• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SIGNIFIKANSI SPEAK GOOD ENGLISH MOVEMENT DALAM MEMBANGUN IDENTITAS NASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V SIGNIFIKANSI SPEAK GOOD ENGLISH MOVEMENT DALAM MEMBANGUN IDENTITAS NASIONAL"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

51 BAB V

SIGNIFIKANSI SPEAK GOOD ENGLISH MOVEMENT DALAM MEMBANGUN IDENTITAS NASIONAL

5.1 SGEM untuk Mengunifikasi Bahasa Vernakular

Benedict Anderson (1983) dalam konsep Komunitas Terbayangnya menekankan pentingnya para individu untuk menyadari bahwa mereka adalah bagian dari kolektif atau suatu komunitas politik bernama nation atau bangsa. Nation adalah sebuah komunitas politik yang anggotanya tidak mengenal satu sama lain tetapi mengklaim mereka sendiri adalah sebuat komunitas yang berdaulat. Namun yang terjadi disini Singapura adalah munculnya krisis identitas dan Speak Good English Movement tidak dapat menjawab situasi krisis tersebut.

Pembahasan Singapura mengenai nation, nation-state dan nationalism kemudian mengantarkan kepada pertanyaan seberapa besar dan berpengaruh program pemerintah dalam membangun nasionalisme dan mengonstruksi identitas bersama. Jika dalam Bab IV penulis menjelaskan peran Kebijakan Bilingualisme sebagai instrumen pemerintah membangun identitas, dalam Bab V penulis akan menjelaskan sejauh mana Speak Good English Movement digunakan oleh pemerintah untuk membangkitkan nasionalisme masyarakat Singapura. Penulis akan membahas mengenai dua aspek penting dalam Language and Power, bagaimana Speak Good English Movement mengunifikasi bahasa vernakular dan bagaimana Speak Good English Movement digunakan pemerintah sebagai alat meraih kekuasaan.

Pertama penulis akan membahas bahwa bahasa memiliki peran yang signifikan dalam pembentukkan identitas nasional. Bahasa bukanlah sesuatu yang pasif yang tidak berarti apa-apa dan tidak berhubungan apa-apa dengan aspek sosial, kultural, ekonomi, historikal, maupun politikal, justru bahasa merupakan agen yang secara aktif berkontribusi terhadap pembangunan identitas nasional (Pennycook, 1992). Seorang individu sejak lahir akan disosialisasikan dengan beberapa penanda identitas. Mereka bersosialisasi seiring waktu untuk mengklaim sejumlah identitas yang mereka inginkan, misalnya menampilkan identitas seperti

(2)

52

berbicara dalam bahasa tertentu (Golob et al, 2016). Mereka akan memiliki kewajiban moral untuk kemudian berkontribusi untuk kelompok atau untuk mendukung sesama anggota walaupun tidak membawa keuntungan ekonomi maupun simbolis, bahkan tidak segan mengambil risiko pribadi yang besar (Golob et al, 2016). Melalui bahasa kita dapat mendefinisikan diri kita sendiri secara subjektif dan dapat mendapat sense of ourselves (Weedon, 1987).

Herder, dikutip dalam Edwards (1985) mengungkapkan

“Dan wahai kau orang Jerman, sepulangmu dari luar negeri, akankah kamu menyapa ibumu menggunakan bahasa perancis? Oh muntahkanlah cairan buruk dari Sungai Seine. Bicaralah bahasa Jerman wahai kau orang Jerman!” (Heng, 1989)

Pemerintah mempertimbangkan signifikasi kebijakan bahasa karena bahasa adalah penentu identitas seseorang baik pada level nasional maupun level etnik. Bahasa adalah refleksi dari pikiran manusia dan budaya, dari kosakata bahasa manusia kita bisa menemukan dan mengidentifikasi budaya dengan karakterisasinya orang-orang yang berbeda di dunia (Spolsky 1998). Budaya bersifat fluid atau dinamis, dikatakan demikian karena sifatnya yang dapat bergerak maju dan mundur melampaui batas-batas fisik negara. Gagasan ini menimbulkan pertanyaan menarik tentang hubungan kita dengan negara-negara di mana kita terikat. Misalnya orang Inggris atau Britania, perlu mempertimbangkan apa saja sifat-sifat yang sama yang dimiliki orang Inggris dan orang Britania dan apakah rasa ke-Inggris-an merupakan rasa yang terbayang atau rasa kepemilikan bersama.

