• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGELOLA PERILAKU DISIPLIN DENGAN TEKNIK TOKEN ECONOMY: Studi penelitian tindakan partisipatoris praktisi-akademisi di Sekolah Dasar Negeri 01 Mampang, Depok, Jawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGELOLA PERILAKU DISIPLIN DENGAN TEKNIK TOKEN ECONOMY: Studi penelitian tindakan partisipatoris praktisi-akademisi di Sekolah Dasar Negeri 01 Mampang, Depok, Jawa Barat."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGELOLA PERILAKU DISIPLIN DENGAN TEKNIK TOKEN ECONOMY

(Studi penelitian tindakan partisipatoris praktisi-akademisi di Sekolah Dasar Negeri 01 Mampang, Depok, Jawa Barat)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling

Oleh

Yudo Hato Balibo Timtim NIM 1302359

DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGELOLA

PERILAKU DISIPLIN DENGAN TEKNIK

TOKEN ECONOMY

(Studi penelitian tindakan partisipatoris praktisi-akademisi di Sekolah Dasar Negeri 01 Mampang, Depok, Jawa Barat)

Oleh

Yudo Hato Balibo Timtim M.Pd UPI, 2015

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Yudo Hato Balibo Timtim 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)
(4)

Yudo Hato Balibo Timtim. (2015). Mengembangkan Kemampuan Mengelola Perilaku Disiplin Dengan Teknik Token economy (Studi penelitian tindakan partisipatif praktisi-akademisi di Sekolah Dasar Negeri 01 Mampang, Depok, Jawa Barat).

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya kemampuan mengelola perilaku disiplin bagi siswa di salah satu sekolah dasar yang berada di wilayah kantong kemiskinan Kota Depok. Tujuan penelitian adalah membuktikan bahwa penerapan teknik token economy dapat mengembangkan kemampuan mengelola perilaku bagi siswa sekolah dasar tersebut. Penelitian menggunakan metode penelitian tindakan partisipatif disertai dengan dua tahap penelitian yaitu tahap penelitian pendahuluan (baseline) dan tahap pelaksanaan siklus penelitian. Siklus dilakukan sebanyak tiga kali dengan rentang waktu satu minggu pada setiap siklusnya. Instrument penelitian menggunakan pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman penggunaan dokumentasi. Teknik analisis dilakukan secara deskriptif dengan melakukan reduksi, interpretasi, inferensi, dan tahap tindak lanjut, yaitu merumuskan langkah-langkah perbaikan siklus berikutnya. Subyek penelitian adalah seorang wali kelas dan 38 orang siswa. Hasil penelitian menunjukkan teknik token economy berhasil dalam mengembangkan pengelolaan perilaku disiplin bagi siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya perilaku disiplin siswa di sekolah tersebut dari sejak pelaksanaan siklus satu sampai dengan siklus ketiga. Rekomendasi hasil penelitian ditujukan kepada: 1) guru sekolah dasar untuk menggunakan teknik token economy sebagai program pengelolaan perilaku yang mudah diterapkan di kelas, 2) manajemen sekolah dasar dapat membuat sistem pengelolaan perilaku yang mudah dievaluasi dalam lingkup sekolah, dan 3) peneliti selanjutnya untuk menggunakan teknik token economy untuk permasalahan selain dari perilaku disiplin.

(5)

Yudo Hato Balibo Timtim. (2015). Developing the ability of Managing Discipline

Behavior by Technique of Token economy (Study of collaborative action research, practitioner-academics at Public Elementary School 01 Mampang, Depok, West Java).

Abstract

The background to this research was the importance of elementary students’ capability to manage discipline behavior especially to those who study in Depok poverty enclave area. The research was aimed to proven token economy technique able to develop the elementary students’ capability in that area to manage discipline behavior. The participants were one homeroom teacher and 38 students. It used participatory action research as the research method and it was done in three cycles. The protocol of interview, observation and documentation were used as the instrument. Data was descriptively analyzed by doing reduction, interpretation, inference, and follow up phase to formulized the revision of steps for the next cycle. The research result showed that token economy was succeed in developing elementary students’ capability to manage discipline behavior. The discipline behavior was increase since the first cycle to the third one. The research recommends that: 1) The elementary school teacher use token economy as a simple behavior management program in the classroom, 2) School management establish a token economy based system for whole school discipline policy, and 3) the future researcher develop the research by using token economy to handle problems other than discipline behavior.

(6)

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ……… i

LEMBAR PENGESAHAN ………. ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………... iii

ABSTRAK ……… iv

ABSTRACT ……… v

DAFTAR ISI ………. vi

DAFTAR TABEL ……….. ix

DAFTAR GRAFIK ……… x

DAFTAR GAMBAR ………. xi

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xii

BAB I. PENDAHULUAN ……….. 1

1.1Latar belakang penelitian ……… 1

1.2Identifikasi dan rumusan masalah penelitian..………….. 5

1.3Tujuan penelitian .………. 7

1.4Manfaat/ signifikansi penelitian .……….. 7

1.5Struktur organisasi tesis .……….. 8

BAB II. TEKNIK TOKEN ECONOMY SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENGELOLA PERILAKU ………. 10

2.1Hakikat pengelolaan perilaku ……….. 10

2.2Pengelolaan perilaku dalam perspektif humanistik dan Behavioral ……… 17

2.2.1 Pengelolaan perilaku dalam pendekatan humanistik ………..………. 18

2.2.2 Pengelolaan perilaku dalam pendekatan behavioristik ………..…….. 20

2.2.3 Perbandingan pengelolaan perilaku dalam pendekatan humanistik dan behavioral ……..… 24

(7)

2.3.1 Model-model pengelolaan perilaku secara umum. 26

2.3.2 Model-model pengelolaan perilaku dalam

pendekatan behavioral ……….. 31

2.4Pengelolaan perilaku disiplin bagi anak usia sekolah dasar ……….…… 34

2.5Strategi intervensi pengelolaan perilaku dalam Pendekatan behavioral .……… 38

2.6Prosedur penerapan teknik token economy dalam Mengelola perilaku………..…….………. 38

2.7Penelitian yang relevan ……….…… 42

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ……… ……… 44

3.1 Metode penelitian ..……….……… 44

3.2 Desain penelitian ………. 46

3.3 Tempat, waktu, dan partisipan penelitian ……… 50

3.4 Instrumen penelitian .……… 53

3.5 Analisis data ….……… 58

3.6 Kredibilitas penelitian .………. 59

3.7 Prosedur penelitian ..……… 59

BAB IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN ……….. 62

4.1Temuan ……… 62

4.1.1 Pemotretan masalah ……….. 62

4.1.2 Rancangan program………….……….. 67

4.1.3 Pelaksanaan program ………. 72

4.1.4 Perubahan perilaku.………. 93

4.2Pembahasan temuan .………. 96

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ..…… 101

5.1 Simpulan ……….. 101

5.2 Implikasi ..………... 102

5.3 Rekomendasi ……… 103

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal.

2.1 Rangkuman pendapat para ahli teori perkembangan individu … 36

3.1 Empat unsur pembentukan disiplin ……….………... 54

3.2 Proses pengelolaan perilaku ……….. 55

4.1 Daftar perilaku ………... 69

4.2 Daftar kompensasi dan konsekuensi ……….. 70

4.3 Akumulasi poin perilaku siklus pertama ……… 76

4.4 Akumulasi poin perilaku siklus kedua ………... 82

(9)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Hal.

4.1 Jenis perilaku tidak disiplin siswa kelas 4D ……….. 64

4.2 Akumulasi catatan perilaku siklus pertama……….. 78

4.3 Refleksi perilaku siswa di siklus pertama………. 79

4.4 Akumulasi catatan perilaku siklus kedua……….. 84

4.5 Refleksi perilaku siswa di siklus kedua………. 85

4.6 Akumulasi catatan perilaku di siklus ketiga..………... 92

4.7 Refleksi perilaku siswa di siklus ketiga.………... 93

4.8 Akumulasi catatan perilaku setiap siklus ……… 94

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal.

