• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anastesi Lokal infiltrasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Anastesi Lokal infiltrasi"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anestesi berasal dari kata yunanian yang An berarti tidak atau tanpa, sedangkan Aesthētos yang berarti persepsi atau kemampuan untuk merasa. Secara umum berarti suatu tindakan yang menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Penggunaan istilah anestesi untuk pertama kali digunakan oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1948 yang menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara, karena anestesi adalah pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan.

Anestesi lokal merupakan salah satu tindakan medis yang sering dilakukan dalam kedokteran gigi. Anestesi lokal dilakukan untuk menghilangkan rasa nyeri secara lokal pada daerah yang diberikan anestetikum untuk periode yang singkat. Menurut Malamed SF, anestesi lokal dapat mengkontrol rasa nyeri dalam bidang kedokteran gigi. Penggunaan bahan anestesi lokal yang spesifik diharapkan dapat memberikan kenyamanan selama pasien menjalani perawatan dalam bidang kedokteran gigi.

Dalam bidang kedokteran gigi umumnya pada kasus-kasus operatif memerlukan anestesi sebagai pengontrol rasa sakit selama dilakukan perawatan.Suatu tindakan operatif akan terlaksana dengan baik jika ditunjang oleh teknik anestesi yang baik, selain itu juga diperlukan pemahaman operator mengenai hal-hal penting yang berhubungan dengan anestesi, misalnya reaksi-reaksi yang mungkin terjadi dan penanganannya, dosis maksimum suatu obat anestesi,persarafan gigi dan jaringan pendukungnya.

(2)

Anastesi injeksi yang pertama adalah ester lain dari PABA yaitu Procaine yang disintesa oleh Einhorn pada tahun 1905. Obat ini terbukti tidak bersifat adiksi dan kurang toksik dibandingkan kokain. Ester-ester lain telah dibuat termasuk Benzocaine, Dibucaine, Tetracaine dan Chloroprocaine, dan semuanya terbukti sedikit toksisitasnya, tetapi kadang-kadang menunjukkan sensitisasi dan reaksi alergi. (Rusda, 2004)

Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui jenis bahan anestesi lokal yang digunakan oleh dokter gigi dalam praktek sehari-hari. Sebuah survei mengenai jenis bahan anestesi lokal yang digunakan oleh dokter gigi dilakukan oleh Gaffen dan Haas selama tahun 2007. Keduanya menemukan bahwa lidokain dengan epinefrin 1:100.000 merupakan bahan anestesi lokal yang paling banyak digunakan oleh dokter gigi di Ontario yaitu 37,31%. Artikain dengan epinefrin 1:200.000 menduduki peringkat kedua dengan persentase penggunaan mencapai 27,04%.1 Survei lain yang dilakukan oleh Kirova dkk, pada bulan juni dan oktober 2003 dan pada bulan maret dan april 2004, menemukan bahwa dokter gigi di Bulgaria paling sering menggunakan Ubistesine yaitu sebanyak 52,27% diikuti pengunaan artikain sebanyak 43,18%. Lidokain hanya menempati peringkat ke-4 dengan persentase penggunaan 20,90%.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Corbett dkk pada dokter gigi di United Kingdom (UK) mengenai bahan anestesi lokal yang digunakan oleh dokter gigi yangtelah berpengalaman dan dokter lulusan baru (≤5 tahun) antara tahun 2002 dan tahun 2003, menemukan bahwa lidokain dengan epinefrin merupakan bahan anestesi lokal yang paling banyak digunakan dengan persentase penggunaan yaitu 94%. Prilokain dengan felipressin merupakan bahan anestesi lokal yang paling sering digunakan setelah lidokain dengan persentase penggunaan yaitu 74%. Artikain yang

(3)

banyak digunakan di Ontario dan Bulgaria hanya menempati tempat ketiga diikuti dengan mepivakain.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran pengetahuan tentang anestetikum lokal dalam kedokteran gigi.

