perjanjian demi kebaikan dan tidak

merugikan pihak lain. Berikutnya yaitu asas kepribadian menurut asas ini seseorang hanya diperbolehkan mengikatkan diri untuk kepentingan dirinya sendiri dalam perjanjian. Asas tersebut diatur dalam Pasal 1315 KUHPerdata yang menyebutkan bahwa pada umumnya tak seorang dapat

mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji daripada untuk dirinya sendiri. Pemenuhan prestasi yang dituntut pihak kreditur terhadap debitur dengan maksud agar kreditur tidak menderita suatu kerugian. 7

Dengan mengatur saat-saat seseorang debitur berada dalam

keadaan lalai, pembentuk undang-undang bermaksud untuk menentukan saat yang pasti pada pihak debitur dan kreditur dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya, sehingga dengan mudah dapat ditentukan jumlah pembayaran ganti rugi, biaya dan bunga. Kelalaian atau kegagalan

merupakan suatu situasi yang terjadi karena salah satu pihak tidak melakukan kewajibannya atau membiarkan suatu keadaan berlangsung sedemikian rupa, sehingga pihak lainnya dirugikan secara tidak adil karena

R. Subekti, ”Hukum Perjanjian“, Cetakan XI, (Jakarta:Internusa, 1987), hlm. 13-14.

(14)

tidak dapat menikmati haknya berdasarkan kontrak yang telah disepakati

bersama. Cedera janji dirumuskan secara aktif dalam arti bahwa cedera janji dirumuskan secara aktif dalam arti bahwa cedera janji terjadi jika pihak yang berkewajiban tidak melaksanakan kewajibannya atau secara pasif dengan membiarkan keadaan (yang seharusnya dicegah)

sebagaimana yang dirumuskan dalam ketentuan-ketentuan tertentu. Kreditur dapat meminta pemenuhan prestasi dandenda yang dideritanya

8

akibat kerugian yang dialami akibat tidak terpenuhinya suatu prestasi atau perikatan.

Pasal 1243 KUHPerdata menyatakan:

“Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan apabila debitur setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya,tetap melalaikannyam atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya dalam tenggang waktu tertentu telah dilampauinya.”

Jadi yang dimaksud dengan berada dalam keadaan lalai ialah peringatan atau pernyataan dari kreditur tentang saat itu dilampauinya,

maka debitur ingkar janji (wanprestasi) dan pihak yang dituduh wanprestasi (yang pada umumnya adalah debitur), dapat mengajukan tangkisan-tangkisan untuk membebaskan diri dari akibat buruk dari wanprestasi tersebut.

Pada prinsipnya, seorang debitur yang merasa haknya dilanggar oleh kreditur mempunyai hak untuk menuntutnya melalui mekanisme

Budiono Kusumohamidjojo, Paduan untuk Merancang Kontrak, hal. 70, Gramedia Widiasarana,

8

(15)

pengadilan karena pengadilan adalah lembaga yang dapat memberikan

keadilan. Pengajuan tuntutan melalui pengadilan dimulai dengan diajukannya sebuah gugatan dan berdasarkan konsep hukum acara perdata maka muatan gugatan tersebut akan diperiksa dan diputus oleh majelis hakim setelah melalui proses jawab menjawab dan proses pembuktian

untuk menguji apakah gugatan dimaksud memenuhi baik syarat formil maupun syarat materil.

Keadilan merupakan landasan utama yang harus diwujudkan melalui mekanisme hukum yang ada. Aristoteles mengemukakan bahwa

keadilan adalah inti dari hukum. Keadilan dipahami dalam pengertian kesamaan, bukan kesamarataan. Disisi lain, menurut John Rawls, bahwa program penegakan keadilan yang berdimensi kerakyatan haruslah memperhatikan 2 (dua) prinsip keadilan; 9

1. Memberi hak dan kesempatan yang sama atas kebebasan dasar yang

paling luas seliuas kebebasan yang sama bagi setiap orang.

2. Mampu mengatur kembali kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi sehingga dapat memberikan keuntungan yang bersifat timbal balik bagi setiap orang.

