• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. menyebabkan terjadinya tingkah laku atau perubahan untuk melaksanakan sesuatu hendaklah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. menyebabkan terjadinya tingkah laku atau perubahan untuk melaksanakan sesuatu hendaklah"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata “motive” yang mempunyai arti “dorongan”. Dorongan ini menyebabkan terjadinya tingkah laku atau perubahan untuk melaksanakan sesuatu hendaklah ada dorongan, baik dorongan dari dalam diri manusia maupun yang datang dari lingkungannya.

Skinner (slafin : 2009 : 144) mengemukakan bahwa motivasi adalah konsekuensi dari penguatan. Namun nilai tindakan penguatan bergantung pada banyak faktor dan kekuatan motivasi mungkin saja berada dari dalam diri siswa yang berbeda.

Partanto dan Al Barry (1994 : 486) mengartikan motivasi sebagai sokongan moril, alasan, tujuan tindakan. Hal ini identik dengan motivator yang diartikan sebagai pendorong, penggerak, pemberi semangat/sokongan moril, menganjur dan pemberi motivasi. Jika dikaitkan dengan kegiatan bimbingan, maka siswa berkedudukan sebagai objek motivasi (yang diberi motivasi) dan pemberi bimbingan adalah subjek motivasi (pemberi motivasi).

Motivasi adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak. Orang tidak mau bertindak seringkali disebut tidak memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar maupun dari dalam diri. Pada dasarnya motivasi itu hanya dua, yaitu untuk meraih kenikmatan atau menghindari rasa sakit atau kesulitan (http://www.pengertianmotivasi.com,2011. askes 21 Juni 2011).

Menurut Munandar (2006 : 378) motivasi adalah kecendurungan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar melakukan dengan tujuan tertentu, usaha-usaha yang menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya. Sedangkan menurut Eysenck (dalam Slameto, 2003: 170)

(2)

merumuskan motivasi sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsekuensi yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap dan sebagainya.

Menurut sardiman (2005 : 75) bahwa dapat juga dikatakan serangkaian untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka itu. Jadi itu motivasi itu dapat dirangsang oleh factor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang.

Menurut Mc.Donald (dalam Sadirman, 2005: 73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting yaitu.

Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam system “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

1. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa ”feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

2. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan,. Motivasi memang muncul dari dalam

(3)

diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan ,menyangkut soal kebutuhan.

Sedangkan menurut Umaedi dalam http://www.alatperaga.com. 2011. (online 25 Juni 2011). Motivasi adalah besarnya dorongan dari seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seorang siswa yang memiliki motivasi yang tinggi untuk mempelajari sesuatu akan bekerja keras dan mencurahkan sebagian besar energi dan waktunya untuk mempelajari sesuatu tersebut. sebaliknya seorang siswa yang tidak memiliki motivasi untuk mempelajari sesuatu, siswa tersebut akan hanya menggunakan sebagian kecil atau bahkan tidak sama sekali menggunakan energi dan waktunya untuk mempelajari sesuatu tersebut.

Lain halnya dengan suryabrata (dalam Zubaidah, dkk, 2005: 39) mengemukakan bahwa motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada saat tertentu. Sedangkan motif adalah keadaan dalam diri seseorang individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Begitu juga Winskel (dalam Zubaidah, dkk, 2005: 39) mengemukakan bahwa motif adalah daya penggerak di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya tujuan.

Berdasarkan pandangan pakar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar diri dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.

(4)

Di dalam kegiatan pembelajaran peran motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.

Menurut Sardiman (2005: 92-95) ada beberapa cara untuk menambahkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah.

1. Memberi angka; Angka dalam hal ini sebagai symbol dari nilai kegaiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik.

2. Hadiah; Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut. sebagai contoh hadiah yang akan diberikan untuk gambar terbaik akan menarik siswa yang tidak memiliki bakat menggambar.

3. Saingan/kompetisi; Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan ini banyak dimanfaatkan di dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.

4. Ego Involvement; Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup

(5)

penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.