2.1 Aspek munculnya perilaku ……….…. 11

2.2 Rancangan pengelolaan perilaku yang komprehensif ... 14

2.1 Konsep pengkondisian operan ... 23

3.1 Spiral penelitian tindakan ………... 47

4.1 Media bantu program penerapan teknik token economy ……. 67

4.2 Pelatihan prosedur pelaksanaan program .………... 68

4.3 Sosialisasi program kepada siswa oleh wali kelas……… 72

4.4 Pemberian hadiah kelompok pada siklus pertama……… 78

4.5 Pemberian hadiah kelompok pada siklus kedua…………..…. 85

4.6 Wali kelas mengadmisnistrasikan perilaku siswa …………... 86

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat permohonan izin melakukan penelitian

Lampiran 2. Surat keterangan telah melakukan penelitian

Lampiran 3. Lembar persetujuan expert judgement

Lampiran 4. Pedoman wawancara

Lampiran 5. Pedoman observasi

Lampiran 6. Pedoman penggunaan dokumentasi

Lampiran 7. Rancangan program pelatihan pengelolaan perilaku dengan teknik

token economy

Lampiran 8. Modul pelatihan pengelolaan perilaku dengan teknik token economy

Lampiran 9. Lembar refleksi siklus

Lampiran 10. Verbatim wawancara

Lampiran 11. Profil perilaku siswa

Lampiran 12. Catatan perilaku siklus pertama

Lampiran 13. Catatan perlaku siklus kedua

Lampiran 14. Catatan perlaku siklus ketiga

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Setiap anak dilahirkan sebagai pembelajar (Copple & Bredekamp, 2009,

hlm. viii) dan setiap perkembangan yang terjadi pada diri anak tidak terlepas dari

peran orang lain di sekitarnya. Para ahli psikologi perilaku menyatakan bahwa

manusia tidak mempunyai kehendak bebas dalam berperilaku, dalam arti bahwa

pada awalnya manusia seperti lembaran kertas kosong (tabula rasa) yang akan

diisi melalui pengalaman interaksi dengan lingkungannya (Thompson &

Henderson, 2007, hlm. 315). Dengan kata lain, anak sebagai individu seperti

laiknya kertas putih yang siap untuk diisi dengan hal baru dalam kehidupannya.

Copple & Bredekamp (2009, hlm. 12) menyebutkan dalam salah satu

prinsip perkembangan dan pembelajaran anak bahwa “early experiences have

profound effects, both cumulative and delayed, on a child’s development and

learning; and optimal period exist for certain types of development and learning

to occur”. Prinsip tersebut menjelaskan bahwa pada dasarnya pengalaman-pengalaman yang terakumulasi maupun yang tertunda di masa awal

perkembangan memberikan dampak yang sangat besar pada perkembangan dan

pembelajaran seorang anak; dan terbentuknya masa yang optimal untuk

melangsungkan jenis tertentu dari perkembangan dan pembelajaran. Oleh sebab

itu, penting bagi setiap anak terutama pada usia sekolah dasar menguasai tugas

perkembangannya untuk dapat melanjutkan ke tahap usia perkembangan

berikutnya dengan baik.

Salah satu tugas perkembangan anak pada usia sekolah dasar adalah

mengembangkan perilaku yang berhubungan dengan diri sendri, kelompok sosial,

dan institusi (Havighurst, 1953 dalam Muro dan Kottman, 1995, hlm. 29). Namun

hampir semua anak pada masa tertentu mengalami kesulitan dalam melakukan

penyesuaian terhadap perubahan, situasi stress atau konflik dari penyesuaian itu

(13)

& Henderson, 2007, hlm. 5). Oleh sebab itu, anak perlu belajar untuk mengelola

seluruh aspek dalam dirinya baik kepribadian, kecerdasan maupun perilaku.

Mengelola perilaku dapat disamakan dengan istilah behavior management.

Miltenberger (2008, hlm. 470) menyatakan bahwa mengelola perilaku merupakan

penerapan strategi modifikasi perilaku untuk mengubah perilaku sendiri.

Sementara Horan (1977) menyatakan bahwa mengelola perilaku dikenal juga

sebagai kontrol pribadi yang di dalamnya terdiri dari memonitor sendiri,

mengubah pemicu perilaku dan mengubah konsekuensi perilaku. Anak belajar

untuk mengelola perilaku dengan bantuan orang dewasa di sekitarnya.

Pengembangan keterampilan mengelola perilaku tersebut dapat dilakukan baik di

rumah maupun di sekolah.

Sekolah dasar sebagai institusi pendidikan formal memiliki peluang besar

dalam mengembangkan potensi individu secara optimal. Upaya sekolah dalam

mengembangkan potensi peserta didik membutuhkan sistem berupa peraturan dan

kebijakan yang menjadi standar dalam mengarahkan perilaku yang diharapkan

dari siswa di sekolah. Namun pada kenyataannya, penerapan peraturan dan

kebijakan tersebut masih mengalami banyak kendala. Hal tersebut dapat dilihat

dari masih adanya kasus pelanggaran peraturan sekolah seperti datang terlambat

ke sekolah, mencoret-coret properti sekolah, meninggalkan mata pelajaran tanpa

sepengetahuan guru, menggunakan seragam tidak sesuai dengan ketentuan dan

bahkan ada pula yang membawa benda tajam, merokok serta menjurus pada

tindakan kriminal seperti membawa atau menggunakan narkoba dan mencuri

barang milik orang lain.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indnesia

(KPAI) mengenai perilaku kekerasan terhadap anak menemukan bahwa sebanyak

17% kekerasan terhadap anak terjadi di sekolah. Bahkan pada 2013, tercatat 181

kasus yang berujung pada tewasnya korban, 141 korban menderita luka berat, dan

97 korban luka ringan. Tindakan kekerasan di sekolah bisa dilakukan oleh guru,

kepala sekolah, bahkan sesama peserta didik (Andina, 2014, hlm.10). Surat kabar

(14)

antaranya pada tanggal 3 Mei 2014, seorang siswa SD berusia 11 tahun di SDN

09 Pagi Jakarta dihajar kakak kelasnya karena menyenggol gelas es milik sang

senior”. Sementara itu harian Republika.co.id (2014) menuliskan kasus seorang

siswi di sebuah sekolah dasar di Bukit Tinggi yang mendapatkan pukulan dan

tendangan dari teman sekelasnya pada saat jam pelajaran agama.

Permasalahan-permasalahan tersebut muncul salah satunya disebabkan karena keterbatasan

keterampilan tenaga pendidik dalam menangani permasalah perilaku siswa,

sehingga membuat permasalahan tidak tertangani dengan baik. Banyak guru

kesulitan untuk mengetahui bilamana mereka telah memberi perhatian yang

banyak pada perilaku yang tidak tepat (Santrock, 2010 hlm.281).

Saat ini masih banyak sekolah menggunakan sistem poin sebagai sistem

manajemen perilaku siswa. Sistem poin adalah suatu kebijakan yang diambil

sekolah untuk mengurangi tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh siswa. Sistem

poin ini diberlakukan berkenaan dengan upaya penegakan tata tertib sekolah.

Dalam tata tertib sekolah setiap kesalahan atau pelanggaran dikenakan poin yang

berbeda-beda sesuai dengan tingkat kesalahannya. Setiap siswa yang melanggar

peraturan akan diberikan poin sesuai dengan ketentuan yang telah ada. Poin itu

akan bertambah jika siswa melakukan pelanggaran kembali (Taqiyya, 2013 hlm.