John Rawls, A Theory of Justice, London: Oxford University press, 1973, yang sudah

9

diterjemahkan dalam bahasa indonesia oleh Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo, Teori Keadilan,

(16)

Hans Kelsen mengemukakan bahwa keadilan adalah pertimbangan

nilai yang bersifat subjektif. Keadilan berasal dari alam, yakni lahir dari hakikat suatu benda atau hakikat manusia, dari penalaran manusia atau kehendak Tuhan. Pengertian Keadilan bermaknakan legalitas. Suatu peraturan umum adalah adil jika benar-benar diterapkan, sementara suatu

peraturan umum adalah tidak adil jika diterapkan pada kasus dan tidak diterapkan pada kasus lain yang serupa. 10

!

E. Metode Penelitian

Dalam setiap penelitian pada hakekatnya mempunyai metode penelitian masing-masing dan metode penelitian tersebut ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Kata Metode berasal dari bahasa Yunani 11

methodsyang berarti cara atau jalan sehubungan dengan upaya ilmiah,

maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Biasanya diberikan 12

arti-arti sebagai berikut :

1) Logika dari penelitian ilmiah

2) Studi terhadap prosedur dan teknik penelitian

Hans Kelsen, General Theory of Law and State, diterjemahkan oleh Rasisul Muttaqien,

10

Bandung, Nusa Media, 2011, hlm. 7

Yahya Harahap, Op.cit, hal.60

11

(17)

3) Suatu sistem dari prosedur dan teknik penelitian. 13

Adapun dalam penulisan sripsi ini, digunakan metode penelitian sebagai berikut:

1) Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, adapun jenis penelitian atau metode

pendekatan yang dilakukan adalah metode penelitian hukum normatif (yuridis normatif) atau disebut juga penelitian hukum kepustakaan, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. 14

Ronny Hanitijo Soemitro menyatakan bahwa penelitian yuridis-normatif terdiri atas : 15

a) Penelitian inventarisasi hukum positif

b) Penelitian terhadap asa-asas hukum

c) Penelitian untuk menemukan hukum in-konkrito

d) Penelitian terhadap sistematika hokum

e) Penelitian terhadap sinkronisasi vertikal dan horizontal

Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2008, hal.5-6

13

Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat),

14

Rajawali Pers, Jakarta, 2001, hlm. 13-14.

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Cetakan Kelima,

15

(18)

2) Sifat Penelitian

Sebagai suatu hasil karya ilmiah yang memenuhi nilai-nilai ilmiah, maka menurut sifatnya penelitian yang dilaksanakan ini dikategorikan sebagai penelitian yang bersifat deskriptif-analitis, maksudnya adalah suatu analisis data yang berdasarkan pada teori

hukum yang bersifat umum diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data yang lain.

Artinya penelitian ini termasuk lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah, dan menjelaskan secara tepat serta

menganalisa peraturan perundang-undangan yang berlaku maupun dari berbagai pendapat ahli hukum, sehingga diharapkan dapat diketahui gambaran jawaban atas permasalahan mengenai kepastian hukum dan perlindungan hukum terhadap debitur atas gugatan kreditur yang terlebih dahulu melakukan wanprestasi berdasarkan

hukum positif di Indonesia.

3) Sumber Data

Sebagai penelitian hukum normatif, penelitian ini menitik beratkan pada studi kepustakaan yang telah ditekankan pada

pengambilan data sekunder. Adapun sumber data yang digunakan dalam penulisan ini adalah terdiri dari :

(19)

Yaitu bahan hukum yang mengikat yang diurut berdasarkan

hierarki perundang-undangan yang meliputi:

(1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata

(2) HIR (Herzien Inlandsch Reglement)

b) Bahan hukum sekunder

Yaitu bahan yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer, yang meliputi :