5. Memberi ulangan; Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan jika merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas.

6. Mengetahui kelas; Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri setiap siswa untuk terus belajar, dengan satu harapan hasilnya terus meningkat.

7. Pujian; Apabila ada siswa yang sukses berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik.

8. Hukuman; Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijaksana menjadi alat motivasi. oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.

9. Hasrat untuk belajar; Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan ada maksud untuk belajar. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik memang ada motivasi untuk belajar, sehingga barang tentu hasilnya akan lebih baik.

10. Minat; Minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut: a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan

b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik

(6)

d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

11. Tujuan yang diakui; Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting hal ini karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

Sedangkan menurut Djamarah dan Zain (2007: 168-176) beberapa bentuk motivasi yang dapat guru gunakan guna mempertahakan minat anak didik terhadap bahan pembelajaran yang diberikan. Bentuk-bentuk motivasi yang dimaksud adalah:

1. Memberi angka; hal ini dimaksud sebagai simbol atau nilai dari aktivitas belajar siswa yang disesuaikan dengan hasil ulangan yang telah mereka peroleh dari hasil penilaian guru.

2. Hadiah; adalah sebagai penghargaan atau kenang-kenangan/cendera mata, hadiah ini diberikan tergantung dari keinginan si pemberi.

3. Pujian; pujian merupakan alat motivasi yang positif karena anak-anak senang diberikan pujian atas sesuatu pekerjaan yang telah selesai dikerjakannya dengan baik.

4. Gerakan tubuh; dalam hal ini dalam bentuk mimik yang cerah, dalam senyum, mengancungkan jempol, tepuk tangan, memberi salam, menaikan bahu, geleng-geleng kepala, dan lain-lain merupakan gerakan fisik yang dapat memberikan umpan balik dari anak didik.

5. Memberi tugas; adalah suatu pekerjaan yang menuntut pelaksanaan untuk diselesaikan. Guru dapat memberikan tugas kepada anak didik sebagai bagian yang tak dapat terpisahkan dari tugas belajar anak didik.

6. Memberi ulangan; merupakan suatu strategi yang penting dalam pengajaran. Sebab dengan ulangan yang diberikan kepada anak didik guru ingin mengetahui sampai dimana

(7)

dan sejauh mana hasil pengajaran yang telah dilakukannya dan sejauh mana tingkat penguasaan anak didik terhadap bahan yang telah diberikan dalam rentang waktu tertentu.

7. Mengetahui hasil; ingin mengetahui adalah suatu sifat yang sudah melekat didalam diri setiap orang. Jadi, setiap orang ingin mengetahui sesuatu yang belum diketahuinya. 8. Hukuman; adalah reinforcement yang negative, tetapi diperlukan dalam pendidikan.

Hukuman dimaksud disini tidak seperti hukuman penjara atau hukuman potong tangan. Tetapi adalah hukuman yang bersifat mendidik.

Berdasarkan pandangan pakar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi dalam belajar dapat dilakukan dalam bentuk: (1) memberi angka; (2) hadiah; (3) saingan/kompetisi; (4) ego involvement; (5) memberi ulangan; (6) mengetahui kelas; (7) pujian; (8) hukuman; (9) hasrat untuk belajar; (10) minat; (11) tujuan yang diakui.

2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Slameto (2010 : 54-71) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar diri individu.

a. Faktor internal

Dalam Faktor internal ini dikelompokan lagi menjadi tiga faktor yakni faktor jasmani, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Dari ketiga faktor tersebut dapat digolongkan lagi menjadi beberapa bagian antara lain :

(8)

2. Faktor psikologis yang terdiri dari intelegensi, perhatian , minat, bakat, motif kematangan dan kesiapan.

3. Faktor kelelahan dapat digolongkan menjadi dua yaitu kelelahan fisik(jasmani) dan kelelahan psikis (rohani)

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi dalam meningkatkan motivasi belajar dapat dikelompokan menjadi tiga faktor antara lain : faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan masyarakat, dan dari ketiga faktor tersebut dapat dijabarkan lagi menjadi beberapa bagian tertentu lagi antara lain:

