• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan kualitas pupuk organik yang dihasilkan dari proses dekomposisi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan kualitas pupuk organik yang dihasilkan dari proses dekomposisi."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Kentang (

Solanum tuberosum L.

) merupakan salah satu bahan pangan yang

mempunyai nilai kandungan gizi yang cukup tinggi. Umbi kentang mampu

menyediakan bahan makanan yang bergizi karena kentang mengandung

karbohidrat, protein, vitamin B dan C, serta mineral fosfor, magnesium dan

kalium (International Potato Centre, 1984). Kentang mengandung karbohidrat

sebesar 2.171 kg/ha, lebih tinggi dibandingkan dengan terigu dan padi

berturut-turut yaitu 981 kg/ha dan 1.548 kg/ha. Di samping sebagai sumber karbohidrat,

kentang juga dapat menunjang diversifikasi pangan, komoditas ekspor

non-migas dan sebagai bahan baku industri.

Di Indonesia pertanaman kentang terdapat di daerah dataran tinggi dengan

kisaran 1.000-3.000 m dpl, dan daerah sentra produksi kentang adalah: Jawa

Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan

Sumatera Barat serta Jambi (Pitojo, 2004). Secara umum produksi kentang di

Indonesia masih relatif rendah, yaitu 15.3 ton/ha dan produksi kentang di

Sumatera Barat pada tahun yang hanya 12.7 ton/ha (BPS 2003) jika

dibandingkan dengan produksi kentang di negara subtropis seperti USA dan

Belanda yang sudah mencapai 37.4 ton/ha dan 45.1 t/ha (Rubatsky dan

Yamaguchi, 1995). Oleh karena itu, tanaman kentangmerupakan tanaman

hortikultura yang mendapat prioritas untuk dikembangkan di Indonesia.

Tanaman kentang lebih menyukai hidup pada tanah yang subur, gembur dan

banyak mengandung bahan organik. Kondisi yang demikian akan menyebabkan

rasa umbi lebih enak dan mempunyai kandungan karbohidratnya tinggi. Di

samping itu, kulit umbi juga mengkilat dan bentuknya juga baik. Kualitas umbi

yang demikian sangat disukai oleh konsumen apalagi jika dibudidayakan dengan

menggunakan pupuk organik yang berasal dari perombakan bahan organik yang

tidak merusak lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk

meningkatkan kualitas tanaman kentang tersebut melalui pengaplikasian pupuk

organik dan FMA sebagai pupuk hayati.

(2)

satu alternatif pengembalian kesuburan tanah yang murah, hemat, dan ramah

terhadap lingkungan. Pupuk organik dapat berperan ganda, di samping dapat

meningkatkan kesuburan tanah baik secara kimia melalui peningkatan

kandungan bahan organik dan unsur hara tanah, maupun secara fisik melalui

perbaikan struktur tanah, dan secara biologi melalui peningkatan aktivitas

mikroorganisme tanah. Sedangkan FMA dapat membantu tanaman dalam

meningkatkan penyerapan unsur hara dan air.

TKKS, thitonia, dan jerami padi merupakan bahan organik yang

keberadaannya sangat melimpah dan sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai

sumber pupuk organik karena banyak mengandung unsur hara baik makro

maupun mikro. Unsur hara makro seperti N, P, K, Ca, dan Mg serta hara mikro

seperti ZN, Mn, dan Cu sangat diperlukan oleh tanaman kentang untuk aktivitas

kehidupannya, sehingga dihasilkan umbi kentang yang sehat, bergizi dan proses

budidayanya tidak merusak lingkungan.

Hasil Penelitian Tahap I Tahun I

adalah tentang: Penentuan kualitas pupuk

organik yang dihasilkan dari proses dekomposisi beberapa bahan organik

dengan dekomposernya memperlihatkan bahwa pupuk organik terbaik adalah

hasil dekomposisi TKKS dengan dekomposer cacing tanah, sedang untuk bahan

organik jerami padi dan thitonia dengan dekomposer T.harzianum. Indikator

kualitas pupuk organik adalah kandungan hara baik makro, maupun mikro, dan

kandungan asam-asam organik serta kandungan ZPT. Sedangkan hasil

Penelitian Tahap II Tahun I

tentang: “Isolasi dan Identifikasi FMA yang terdapat

pada Rhizosfir tanaman Kentang” menunjukkan bahwa jumlah dan jenis spora

FMA tergolong banyak, namun setelah diuji kecocokan spora tunggal dengan

tanaman kentang memperlihatkan hasil yang kurang memuaskan. Oleh karena

itu, perbanyakan inokulan dilakukan dengan menggunakan propagul aktif yang

berasal dari spora dan akar kentang bermiselia.

(3)

kerjasamanya dengan FMA terhadap pertumbuhan dan kuaitas hasil kentang.

Hasil penelitian Tahun II ini diharapkan diperoleh kentang yang memiliki kualitas

yang lebih baik di lapangan yang pada akhirnya dihasilkan umbi kentang yang

sehat, mengandung nilai gizi, dan ramah lingkungan. Rasa juga merupakan

indikator kualitas dan rasa sangat ditentukan oleh kandungan karbohidratnya.

Tanaman kentang yang ditanam di tanah yang subur, kaya akan bahan organik,

dan gembur menyebabkan rasa umbi kentang lebih enak dan kandungan

karbohidratnya lebih tinggi.

Dalam era pasar bebas, setiap negara harus meningkatkan daya saingnya produk agar dapat berperan dalam perdagangan dunia dan dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri, sehingga produk domestik tidak tergeser oleh oleh produk luar negeri.Di era tersebut, produk yang diunggulkan tidak saja dituntut mempunyai potensial hasil yang tinggi tetapi juga penekanan terhadap kualitas produk mutlak diperlukan, sehingga produk yang ditawarkan mampu bersaing di pasaran. Dengan demikian, kentang yang ditawarkan sebagai produk prioritas hortikultura harus mempunyai kualitas yang sesuai dengan keinginan dan selera berbagai segmen.

