• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANGANAN GANGGUAN KEBUTUHAN TIDUR PADA PASIEN POST OPERASI LAPAROTOMI DENGAN PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER. Virgianti Nur Faridah ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENANGANAN GANGGUAN KEBUTUHAN TIDUR PADA PASIEN POST OPERASI LAPAROTOMI DENGAN PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER. Virgianti Nur Faridah ABSTRAK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

SURYA

75 Vol.02, No.XVIII, Juni 2014 Virgianti Nur Faridah

ABSTRAK

Tidur merupakan status kesadaran ketika persepsi dan reaksi seseorang terhadap lingkungan menurun. Salah satu permasalahan yang sering timbul setelah menjalani proses pembedahan yaitu terganggunya gangguan kebutuhan tidur. Salah satu upaya untuk mengatasi kurangnya kebutuhan tidur yaitu dengan aromaterapi lavender. Dari hasil survey didapatkan dari 4 pasien post operasi laparotomi, 3 pasien diantaranya mengalami gangguan pemenuhan tidur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap gangguan kebutuhan tidur pada pasien post operasi laparotomi di ruang Bougenville RSUD Dr. Soegiri lamongan. Desain penelitian yang digunakan adalah Pre-Eksperimental dengan pendekatan static group comparasion design. Metode sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Sampel sebanyak 30 responden, yaitu pasien post operasi laparotomi di ruang bougenville RSUD Dr. Soegiri Lamongan yang terdiri dari 15 responden kelompok kontrol dan 15 responden kelompok perlakuan. Data yang diambil dengan menggunakan kuesioner tertutup. Setelah ditabulasi data dianalisi menggunakan uji Mann-Whitney dengan tingkat kemaknaan 0,05.

Hasil penelitian pada kelompok kontrol menunjukkan 9 pasien (60%) yang memiliki kebutuhan tidur kurang, sedangkan pada kelompok perlakuan terdapat 10 pasien (53,8%) kebutuhan tidurnya cukup. Sedangkan hasil dari pengujian statistik dengan tingkat kemaknaan p ≤ 0,05 diperoleh hasil signifikan dengan nilai p = 0,004, hal ini berarti ada pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap gangguan kebutuhan tidur pada pasien post operasi laparotomi.

Berdasarkan hasil penelitian maka aromaterapi lavender dapat digunakan sebagai penanganan gangguan kebutuhan tidur pada pasien post operasi laparotomi.

Kata kunci: Aromaterapi Lavender, Gangguan Kebutuhan Tidur, Post Operasi Laparotomi

PENDAHULUAN

Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar dapat mempertahankan status kesehatan pada tingkat yang optimal. Selain itu, proses tidur dapat memperbaiki berbagai sel – sel dalam tubuh. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat penting bagi orang yang sedang sakit agar lebih cepat memperbaiki kerusakan pada sel. Apabila kebutuhan istirahat dan tidur tersebut cukup, maka jumlah energi yang diharapkan untuk

memulihkan status kesehatan dan mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari – hari terpenuhi. selain itu, orang yang mengalami kelelahan juga membutuhkan istirahat dan tidur lebih dari biasanya (Hidayat, 2006).

Orang yang sedang sakit membutuhkan istirahat dan tidur lebih banyak dari pada saat mereka dalam keadaan normal karena tubuh sedang bekerja keras menyediakan energi untuk pemulihan, namun banyak aspek penyakit juga membuat sulit

(2)

SURYA

76 Vol.02, No.XVIII, Juni 2014 dalam memenuhi kebutuhan tidur dan

istirahat (Kozier, 2010).