Sifat budaya yang dinamis dan cair memungkinkan individu untuk merespons perubahan pribadi atau keadaan sosial dari waktu ke waktu, sdan memberi kesempatan untuk menciptakan rasa memiliki dan rasa betah di keluarga, komunitas, masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Gagasan ini digunakan secara luas oleh politisi, penulis, jurnalis, aktivis, seniman, dan bahkan masyarakat umum. Istilah ini digunakan dalam istilah psikologi, sosial politik,

(3)

53

sosiologi, antropologi, filsafat dan bidan humaniora lainnya. Masing-masing memiliki definisi dan penjabarannya sendiri (Kluver & Weber 2003).

Bahasa Inggris adalah bahasa kolonisasi yang menyentuh banyak negara di dunia di mana akibatnya adalah penyebaran dan adopsi bahasa inggris di negara-negara terkait. Dalam perjalanannya bahasa inggris telah “blending” dengan bahasa lokal sehingga memiliki dialek yang beragam dan khas (Echaniz, 2015). Singapura lahir dan berkembang dari kontak beberapa budaya, di mana budaya lama dan baru turut lahir dan berkembang seiring berjalannya waktu. Sebagian besar dari enam juta masyarakat Singapura berbicara Bahasa Singlish. Varian lokal bahasa yang disebut Singapore Colloquial English atau SCE atau Bahasa Singlish, telah menghadapi serangkaian kampanye dari pemerintah dalam visi pemberantasannya, seperti dilarangnya Bahasa Singlish dari media lokal dan sebagai jargon merk karena dianggap sebagai hambatan utama daya saing global Singapura. Terlepas dari gagasan dan peraturan dari Pemerintah, Gupta (1994) menganggap bahwa pengguaan Bahasa Singlish dinyatakan banyak orang sebagai “ke-Singapura-an klasik” (Chng, 2003).

Bahasa Singlish muncul karena pengaruh bahasa ibu siswa pada aspek leksikal, sintaksis dan wacana bahasa Inggris yang digunakan oleh siswa (Phoon, 1973; Platt dan Ho, 1989; Platt, Weber dan Ho, 1983; Yeo dan Deterding, 2003; Gupta, 1994). Bahkan, telah terbukti bahwa "Singapura dapat berhasil mengidentifikasi kelompok etnis penutur Singapura berdasarkan ucapan yang hanya berdurasi sepuluh detik, dengan tingkat akurasi lebih dari 90% untuk mengidentifikasi penutur yang berpendidikan muda sebagai orang Cina atau Melayu" (Deterding dan Poedjosoedarmo, 2000; Lim, 2000).

Bahasa Singlish merupakan contact variety atau varietas kontak, di mana biasanya merupakan hasil interaksi dari populasi yang beralih dari penggunaan bahasa satu ke bahasa lainnya untuk interaksi sehari-hari karena beraneka ragam alasan termasuk alasan prestis (Siemund 2013). Dapat disimpulkan bahwa varietas kontak bukanlah bentuk dari sebuah bahasa yang cacat, namun merepresentasikan proses asimilasi masyarakat yang menghasilkan sebuah produk baru yang berciri

(4)

54

khas. Bahasa Bahasa Singlish bukanlah broken English atau Bahasa Inggris yang buruk seperti yang sering digaungkan pemerintah, Bahasa Bahasa Singlish merupakan varietas bahasa bahasa baru yang tumbuh dalam masyarakat yang sedang mencari jati dirinya sebagai komunitas yang satu, walaupun komunitas tersebut dikonstruksi atau dibayangkan. Penduduk yang lahir tahun 1950 hingga 1960 tumbuh dalam lingkungan yang kental dengan Bahasa Singlish, kebiasaan tersebut kemudian diturunkan ke generasi selanjutnya melalui kebiasaan sehari-hari (Nilsson, 2015).