Selama ini peningkatan produksi kentang selalu menjadi prioritas utama dengan menggunakan pupuk kimia dan pestisida dengan dosis yang cukup tinggi. Namun, kenyataannya pada saat ini ada kecendrungan preferensi konsumen terhadap hasil tanaman yang dikelola secara alami dengan menggunakan pupuk organik dan pupuk hayati dengan alasan hasil tanaman tersebut sehat dan proses produksinya tidak mencemari lingkungan.

(4)

mengandung asam-asam organik seperti asam oksalat, asam laktat dan asam asetat serta mengandung ZPT seperti: auksin, sitokinin

dan giberalin yang sangat berguna dalam menunjang pertumbuhan tanaman khususnya tanaman kentang. Aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati FMA pada tanaman kentang tentu akan menghasilkan tanaman yang berkualitas, sehat dan mengandung nilai gizi. Penggunaan pupuk organik yang dikombinasikan dengan pupuk hayati, di samping dapat menguragi penggunaan pupuk kimia dan pestisida juga dapat menjadi solusi dalam penanganan limbah terutama limbah sisa pertanian dan industri.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Penelitian Tahun II ini merupakan penelitian Tahap III yaitu: ”Aplikasi pupuk hayati hasil terbaik yang dikombinasikan dengan FMA sebagai pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman kentang”.

(1) Waktu dan Tempat:

Percobaan ini dilakukan di lapangan yaitu di Kebun Percobaan BPTP Sumatera Barat di Sukarami Solok dengan ketinggian tempat sekitar 920 m dpl, dan di laboratorium jurusan Tanah Faperta Unand untuk analisis tanah, tanaman, dan infeksi akar oleh FMA. Penelitian ini dilaksanakan mulai April 2007 sampai dengan Desember 2008.

(2) Materi Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pupuk organik terbaik (TKCT, JPTH, dan TTTH), FMA, agens hayati (PF dan Bb), bibit kentang varietas Granola, pestisida nabati (daun surian dan daun thitonia), dll. Sedangkan alat yang digunakan adalah: cangkul, meteran, net pagar, tiang, timbangan biasa, timbangan elektrik, termometer, HPLC, pH meter, leaf area meter, dan alat-alat lainnya untuk analisis kimia.

(3) Metode Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan Rancangan Split-split Plot, dengan

(5)

terdapat 54 satuan percobaan. Untuk kombinasi perlakuan 0 t/ha pupuk organik + o FMA = diberi pupuk kimia sesuai dengan rekomendasi, dan 0 t/ha pupuk organik + 10 g/tanaman FMA = diberi pupuk kimia ½ dosis rekomendasi.

(4) Variabel Pengamatan

Pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman meliputi: tinggi tanaman, panjang akar, luas daun, dan bobot kering tanaman, sedangkan pengamatan terhadap hasil dan kualitas hasil meliputi: jumlah umbi/tanaman, bobot umbi/ tanaman, hasil umbi per petak, serta aspek kualitas meliputi: kandungan gizi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pertumbuhan Tanaman Kentang

1.1 Tinggi Tanaman Kentang

Tinggi tanaman kentang yang diberi perlakuan tanpa FMA dengan berbagai pupuk organik pada berbagai dosis memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan yang tajam mulai dari umur 4 mst sampai 5 mst, kemudian meningkat secara perlahan sampai pada umur 7 mst dan selanjutnya menurun pada umur ke 8 mst (Gambar 1, 2, dan 3).

Gambar 1. Tinggi tanaman kentang dengan perlakuan tanpa FMA dengan berbagai dosis pupuk organik TKCT

(6)

berbagai dosis pupuk organik JPTH

Gambar 3. Tinggi tanaman kentang dengan perlakuan tanpa FMA dengan berbagai dosis pupuk organik TTTH

Tinggi tanaman kentang yang diberi perlakuan tanpa FMA dengan berbagai dosis pupuk organik secara umum memiliki pola pertambahan tinggi yang hampir sama. Besarnya pertambahan tinggi tanaman pada umur 4 sampai dengan 6 mst menunjukkan bahwa tanaman pada saat itu sedang mengalami pertumbuhan yang signifikan, karena pada waktu itu tanaman sedangkan aktif melakukan aktivitas metabolisme, seperti pembelahan dan perbesaran serta pemanjangan sel-sel sehingga terjadi pertambahan tingg Perlakuan pemberian FMA dengan berbagai pupuk organik dengan dosis yang berbeda juga mempengaruhi tinggi tanaman kentang (Gambar 4, 5, dan 6). Meningkatnya tinggi tanaman pada umur 4 sampai 6 mst menunjukkan bahwa tanaman pada saat itu aktif melakukan proses metabolisme melalui proses pembelahan, pembesaran dan pemanjangan sel-sel. Hal ini ditunjang oleh adanya pupuk organik menyediakan unsur hara bagi tanaman serta adanya pupuk hayati yang juga membantu penyerapan hara dan air sehingga tanaman dapat melakukan aktivitas pertumbuhan dengan maksimal.

(7)

Gambar 5. Tinggi tanaman kentang dengan perlakuan diberi FMA dengan berbagai dosis pupuk organik JPTH

Gambar 6. Tinggi tanaman kentang dengan perlakuan diberi FMA dengan berbagai dosis pupuk organik TTTH

1.2 Indeks Luas Daun (ILD) Tanaman Kentang

Indeks Luas Daun (ILD) tanaman kentang yang diberi perlakuan beberapa pupuk organik pada berbagai dosis dengan dan tanpa pemberian pupuk hayati FMA menunjukkan adanya perbedaan. Perbedaan nilai ILD untuk perlakuan tanpa pemberian FMA dengan pupuk organik TKCT pada berbagai dosis dapat dilihat pada Gambar 7, 8, dan 9.

(8)

Gambar 7. Nilai ILD Tanaman Kentang tanpa FMA dan diberi pupuk organik TKCT pada berbagai dosis.

Gambar 8. Nilai ILD Tanaman Kentang tanpa FMA dan diberi pupuk organik JPTH pada berbagai dosis.