4). Jika poin sudah mendekati 100 maka proses penanganan akan melibatkan

kepala sekolah selaku pengambil keputusan untuk dikembalikan ke orang tua

(Solihuddin, 2013 hlm. 65). Secara teknis sistem poin memiliki kelemahan karena

hanya memberikan catatan dan akumulasi dari perilaku negatif siswa sementara

perilaku positif tidak menjadi fokus pengembangan. Sistem ini tidak memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memahami, memperbaiki dan mengembangkan

perilaku mereka secara optimal.

Penanganan masalah perilaku siswa di sekolah dasar perlu dirancang

melalui sistem penanganan perilaku yang memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mengelola perilakunya sendiri. Sistem pengelolaan perilaku harus dibuat

secara terstruktur dan sistematis agar siswa dapat melihat permasalahannya

berikut dengan segala konsekuensi yang akan mengikutinya. Sistem pengelolaan

(15)

sekolah dasar perlu mempertimbangkan media konkret yang memungkinkan anak

melihat hubungan yang relevan terkait dengan perilaku (Cople & Bredenkamp,

2009, hlm. 259). Hal tersebut terkait dengan perkembangan kognitif mereka yang

berada pada tahap operasional konkret. Salah satu alternatif penanganan perilaku

bermasalah yang dapat membantu siswa sekolah dasar dalam mengelola

perilakunya secara mandiri adalah dengan menggunakan pendekatan behavioral

melalui teknik token economy atau prosedur penguatan yang tergantung pada

benda (contingent reinforcement procedures).

Kazdin dan Bootzin (1973, dalam Hall dan Lindzey, 1993 hlm. 359)

menginformasikan bahwa token economy telah digunakan secara luas di

lingkungan ruang kelas pada berbagai populasi seperti anak-anak normal, pada

permasalahan kenakalan, dan anak-anak lemah mental. Token dapat dihadiahkan

untuk tingkah laku yang sesuai di ruang kelas seperti duduk rapih, menaruh

perhatian, dan menyelesaikan tugas-tugas. Kemudian token dapat ditukarkan

dengan manisan, menonton film, waktu bermain bebas atau penguat apa saja yang

kebetulan disukai sanak. Token economy merupakan suatu bentuk terapi perilaku

yang di dalamnya terdapat lingkungan terapeutik yang dibangun berdasarkan

penggunaan token sebagai penguat sekunder (Nelson-Jones, 2011 hlm. 471).

Wilson (2005) menerangkan bahwa token adalah penguat terkondisi yang

berwujud dan dapat ditukarkan denganpenguat pendukung (back up reinforce)

seperti hadiah, kesempatan untuk ikut kegiatan khusus, atau membeli makanan

(Nelson-Jones, 2011 hlm. 472). Token reinforce program perlu menetapkan

dengan jelas aturan penukaran yang menyebutkan jumlah token yang dibutuhkan

untuk mendapatkan penguat pendukung.

A’isah dkk. (2010) dalam penelitian mereka mengenai modifikasi perilaku

dengan menggunakan token economy tehadap regulasi diri siswa dalam pelajaran

matematika menunjukkan bahwa perlakuan modifikasi perilaku token economy

dapat meningkatan regulasi diri siswa. Penelitian lain dengan kriteria subjek yang

berbeda menggambarkan hasil intervensi token economy yang menunjukkan

adanya peningkatan atensi anak dalam mengerjakan tugas sekolah pada anak

(16)

dilakukan oleh Chevalier (2012) sebagai intervensi untuk mengurangi perilaku

mengganggu dan kelalaian dalam menyelesaikan tugas pada siswa kelas tiga.

Hasil studi tersebut menunjukkan adanya penurunan yang signifikan dalam

perilaku mengganggu siswa yang menjadi sasaran penelitian (Chevalier, 2012,

hlm. 13).

Penelitian mengenai penerapan token economy ini menggunakan

pendekatan penelitian tindakan dengan desain partisipatif atau kolaboratif.

Penelitian tindakan (action research) mengeksplorasi masalah praktis dengan

tujuan untuk mengembangkan solusi dari suatu permasalahan. Miller (2000)

menjelaskan bahwa desain penelitian tindakan merupakan prosedur yang

sistematis yang dilakukan oleh guru (atau orang lain dalam lingkungan

pendidikan) untuk mengumpulkan informasi dan meningkatkan kualitas

berjalannya sistem pendidikan, cara mengajar, dan cara siswa belajar (Cresswell,

2008 hlm. 597). Peneliti memfokuskan penelitian ini pada sebuah kelas di salah

satu sekolah dasar negeri di kecamatan Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat.

Pemilihan tempat tersebut dilakukan berdasarkan temuan yang diperoleh dari

studi pendahuluan yang menunjukkan bahwa di sekolah tersebut membutuhkan

sebuah program yang dapat membantu siswa berperilaku disiplin. Jumlah siswa

yang sangat banyak dalam satu kelas, yaitu antara 38 sampai dengan 50 orang

siswa menyebabkan guru kesulitan dalam menangani perilaku siswa. Berikut

adalah pernyataan seorang wali kelas yang menyatakan kebutuhannya untuk

mendapatkan program yang dapat membantunya dalam mengelola perilaku siswa.

..mungkin pertama dari pengelolaan kelas kali yah. Jadi saya bisa lebih mengontrol, gitu. Jadi dalam proses belajar mengajar itu lebih tertib. jadi saya gak perlu teriak-teriak jadi hanya mungkin memberikan suatu tanda

gitu anak sudah mengerti gitu karena kan selama ini saya suka teriak-teriak pun suka gak didenger juga kalo belum sampe saya pukul-pukul meja gitu.

(17)

1.2Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian

Hutchison (2011, hlm. 202) menyatakan bahwa pada usia sekolah dasar,

anak mulai mampu meningkatkan kesadarannya bahwa mereka dievaluasi

berdasarkan apa yang mampu mereka lakukan. Hal tersebut didukung oleh

pernyataan Davies (2004, dalam Hutchison, 2011 hlm. 190) bahwa anak usia

sekolah dasar secara kognitif mampu menolak penilaian umum yang sederhana

dan mulai memahami kompleksitas yang terjadi pada individu dan kelompok.

Salah satu aspek yang menjadi perhatian evaluasi anak adalah perilakunya.

Menurut Copple & Bredekamp (2009, hlm. 258), jika perilaku anak pada

usia ini tidak mendapat perhatian yang cukup baik, maka anak dapat bereaksi

negatif dalam keadaan tertekan. Collins (2010, hlm. 10) menjelaskan bahwa

terdapat hubungan yang erat antara kesulitan akademik anak dengan kesulitan

dalam berperilaku. Dengan kata lain dapat dipastikan bahwa jika seorang anak

mengalami gangguan perilaku, maka anak tersebut juga dapat dipastikan

mengalami kesulitan dalam belajar. Pemicu gangguan perilaku dapat beragam dari

satu anak dengan yang lainnya. Namun para ahli psikologi perilaku melihat bahwa

anak belajar cara berperilaku yang kurang pantas melalui penguatan atau contoh

yang buruk (Thompson & Henderson, 2007, hlm. 10).

Hughes & Llyod (1993, hlm. 407) menerangkan bahwa teori perilaku yang

dikemukakan oleh Skinner menunjukkan bahwa individu mengontrol perilaku

seperti halnya mereka juga mengontrol perilaku orang lain yang penggeraknya

berasal melalui manipulasi variabel perilaku mereka sendiri. Kemampuan dalam

memanipulasi perilaku tersebut dikenal juga dengan kemampuan mengelola

perilaku. Kemampuan mengelola perilaku telah memberikan kontribusi yang

besar dalam kajian toeri dan penerapannya pada terapi dan lingkup pendidikan

(Angeliki, Petros & Shahla, 2014, hlm. 35). Namun beberapa penelitian dalam

pengelolaan perilaku dalam lingkup pendidikan masih memiliki kekurangan. Hal

tersebut terjadi karena peneliti hanya terfokus pada target perilaku yang ingin

diubah. Lingkungan kelas merupakan tempat yang dinamis dengan perubahan

konteks yang sering kali berubah. Oleh sebab itu, peneliti perlu untuk tidak hanya

(18)

yang tidak menjadi target (Dalton, Martella & Marchand-Martella, 1999, hlm.