Namun pemerintah Singapura justru menganggap Bahasa Bahasa Singlish merupakan Bahasa Inggris yang buruk dan tidak sempurna. Situasi pada saat itu butuh dirubah karena dianggap akan merugikan masa depan Singapura dan tidak berkontribusi apapun dalam kehidupan bermasyarakat sehingga mendorong Goh Chok Tong, Perdana Menteri Singapura ke dua menginisiasi sebuah program dan kemudian mengemukakan pendapatnya,

Bahasa Inggris yang buruk mencerminkan kita dengan buruk dan membuat kita tampak kurang cerdas atau tidak kompeten. Investor akan ragu untuk datang jika manajer atau penyelia mereka hanya bisa menebak apa yang dikatakan pekerja kami. Kami akan merasa sulit untuk menjadi pusat pendidikan dan keuangan. Program TV dan film kami akan sulit untuk berhasil di pasar luar negeri karena pemirsa di luar negeri tidak mengerti Bahasa Singlish. Semua ini akan mempengaruhi tujuan kita menjadi ekonomi dunia pertama (Goh Chok Tong, Opening Speech Speak Good English Movement, 2000).

Sebagian turis yang datang ke Singapura secara umum akan dapat mengetahui bahwa ada dua jenis Bahasa Inggris di Singapura, yaitu Bahasa Bahasa Singlish dan Bahasa Inggris Standar dalam beberapa menit saja (Platt 1977; Richards dan Tay 1977; Gupta 1994; Bao dan Hong 2006) Bahkan di meja persewaan mobil bandara misalnya, pengunjung akan disambut dan dijelaskan mengenai persewaan mobil menggunaan Bahasa Bahasa Singlish yang sangat mirip dengan Bahasa Inggris Standar tetapi memiliki fonologi yang berbeda (Wee 2004a; Deterding 2005) serta beberapa fitur morfologis dan sintaksis yang berbeda juga (Wee 2004b).

(5)

55

Merujuk pada penjelasan Bab IV mengenai adanya berbagai bangsa dan bahasa di Singapura dan aspek Language and Power mengenai bahasa vernakular, pemerintah kemudian menginisiasi program untuk mengunifikasi bahasa-bahasa vernakular bangsa Tiongkok, Melayu dan India dengan Bahasa Inggris, inilah yang kemudian menuntun pemerintah merilis Speak Good English Movement tahun 2000.

Kemampuan untuk berbicara bahasa Inggris yang baik adalah keuntungan tersendiri dalam hal berbisnis dan berkomunikasi dengan dunia. Ini sangat penting untuk kota penghubung dan ekonomi terbuka seperti kita. Jika kita berbicara dalam bentuk bahasa Inggris yang rusak yang tidak dimengerti oleh orang lain, kita akan kehilangan keunggulan kompetitif utama. Kekhawatiran saya adalah bahwa jika kita terus berbicara bahasa Bahasa Singlish, dari waktu ke waktu akan menjadi bahasa umum Singapura (Goh Chok Tong, Opening Speech Speak Good English Movement, 2000).

