MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGELOLA PERILAKU DISIPLIN DENGAN TEKNIK TOKEN ECONOMY
(Studi penelitian tindakan partisipatoris praktisi-akademisi di Sekolah Dasar Negeri 01 Mampang, Depok, Jawa Barat)
TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling
Oleh
Yudo Hato Balibo Timtim NIM 1302359
DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN SEKOLAH PASCASARJANA
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGELOLA
PERILAKU DISIPLIN DENGAN TEKNIK
TOKEN ECONOMY
(Studi penelitian tindakan partisipatoris praktisi-akademisi di Sekolah Dasar Negeri 01 Mampang, Depok, Jawa Barat)
Oleh
Yudo Hato Balibo Timtim M.Pd UPI, 2015
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Yudo Hato Balibo Timtim 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Yudo Hato Balibo Timtim. (2015). Mengembangkan Kemampuan Mengelola Perilaku Disiplin Dengan Teknik Token economy (Studi penelitian tindakan partisipatif praktisi-akademisi di Sekolah Dasar Negeri 01 Mampang, Depok, Jawa Barat).
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya kemampuan mengelola perilaku disiplin bagi siswa di salah satu sekolah dasar yang berada di wilayah kantong kemiskinan Kota Depok. Tujuan penelitian adalah membuktikan bahwa penerapan teknik token economy dapat mengembangkan kemampuan mengelola perilaku bagi siswa sekolah dasar tersebut. Penelitian menggunakan metode penelitian tindakan partisipatif disertai dengan dua tahap penelitian yaitu tahap penelitian pendahuluan (baseline) dan tahap pelaksanaan siklus penelitian. Siklus dilakukan sebanyak tiga kali dengan rentang waktu satu minggu pada setiap siklusnya. Instrument penelitian menggunakan pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman penggunaan dokumentasi. Teknik analisis dilakukan secara deskriptif dengan melakukan reduksi, interpretasi, inferensi, dan tahap tindak lanjut, yaitu merumuskan langkah-langkah perbaikan siklus berikutnya. Subyek penelitian adalah seorang wali kelas dan 38 orang siswa. Hasil penelitian menunjukkan teknik token economy berhasil dalam mengembangkan pengelolaan perilaku disiplin bagi siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya perilaku disiplin siswa di sekolah tersebut dari sejak pelaksanaan siklus satu sampai dengan siklus ketiga. Rekomendasi hasil penelitian ditujukan kepada: 1) guru sekolah dasar untuk menggunakan teknik token economy sebagai program pengelolaan perilaku yang mudah diterapkan di kelas, 2) manajemen sekolah dasar dapat membuat sistem pengelolaan perilaku yang mudah dievaluasi dalam lingkup sekolah, dan 3) peneliti selanjutnya untuk menggunakan teknik token economy untuk permasalahan selain dari perilaku disiplin.
Yudo Hato Balibo Timtim. (2015). Developing the ability of Managing Discipline
Behavior by Technique of Token economy (Study of collaborative action research, practitioner-academics at Public Elementary School 01 Mampang, Depok, West Java).
Abstract
The background to this research was the importance of elementary students’ capability to manage discipline behavior especially to those who study in Depok poverty enclave area. The research was aimed to proven token economy technique able to develop the elementary students’ capability in that area to manage discipline behavior. The participants were one homeroom teacher and 38 students. It used participatory action research as the research method and it was done in three cycles. The protocol of interview, observation and documentation were used as the instrument. Data was descriptively analyzed by doing reduction, interpretation, inference, and follow up phase to formulized the revision of steps for the next cycle. The research result showed that token economy was succeed in developing elementary students’ capability to manage discipline behavior. The discipline behavior was increase since the first cycle to the third one. The research recommends that: 1) The elementary school teacher use token economy as a simple behavior management program in the classroom, 2) School management establish a token economy based system for whole school discipline policy, and 3) the future researcher develop the research by using token economy to handle problems other than discipline behavior.
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL ……… i
LEMBAR PENGESAHAN ………. ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………... iii
ABSTRAK ……… iv
ABSTRACT ……… v
DAFTAR ISI ………. vi
DAFTAR TABEL ……….. ix
DAFTAR GRAFIK ……… x
DAFTAR GAMBAR ………. xi
DAFTAR LAMPIRAN ……….. xii
BAB I. PENDAHULUAN ……….. 1
1.1Latar belakang penelitian ……… 1
1.2Identifikasi dan rumusan masalah penelitian..………….. 5
1.3Tujuan penelitian .………. 7
1.4Manfaat/ signifikansi penelitian .……….. 7
1.5Struktur organisasi tesis .……….. 8
BAB II. TEKNIK TOKEN ECONOMY SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENGELOLA PERILAKU ………. 10
2.1Hakikat pengelolaan perilaku ……….. 10
2.2Pengelolaan perilaku dalam perspektif humanistik dan Behavioral ……… 17
2.2.1 Pengelolaan perilaku dalam pendekatan humanistik ………..………. 18
2.2.2 Pengelolaan perilaku dalam pendekatan behavioristik ………..…….. 20
2.2.3 Perbandingan pengelolaan perilaku dalam pendekatan humanistik dan behavioral ……..… 24
2.3.1 Model-model pengelolaan perilaku secara umum. 26
2.3.2 Model-model pengelolaan perilaku dalam
pendekatan behavioral ……….. 31
2.4Pengelolaan perilaku disiplin bagi anak usia sekolah dasar ……….…… 34
2.5Strategi intervensi pengelolaan perilaku dalam Pendekatan behavioral .……… 38
2.6Prosedur penerapan teknik token economy dalam Mengelola perilaku………..…….………. 38
2.7Penelitian yang relevan ……….…… 42
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ……… ……… 44
3.1 Metode penelitian ..……….……… 44
3.2 Desain penelitian ………. 46
3.3 Tempat, waktu, dan partisipan penelitian ……… 50
3.4 Instrumen penelitian .……… 53
3.5 Analisis data ….……… 58
3.6 Kredibilitas penelitian .………. 59
3.7 Prosedur penelitian ..……… 59
BAB IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN ……….. 62
4.1Temuan ……… 62
4.1.1 Pemotretan masalah ……….. 62
4.1.2 Rancangan program………….……….. 67
4.1.3 Pelaksanaan program ………. 72
4.1.4 Perubahan perilaku.………. 93
4.2Pembahasan temuan .………. 96
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ..…… 101
5.1 Simpulan ……….. 101
5.2 Implikasi ..………... 102
5.3 Rekomendasi ……… 103
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Hal.
2.1 Rangkuman pendapat para ahli teori perkembangan individu … 36
3.1 Empat unsur pembentukan disiplin ……….………... 54
3.2 Proses pengelolaan perilaku ……….. 55
4.1 Daftar perilaku ………... 69
4.2 Daftar kompensasi dan konsekuensi ……….. 70
4.3 Akumulasi poin perilaku siklus pertama ……… 76
4.4 Akumulasi poin perilaku siklus kedua ………... 82
DAFTAR GRAFIK
Grafik Hal.
4.1 Jenis perilaku tidak disiplin siswa kelas 4D ……….. 64
4.2 Akumulasi catatan perilaku siklus pertama……….. 78
4.3 Refleksi perilaku siswa di siklus pertama………. 79
4.4 Akumulasi catatan perilaku siklus kedua……….. 84
4.5 Refleksi perilaku siswa di siklus kedua………. 85
4.6 Akumulasi catatan perilaku di siklus ketiga..………... 92
4.7 Refleksi perilaku siswa di siklus ketiga.………... 93
4.8 Akumulasi catatan perilaku setiap siklus ……… 94
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal.