2. Bagaimana pemilihan teknik dan bahan anestetikum lokal dalam kedokteran gigi. 3. Bagaimana komplikasi yang bisa terjadi dari pemakaian anastetikum lokal.

1.3 Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang penggunaan anestetikum lokal dalam kedokteran gigi.

2. Untuk mengetahui gambaran pemilihan penggunaan anestetikum lokal odalam kedokteran gigi

3. Untuk mengetahui komplikasi yang bisa terjadi dari pemakaian anastetikum lokal.

1.4 Manfaat Makalah

1. Sebagai evaluasi gambaran pengetahuan tentang penggunaan anestetikum lokal. 2. Sebagai informasi mengenai pemilihan penggunaan anestetikum lokal

3. Sebagai tambahan pengetahuan peneliti, dan sebagai bahan perbandingan antara praktek dan teori yang ada.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Anastesi Lokal Dalam Kedokteran Gigi

Istilah anestesi diperkenalkan pertama kali oleh O.W. Holmes yang artinya tidak ada rasa sakit. Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi lokal dan anestesi umum. Anestesi lokal adalah hilangnya rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran dan anestesi umum,

(4)

yaitu hilang rasa sakit disertai hilang kesadaran. Anestesi lokal didefinisikan sebagai kehilangan sensasi pada area tertentu dan terbatas yang dipersarafi oleh nervus tertentu pada tubuh akibat depresi eksitasi ujung serabut saraf ataupun karena inhibisi pada proses konduksi pada nervus perifer.

Di kedokteran gigi, anestesi lokal digunakan untuk mengurangi nyeri, sehingga pasien merasa nyaman saat dilakukan tindakan oleh dokter gigi pun mampu bekerja dengan baik. Anastesi bersifat reversibel dan sementara.

2.2 Indikasi dan Kontraindikasi Anastesi Lokal Dalam Kedokteran Gigi

Anestesi lokal secara parenteral diberikan untuk infiltrasi dan anestesi blok saraf. Infiltrasi anestesi umumnya digunakan untuk pembedahan minor dan perawatan gigi. Anestesi blok saraf digunakan untuk pembedahan, perawatan gigi, dan prosedur diagnosis dan pengontrolan rasa sakit. Karena keanekaragaman dari mekanisme absorpsi dan toksisitasnya, pemilihan jenis dan konsentrasi anestesi lokal yang ideal tergantung pada prosedur yang akan dilakukan. Dalam bidang kedokteran gigi, secara umum anestesi lokal diindikasi untuk berbagaitindakan bedah yang dapat menimbulkan rasa sakit yang tidak tertahankan oleh pasien, diantaranya yaitu ekstraksi gigi, apikoektomi, gingivektomi, gingivoplasti, bedah periodontal, pulpektomi, pulpotomi, alveoplasti, bone grafting, implant, perawatan fraktur rahang,reimplantasi gigi avulse, perikoronitis, kista, bedah pengangkatan tumor, bedah pengangkatanodontoma dan juga penjahitan dan Flapping pada jaringan muko-periosteum.Sedangkan, kontraindikasi dari pemberian anestesi lokal meliputi :

1) Adanya infeksi/inflamasi akut pada daerah injeksi apabila melakukan anestesi secarainjeksi. Hindari blocking saraf inferior gigi pada dasar mulut atau area retromolar.

2) Penderita hemofilia, Christmas Disease, Von Willebrand Disease 3) Alergi

(5)

5) Penderita Penyakit hati / liver.

Penderita dengan usia lanjut perlu diperhatikan adanya kelainan hati dan ginjal.