Gambar 9. Nilai ILD Tanaman Kentang tanpa FMA dan diberi pupuk organik TTTH pada berbagai dosis.

(9)

Nilai ILD tanaman kentang yang diberi perlakuan FMA dengan berbagai pupuk organik (TKCT, JPTH, dan TTTH) dengan dosis yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10, 11, dan 12.

Gambar 10. Nilai ILD Tanaman Kentang yang diberi FMA dengan pupuk organik pada berbagai dosis.

Gambar 11. Nilai ILD Tanaman Kentang yang diberi FMA dengan pupuk organik JPTH pada berbagai dosis.

Gambar 12. Nilai ILD Tanaman Kentang yang diberi FMA dengan pupuk organik TTTH pada berbagai dosis.

(10)

ILD pada saat tanaman berumur 7 mst tersebut disebabkan karena hujan yang turun secara terus menerus selama beberapa hari dengan intensitas yang cukup tinggi. Kondisi yag demikian tidak disukai oleh tanaman kentang, sehingga tanaman mengalami kematian muda. Hal ini sejalan dengan pendapat Zaag (1981), yang menyatakan bahwa tanaman kentang ini tidak tahan terhadap genangan air, karena itu umbi akan mudah busuk dan mudah terserang penyakit.

1.3 Laju Asimilasi Bersih (LAB) Tanaman Kentang

Nilai Laju Asimilasi Bersih tanaman kentang yang diberi perlakuan beberapa pupuk organik pada dosis yang berbeda dengan dan tanpa FMA memperlihatkan pola yang berbeda (Gambar 13, 14, 15, 16, 17, dan 18). Pada perlakuan tanpa FMA dengan berbagai dosis pupuk organik TKCT terlihat bahwa nilai LAB pada saat tanaman kentang berumur 4-5 mst memiliki nilai tertinggi yang diperoleh pada perlakuan tanpa FMA dengan pupuk organik TKCT 20 t/ha, kemudian menurun dengan takam pada umur 5-6 mst dan selanjutnya pada umur 6-7 mst nilai LAB sedikit naik.

Gambar 13. Nilai LAB Tanaman Kentang tanpa diberi FMA dengan pupuk organik TKCT pada berbagai dosis.

(11)

Gambar 15. Nilai LAB Tanaman Kentang tanpa diberi FMA dengan pupuk organik TTTH pada berbagai dosis.

Gambar 16. Nilai LAB Tanaman Kentang yang diberi FMA dengan pupuk organik TKCT pada berbagai dosis.

Gambar 17. Nilai LAB Tanaman Kentang yang diberi FMA dengan pupuk organik JPTH pada berbagai dosis.

(12)

Tingginya nilai LAB pada minggu ke 4-5 mst disebabkan karena adanya peningkatan luas daun yang signifikan, selanjutnya terjadi penurunan nilai LAB pada minggu ke 6 sampai minggu ke 7 disebabkan karena daun sebagai organ fotosintesis tidak lagi bertambah akibat adanya curah hujan yang tinggi sehingga tanaman mati muda.

1.4 Laju Tumbuh Tanaman (LTT) Tanaman Kentang

Laju Tumbuh Tanaman (LTT) kentang yang diberi beberapa pupuk organik pada dosis yang berbeda dengan dan tanpa FMA memperlihatkan pola pertumbuhan yang hampir sama (Gambar 19, 20, 21, 22, 23, dan 24). Tanaman kentang yang diberi perlakuan tanpa FMA dengan berbagai dosis pupuk organik TKCT memperlihatkan bahwa pada umur 4-5 mst memiliki nilai LTT yang tinggi, kemudian menurun pada umur 5-6 mst, selanjutnya naik lagi pada umur 6-7 mst (Gambar 19). Nilai LTT untuk perlakuan pemberian FMA dengan berbagai pupuk organik pada dosis yang berbeda memperlihatkan bahwa pola pertumbuhannya hampir sama dengan perlakuan tanpa FMA

Nilai LTT pada saat tanaman kentang berumur 4-5 mst dengan berbagai pupuk organik pada dosis yang berbeda (Gambar 22, 23, dan 24). Pada Gambar 22 terlihat bahwa nilai LTT tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian FMA dengan 0 t/ha pupuk organik TKCT (50% pupuk kimia) pada umur tanaman 4-5 mst, kemudian nilai LTT turun sampai tanaman berumur 6-7 mst. Pola pertumbuhan yang hampir sama juga terjadi pada perlakuan pemberian FMA dengan berbagai dosis pupuk organik JPTH (Gambar 23). Nilai LTT pada saat tanaman kentang berumur 4-5 mst memiliki nilai LTT yang tinggi, kemudian menurun pada umur 5-6 mst dan naik lagi pada umur 6-7 mst. Demikian juga halnya dengan perlakuan pemberian FMA dengan berbagai dosis pupuk organik TTTH (Gambar 24).

(13)

Gambar 20. Nilai LTT Tanaman Kentang tanpa diberi FMA dengan pupuk organik JPTH pada berbagai dosis.

Gambar 21. Nilai LTT Tanaman Kentang tanpa diberi FMA dengan pupuk organik TTTH pada berbagai dosis.

Gambar 22. Nilai LTT Tanaman Kentang yang diberi FMA dengan pupuk organik TKCT pada berbagai dosis.

(14)

Gambar 24. Nilai LTT Tanaman Kentang yang diberi FMA dengan pupuk organik TTTH pada berbagai dosis.

Secara umum semua perlakuan baik dengan dan tanpa pemberian FMA dengan berbagai pupuk organik pada dosis yang memiliki nilai LTT yang tinggi pada saat tanaman berumur 4-5 mst, Kemudian turun sejalan dengan bertambahnya umur tanaman. Tingginya nilai LTT pada umur 4-5 mst ini menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman mengalami peningkatan yang ditandai dengan bertambahnya jumlah luas daun yang sejalan dengan bertambahnya laju asimilasi tanaman yang akan terakumulasi dalam bentuk berat kering tanaman.