1) Literatur yang membahas mengenai masalah perjanjian

2) Literatur yang membahas mengenai masalah wanprestasi

3) Literatur yang membahas mengenai masalah hukum acara

perdata

c) Bahan hukum tersier

Yaitu berupa berbagai referensi lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian. Bahan hukum tersier ini memberikan

informassi lebih lanjut mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, antara lain dapat berupa kamus hukum, kamus bahasa Belanda dan kamus bahasa Inggris serta berbagai majalah hukum dan klipping dari media massa dan internet yang

(20)

4) Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian hukum, dikenal paling sedikit 3 (tiga) alat pengumpulan data atau alat penelitian (research instrument), yaitu studi dokumen akta perjanjian kredit atau bahan pustaka, pengamatan dan wawancara atau interview. Ketiga alat penelitian

tersebut dapat dipergunakan masing-masing maupun secara bergabung.

Studi dokumen, dipakai terhadap kajian buku-buku, hasil penelitian, peraturan perundangan, terbitan berkala seperti majalah,

dan surat kabar yang berkaitan dengan masalah penelitian. Metode yang dipakai untuk mengetahui isi dokumen tersebut adalah analisis isi. Wawancara yang dilakukan adalah dengan dengan pihak-pihak yang kompetendengan Praktisi Hukum dan Akademisi.

5) Analisis Data

Teknik analisis data penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis kualitatif, yaitu metode analisis data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian lapangan menurut kualitas dan kebenarannya kemudian dihubungkan dengan

(21)

sebenarnya dilapangan. Seluruh data primer dan sekunder yang

diperoleh dari penelitian lapangan dan pustaka diklasifikasikan dan disusun secara sistematis, sehingga dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan analisis.Langkah selanjutnya data sekunder yang telah disusun dan ditetapkan sebagai sumber dalam penyusunan skripsi ini

kemudian dianalisa secara kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif.

!

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Skrispsi ini disusun dalam 5 (lima) bab, yang terbagi atas beberapa sub bab dengan susunan sebagi berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi mengenai Latar Belakang masalah, Indentifikasi Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan

Penelitian, Kerangkan Pemikiran, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : ASPEK HUKUM KREDITUR DAN DEBITUR

DALAM PERJANJIAN UTANG PIUTANG

P E R S P E K T I F H U K U M P O S I T I F D I

(22)

Bab ini berisi tinjauan umum tentang pengertian

perjanjian, asas-asas perjanjian, jenis-jenis perjanjian, berakhirnya perjanjian, pengertian debitur dan kreditur sebagai subjek perjanjian pada umumnya, pengertian wanprestasi, dan akibat

hukum yang timbul karena wanprestasi.

BAB III : PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA

ANTARA DEBITUR DAN KREDITUR DAN

PELAKSANAAN EKSEKUSI DALAM HUKUM

POSITIF DI INDONESIA

Bab ini berisi tinjauan mengenai Penyelesaian sengeta pada umumnya dan Eksekusi.

BAB IV : KEPASTIAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP DEBITUR ATAS GUGATAN

KREDITUR YANG TERLEBIH DAHULU

M E L A K U K A N W A N P R E S T A S I

B E R D A S A R K A N H U K U M P O S I T I F D I

INDONESIA

(23)

kreditur yang terlebih dahulu melakukan wanprestasi

berdasarkan hukum positif di indonesia.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Debitur yang telah digugat dengan dasar telah melakukan wanprestasi dapat

melakukan suatu upaya perlawanan kepada kreditur berdasarkan prinsip

exceptio non adimpleti conctractus. Perlawanan tersebut didasarkan pada

kondisi bahwa pihak kreditur terlebih dahulu melakukan wanprestasi,

perlawanan yang diajukan oleh pihak debitur diatur didalam hukum acara

perdata di Indonesia oleh karenanya perlawanan tersebut sah secara hukum.

Prinsip exceptio non adimpleti contractus diatur dalam hukum perjanjian,

yaitu: pertama, peraturan perundang-undangan yang diatur dalam ketentuan

Pasal 1478 KUHPerdata. Kedua, diatur dalam yurisprudensi yang timbul

dari putusan-putusan pengadilan, terutama putusan-putusan Mahkamah

Agung. Yurisprudensi adalah keputusan hakim terdahulu yang sering diikuti

dan dijadikan dasar keputusan oleh hakim kemudian mengenai masalah

yang sama di masa yang akan datang.