Walaupun banyak yang merasa bahwa Bahasa Singlish adalah bahasa nasional Singapura, namun pendirian resmi pemerintah adalah bahwa Bahasa Singlish adalah ancaman bagi negara karena menurunkan kelebihan kompetitif di pasaran global sehubungan dengan Singapura yang dianggap sebagai dialek yang diasosiasikan dengan status sosial rendah (Tent & Mugler 1998). Alasan tersebut mendasari pemerintah Singapura untuk menginisiasi program Speak Good English Movement yang profilnya, sebagaimana dicantumkan di situs resminya, sebagai berikut,

4.4.1 Kegiatan Speak Good English Movement

Speak Good English Movement mendorong dan menghimbau warga Singapura untuk berbicara bahasa inggris sesuai kaidah bahasa inggris standar sehingga dapat dipahami secara universal. Speak Good English Movement juga bekerja sama dengan mitra untuk menjalankan berbagai acara, program dan konten pembelajaran yang mendukung.

(6)

56 4.4.2 Kemitraan, Acara dan Program

Speak Good English Movement bekerja sama dengan mitra yang berbeda setiap tahun untuk menjangkau warga Singapura dari segala lapisan masyarakat. Beberapa agenda acara Speak Good English Movement meliputi lokakarya, kontes, seminar dan program sepanjang tahun untuk meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris mereka.

4.4.3 Pengembangan Konten Pembelajaran

Salah satu agenda Speak Good English Movement adalah mengembangkan konten pembelajaran yang meliputi fitur audio dan kiat-kiat belajar Bahasa Inggris untuk membantu warga Singapura meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris. Speak Good English Movement kemudian juga kolaborasi dengan berbagai mitra untuk dapat menghasilkan lebih banyak konten pembelajaran.

4.4.4 Agenda Speak Good English Movement tahun 2000 hingga 2019,  2000-2004, Pusat Bahasa Regional (RELC) meluncurkan

serangkaian 5 buku komik yang menggunakan tata bahasa yang benar berjudul Grammar Matters. Sekitar 170.000 orang diundang untuk mendengarkan Phone-In Lessons untuk belajar berbicara Bahasa Inggris yang baik.

 2005, SGEM menawarkan beasiswa parsial untuk sukarelawan yang seacara aktif terlibat dalam kegiatan pekerjaan sukarela literasi. Di tahun yang sama Speak Good English Movement mengadakan Plain English Speaking Awards, sebuah kompetisi bercerita dan orasi bagi siswa siswi di Singapura.

 2006, The National Institute of Education (NIE) mengadakan workshop untuk mengenalkan publik dengan International Phonetic Alphabet (IPA). Kolom baru di Koran Sunday Times juga muncul dan berjalan selama 2 tahun sebagai media interaktif antara Speak Good English Movement dan

(7)

57

masyarakat yang mempunyai pertanyaan tentang penggunaan Bahasa Inggris.

 2007, Band-band lokal mendukung Speak Good English Movement dengan menggelar live music di Timbre setiap hari Rabu.

 2008, Masyarakat lokal dihimbau untuk berpartisipasi dalam tes kecakapan Bahasa Inggris gratis yang diselenggarakan di 4 perpustakaan umum. Speak Good English Movement juga mulai masuk ke ranah profesional dengan meluncurkan kegiatan “Bahasa Inggris untuk Ritel Professional” yang ditujukan untuk staf ritel garis depan. Program ini berkerja sama dengan Asosiasi Pengecer Singapura.

 2009, Speak Good English Movement menyelenggarakan rangkaian lokakarya Bahasa Inggris bagi guru, orang tua, anak-anak TK dan pelajar Sekolah Dasar. Program baru berjudul “Cara Menginspirasi dan Memotivasi Tim Anda” diluncurkan di Radio.

 2010, Gerakan bertajuk “Say It Right!” dan “iPhone Say It Right” diluncurkan. Aplikasi-aplikasi tersebut bertujuan untuk membantu masyarakat mengucapkan kata-kata dengan benar karena biasanya masyarakat mengucapkan secara tidak benar.  2011, Program berjudul “Bicara Karnaval Bahasa Inggris yang

Baik”, yang merupakan pemainan dan kegiatan untuk anak-anak, orang tua dan khalayak muda diluncurkan. Program ini

bertujuan untuk mengenalkan kepada publik bahwa

pembelajaran Bahasa Inggris Standar dapat dilakukan dengan bersenang-senang.