Pembedahan merupakan peristiwa komplek yang menegangkan, dilakukan di ruang operasi rumah sakit, terutama pembedahan mayor dilakukan dengan persiapan, prosedur dan perawatan pasca pembedahan membutuhkan waktu yang lebih lama serta pemantuan yang lebih intensif (Brunner and Suddarth, 2002). Laparatomi merupakan salah satu pembedahan mayor, dengan melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian organ yang mengalami masalah (hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi). Laparatomi dilakukan pada kasus-kasus: apendisitis perforasi, hernia inguinalis, kanker lambung, kanker colon dan rektum, obstruksi usus, inflamasi usus kronis, kolestisitis dan peritonitis (Sjamsuhidajat, 2005).

Menurut data yang diperoleh di Rekam Medik RSUD Dr. Soegiri Lamongan pada bulan Januari 2012 – Agustus 2013, tercatat pasien yang mengalami operasi laparatomi sebanyak 309 pasien yang meliputi pasien dengan apendicitis, peritonitis, illius, dll. Hasil survei pada tanggal 11 Oktober 2013 di ruang bougenville RSUD Dr. Soegiri Lamongan dari 4 pasien post operasi laparotomi, 3 pasien (75%) diantaranya mengatakan bahwa mereka hanya dapat tidur kurang lebih 5 – 6 jam/hari diakibatkan rasa nyeri dan cemas. 1 pasien diantaranya (25%) mengatakan jumlah tidurnya 6 – 7 jam/hari. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masih banyak pasien yang mengalami gangguan kebutuhan tidur setelah menjalani operasi laparatomi.

Dampak bagi pasien post operasi laparotomi yang mengalami gangguan gangguan kebutuhan tidur antara lain proses penyembuhan luka yang lama, dimana fungsi dari tidur adalah untuk regenerasi sel – sel

tubuh yang rusak menjadi baru (Kozier, 2010).

Tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi kebutuhan tidur terdiri dari beberapa tindakan penanganan, meliputi; teknik relaksasi, terapi musik, dan terapi menggunakan aromaterapi (Hadibroto, 2006). Salah satu upaya untuk mengatasi gangguan gangguan kebutuhan tidur yaitu dengan menggunakan aromaterapi lavender yang diharapkan dapat mengurangi nyeri fisiologis, stress, dan kecemasan dengan memberikan efek relaks (Buckle, 2003).

Sehubungan dengan itu maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai pengaruh pemberian aromaterapi dengan kebutuhan tidur pada pasien post operasi laparotomi di ruang Bougenville RSUD Dr. Soegiri Lamongan.

METODOLOGI .PENELITIAN Desain penelitian ini menggunakan metode Pra-Eksperimental, dengan pendekatan Static-group comparison design (Arikunto, Suharsimi, 2006). Populasi yang digunakan adalah seluruh Pasien Post operasi laparotomi di RSUD Dr. Soegiri Lamongan sebanyak 32 pasien. Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 30 pasien. Metode sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling (Hidayat, 2007).

Instrumen yang digunakan adalah dengan kuesioner tertutup mengenai gangguan kebutuhan tidurnya baik secara kualitas dan kuantitas. Pada penelitian ini uji yang digunakan adalah uji Mann Whitney dengan tingkat signifikansi α = 0,05 (Nursalam, 2008).

(3)

SURYA

77 Vol.02, No.XVIII, Juni 2014 HASIL .PENELITIAN

1. Data Umum

1) Karakteristik responden berdasarkan

jenis kelamin

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin No Jenis Kelamin Frekuensi (%) 1. 2. Laki – Laki Perempuan 22 8 73,3 26,7 Jumlah 30 100 Berdasarkan table 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki – laki sejumlah 22 pasien (73,3%) .

2) Karakteristik responden berdasarkan

umur

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan umur No Umur Frekuensi (%) 1. 2. 3. 4.. 15-19 tahun 20-39 tahun 40- 59 tahun ≥ 60 tahun 5 10 15 0 16,7 33,3 50 0 Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa sebagian responden berusia 40-59 tahun sejumlah 15 pasien (50%).

