• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Departemen Pendidikan Seni Musik

Oleh Wendi Heryandi

1104923

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA

Oleh Wendi Heryandi

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Musik

© Wendi Heryandi

Universitas Pendidikan Indonesia Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dr. Rita Milyartini, M.Si NIP. 196406231988032001

Pembimbing II

Herry Supiarza, M.Pd NIP. 197207212014091004

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan Musik

(4)

Wendi Heryandi, 2015

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “pelatihan keroncong pada remaja usia 12-20 tahun di Batavia Sunda Kelapa Marina. Batavia Sunda Kelapa Marina merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengelolaan pelabuhan khusus untuk kapal pesiar. Dalam kaitannya dengan pelatihan keroncong, kegiatan ini merupakan bagian dari program CSR. Mitra dalam pelatihan keroncong ini adalah Andre J Michiels seorang seniman keroncong Tugu selaku pelatih. Sedangkan peserta pelatihannya merupakan remaja dari Lodan Dalam Pademangan di sekitar kawasan Sunda Kelapa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan bagaimana pelatihan keroncong di Batavia Sunda Kelapa Marina. Fokus penelitiannya adalah proses pembelajaran dan bahan pelatihan keroncong. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Peneliti mengumpulkan data menggunakan teknik observasi, wawancara, analisis dokumentasi, dan studi literatur. Dari penelitian diperoleh temuan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan merupakan pembelajaran kelompok yang sinergis, karena dilakukan secara team teaching yaitu pengajaran beregu. Metode pembelajaran yang digunakan bervariasi diantaranya metode ceramah, demonstrasi, imitasi, drill, dan tutor sebaya. Bahan pelatihan yang diberikan secara umum merupakan pola irama keroncong dengan gaya Tugu. Materi ini terbagi kedalam beberapa bagian yaitu, pengetahuan tentang keroncong, belajar akor, belajar pola-pola dasar, interval nada, dan materi lagu berupa lagu keroncong dan lagu pop yang dibawakan dengan gaya keroncong.

(5)

Wendi Heryandi, 2015

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

This study entitled "The training of keroncong for teenager in aged 12-20 years in Batavia Sunda Kelapa Marina". Batavia Sunda Kelapa Marina is a company engaged in the management of special port for cruise. In relation to training of keroncong, this activity is part of the CSR program. Partner in this keroncong training is Andre J Michiels, keroncong musician from Tugu as coach, while the participants of this training are teenagers from Lodan Dalam Pademangan around Sunda Kelapa region. The aim of this study was to reveal the training of keroncong in Batavia Sunda Kelapa Marina. The focus of this research was the process of learning and training materials of keroncong. The method used in this research was descriptive method with qualitative approach. The data were collected by researcher through observation, interview, documentation analysis, and literature review. From the research, it is found that all process that has been done in learning activities is a synergistic group learning, because it is done by team teaching. There were varied learning methods used, for example lecturing, demonstrating, imitating, drilling, and peer tutoring. Material training provided in general is a rhythm pattern of keroncong with Tugu's style. This material is divided into several parts i.e. knowledge of keroncong, learn chords, learn basic patterns, the tone intervals, and the song material in the form of keroncong songs and pop songs performed in the style of keroncong.

(6)

Wendi Heryandi, 2015

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vi

A.Konsep Model Pemberdayaan Melalui Pelatihan ... 6

1. Pengertian Pelatihan ... 6

2. Model Kemitraan Dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir ... 7

(7)

Wendi Heryandi, 2015

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii

2. Ansambel Keroncong ... 20

F. Perkembangan Remaja Usia 12-20 Tahun ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Data ... 40

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A.Temuan Penelitian ... 41

1. Sekilas Tentang Batavia Sunda Kelapa Marina ... 41

2. Gambaran Umum Pelatihan Keroncong di Batavia Sunda Kelapa Marina Berdasarkan Hasil Wawancara ... 44

3. Pelatihan Keroncong di Batavia Sunda Kelapa Marina Berdasarkan Hasil Observasi ... 50

B.Pembahasan Penelitian ... 61

1. Proses PembelajaranKeroncong di Batavia Sunda Kelapa Marina ... 61

(8)