 2012, Gerakan menggunakan serangkaian poster membagikan pesan atau cara berbahasa Inggris baik, cara tersebut sebagai berikut

(8)

58

1. Berusahalah untuk Memulai 2. Rilekskan diri anda

3. Berlatih, Berlatih, Berlatih

4. Jangan pernah meremehkan Kekuatan Anda Sendiri

 2013, SGEM menghimbau sepuluh tips belajar Bahasa Inggris cepat dan sederhana dengan menggunkan audio dan buku tips-tips tersebut dapat membantu pelajar untuk meningkatkan kecakapan mereka secara signifikan dengan mengambil langkah kecil setiap hari.

 2014-2016, Serangkaian video jenaka untuk menyanggah stereotip belajar tata bahasa yang membosankan diluncurkan. Video tersebut diunggah di kanal Youtube resmi.

 2017, SGEM mengadakan simposium di The Art House untuk pertama kalinya.

 2017, Simposium dihadiri oleh ratusan peserta. Acara merupakan waktu yang tepat untuk merilis buku panduan Aturan Tata Bahasa yang juga dapat diakses di situs resmi SGEM.

Saya yakin bahwa upaya ini harus dilakukan, jika kita ingin bertahan hidup sebagai masyarakat yang berbeda, layak untuk dilestarikan. Atau kita akan menjadi benar-benar kehilangan budaya dan hilang. Jika kita menjadi seperti beberapa masyarakat yang berbicara bahasa Inggris pidgin, meniru Amerika atau Inggris tanpa berpikiran, tanpa nilai-nilai dasar atau budaya mereka sendiri, maka, terus terang, saya tidak percaya ini adalah masyarakat atau bangsa yang layak dibangun, apalagi membela (Pidato Lee Kuan Yew).

Speak Good English Movement awalnya merupakan program yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran bahasa Inggris tanpa diagendakan sebagai program tahunan, namun karena melihat keadaan dan urgensi yang mendesak maka program ini bernaung dibawah pemerintah pusat Singapura dan

(9)

59

wajib diselenggarakan setiap tahun secara rutin. Pemerintah secara aktif mempromosikan program tersebut melalui koran dan membahas mengenai program-program yang akan dilakukan. Salah satu program Speak Good English Movement adalah menjadikan koran sebagai media tanya jawab penggunaan Bahasa Inggris yang baik dan benar, sehingga program tersebut merangkul rakyat luas dan dapat menjangkau masyarakat di berbagai lapisan (Bockhorst-Heng, 1999).

Obyektif dari implementasi Speak Good English Movement adalah penggunaan Bahasa Inggris standar dan bahasa ibu standar, begitu juga kebijakan Kebijakan Bilingual yang menghimbau masyarakat untuk membiasakan penggunaan Bahasa Inggris standar. Sebagai negara yang bertransisi menjadi negara dunia pertama dari negara dunia ketiga dalam 50 tahun, Singapura krisis identitas karena derasnya arus globalisasi. Sebagai salah satu negara yang paling terglobalisasi, masyarakat Singapura mulai menunjukkan ciri-ciri lemahnya ikatan emosional dengan negaranya. Contohnya adalah renggangnya ikatan terhadap masyarakat, menjamurnya sikap apatis dan kurangnya apresiasi terhadap arti pengorbanan (Moyer, 2015).