159).

Berdasarkan pemaparan identifikasi masalah tersebut, maka

permasalahan-permasalahan yang dapat dimunculkan sebagai pertanyaan-pertanyaan dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Seperti apa potret perilaku disiplin siswa di SDN 01 Mampang, Pancoran

Mas? Dan upaya apa yang dilakukan oleh guru dalam penanganan perilaku

siswa?

2. Seperti apa rancangan pengelolaan perilaku siswa dengan teknik token

economy terkait dengan hasil pemotretan yang dilakukan?

3. Bagaimanakah prosedur pelaksanaan program pengelolaan perilaku siswa

diterapkan berdasarkan siklus-siklus dalam penelitian tindakan partisipatori?

4. Seperti apa hasil atau perubahan yang diperoleh dalam kemampuan

mengelola perilaku berdasarkan penerapan program pengelolaan perilaku

siswa melalui teknik token economy?

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa

penerapan teknik token economy dapat mengembangkan kemampuan mengelola

perilaku bagi siswa sekolah dasar.

1.3.2 Tujuan Khusus

Penelitian ini berupaya untuk melihat permasalahan secara lebih dalam

terkait dengan kemampuan siswa dalam mengelola perilaku. Secara khusus

penelitian ini dilakukan untuk :

1) Menganalisis proses dan hasil yang diperoleh melalui pemotretan atau

gambaran perilaku siswa di SDN 01 Mampang, Pancoran Mas.

2) Membuat rancangan pengelolaan perilaku siswa di SDN 01 Mampang,

Pancoran Mas dengan menggunakan teknik token economy.

3) Menerapkan program pengelolaan perilaku di SDN 01 Mampang, Pancoran

(19)

1.4Manfaat/ Signifikansi Penelitian

Hasil penelitian ini memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun

praktis terkait dengan kemampuan siswa dalam mengelola perilaku.

1.4.1 Manfaat/ signifikansi dari segi teori

Penelitian ini memberikan manfaat terkait dengan penggunaan pendekatan

behavioral yang menjadi landasan penelitian, sebagai berikut;

1) Temuan hasil penelitian ini dapat memverifikasi dan memvalidasi teknik

token economy sebagai salah satu teknik dalam pendekatan behavioral terkait

dengan penerapannya dalam mengembangkan kemampuan mengelola

perilaku bagi siswa sekolah dasar.

2) Temuan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam

perkembangan di bidang bimbingan dan konseling, khususnya dalam

membantu pengelolaan perilaku siswa di sekolah.

1.4.2 Manfaat/ Signifikansi dari segi praktik

Secara praktik, penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan personil

yang terlibat di dalam penelitian.

1) Manfaat praktis bagi guru adalah dapat memperoleh alternatif model penangan

perilaku yang memudahkan mereka dalam memonitor perilaku yang

ditunjukkan oleh siswa.

2) Manfaat praktis bagi sekolah adalah dapat memperoleh suatu sistem

pengelolaan perilaku yang dapat dilaksanakan, diamati dan

dipertanggungjawabkan melalui rangkaian evaluasi.

3) Temuan penelitian ini juga membuka peluang bagi munculnya

penelitian-penelitian baru yang dapat mengkaji pengelolaan perilaku siswa dengan

pendekatan behavioral

1.5Struktur Organisasi Tesis

Penulisan tesis ini terdiri dari lima bab. Berikut adalah penjelasan

mengenai pembagian lima bab tersebut:

1) Bab I merupakan bagian pendahuluan yang memuat hal mengenai latar

(20)

signifikansi penelitian yang mencakup teori, kebijakan, praktik, isu serta

tindakan yang akan dilakukan

2) Bab II merupakan bagian kajian pustaka yang menjelaskan kajian teori

mengenai teknik token economy dan pengelolaan perilaku, meliputi

pengertian, indikator, faktor yang mempengaruhi penerapan teknik tersebut

terkait dengan karakteristik sasaran penelitian yaitu siswa sekolah dasar.

3) Bab III merupakan bagian yang menjelaskan metode penelitian, meliputi

desain penelitian, partisipan, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan

analisis data.

4) Bab IV memaparkan temuan dan pembahasan, meliputi penjelasan mengenai

temuan penelitian berdasarkan hasil pemotretan, pengolahan data, rancangan

program, dan evaluasi, serta pembahasan temuan penelitian untuk menjawab

pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.

5) Bab V memuat kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi dengan menyajikan

penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian

sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil

(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian pengembangan kemampuan mengelola perilaku dengan teknik

token economy ini menggunakan penelitian tindakan sebagai metode penelitian

untuk memperoleh hasil sesuai dengan tujuan penelitian. Pemilihan metode

penelitian tindakan didasarkan atas beberapa pertimbangan bahwa penelitian

tindakan merupakan upaya untuk menyelesaikan masalah (Tomal, 2010, hlm.10),

fokus pada masalah nyata (Creswell, 2012, hlm. 577), menekankan pada refleksi

dan siklus penelitian (Allen & Calhoun, 1998, dalam Creswell, 2012, hlm. 577),

dan memberikan kesempatan untuk berkolaborasi (Creswell, 2012, hlm. 577).

3.2 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah penelitian

tindakan partisipatif (Participatory Action Research). Desain ini dipilih karena

penelitian tindakan partisipatif memberikan kontribusi terhadap perubahan

(Creswell, 2008 hal. 602) dan melibatkan individu dari kalangan akademisi dan

praktisi (McTaggart, 1997, hlm.29). Disain penelitian tindakan partisipatif

menggunakan sebuah siklus spiral yang dikemukakan oleh Kemmis dan

McTaggrat, seperti pada Gambar 3.1

Arikunto (2002, hlm. 83) menjelaskan alur yang dikemukakan oleh

Kemmis & McTaggart sebagai berikut.

1) Perencanaan awal. Sebelum mengadakan penelitian, peneliti menyusun

rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di

dalamnya instrumen penelitian.

2) Perlakuan dan pengamatan. Langkah ini meliputi tindakan yang dilakukan oleh

peneliti sebagai upaya membangun pemahaman dan mengamati hasil atau

(22)

3) Refleksi. Pada langkah ini peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan

hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan berdasarkan instrumen

penelitian.

4) Revisi perencanaan. Langkah ini merupakan tindak lanjut berdasarkan hasil

refleksi yang dilakukan peneliti bersama dengan partisipan penelitian lainnya.

Langkah ini memperbaiki rencana yang akan dilaksanakan pada siklus

berikutnya.

Gambar 3.1 Spiral Penelitian Tindakan

3.3 Tempat, waktu, dan Partisipan Penelitian 3.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 1 Mampang Kecamatan

Pancoran Mas, Kota Depok. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan dengan beberapa

pertimbangan bahwa Kecamatan Pancoran Mas adalah salah satu kecamatan di

kota Depok yang menjadi wilayah dengan warga miskin terbanyak (Habibullah,

2010, hlm. 13) dan SDN 01 Mampang memiliki jumlah siswa yang cukup besar

(23)

3.3.2 Waktu penelitian

Penelitian tindakan partisipatif mengenai pengembangan kemampuan

mengelola perilaku disiplin dengan teknik token economy ini dilakukan sejak

tanggal 6 April 2015 sampai dengan 12 Juni 2015. Berikut adalah kegiatan yang

dilakukan peneliti selama kurun waktu tersebut.