2.1 Aspek munculnya perilaku ……….…. 11
2.2 Rancangan pengelolaan perilaku yang komprehensif ... 14
2.1 Konsep pengkondisian operan ... 23
3.1 Spiral penelitian tindakan ………... 47
4.1 Media bantu program penerapan teknik token economy ……. 67
4.2 Pelatihan prosedur pelaksanaan program .………... 68
4.3 Sosialisasi program kepada siswa oleh wali kelas……… 72
4.4 Pemberian hadiah kelompok pada siklus pertama……… 78
4.5 Pemberian hadiah kelompok pada siklus kedua…………..…. 85
4.6 Wali kelas mengadmisnistrasikan perilaku siswa …………... 86
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat permohonan izin melakukan penelitian
Lampiran 2. Surat keterangan telah melakukan penelitian
Lampiran 3. Lembar persetujuan expert judgement
Lampiran 4. Pedoman wawancara
Lampiran 5. Pedoman observasi
Lampiran 6. Pedoman penggunaan dokumentasi
Lampiran 7. Rancangan program pelatihan pengelolaan perilaku dengan teknik
token economy
Lampiran 8. Modul pelatihan pengelolaan perilaku dengan teknik token economy
Lampiran 9. Lembar refleksi siklus
Lampiran 10. Verbatim wawancara
Lampiran 11. Profil perilaku siswa
Lampiran 12. Catatan perilaku siklus pertama
Lampiran 13. Catatan perlaku siklus kedua
Lampiran 14. Catatan perlaku siklus ketiga
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Setiap anak dilahirkan sebagai pembelajar (Copple & Bredekamp, 2009,
hlm. viii) dan setiap perkembangan yang terjadi pada diri anak tidak terlepas dari
peran orang lain di sekitarnya. Para ahli psikologi perilaku menyatakan bahwa
manusia tidak mempunyai kehendak bebas dalam berperilaku, dalam arti bahwa
pada awalnya manusia seperti lembaran kertas kosong (tabula rasa) yang akan
diisi melalui pengalaman interaksi dengan lingkungannya (Thompson &
Henderson, 2007, hlm. 315). Dengan kata lain, anak sebagai individu seperti
laiknya kertas putih yang siap untuk diisi dengan hal baru dalam kehidupannya.
Copple & Bredekamp (2009, hlm. 12) menyebutkan dalam salah satu
prinsip perkembangan dan pembelajaran anak bahwa “early experiences have
profound effects, both cumulative and delayed, on a child’s development and
learning; and optimal period exist for certain types of development and learning
to occur”. Prinsip tersebut menjelaskan bahwa pada dasarnya pengalaman-pengalaman yang terakumulasi maupun yang tertunda di masa awal
perkembangan memberikan dampak yang sangat besar pada perkembangan dan
pembelajaran seorang anak; dan terbentuknya masa yang optimal untuk
melangsungkan jenis tertentu dari perkembangan dan pembelajaran. Oleh sebab
itu, penting bagi setiap anak terutama pada usia sekolah dasar menguasai tugas
perkembangannya untuk dapat melanjutkan ke tahap usia perkembangan
berikutnya dengan baik.
Salah satu tugas perkembangan anak pada usia sekolah dasar adalah
mengembangkan perilaku yang berhubungan dengan diri sendri, kelompok sosial,
dan institusi (Havighurst, 1953 dalam Muro dan Kottman, 1995, hlm. 29). Namun
hampir semua anak pada masa tertentu mengalami kesulitan dalam melakukan
penyesuaian terhadap perubahan, situasi stress atau konflik dari penyesuaian itu
& Henderson, 2007, hlm. 5). Oleh sebab itu, anak perlu belajar untuk mengelola
seluruh aspek dalam dirinya baik kepribadian, kecerdasan maupun perilaku.
Mengelola perilaku dapat disamakan dengan istilah behavior management.
Miltenberger (2008, hlm. 470) menyatakan bahwa mengelola perilaku merupakan
penerapan strategi modifikasi perilaku untuk mengubah perilaku sendiri.
Sementara Horan (1977) menyatakan bahwa mengelola perilaku dikenal juga
sebagai kontrol pribadi yang di dalamnya terdiri dari memonitor sendiri,
mengubah pemicu perilaku dan mengubah konsekuensi perilaku. Anak belajar
untuk mengelola perilaku dengan bantuan orang dewasa di sekitarnya.
Pengembangan keterampilan mengelola perilaku tersebut dapat dilakukan baik di
rumah maupun di sekolah.
Sekolah dasar sebagai institusi pendidikan formal memiliki peluang besar
dalam mengembangkan potensi individu secara optimal. Upaya sekolah dalam
mengembangkan potensi peserta didik membutuhkan sistem berupa peraturan dan
kebijakan yang menjadi standar dalam mengarahkan perilaku yang diharapkan
dari siswa di sekolah. Namun pada kenyataannya, penerapan peraturan dan
kebijakan tersebut masih mengalami banyak kendala. Hal tersebut dapat dilihat
dari masih adanya kasus pelanggaran peraturan sekolah seperti datang terlambat
ke sekolah, mencoret-coret properti sekolah, meninggalkan mata pelajaran tanpa
sepengetahuan guru, menggunakan seragam tidak sesuai dengan ketentuan dan
bahkan ada pula yang membawa benda tajam, merokok serta menjurus pada
tindakan kriminal seperti membawa atau menggunakan narkoba dan mencuri
barang milik orang lain.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indnesia
(KPAI) mengenai perilaku kekerasan terhadap anak menemukan bahwa sebanyak
17% kekerasan terhadap anak terjadi di sekolah. Bahkan pada 2013, tercatat 181
kasus yang berujung pada tewasnya korban, 141 korban menderita luka berat, dan
97 korban luka ringan. Tindakan kekerasan di sekolah bisa dilakukan oleh guru,
kepala sekolah, bahkan sesama peserta didik (Andina, 2014, hlm.10). Surat kabar
antaranya pada tanggal 3 Mei 2014, seorang siswa SD berusia 11 tahun di SDN
09 Pagi Jakarta dihajar kakak kelasnya karena menyenggol gelas es milik sang
senior”. Sementara itu harian Republika.co.id (2014) menuliskan kasus seorang
siswi di sebuah sekolah dasar di Bukit Tinggi yang mendapatkan pukulan dan
tendangan dari teman sekelasnya pada saat jam pelajaran agama.
Permasalahan-permasalahan tersebut muncul salah satunya disebabkan karena keterbatasan
keterampilan tenaga pendidik dalam menangani permasalah perilaku siswa,
sehingga membuat permasalahan tidak tertangani dengan baik. Banyak guru
kesulitan untuk mengetahui bilamana mereka telah memberi perhatian yang
banyak pada perilaku yang tidak tepat (Santrock, 2010 hlm.281).
Saat ini masih banyak sekolah menggunakan sistem poin sebagai sistem
manajemen perilaku siswa. Sistem poin adalah suatu kebijakan yang diambil
sekolah untuk mengurangi tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh siswa. Sistem
poin ini diberlakukan berkenaan dengan upaya penegakan tata tertib sekolah.
Dalam tata tertib sekolah setiap kesalahan atau pelanggaran dikenakan poin yang
berbeda-beda sesuai dengan tingkat kesalahannya. Setiap siswa yang melanggar
peraturan akan diberikan poin sesuai dengan ketentuan yang telah ada. Poin itu
akan bertambah jika siswa melakukan pelanggaran kembali (Taqiyya, 2013 hlm.