Wendi Heryandi, 2015

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu viii

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 74 A.Kesimpulan ... 74 B.Implikasi dan Rekomendasi ... 75 DAFTAR PUSTAKA

(9)

Wendi Heryandi, 2015

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Musik merupakan salah satu bagian pokok dalam kehidupan manusia. Hampir semua peradaban masyarakat di dunia ini memiliki musik sebagai hasil budaya mereka. Menurut Soeharto (1995, hlm. 58) dalam bukunya yang berjudul serba-serbi

keroncong, bahwa “musik selalu mengandung keindahan dan merupakan hasil daya cipta yang bersumber pada ketinggian budi dari jiwa yang menjelmakan musik tersebut, sehingga musik selalu dijadikan tolak ukur dari tinggi rendahnya nilai-nilai dan karakter (watak) bangsa yang bersangkutan.

Indonesia memiliki beragam musik hasil budaya bangsa, salah satunya adalah keroncong. Keroncong yang telah menjadi bagian dari budaya musik Indonesia, didalamnya terdapat karakteristik yang mengandung nilai-nilai budaya bangsa. Musik keroncong memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan bentuk musik lainnya yang muncul dari perpaduan antara elemen-elemen musikal, musik pengiring dan teknik penyajian. Selain itu, musik keroncong di pandang sebagai salah satu kekayaan musik tertua di Indonesia. Oleh karenanya, sudah menjadi kewajiban kita sebagai warga Indonesia untuk melestarikan dan mengembangkan musik keroncong. Sayangnya, saat ini keroncong kurang diminati masyarakat yang lebih menyukai jenis musik lain, sementara keroncong seolah dilupakan. Media teknologi, seperti televisi dan radio swasta nasional pun sangat jarang bahkan tidak pernah memberikan ruang khusus untuk genre musik ini.

(10)

2

Wendi Heryandi, 2015

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sama sekali berbeda dengan musik fado yang di bawa bangsa Portugis. maka di lihat dari proses dan perkembangannya, musik keroncong pun dapat dikatakan sebagai musik hasil akulturasi dari perpaduan antara unsur kebudayaan asing dan kebudayaan Indonesia.

Musik keroncong di duga pertama kali lahir di sebuah tempat di Jakarta Utara, tepatnya di kampung Tugu. “Komunitas kampung Tugu merupakan pewaris budaya portugis yang berhasil menjalani peran historis sebagai pelopor dari kelahiran musik keroncong di tanah air” (Ganap, 2011, hlm. 4). Sampai saat ini, di tempat tersebut masih terdapat keturunan bangsa portugis asli yang masih setia memainkan musik keroncong. Jenis musik inilah yang menjadi cikal bakal keroncong asli Betawi, yang kemudian di kenal dengan sebutan keroncong tugu. Musik keroncong tugu memiliki keunikan dan gaya khas tersendiri. Salah satu komunitas keroncong yang berkembang di kampung Tugu yaitu grup Krontjong Toegoe yang sekarang di pimpin oleh Andre J Michiels.

Sebagai upaya untuk melestarikan keroncong, grup Krontjong Toegoe dan Batavia Sunda Kelapa Marina sepakat untuk mendirikan lembaga pendidikan musik keroncong. Kesepakatan itu ditandatangani oleh kedua belah pihak dan disaksikan oleh wakil Walikota Jakarta Utara. Sabtu 12 april 2014 gedung di kawasan Sunda Kelapa tepatnya di Jalan Baruna Raya no.9, resmi menjadi tempat lembaga pendidikan musik keroncong. Batavia Sunda Kelapa Marina memandang perlu untuk mendirikan lembaga pendidikan musik keroncong, mengingat musik keroncong adalah hasil daya cipta budaya indonesia yang harus dilestarikan dan dikembangkan. Lembaga pendidikan keroncong ini terbuka untuk umum, sebagian besar dari siswa terdiri dari remaja atau pelajar setingkat Sekolah Menengah. Para siswa yang belajar musik keroncong di Batavia Sunda Kelapa Marina kebanyakan bertempat tinggal di daerah Sunda Kelapa.