1) Mengajukan permohonan izin melakukan penelitian. Kegiatan ini dilakukan

pada hari Senin tanggal 6 April 2015. Peneliti mengajukan permohonan izin

penelitian di beberapa sekolah yang berada di kecamatan Pancoran Mas,

Depok, yaitu SDN 1 Pancoran Mas, SDN 2 Pancoran mas, SDN 7 Pancoran

Mas, dan SDN 01 Mampang. Dari keempat sekolah tersebut, SDN 01

Mampang memberikan respon postif dengan memberikan izin kepada peneliti

untuk melakukan penelitian.

2) Melakukan pemotretan masalah. Kegiatan ini meliputi proses wawancara dan

observasi. Wawancara dengan wali kelas 4D dilakukan pada hari Rabu, 8

April 2015 pukul 10.00 s/d 11.00 WIB bertempat di ruang rapat SDN 01

Mampang. Sementara observasi dilakukan pada hari Selasa, 14 April 2015

pukul 13.00-15.00 saat pelajaran Kerajinan Tangan dan Keterampilan (KTK)

di ruang kelas 4D.

3) Mensosialisasikan hasil interpretasi kepada wali kelas. Kegiatan ini dilakukan

pada hari Senin tanggal 27 april 2015 pukul 10.00 s/d 11.00 WIB.

4) Memberikan pelatihan dan membuat prosedur teknis program. Kegiatan ini

dilakukan pada hari Rabu, 6 Mei 2015 pukul 10.00 s/d 12.00 WIB.

5) Mensosialisasikan program kepada siswa. Kegiatan ini dilakukan pada hari

Selasa 12 Mei 2015 di ruang kelas 4D.

6) Melaksanakan siklus penelitian. Siklus dalam penelitian ini dilakukan

sebanyak tiga kali putaran sejak tanggal 18 Mei 2015 s/d 12 Juni 2015. Siklus

pertama dilakukan pada tanggal 18–22 Mei 2015, siklus kedua dilakukan

(24)

3.3.3 Partisipan Penelitian

Partisipan penelitian tindakan parsipatoris ini adalah satu orang wali kelas

dan 38 orang siswa kelas 4D SDN 01 Mampang. Keterlibatan subyek tersebut

tidak terlepas dari keputusan kepala sekolah yang memberikan izin untuk

penelitian ini. Kepala sekolah memilih kelas 4D berdasarkan kriteria yang

diberikan oleh peneliti, yaitu kelas dengan karakteristik siswa bermasalah.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian tindakan partisipatif ini merupakan alat untuk

mengungkap perubahan perilaku siswa sekolah dasar dalam menerapkan teknik

token economy terutama untuk target perilaku yaitu perilaku disiplin di dalam

kelas. Data-data yang akan diungkap dalam penelitian ini meliputi:

1) Kondisi awal perilaku disiplin siswa.

2) Kemampuan siswa dalam mengelola perilaku dengan menerapkan teknik token

economy.

3) Perubahan perilaku disiplin siswa setelah menerapkan teknik token economy.

Instrumen penelitian ini melibatkan partisipasi aktif dari partisipan dalam

memberikan data yang dibutuhkan. Hal tersebut sesuai dengan hakikat penelitian

tindakan partisipatif yaitu melibatkan partisipan secara langsung dalam penelitian

tanpa dibatasi oleh sudut pandang peneliti (Creswell, 2008, hlm. 212). Oleh sebab

itu, peneliti menentukan sejumlah instrumen sebagai upaya untuk mendapatkan

data yang relevan dengan kebutuhan penelitian. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu panduan observasi, panduan wawancara, dan studi

dokumentasi. Ketiga instrumen tersebut mengacu pada aspek disiplin yang

menjadi target perilaku dan proses pengelolaan perilaku yang menjadi kajian

dalam penelitian. Berikut adalah penjelasan mengenai aspek disiplin dan proses

pengelolaan perilaku.

1) Disiplin

Hurlock (1978, hlm. 84) menyatakan bahwa disiplin mempunyai empat

(25)

yang ditetapkan kelompok sosial. Berikut adalah empat unsur mendasar dalam

pembentukan disiplin bagi anak yang dikemukakan oleh Hurlock.

(26)

2) Proses Pengelolaan Perilaku

Proses pengelolaan perilaku menjadi indikator yang sangat penting bagi

keberhasilan penelitian ini. Berikut adalah tiga proses dalam pengelolaan perilaku

yang dikemukakan oleh Horan (1977).

Tabel 3.2

mengobservasi kejadian atau peristiwa tertentu merupakan sebuah cara untuk

melihat dan mendengar secara langsung perihal yang sedang terjadi ketimbang

bergantung pada orang lain. Salah satu keunggulan menggunakan observasi

langsung adalah kemampuan peneliti untuk menjadi yang pertama dalam

memperoleh informasi yang aktual (Tomal, 2010, hlm. 38). Penelitian tindakan

partisipatif ini menggunakan lembar observasi dengan acuan target perilaku awal

yaitu ketertiban di dalam kelas, namun tidak menutup kemungkinan target

tersebut akan dirubah atau dikembangkan berdasarkan hasil pemotretan yang

dilakukan oleh peneliti dan guru di awal penelitain.

Peneliti dan guru berperan sebagai pengamat partisipan (participant

observer), yaitu pengamat yang berinteraksi dengan subyek penelitian saat

(27)

observasi (observational protocol) sebagai upaya untuk memberikan fokus pada

saat melakukan observasi berdasarkan topik yang menjadi perhatian.

Peneliti juga menggunakan catatan anekdot sebagai pelengkap kegiatan

observasi. Catatan anekdot adalah catatan lapangan dari pengamatan langsung dan

dapat ditransfer ke dalam bentuk yang luwes (tidak formal) (Tomal, 2010, hlm.

41). Peneliti menggunakan catatan lapangan ini untuk tambahan informasi

mengenai segala yang terjadi pada saat pengamatan, terutama perilaku alami yang

ditunjukkan oleh siswa selama waktu pengamatan dilakukan. Secara garis besar,

panduan observasi akan membantu peneliti dalam mengamati perilaku yang

ditunjukkan oleh siswa terkait dengan kemampuan mereka dalam mengelola

perilaku.

3.4.2 Wawancara

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini merupakan pemotretan

awal mengenai kondisi lapangan, pengelolaan perilaku dan untuk mengetahui

respon atau tanggapan partisipan terhadap proses penerapan pengembangan teknik

token economy dalam program pengelolaan perilaku. Tomal (2010, hlm. 44)

mengemukakan bahwa teknik wawancara memiliki keunggulan dengan

memberikan kesempatan kepada pewawancara untuk terlibat lebih dalam dari

diskusi yang dilakukan bersama dengan partisipan, yang biasanya akan

memberikan informasi yang lebih berguna dan lebih banyak.

Jenis wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti adalah one-on-one

interview. Creswell (2012, hlm. 218) menyatakan bahwa jenis wawancara one-on

one adalah sebuah proses pengajuan pertanyaan oleh peneliti kepada partisipan

pada satu waktu. Jenis tersebut dipilih agar peneliti dapat memperoleh data yang

lebih spesifik dari partisipan.

Peneliti melengkapi teknik wawancara dengan membuat lembar pedoman

wawancara. Creswell (2012, hlm. 225) menerangkan bahwa lembar pedoman

wawancara merupakan sebuah formulir yang dirancang oleh peneliti berisikan

petunjuk-petunjuk untuk melakukan proses wawancara, pertanyaan-pertanyaan

(28)

Peneliti menggunakan lembar pedoman wawancara (interview protocol)

sebagai upaya untuk memfokuskan peneliti pada pertanyaan-pertanyaan yang

terkait dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, terutama untuk potret

perilaku siswa di SDN 01 Mampang. Peneliti melaksanakan wawancara pada

bagian awal penelitian. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai

situasi dan kondisi nyata yang berlangsung di tempat penelitian. Berikut adalah

aspek-aspek yang menjadi fokus wawancara pada penelitian ini berdasarkan

konsep pengelolaan perilaku yang dikemukakan oleh Horan (1977).