2. Komponen Hasil dan Hasil Tanaman Kentang 2.1 Jumlah umbi per tanaman

Pengaruh aplikasi beberapa pupuk organik pada dosis yang berbeda dengan dan tanpa FMA terhadap jumlah umbi per tanaman memperlihatkan bahwa tidak terdapat interaksi antara pemberian FMA dengan pupuk organik pada dosis yang berbeda. Akan tetapi, pengaruh interaksi terlihat pada perlakuan pemberian FMA dengan jenis pupuk organik dan FMA dengan dosis pupuk organik terhadap jumlah umbi per tanaman (Tabel 1).

Tabel 1. Jumlah umbi per tanaman kentang yang diberi perlakuan beberapa

pupuk organik pada dosis yang berbeda dengan dan tanpa FMA

Pupuk hayati Pupuk organik Dosis (t/ha)

0 10 20

- FMA

TKCT 10.00 a

A 5.33 aB 6.67 aB

JPTH 8.33 a

A 8.67 bA 6.00 aA

TTTH 9.33 a

A 8.67 bA 9.00 bA

+ FMA

TKCT 8.00 a

A

9.00 b B

6.67 a A

JPTH 6.67 a

A 9.00 bB 7.67 aA

TTTH 7.33 a

(15)

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa rata-rata jumlah umbi kentang per tanaman sangat dipengaruhi oleh pemberian FMA dengan pupuk organik dan pemberian FMA dengan dosis pupuk organik. Rata-rata jumlah umbi kentang per tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa FMA dengan 0 t/ha pupuk organik TKCT (100% pupuk kimia), yaitu 10.00 buah, sedangkan jumlah umbi kentang per tanaman terendah didapat dari perlakuan tanpa FMA dengan 10 t/ha pupuk organik TKCT, yaitu sebesar 5.33 buah. Akan tetapi, perlakuan pemberian FMA dengan berbagai dosis pupuk organik memberikan jumlah umbi per tanaman tertinggi pada perlakuan +FMA dengan 10 t/ha pupuk organik TKCT dan 10 t/ha JPTH, yaitu sebesar 9.00 buah. Banyaknya jumlah umbi yang dihasilkan dari perlakuan tanpa FMA dengan 0 t/ha pupuk organik TKCT (100% pupuk kimia) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kimia memberikan kecukupan hara sehingga mampu meningkatkan jumlah umbi kentang per tanaman. Demikian juga halnya dengan perlakuan pemberian FMA dengan 10 t/ha pupuk organik TKCT dan JPTH juga memberikan jumlah umbi yang berbeda dengan +FMA dengan pupuk organik TTTH pada berbagai dosis. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh interaksi antara pemberian FMA dengan pupuk organik, dimana pupuk organik dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman dalam bentuk tersedia, sedangkan FMA dapat membantu pelepasan unsur hara terutama P yang berada dalam keadaan terikat dengan adanya enzim fosfatase, sehingga hara P lebih tersedia bagi tanaman dan dapat digunakan dalam pembentukkan umbi.

2.2 Bobot segar umbi per tanaman

(16)

Tabel 2. Bobot segar umbi kentang/tanaman yang diberi perlakuan beberapa pupuk organik pada dosis yang berbeda dengan dan tanpa FMA

Pupuk hayati Pupuk organik Dosis (t/ha)

0 10 20

- FMA

TKCT 120.50 a

A 132.22 aA 135.89 aA

JPTH 120.00 a

A 134.69 aA 150.78 aB

TTTH 127.78 a

A 143.00 aA 165.72 bB

+ FMA

TKCT 136.78 a

A

157.11 a A

164.45 b B

JPTH 139.89 a

A 148.55 aA 141.78 aA

TTTH 131.89 a

A 153.11 aA 158.55 aA Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menurut kolom dan besar yang sama menurut baris adalah tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%.

(17)

Pada perlakuan tanpa pemberian FMA, pupuk organik TTTH yang merupakan hasil dekomposisi thitonia diversifolia dengan dekomposer T.harzianum dengan dosis sebanyak 20 t/ha mampu menyediakan unsur hara yang maksimal untuk mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman. Hal ini ditunjang oleh hasil penelitian Hakim, (2001) dan Jama, et al., (2000) yang menyatakan bahwa thitonia diversifolia mengandung unsur hara yang tinggi yaitu kira-kira: 3.5-4.0% N, 0.35-1.38% P dan 3.5-4.1% K. Unsur-unsur tersebut sangat dibutuhkan tanaman kentang dalam jumlah yang banyak untuk pertumbuhan dan hasil tanaman. Sedangkan untuk perlakuan pemberian FMA dengan beberapa pupuk organik pada berbagai dosis terlihat bahwa hasil bobot segar umbi kentang tertinggi diperoleh pada perlakuan FMA dengan 20 t/ha pupuk organik TKCT. Pupuk organik TKCT merupakan pupuk organik hasil perombakan TKKS dengan dekomposer cacing tanah L. rubellus yang juga memiliki kandungan hara yang cukup tinggi, yaitu sekitar: 2.06% N, 1.23% P, 10.14 % K, 6.22% Ca, dan 4.12% Mg. Sedangkan untuk perlakuan pemberian FMA dengan beberapa pupuk organik pada berbagai dosis terlihat bahwa hasil bobot segar umbi kentang tertinggi diperoleh pada perlakuan FMA dengan 20 t/ha pupuk organik TKCT. Pupuk organik TKCT merupakan pupuk organik hasil perombakan TKKS dengan dekomposer cacing tanah L. rubellus yang juga memiliki kandungan hara yang cukup tinggi, yaitu sekitar: 2.06% N, 1.23% P, 10.14 % K, 6.22% Ca, dan 4.12% Mg. Unsur N sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan daun sebagai organ fotosintesis, sehingga dapat mengakumulasi fotosintat dalam jumlah yang lebih banyak untuk mendukung pertumbuhan vegetatif tanaman. Sedangkan unsur hara P juga sangat dibutuhkan untuk pembentukan energi dalam bentuk ATP yang digunakan dalam berbagai aktivitas metabolisme dalam sel tanaman.