3) Karakteristik responden berdasarkan

tingkat pendidikan

Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan No Pendidikan Frekuensi (%) 1. 2. 3. 4. SD SMP SMA Perguruan Tinggi 12 5 12 1 40 16,7 40 3,3 Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa hampir sebagian responden berpendidikan SD dan SMA sejumlah 12 pasien (40%).

4) Karakteristik responden berdasarkan

lama rawat inap

Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan lama rawat inap

No Lama Rawat Inap Frekuensi (%) 1. 2. 1-3 hari 4-10 hari 30 0 100 0 Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa seluruh responden dirawat inap 1 – 3 hari sejumlah 30 (100%) pasien.

5) Karakteristik responden berdasarkan

pekerjaan

Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan No Pekerjaan Frekuensi (%) 1. 2. 3. 4. 5. Pelajar Mahasiswa Petani Wiraswasta Tidak bekerja 5 2 10 11 2 16,7 6,7 33,3 36,7 6,7 Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 5 menunjukan bahwa hampir sebagian responden bekerja sebagai wiraswasta sejumlah 11 (36,7%).

(4)

SURYA

78 Vol.02, No.XVIII, Juni 2014

2. Data Khusus

1) Distribusi Kebutuhan Tidur pada

Kelompok Kontrol

Tabel 6 Kebutuhan tidur pasien post operasi laparotomi pada kelompok control No Kebutuhan Tidur Frekuensi (%)

1 2 3 Baik Cukup Kurang 0 6 9 0 40 60 Jumlah 15 100

Berdasarkan tabel 6 diperoleh data sebagian besar kebutuhan tidurnya masuk dalam kategori kurang sebanyak 9 orang (60%).

2) Distribusi Kebutuhan Tidur pada

Kelompok Perlakuan

Tabel 7 Kebutuhan tidur pasien post operasi laparotomi pada kelompok perlakuan

Berdasarkan tabel 7 diperoleh data sebagian besar kebutuhan tidurnya masuk dalam kategori cukup sebanyak 10 orang (66,7%).

3) Pengaruh Pemberian Aromaterapi

Lavender Terhadap Gangguan

kebutuhan tidur pada Pasien Post Operasi Laparatoi

Tabel 8 Pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap gangguan kebutuhan tidur pasien post operasi laparotomi. Kebutu -han Tidur Kelompok ∑ % Kontrol Perlakuan Jum lah (N) Prose ntase (%) Jum lah (N) Prose ntase (%) Baik Cukup Kuran g 0 6 9 0 40 60 3 10 2 20,0 66,7 13,3 3 16 11 10 53,3 36,7 Jumlah 15 100 15 100 30 10 0 Mann Whitney = 51 Z=-2,854 p=0,004

Berdasarkan tabel 8 di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan gangguan kebutuhan tidur pada pasien post operasi laparotomi dari kelompok kontrol (tanpa diberi aromaterapi lavender) dengan kelompok perlakuan (dengan diberi aromaterapi lavender), diketahui bahwa dari 3 pasien post operasi laparotomi yang mempunyai kebutuhan tidur baik seluruhnya berada pada kelompok yang diberi perlakuan, dari 16 pasien post operasi laparotomi yang mempunyai kebutuhan tidur cukup 10 pasien (66,7%) berada di kelompok yang diberi perlakuan, dari 11 pasien post operasi laparotomi yang mempunyai kebutuhan tidur kurang 9 pasien (60%) berada di kelompok kontrol.