3.4.3 Dokumentasi Perilaku Siswa

Berikut adalah empat buah dokumen yang dibuat peneliti sebagai media

bantu untuk memantau perkembangan perilaku siswa.

3.4.3.1Profil perilaku siswa.

Dokumen ini berupa lembar formulir yang di dalamnya terdapat pertanyan

yang memberikan gambaran awal mengenai karakteristik perilaku siswa dan akan

digunakan juga untuk membandingkan perilaku disiplin sebelum dan setelah

menjalani program penerapan teknik token economy. Lembar ini diisi oleh wali

kelas dengan pertimbangan kedekatan wali kelas dengan subyek penelitian.

3.4.3.2Kartu catatan perilaku siswa.

Dokumen ini merupakan catatan dari setiap perilaku yang ditunjukkan

oleh siswa dan dilakukan secara mandiri oleh siswa dengan bantuan dari wali

kelas. Dokumen ini berguna untuk menunjukkan dominasi perilaku siswa dengan

cara mengakumulasi poin yang tercatat dalam kartu pada akhir minggu.

3.4.3.3Lembar refleksi perilaku mingguan

Dokumen ini berupa lembar isian yang di dalamnya terdiri dari klasifikasi

perilaku, yaitu kurang, cukup, dan baik serta pernyataan mengenai perilaku yang

masih perlu diperbaiki dan target perilaku yang akan dicapai. Dokumen ini

digunakan siswa untuk mengevaluasi perilaku yang mereka tunjukkan dengan

cara merefleksikannya dan membuat rencana tindakan untuk satu minggu

(29)

3.4.3.4Lembar refleksi wali kelas

Dokumen ini berupa lembar isian yang di dalamnya terdiri dari beberapa

pertanyaan terkait dengan proses perencanaan program, pelaksanaan, dan hasil

yang diperoleh. Dokumen ini diisi oleh wali kelas berdasarkan pengalaman dan

pengamatan yang dilakukannya selama kurun waktu satu minggu pelaksanaan

program.

3.5 Analisis Data

Naughton & Hughes (2009, hlm. 172) mendefinisikan analisis data

sebagai proses mengorganisasikan dan menyaring data, kemudian meninjau dan

memetakan pola atau sifat-sifat yang teratur dalam data sebagai upaya untuk

menginterpretasikannya. Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara

deskriptif dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Melakukan reduksi yaitu mengecek dan mencatat kembali data-data yang telah

terkumpul.

2) Melakukan interpretasi, yaitu menafsirkan data yang diwujudkan dalam bentuk

pernyataan.

3) Melakukan inferensi yaitu menyimpulkan, bilamana terdapat peningkatan

perilaku dibanding sebelum dilakukannya penelitian.

4) Tahap tindak lanjut, yaitu merumuskan langkah-langkah perbaikan siklus

berikutnya atau dalam pelaksanaan di lapangan setelah siklus berakhir

berdasarkan informasi yang telah ditetapkan.

5) Pengambilan kesimpulan berdasarkan analisis hasil observasi dalam bentuk

interpretasi dan pernyataan.

3.6 Kredibilitas penelitian

Kredibilitas adalah istilah dalam penelitian kualitatif yang digunakan

untuk mengganti konsep validitas. Poerwandari (1998, hlm. 116) menyatakan

bahwa kredibilitas studi kualitatif terletak pada keberhasilannya mencapai maksud

mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan latar, proses, kelompok sosial atau

(30)

Kredibilitas penelitian ini diperoleh melalui dua proses, yaitu ketekunan

dalam melakukan pengamatan dan menggunakan dua buah teknik triangulasi,

yaitu triangulasi sumber data dan triangulasi teori. Triangulasi sumber data

menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, hasil wawancara, dan hasil

observasi. Triangulasi teori merupakan penggunaan berbagai teori yang berlainan

untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan telah memenuhi syarat.

Sementara kredibilitas instrumen penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu

penilaian dari dosen pembimbing dan expert judgement yang dilakukan oleh salah

satu dosen bimbingan dan konseling di Universitas Negeri Jakarta.

3.7 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini mengikuti alur penelitian tindakan, yaitu

perencanaan, tindakan dan pengamatan, merefleksi, dan merencanakan ulang.

Sebelum peneliti menerapkan siklus yang menjadi alur penelitian, peneliti

melakukan sebuah tindakan penelitian pendahuluan (baseline) sebagai upaya

untuk memotret kondisi awal, mempersiapkan peneliti dan partisipan terkait

dengan pemahaman, media dan hal teknis yang digunakan dalam penelitian ini.

Berikut adalah rancangan penelitian pendahuluan dan siklus yang dilakukan

dalam penelitian ini.

3.7.1 Tahap Pendahuluan Penelitian (Baseline)

Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa tindakan untuk mendapatkan

karakteristik responden dan data penelitian yang tepat. Berikut adalah

kegiatan-kegiatan yang dilakukan peneliti selama tahap pendahuluan.

1) Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.

2) Mengajukan permohonan izin melakukan penelitian.

3) Melakukan analisis kebutuhan (pemotretan) terhadap permasalahan yang

terjadi di tempat penelitian terkait dengan topik penelitian melalui wawancara

dan observasi.

4) Membuat interpretasi dari hasil pemotretan dan merancang program

(31)

5) Mensosialisasikan rancangan program kepada pihak manajemen sekolah dan

wali kelas yang terlibat dalam program.

6) Menentukan prosedur teknis program (aturan akumulasi token dan evaluasi)

7) Mempersiapkan media yang digunakan untuk penelitian (token, wadah token,

kartu catatan perilaku, dan daftar perilaku).

8) Memberikan pelatihan kepada wali kelas yang terlibat dalam program

mengenai hakikat dan penerapan program.

9) Mensosialisasikan program kepada siswa yang menjadi sasaran program

penelitian.

3.7.2 Tahap Pelaksanaan Siklus Penelitian

1) Perencanaan

a) Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil.

b) Wali kelas bersama dengan siswa menentukan hadiah yang dapat ditukar

dengan token kelompok.

c) Setiap kelompok diberikan token sesuai dengan jumlah anggota.

d) Setiap siswa mendapatkan kartu catatan perilaku.

2) Perlakuan dan Pengamatan

a) Wali kelas memberikan respon terhadap perilaku yang ditunjukkan oleh

siswa.

b) Siswa mengikuti proses pembelajaran yang disertai dengan kontrol perilaku

melalui token.

c) Peneliti melakukan pengamatan dan membuat catatan mengenai proses yang

terjadi terkait dengan pelaksanaan program.

3) Refleksi

a) Peneliti dan wali kelas mengakumulasi token.

b) Wali kelas memberikan hasil akumulasi kepada siswa.

c) Siswa melakukan refleksi pribadi dengan mengisi lembar evaluasi perilaku

(32)

d) Wali kelas dan peneliti mengevaluasi proses penerapan program guna

melihat pencapaian target program dan menentukan tindak lanjut bagi siklus

berikutnya.