3. Kualitas Hasil Umbi Kentang

(18)

Tabel 3. Kandungan gizi (%) umbi kentang yang diberi perlakuan beberapa pupuk organik pada dosis yang berbeda dengan dan tanpa FMA

No Perlakuan Air KH Gula Lemak Protein Abu Serat

kasar

Vit.C

1. -FMA+0t/haTKCT 82.67 8.07 0.48 0.32 4.07* 1.30* 0.54 15.17 2. -FMA+10t/ha TKCT 82.21 8.40 0.39 0.32 3.27 1.08 0.56 15.40 3. -FMA+20t/ha TKCT 81.68 8.94 0.36 0.40* 3.84 1.18 0.56 17.20 4. -FMA+ 0t/ha JPTH 82.36 7.78 0.65* 0.39* 4.45* 1.26* 0.87 17.29 5. -FMA+10t/ha JPTH 80.18 8.56 0.61 0.20* 3.46 1.03 0.93 17.20 6. -FMA+20t/ha JPTH 82.12 9.00* 0.58 0.24 2.89 0.71 0.83 19.47 7. -FMA+ 0t/ha TTTH 82.39 8.05 0.64 0.38* 3.20 0.88 1.11 19.73 8. -FMA+10t/ha TTTH 82.46 8.58 0.44 0.27 3.20 0.42 1.00 21.94 9. -FMA+20t/ha TTTH 83.76 9.71* 0.35 0.16 3.17 0.77 0.84 23.27 10. +FMA+ 0t/ha TKCT 83.01 8.33 0.47 0.35 2.94 0.74 0.40 12.62 11. +FMA+10t/ha TKCT 82.39 9.45* 0.41 0.38* 2.90 1.08 0.34 18.49 12. +FMA+20t/ha TKCT 81.84 8.67 0.43 0.27 3.45 1.19 1.41* 19.50 13. +FMA+ 0t/ha JPTH 82.66 8.71 0.59 0.32 3.48 1.17 0.70 14.61 14. +FMA+10t/ha JPTH 82.29 8.23 0.42 0.19 3.68 1.15 1.07 16.54 15. +FMA+20t/ha JPTH 82.43 7.96 0.27 0.13 3.89 1.31* 0.62 16.69 16. +FMA+ 0t/ha TTTH 83.68 7.94 0.55 0.16 3.09 0.63 1.21 17.21 17. +FMA+10t/ha TTTH 81.99 8.45 0.53 0.22 2.95 0.64 1.52* 17.57 18. +FMA+20t/ha TTTH 83.06 9.51* 0.45 0.23 3.55 0.61 0.63 19.29

Hasil analisis pengaruh aplikasi beberapa pupuk organik pada berbagai dosisi dengan dan tanpa FMA terhadap kandungan air dari umbi kentang memperlihatkan perbedaan yang tidak begitu mencolok, yaitu berkisar antara 80.18 – 83.76%. Hasil analisis kandungan air umbi kentang ini lebih tinggi dari hasil yang diperoleh Sularso, (1998), yaitu 72-80%. Tingginya kandungan air umbi kentang ini dapat disebabkan karena selama pertumbuhan tanaman kentang banyak mendapatkan air hujan. Curah hujan yang begitu tinggi, menyebabkan tanaman kurang begitu baik pertumbuhannya.

(19)

umbi kentang yang diberi pupuk organik meningkat seiring dengan peningkatan dosis pupuk organik.

Kandungan gula dari umbi kentang yang diberi perlakuan tanpa FMA dengan beberapa pupuk organik pada berbagai dosis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kecenderungan kandungan gula. Pada perlakuan tanpa FMA dengan 0 t/ha pupuk organik (100% pupuk kimia) mempunyai kandungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi pupuk organik. demikian juga halnya perlakuan pemberian FMA dengan 0 t/ha pupuk organik (50% pupuk kimia) juga mempunyai kandungan gula yang tinggi dibandingkan dengan 10 dan 20 t/ha pupuk organik.

Kandungan lemak dari umbi kentang yang diberi perlakuan FMA dengan beberapa pupuk organik pada dosis yang berbeda menunjukkan bahwa terjadi penurunan kandungan lemak sejalan dengan peningkatan dosis pupuk organik dan secara umum perlakuan dengan dan tanpa FMA dengan pupuk organik 0 t/ha (100% dan 50% pupuk kimia) mempunyai kandungan lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi pupuk organik. Sedangkan untuk kandungan protein, perlakuan tanpa FMA dengan 0 t/ha pupuk organik (100% pupuk kimia) memiliki kandungan protein yang lebih tinggi yaitu 4.45%. Sebaliknya pada perlakuan pemberian FMA dengan berbagai pupuk organik terlihat bahwa peningkatan kandungan protein sejalan dengan peningkatan dosis pupuk organik. Hasil penelitian ini menunjukkan persentase kandungan lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang diperoleh Solearso, (1998) yaitu berkisar antara: 0.056%-0.11%, Hal ini dapat disebabkan karena pupuk organik banyak mengandung unsur hara N yang merupakan penyusun utama dari komponen protein.

Kandungan vitamin C (asam askorbat) dari hasil penelitian ini secara umum memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan kadar vitamin C seiring dengan peningkatan dosis dari pupuk organik. Semakin tinggi dosis pupuk organik maka semakin tinggi pula kandungan vitamin C dari umbi kentang tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Eggert dan Kahrmann (1984) yang menyatakan bahwa kandungan asam askorbat pada sistem budidaya secara organik lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya anorganik (konvensional).