Hasil uji statistik Mann Whitney dengan program SPSS (terlampir) didapatkan nilai Z= -2,854 dan p= 0,004, dimana menurut Sugiyono (2007) jika p ˂ 0,05 maka H1 diterina, berarti terdapat pengaruh pengaruh pemberian aromaterapi lavender

No Kebutuhan Tidur Frekuensi (%)

1 2 3 Baik Cukup Kurang 3 10 2 20,0 66,7 13,3 Jumlah 15 100

(5)

SURYA

79 Vol.02, No.XVIII, Juni 2014 terhadap gangguan kebutuhan tidur pada

pasien post operasi laparotomi di ruang Bougenville RSUD Dr. Soegiri Lamongan. PEMBAHASAN

1) Kebutuhan Tidur Pasien Post operasi

laparotomi Pada Kelompok Kontrol Pada tabel 7 menunjukan bahwa sebagian besar pasien post operasi laparotomi kebutuhan tidurnya masuk dalam kategori kurang.

Potter and Perry, (2005) menyatakan bahwa penyebab gangguan gangguan kebutuhan tidur disebabkan karena status kesehatan seseorang yang menurun atau saat dalam kondisi yang sakit, selain itu setelah pasca menjalani proses pembedahan sering terjadi gangguan kebutuhan tidur pada malam pertama diakibatkan berkurangnya pengaruh anastesi. Tindakan pembedahan meninggalkan rasa nyeri yang berbeda-beda bagi tiap individu .

Pada nyeri pasca pembedahan rangsangan nyeri disebabkan oleh rangsangan mekanik yaitu luka (insisi) dimana insisi ini akan merangsang mediator – mediator kimia dari nyeri seperti histamin, bradikinin, asetilkolin, dan substansi prostaglandin dimana zat – zat ini dapat meningkatkan sensitifitas reseptor nyeri yang akan menimbulkan sensasi nyeri (Tamsuri, 2007). Selain zat yang mampu merangsang kepekaan nyeri, tubuh juga memiliki zat yang mampu menghambat (inhibitor) nyeri yaitu endorfin dan enkefain yang mampu meredakan rasa nyeri (Smeltzer and Suzanne, 2002).

Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpegaruh penting pada kemampuan untuk tertidur dan tetap tidur. Suara juga mempengaruhi tidur, suara yang sering menyebabkan terganggunya tidur adalah suara yang bersifat tidak teratur atau gaduh.

Selain itu suhu juga mempengaruhi dari kualitas dan juga kuantitas tidur, beberapa orang terbiasa tidur dalam kondisi suhu yang dingin namun juga ada yang mudah untuk tertidur dalam kondisi suhu yang panas (Morison, 2004).

Gangguan psikologis setelah menjalani tindakan operasi karena depresi menyebabkan pasien insomnia. Diakibatkan pasien cemas dan takut tentang penyakit yang dialami setelah menjalani tindakan pembedahan. Kecemasan dapat meningkatkan kadar norephinephrin didalam darah yang dapat meningkatkan stimulasi sistem saraf simpatis (Qasim, 2008).

Dari teori diatas menjelaskan bahwa status kesehatan seseorang yang sakit serta nyeri yang dialami berdampak pada gangguan kebutuhan tidur yang kurang, hal tersebut juga dipengaruhi dari keadaan lingkungan yang kurang kondusif dan juga tingkat kecemasan seseorang. Jika pada pasien post operasi laparotomi kebutuhan tidurnya kurang maka keadaan tubuh pasien menjadi lemah sehingga nafsu makan menurun, tentu saja jika asupan makanan kedalam tubuh berkurang makan kebutuhan protein dalam tubuh akan ikut berkurang, jika kebutuhan protein dalam tubuh berkurang hal ini juga berpengaruh dalam proses penyembuhan luka akibat dari proses pembedahan.

Kurangnya gangguan kebutuhan tidur yang dialami responden dapat terjadi, hal ini dimungkinkan karena kemampuan setiap individu berbeda dalam pola kebutuhan tidur dan perkembangannya, keadaan ini dapat dihubungkan dengan karakteristik yang dimiliki oleh pasien. Kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan tidurnya dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperi usia, status kesehatan atau penyakit, lingkungan dan juga pekerjaan, dimana semakin tinggi

(6)

SURYA

80 Vol.02, No.XVIII, Juni 2014 beban pekerjaan seseorang semakin tinggi

juga kebutuhan tidur orang tersebut.