Adapun yurisprudensi mengenai prinsip exceptio non adimpleti contractus

dapat dilihat pada:

a) Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tertanggal 15 Mei 1957

Nomor 156 K/SIP/1955, yang menguatkan putusan Pengadilan Tinggi

(25)

menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta pada tanggal 29

September 1951 Nomor 767/1950 G dalam perkara perdata antara PT.

Pacific Oil Company melawan Oei Ho Liang.

b) Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 23 K/N/1999

yang menguatkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada tanggal

30 Juni 1999 Nomor 35/PAILIT/1999/PN.NIAGA/JKT.PST kepailitan.

Dalam perkara kepailitan antara PT. Waskita Karya melawan PT.

Mustika Princess Hotel

c) Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 04 PK/N/2001

yang menguatkan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia di

Jakarta tanggal 13 Februari 2001 Nomor: 06 K/N/2001

Mengungkap keadaan nyata yang mana sesungguhnya kreditur yang

menggugat sebenarnya tidak berhak mengajukan gugatan ataupun tuntutan

untuk memaksa debitur memenuhi prestasinya karena kreditur telah

wanprestasi terlebih dahulu. Dengan telah terjabarnya yurisprudensi

mengenai exceptio non adimpleti contractus, maka kepastian hukumnya

sudah diakui keberadaannya.

"

2. Perlawanan suatu gugatan berdasarkan exceptio non adimpleti contractus

didasarkan pada 3 kemungkinan, yaitu:

a) Gugatan tidak diterima

(26)

c) Gugatan dikabulkan

Pada setiap proses perkara yang dilakukan melalui jalur pengadilan

tidak selamanya berjalan lancar, biasanya timbul kendala-kendala di luar

kuasa para pihak, berikut beberapa kendala yang dapat terjadi pada saat

proses beracara berlangsung khususnya terkait dengan masalah eksekusi:

a) Adanya tumpang tindih peraturan, terkait grosse eksekusi dengan parate

eksekusi.

b) Adanya penafsifan hukum yang berbeda.

c) Kurangnya komunikasi yang baik antara kreditur dan debitur.

d) Peralihan hak milik pada pihak ke 3 (tiga)

"

B. Saran

1. Kesepakatan di antara Debitur dan Kreditur haruslah di sepakati dan di

patuhi oleh kedua belah pihak dengan penuh itikad baik. Tidak boleh ada

pihak yang dirugikan dalam hal perjanjian pinjaman. Kreditur sebelum

menyepakati suatu perjanjian harus memiliki keyakinan mengenai

kesanggupan, kemampuan, dan kemauan debitur untuk melunasi utangnya.

untuk memperoleh keyakinan tersebut, kreditur harus melakukan  penilaian

yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek

(27)

2. Dengan telah diaturnya perlawanan atau langkah hukum berdasarkan

prinsip exceptio non adimpleti contractus yang berlaku pada hukum

perjanjian, maka diharapkan terhadap fakta-fakta hukum yang sama dan

telah ada majelis hakim mempunyai pendapat yang sama dalam

memutuskan perkara. Sehingga dapat memberikan suatu kepastian hukum

kepada masyarakat terhadap penyelesaian fakta-fakta hukum yang sama.

(28)

!

A. BUKU

!

Budiono Harlien, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan; Buku Ke dua,

(Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2010).

!

Badrulzaman Darus Mariam, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Bandung, Alumni, 1983.

!

Badrulzaman Darus Mariam, Kompilasi Hukum Perikatan, CitraAditya Bakti, Bandung, 2001

!

H.S Salim dkk, Perancangan Kontrak dan Memorandum of Understanding (MoU), Sinar

Grafika, Jakarta, 2007.

!

Harahap Yahya, Segi-segi Hukum Perjanjian, Bandung: Allumni,1986.

!

Hernoko Yudha Agus, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial,

Kencana, Jakarta, 2011.