4). Jika poin sudah mendekati 100 maka proses penanganan akan melibatkan
kepala sekolah selaku pengambil keputusan untuk dikembalikan ke orang tua
(Solihuddin, 2013 hlm. 65). Secara teknis sistem poin memiliki kelemahan karena
hanya memberikan catatan dan akumulasi dari perilaku negatif siswa sementara
perilaku positif tidak menjadi fokus pengembangan. Sistem ini tidak memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memahami, memperbaiki dan mengembangkan
perilaku mereka secara optimal.
Penanganan masalah perilaku siswa di sekolah dasar perlu dirancang
melalui sistem penanganan perilaku yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengelola perilakunya sendiri. Sistem pengelolaan perilaku harus dibuat
secara terstruktur dan sistematis agar siswa dapat melihat permasalahannya
berikut dengan segala konsekuensi yang akan mengikutinya. Sistem pengelolaan
sekolah dasar perlu mempertimbangkan media konkret yang memungkinkan anak
melihat hubungan yang relevan terkait dengan perilaku (Cople & Bredenkamp,
2009, hlm. 259). Hal tersebut terkait dengan perkembangan kognitif mereka yang
berada pada tahap operasional konkret. Salah satu alternatif penanganan perilaku
bermasalah yang dapat membantu siswa sekolah dasar dalam mengelola
perilakunya secara mandiri adalah dengan menggunakan pendekatan behavioral
melalui teknik token economy atau prosedur penguatan yang tergantung pada
benda (contingent reinforcement procedures).
Kazdin dan Bootzin (1973, dalam Hall dan Lindzey, 1993 hlm. 359)
menginformasikan bahwa token economy telah digunakan secara luas di
lingkungan ruang kelas pada berbagai populasi seperti anak-anak normal, pada
permasalahan kenakalan, dan anak-anak lemah mental. Token dapat dihadiahkan
untuk tingkah laku yang sesuai di ruang kelas seperti duduk rapih, menaruh
perhatian, dan menyelesaikan tugas-tugas. Kemudian token dapat ditukarkan
dengan manisan, menonton film, waktu bermain bebas atau penguat apa saja yang
kebetulan disukai sanak. Token economy merupakan suatu bentuk terapi perilaku
yang di dalamnya terdapat lingkungan terapeutik yang dibangun berdasarkan
penggunaan token sebagai penguat sekunder (Nelson-Jones, 2011 hlm. 471).
Wilson (2005) menerangkan bahwa token adalah penguat terkondisi yang
berwujud dan dapat ditukarkan denganpenguat pendukung (back up reinforce)
seperti hadiah, kesempatan untuk ikut kegiatan khusus, atau membeli makanan
(Nelson-Jones, 2011 hlm. 472). Token reinforce program perlu menetapkan
dengan jelas aturan penukaran yang menyebutkan jumlah token yang dibutuhkan
untuk mendapatkan penguat pendukung.
A’isah dkk. (2010) dalam penelitian mereka mengenai modifikasi perilaku
dengan menggunakan token economy tehadap regulasi diri siswa dalam pelajaran
matematika menunjukkan bahwa perlakuan modifikasi perilaku token economy
dapat meningkatan regulasi diri siswa. Penelitian lain dengan kriteria subjek yang
berbeda menggambarkan hasil intervensi token economy yang menunjukkan
adanya peningkatan atensi anak dalam mengerjakan tugas sekolah pada anak
dilakukan oleh Chevalier (2012) sebagai intervensi untuk mengurangi perilaku
mengganggu dan kelalaian dalam menyelesaikan tugas pada siswa kelas tiga.
Hasil studi tersebut menunjukkan adanya penurunan yang signifikan dalam
perilaku mengganggu siswa yang menjadi sasaran penelitian (Chevalier, 2012,
hlm. 13).
Penelitian mengenai penerapan token economy ini menggunakan
pendekatan penelitian tindakan dengan desain partisipatif atau kolaboratif.
Penelitian tindakan (action research) mengeksplorasi masalah praktis dengan
tujuan untuk mengembangkan solusi dari suatu permasalahan. Miller (2000)
menjelaskan bahwa desain penelitian tindakan merupakan prosedur yang
sistematis yang dilakukan oleh guru (atau orang lain dalam lingkungan
pendidikan) untuk mengumpulkan informasi dan meningkatkan kualitas
berjalannya sistem pendidikan, cara mengajar, dan cara siswa belajar (Cresswell,
2008 hlm. 597). Peneliti memfokuskan penelitian ini pada sebuah kelas di salah
satu sekolah dasar negeri di kecamatan Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat.
Pemilihan tempat tersebut dilakukan berdasarkan temuan yang diperoleh dari
studi pendahuluan yang menunjukkan bahwa di sekolah tersebut membutuhkan
sebuah program yang dapat membantu siswa berperilaku disiplin. Jumlah siswa
yang sangat banyak dalam satu kelas, yaitu antara 38 sampai dengan 50 orang
siswa menyebabkan guru kesulitan dalam menangani perilaku siswa. Berikut
adalah pernyataan seorang wali kelas yang menyatakan kebutuhannya untuk
mendapatkan program yang dapat membantunya dalam mengelola perilaku siswa.
..mungkin pertama dari pengelolaan kelas kali yah. Jadi saya bisa lebih mengontrol, gitu. Jadi dalam proses belajar mengajar itu lebih tertib. jadi saya gak perlu teriak-teriak jadi hanya mungkin memberikan suatu tanda
gitu anak sudah mengerti gitu karena kan selama ini saya suka teriak-teriak pun suka gak didenger juga kalo belum sampe saya pukul-pukul meja gitu.
1.2Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian
Hutchison (2011, hlm. 202) menyatakan bahwa pada usia sekolah dasar,
anak mulai mampu meningkatkan kesadarannya bahwa mereka dievaluasi
berdasarkan apa yang mampu mereka lakukan. Hal tersebut didukung oleh
pernyataan Davies (2004, dalam Hutchison, 2011 hlm. 190) bahwa anak usia
sekolah dasar secara kognitif mampu menolak penilaian umum yang sederhana
dan mulai memahami kompleksitas yang terjadi pada individu dan kelompok.
Salah satu aspek yang menjadi perhatian evaluasi anak adalah perilakunya.
Menurut Copple & Bredekamp (2009, hlm. 258), jika perilaku anak pada
usia ini tidak mendapat perhatian yang cukup baik, maka anak dapat bereaksi
negatif dalam keadaan tertekan. Collins (2010, hlm. 10) menjelaskan bahwa
terdapat hubungan yang erat antara kesulitan akademik anak dengan kesulitan
dalam berperilaku. Dengan kata lain dapat dipastikan bahwa jika seorang anak
mengalami gangguan perilaku, maka anak tersebut juga dapat dipastikan
mengalami kesulitan dalam belajar. Pemicu gangguan perilaku dapat beragam dari
satu anak dengan yang lainnya. Namun para ahli psikologi perilaku melihat bahwa
anak belajar cara berperilaku yang kurang pantas melalui penguatan atau contoh
yang buruk (Thompson & Henderson, 2007, hlm. 10).
Hughes & Llyod (1993, hlm. 407) menerangkan bahwa teori perilaku yang
dikemukakan oleh Skinner menunjukkan bahwa individu mengontrol perilaku
seperti halnya mereka juga mengontrol perilaku orang lain yang penggeraknya
berasal melalui manipulasi variabel perilaku mereka sendiri. Kemampuan dalam
memanipulasi perilaku tersebut dikenal juga dengan kemampuan mengelola
perilaku. Kemampuan mengelola perilaku telah memberikan kontribusi yang
besar dalam kajian toeri dan penerapannya pada terapi dan lingkup pendidikan
(Angeliki, Petros & Shahla, 2014, hlm. 35). Namun beberapa penelitian dalam
pengelolaan perilaku dalam lingkup pendidikan masih memiliki kekurangan. Hal
tersebut terjadi karena peneliti hanya terfokus pada target perilaku yang ingin
diubah. Lingkungan kelas merupakan tempat yang dinamis dengan perubahan
konteks yang sering kali berubah. Oleh sebab itu, peneliti perlu untuk tidak hanya
yang tidak menjadi target (Dalton, Martella & Marchand-Martella, 1999, hlm.