(20)

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pupuk organik dengan dosis yang berbeda dengan dan tanpa FMA dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kentang. Hal ini terlihat dari tinggi tanaman, indeks luas daun, laju asimilasi bersih dan laju tumbuh tanaman. 2. Terdapat interaksi antara pemberian beberapa pupuk organik pada dosis

yang berbeda dengan dan tanpa FMA terhadap hasil dan komponen hasil tanaman kentang. Jumlah per tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa FMA dengan 0 t/ha TKCT, sedangkan untuk perlakuan pemberian FMA dengan TKCT dan JPTH masing-masing dengan dosis 10 t/ha. Bobot segar umbi per tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa FMA dengan 20 t/ha TTTH sebesar 165.72 g/tanaman (9.38 t/ha) dan untuk perlakuan pemberian FMA dengan 20 t/ha TKCT yaiu sebesar 164.45 g/tanaman (9.30 t/ha)

3. Terdapat interaksi antara pemberian beberapa pupuk organik pada dosis yang berbeda dengan dan tanpa FMA terhadap kualitas hasil tanaman kentang.

2. Saran

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, 1999. Peranan Efisiensi Penggunaan Pupuk untuk Melestarikan Swasembada Pangan. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Puslittanak. Ahmad, F. 1993. Daur Biogeokimia Produk Sisa Organik. Pidato Pengukuhan

sebagai Guru Besar Tetap Ilmu Tanah pada Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang. 23 Januari 193.

Anonim, tt. Kentang (Solanum tuberosum L.). http: //warintek-progresio.or.id/by rans. Balai Proteksi Tanaman. 2003. Kolega, Media Informasi dan Komunikasi Warga BPT

Sumatera Barat, Padang, Februari 2003.

BPS. 2003. Survei Pertanian. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia. http//www.bps.go.id

Brata, K. 1999. The Introduction of Earthworms as Biological Tilage Agent for the Improvement of Soil Physical and Chemical Properties in Upland Agriculture. Proc. Seminar Toards Sstainable Agriculture in Humid Tropics Facing 21 Century. Bandar lampung, Indonesia. September 27-28, 1999. Chan, F. , Suwandi, dan E.L. Tobing. 1982. Penggunaan Abu Tandan Kelapa Sawit

sebagai Pupuk Kalium pada Tanaman Kelapa Sawit. Pedoman Teknis No. 56 tahun 1982. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat, Pematang Siantar. Eggert, F.P. and C.L. Kahrmann. 1984. Respons of Three Vegetable Crops to

Organic and Inorganic Nutrient Sources. In Organic Farming: Current Technology and Its Role in Sustainable Agriculture. ASA Special Publication Number 46.

Gusmini. 2003. Pemanfaatan Pangkasan Thitonia (Thitonia diversifolia) sebagai Bahan Subsitusi N dan K pupuk Buatan untuk Tanaman Jahe (Zingiber oficinae Rocks) pada Ultisol. Tesis Magister Sains Program Pascasarjana Universitas Andalas, Padang.

Hakim, N. 2001. Kemungkinan Penggunaan Thitonia diversifolia sebagai Sumber Bahan Organik dan dan Nitrogen. Laporan Penelitian Pusat Penelitian Pemanfaatan Iptek dan Nuklir (P3IN) Universitas Andalas, Padang.

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Penerbit Madyatama Sarana Perkasa, Jakarta. 421 hal.

Hermawan, S. D., Cikman, L. Rochmalia, D.H. Gunadi dan Y. Away, 1999. Produksi Kompos Bioaktif TKKS dan Efektivitasnya dan Mengurangi Dosis Pupuk Kelapa Sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII. Prosiding Pertemuan Teknis Bioteknologi Perkebunan untuk Praktek, Bogor 5-6 Mei 1999.

Husin, E.F. 1992. Perbaikan Beberapa Sifat Tanah Podzolik dengan Pemberian Pupuk Hijau sesbanian rostrata dan Inokulasi Mikoriza Vascular serta Efeknya terhadap Serapan Hara dan Hasil Tanaman Jagung. Disertasi Doktor Universitas Padjadjaran Bandung, 1999.

_______. 2002. Pemakaian Pupuk Hayati Cendawan Mikoriza Arbuskula pada Tanaman di Sumatera Barat. Makalah Seminar Peranan Mikoriza dalam Sistem Pertanian Berkelanjutan. Kerjasama AMI Wilayah Riau dengan Fak. Pertanian Universitas Riau, Pekanbaru, 23 Desember 2002.

(22)

International Potato Centre. 1984. Potato for Developping World. CIP. Lima, Peru. 150 p.

Jama, B.A., C.A. Palm, R.J. Buresh, A.I. Niang, C. Gachego, G. Nziquheba, and B. Amadalo. 2000. Thitonia diversifolia as a green Manure for Improvement of Soil Fertility in Western Kenya. A Review Agroforestry Systems. Kenya. Khalil, S., T.E Loynachan and M.A. Tabatai. 1999. Pllants Determinant 0f Mycorrhizal

Dependency in Soybean. Agron J. 91:135-141.

Lee, K.E. 1985. Earthworms: Their Ecology and Relationship with Soil and land Use. Academic Press, Sydney dalam Tian, G., J.A. Olimah, G.O. Adeoye, and B.T. Kang.. 2000. Regeneration of earthworm Populations in a Degraded Soil by Natural and Planted Fallows under Humid Tropical Conditions. Soil Sci. Am. J, 54: 222-228 (2000).

Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition of Higher Plants. Academic Press, London. 474p.

Pitojo, S. 2004. Benih Kentang. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Priyadi., R. 1993. Teknologi Effective Microorganisms-4 (EM-4) dalam Budidaya Pertanian Akrab Lingkungan. Indonesian Kyusei Nature Farming Societies, Jakarta.

Rubatsky, V. dan M. Yamaguchi. 1995. Sayuran Dunia. Prinsip, Produksi dan Gizi. Penerbit ITB, Bandung.

Safir, G.R. 1980. Vesicular Arbuscular Mychorrhizal and Crop Productivity. In. The Biology of Crop Productivity. Edited by P.S. Carlson, Academic Press, New York.

Sanchez, P.A., and B.A. Jama. 2000. Soil Fertility Replenishment Takes off in east and Southern Africa. A Review from Western Kenya.

Simanjuntak, A.K. dan D. Waluyo. 1982. Cacing Tanah, Sumber Daya dan Pemanfaatannya. Penebar Swadaya. Jakarta. 38 hal.

