PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA
PADA MATERI HIDROLISIS GARAM
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Program Studi Pendidikan IPA Konsentrasi Pendidikan Kimia Sekolah Lanjutan
Oleh : Julaeha
1007151
SEKOLAH PASCA SARJANA
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “PEMBELAJARAN INKUIRI
TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI HIDROISIS GARAM” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan dalam karya saya
ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Agustus 2014
Yang membuat pernyataan,
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
Tesis ini telah disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing I
Dr. Hayat Sholihin, M. Sc.
NIP. 195711231984031001
Pembimbing II
Dr. Yayan Sunarya NIP. 196102081990031000
Mengetahui:
Ketua Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kimia merupakan bagian dari sains yang hakekatnya mencakup dua hal
yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk dan kimia sebagai proses.
Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta,
konsep, teori, hukum, dan prinsip kimia. Sedangkan kimia sebagai proses meliputi
keterampilan dan sikap yang dimiliki oleh para kimiawan untuk memperoleh dan
mengembangkan ilmu kimia. Keterampilan-keterampilan inilah yang disebut
keterampilan proses sains.
Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang harus dimiliki siswa
sebagai modal dasar memahami ilmu sains. Keterampilan proses sains memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam memahami pengetahuan sains.
Terbentuknya pengetahuan dalam sains dilakukan melalui tahapan-tahapan
proses yang disebut dengan metode ilmiah.
Semiawan (1985) mengemukakan empat alasan pentingnya keterampilan
proses sains diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Keempat alasan tersebut
adalah sebagai berikut : (1) Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung
semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan
konsep kepada siswa; (2) Adanya kecenderungan bahwa siswa lebih memahami
konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh yang konkret;
(3) Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen. Suatu
teori mungkin terbantah dan ditolak setelah orang mendapatkan data baru yang
mampu membuktikan kekeliruan teori yang dianut; dan (4) pengembangan konsep
dalam proses belajar mengajar, tidak terlepas dari pengembangan sikap dan nilai
dalam diri anak didik.
Dengan demikian, pembelajaran kimia tidak cukup dilaksanakan dengan
menyampaikan informasi tentang konsep dan prinsip-prinsip. Akan tetapi, siswa juga
harus memahami proses terjadinya dengan melakukan penginderaan sebanyak
sesama teman dan guru atau lebih dikenal dengan “hand-on and mind-on activity”
yang dapat diartikan bahwa belajar dilakukan melalui aktivitas pengetahuan dan kerja
praktik.
Salah satu tujuan pembelajaran adalah agar pengetahuan yang
disampaikan dapat dipahami peserta didik. Guru berperan penting dalam kegiatan
pembelajaran yang berlangsung, sehingga konsep-konsep yang diajarkan kepada
siswa bukan hanya sebagai hafalan namun bisa lebih bermakna dari itu. Siswa
yang memahami suatu konsep akan dapat mengaitkan satu konsep dengan konsep
yang lainnya dengan benar.
Model pembelajaran dibutuhkan untuk mencapai tujuan pembelajaran,
model pembelajaran merupakan sarana interaksi antara guru dengan siswa di
dalam kegiatan belajar mengajar. Pemilihan model pembelajaran yang bersifat
monoton dan suasana pembelajaran yang tidak menyenangkan membuat proses
pembelajaran terhambat. Model pembelajaran yang banyak dilakukan sekarang ini
adalah model pembelajaran ekspositori, yaitu model pembelajaran yang
menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru
kepada siswa. Guru berperan dominan di dalam model pembelajaran ini, dimana
siswa tidak dituntut untuk menemukan materi sehingga menyebabkan rendahnya
aktivitas siswa. Model pembelajaran ekspositori ini membuat siswa pasif selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Selama kegiatan belajar mengajar,
aktivitas siswa hanya terbatas duduk, mendengarkan, mencatat dan mengerjakan
soal yang diberi guru.
Berdasarkan paparan di atas, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang
tepat dan lebih bermakna bagi siswa yaitu model pembelajaran yang melibatkan siswa
dalam pembelajarannya. Model pembelajaran ini lebih berorientasi ke hakikat sains
kimia. Dan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah inkuiri
terbimbing.
. Pembelajaran inkuiri terbimbing melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
analitis. Dengan berkembangnya kemampuan tersebut, siswa dapat merumuskan
menyatakan pembelajaran model inkuiri terbimbing merupakan inkuiri yang
terarah dan banyak dicampuri oleh guru. Guru banyak mengarahkan dan memberi
petunjuk lewat prosedur yang lengkap dan pernyataa-pernyataan pengarahan
selama proses inkuiri.