159).
Berdasarkan pemaparan identifikasi masalah tersebut, maka
permasalahan-permasalahan yang dapat dimunculkan sebagai pertanyaan-pertanyaan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Seperti apa potret perilaku disiplin siswa di SDN 01 Mampang, Pancoran
Mas? Dan upaya apa yang dilakukan oleh guru dalam penanganan perilaku
siswa?
2. Seperti apa rancangan pengelolaan perilaku siswa dengan teknik token
economy terkait dengan hasil pemotretan yang dilakukan?
3. Bagaimanakah prosedur pelaksanaan program pengelolaan perilaku siswa
diterapkan berdasarkan siklus-siklus dalam penelitian tindakan partisipatori?
4. Seperti apa hasil atau perubahan yang diperoleh dalam kemampuan
mengelola perilaku berdasarkan penerapan program pengelolaan perilaku
siswa melalui teknik token economy?
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa
penerapan teknik token economy dapat mengembangkan kemampuan mengelola
perilaku bagi siswa sekolah dasar.
1.3.2 Tujuan Khusus
Penelitian ini berupaya untuk melihat permasalahan secara lebih dalam
terkait dengan kemampuan siswa dalam mengelola perilaku. Secara khusus
penelitian ini dilakukan untuk :
1) Menganalisis proses dan hasil yang diperoleh melalui pemotretan atau
gambaran perilaku siswa di SDN 01 Mampang, Pancoran Mas.
2) Membuat rancangan pengelolaan perilaku siswa di SDN 01 Mampang,
Pancoran Mas dengan menggunakan teknik token economy.
3) Menerapkan program pengelolaan perilaku di SDN 01 Mampang, Pancoran
1.4Manfaat/ Signifikansi Penelitian
Hasil penelitian ini memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun
praktis terkait dengan kemampuan siswa dalam mengelola perilaku.
1.4.1 Manfaat/ signifikansi dari segi teori
Penelitian ini memberikan manfaat terkait dengan penggunaan pendekatan
behavioral yang menjadi landasan penelitian, sebagai berikut;
1) Temuan hasil penelitian ini dapat memverifikasi dan memvalidasi teknik
token economy sebagai salah satu teknik dalam pendekatan behavioral terkait
dengan penerapannya dalam mengembangkan kemampuan mengelola
perilaku bagi siswa sekolah dasar.
2) Temuan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam
perkembangan di bidang bimbingan dan konseling, khususnya dalam
membantu pengelolaan perilaku siswa di sekolah.
1.4.2 Manfaat/ Signifikansi dari segi praktik
Secara praktik, penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan personil
yang terlibat di dalam penelitian.
1) Manfaat praktis bagi guru adalah dapat memperoleh alternatif model penangan
perilaku yang memudahkan mereka dalam memonitor perilaku yang
ditunjukkan oleh siswa.
2) Manfaat praktis bagi sekolah adalah dapat memperoleh suatu sistem
pengelolaan perilaku yang dapat dilaksanakan, diamati dan
dipertanggungjawabkan melalui rangkaian evaluasi.
3) Temuan penelitian ini juga membuka peluang bagi munculnya
penelitian-penelitian baru yang dapat mengkaji pengelolaan perilaku siswa dengan
pendekatan behavioral
1.5Struktur Organisasi Tesis
Penulisan tesis ini terdiri dari lima bab. Berikut adalah penjelasan
mengenai pembagian lima bab tersebut:
1) Bab I merupakan bagian pendahuluan yang memuat hal mengenai latar
signifikansi penelitian yang mencakup teori, kebijakan, praktik, isu serta
tindakan yang akan dilakukan
2) Bab II merupakan bagian kajian pustaka yang menjelaskan kajian teori
mengenai teknik token economy dan pengelolaan perilaku, meliputi
pengertian, indikator, faktor yang mempengaruhi penerapan teknik tersebut
terkait dengan karakteristik sasaran penelitian yaitu siswa sekolah dasar.
3) Bab III merupakan bagian yang menjelaskan metode penelitian, meliputi
desain penelitian, partisipan, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan
analisis data.
4) Bab IV memaparkan temuan dan pembahasan, meliputi penjelasan mengenai
temuan penelitian berdasarkan hasil pemotretan, pengolahan data, rancangan
program, dan evaluasi, serta pembahasan temuan penelitian untuk menjawab
pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.
5) Bab V memuat kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi dengan menyajikan
penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian
sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian pengembangan kemampuan mengelola perilaku dengan teknik
token economy ini menggunakan penelitian tindakan sebagai metode penelitian
untuk memperoleh hasil sesuai dengan tujuan penelitian. Pemilihan metode
penelitian tindakan didasarkan atas beberapa pertimbangan bahwa penelitian
tindakan merupakan upaya untuk menyelesaikan masalah (Tomal, 2010, hlm.10),
fokus pada masalah nyata (Creswell, 2012, hlm. 577), menekankan pada refleksi
dan siklus penelitian (Allen & Calhoun, 1998, dalam Creswell, 2012, hlm. 577),
dan memberikan kesempatan untuk berkolaborasi (Creswell, 2012, hlm. 577).
3.2 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah penelitian
tindakan partisipatif (Participatory Action Research). Desain ini dipilih karena
penelitian tindakan partisipatif memberikan kontribusi terhadap perubahan
(Creswell, 2008 hal. 602) dan melibatkan individu dari kalangan akademisi dan
praktisi (McTaggart, 1997, hlm.29). Disain penelitian tindakan partisipatif
menggunakan sebuah siklus spiral yang dikemukakan oleh Kemmis dan
McTaggrat, seperti pada Gambar 3.1
Arikunto (2002, hlm. 83) menjelaskan alur yang dikemukakan oleh
Kemmis & McTaggart sebagai berikut.
1) Perencanaan awal. Sebelum mengadakan penelitian, peneliti menyusun
rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di
dalamnya instrumen penelitian.
2) Perlakuan dan pengamatan. Langkah ini meliputi tindakan yang dilakukan oleh
peneliti sebagai upaya membangun pemahaman dan mengamati hasil atau
3) Refleksi. Pada langkah ini peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan
hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan berdasarkan instrumen
penelitian.
4) Revisi perencanaan. Langkah ini merupakan tindak lanjut berdasarkan hasil
refleksi yang dilakukan peneliti bersama dengan partisipan penelitian lainnya.
Langkah ini memperbaiki rencana yang akan dilaksanakan pada siklus
berikutnya.
Gambar 3.1 Spiral Penelitian Tindakan
3.3 Tempat, waktu, dan Partisipan Penelitian 3.3.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 1 Mampang Kecamatan
Pancoran Mas, Kota Depok. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan dengan beberapa
pertimbangan bahwa Kecamatan Pancoran Mas adalah salah satu kecamatan di
kota Depok yang menjadi wilayah dengan warga miskin terbanyak (Habibullah,
2010, hlm. 13) dan SDN 01 Mampang memiliki jumlah siswa yang cukup besar
3.3.2 Waktu penelitian
Penelitian tindakan partisipatif mengenai pengembangan kemampuan
mengelola perilaku disiplin dengan teknik token economy ini dilakukan sejak
tanggal 6 April 2015 sampai dengan 12 Juni 2015. Berikut adalah kegiatan yang
dilakukan peneliti selama kurun waktu tersebut.