Soelarso, B. 1997. Budidaya Tanaman Kentang Bebas Penyakit. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Tjitrosoepomo. G. 1992. Botani Tumbuhan Tingkat Tinggi. Gadjahmada Press. Yogyakarta.

Wieserma, S.G. 197. Effect of Stem Density on Potato Production. Interbational Potatoes Center. Tech. Inf. Bull.1:4-16.

Yanti Mala. 1994. Seleksi dan Penggunaan Galur Trichoderma untuk Meningkatkan Laju Pengomposan Jerami Padi. Tesis Magister Sains, Program Pascasarjana IPB, Bogor.

(23)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap

: Prof.Dr.Ir.H. Kasli, MS

2. Tempat/tgl. lahir

: Pariaman/11 Nopember 1944

3. NIP

: 130 349 634

4. Alamat Rumah

: Jl. Teratai No. 76 Air Tawar Padang

Padang, Telp : (0751) 7052812

Kantor

: Fakultas Pertanian Unand Padang

Kampus Universitas Andalas Limau Manis

Padang, Telp : (0751) 72776

5. Pendidikan yang pernah diikuti

Jenjang S1 di Universitas Andalas Padang tahun 1970

Jenjang S2 di IPB Bogor tahun 1980

Jenjang S3 di Universitas Padjadjaran Bandung tahun 1992

6. Kedudukan saat ini :

Pembina Utama Madya/IVd

Fakultas Pertanian Universitas Andalas

Padang.

7. Bidang ilmu/spesifikasi

: Fisiologi Tumbuhan

8. Publikasi Ilmiah

a. Pada Jurnal :

1.

Garlic

(

Allium sativum

L.) Selection Thruough In-Vitro Tecnique to Get

Tolerant Clons on Water Stress and Aluminium Toxicity.

b. Laporan Hasil Penelitian

1. Pemanfaatan Jamur Pelarut Phospat dan Mikoriza Vesikular dengan

Sesbania rostrata

untuk Peningkatan Produktivitas Lahan

Tranmigrasi di Sumatera.

2. Seleksi Genotipa Bawang Putih (

Allium sativum

L.) Melalui Teknik

In

Vitro

untuk Mendapatkan Klon Unggul Dataran Rendah.

(24)

4. Upaya Menstimulir Pengumbian Pada Beberapa Kultivar Kentang

Melalui Aplikasi Retardan dan Sitokinin serta Daya Hasilnya di

Lapangan.

a. Seminar, Presentasi Oral dan Poster

1. Upik Yelianti, Kasli, M. Kasim, dan E.F. Husin. 2007. Isolasi dan

identifikasi CMA dari rizosfir tanaman kentang di Alahan Panjang

Solok Sumatera Barat (Perentasi Oral). Seminar Nasional

Asosiasi Mikoriza Indonesia (AMI) di Bogor, tanggal 18-19 Juli

2007.

Padang, Desember 2008

Yang menyatakan

(25)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Dra. Upik Yelianti, MS

NIP

: 131 602 216

Tempat/Tgl.Lahir

: Tepi Selo, Lintau / 9 Oktober 1961

Bidang Ilmu

: Fisiologi Tanaman

Fakultas

: Pasca Sarjana Unand Padang.

Alamat Rumah

: RT.02 RW. VII No.11 Kel. Bandar Buat. Kec. Lubuk

Kilangan Padang, Telp :(0751) 777934

HP.08126747058 Kode Pos : 25231

Kantor

: Pasca Sarjana Universitas Andalas Kampus Limau

Manis Padang, Email:Upikyelianti_ekofisio@yahoo.com

a. Riwayat Pendidikan

NO NAMA PERGURUAN TINGGI GELAR BIDANG ILMU TAHUN

1

IKIP Padang

Dra

Biologi

1984

2

Universitas Padjadjaran

Bandung

MS

Ekofisiologi

Tanaman

1992

b. Riwayat Penelitian

NO JUDUL PENELITIAN SPONSOR/BIAYA TAHUN

1

Respon Pertumbuhan Jambu Mete

(

Anacardium occidentale

L.) Pada Medium

MS dengan Penambahan ZPT, NAA dan

BAP.

OPF

1997

2

Produksi Metabolit Skunder

B.acarone

dari Tanaman Jeringo (

Acorus calamus

L.)

melalui Teknik Kultur Jaringan pada

Medium MS dengan Penambahan ZPT,

NAA dan BAP.

Starter Grant

(DIKTI)

1998

3

Induksi Kalus Tanaman Jeringo (

Acorus

calamus

L.) untuk Memproduksi Metabolit

Skunder.

Dosen Muda

(DIKTI)

1999

4

Induksi Kalus Tanaman Kencur

(

Kaemferia galanga

L.) Pada Medium MS

dengan Penambahan Zat Pengatur

Tumbuh 2,4-D dan Air Kelapa.

Matching Grant

(DIKTI)

(26)

5.

Keragaman jenis CMA yang terdapat pada

rizosfir tanaman kentang di Alahan

Panjang Solok Sumatera Barat

Dana Mandiri

2005

6

Keragaman Jenis CMA pada Genus

Solanaceae di Daerah Sentra Produkai

Sayuran di Sumatera Barat

Dana Mandiri

2007

c. Pengalaman Pengabdian Pada Masyarakat

NO KEGIATAN SPONSOR/BIAYA TAHUN

1

Pengenalan Berbagai Tanaman Obat dalam

Upaya Meningkatkan Kesehatan

Masyarakat.

OPF

1995

2

Pembuatan Sari Buah Nenas dalam Rangka

Meningkatkan Gizi dan Pendapatan

Keluarga di Desa Tangkit Baru.

OPF

1996

3

Pemanfaatan Pekarangan dengan Tanaman

Obat, Sayur, dan Buah-buahan untuk

Pemenuhan Gizi Keluarga

OPF

1997

4

Pembuatan Susu Kedelai dengan Berbagai

Aroma sebagai Alternatif Pengganti Susu

Hewani.

