• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGANTAR. penyusunan Laporan Rencana Pengelolaan Pesisir Terpadu (Integrated Coastal Management-ICM) ini kami ucapkan terimakasih.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGANTAR. penyusunan Laporan Rencana Pengelolaan Pesisir Terpadu (Integrated Coastal Management-ICM) ini kami ucapkan terimakasih."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena hanya dengan pertolongan-NYA maka “Laporan Rencana Pengelolaan Pesisir Terpadu (Integrated Coastal Management-ICM)” Tahun anggaran 2015 ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Dalam Laporan ini, dijelaskan potensi masyarakat Kelurahan Tallo, rona wilayah pesisir kelurahan serta isu dan perencanaan pengelolaan pesisir yang ada di Kelurahan Tallo Kota Makassar. Laporan ini memuat seluruh rencana pelaksanaan pekerjaan mulai dari latar belakang pekerjaan, tujuan pekerjaan, gambaran umum wilayah dan metoda pelaksanaan pekerjaan meliputi tahap persiapan, survey lapangan, pengolahan data, dan keluaran.

Laporan Rencana Pengelolaan Pesisir Terpadu (Integrated Coastal Management-ICM) ini memberikan gambaran yang nyata mengenai rencana pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan.

Ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang terkait dalam penyusunan Laporan Rencana Pengelolaan Pesisir Terpadu (Integrated Coastal Management-ICM) ini kami ucapkan terimakasih.

.

Makassar, November 2015 LURAH TALLO

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

(3)

Halaman

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi BAB I. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Ruang Lingkup... 2 1.3 Tujuan ... 3 1.4 Proses Penyusunan... 4

BAB II. RONA WILAYAH PESISIR ... 6

2.1 Geografis dan administrasi... 6

2.2 Kondisi Sosial Budaya... 7

2.3 Aktivitas Ekonomi Masyarakat ... 13

2.4 Potensi SDA dan Jasa Lingkungan... 15

BAB III. ISU-ISU PENGELOLAAN ... 20

3.1 Isu SDA dan Lingkungan... 20

3.2 Isu Sosial Budaya Gender... 20

3.3 Isu Ekologi ………. 20

3.4 Isu EKonomi ... 21

3.5 Isu Kelembagaan... 21

3.6 Isu Rendahnya Penataan dan Penegakan Hukum ………... . 21

DAFTAR ISI

(4)

BAB IV. PERENCANAAN PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR ... 22

4.1 Isu Prioritas... 22

4.2 Strategi Pengelolaan... 22

4.3 Rencana Aksi ... 26

4.4 Rencana Monitoring dan Evaluasi... 28

DAFTAR PUSTAKA... 23

(5)

Halaman Tabel.1 Matrix Rencana Aksi ... 26 Tabel.2 Rencana Monitoring dan Evaluasi ... 28

DAFTAR TABEL

(6)

Halaman

Gambar.1 Kantor Kelurahan Tallo... 7

Gambar.2 Prasarana Pendidikan SD di Kelurahan Tallo... 8

Gambar.3 Bangunan Puskesmas Pembantu Kelurahan Tallo... 9

Gambar.4 Kondisi Posyandu Kelurahan Tallo... 10

Gambar.5 Tempat Sandar Perahu Kelurahan Tallo ... 11

Gambar.6 Kondisi Jembatan di Kelurahan Tallo ... 12

Gambar.7 Pemanfaatan Sumur Bor Kelurahan Tallo... 13

Gambar.8 Bebebrapa Jenis Ika Hasil Tangkapan Nelayan Kelurahan Tallo... 15

Gambar.9 Kegiatan Produksi Abon Ikan Oleh Kelompok Juku Ala Katamba Kelurahan Tallo... 16

Gambar.10 Kegiatan Pemasaran Ikan Oleh Kelompok Ikan Katamba Kelurahan Tallo... 17

Gambar.11 Peta Land Use Kelurahan Tallo ………..18

Gambar.12 Peta Sea Use Keluraha Tallo ……….. 19

DAFTAR GAMBAR

(7)
(8)