Pada dasarnya model inkuiri terbimbing lebih menekankan pada pencarian
pengetahuan daripada perolehan pengetahuan, siswa diharapkan dapat
meningkatkan pemahaan dan keterampilan proses sains dengan bimbingan dan
arahan dari guru. Penjelasan yang senada terdapat dalam Commision in Science
Education (1970) dalam Rustaman (2005) yang menyatakan bahwa keterampilan
proses adalah komponen inkuiri ilmiah, prosedur yang mengantarkan pada
perolehan pengetahuan dan memberikan definisi makna. Model pembelajaran
yang lebih mengaktifkan siswa untuk terlibat dalam proses perolehan pengetahuan
akan memberikan dampak yang lebih bermakna dalam pembelajaran.
Penelitian mengenai inkuiri telah banyak dilakukan, salah satunya menurut
Kuhne (dalam Alberta,2004) bahwa model inkuiri akan membuat siswa lebih
kreatif, berfikir positif, dan bebas berekspresi. Hal tersebut berlaku menyeluruh
pada semua siswa walaupun setiap individu membutuhkan perhatian yang berbeda
selama proses inkuiri.
Banyak penelitian tesis dengan model inkuiri terbimbing yang telah
dilakukan untuk mengukur keterampilan proses sains diantaranya: (1) Dirgantara
(2012) adanya peningkatan penguasaan konsep dan KPS siswa MTs pada pokok
bahasan kalor dengan pembelajaran laboratorium berbasis inkuiri. (2) Harefa
(2010) menemukan peningkatan keterampilan proses sains siswa khususnya pada
aspek merencanakan percobaan mempunyai nilai yang paling tinggi. (3)
Nurhayati (2010) adanya peningkatan yang signifikan untuk keterampilan proses
sains siswa dengan menggunakan pembelajaran laboratorium desain untuk
konsep kalor. Secara umum kekurangan dalam penelitian sebelumnya adalah
belum semua indikator KPS meningkat secara merata.
Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang dipakai
pada penelitian ini. Berdasarkan hasil analisis standar kompetensi dan kompetensi
pembelajarannya. Studi pendahuluan yang dilakukan terhadap guru-guru di
lingkungan salah satu SMAN di Garut, materi hidrolisis garam termasuk materi
yang sulit dipahami siswa. Kesimpulan tersebut berdasarkan data hasil ulangan
harian materi hidrolisis, ternyata rata-rata tingkat pemahaman siswa masih rendah.
Hal tersebut mendasari pemilihan materi yang akan diuji cobakan dalam
penelitian ini.
Didasari oleh beberapa hal yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul “Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Pemahaman Konsep Siswa Pada Materi Hidrolisis Garam”
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya,
maka beberapa masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang diharapkan terjadi adalah pembelajaran yang berpusat
pada siswa, relevan dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, dan
dapat meningkatkan peran aktif siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
2. Keterampilan proses sains dan pemahaman konsep sangat penting
dikembangkan dengan pembelajaran inkuiri terbimbing, serta dievaluasi
keberhasilannya.
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka masalah dalam penelitian
dirumuskan sebagai berikut:“bagaimana pembelajaran inkuiri terbimbing pada
materi hidrolisis garam yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan
pemahaman konsep siswa ?”
Untuk mempermudah pengkajian secara sistematis terhadap masalah yang
akan diteliti, maka rumusan masalah tersebut dirinci menjadi pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi
2. Bagaimana pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap peningkatan
keterampilan proses sains siswa pada materi hidrolisis garam?
3. Bagaimana pengaruh pembelajaran inkuiri terhadap peningkatan
pemahaman konsep siswa pada materi hidrolisis garam?
C. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian dan untuk
menghindari meluasnya permasalahan yang diteliti, maka penelitian dibatasi pada
hal-hal berikut:
1. Materi hidrolisis yang diteliti dikhususkan pada: pengertian hidrolisis,
sifat-sifat garam yang terhidrolisis dan penerapan perhitungan pH garam-garam
yang mengalami hidrolisis.
2. Indikator keterampilan proses sains siswa dalam penelitian ini hanya enam
aspek keterampilan, yakni : merencanakan percobaan, menafsirkan,
mengklasifikasikan, meramalkan, menerapkan konsep, dan
mengkomunikasikan.