2) Kebutuhan Tidur Pada Pasien Post

operasi laparotomi Pada Kelompok Perlakuan

Pada tabel 8 menunjukan bahwa sebagian besar pasien post operasi laparotomi kebutuhan tidurnya masuk dalam kategori cukup.

Menurut MacKinnon (2004) menyatakan bahwa pemberian aromaterapi merupakan tindakan terapeutik dengan menggunakan minyak essensial yang bermanfaat untuk meningkatkan keadaan fisik dan psikologi sehingga menjadi lebih baik. Hale (2008) mengungkapkan aromaterapi lavender mempunyai banyak manfaat yaitu mengobati insomnia dan kualitas tidur. Aromaterapi lavender diketahui dapat mengurangi rasa nyeri, memberikan relaksasi dan mengurangi kebutuhan obat penenang di malam hari sehingga mampu memperbaiki kualitas tidur dan juga dapat mengurangi kecemasan.

Seseorang yang menghirup uap aromaterapi lavender akan memfokuskan pikiran dan perhatiannya (konsentrasi pikiran) pada uap atau aroma yang diterimanya, sehingga fokus perhatiannya terhadap nyeri dan rasa cemas teralihkan atau berkurang (Nightcrawler, Shinobi, 2008). Aroma ditangkap oleh reseptor di hidung yang kemudian memberikan informasi lebih jauh ke area di otak yang mengontrol emosi dan memori maupun memberikan informasi juga ke hipotalamus yang merupakan pengatur sistem internal tubuh, suhu tubuh, dan reaksi terhadap stress. Bagi yang kesulitan tidur dapat dibantu dengan aromaterapi lavender karena meningkatkan gelombang – gelombang alfa di dalam otak dan gelombang inilah yang membantu untuk menciptakan keadaan yang rileks (Woodcock, 2008).

Pada saat pemberian aromaterapi lavender pasien tampak rileks dan lebih tenang dengan sesekali memejamkan mata saat diberikan perlakuan, sehingga fokus perhatian pasien yang semula mengeluhkan nyeri dan cemas beralih dengan menghirup uap dari tungku aromaterapi lavender.

3) Pengaruh Pemberian Aromaterapi

Lavender Terhadap Gangguan

kebutuhan tidur

Dari hasil analisa data ditemukan bahwa ada perbedaan kebutuhan tidur pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dimana terlihat mean kelompok perlakuan lebih rendah. Selanjutnya hasil uji Mann-Whitney didapatkan bahwa p=0,004 dan ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan dari kelompok kontrol dan perlakuan.

Berdasarkan hasil uji statistik Mann-Whitney menunjukan nilai signifikan p = 0,004 pada tingkat kemaknaan p ≤ 0,05. Dengan demikian H1 diterima, hal ini berarti bahwa penggunaan aromaterapi lavender terhadap gangguan kebutuhan tidur pada pasien post operasi laparotomi di ruang Bougenville RSUD Dr Soegiri Lamongan mempunyai pengaruh terhadap kebutuhan tidur yang bermakna.

Aktivitas tidur diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingakatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan aktivitas kewasapadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons (Wahit, 2008). Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat memberikan stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam reticular activating system (RAS) akan melepaskan katekolamin seperti

(7)

SURYA

81 Vol.02, No.XVIII, Juni 2014 norepineprin. Demikian juga pada saat tidur,

kemungkinan disebabkan adanya pelapasan serum serotinin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan dalam keadaan bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dipusat otak dan sistem limbik. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular activating system (RAS) dan bulbar synchronizing regional (BSR) (Hidayat, 2006).

Pada tahapan tidur NREM atau Non-REM, tubuh seseorang akan mengalami keadaan yang tenang, denyut nadi, pernapasan dan tekanan darah tubuh akan bergerak lebih tenang dan teratur. Ini adalah proses di mana tubuh memulihkan otot - otot, kelenjar tubuh dan susunan tubuh diperbaiki.