!

Kelsen Hans, General Theory of Law and State, diterjemahkan oleh Rasisul Muttaqien,

Bandung, Nusa Media, 2011.

!

Kusumohamidjojo Budiono, Paduan untuk Merancang Kontrak,, Gramedia Widiasarana,

(29)

Jakarta, 2004.

!

Mertokusumo Sudikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1985.

!

Prodjodikoro Wirjono, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Sumur

Bandung, Bandung, 1981.

!

Prodjodikoro Wirjono, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1984.

!

Rawls John, A Theory of Justice, London: Oxford University press, 1973, yang sudah

diterjemahkan dalam bahasa indonesia oleh Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo, Teori Keadilan,

Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2006

!

Rubini I., Roechimat R. dan Chidir Ali M., Hukum Acara Perdata dalam Yurisprudensi

Mahkamah Agung (1955-1975), (Bandung: Penerbit Alumni,1982),

!

Soekanto Soejono, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1986.

!

Soekanto Soejono & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat),

Rajawali Pers, Jakarta, 2001.

(30)

!

Subekti R., ”Hukum Perjanjian“, Cetakan XI, (Jakarta:Internusa, 1987).

!

Soimin Soedharyo, KUHPerdata, Sinar Grafika, Jakarta, 1999.

!

Subekti R., Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Op.cit.

!

Suyuthi Wildan, Sekitar Acara dan Hukum Perdata Agama, Rineka Cipta, Jakarta,

2007.

!

Tutik Titik Triwulan, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta: Kencana Media

Group, 2008).

!

Tjokroamidjoyo Bintaro dan Adijoyo Mustofa, Teori dan Strategi Pembangunan Nasional,

Haji Mas Agung, Jakarta, 1998.

!

B. PERUNDANG-UNDANGAN

1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

2. HIR (Herzien Inlandsch Reglement)

(31)

http://kbbi.web.id/debitur diunduh pada tanggal 26 Januari 2016, Pukul 06.00

www.wikipedia.org. Diunduh pada tanggal 26 Januari 2016, Pukul 06.00

!

D. YURISPRUDENSI

!

1. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tertanggal 15 Mei 1957 Nomor 156 K/SIP/

1955

2. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 23 K/N/1999 yang menguatkan

putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 30 Juni 1999 Nomor 35/PAILIT/1999/

PN.NIAGA/JKT.PST

3. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 04 PK/N/2001 yang menguatkan

Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia di Jakarta tanggal 13 Februari 2001 Nomor:

06 K/N/2001 yang membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Bila tumor ini timbul di telinga tengah, gejala awal paling sering adalah nyeri, kehilangan pendengaran, otore kronis atau massa di telinga, perluasan tumor

Selain itu, penelitian yang dilaksanakan oleh Sukerti (2013) tentang penggunaan media gambar beseri pada pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu keterampilan menulis narasi

Untuk info lebih lengkap mengenai tarif dan bea masuk gula, dapat dilihat di website Directorate General of Costum Taiwan , dengan memasukan 1703 atau 1704 (yang

Rekapitulasi analisis ragam pengaruh suhu ruang simpan dan penggunaan genotipe yang berbeda pada penyimpanan selama 12 bulan menunjukkan hasil nyata pada viabilitas benih sorgum

Hasil uji statistic menunjukkan p-valeu < 0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan pengetahuan orang tua tentang kekerasan verbal dengan kejadian

Perawat juga berkoordinasi dengan pelayanan kesehatan yang dapat mendukung perawatan pasien dan bekerja sama dengan keluarga dalam perencanaan pelayanan keperawatan.. 2.5

Hasil penelitian menunjukkan sapi-sapi endometritis pada K1 mengalami regresi CL rata-rata 32 jam setelah terapi, sedangkan pada K2, CL tidak langsung regresi setelah

Jika angka signifikansi penelitian < 0,05 Ha diterima dan Ho ditolak. Jika angka signifikansi > 0,05 Ha ditolak dan Ho diterima. Berdasarkan hasil perhitungan dengan