2.3 Klasifikasi Anastetikum Lokal

Anestetikum lokal diklasifikasikan menjadi dua kategori umum sesuai dengan ikatan, yaitu ikatan golongan amida (-NHCO-) dan ikatan golongan ester (-COO-). Perbedaan ini berguna karena ada perbedaan ditandai dalam alergenitas dan metabolisme antara dua kategori bahan anestetikum lokal.Secara kimiawi bahan anestetikum lokal dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu :

A. Golongan Ester (-COO-) 1. Prokain

Prokain disintesis dan diperkenalkan pada tahun 1905 dengan nama dagang novokain. Selama lebih dari 50 tahun obat ini merupakan bahan terpilih untuk anestesi lokal, namun kegunaannya tergantikan oleh anestetikum lain, lidokain yang ternyata lebih kuat dan lebih aman dibanding dengan prokain. Larutan polos 2% prokain tidak memberikan efek anestesi pada pulpa dan efek anestesi pada jaringan lunak 15 sampai 30 menit. Hasilnya didapatkan sifat vasodilatasi yang mendalam. Prokain menghasilkan efek vasodilatasi terbesar dibandingkan dengan anestetikum lokal lain. Maka lebih sulit untuk mempertahankan prokain karena meningkatnya perdarahan sewaktu pembedahan. Prokain secara klinis mempunyai masa kerja yang lambat karena daya penetrasinya yang kurang baik. Prokain digunakan untuk anestesi infilrasi, blok saraf, epidural, kaudal, dan spinal.

2. Tetrakain

Tetrakain merupakan anestetikum lokal golongan ester yang mempunyai masa kerja yang lama. Tetrakain adalah derivat asam para-aminobenzoat. Anestetikum lokal ini 10 kali lebih kuat dan lebih toksik daripada prokain. Tetrakain tidak lagi tersedia dalam bentuk injeksi di kedokteran gigi tetapi digunakan untuk anestesi topikal yang paling umum

(6)

dipasarkan dalam 2% garam hidrokloridaberkombinasi dengan 14% benzokain dan 2% butamben dalam larutan semprotan aerosol, gel, dan salep. Tetrakain menjadi salah satu anestesi topikal yang paling efektif. Tetrakain mempunyai mula kerja yang lambat untuk anestesi topikal dan masa kerjanya adalah sekitar 45 menit setelah anestesi topikal.

3. Kokain

Kokain merupakan anestetikum lokal yang pertama digunakan dalam dunia kedokteran. Bahan anestetikum lokal yang alami dan merupakan ester asam benzoat dengan basa yang mengandungi nitrogen (N). Efek kokain yang paling penting bila digunakan secara lokal yaitu menghambat hantaran saraf. Efek sistemik yang paling mencolok yaitu rangsangan susunan saraf pusat (SSP). Berdasarkan efek ini, kokain pernah digunakan secara luas untuk tindakan di bidang optalmologi, tetapi kokain ini dapat menyebabkan terkelupasnya epitel kornea. Maka penggunaan kokain sekarang sangat dibatasi untuk pemakaian topikal, khususnya untuk anestesi saluran nafas atas.

4. Benzokain

B. Golongan Amida (-NHCO-) 1. Lidokain

Lidokain disintesis pada tahun 1943 dan pada tahun 1948, anestetikum lokal golongan amida pertama telah dipasarkan. Anestesi terjadi lebih cepat, lebih kuat, dan lebih ekstensif daripada yang ditunjukkan oleh prokain pada konsentrasi yang sebanding. Lidokain merupakan aminoetilamid dan merupakan prototik dari anestetikum lokal golongan amida. Penggunaan lidokain sebagai larutan polos dalam konsentrasi sampai 2% memberikan efek anestesi yang pendek pada jaringan lunak. Formulasi tersebut tidak memberikan efek anestesi yang cocok pada pulpa gigi. Ketika vasokonstriktor ditambahkan ke 2% lidokain, maka efek anestesi bertambah pada gigi yang di anestesi. Vasokonstriktor yang paling umum digunakan

(7)

adalah epinefrin (adrenalin) biasanya sekitar konsentrasi 1:200.000 ke 1:80.000. Oleh karena itu, lidokain cocok untuk anestesi infiltrasi, blok dan topikal. Selain itu, lidokain memiliki keuntungan dari mula kerja yang lebih cepat, penambahan epinefrin menyebabkan vasokonstriktor dari arteri mengurangi perdarahan dan juga penundaan resorpsi lidokain sehingga memperpanjang masa lama kerja hampir dua kali lipat.