Bahasa inggris juga digunakan sebagai “afirmasi positif” yang tidak menggungulkan satu ras atau bahasa tertentu di Singapura sehingga tidak menimbulkan rasa “superioritas” atau “inferioritas” dan sebagai media untuk memetakan bahwa semua ras memiliki kedudukan sama (Echaniz, 2015). Walaupun bahasa nasional Singapura adalah Bahasa Melayu menurut Konstitusi Singapura (Singapura Statutes Online, 2019) dan mayoritas populasi Singapura adalah ras Tionghoa, pemerintah tetap tidak memprioritaskan bahasa apapun kecuali penggunaan Bahasa Inggris standar yang baik dan benar. Bahasa Inggris adalah bahasa universal sehingga bisa diadaptasi tanpa harus mempraktikkan budaya tertentu, namun dibutuhkan karena akses ke teknologi membutuhkan itu (Echaniz, 2015). Disebut universal karena Inggris Raya, Amerika Serikat dan Australia, penggunaan bahasa tersebut telah mendunia dan telah dijadikan sebagai bahasa nasional oleh banyak negara.

(10)

60

Sebuah budaya kolektifis akan menonjolkan kelompok daripada individu karena seseorang sering merasakan ikatan emosional yang kuat dengan identitas etnisnya, nasionalnya atau kolektifnya (Golob et al, 2016). Singapura merdeka sebagai negara tanpa bangsa serupa dan sejak jaman kolonial tidak ada inisiasi langsung dari penduduknya untuk membaur atau berintergrasi menjadi satu, sehingga pemerintah yang segera mengambil peran aktif dalam membangun bangsa. Konstruksi identitas nasional itu betul-betul state-driven (Kwok & Ali 1998). Apabila negara tidak mengambil tindakan ini, penduduk mungkin tidak akan memiliki masa depan karena pola pikir dan tujuan yang berbeda-beda sebagai penduduk sebuah negara dan akan sangat mudah sekali terpecah karena satu hal dan lainnya. Lee Kuan Yew begitu signifikan dalam sejarah pembangunan Singapura dan kemajuan yang tidak dapat dipisahkan dari gaya pemerintahannya. Perannya begitu sentral bagi Singapura (Hong, 2002) begitupun partai yang beliau bentuk yaitu PAP (People’s Action Party) sejak awal kemerdekaan Singapura. Singapura mencoba mendefinisikan dirinya terhadap dunia dengan sedikit kontradiktif. Di satu sisi ia ingin menjadi crossroads antara barat dan timur tapi di sisi lain ia ingin mengotentikkan dirinya sendiri yang mempromosikan nilai-nilai Asia (Heng, 1989). Disini ada dua konsep paradoks yang ingin dicapai, pertama mempertahankan multikulturalisme Singapura dan ke dua menghomogenisasi semua golongan di Singapura untuk menjadi sama-sama “Asia” (Echaniz, 2015). Ideologi nasional Singapura adalah untuk mempertahankan norma masyarakat Asia dengan membentuk budaya yang tidak kebarat-baratan namun modern, namun di satu sisi tertap berbudaya Asia (Hee, 2016). Calhoun (2002) mendeskripsikan ideologi nasional sebagai cara berbicara, menulis dan berpikir mengenai budaya, politik dan kepemilikan yang membantu membentuk negara sebagai dimensi sosial yang kuat. Disebut dimensi sosial yang kuat karena ideologi nasional merepresentasikan cara berbicara, menulis dan berpikir suatu kelompok secara menyeluruh sehingga menimbulkan suatu ciri khas.

Speak Good English Movement kemudian digunakan pemerintah sebagai media promosi identitas nasional yang dengan mudah menjangkau seluruh

(11)

61

masyarakatnya dengan berbagai program untuk mendukung unifikasi bahasa vernakular.

5.2 SGEM untuk Memperoleh Kekuasaan

Saat pertama kali Inggris menginjakkan kaki di Singapura, hanya ada segelintir orang saja yang menghuni wilayah tersebut, yaitu beberapa gipsi laut dari India, nelayan Melayu, dan petani gambir Tiongkok. Penduduk dari latar belakang yang berlainan tersebut berbicara bahasa ibunya masing-masing, yaitu Bahasa India, Bahasa Melayu dan Bahasa Tiongkok, yang erat dengan nilai-nilai yang dianut sebagai masing-masing ras (Bloodworth, 1986). Pemerintah koloni kemudian mengajarkan Bahasa Inggris supaya dapat berinteraksi dengan masyarakat dan berkooperasi dengan mereka.