1) Mengajukan permohonan izin melakukan penelitian. Kegiatan ini dilakukan
pada hari Senin tanggal 6 April 2015. Peneliti mengajukan permohonan izin
penelitian di beberapa sekolah yang berada di kecamatan Pancoran Mas,
Depok, yaitu SDN 1 Pancoran Mas, SDN 2 Pancoran mas, SDN 7 Pancoran
Mas, dan SDN 01 Mampang. Dari keempat sekolah tersebut, SDN 01
Mampang memberikan respon postif dengan memberikan izin kepada peneliti
untuk melakukan penelitian.
2) Melakukan pemotretan masalah. Kegiatan ini meliputi proses wawancara dan
observasi. Wawancara dengan wali kelas 4D dilakukan pada hari Rabu, 8
April 2015 pukul 10.00 s/d 11.00 WIB bertempat di ruang rapat SDN 01
Mampang. Sementara observasi dilakukan pada hari Selasa, 14 April 2015
pukul 13.00-15.00 saat pelajaran Kerajinan Tangan dan Keterampilan (KTK)
di ruang kelas 4D.
3) Mensosialisasikan hasil interpretasi kepada wali kelas. Kegiatan ini dilakukan
pada hari Senin tanggal 27 april 2015 pukul 10.00 s/d 11.00 WIB.
4) Memberikan pelatihan dan membuat prosedur teknis program. Kegiatan ini
dilakukan pada hari Rabu, 6 Mei 2015 pukul 10.00 s/d 12.00 WIB.
5) Mensosialisasikan program kepada siswa. Kegiatan ini dilakukan pada hari
Selasa 12 Mei 2015 di ruang kelas 4D.
6) Melaksanakan siklus penelitian. Siklus dalam penelitian ini dilakukan
sebanyak tiga kali putaran sejak tanggal 18 Mei 2015 s/d 12 Juni 2015. Siklus
pertama dilakukan pada tanggal 18–22 Mei 2015, siklus kedua dilakukan
3.3.3 Partisipan Penelitian
Partisipan penelitian tindakan parsipatoris ini adalah satu orang wali kelas
dan 38 orang siswa kelas 4D SDN 01 Mampang. Keterlibatan subyek tersebut
tidak terlepas dari keputusan kepala sekolah yang memberikan izin untuk
penelitian ini. Kepala sekolah memilih kelas 4D berdasarkan kriteria yang
diberikan oleh peneliti, yaitu kelas dengan karakteristik siswa bermasalah.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian tindakan partisipatif ini merupakan alat untuk
mengungkap perubahan perilaku siswa sekolah dasar dalam menerapkan teknik
token economy terutama untuk target perilaku yaitu perilaku disiplin di dalam
kelas. Data-data yang akan diungkap dalam penelitian ini meliputi:
1) Kondisi awal perilaku disiplin siswa.
2) Kemampuan siswa dalam mengelola perilaku dengan menerapkan teknik token
economy.
3) Perubahan perilaku disiplin siswa setelah menerapkan teknik token economy.
Instrumen penelitian ini melibatkan partisipasi aktif dari partisipan dalam
memberikan data yang dibutuhkan. Hal tersebut sesuai dengan hakikat penelitian
tindakan partisipatif yaitu melibatkan partisipan secara langsung dalam penelitian
tanpa dibatasi oleh sudut pandang peneliti (Creswell, 2008, hlm. 212). Oleh sebab
itu, peneliti menentukan sejumlah instrumen sebagai upaya untuk mendapatkan
data yang relevan dengan kebutuhan penelitian. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu panduan observasi, panduan wawancara, dan studi
dokumentasi. Ketiga instrumen tersebut mengacu pada aspek disiplin yang
menjadi target perilaku dan proses pengelolaan perilaku yang menjadi kajian
dalam penelitian. Berikut adalah penjelasan mengenai aspek disiplin dan proses
pengelolaan perilaku.
1) Disiplin
Hurlock (1978, hlm. 84) menyatakan bahwa disiplin mempunyai empat
yang ditetapkan kelompok sosial. Berikut adalah empat unsur mendasar dalam
pembentukan disiplin bagi anak yang dikemukakan oleh Hurlock.
2) Proses Pengelolaan Perilaku
Proses pengelolaan perilaku menjadi indikator yang sangat penting bagi
keberhasilan penelitian ini. Berikut adalah tiga proses dalam pengelolaan perilaku
yang dikemukakan oleh Horan (1977).
Tabel 3.2
mengobservasi kejadian atau peristiwa tertentu merupakan sebuah cara untuk
melihat dan mendengar secara langsung perihal yang sedang terjadi ketimbang
bergantung pada orang lain. Salah satu keunggulan menggunakan observasi
langsung adalah kemampuan peneliti untuk menjadi yang pertama dalam
memperoleh informasi yang aktual (Tomal, 2010, hlm. 38). Penelitian tindakan
partisipatif ini menggunakan lembar observasi dengan acuan target perilaku awal
yaitu ketertiban di dalam kelas, namun tidak menutup kemungkinan target
tersebut akan dirubah atau dikembangkan berdasarkan hasil pemotretan yang
dilakukan oleh peneliti dan guru di awal penelitain.
Peneliti dan guru berperan sebagai pengamat partisipan (participant
observer), yaitu pengamat yang berinteraksi dengan subyek penelitian saat
observasi (observational protocol) sebagai upaya untuk memberikan fokus pada
saat melakukan observasi berdasarkan topik yang menjadi perhatian.
Peneliti juga menggunakan catatan anekdot sebagai pelengkap kegiatan
observasi. Catatan anekdot adalah catatan lapangan dari pengamatan langsung dan
dapat ditransfer ke dalam bentuk yang luwes (tidak formal) (Tomal, 2010, hlm.
41). Peneliti menggunakan catatan lapangan ini untuk tambahan informasi
mengenai segala yang terjadi pada saat pengamatan, terutama perilaku alami yang
ditunjukkan oleh siswa selama waktu pengamatan dilakukan. Secara garis besar,
panduan observasi akan membantu peneliti dalam mengamati perilaku yang
ditunjukkan oleh siswa terkait dengan kemampuan mereka dalam mengelola
perilaku.
3.4.2 Wawancara
Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini merupakan pemotretan
awal mengenai kondisi lapangan, pengelolaan perilaku dan untuk mengetahui
respon atau tanggapan partisipan terhadap proses penerapan pengembangan teknik
token economy dalam program pengelolaan perilaku. Tomal (2010, hlm. 44)
mengemukakan bahwa teknik wawancara memiliki keunggulan dengan
memberikan kesempatan kepada pewawancara untuk terlibat lebih dalam dari
diskusi yang dilakukan bersama dengan partisipan, yang biasanya akan
memberikan informasi yang lebih berguna dan lebih banyak.
Jenis wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti adalah one-on-one
interview. Creswell (2012, hlm. 218) menyatakan bahwa jenis wawancara one-on
one adalah sebuah proses pengajuan pertanyaan oleh peneliti kepada partisipan
pada satu waktu. Jenis tersebut dipilih agar peneliti dapat memperoleh data yang
lebih spesifik dari partisipan.
Peneliti melengkapi teknik wawancara dengan membuat lembar pedoman
wawancara. Creswell (2012, hlm. 225) menerangkan bahwa lembar pedoman
wawancara merupakan sebuah formulir yang dirancang oleh peneliti berisikan
petunjuk-petunjuk untuk melakukan proses wawancara, pertanyaan-pertanyaan
Peneliti menggunakan lembar pedoman wawancara (interview protocol)
sebagai upaya untuk memfokuskan peneliti pada pertanyaan-pertanyaan yang
terkait dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, terutama untuk potret
perilaku siswa di SDN 01 Mampang. Peneliti melaksanakan wawancara pada
bagian awal penelitian. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai
situasi dan kondisi nyata yang berlangsung di tempat penelitian. Berikut adalah
aspek-aspek yang menjadi fokus wawancara pada penelitian ini berdasarkan
konsep pengelolaan perilaku yang dikemukakan oleh Horan (1977).