2. Mepivakain

Mepivakain merupakan anestetikum lokal golongan amida yang bersifat farmakologiknya mirip lidokain. Mepivakain memiliki mula kerja yang lebih cepat daripada prokain dan masa lama kerja yang menengah. Mepivakain menghasilkan vasodilatasi yang lebih sedikit dari lidokain. Mepivakain ketika disuntik dengan konsentrasi 2% dikombinasikan dengan 1:100 000 epinefrin, memberikan efek anestesi yang mirip seperti lidokain 2% dengan epinefrin. Larutan mepivakain 3% tanpa vasokonstriktor akan memberikan efek anestesi yang lebih baik dari lidokain 2% . Mepivakain digunakan untuk anestesi infiltrasi, blok saraf regional dan anestesi spinal.

3. Bupivacaine

Bupivakain merupakan anestetikum lokal yang termasuk dalam golongan amida amino. Bupivakain mempunyai masa kerja panjang. Ketika digunakan sebagai injeksi intraoral, bahan ini telah terbukti mengurangi jumlah analgesik yang dibutuhkan untuk mengontrol rasa nyeri pasca operasi setelah pembedahan. Formulasi bupivakain sekitar 0,25-0,75% dengan dan tanpa epinefrin (biasanya 1:200 000). Mula kerjanya lambat tapi masa kerjanya panjang. Digunakan untuk anestesi infiltrasi, blok saraf, epidural dan anestesi intratekal.

(8)

Anestetikum lokal golongan amida ini efek farmakologiknya mirip lidokain, tetapi mula kerja dan masa kerjanya lebih lama. Efek vasodilatasinya lebih kecil daripada lidokain, sehingga tidak memerlukan vasokonstriktor. Toksisitas terhadap sistem saraf pusat (SSP) lebih ringan, penggunaan intravena blok regional lebih aman. Sifat toksik yang unik dari prilokain yaitu dapat menimbulkan methemoglobinemia, hal ini disebabkan oleh adanya metabolit prilokain yaitu orto-toluidin dan nitro-sotoluidin yang mempengaruhi masa kerja prilokain. Efek anestesi prilokain kurang kuat dibandingkan lidokain. Prilokain dipasarkan sebagai solusi 4% dengan dan tanpa 1:200.000 epinefrin. Efek toksisitas sistemik prilokain kurang dibandingkan lidokain. Biasanya digunakan untuk mendapatkan anestesi infiltrasi dan blok.

5. Artikain

Struktur amida dari artikain mirip dengan anestetikum lokal lainnya, tetapi struktur molekulnya berbeda melalui kehadiran cincin thiophene bukan cincin benzena. Artikain mengandung gugus ester tambahan yang dimetabolisme oleh estearases dalam darah dan jaringan. Artikain dapat digunakan pada konsentrasi yang lebih tinggi, yaitu artikain 4% dengan epinefrin 1:100 000 atau 1:200 000. Ada beberapa kekhawatiran, bahwa anestetikum lokal ini apabila digunakan pada konsentrasi tinggi dapat meningkatkan toksisitas lokal yang dapat menyebabkan kerja anestesia menjadi lama, parestesia atau dysaesthesia ketika digunakan untuk blok regional. Ada beberapa bukti bahwa infiltrasi bukal menggunakan artikain 4% seefektif anestesi lokal alveolar inferior dengan lidokain 2% pada gigi mandibular orang dewasa. Artikain digunakan baik untuk anestesi infiltrasi maupun blok, dengan teknik blok dapat menghasilkan masa kerja yang lebih lama.