Maifrisco (2005) mengungkapkan komponen aktif yang terdapat dalam lavender adalah linalool bebas atau sebagai ester dengan asam asetat, butirat, valerianat, dan kaproat. Bagi yang kesulitan tidur dapat dibantu dengan aroma bunga lavender karena meningkatkan gelombang – gelombang alfa di dalam otak dan gelombang inilah yang membantu untuk menciptakan keadaan yang rileks. Gelombang alfa sendiri merupakan gelombang pusat syaraf (otak) yang terjadi pada saat seseorang yang mengalami relaksasi atau mulai istirahat dengan tanda – tanda mata mulai menutup atau mulai mengantuk, atau suatu fase dari keadaan sadar menjadi tak sadar (atau bawah sadar), namun tetap sadar (walaupun kelopak mata tertutup).

Teori tersebut memperkuat bahwa aromaterapi lavender berpengaruh positif terhadap gangguan kebutuhan tidur, respon ini dimungkinkan karena pada saat menghirup aroma atau uap dari tungku uap, seseorang menjadi lebih nyaman dan rileks.

Aromaterapi lavender memiliki bau yang khas dan lembut sehingga dapat membuat seseorang menjadi relaks atau santai, disamping itu lavender juga dapat mengurangi rasa tertekan, stress, rasa sakit, emosi yang tidak seimbang, histeria, rasa frustasi dan kepanikan (Buckle, J. 2003).

Gangguan kebutuhan tidur yang cukup pada responden yang menghirup aromaterapi lavender dimungkinkan juga oleh adanya peningkatan pengeluaran endorfin. Endorfin itu sendiri merupakan hormon yang diproduksi oleh tubuh ketika seseorang merasa bahagia dan rileks. Hal ini dapat dibuktikan bahwa dengan menghirup aromaterapi dapat mendorong dan merangsang pengeluaran hormon endorfin yang berdampak menciptakan keadaan rileks dan menimbulkan rasa nyaman pada pasien sehingga pasien dapat mudah untuk tertidur.

Kebutuhan tidur yang cukup sangat dibutuhkan bagi pasien post operasi laparotomi untuk proses penyembuhan luka, aromaterapi lavender ini merupakan terapi komplementer yang bisa digunakan dalam bidang keperawatan jika terdapat masalah tentang gangguan kebutuhan tidur.

PENUTUP 1. Kesimpulan

1) Sebagian besar responden kelompok kontrol kebutuhan tidurnya masuk dalam kategori kurang.

2) Sebagaian besar responden kelompok perlakuan kebutuhan tidurnya masuk dalam kategori cukup.

3) Terdapat perbedaan gangguan kebutuhan tidur pada pasien post operasi laparotomi di ruang Bougenville RSUD Dr. Soegiri Lamongan.

(8)

SURYA

82 Vol.02, No.XVIII, Juni 2014 2. Saran

Perawat disarankan untuk merekomendasikan sekaligus menggunakan aromaterpi lavender sebagai alternatif penanganan kebutuhan tidur non farmakologis, khususnya pada pasien yang kebutuhan tidurnya terganggu.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, (2006). Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta Brunner, L and Suddarth. (2002). Buku Ajar

Keperawatan Medical Bedah (H. Kuncara, A. Hartono, M. Ester, Y. Asih, Terjemahan). (Ed.8) Vol 1 Jakarta : EGC.

Buckle, J. (2003). Clinical aromatherapy, Essential Oil in Pratice. Second Edition. Churchill Livingstone. New York

Hadibroto, I. and Alam, S. (2006). Seluk-beluk Pengobatan Alternatif dan Komplementer. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer.