(11)

3

Wendi Heryandi, 2015

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

warga yang berasal dari komunitas kampung Tugu. Hal itu di nilai bertolak belakang dengan fenomena yang terjadi di atas. Selain itu, Andre J Michiels selaku pengajar bukan dari kalangan akademisi melainkan sebagai seniman keroncong. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti sebuah penelitian dengan judul “Pelatihan Keroncong Pada Remaja Usia 12-20 Tahun di Batavia Sunda Kelapa Marina Jakarta Utara”. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi pembelajaran musik keroncong di sekolah dan di luar sekolah serta kontribusi bagi dunia pendidikan.

C. Rumusan Masalah

Pelatihan dalam kajian ini didasarkan pada konsep “Bagaimana” upaya pengajar agar peserta didik dapat belajar. Rumusan masalah penelitian adalah bagaimana pelatihan musik keroncong pada remaja 12-20 tahun di Batavia Sunda Kelapa Marina Jakarta Utara?. Dalam konsep pelatihan terkandung beberapa aspek yang meliputi, pelatih, peserta pelatihan, proses pembelajaran, dan bahan pelatihan. Namun berdasarkan keterbatasan waktu, maka penelitian difokuskan pada proses pembelajaran dan bahan pelatihan. Sementara informasi tentang pelatih dan peserta pelatihan akan menjadi data pendukung yang dijelaskan pada bab tiga.

1. Bagaimana proses pembelajaran keroncong yang dilakukan di Batavia Sunda Kelapa Marina?

2. Bahan pelatihan apa saja yang diberikan pada pelatihan keroncong di Batavia Sunda Kelapa Marina?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian secara umum adalah mengetahui bagaimana pelatihan keroncong pada remaja usia 12-20 tahun di Batavia Sunda Kelapa Marina Jakarta Utara, dan beberapa tujuan khusus antara lain:

(12)

4

Wendi Heryandi, 2015

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Mengetahui bahan pelatihan yang diberikan pada pelatihan keroncong di Batavia Sunda Kelapa Marina Jakarta Utara.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait. Adapun pihak-pihak tersebut diantaranya:

1. Peneliti

Menambah wawasan serta pengetahuan tentang semua hal yang berkenaan dengan pelatihan musik keroncong di Batavia Sunda Kelapa Marina Jakarta Utara. 2. Komunitas keroncong

Mendapatkan informasi mengenai pembelajaran musik keroncong, juga sebagai referensi untuk pelatihan musik keroncong di tempat lain.

3. Pendidik

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kemampuan dalam melakukan pelatihan musik keroncong.

4. Jurusan Pendidikan Seni Musik UPI

Dapat dijadikan sebagai dokumen sumber informasi dan kepustakaan sebagai bahan mahasiswa jurusan pendidikan seni musik.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi berisi tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi, mulai dari bab I hingga bab V.

BAB I PENDAHULUAN

Bab I berisi tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari skripsi yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat dan struktur organisasi skripsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

(13)

5

Wendi Heryandi, 2015

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN

Bab III berisi tentang metode apa yang digunakan dalam proses penelitian. Serta penjabaran yang rinci tentang metode penelitian, partisipan dan tempat penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data dan triangulasi

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV berisi tentang temuan penelitian yang menjawab pertanyaan penelitian secara detail dan pembahasan yang dikaitkan dengan teori yang berhubungan dengan dengan masalah penelitian

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

(14)

Wendi Heryandi, 2015

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Peneliti melakukan tiga tahap penelitian yaitu tahap awal, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Pada tahap awal berisi tentang kegiatan seperti studi pendahuluan dan merumuskan masalah. Tahap pelaksanaan berisi tentang kegiatan observasi lanjutan, wawancara, dokumentasi, dan studi literatur. Tahap akhir berisi tentang pengolahan dan analisis data serta penyusunan laporan. Dalam penelitian ini, peneliti membuat desain penelitian yaitu sebagai berikut.