OPF

1999

5

Bertanam Sayuran di Halaman Sempit

secara Vertikultur untuk Memenuhi Gizi

Keluarga.

OPF

2000

b. Seminar, Presentasi Oral dan Poster

1. Upik Yelianti, Kasli, M. Kasim, dan E.F. Husin. 2007. Isolasi dan

identifikasi CMA dari rizosfir tanaman kentang di Alahan Panjang

Solok Sumatera Barat (Perentasi Oral). Seminar Nasional

Asosiasi Mikoriza Indonesia (AMI) di Bogor, tanggal 18-19 Juli

2007.

2. Upik Yelianti dan Yulmirayanti. 2007. Keragaman Jenis CMA pada

Genus Solanaceae di Daerah Sentra Produkai Sayuran di

Sumatera Barat (Makalah Poster). Seminar Nasional Asosiasi

Mikoriza Indonesia (AMI) di Bogor, tanggal 18-19 Juli 2007.

(27)

ARTIKEL ILMIAH

HIBAH BERSAING XV/II/2008

APLIKASI PUPUK ORGANIK TERBAIK HASIL PEROMBAKAN BERBAGAI DEKOMPOSER DAN KERJASAMANYA DENGAN CENDAWAN

MIKORIZA ARBUSKULA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS HASIL

TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.)

PROF. DR. IR. H. KASLI, M.S

DRA. UPIK YELIANTI, M.S

No. Kontrak: 005/SP2H/PPDP2M/III/2008 Tanggal 6 Maret 2008

UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

(28)

DESEMBER 2008

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH HIBAH BERSAING XV/II/2008

1. Judul Penelitian : Aplikasi Pupuk Organik Terbaik Hasil Perombakan berbagai Dekomposer dan Kerjasamanya dengan Cendawan Mikoriza Arbuskula Terhadap

Pertumbuhan dan Kualitas Hasil Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)

2. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Prof.Dr.Ir. H. Kasli, MS b. Jenis Kelamin : Laki-laki

c. NIP : 130 349 634

d. Jabatan Fungsional : Guru Besar/IV/d e. Jabatan Struktural :

f. Bidang Keahlian : Ekofisiologi Tumbuhan g. Fakultas/Jurusan : Pertanian/Agronomi h. Perguruan Tinggi : Universitas Andalas i. Tim Peneliti :

_______________________________________________________________ No. Nama Bidang Instansi Alokasi Waktu Keahlian (jam/minggu)

1. Dra. Upik Yelianti, MS Ekofisiologi Mhs. PPS Unand Padang 15 jam

3. Pendanaan dan jangka waktu Penelitian :

a. Jangka waktu penelitian yang diusulkan : 2 (dua) tahun

b. Biaya total yang diusulkan : Rp.

c. Biaya yang disetujui tahun I : Rp.

d. Biaya yang disetujui tahun II : Rp.

45.000.000,-Padang, 15 Desember 2008 Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Peneliti,

Universitas Andalas

(Prof. Ir. Ardi, M.Sc) (Prof.Dr.Ir. H. Kasli, MS)

NIP. 130 816 270 NIP. 130 349 634

Menyetujui,

(29)

NIP. 131 647 299

Aplikasi Pupuk Organik Terbaik Hasil Perombakan berbagai Dekomposer

dan Kerjasamanya dengan Cendawan Mikoriza Arbuskula

Terhadap Pertumbuhan dan Kualitas Hasil Tanaman

Kentang (

Solanum tuberosum L.

)

Kasli

1

dan Upik Yelianti

2

1

Jurusan

Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Univesitas Andalas

2

Mahasiswa Pascasarjana Universitas Andalas Padang

RINGKASAN

(30)

The Aplication of Organic Fertilizer from decomposition of several

Organic Matter by Decomposers and Arbuscular Mycorrhizal Fungi

to Growth and Quality of Potatoes (

Solanum tuberosum L.

)

Kasli

1

and Upik Yelianti

2

1

Agronomic departement of Agriculture Faculty of Andalas University

2

Doctorate Programe of Postgraduate at Andalas University

SUMMARY

(31)

Gambar

Gambar 1. Tinggi tanaman kentang dengan perlakuan tanpa FMA dengan berbagai                  dosis pupuk organik TKCT
Gambar 4. Tinggi tanaman kentang dengan perlakuan diberi FMA dengan                   berbagai dosis pupuk organik TKCT
Gambar 6. Tinggi tanaman kentang dengan perlakuan diberi FMA dengan                   berbagai dosis pupuk organik TTTH
Gambar 9. Nilai ILD Tanaman Kentang tanpa FMA dan diberi pupuk organik                   TTTH pada berbagai dosis.
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa antrian mobil dalam satu tempat parkir ini yang penyajiannya dengan menggunakan pointer lebih efisien, sebab dengan ini bisa di olah elemen ( penambahan ) tanpa banyak

spanduk ataupun media masa dan media elektronik lainnya yang diberikan secara rutin dan mudah diakses oleh Wajib Pajak. Dengan adanya sosialisasi diharapkan dapat

TAPM yang berjudul PERAN KOMPETENSI PROFESIONAL DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X DAN XI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SMA NEGERI 1

Selanjutnya dalam rangka mensukseskan Program Nasional tersebut guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maka Pemerintah Kabupaten Purbalingga telah membentuk

Setelah proses asetilasi, produk hasil reaktor asetilasi dibawa menggunakan pompa (P-105) selanjutnya ke unit hidrolisis dalam reaktor hidrolizer (R-102) pada suhu 120

Pengembangan objek wisata dapat diartikan suatu usaha atau cara yang dilakukan.. untuk membuat segala sesuatunya lebih baik yang dapat dilihat dan dinikmati

Wawancara Evaluasi Kinerja adalah pertemuan langsung antara penilai dan ternilai untuk membahas hasil evaluasi kinerja ternilai dan menyusun rencana kinerja ternilai

Dalam UU SPPA diversi dimaksudkan untuk menghindari efek negatif dari pemeriksaan konvensional peradilan pidana terhadap anak yang dilakukan oleh aparat penegak