BAB I

PENDAHULUAN

BAB I

(9)

1.1. Latar Belakang

Pesisir merupakan kawasan yang komplek, dinamis dan lingkungan yang unik karena pengaruh dari dua ekosistem, yaitu ekosistem daratan dan ekosistem lautan. Kawasan ini mengkondisikan sebagai suatu sumberdaya pesisir dan apabila dikelola dengan benar dapat menjadi tumpuan dan sumber pertumbuhan baru bagi pembangunan ekonomi secara berkelanjutan dalam mewujudkan masyarakat yang maju dan mandiri.

Wilayah pesisir didefenisikan sebagai suatu wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut; batas di daratan meliputi daerah daerah yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air yang masih dipengaruhi oleh proses proses laut seperti pasang surut, angin laut instrusi air laut, sedangkan batas dilaut daerah daerah yang dipengaruhi oleh proses alami di daratan seperti sedimen dan mengalir air tawar kelaut serta benda-benda yang dibawa air kelaut.Dari aspek pembangunan, batas wilayah pesisir kearah laut ditetapkan 12 Mill laut dan kearah darat sampai batas kecamatan yang yang memiliki desa - desa pesisir.

Memperhatikan realitas wilayah pesisir inilah yang mendorong KKP mengembangkan program pembangunan masyarakat pesisir dengan mendapat dukungan dari IFAD.

Dalam rangka mengatasi degradasi sumber daya perikanan kelautan di Indonesia, khususnya di Kota Makassar diperlukan suatu desain pengelolaan yang komprehensif. Desain pengelolaan ini diharapkan dapat menyatukan beberapa kebijakan yang ada sehingga dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat. Desain pengelolaan tersebut adalah menyisihkan lokasi-lokasi yang memiliki potensi keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, gejala alam dan keunikan serta ekosistem yang ada didalamnya.

1.2. RuangLingkup

Daerah kajian adalah keseluruhan wilayah pesisir Kelurahan Tallo Kota Makassar. Penentuan titik sampling dilakukan melalui overlay peta yang ada dan menetapkan kriteria berdasarkan :

(10)

1. Posisi geografis atau keterwakilan dalam wilayah administrasi 2. Status pemanfaatan dan kondisi eksoistem pesisir dan laut 3. Potensi ekosistem pesisir dan laut

4. Jumlah penduduk wilayah

1.3. Tujuan

Adapun sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini adalah:

1. Teridentifikasi secara menyeluruh informasi potensi sumber daya alam (pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, pertambangan dan energi, pariwisata, dll) dan jasa lingkungan di Wilayah Pesisir Kota Makassar. 2. Teridentifikasinya isu strategis, baik terhadap masalah ekosistem wilayah

pesisir, laut dan pulau-pulau kecil maupun masalah-masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup di Wilayah Pesisir Kota Makassar.

3. Teridentifikasinya kebijakan pembangunan dan pengembangan wilayah laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil di Wilayah Pesisir Kota Makassar dalam dokumen perencanaan baik nasional maupun daerah (RPJPN/D, RPJMN/D, RKP/RKPD), dokumen perencanaan spasial (RTRWN, RTRW Sulawesi Selatan, RTRW Kota Makassar) dan dokumen lain yang terkait. 4. Terumuskannya visi atau situasi yang diinginkan Pengelolaan Wilayah

Pesisir dan Laut Kelurahan Tallo Kelurahan Kota Makassar di masa depan serta merumuskan misi untuk mewujudkan visi;

5. Terumuskannya kebijakan, strategi dan konsep pengembangan wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil di Wilayah Pesisir Kota Makassar.

6. Terjalinnya kerjasama dan koordinasi antar daerah di Wilayah Pesisir Kota Makassar untuk pengelolaan dan pengembangan secara terpadu dan berkelanjutan.