3. Untuk mengukur peningkatan pada pemahaman konsep siswa, peneliti
mengambil dari hasil pretes dan postes soal-soal pada sub materi : definisi
hidrolisis, sifat garam terhidrolisis dan pH larutan hidrolisis.
D. Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui peningkatan keterampilan proses sains dan pemahaman konsep
siswa dengan menerapkan model pembelajaran inkuri terbimbing pada materi
hidrolisis garam.
E. Manfaat Penelitian
Dengan pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan dapat bermanfaat
1. Guru kelompok mata pelajaran kimia, yaitu memberikan alternatif contoh
pembelajaran kimia untuk meningkatkan pemahaman konsep dan
keterampilan proses sains bagi siswa SMA, sehingga mutu lulusan SMA
diharapkan lebih berkualitas.
2. Sekolah, yaitu memberikan masukan dalam pembelajaran kimia dalam
rangka pembaharuan (inovasi) pembelajaran yang dapat diterapkan di
kelas.
3. Siswa, yaitu memberikan bekal dan pengalaman siswa SMA mengenai
pembelajaran inkuiri terbimbing yang dapat meningkatkan pemahaman
konsep dan keterampilan proses sains.
4. Peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam penelitian sejenis
dengan topik berbeda.
A. Struktur Organisasi Tesis
Secara garis besar, tesis ini terdiri dari 5 (lima) bab dengan beberapa sub
bab. Bab I berisi uraian tentang latar belakang masalah yang mendasari
pentingnya diadakan penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian yang diharapkan, dan struktur organisasi tesis.
Bab II berisi kajian pustaka yang mendeskripsikan pengertian, jenis-jenis
dan prinsip dasar, model pembelajaran inkuiri terbimbing, keterampilan proses
sains, dan pemahaman konsep, materi hidrolisis, penelitian yang relevan,
kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Pada bab III berisi uraian tentang
definisi operasional, metode dan desain penelitian, subyek penelitian, lokasi
penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik analisis data.
Bab IV berisi uraian tentang hasil penelitian yang meliputi keterlaksanaan
pembelajaran inkuiri , keterampilan proses sains dan pemahaman konsep siswa
pada materi hidrolisis garam. Sedangkan bab V berisi uraian tentang pokok-pokok
kesimpulan dan saran-saran terkait dengan penelitian yang dilakukan yang perlu
F. Penjelasan Istilah
Supaya tidak terjadi perbedaan pemahaman tentang istilah-istilah yang
digunakan, maka akan dijelaskan beberapa istilah yang dianggap perlu pada
penelitian ini. Istilah-istilah tersebut sebagai berikut :
1. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan inkuiri yang terarah dan
banyak dicampuri oleh guru. Guru banyak mengarahkan dan memberi
petunjuk lewat prosedur yang lengkap dan pernyataan-pernyataan
pengarahan selama proses inkuiri.( Suparno, 2007)
2. Keterampilan proses sains merupakan kegiatan intelektual yang biasa
dilakukan oleh para ilmuwan dalam menyelesaikan masalah dan
menghasilkan produk-produk sains ( Semiawan,1985)
3. Pemahaman konsep merupakan konsepsi yang bisa dicerna atau dipahami
oleh peserta didik sehingga mereka mengerti apa yang dimaksudkan
mampu menemukan cara untuk menggungkapkan konsepsi tersebut serta
dapat mengeksplorasi kemungkinan yang terkait. (Rohana, 2011)
4. Hidrolisis Garam adalah reaksi kation atau anion dengan molekul air, atau
reaksi ion dengan air yang menghasilkan basa konjugat dan ion hidronium
atau asam konjugat dan ion hidroksida. (Yayan Sunarya dan Agus
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan penelitiannya ( Arikunto, 2002 ). Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode pre-eksperimen dengan desain the one group
pretest-postest. Dalam desain ini, subjek diberikan tes awal sebelum perlakuan yang
berupa pembelajaran inkuiri terbimbing, di akhir pembelajaran subjek diberikan
tes akhir, kemudian diamati dampak yang terjadi sebelum dan sesudah perlakuan.