1. Faktor keluarga

Keluarga merupakan hal yang terpenting dalam hidup dan kehidupan seorang anak termasuk memotivasi anak dalam belajar. Berkembang atau tidak seorang anak, faktor pertama dan utama yang menentukan adalah keluarga karena keluarga merupakan tumpuan harapan baik secara material maupun non material untuk menentukan kehidupannya dimasa yang akan datang. Faktor ini bisa berupa:

a. Cara orang tua mendidik b. Relasi anggota keluarga c. Suasana rumah

d. Keadaan ekonomi keluarga e. Pengertian orang tua f. Latar belakang kebudayaan 1. Faktor sekolah

(9)

Sekolah merupakan bagian terpenting setelah keluarga dalam memotivasi peserta didik dalam meningkatkan minat belajar. Sekolah merupakan jembatan yang dapat mengantarkan anak didik meraih dan menggapai cita-cita dimasa yang akan datang. Yang merupakan cakupan dari faktor ini adalah:

1. Metode mengajar 2. Kurikulum

3. Relasi guru dengan siswa 4. Relasi siswa sengan siswa 5. Disiplin sekolah

6. Alat atau media pelajaran 7. Waktu sekolah

8. Standar pelajaran 9. Keadaan gedung 10. Metode belajar

2. Faktor lingkungan masyarakat

Faktor lingkungan masyarakat juga merupakan hal terpenting yang dapat memotivasi minat belajar anak. Lingkungan dapat memberikan efek besar bagi perkembangan psikologis anak bisa berupa hal yang positif dan juga negatif. hal ini dikarenakan siswa merupakan kesatuan individual yang tak terpisahkan dengan lingkungan. Yang merupakan cakupan ini antara lain :

1. Kegiatan siswa dalam masyarakat 2. Media massa

(10)

3. Teman bergaul

2.4 Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Menurut Dimiyati dalam Mudjono (2009: 101-108) ada beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan motivasi belajar dalam pembelajaran, yaitu: (1) Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar, (2) mengoptimalkan unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran, (3) mengoptimalkan pemanfaatan pengalaman/kemampuan yang telah dimiliki dalam belajar, (4) mengembangkan cita-cita/aspirasi dalam belajar masing-masing upaya tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar

Ada beberapa prinsip yang harus dipedomani dalam belajar, prinsip tersebut adalah:

1. Prinsip perhatian dan motivasi belajar 2. Prinsip keaktifan belajar

3. Prinsip keterlibatan langsung pembelajaran 4. Prinsip pengulangan belajar

5. Prinsip perbedaan individu antara pembelajar

Kelima prinsip tersebut perlu diterapkan secara dioptimalkan agar pembelajaran mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar.

Ada dua cara dalam mengoptimalkan prinsip-prinsip pembelajaran tersebut yakni yang pertama, menyusun strategi-strategi sehingga prinsip-prinsip tersebut dapat diterapkan secara optimal. Strategi disini, dapat digali dari pandangan-pandangan dan temuan teoritik dan dapat pula dibagi dari kiat guru. Kedua, menjauhkan konstrain-konstrain (kendala-kendala) yang ditemui dalam mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar.

(11)

b. Mongoptimalkan Unsur-unsur Dinamis Belajar/Pembelajaran

Mengingat Unsur-unsur belajar dapat mempengaruhi motivasi, maka perlu dioptimalkan penerapannya. Pengoptimalan demikian perlu dilakukan, agar motivasi belajar juga berhubungan dengan keoptimalan perolehan belajar. Bagaimana cara mengoptimalkan unsur-unsur dinamis belajar?

Pertama , menyediakan secara kreatif berbagai unsur belajar. Pembelajaran tersebut dalam seting belajar secara kreativ perlu dilakukan, karena umumnya ketika tidak ada guru hanya menerima kondisi tersebut apa adanya sebagai contoh, peralatan pengajaran yang mungkin tidak tersedia atau tidak terjangkau dapat disediakan dengan merancang dengan sendiri bersama-sama dengan pembelajaran.