Bagan 3.1 Desain Penelitian

Tahap Awal

Studi Pendahuluan Rumusan Masalah

Tahap Pelaksanaan

 Kajian proses

pembelajaran dan bahan pelatihan

 Pengumpulan data

Tahap Akhir

 Pengolahan dan

Analisi data

(15)

30

Wendi Heryandi, 2015

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu (Dokumentasi Wendi Heryandi: 2015)

1. Tahap Awal

Pada tanggal 2 Agustus 2015 peneliti berkunjungan ke Kampung Tugu melakukan observai dengan Andre J Michiels selaku pelatih keroncong di Batavia Sunda Kelapa Marina. Peneliti melakukan perbincangan dengan Andre tentang pelatihan keroncong di Batavia Sunda Kelapa Marina. Peneliti mendapatkan informasi bahwa kegiatan pelatihan keroncong tersebut dilaksanakan setiap hari sabtu pukul 14.00-17.30 WIB. Kemudian peneliti meminta ijin untuk melakukan penelitian di Batavia Sunda Kelapa Marina.

Pada tanggal 8 Agustus 2015, peneliti melakukan observasi awal melihat dan mengamati secara langsung kegiatan pelatihan keroncong di Batavia Sunda Kelapa Marina. Dari hasil observasi awal tersebut peneliti mulai menyusun rumusan masalah dan beberapa pertanyaan penelitian yang terkait dengan pelatihan keroncong tersebut. Pertanyaan penelitian yang peneliti kaji meliputi proses pembelajaran dan bahan pelatihan.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data-data di lapangan dengan melakukan observasi dan wawancara secara langsung di lapangan. Selain itu pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan studi literatur. Peneliti mengumpulkan teori-teori yang mendukung dan berhubungan dengan pelatihan keroncong di Batavia Sunda Kelapa Marina. Peneliti juga mengumpulkan dokumentasi saat pelatihan berlangsung. Dokumentasi yang diambil berupa foto dan video saat proses pembelajaran dan audio hasil rekaman wawancara dengan beberapa narasumber. 3. Tahap Akhir

(16)

31

Wendi Heryandi, 2015

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut dimaksudkan agar mempermudah penarikan kesimpulan. Selanjutnya, peneliti dapat memaparkan secara tertulis mengenai data yang sudah tersusun terkait pelatihan keroncong di Batavia Sunda Kelapa Marina.

B. Partisipan dan Tempat Penelitian 1. Partisipan

Dalam penelitian ini yang menjadi objek peneliti adalah tiga orang pengajar yaitu Andre, Eko, dan Arend serta siswa yang belajar alat musik keroncong di Batavia Sunda Kelapa Marina. Ketiga orang pengajar itu mempunyai tugas masing-masing, Andre sebagai pengajar alat musik macina, prounga, dan gitar, Eko sebagai pengajar alat musik cello, bass, dan jimbe, serta Arend sebagai pengajar violin. Ketiga orang ini merupakan anggota dari grup Orkes Kerontjong Toegoe, Andre sebagai pemain prounga, Eko sebagai pemain cello, dan Arend sebagai pemain violin.

Foto 3.1

Andre J Michiels selaku pelatih di Batavaia Sunda Kelapa Marina (Dokumentasi Wendi Heryandi: 2015)

(17)

32

Wendi Heryandi, 2015

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Michiels merupakan pemain prounga sekaligus sebagai pimpinan dari grup Orkes Krontjong Toegoe. Saat ini beliau menjadi pengajar keroncong di Batavia Sunda Kelap Marina dan SMP Santa Maria Jakarta.