3.7.3 Siklus Kedua

Siklus ini dilakukan berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus

pertama. Siklus ini memiliki tahapan yang sama dengan siklus pertama, yaitu

perencanaan, perlakuan dan pengamatan, dan refleksi. Pada tahapan akhir, jika

target program telah tercapai maka siklus akan dihentikan. Namun, jika belum

(33)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

5.1 Simpulan

Pemotretan masalah yang dilakukan peneliti pada awal penelitian ini

menemukan data bahwa siswa kelas 4D memiliki masalah perilaku disiplin, yaitu

mengobrol, jalan keliling kelas saat pelajaran berlangsung, sering tidak masuk

masuk sekolah, berkata tidak sopan, dan tidak mengerjakan tugas/PR. Perilaku

tersebut seringkali mengganggu jalannya proses belajar mengajar. Melalui

program penelitian ini, peneliti dan wali kelas memberikan intervensi kepada

siswa dengan menggunakan teknik token economy untuk mengatasi perilaku tidak

disiplin tersebut. Berdasarkan akumulasi kartu catatan perilaku, refleksi perilaku

siswa dan refleksi wali kelas, ditemukan data bahwa perilaku disiplin mengalami

peningkatan sejak pelaksanaan siklus pertama dilakukan sampai dengan siklus

ketiga dan berhasil menurunkan perilaku tidak disiplin yang ditemukan pada

penelitian pendahuluan. Maka dapat disimpulkan bahwa bahwa teknik token

economy berhasil mengembangkan kemampuan siswa dalam mengelola perilaku

disiplin.

Keberhasilan tersebut terjadi karena beberapa hal, yaitu adanya

pengawasan oleh teman sebaya dalam kelompok dan kompensasi berupa hadiah

yang diputuskan bersama oleh siswa. Pengawasan yang diberikan oleh teman

sebaya mampu membuat siswa mengantisipasi perilaku tidak disiplin. Sementara

hadiah mingguan yang diberikan kepada kelompok dengan token terbanyak

menjadi motivasi setiap kelompok, yang harus dijaga oleh setiap siswa.

5.2 Implikasi

Temuan penelitian ini memiliki implikasi penting terhadap pengelolaan

perilaku siswa dan pengelolaan kelas. Untuk mengatasi permasalahan perilaku

tidak disiplin, siswa memerlukan sistem yang memberikan peluang kepada

mereka untuk terlibat secara mandiri dan motivasi eksternal yang konkret. Token

(34)

hadiah sebagai penukaran perilaku positif yang diwakili oleh token. Kemandirian

perlu menjadi pertimbangan penting dalam mengelola perilaku agar siswa

mendapatkan pengalaman nyata perihal konsekuensi atau kompensasi yang

mereka dapatkan dari setiap perilaku yang mereka lakukan.

Teknik token economy juga membantu guru dalam proses pengelolaan

kelas. Dengan teknik ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanggung jawab penuh terhadap perilakunya. Peran guru sebagai pengawas

masih diperlukan terutama untuk anak usia sekolah dasar. Hal tersebut perlu

dilakukan untuk menjaga konsistensi siswa dalam mengelola perilakunya.

Token economy sebagai teknik penanganan masalah dalam pendekatan

behavioral biasa diterapkan dalam layanan bimbingan dan konseling baik secara

individu maupun kelompok. Penerapan teknik token economy dalam penelitian ini

memberikan bukti bahwa penanganan perilaku bermasalah berbasis bimbingan

dan konseling dapat diterapkan di sekolah tanpa penanganan langsung dari tenaga

bimbingan dan konseling. Namun perlu diperhatikan konsistensi dari setiap pihak

dalam menerapkan setiap prosedur teknik token economy dengan benar.

5.3 Rekomendasi

Prosedur yang dijalani selama penelitian dan temuan yang diperoleh dari

penelitian ini merekomendasikan beberapa hal berikut.

Teknik token economy memberikan kemudahan bagi guru. Teknik token

economy memiliki prosedur sederhana yang dapat dipahami dengan mudah oleh

penggunanya. Oleh sebab itu, penggunaannya di dalam kelas akan membantu baik

guru maupun siswa dalam menjaga ketertiban dan menegakkan kedisiplinan.

Penggunaan teknik token economy memberikan kesempatan yang lebih besar

kepada siswa untuk mengelola perilaku, sehingga guru tidak perlu menghabiskan

energinya untuk mengkontrol perilaku siswa dan bisa lebih fokus dalam

menyampaikan materi pelajaran.

Teknik token economy memberikan standar dalam kebijakan perilaku

sekolah. Penggunaan teknik token economy dalam lingkup sekolah akan

(35)

dan mudah dievaluasi. Hal tersebut akan membantu warga sekolah dalam

menunjukkan standar perilaku yang diharapkan. Keseragama perlakuan akan

membantu para guru dalam menangani permasalahan perilaku baik yang terjadi di

dalam kelasnya maupun di kelas lainnya.

Teknik Token economy memberikan ruang bagi peneliti. Teknik token

economy tidak hanya berhasil dalam membantu pengelolaan perilaku disiplin.

Teknik ini juga memiliki peluang untuk mengatasi permasalahan lain, seperti

motivasi yang rendah, hasil belajar yang rendah, penanganan gangguan belajar,

dan permasalahan lainnya yang membutuhkan pembiasaan dan konsistensi. Oleh

sebab itu, bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengunakan teknik token

economy dapat memilih dan mengkaji permasalahan-permasalahan tersebut untuk

memperkaya wawasan praktisi dan akademisi pendidikan khususnya di bidang

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Andina, E. (2014). Budaya kekerasan antar anak di sekolah dasar. Info singkat

kesejahteraan sosial Vol. VI, No.09/I/P3DI/Mei/2014. Diakses dari:

http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info%20Singkat-VI-9-I-P3DI-Mei- 2014-63.pdf

Alberto & Troutman. (2008). Applied behavior analysis for teachers, 8th edition.

Prentice Hall.

Arikunto, S. (2008). Penelitian tindakan kelas. Jakarta. Bumi Aksara

A’isah, dkk. (2010). Pengaruh penerapan metode modifikasi perilaku token

economy terhadap regulasi diri siswa peserta mata pelajaran matematika.

Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Diakses dari: http://eprints.undip.ac.id/11097/1/JURNAL_ANITA_AISAH_

M2A605006.pdf

Bhattacharjee, R & Roy, A. D. (2014). Role of teachers in shaping behavior of management students in the educational institution. Indian journal of

research volume: 3, issue: 4. Diakses dari: http://theglobaljournals.com/

paripex/file.php?val=April_2014_1397566751_01068_48.pdf

Burley, R. & Waller, R.J. (2005). Effects of a collaborative behavior management plan on reducing disruptive behaviors of a student with ADHD. Teaching

Exceptional Children Plus, 1(4) Article 2. Diakses

dari:http://escholarship.bc.edu/education/tecplus/vol1/iss4/2

Carr, dkk. (2005). Token economy. Encyclopedia of behavior modification and

cognitive behavior therapy - Volume 2: Child clinical applications (pp.

1075-1079). Thousand Oaks, CA: Sage. Diakses dari: http://www.auburn.edu/~lal0011/8550/CFR2005.pdf

Chevalier, N. T. (2012). The token economy: reducing the disruptive and off-

task behavior. Graduate School of Education, City University of Seattle.

Diakses dari: http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED534397.pdf

Cholewa, dkk. (-). Decreasing elementary school children’s disruptive behaviors:

a review of four evidence-based programs for school counselors. Diakses

dari: http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ885036.pdf

Collins, J. (2010). 6 easy steps to improve your child’s school behavior. Bradley.

(37)

Combs, dkk. (1977). Behaviorism and humanism: a synthesis. Diakses dari: http://ocw.metu.edu.tr/pluginfile.php/9046/mod_resource/content/1/el_ 197710_combs.pdf

Copple, C. & Bredekamp, S. (2009). Developmentally Appropriate Practice in

Early Childhood Programs Serving Children from Birth through Age 8.

Washington. National Association for the Education of Young Children.

Craswell, J. W. (2008). Educational research; planning, conducting, and

evaluating quantitative and qualitative research-third edition. New Jersey.

Pearson Education, Inc.