Perbedaan selisih nilai antara pretes dan postes dikondisikan sebagai efek dari
adanya perlakuan atau adanya penerapan pembelajaran. Sebagaimana tercantum
pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Desain The One-Group Pretest-Postes Design
Keterangan:
T1 : Pre-tes, yaitu tes yang dilakukan sebelum pembelajaran inkuiri terbimbing
untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
T2 : Post-tes, yaitu tes yang dilakukan setelah pembelajaran untuk mengetahui
hasil dari perlakuan tersebut.
X : perlakuan berupa pembelajaran inkuiri terbimbing.
Desain ini digunakan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu
ingin mengetahui peningkatan keterampilan proses sains dan pemahaman konsep
setelah diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA salah satu SMA
negeri di Garut semester II tahun pelajaran 2011-2012, yang berjumlah
sebanyak 34 orang.
Pre-test Perlakuan Post-tes
Tahap Persiapan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Penyelesaian
C. Alur Penelitian
Secara umum alur penelitian dapat dilihat pada gambar diagram alur
penelitian berikut ini:
Bagan 3.1. Alur Rencana Penelitian
Keterampilan proses sains dan aspeknya
Pemahaman konsep
Materi Hidrolisis
RPP berbasis pembelajaran inkuiri terbimbing
Pembuatan Instrumen
Pre Test Validasi
Pembelajaran model pembelajaran inkuiri terbimbing Instrument hasil revisi
Post Test
Data
Analisis Data
Kesimpulan
Model Pembelajaran
inkuiri
Kajian pustaka Kajian Kurikulum
Pembuatan LKS
Berdasarkan gambar 3.1, pada dasarnya penelitian ini dilakukan `
(1) Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Mengkaji kurikulum untuk mengetahui standar kompetensi, kompetensi
dasar dan tujuan pembeljaran.
b. Melakukan kajian pustaka mengenai model pembelajaran inkuiri,
keterampilan proses sains dan menganalisis indikatornya dan
pemahamanan konsep serta menganalisis indikator yang dipakai dalam
penelitian.
c. Menganalisis materi hidrolisis garam berdasarkan standar isi.
d. Merancang RPP yang berbasis pembelajaran inkuiri terbimbing.
e. Menyusun lembar kerja siswa (LKS) dengan menerapkan tahapan
inkuiri.
f. Membuat instrumen penelitian berupa tes tertulis uraian, untuk
mengukur keterampilan proses sains dan pemahaman konsep.
g. Membuat pedoman angket, observasi dan wawancara.
h. Instrumen yang digunakan belum berstandar, sehingga untuk
menghindari dihasilkannya data yang tidak sahih maka terlebih dahulu
dilakukan uji coba terhadap instrumen tersebut, direvisi dan divalidasi.
(2) Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dilakukan hal-hal berikut :
a. Pertemuan pertama
Memberikan pretes berupa tes tertulis berupa tes uraian sebayak 10 soal.
b. Pertemuan kedua
Melakukan diskusi tentang LKS yang akan dipakai dalam penelitian,
pembentukan kelompok praktikum.
c. Pertemuan ketiga
Melaksanakan proses pembelajaran inkuiri terbimbing yang telah disusun
d. Pertemuan keempat
- Melaksanakan postest pada siswa untuk mengetahui peningkatan
keterampilan proses sains dan pemahaman konsep setelah
pembeljaran inkuiri.
e. Pertemuan kelima
- Melaksanakan wawancara terhadap guru.
- Mengumpulkan data hasil percobaan.
(3) Tahap Penyelesaian
Pada tahap penyelesaian, dilakukan beberapa tahap berikut:
a. Mengolah data hasil percobaan.
b. Menganalisis dan membahas data hasil temuan penelitian.
c. Menyimpulkan hasil penelitian.
d. Menyusun laporan hasil penelitian
D. Instrumen Penelitian
Pada waktu melakukan penelitian pendidikan, instrumen merupakan alat
utama dalam pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Tes Keterampilan Proses Sains dan Pemahaman Konsep
Instrumen penelitian yang dipakai berjumlah 10 soal, yang tidak
terlepas dari konsep-konsep utama yang ada pada materi hidrolisis garam. Tes
yang diberikan bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses
sains dan pemahaman konsep siswa terhadap materi hidrolisis garam. Sebelum
soal-soal digunakan dalam penelitian, maka perlu dilakukan analisis soal
yang berkaitan dengan validitas, reabilitas.
Validitas suatu alat ukur menunjukkan sejauh mana alat ukur itu
mengukur apa yang seharusnya diukur oleh alat ukur tersebut. Alat ukur yang
baik harus memiliki validitas yang tinggi.