Foto 3.2

Eko selaku pelatih di Batavia Sunda Kelapa Marina (Dokumentasi Wendi Heryandi: 2015)

(18)

33

Wendi Heryandi, 2015

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Foto 3.2

Arend selaku pelatih di Batavia Sunda Kelapa Marina (Dokumentasi Wendi Heryandi: 2015)

(19)

34

Wendi Heryandi, 2015

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Foto 3.2

Peserta pelatihan di Batavia Sunda Kelapa Marina (Dokumentasi Wendi Heryandi: 2015)

Siswa yang mengikuti pelatihan merupakan masyarakat yang notabene adalah remaja di sekitar kawasan Sunda Kelapa tepatnya di Lodan Dalam Pademangan. Pihak Batavia Sunda Kelapa Marina bekerja sama dengan Kepala Desa Lodan Dalam untuk memberikan pelatihan keroncong pada remaja karang taruna. Sebagian besar dari siswa terdiri dari remaja atau pelajar setingkat sekolah menengah.

2. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Batavia Sunda Kelapa Marina tepatnya di Jalan Baruna Raya No. 9 Ancol.

(20)

35

Wendi Heryandi, 2015

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Foto 3.4

Batavia Sunda Kelapa Marina tampak depan (Dokumentasi Wendi Heryandi: 2015)

Batavia Sunda Kelapa Marina merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pengelolaan pelabuhan khususnya untuk penyewaan kapal pesiar. Menurut Muharam selaku penanggung jawab pelatihan keroncong di Batavia Sunda Kelapa Marina bahwa “pelatihan keroncong ini merupakan bagian dari program CSR (Corporate Social Responsibility)”. Pada dasarnya CSR merupakan bentuk kontribusi

perusahaan untuk keberlangsungan kehidupan masyarakat disekitarnya, baik secara sosial maupun ekonomi. Didirikannya pelatihan ini, sebagai upaya untuk melestarikan musik keroncong. Batavia Sunda Kelapa Marina memandang perlu untuk mendirikan pelatihan ini, mengingat musik keroncong yang saat ini mulai terlupakan terutama dikalangan remaja.

C. Pengumpulan Data

(21)

36

Wendi Heryandi, 2015

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Observasi

Salah satu upaya pengumpulan data, peneliti melakukan peninjauan langsung terhadap objek penelitian. Dalam pelaksanaannya, objek yang akan diteliti adalah tiga orang pangajar yaitu Andre Michiels, Eko, Arend, dan beberapa siswa yang mempelajari musik keroncong di Batavia Sunda Kelapa Marina. Teknik ini digunakan untuk mengamati secara langsung dan mencatat seluruh data yang diperoleh dari pembelajaran keroncong di Batavia Sunda Kelapa Marina. Metode observasi yang digunakan adalah metode non-partisipasi, dimana peneliti tidak mengambil bagian secara langsung dalam kegiatan yang diteliti.

Adapun aspek-aspek yang diamati adalah proses pembelajaran dan bahan pelatihan keroncong di Batavia Sunda Kelapa Marina. Melalui teknik observasi peneliti ingin meninjau bagaimana pelatihan keroncong pada remaja usia 12-20 tahun di Batavia Sunda Kelapa Marina, sehingga peneliti mengetahui gambaran pembelajaran musik keroncong tersebut. Kegiatan observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1 Rincian Data Observasi

Tanggal Kegiatan Observasi

8 Agustus 2015 Pada observasi awal, peneliti melakukan perkenalan kepada siswa yang mengikuti yang mengikuti pembelajaran musik keroncong. Peneliti juga melakukan pengamatan langsung mengenai lokasi penelitian dan situasi kegiatan pembelajaran.

22 Agustus 2015 Peneliti melakukan observasi dengan mengamati proses pembelajaran keroncong. Guru mengulang materi lagu “Nasi Goreng” dan memberikan materi lagu baru yaitu lagu “Kampung Serani”.