3.4.3 Dokumentasi Perilaku Siswa
Berikut adalah empat buah dokumen yang dibuat peneliti sebagai media
bantu untuk memantau perkembangan perilaku siswa.
3.4.3.1Profil perilaku siswa.
Dokumen ini berupa lembar formulir yang di dalamnya terdapat pertanyan
yang memberikan gambaran awal mengenai karakteristik perilaku siswa dan akan
digunakan juga untuk membandingkan perilaku disiplin sebelum dan setelah
menjalani program penerapan teknik token economy. Lembar ini diisi oleh wali
kelas dengan pertimbangan kedekatan wali kelas dengan subyek penelitian.
3.4.3.2Kartu catatan perilaku siswa.
Dokumen ini merupakan catatan dari setiap perilaku yang ditunjukkan
oleh siswa dan dilakukan secara mandiri oleh siswa dengan bantuan dari wali
kelas. Dokumen ini berguna untuk menunjukkan dominasi perilaku siswa dengan
cara mengakumulasi poin yang tercatat dalam kartu pada akhir minggu.
3.4.3.3Lembar refleksi perilaku mingguan
Dokumen ini berupa lembar isian yang di dalamnya terdiri dari klasifikasi
perilaku, yaitu kurang, cukup, dan baik serta pernyataan mengenai perilaku yang
masih perlu diperbaiki dan target perilaku yang akan dicapai. Dokumen ini
digunakan siswa untuk mengevaluasi perilaku yang mereka tunjukkan dengan
cara merefleksikannya dan membuat rencana tindakan untuk satu minggu
3.4.3.4Lembar refleksi wali kelas
Dokumen ini berupa lembar isian yang di dalamnya terdiri dari beberapa
pertanyaan terkait dengan proses perencanaan program, pelaksanaan, dan hasil
yang diperoleh. Dokumen ini diisi oleh wali kelas berdasarkan pengalaman dan
pengamatan yang dilakukannya selama kurun waktu satu minggu pelaksanaan
program.
3.5 Analisis Data
Naughton & Hughes (2009, hlm. 172) mendefinisikan analisis data
sebagai proses mengorganisasikan dan menyaring data, kemudian meninjau dan
memetakan pola atau sifat-sifat yang teratur dalam data sebagai upaya untuk
menginterpretasikannya. Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara
deskriptif dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Melakukan reduksi yaitu mengecek dan mencatat kembali data-data yang telah
terkumpul.
2) Melakukan interpretasi, yaitu menafsirkan data yang diwujudkan dalam bentuk
pernyataan.
3) Melakukan inferensi yaitu menyimpulkan, bilamana terdapat peningkatan
perilaku dibanding sebelum dilakukannya penelitian.
4) Tahap tindak lanjut, yaitu merumuskan langkah-langkah perbaikan siklus
berikutnya atau dalam pelaksanaan di lapangan setelah siklus berakhir
berdasarkan informasi yang telah ditetapkan.
5) Pengambilan kesimpulan berdasarkan analisis hasil observasi dalam bentuk
interpretasi dan pernyataan.
3.6 Kredibilitas penelitian
Kredibilitas adalah istilah dalam penelitian kualitatif yang digunakan
untuk mengganti konsep validitas. Poerwandari (1998, hlm. 116) menyatakan
bahwa kredibilitas studi kualitatif terletak pada keberhasilannya mencapai maksud
mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan latar, proses, kelompok sosial atau
Kredibilitas penelitian ini diperoleh melalui dua proses, yaitu ketekunan
dalam melakukan pengamatan dan menggunakan dua buah teknik triangulasi,
yaitu triangulasi sumber data dan triangulasi teori. Triangulasi sumber data
menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, hasil wawancara, dan hasil
observasi. Triangulasi teori merupakan penggunaan berbagai teori yang berlainan
untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan telah memenuhi syarat.
Sementara kredibilitas instrumen penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu
penilaian dari dosen pembimbing dan expert judgement yang dilakukan oleh salah
satu dosen bimbingan dan konseling di Universitas Negeri Jakarta.
3.7 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini mengikuti alur penelitian tindakan, yaitu
perencanaan, tindakan dan pengamatan, merefleksi, dan merencanakan ulang.
Sebelum peneliti menerapkan siklus yang menjadi alur penelitian, peneliti
melakukan sebuah tindakan penelitian pendahuluan (baseline) sebagai upaya
untuk memotret kondisi awal, mempersiapkan peneliti dan partisipan terkait
dengan pemahaman, media dan hal teknis yang digunakan dalam penelitian ini.
Berikut adalah rancangan penelitian pendahuluan dan siklus yang dilakukan
dalam penelitian ini.
3.7.1 Tahap Pendahuluan Penelitian (Baseline)
Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa tindakan untuk mendapatkan
karakteristik responden dan data penelitian yang tepat. Berikut adalah
kegiatan-kegiatan yang dilakukan peneliti selama tahap pendahuluan.
1) Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.
2) Mengajukan permohonan izin melakukan penelitian.
3) Melakukan analisis kebutuhan (pemotretan) terhadap permasalahan yang
terjadi di tempat penelitian terkait dengan topik penelitian melalui wawancara
dan observasi.
4) Membuat interpretasi dari hasil pemotretan dan merancang program
5) Mensosialisasikan rancangan program kepada pihak manajemen sekolah dan
wali kelas yang terlibat dalam program.
6) Menentukan prosedur teknis program (aturan akumulasi token dan evaluasi)
7) Mempersiapkan media yang digunakan untuk penelitian (token, wadah token,
kartu catatan perilaku, dan daftar perilaku).
8) Memberikan pelatihan kepada wali kelas yang terlibat dalam program
mengenai hakikat dan penerapan program.
9) Mensosialisasikan program kepada siswa yang menjadi sasaran program
penelitian.
3.7.2 Tahap Pelaksanaan Siklus Penelitian
1) Perencanaan
a) Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil.
b) Wali kelas bersama dengan siswa menentukan hadiah yang dapat ditukar
dengan token kelompok.
c) Setiap kelompok diberikan token sesuai dengan jumlah anggota.
d) Setiap siswa mendapatkan kartu catatan perilaku.
2) Perlakuan dan Pengamatan
a) Wali kelas memberikan respon terhadap perilaku yang ditunjukkan oleh
siswa.
b) Siswa mengikuti proses pembelajaran yang disertai dengan kontrol perilaku
melalui token.
c) Peneliti melakukan pengamatan dan membuat catatan mengenai proses yang
terjadi terkait dengan pelaksanaan program.
3) Refleksi
a) Peneliti dan wali kelas mengakumulasi token.
b) Wali kelas memberikan hasil akumulasi kepada siswa.
c) Siswa melakukan refleksi pribadi dengan mengisi lembar evaluasi perilaku
d) Wali kelas dan peneliti mengevaluasi proses penerapan program guna
melihat pencapaian target program dan menentukan tindak lanjut bagi siklus
berikutnya.