1.4. Proses Penyusunan

Proses penyusunan pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu Kelurahan Tallo Kota Makassar ini adalah sebagai berikut :

1. Inventarisasi berbagai data primer dan sekunder berkaitan dengan potensi sumber daya alam (pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, pertambangan dan energi, pariwisata, dll) dan jasa lingkungan di Pesisir

(11)

Kelurahan TalloKota Makassar.

2. Identifikasi isu strategis yang ada ,khususnya isu kerusakan ekosistem wilayah pesisir, ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan di Pesisir Kelurahan TalloKota Makassar.;

3. Identifikasi terhadap kondisi perekonomian wilayah baik berupa gambaran perekonomian masyarakat, kegiatan investasi yang berkembang, dan potensi pengembangan ekonomi untuk multi sektor yang ada di Pesisir Kelurahan TalloKota Makassar.

4. Identifikasi kondisi sosial dan nilai-nilai budaya (budaya lokal) dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan kelautan.

5. Melakukan analisis secara komprehensif dan integrasi secara spasial (citra satelit) terhadap: kebijakan pembangunan dan pengembangan wilayah pesisir, pola pemanfaatan ruang, daya dukung pengembangan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan, kebutuhan dan potensi pengembangan infrastruktur wilayah pesisir, kondisi sosial budaya masyarakat pesisir, dll.

6. Penyusunan rencana induk pengelolaan wilayah Pesisir Kota Makassar.yang antaralain berisi: isu strategis, visi dan misi, konsep kebijakan dan strategi pengembangan wilayah pesisir dan laut, rencana struktur ruang wilayah pesisir dan laut, rencana pengembangan pusat-pusat kegiatan wilayah pesisir dan laut, rencana infrastruktu rwilayah, rencana pola pemanfaatan ruang pesisir dan laut, rencana kawasan-kawasan prioritas yang layak usaha secara nasional dan regional serta sektor unggulan yang dapat dikembangkan.

7. Mengadakan pertemuan dan diskusi melalui FGD di daerah dan pusat yang melibatkan segenap pemangku kepentingan di Pesisir Kelurahan TalloKota Makassar. Proses penyusunan rencana pengelolaan wilayah pesisir terpadu Kelurahan Tallo terdiri dari 6 tahapan yaitu :

8. Tahapan Persiapan - Administrasi

- Pembentukan tim perencana - Penyusunan rencana kerja

- Personil, fasilitas dan pembiayaan - Pelatihan tenaga perencana 2. Tahapan identifikasi isu pengelolaan

- Mengidentifikasi stakeholder utama dan kepentingannya.

(12)

- Mengkaji isu-isu pesisir dan kelembagaan serta implikasinya melalui FGD.

- Mengidentifikasi hubungan sebab-akibat antara kegiatan manusia, proses alamiah dan kerusakan sumberdaya pesisir.

- Memilih isu-isu penting yang akan menjadi fokus utama pengelolaan - Merumuskan arahan pengelolaan pesisir.

3. Tahapan Perencanaan Program

- Melaksanakan penelitian ilmiah terhadap berbagai isu yang dipilih pada langkah pertama.

- Mendokumentasikan kondisi awal wilayah pesisir yang akan dikelola. - Menyusun rencana pengelolaan dan kerangka kerja kelembagaan

yang akan melaksanakan program.

- Mempersiapkan SDM dan kelembagaan pelaksanaan program. - Menguji strategi pelaksanaan program dalam skala kecil.

4. Tahapan Adopsi Program dan Pendanaan

- Mendapatkan persetujuan pemerintah terhadap suatu perencanaan dan proses penyusunan kebijakan.

- Memperoleh pengesahan resmi terhadap kebijakan ataupun rencana yang disusun

- Memperoleh pendanaan yang dibutuhkan bagi implementasi program

5. Tahapan Pelaksanaan Program

- Pelaksanaan mekanisme koordinasi antar lembaga dan prosedur-prosedur resolusi konflik.

- Penguatan kapasitas pengelolaan program

- Membangkitkan, mendorong atau meningkatkan partisipasi kelompok stakeholder utama.