(22)

37

Wendi Heryandi, 2015

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

di depan para tamu IMAYO (Ikatan Mahasiswa Yogyakarta). Guru mengulang dua materi lagu sebelumnya yaitu lagu “nasi goreng” dan “Kampung Serani”. Kemudian memberikan materi lagu baru yaitu lagu “Aksi Kucing”.

5 September 2015 Peneliti melakukan observasi dengan mengamati proses pembelajaran keroncong. Sebelum membahas lagu baru, siswa memainkan beberapa lagu sederhana tanpa menggunakan alat bantu partitur. Kemudian Guru memberikan materi lagu baru yaitu lagu “Lebih Indah”. Di akhir pembelajaran siswa mengulang keempat lagu yang sudah dipelajari.

2. Wawancara

Dalam penelitian ini, digunakan wawancara bebas terpimpin, yaitu wawancara dengan menggunakan pedoman pertanyaan, tetapi pertanyaan tersebut tidak mengikat jalannya wawancara. Untuk memperoleh informasi tentang pembelajaran musik keroncong di Batavia Sunda Kelapa Marina, maka peneliti melakukan wawancara langsung dengan penanggung jawab kegiatan pelatihan keroncong dan ketiga orang pengajar serta beberapa siswa.

Tabel 3.2 Rincian Data Wawancara

Tanggal Kegiatan Wawancara

8 Agustus 2015 Peneliti melakukan wawancara kepada Bapak Muharam selaku penanggung jawab pelatihan keroncong di Batavia Sunda Kelapa Marina, seputar profil lokasi penelitian dan mengetahui bagaimana perekrutan pengajar serta siswa yang mengikuti pembelajaran keroncong tersebut.

(23)

38

Wendi Heryandi, 2015

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengenai bagaimana awal mula kegiatan pembelajaran keroncong di Batavia Sunda Kelapa Marina.

Peneliti melakukan wawancara kepada siswa mengenai pemahaman tentang musik keroncong. 22 Agustus 2015 Peneliti melakukan wawancara kepada Bang Eko

mengenai bahan pelatihan yang diberikan kepada siswa dan bagaimana cara mengajarkannya.

Peneliti melakukan wawancara kepada Arend mengenai materi dan pengajaran violin.

29 Agustus 2015 Peneliti melakukan wawancara kepada Bapak Muharam mengenai pertunjukan yang dilakukan siswa saat itu.

5 September 2015 Peneliti melakukan wawancara kepada Bang Andre mengenai pemilihan materi lagu-lagu yang sudah dipelajari.

Peneliti melakukan wawancara kepada siswa mengenai pemahaman mereka terhadap partitur lagu yang diberikan oleh pengajar.

3. Dokumentasi

(24)

39

Wendi Heryandi, 2015

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk mempelajari teori-teori mengenai permasalahan yang diteliti dari beberapa sumber yang ada. Studi literatur yang dilakukan peneliti adalah dengan cara menggunakan sumber informasi dari buku dan karya ilmiah tentang pelatihan, proses pembelajaran dan musik keroncong. Referensi buku yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Konsep dan Makna Pembelajaran karangan Prof. Dr. Syaiful Sagala, M.Pd, Belajar dan Pembelajaran karangan Dr. M. Sobry Sutikno, Musik Keroncong karangan Harmunah, S.Mus, Krontjong Toegoe karangan Victor Ganap, dan buku-buku lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

D. Analisis Data

Data hasil penelitian merupakan data mentah. Untuk memperoleh gambaran mengenai permasalahan dan tujuan penelitian, maka dan hasil penelitian perlu dianalisi. Dalam hal ini menurut Sugiono (2012, hlm. 244) mengemukakan bahwa:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistemamtis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Pada hakikatnya analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokan, dan mengkategorikannya sehingga memperoleh jawaban.