Pada penelitian ini untuk menghitung validitas item butir soal terlebih
dahulu dicari koefisien kerelasinya selanjutnya cari uji-t dengan kriteria
keputusan :
- Jika t hitung > t tabel maka item soal Valid
- Jika t hitung < t tabel maka item soal tidak valid
Berikut hasil lengkap validasi soal pada penelitian ini, dapat dilihat
[image:15.595.184.488.357.535.2]pada tabel 3. 2.
Tabel 3.2. Hasil uji coba validitas soal keterampilan Proses sain
No soal
t- hitung t-tabel Keputusan Tindak Lanjut
1 4,56 1,69 Valid Digunakan
2 3,27 1,69 Valid Digunakan
3 3,27 1,69 Valid Digunakan
4 1,80 1,69 Valid Digunakan
5 2,65 1,69 Valid Digunakan
6 8,52 1,69 Valid Digunakan
[image:15.595.183.491.590.710.2]7 2.42 1,69 Valid Digunakan
Tabel 3.3. Hasil uji coba validitas soal Pemahaman Konsep
No soal
t- hitung t-tabel Keputusan Tindak Lanjut
1 1,90 1,69 Valid Digunakan
2 3,27 1,69 Valid Digunakan
3 8,50 1,69 Valid Digunakan
b. Reliabilitas
Reliabilitas merupakan ukuran sejauh mana suatu alat ukur memberikan
gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang. Jika
alat ukur mempunyai reliabilitas tinggi, maka pengukuran yang dilakukan
berulang-ulang dengan alat ukur itu terhadap subjek yang sama dalam kondisi
akan menghasilkan informasi yang sama atau mendekati. Reliabilitas seringkali
disebut derajat konsistensi (keajegan). Berikut kriteria reabilitas suatu test
menurut Arikunto :
Tabel 3.4. Kriteria Reliabilitas
Nilai Kriteria
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
0,60 – 0,80 Tinggi
0,40 – 0,60 Cukup
0,20 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
Setelah dilakukan uji reabilitas soal, nilai reliabilitas yang dihasilkan
yaitu 0,78 ini berarti soal yang telah diuji coba mempunyai reliabilitas yang
tinggi.
Soal tes yang digunakan pada penelitian ini menggunakan soal uraian
sebanyak 10 soal. Pada penelitian ini sebelum soal tes digunakan untuk pre-tes
dan post-tes, terlebih dahulu soal tes diujikan kepada siswa yang sudah belajar
materi hidrolisis garam. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui reliabilitas
soal tes.
Berdasarkan hasil uji coba soal dapat disimpulkan bahwa semua soal yang
keajegan soalnya (reliabilitas). Berdasarkan tabel 3.3, reliabilitas dari soal-soal
tersebut setelah dihitung menggunakan suatu formula yaitu rx1x2= 0,78 yang
berarti memiliki reliabilitas tinggi. Rincian validitas dan reabilitas dapat dilihat
pada lampiran C halaman 115
2. Lembar observasi
Observasi bertujuan untuk memperoleh gambaran langsung tentang proses
pembelajaran hidrolisis garam dengan metode praktikum dan pendekatan inkuiri.
pedoman observasi yang telah dibuat dapat dilihat pada lampiran A.3 halaman 91
3. Pedoman wawancara
Wawancara dilakukan kepada siswa dan guru untuk memperoleh data
tentang kelebihan dan kekurangan pembelajaran inkuiri terimbing pada materi
hidrolisis.
4. Lembar Kerja Siswa
Pembuatan LKS sebagai instrumen penunjang dalam pembelajaran inkuiri
terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep dan peningkatan KPS,
tujuannya sebagai alat bantu untuk mengefektifkan dan mengefisienkan proses
pembelajaran .
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan seperti tabel 3.4
Tabel 3.5. Teknik Pengumpulan Data
No. Data Jenis data Sumber
data Keterangan
1. Tes tertulis Peningkatan keterampilan
proses sains dan pemahaman
konsep siswa
Siswa Dilakukan sebelum
dan sesudah
pembelajaran inkuiri
terbimbing
2. Observasi Aktivitas siswa dan guru
selama kegiatan belajar
mengajar dengan
menggunakan inkuiri
terbimbing
Siswa
dan guru
Dilakukan saat
pembelajaraninkuiri
terbimbing
berlangsung
3 LKS Proses setiap langkah pada
pembelajaran inkuiri
terbimbing materi Hidrolisis
garam
Siswa Dilakukan selama
pembelajaran inkuiri
terbimbing
berlangsung
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis Tes Keterampilan Proses sains dan Pemahaman Kosep Siswa
Instrumen yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya diujikan kepada
Langkah selanjutnya yaitu menghitung gain dan gain ternormalisasi atau
N-gain. Gain adalah selisih antara skor post-tes dan pre-tes. N-gain dapat dihitung
dengan rumus:
n-gain = Error! Reference source not found.