Hale, G. (2008). Lavender – nature’s aid to stress relief, www.aromatherapy-stress-relief.com. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2013 jam 13.00 WIB

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metodologi Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data, Jakarta : Salemba Medika

Kozier, Erb, Berman and Synder (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep &Praktek, ahli

bahasa Esty Wahyuningsih, Volume 1 dan 2. Jakarta : EGC

MacKinnon, K. (2004). Aromatherapy: Ar or science Highlights of Aromatherapi in medicine today, USPG, 8(8). Morison, Moya J., (2004). Manajemen Luka,

Jakarta : EGC

Maifrisco, (2005). Pengaruh Aromaterapi Terhadap Tingkat Stress Mahasiswa, www.indoskripsi.com. Diakses pada tanggal 22 Oktober jam 13.30 WIB Nightcrawler, Shinobi, (2008). Pijat

Aromaterapi,

http://id.88db.com/id/Discussion/Dis cussion_reply.page/Health_Medical/ ?DiscID=1309 Diakses pada tanggal 22 Oktober 2013 jam 13.00 WIB Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Potter. Patricia A. dan Perry. Anne Griffin., (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4, Vol.2. Jakarta : EGC Qasim., (2008). Laparatomi,

http://aqos-gembong08.blogspot.com

/2008/09/laparatomi.html Diakses pada 06 Februari 2011 16:00 WIB Sjamsuhidajat. (2005). Buku Ajar

Keperawatan Medikal Bedah (Ed. 8) Vol 3 Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner and Suddarth. (8 edition) : editor, Suzanne. C. Smeltzer, Brenda G. Bare : Ahli Bahasa, Agung Waluyo..[et, al]: editor bahasa Indonesia. Monica Ester. [et al]. Ed.8. Jakarta: EGC

(9)

SURYA

83 Vol.02, No.XVIII, Juni 2014 Tamsuri, A. (2007). Konsep dan

Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC

Wahit Iqbal Mubarak. (2008). Buku ajar kebutuhan dasar Manusia Teori & Aplikasi dalam praktek. Jakarta: EGC.

Woodcock, C. (2008). Aromatherapy in labour guidelines, http://www.dbh.nhs.uk/Library/Patient _Information_Leaflet/WPR21180-Aromatherapy.pdf. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2013 jam 15.00

Gambar

Tabel 1.  Distribusi  responden  berdasarkan  jenis kelamin  No  Jenis   Kelamin  Frekuensi   (%)  1
Tabel 6  Kebutuhan  tidur  pasien  post  operasi  laparotomi pada kelompok control

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Data lama waktu tidur mencit dan hasil analisis statistik pada penentuan selang waktu pemberian pentotal dosis 45,5 mg/kgBB setelah pemberian diazepam.

تياييسموك فيون هرجأ مذلا ثحبلا وى لياتلا ثحبلا ( ةيدعسلا 2012 ) دوهج' عوضولدا تبر ملعلدا ةسردلدا في ةيبرعلا ةغللا فى بلاطلا ملعت عفاد تُسبر في ةيموكلحا ةيكانثلا Gondowulung

Acara dimulai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara kedua belah pihak, yaitu Prodi Pendidikan Bahasa Inggris UM Banjarmasin dan MGMP Bahasa Inggris

kecuali dalam hal para kreditur preferen, nasabah penyimpan, dan kreditur hutang senior telah menerima pembayaran secara penuh dalam proses likuidasi dan dengan tidak

Di dalam Museum dipamerkan beberapa replika fosil manusia purba berupa replika Phitecantropus Erectus yang ditemukan di Karang Tengah (Ngawi),

Komunikasi menurut Seiler (1988) lebih merupakan cuaca yang terjadi dari bermacam-macam variabel yang kompleks dan terus berubah. Kadang-kadang cuaca hangat, matahari

Penggerebekan yang dilakukan oleh Polsek Mlati hanya salah satu contoh prostitusi yang terjaring, namun masih banyak lagi yang belum terjangkau oleh aparat