Kedua memanfaatkan sumber-sumber diluar sekolah sehingga keterbatasan yang sekolah dapat ditanggulangi. Hal demikian dapat dilakukan dengan banyak mengadakan kerjasama dengan sejumlah lembaga diluar sekolah bahkan diluar dunia pendidikan.

2.5 Peran Orang Tua Siswa Dalam Meningkatan Motivasi Belajar

Menurut Sunarto dan Hartono (2002 :193) keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anak dan remaja. Pendidikan keluarga lebih menekankan pada aspek moral dan pembentukan kepribadian dari pada pendidikan untuk menguasai ilmu pengetahuan. Dasar dan tujuan penyelenggaraan pendidikan keluarga bersifat individual, sesuai dengan pandangan hidup keluarga masing-masing, meskipun secara nasional bagi keluarga – keluarga bangsa Indonesia memiliki dasar yang sama, yaitu pancasila. Ada keluarga yang mendidik anaknya berdasarkan pada kaidah-kaidah agama dan melakukan proses pendidikan

(12)

dengan tujuan menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang soleh dan senantiasa bertaqwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga keluarga yang dasar dan tujuan pendidikan berorietasi pada kehidupan sosial ekonomi kemasyarakatan dengan tujuan untuk menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang produktif dan bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam pendidikan, anak-anak seharusnya mempunyai kebebasan sendiri untuk menentukan apa yang akan dipelajari apakah mereka mengejar studi akademik atau hanya sampai pada sekolah menengah sama halnya dengan pengembangan pengetahuan, kalau seorang anak ingin meningkatkan cadangan pengetahuannya, ia bisa terus belajar, kalau ia merasa cukup dengan pengetahuannya dan ingin bekerja seharusnya mereka diizinkan untuk bekerja. Namun orang tua harus mengetahui kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang anak untuk masa depan yaitu:

1. Mengenal sebanyak mungkin kemampuan berbahasa, yang nantinya berhubungan dengan orang lain. Di masa depan apabila tidak mengenal bahasa asing maka akan memiliki daya saing yang terkikis.

2. Pertimabangan. Pendidikan pengetahuan dapat diefektifkan dengan bantuan komputer. Hanya pertimbangan yang baiklah maka dapat mencegah seorang anak kehilangan arah dan teguh terhadap prinsip-prinsip yang dipegang seandainya di lingkungan yang tidak sehat. Peran orang tua dalam pendidikan di antaranya. a) Pembelajaran mandiri bagi anak maupun orang tua sendiri setelah anak besar. b) Mengubah peran dari melindungi penjadi penolong. c) Mengubah anggapan bahwa anak lemah ( Wen dalam Setyowati dan Arifani, 2011: 102).

(13)

Mudjiarto (dalam Setyowati dan Arifana, 2011: 102) peran orang tua perlu dilibatkan dalam kegiatan sekolah termasuk dukungan orang tua terhadap program dan tujuan yang ingin dicapai sekolah secara konsisten. Pengontrolan anak dapat ketat dan disiplin dalam keaktifan dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (PBM). Pelibatan orang tua tidak hanya bersifat bantuan dana saja namun program dan perencanaan partisipasi dan perencanaan partisipatori sekolah sehingga tercipta hubungan yang baik antara sekolah dan orang tua. Keberanian sekolah dibutuhkan untuk menggugah orang tua agar perlu memperhatikan sekolah anaknya dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswanya.

Partisipasi orang tua merupakan konsep yang multi dimensional. Isu definisi partisipasi orang tua berkembang dalam paradigma dibangun atas kepercayaan bahwa: (1) semua keluarga memiliki kekuatan/kelebihan; (2) orang tua dapat belajar teknik-teknik baru; (3) orang tua memiliki perspektif tentang pentingnya anak-anak; (4) sebagian besar orang tua benar-benar peduli pada anak-anaknya; (5) perbedaan budaya adalah shalih sekaligus berharga, dan; (6) terdapat berbagai bentuk keluarga dan legitimate (Jesse dan Map dalam Slameto dan Kriswandani, 2011: 6).