Akuisisi bahasa kolonial di Singapura pertama kali dikenalkan dan dimulai sejak kedatangan Raffles. Salah satu visi pengajaran Bahasa Inggris Raffles adalah untuk mendirikan perguruan tinggi dan Raffles Institute (1823) yang tidak hanya melayani wilayah Melayu namun juga menjangkau Tiongkok, Jepang dan India (Raffles, 1835). Walaupun visi Raffles tidak berhasil menjangkau wilayah seperti yang diharapkannya, Raffles berhasil mengoperasikan sebagian besar di wilayah Singapura bagi anak-anak dari keluarga Tiongkok yang mampu. Institusi ini yang kemudian membentuk dan menghasilkan orang-orang berpendidikan yang kemudian memegang posisi penting seperti Lee Kuan Yew maka itu pendidikan Bahasa Inggris dianggap memiliki prestis lebih tinggi. Beberapa tahun kemudian pemerintah koloni membangun Free School yang sepenuhnya mereka dukung dan atur, termasuk penyediaan beasiswa, dalam rangka menyaring siswa siswi terbaik untuk melanjutkan pendidikan di universitas di Inggris. Tujuan utama sekolah Bahasa Inggris adalah untuk mencetak orang-orang yang nantinya dapat bekerja dibawah pemerintah Inggris dan untuk membantu pekerjaan administratif dan perdagangan (Straits Settlements, 1894). Proses akuisisi bahasa kolonial oleh ras-ras pribumi merupakan proses yang dapat mengubah cara

(12)

62

pandang seseorang mengenai teknis berbicara, seperti cara belajar cara mengucapkan fonetik yang benar, tata bahasa yang berbeda, dan seperangkat aturan bahasa lainnya. Tidak hanya sejauh itu, proses akuisisi bahasa baru juga dapat merubah cara berpikir seseorang secara mental dan spiritual dan dapat menyebabkan cultural shock karena peran bahasa baru tersebut yang menggantikan bahasa aborigin. Bilingualisme bisa disebut sebagai bukan hanya kecakapan dua bahasa namun juga dua cara pikir, selain itu bilingualisme juga bukan hanya teknis saja melainkan memiliki peran dan sudut pandang bidang psikologi bahkan masalah agama (Anderson, 1990). Proses akuisisi pemerintah memiliki tujuan untuk mencetak orang-orang yang cakap berbahasa koloni sehingga dapat membantu pekerjaan pemerintah kolonial dengan lebih mudah. Disebut lebih mudah karena akuisisi bahasa juga merupakan proses pembelajaran dan penyerapan nilai budaya dari bahasa tersebut sehingga dapat lebih mengerti cara pikir dengan lebih mudah.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mendeskripsikan kearifan lokal Bali, terungkap bahwa di dalam ungkapan-ungkapan tradisional Bali terkandung pesan dan nasehat yang berisikan nilai-nilai moral yang

Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB, dan Karikpa maka kepala Kantor Pratama mempunyai tugas mengkoordinasi pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan

Kondisi optimum penentuan nitrit dengan metode ekstraksi-spektrofotometri sebagai kompleks 4-(4- nitrobenzenazo)-1-aminonaftalen dengan n-amil alkohol adalah : (1) Panjang

Usulan Teknis dinyatakan memenuhi syarat (lulus) apabila mendapat nilai minimal 70 (tujuh puluh), peserta yang dinyatakan lulus akan dilanjutkan pada proses penilaian penawaran

PADA JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER 20 kV YANG DISUPLAI DARI GARDU INDUK MARIANA..

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial yang telah dilakukan, market timing memiliki nilai prob 0,8495 > 0,05, maka sesuai dengan ketentuan bahwa H 0 diterima

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

schachtii female population densities were similar in suppressive and conducive soil in the ®rst nematode generation, but remained low in the suppressive soil compared to