(9)

Perbedaan klinis yang signifikan antara golongan ester dan golongan amida adalah ikatan kimiawi golongan ester lebih mudah rusak dibandingkan ikatan kimiawi golongan amida sehingga golongan ester kurang stabil dalam larutan dan tidak dapat disimpan lama. Bahan anestetikum golongan amida stabil terhadap panas, oleh karena itu bahan golongan amida dapat dimasukkan kedalam autoklaf, sedangkan golongan ester tidak bisa. Hasil metabolisme golongan ester dapat memproduksi para-aminobenzoate (PABA), yaitu zat yang dapat memicu reaksi alergi, sehingga golongan ester dapat menimbulkan fenomena alergi. Hal inilah yang menjadi alasan bahan anestetikum golongan amida lebih sering digunakan daripada golongan ester.

2.3 Mekanisme Kerja Bahan Anestesikum

Anestesi lokal mencegah pembentukan dan konduksi impuls saraf. Tempat kerjanya terutama di membran sel, efeknya pada aksoplasma hanya sendiri.

Sebagaimana diketahui, potensial aksi sraf terjadi karena adanya peningkatan sesaat (sekilas) permeabelitas membran terhadap ion Na+ akibat depolarisasi ringan pada membran. Proses fundamental inilah yang dihambat oleh anestesi lokal; hak ini terjadi akibat adanya interaksi langsung antara zat anestetik lokal dengan kanal Na+ yang peka terhadap adanya perubahan voltase muatan listrik (voltage sensitive Na+ channaels). Dengan semakin bertambahnya efek anestesi lokal dalam saraf, maka ambang rangsang membran akan meningkat secara bertahap, kecepatan peningkatan potensial aksi menurun, konduksi impuls melambat dan faktor pengaman (safety factor) konduksi saraf juga berkurang. Faktor-faktor ini akan mengakibatkan penurunan menjalarnya potensial aksi dan dengan demikian mengakibatkan kegagalan konduksi saraf.

Anaestesi lokal juga mengurangi permeabilitas menbran bagi k+ dan Na+ dalam keadaan istirahat, sehingga hambatan hantaran tidak sidertai banyak perubahan pada potensial istirahat. Hasil penelitian membuktikan bahwa anestetik lokal menghambat

(10)

hantaran saraf tanpa menimbulkan depolarisasi saraf, bahkan ditemukan hiperpolarisasi ringan, pengurangan permeabilitas membran oleh anestetik lokal juga timbul pada otot rangka, baik waktu istirahat maupun waktu terjadinya potensial aksi.

Potensi berbagai zat anestesi lokal sejajar dengan kemampuannya untuk meninggikan tegangan permukaan selaput lipid monomolekuler. Mungkin sekali anestesi lokal tegangan permukaan lapisan lipid yang merupakan membran sel saraf, dengan demikian menutup pori dalam membran sehingga menghambat gerakbion melalui membran. Hal ini menyebabkan penurunan permeabilitas membran dalam keadaan istirahat sehingga akan membatasi peningkatan permeabilitas Na+. Dapat dikatakan bahwa cara kerja utama obat anestesi lokal ialah bergabumg dengan resptor spesifik yang terdapat pada kanal Na, sehingga mengakibatakan terjadinya blokade pada kanal tersebut, sehingga akan mengakibatkan hambatan gerakan ion melalui membran.

Referensi

Dokumen terkait

36 Ibid.. dan penyerahan barang dan sebagainya. Penyerahan sesuatu barang yang telah terjadi sebagai akibat penggunaan alat penggerak atau pembujuk itu belum cukup terbukti

identifikasi melalui suara echolokai juga dapat membedakan jenis kelamin dari jenis yang sama pada empat jenis yang diamati yaitu R..

Beberapa deposit bijih magmatik terbentuk dalam grup ini. Mineral bijih terbentuk karena difrensiasi kristalisasi lebih dulu atau bersamaan dengan dengan mineral batuan silikat yang

Dalam rangka menegakkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance serta menerapkan budaya dan nilai-nilai pokok Perseroan: Clean-Respectful-Synergy , maka

Menurut opini kami, laporan keuangan terlampir menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) pada

Code of Conduct of ELNUSA contains among others the principles of good corporate governance, transparency, accountability, responsibility, independence and

[r]

[r]