Sebagai konstruksi yang multi dimensi, model partsipasi orang tua menurut Bosse (dalam Slameto dan Kriswandani, 2011: 6) memiliki lima perspektif, yakni:

1. Behavioral; Penggunaan metode stimulan yang merangsang (pelajaran misalnya) agar orang tua berpartisipasi dalam memanfaatkan potensi lingkungan.

2. Social marketing; Penggunaan strategi komunikasi khususnya untuk menolong dan menjangkau orang tua.

(14)

4. Pragmatik; Kemampuan organisasi mengembangkan kesempatan untuk berpartisipasinya orang tua sesuai dengan kebutuhan orang tua anak.

5. Pemberdayaan Warga Negara; Peningkatan partisipasi orang tua dalam lima area organisasi yaitu: (a) menolong identifikasi kebutuhan; (b) latihan kepemimpinan; (c) bantuan keorganisasian; (d) mobilisasi berbagai sumber, dan (e) manajemen organisasi. Menurut Elliot dan Swap (dalam Slameto dan Kriswandani, 2011: 6-7) unsur penting peran orang tua adalah tanggung jawab keluarga maupun sekolah. Ditinjau dari variasi tanggung jawab ini dari paling tinggi tanggung jawab sekolah (sehingga rendah tanggung jawab orang tua) sampai yang setara tanggung jawa kedua belah pihak. Dengan demikian ada 4 model partisipasi orang tua yaitu: (1) Protective atau separate responsibilities; (2) school to home atau sequential responbilities; (3) curriculum erichment; (4) partnership atau school responsiblities. Adapun penjelasan keempat model tersebut adalah sebagai berikut.

1) Model protective atau separate responsibilities mengasumsikan bahwa keluarga dan sekolah masing-masing memiliki tanggung jawab yang saling terpisah dengan yang lain, maka dari itu akan menjadi paling efektif dan efisien jika keluarga maupun sekolah menangani tujuan, target dan kegiatannya masing-masing secara saling lepas. Tujuannya adalah melindungi sekolah dari gangguan dan campur tangan orang tua. Bukankah orang tua telah menyerahkan tanggung jawa pendidikan anaknya kepada sekolah. Sehigga sekolah harus mandiri dan terbebas dari intervensi orang tua dalam mendidik anak. Partisipasi orang tua dalam pengambilan keputusan atau kerja sama dengan pihak sekolah tidak ada/terjadi dalam model ini.

2) Model school to home transmision atau sequential responsibilities mengasumsikan bahwa keberhasilan anak didukung secara berkelanjutan oleh harapan dan nilai-nilai

(15)

antara keluarga atau rumah dan sekolah, sekalipun model ini menempatkan perlunya interaksi terus-menerus keluarga atau rumah dan sekolah, sekalipun model ini menempatkan perlunya interaksi terus-menerus keluarga dan sekolah, namun orang tua hanya memiliki input yang lebih kecil, walau begitu baik orang tua maupun guru mempunyai andil dalam tiap tahap perkembangan kritis anak yang berbeda.

3) Model curriculum berasumsi bahwa interaksi antara keluarga dan personel sekolah dapat mendukung kurikulum dan tujuan pendidikan. Tiap pihak mempunyai keahlian khusus berkaitan dengan kurikulum atau proses belajar mengajar dan pengajaran.

4) Model partnership atau shared responsibilities menekankan koordinasi dan kerja sama sekolah dan keluarga untuk mengembangkan komunkasi dan kolaborasi. Asumsinya sekolah dan keluarga lebih efektif jika informasi, nasehat, dan pengalaman dishared secara berkelanjutan di antara semua warga sekolah, keluarga dan masyarakat.

Sedangkan Harvard Family Research (dalam Slameto dan Kriswandani, 2011: 7-8) mengembangkan empat model partisipasi orang tua seperti berikut ini.

1) Model parenting practice; Keyakinan, sikap dan kegiatan-kegiatan orang tua untuk mendukung anaknya belajar baik disekolah maupun di rumah.