(Hake, 2002)
Tingkat perolehan skor N-gain dikategorikan atas 3 kriteria, yaitu:
Tabel 3.6. Klasifikasi n-gain (Hake, 1998)
Kriteria Nilai n-gain
Tinggi 0,7
Sedang 0,3 n-gain 0,7
Rendah 0,3
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L. W. dan Krathwohl, D. R. (2001). A Taxonomy for Learning,
Teaching and Assessing; A Revision of Bloom’s Taxonomy of educational objectives. NY: Addison Wesley Longman Inc.
Alberta. (2004). Focus on Inquiry. A teacher Guide to Implementing Inqury.
Based Learning. Canada.
Arifin, M. (1997). Bentuk Kegiatan Praktikum untuk Meingkatkan Pemahaman
Siswa. Laporan Penelitian FPMIPA IKIP Bandung: tidak
diterbitkan.
Arifin, M. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Atitah, S, et al. (2007). Strategi Pembelajaran Kimia. Jakarta: Universitas Terbuka.
Chang, R, (2005). Kimia Dasar, konsep-konsep Inti. Jakarta: Erlangga
Dahar,R. W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Darliana. (1990). Keterampilan Proses IPA. Bandung: tidak diterbitkan.
Depdiknas. (2006). Daftar Silabus Kimia KTSP 2006. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Dirgantara Y, Rejeki S, Semiawan A. (2008). Labolatorium Berbasis Inkuiri
Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa MTs Pada Pokok Bahasan Kalor. Jurnal
Penelitian Pendidikan MIPA..
Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar Dalam Pengajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Fraenkel, J. R. & Wallen , N. E. (2007). How to Design andevaluate research in
education (sixth ed). New York: Mc Graw-Hill Book Co.
Hake, R. (1997). Interactive-Engagement Versus Traditional Methods: A
six-thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses: Journal American Association of Physics Teacher. 66 (1), 64-74.
Hamalik, O. (2002) Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Harefa (2010). Pengembangan Kegiatan Praktikum Berbasis Masalah Untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Berpikir Kreatif Siswa Pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam. Tesis SPS UPI
Bandung: tidak diterbitkan
Hinricshen, J. (1999). Science Inquiry For The Classrom, Oregon ; oregon: Northwest Regional Educational Laboratory.
Indrawati. (1999) Keterampilan Proses Sains. Bandung: Puasat Pengembangan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam.
Joyce, B., Weil, M., & Colhoun, E. (2000). Models of Teching. 6th edition. Boston : Allyn and bacon.
Mahmuddin. (2010). Peniaian Keterampilan Proses Sains. [Online]. Tersedia:
http://mahmuddin.wordpress.com [27 Februari 2012].
Nurhayati. (2007). Model Inkuiri Untuk Pembelajaran Hidrolisis Garam Untuk
Mengembangkan Kemampuan Dasar bekerja Ilmiah Siswa Kelas XI. Tesis Pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan
Ostlund, K. (1991). “What the Research Says About Science Process Skill”.
Rohana. (2011). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap
Pemahaman Konsep Mahasiswa. Prosiding PGRI. Palembang
Rustaman, N. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sagala, Syaiful. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Semiawan, C. (1985). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.
Sunarya, Y dan Setiabudi, A.(2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia Untuk Kelas
XISMA atau MA Program IPA. Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta
Susanti. (2010). Penerapan Model Siklus Belajar Hipotetikal Deduktif 7E. Untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Pada Konsep Pembiasan Cahaya. Disertasi
SPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Susiwi. (2009). Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada “Model
Pembelajaran Praktikum D-E-H”. Jurnal MIPA. 14, (2), 87-104.
Suparno, P. (2007). Metodologi Pembelajaran Fisika, Kontruktivisme dan
Menyenangkan: Universitas Sumatra Darma.
Suyanti, R. D. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia.Yogyakarta: Graha Ilmu.