3.7.3 Siklus Kedua
Siklus ini dilakukan berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus
pertama. Siklus ini memiliki tahapan yang sama dengan siklus pertama, yaitu
perencanaan, perlakuan dan pengamatan, dan refleksi. Pada tahapan akhir, jika
target program telah tercapai maka siklus akan dihentikan. Namun, jika belum
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
5.1 Simpulan
Pemotretan masalah yang dilakukan peneliti pada awal penelitian ini
menemukan data bahwa siswa kelas 4D memiliki masalah perilaku disiplin, yaitu
mengobrol, jalan keliling kelas saat pelajaran berlangsung, sering tidak masuk
masuk sekolah, berkata tidak sopan, dan tidak mengerjakan tugas/PR. Perilaku
tersebut seringkali mengganggu jalannya proses belajar mengajar. Melalui
program penelitian ini, peneliti dan wali kelas memberikan intervensi kepada
siswa dengan menggunakan teknik token economy untuk mengatasi perilaku tidak
disiplin tersebut. Berdasarkan akumulasi kartu catatan perilaku, refleksi perilaku
siswa dan refleksi wali kelas, ditemukan data bahwa perilaku disiplin mengalami
peningkatan sejak pelaksanaan siklus pertama dilakukan sampai dengan siklus
ketiga dan berhasil menurunkan perilaku tidak disiplin yang ditemukan pada
penelitian pendahuluan. Maka dapat disimpulkan bahwa bahwa teknik token
economy berhasil mengembangkan kemampuan siswa dalam mengelola perilaku
disiplin.
Keberhasilan tersebut terjadi karena beberapa hal, yaitu adanya
pengawasan oleh teman sebaya dalam kelompok dan kompensasi berupa hadiah
yang diputuskan bersama oleh siswa. Pengawasan yang diberikan oleh teman
sebaya mampu membuat siswa mengantisipasi perilaku tidak disiplin. Sementara
hadiah mingguan yang diberikan kepada kelompok dengan token terbanyak
menjadi motivasi setiap kelompok, yang harus dijaga oleh setiap siswa.
5.2 Implikasi
Temuan penelitian ini memiliki implikasi penting terhadap pengelolaan
perilaku siswa dan pengelolaan kelas. Untuk mengatasi permasalahan perilaku
tidak disiplin, siswa memerlukan sistem yang memberikan peluang kepada
mereka untuk terlibat secara mandiri dan motivasi eksternal yang konkret. Token
hadiah sebagai penukaran perilaku positif yang diwakili oleh token. Kemandirian
perlu menjadi pertimbangan penting dalam mengelola perilaku agar siswa
mendapatkan pengalaman nyata perihal konsekuensi atau kompensasi yang
mereka dapatkan dari setiap perilaku yang mereka lakukan.
Teknik token economy juga membantu guru dalam proses pengelolaan
kelas. Dengan teknik ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanggung jawab penuh terhadap perilakunya. Peran guru sebagai pengawas
masih diperlukan terutama untuk anak usia sekolah dasar. Hal tersebut perlu
dilakukan untuk menjaga konsistensi siswa dalam mengelola perilakunya.
Token economy sebagai teknik penanganan masalah dalam pendekatan
behavioral biasa diterapkan dalam layanan bimbingan dan konseling baik secara
individu maupun kelompok. Penerapan teknik token economy dalam penelitian ini
memberikan bukti bahwa penanganan perilaku bermasalah berbasis bimbingan
dan konseling dapat diterapkan di sekolah tanpa penanganan langsung dari tenaga
bimbingan dan konseling. Namun perlu diperhatikan konsistensi dari setiap pihak
dalam menerapkan setiap prosedur teknik token economy dengan benar.
5.3 Rekomendasi
Prosedur yang dijalani selama penelitian dan temuan yang diperoleh dari
penelitian ini merekomendasikan beberapa hal berikut.
Teknik token economy memberikan kemudahan bagi guru. Teknik token
economy memiliki prosedur sederhana yang dapat dipahami dengan mudah oleh
penggunanya. Oleh sebab itu, penggunaannya di dalam kelas akan membantu baik
guru maupun siswa dalam menjaga ketertiban dan menegakkan kedisiplinan.
Penggunaan teknik token economy memberikan kesempatan yang lebih besar
kepada siswa untuk mengelola perilaku, sehingga guru tidak perlu menghabiskan
energinya untuk mengkontrol perilaku siswa dan bisa lebih fokus dalam
menyampaikan materi pelajaran.
Teknik token economy memberikan standar dalam kebijakan perilaku
sekolah. Penggunaan teknik token economy dalam lingkup sekolah akan
dan mudah dievaluasi. Hal tersebut akan membantu warga sekolah dalam
menunjukkan standar perilaku yang diharapkan. Keseragama perlakuan akan
membantu para guru dalam menangani permasalahan perilaku baik yang terjadi di
dalam kelasnya maupun di kelas lainnya.
Teknik Token economy memberikan ruang bagi peneliti. Teknik token
economy tidak hanya berhasil dalam membantu pengelolaan perilaku disiplin.
Teknik ini juga memiliki peluang untuk mengatasi permasalahan lain, seperti
motivasi yang rendah, hasil belajar yang rendah, penanganan gangguan belajar,
dan permasalahan lainnya yang membutuhkan pembiasaan dan konsistensi. Oleh
sebab itu, bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengunakan teknik token
economy dapat memilih dan mengkaji permasalahan-permasalahan tersebut untuk
memperkaya wawasan praktisi dan akademisi pendidikan khususnya di bidang
DAFTAR PUSTAKA
Andina, E. (2014). Budaya kekerasan antar anak di sekolah dasar. Info singkat
kesejahteraan sosial Vol. VI, No.09/I/P3DI/Mei/2014. Diakses dari:
http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info%20Singkat-VI-9-I-P3DI-Mei- 2014-63.pdf
Alberto & Troutman. (2008). Applied behavior analysis for teachers, 8th edition.
Prentice Hall.
Arikunto, S. (2008). Penelitian tindakan kelas. Jakarta. Bumi Aksara
A’isah, dkk. (2010). Pengaruh penerapan metode modifikasi perilaku token
economy terhadap regulasi diri siswa peserta mata pelajaran matematika.
Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Diakses dari: http://eprints.undip.ac.id/11097/1/JURNAL_ANITA_AISAH_
M2A605006.pdf
Bhattacharjee, R & Roy, A. D. (2014). Role of teachers in shaping behavior of management students in the educational institution. Indian journal of
research volume: 3, issue: 4. Diakses dari: http://theglobaljournals.com/
paripex/file.php?val=April_2014_1397566751_01068_48.pdf
Burley, R. & Waller, R.J. (2005). Effects of a collaborative behavior management plan on reducing disruptive behaviors of a student with ADHD. Teaching
Exceptional Children Plus, 1(4) Article 2. Diakses
dari:http://escholarship.bc.edu/education/tecplus/vol1/iss4/2
Carr, dkk. (2005). Token economy. Encyclopedia of behavior modification and
cognitive behavior therapy - Volume 2: Child clinical applications (pp.
1075-1079). Thousand Oaks, CA: Sage. Diakses dari: http://www.auburn.edu/~lal0011/8550/CFR2005.pdf
Chevalier, N. T. (2012). The token economy: reducing the disruptive and off-
task behavior. Graduate School of Education, City University of Seattle.
Diakses dari: http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED534397.pdf
Cholewa, dkk. (-). Decreasing elementary school children’s disruptive behaviors:
a review of four evidence-based programs for school counselors. Diakses
dari: http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ885036.pdf
Collins, J. (2010). 6 easy steps to improve your child’s school behavior. Bradley.
Combs, dkk. (1977). Behaviorism and humanism: a synthesis. Diakses dari: http://ocw.metu.edu.tr/pluginfile.php/9046/mod_resource/content/1/el_ 197710_combs.pdf
Copple, C. & Bredekamp, S. (2009). Developmentally Appropriate Practice in
Early Childhood Programs Serving Children from Birth through Age 8.
Washington. National Association for the Education of Young Children.
Craswell, J. W. (2008). Educational research; planning, conducting, and
evaluating quantitative and qualitative research-third edition. New Jersey.