2) Model school family partnership; Didasarkan ide bahwa keluarga dan sekolah merupakan lingkungan yang mempengaruhi belajar anak, walau begitu sekolah mempunyai tanggung jawab utama untuk menjangkau orang tua dan masyarakat, maka perlu dikembangkan kemitraan antar pihak.

3) Model democratic participation; Partisipasi orang tua dapat artikan sebagai partisiapasi orang tua dapat berarti dalam kelembagaan masyarakat. Orang tua dan masyarakat

(16)

adalah pihak yang memiliki kekuatan sebagai agen pembaruan sosial dapat berpartisipasi secara efektif dalam reformasi sekolah (Manajemen Berbasis Sekolah) baik secara konfrontatif maupun kolaboratif.

4) Model school choice; partisipasi orang tua terkait dengan pilihan sekolah, sekolah mana yang dipilih orang tua untuk anaknya. Pemilihan sekolah dan program-programnya sesuai prinsip dasar menentukan partisipasi orang tua anak.

Menurut Ginberns & Harrison dalam Utami Munandar (1999: 71-72 ) menjelaskan bahwa Peran orang tua dalam memotivasi belajar dapat di lihat berdasarkan indikator sebagai berikut:

1. Orang tua sendiri menunjukan perhatian dalam menyediakan fasilitas belajar berupa buku bacaan yang bervariasi

2. Orang tua menciptakan lingkungan rumah yang kondusif dan harmonis dimana orang tua juga berperan aktif dalam kegiatan intelektual dalam meningkatkan daya minat dan daya pikir anak

3. Orang tua membangun hubungan kerja sama yang baik dengan pihak sekolah terutama guru dalam meningkatkan motivasi belajar anak

4. Orang tua mampu membangun komunikasi dengan anak sehingga anak dengan leluasa bisa mencurahkan masalah yang dihadapinya kepada orang tua tanpa takut sedikitpun.

Berdasarkan pandangan pakar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa partisipasinya orang tua sangat diperlukan karena sekolah merupakan partner orang tua dalam mengantarkan cita-cita dan membentuk pribadi siswa. Orang tua juga merupakan salah satu mitra sekolah yang dapat berpartisipasi dalam meningkatkan mutu pendidikan sekolah. Melalui orang tua kegiatan

(17)

belajar siswa di rumah dapat dicapai. Bahkan orang tua dapat menjadi bagian dari paguyuban para orang tua siswa yang dapat memberi masukan dan dukungan dalam merencanakan pengembangan sekolah.

Referensi

Dokumen terkait

Slide 7-3 Kecurangan Pengendalian internal Prinsip-prinsip aktivitas pengendalian internal Keterbatasan Setara kas Kas yang penggunaannya dibatasi Saldo kompensasi Membuat

a) Merumusan masalah yang akan dicari solusinya. Dalam penelitian ini masalah yang akan dicari solusinya adalah masih banyaknya guru yang kurang disiplin

Tujuan Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan umur panen pohon singkong yang paling efektif dalam menghasilkan kualitas silase karakteristik fisik, fermentatif, dan utilitas

Oleh karena alasan tersebut penulis memutuskan untuk memilih badan hukum penyedia jasa angkutan udara PT Lion Mentari Airlines sebagai tempat untuk melakukan penelitian

Berdasarkan data pada Gambar 1.4 dapat diketahui bahwa angka kejadian Plebitis pada bulan Januari - Maret 2015 bersifat fluktuatif yaitu mengalami penurunan pada bulan Februari dan

Dari gejala Gn, sistem akan memberikan pertanyaan gejala (Pn) yang harus dijawab oleh user, jika user menjawab [Ya] maka solusi (Sn) untuk memecahkan masalah troubleshooting

Adapun yang dimaksud dengan skenario adalah naskah televisi yang digunakan sebagai acuan utama.Suatu skenario sudah bisa disebut baik, jika memenuhi

Sistem pertanian merupakan aspek yang jelas dapat menghasilkan keuntungan bagi pertanian dan menjaga lingkungan hidup, termasuk pada sumber daya lahan tetapi hal ini