(25)

40

Wendi Heryandi, 2015

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Reduksi Data

Reduksi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan meringkas hasil dari wawancara dan observasi, kemudian mengelompokan data-data tersebut sesuai dengan tema yang akan dibahas. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan memudahkan untuk pengumpulan data. Adapun permasalahan yang direduksi dalam penelitian ini mengenai pelatihan keroncong di Batavia Sunda Kelapa Marina.

2. Penyajian Data

Langkah selanjutnya setelah reduksi data yaitu penyajian data. Penyajian data dilakukan untuk lebih mensistematiskan data yang telah direduksi sehingga data tersebut akan terlihat lebih jelas. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat dengan teks yang bersifat naratif. Adapun hasil observasi dan wawancara di lapangan diubah kedalam bentuk tulisan yang terbagi dalam dua fokus penelitian yaitu proses pembelajaran dan bahan pelatihan keroncong di Batavia Sunda Kelapa Marina.

3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi Data

(26)

Wendi Heryandi, 2015

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 74

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan penelitian tentang pelatihan keroncong pada remaja usia 12-20 tahun di Batavia Sunda Kelapa Marina, yang terfokus pada proses pembelajaran dan bahan pelatihan, maka pada bagian ini penulis mengemukakan simpulan dari hasil penelitian, yakni:

1. Proses pembelajaran di Batavia Sunda Kelapa Marina merupakan proses pembelajaran kelompok yang sinergis, karena dilakukan secara team teaching

yaitu pengajaran beregu. Proses pembelajarannya dibagi ke dalam beberapa kelompok berdasarkan fungsi dan peran dari alat keroncong tersebut. Kelompok pertama belajar alat macina dan prounga serta kelompok kedua belajar cello, bass, dan jimbe. Metode lain yang digunakan dalam proses pembelajaran keroncong ini adalah metode ceramah, demostrasi, imitasi,

drill, dan tutor sebaya. Proses pembelajarannya tebagi kedalam lima tahapan yaitu, pengetahuan dasar keroncong, belajar akor, belajar pola-pola dasar, interval nada, dan pembahasan lagu hasil aransemen.

2. Bahan pelatihan atau materi yang diberikan secara umum merupakan materi keroncong dengan pola tugu. Pola permainan keroncong gaya Tugu ini berbeda dengan pola permainan keroncong gaya Solo (Surakarta). Pola keroncong Tugu ini lebih mudah dan simple, cocok untuk diberikan kepada siswa yang baru belajar musik keroncong. Pola tersebut awalnya dilatih dalam tonalitas G dan D. Untuk materi lagu yang diberikan bukan hanya lagu-lagu keroncong saja namun diajarkan juga lagu-lagu pop yang dimainkan menggunakan alat musik keroncong dan dimainkan dengan gaya keroncong. Sebagian besar materi teori yang diberikan, disajikan dalam bentuk praktek.

(27)

75

Wendi Heryandi, 2015

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

satu pendorong untuk siswa mau berlatih keroncong. Selain itu, siswa sering diminta untuk tampil di setiap acara baik itu di Batavia Sunda Kelapa maupun di luar. Hal itu juga dapat memotivasi siswa untuk lebih bersemangat dalam berlatih musik keroncong. Latar belakang pelatih yang merupakan seniman keroncong juga memiliki pengaruh dalam menimbulkan motivasi siswa.

B. Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan, pembahasan dan kesimpulan, kegiatan pelatihan keroncong di Batavia Sunda Kelapa Marina ini dapat dikembangkan pada kegiatan ekstrakurikuler di sekolah-sekolah baik SMP maupun SMA. Kegiatan ini juga dapat diterapkan di lingkungan sekitar kita seperti sanggar, karang taruna dan lain-lain.