Pearson Education, Inc.
Denzin, N. K. & Lincoln, Y. S. (2007). Strategies of qualitative Inquiry, Third
Edition. Thousand Oaks, CA. SAGE Publications.
Doll, dkk. (2013). The token economy: a recent review and evaluation.
International Journal of Basic and Applied Science, Vol. 02, No. 01, July 2013, pp. 131-149. Diakses dari:
http://insikapub.com/Vol-02/No-01/12IJBAS%282%29%281%29.pdf
Filcheck, H. A. & McNeil, C. B. (2004). The use of token economies in
preschool classrooms: practical and philosophical concerns. Journal of
Early and Intensive Behavior Intervention, Volume I, Issue 1. Diakses
dari: http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ848682.pdf
Goldstein, S & Naglieri, J. A. (2011). Encyclopedia of child behavior and
development. Springer US
Habibullah. (2010). Sebaran masyarakat miskin dan program bantuan langsung tunai (BLT) bagi rumah tangga sasaran di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok, Jawa Barat. Sosiokonsepsia: Jurnal penelitian dan pengembangan
kesejahteraan sosial. Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kesejahteraan Sosial.
Hall, C dan Lindzey, G. (1993). Psikologi Kepribadian 3, Teori-teori Sifat dan
Behavioristik. Yogyakarta.Kanisius.
Horan J. J. (1977). Counseling for effective decision making. Diakses dari: http://horan.asu.edu/cfedm/chapter1.php
Hughes, C & Llyod, J. W. (1993). An analysis of self-management. Journal of
Behavioral Education Volume 3, Issue 4, pp 405-425. Diakses dari:
http://link.springer.com/article/10.1007/BF00961544#page-1
Hutchison E. D. (2011). Dimensions of human behavior: the changing life
course, 4th edition. Sage publication, inc.
Kappel, dkk. (2012). From Behavior Management to Positive Behavioral
Supports:Post-World War II to Present. Diakses dari:http://mn.gov/mnddc
/positive_behavior_supports/pdf/From-Behavior-Management-to-Positive-Behavioral-Supports.pdf
Kazdin, A. E. (1982). The token economy: a decade later. Journal of applied
behavior analysis number 3. Western psychiatric institute and clinic
University of pittsburgh school of medicine. Diakses dari: http://www.ncbi.nlm. nih.gov/pmc/articles/PMC1308287/pdf/jaba00041-0109.pdf
Klimas, A. & McLaughlin, T. F. (2007). The effects of a token economy system to improve social and academic behavior with a rural primary aged child with disabilities. International journal of special education vol 22 no 3. Diakses dari: http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ814513.pdf
LeBlanc, G. (2004). Enhancing intrinsic motivation through the use of a token
economy. Hunter College of the City University of New York. Diakses
dari: http://www.usca.edu/essays/vol112004/leblanc,pdf.pdf
Martella, dkk. (2012). Comprehensive behavior management individualized,
classroom, and schoolwide approaches second edition. Sage publication,
Inc. Diakses dari: http://www.sagepub.com/upm-data/40497_1.pdf
Martin, G. & Pear, J. (2010). Behavior modification: what it is and how to do it. Englewood Cliffs. NJ Pearson/Prentice Hall
Mcdaniel, T. R. (1984). Developing the skills of humanistic discipline the
association for supervision and curriculum development. Diakses dari:
http://www.ascd.org/ASCD/pdf/journals/ed_lead/el_198012_stahl.pdf
McDonnell, S. (2012). Implementation of token economies in school settings. Lynchburg College. Diakses dari:http://www.lynchburg.edu/sites/default /files/documents/GraduateStudies/special-ed-journal-art-2.pdf
McKevitt, B. C & Braaksma, A. D. (2008). Best practices in developing a
positive behavior support system at the school level. Best Practices in
School Psychology V Chapter 44, Volume 3. Heartland Area Education
Agency 11 (IA). Diakses dari: http://www.nasponline.org/publications /booksproducts/bp5samples/735_bpv89_44.pdf
McTaggart, R. (1997). Participatory action research: international contexts
Miltenberge R. G. (2008) Behavior modification: principles and procedures,
fourth edition. Thomson Learning, Inc
Mohr, dkk. (2009). Beyond point and level systems: moving toward child- centered programming. American Journal of Orthopsychiatry Volume 79,
No. 1, 8–18. American Psychological Association. Diakses dari:
http://www.newvisionwilderness.com/userfiles/file/Mohr%20et%20al%20 2009%20%283%29.pdf
Muro, J. J & Kottman, T. (1995). Guidance and counseling in the elementary and
middle school. Dubuque. Brown and Benchmark.
Naughton, G & Hughes, P. ( 2009). Doing action research in early childhood
studies. Berkshire. Open University Press
Nelson-Jones, R. (2011). Teori dan Praktik Konseling dan Terapi-edisi ke
empat. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
NSW Centre for Parenting and Research. (2004). The development of aggressive
behaviour in children and young people: implications for social policy, service provision, and further research. Sydney. Dept. of Community
Services. Diakses dari: http://www.community.nsw.gov.au/docswr/_assets /main/documents/aggression_discussionpaper.pdf
Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Jakarta. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia.
Rahmawati, K. R. (2013). Token economy untuk meningkatkan atensi pada anak
Attention Deficit Disorder. Procedia Studi Kasus dan Intervensi Psikologi 2013, Volume 1 (1), 36-40. Diakses dari: http://ejournal.umm.ac.id/index.
php/pskip/article/view/1374/1468
REPUBLIKA.CO.ID. (2014). Inilah kronologi kasus bully anak SD di
Bukittinggi. Diaksesdari:http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah
Skinner, B. F. (1953). Science And Human Behavior. Macmillan. New York
Skinner, B. F. (1938). The behavior of organisms an experimental analysis. D. Appleton-century company, inc. New York
Solehuddin, M. (2015). Strengthening character education in early childhood through guidance-based teaching. Dalam Yusuf & Rusmana (editor),
Proceeding of the international seminar and workshop on guidance and counseling (hlm. 325-334). Bandung. Departemen Psikologi dan
Bimbingan UPI.
Solihuddin, M. (2013). Dampak Kebijakan Sekolah Tentang Poin Pelanggaran
Tata Tertib Siswa dalam Membentuk Perilaku Siswa yang Berkarakter.
Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Volume 1, Nomor 1 Januari 2013,62-70. Diakses dari: http://ejournal.umm.ac.id/index.php/ jmkpp/article/view/1510/1611
Swain, E. E. (1974). B. F. Skinner and Carl R. Rogers on behavior and education.
Oregon ASCD curriculum bulletitin-08 no. 324. Diakses dari:
http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED098087.pdf
Wandersman, A. (-). Applying humanism, behaviorism, and a broader social
developmental view to understanding and researching the design process.
Nashville. Center for Community Studies, George Peabody College. Diakses dari: http://www.edra.org/sites/default/files/publications/
EDRA07-v1-Wandersman-09-20.pd
Taqiyya, U. I. (2013). Implementasi kebijakan penerapan sistem poin dalam
mengurangi tingkat pelanggaran siswa pada sma n 1 jekulo kudus (skripsi). Universitas Negeri Semarang. Diakses dari: http://lib.unnes.ac.id
/18483/1/3301409024.pdf
Thompson, C. L. & Henderson, D. A. (2007). Counseling children, seventh
edition. Thompson Brooks/Cole. Amerika Serikat.
Tomaka, A. (2009). Evaluation of a level system with a built in token economy to
decrease inappropriate behaviors of individuals with mental retardation.
Graduate School Theses and Dissertations. Diakses dari: http://scholarcommons.usf.edu/etd/53