Denzin, N. K. & Lincoln, Y. S. (2007). Strategies of qualitative Inquiry, Third

Edition. Thousand Oaks, CA. SAGE Publications.

Doll, dkk. (2013). The token economy: a recent review and evaluation.

International Journal of Basic and Applied Science, Vol. 02, No. 01, July 2013, pp. 131-149. Diakses dari:

http://insikapub.com/Vol-02/No-01/12IJBAS%282%29%281%29.pdf

Filcheck, H. A. & McNeil, C. B. (2004). The use of token economies in

preschool classrooms: practical and philosophical concerns. Journal of

Early and Intensive Behavior Intervention, Volume I, Issue 1. Diakses

dari: http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ848682.pdf

Goldstein, S & Naglieri, J. A. (2011). Encyclopedia of child behavior and

development. Springer US

Habibullah. (2010). Sebaran masyarakat miskin dan program bantuan langsung tunai (BLT) bagi rumah tangga sasaran di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok, Jawa Barat. Sosiokonsepsia: Jurnal penelitian dan pengembangan

kesejahteraan sosial. Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kesejahteraan Sosial.

Hall, C dan Lindzey, G. (1993). Psikologi Kepribadian 3, Teori-teori Sifat dan

Behavioristik. Yogyakarta.Kanisius.

Horan J. J. (1977). Counseling for effective decision making. Diakses dari: http://horan.asu.edu/cfedm/chapter1.php

Hughes, C & Llyod, J. W. (1993). An analysis of self-management. Journal of

Behavioral Education Volume 3, Issue 4, pp 405-425. Diakses dari:

http://link.springer.com/article/10.1007/BF00961544#page-1

(38)

Hutchison E. D. (2011). Dimensions of human behavior: the changing life

course, 4th edition. Sage publication, inc.

Kappel, dkk. (2012). From Behavior Management to Positive Behavioral

Supports:Post-World War II to Present. Diakses dari:http://mn.gov/mnddc

/positive_behavior_supports/pdf/From-Behavior-Management-to-Positive-Behavioral-Supports.pdf

Kazdin, A. E. (1982). The token economy: a decade later. Journal of applied

behavior analysis number 3. Western psychiatric institute and clinic

University of pittsburgh school of medicine. Diakses dari: http://www.ncbi.nlm. nih.gov/pmc/articles/PMC1308287/pdf/jaba00041-0109.pdf

Klimas, A. & McLaughlin, T. F. (2007). The effects of a token economy system to improve social and academic behavior with a rural primary aged child with disabilities. International journal of special education vol 22 no 3. Diakses dari: http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ814513.pdf

LeBlanc, G. (2004). Enhancing intrinsic motivation through the use of a token

economy. Hunter College of the City University of New York. Diakses

dari: http://www.usca.edu/essays/vol112004/leblanc,pdf.pdf

Martella, dkk. (2012). Comprehensive behavior management individualized,

classroom, and schoolwide approaches second edition. Sage publication,

Inc. Diakses dari: http://www.sagepub.com/upm-data/40497_1.pdf

Martin, G. & Pear, J. (2010). Behavior modification: what it is and how to do it. Englewood Cliffs. NJ Pearson/Prentice Hall

Mcdaniel, T. R. (1984). Developing the skills of humanistic discipline the

association for supervision and curriculum development. Diakses dari:

http://www.ascd.org/ASCD/pdf/journals/ed_lead/el_198012_stahl.pdf

McDonnell, S. (2012). Implementation of token economies in school settings. Lynchburg College. Diakses dari:http://www.lynchburg.edu/sites/default /files/documents/GraduateStudies/special-ed-journal-art-2.pdf

McKevitt, B. C & Braaksma, A. D. (2008). Best practices in developing a

positive behavior support system at the school level. Best Practices in

School Psychology V Chapter 44, Volume 3. Heartland Area Education

Agency 11 (IA). Diakses dari: http://www.nasponline.org/publications /booksproducts/bp5samples/735_bpv89_44.pdf

McTaggart, R. (1997). Participatory action research: international contexts

(39)

Miltenberge R. G. (2008) Behavior modification: principles and procedures,

fourth edition. Thomson Learning, Inc

Mohr, dkk. (2009). Beyond point and level systems: moving toward child- centered programming. American Journal of Orthopsychiatry Volume 79,

No. 1, 8–18. American Psychological Association. Diakses dari:

http://www.newvisionwilderness.com/userfiles/file/Mohr%20et%20al%20 2009%20%283%29.pdf

Muro, J. J & Kottman, T. (1995). Guidance and counseling in the elementary and

middle school. Dubuque. Brown and Benchmark.

Naughton, G & Hughes, P. ( 2009). Doing action research in early childhood

studies. Berkshire. Open University Press

Nelson-Jones, R. (2011). Teori dan Praktik Konseling dan Terapi-edisi ke

empat. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

NSW Centre for Parenting and Research. (2004). The development of aggressive

behaviour in children and young people: implications for social policy, service provision, and further research. Sydney. Dept. of Community

Services. Diakses dari: http://www.community.nsw.gov.au/docswr/_assets /main/documents/aggression_discussionpaper.pdf

Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Jakarta. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia.

Rahmawati, K. R. (2013). Token economy untuk meningkatkan atensi pada anak

Attention Deficit Disorder. Procedia Studi Kasus dan Intervensi Psikologi 2013, Volume 1 (1), 36-40. Diakses dari: http://ejournal.umm.ac.id/index.

php/pskip/article/view/1374/1468

REPUBLIKA.CO.ID. (2014). Inilah kronologi kasus bully anak SD di

Bukittinggi. Diaksesdari:http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah

(40)

Skinner, B. F. (1953). Science And Human Behavior. Macmillan. New York

Skinner, B. F. (1938). The behavior of organisms an experimental analysis. D. Appleton-century company, inc. New York

Solehuddin, M. (2015). Strengthening character education in early childhood through guidance-based teaching. Dalam Yusuf & Rusmana (editor),

Proceeding of the international seminar and workshop on guidance and counseling (hlm. 325-334). Bandung. Departemen Psikologi dan

Bimbingan UPI.

Solihuddin, M. (2013). Dampak Kebijakan Sekolah Tentang Poin Pelanggaran

Tata Tertib Siswa dalam Membentuk Perilaku Siswa yang Berkarakter.

Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Volume 1, Nomor 1 Januari 2013,62-70. Diakses dari: http://ejournal.umm.ac.id/index.php/ jmkpp/article/view/1510/1611

Swain, E. E. (1974). B. F. Skinner and Carl R. Rogers on behavior and education.

Oregon ASCD curriculum bulletitin-08 no. 324. Diakses dari:

http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED098087.pdf

Wandersman, A. (-). Applying humanism, behaviorism, and a broader social

developmental view to understanding and researching the design process.

Nashville. Center for Community Studies, George Peabody College. Diakses dari: http://www.edra.org/sites/default/files/publications/

EDRA07-v1-Wandersman-09-20.pd

Taqiyya, U. I. (2013). Implementasi kebijakan penerapan sistem poin dalam

mengurangi tingkat pelanggaran siswa pada sma n 1 jekulo kudus (skripsi). Universitas Negeri Semarang. Diakses dari: http://lib.unnes.ac.id

/18483/1/3301409024.pdf

Thompson, C. L. & Henderson, D. A. (2007). Counseling children, seventh

edition. Thompson Brooks/Cole. Amerika Serikat.

Tomaka, A. (2009). Evaluation of a level system with a built in token economy to

decrease inappropriate behaviors of individuals with mental retardation.

Graduate School Theses and Dissertations. Diakses dari: http://scholarcommons.usf.edu/etd/53

Gambar

Gambar 3.1 Spiral Penelitian Tindakan
Tabel 3.1  Empat Unsur Pembentukan Disiplin
Tabel 3.2  Proses Pengelolaan Perilaku

Referensi

Dokumen terkait