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan, maka penulis mengajukan beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait. Rekomendasi tersebut yakni sebagai berikut:

1. Kepada Pelatih

Pelatih seharusnya melakukan perencanaan kegiatan pelatihan tersebut terlebih dahulu supaya kegiatan pelatihan menjadi lebih efektif untuk mencapai tujuan pelatihan yang diharapkan. Evaluasi disetiap akhir pelatihan sangat penting bagi pelatih dalam proses pembelajaran keroncong. Evaluasi sangat diperlukan sebagai tolak ukur kemampuan siswa, sejauh mana kemampuan yang dimiliki siswa. Pengkondisian belajar siswa harus diperhatikan dengan baik untuk mengefektifkan waktu belajar. Serta pelatih harus memahami siswa yang mengalami kesulitan karena setian siswa memiliki kemampuan yang berbeda dalam mencerna materi.

2. Kepada Siswa

(28)

76

Wendi Heryandi, 2015

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Kepada Batavia Sunda Kelapa Marina

Peneliti merekomendasikan pihak Batavia Sunda Kelapa Marina untuk menambah sarana berupa alat keroncong, supaya kegiatan pelatihan ini lebih efektif bila jumlah alat seimbang dengan jumlah peserta pelatihan yang mengikuti kegiatan ini.

4. Kepada Peneliti selanjutnya

(29)

Wendi Heryandi, 2015

PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA 12-20 TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Ayunda P. R. (2013). Gaya Menyanyi Pada Musik Keroncong Tugu. Bandung: Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia.

Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Ganap V. (2006). Pengaruh Portugis pada musik keroncong. Harmonia Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni, IV (3), hlm. -.

Ganap V. (2011). Krontjong Toegoe. Yogyakarta: Badan Penerbit Institut Seni Indonesia.

Harmunah. Cetakan ketiga (1996). Musik Keroncong Sejarah, Gaya, dan Perkembangannya, Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

Indraswara G. S. (2012). Orkes Krontjong Toegoe. Bandung: Tesis Universitas Pendidikan Indonesia.

Jahja Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Prenada Media Group

Kamil M. Cetakan kedua (2012). Metode Pelatihan dan Pendidikan. Bandung:

Sari R. L. (2014). Pelatihan Ansambel Perkusi Pada Komunitas United States of Bandung Percussion (USBP). Bandung: Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia.

Soeharto dkk. (1995). Serba Serbi Keroncong. Jakarta: OK Indah Sari.

Sudjana S. (2007). Strategi dan Manajemen Pelatihan. Bandung: Falah Production.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sutikno M. S. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect.

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Departemen Pendidikan Nasional.

Gambar

Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian
Tabel 3.1 Rincian Data Observasi
Tabel 3.2 Rincian Data Wawancara

Referensi

Dokumen terkait

6.1.2 Tingkat perilaku ibu yang mempunyai anak usia prasekolah dalam membawa anak ke Posyandu di wilayah kerja desa Giriroto sebagian besar berada dalam kategori baik

Berdasarkan faktor geografis, perubahan sosial dan budaya terjadi pada Ashri karena ashri mengalami perpindahan tempat tinggal dan juga keluarga yang memiliki adat

Selain perbedaan dari segi pendidikan dan umur/ wajah baru anggota DPR ini/ memberi keterwakililan yang berbeda dilihat dari latar belakang pekerjaan// Mereka yang

Hasil yang diperoleh dari perencanaan menunjukkan bahwa sistem SRPMK yang digunakan pada gedung Hotel Horison Pekalongan mampu memikul beban-beban yang bekerja di

Menurut dictionary of marketing and advertising (Jerry M.R, 1995), brand preference merupakan pilihan konsumen terhadap suatu brand tertentu melampaui kompetitor-kompetitornya,

Tujuan pemberian kesejahteraan kepada karyawan menurut Hariandja (2002:279), adalah Untuk membantu karyawan memenuhi kebutuhannya diluar kebutuhan rasa adil, kebutuhan

Cigondewah merupakan sebuah desa yang pernah indah dengan alam pemandangannya: sungai yang jernih serta hamparan sawahnya yang subur. Desa ini dahulu dikenal sebagai produsen

Didalam penelitian ini QR code dimanfaatkan untuk pengelolahan data kunjung mahram santri dalam proses kunjungan di pesantren, private question merupakan salah satu fitur kode