- Melaksanakan program pendidikan dan penyadaran bagi masyarakat (umum) dan stakeholder

- Menjaga agar prioritas program tetap berada dalam agenda publik. - Memantau kinerja program dan kecenderungan yang terjadi pada

lingkungan sosial.

6. Tahapan Monitoring dan Evaluasi

Melakukan monitoring dan evaluasi program sebagai pembelajaran untuk program pengelolaan berikutnya:

(13)

- proses pelaksanaan program, - desain program,

- pengembangan program

2.1 Geo-Adminsitrasi

Daerah kajian adalah keseluruhan wilayah pesisir Kelurahan Tallo Kota Makassar. Penentuan titik sampling dilakukan melalui overlay peta yang ada dan menetapkan kriteria berdasarkan :

 Posisi geografis atau keterwakilan dalam wilayah administrasi  Status pemanfaatan dan kondisi eksoistem pesisir dan laut  Potensi ekosistem pesisir dan laut

 Jumlah penduduk wilayah

Secara administrasi, Kelurahan Tallo termasuk dalam wilayah Kecamatan Tallo, Kota Makassar yang terletak sekitar muara sungai Tallo, Kelurahan Tallo juga termasuk daerah yang memiliki banyak industri pengelolaan kayu dan industri Perahu Fiber. Kelurahan Tallo terdiri dari 5 ORW dan 26 ORT dengan luas wilayah 0.61 Km2.

Posisi geografis Kelurahan Tallo terletak di S 05º 06’26,7” dan E 119º 26’22,9”, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

BAB II

RONA WILAYAH PESISIR

BAB II

(14)

 Sebelah Utara : Selat Makasar

 Sebelah Selatan : Sungai Tallo Kec. Tamalaranea  Sebelah Barat : Selat Makasar

 Sebelah Timur : Kelurahan Buloa Kec. Tallo

Orbitasi jarak dari Kelurahan Tallo ke Ibu Kota Makassar adalah sejauh 4 km, dapat ditempuh selama 40 menit dengan kendaraan bermotor atau selama 1 jam dengan kendaraan non bermotor atau berjalan kaki.

Kota Makassar memiliki topografi dengan kemiringan lahan 0-2: (datar) dan kemiringan lahan 3-15: (bergelombang) dengan hamparan daratan rendah yang berada pada ketinggian antara 0-25 meter dari permukaan laut. Dari kondisi ini menyebabkan Kota Makassar sering mengalami genangan air pada musim hujan, terutama pada saat turun hujan bersamaan dengan naiknya air pasang.

Secara umum topografi Kota Makassar dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :

 Bagian Barat ke arah Utara relatif rendah dekat dengan pesisir pantai.  Bagian Timur dengan keadaan topografi berbukit seperti di Kelurahan

Antang Kecamatan Panakukang. 2.2 KondisiSosial-Budaya

a. Jumlah, komposisi dan kepadatan penduduk

Jumlah penduduk Kelurahan Tallo sebanyak 8.016 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 3.897 orang dan perempuan sebanyak 4.119 orang.Jumlah Rumah Tangga yang menghuni Kelurahan Tallo sebanyak 35.618 KK dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebanyak 4 orang per rumah tangga (Makassar Dalam Angka, 2010).Sedangkan jumlah keluarga pra sejahtera di Kelurahan Tallo adalah sebanyak 1.043 keluarga.

Jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada berjenis kelamin laki-laki dengan sex rasio sebesar 94,60%. Dengan luas daerah sebesar 0,61 km2 maka kepadatan penduduk Kelurahan Tallo pada

tahun 2010 sebesar 8.016 jiwa.Jumlah Rumah Tangga sebanyak 2.064 KK dengan jumlah rata-rata anggota rumah tangga sebanyak 4 orang per rumah tangga. Di Kelurahan Tallo terdapat satu unit kantor kelurahan. Kantor Kelurahan Tallo disajikan pada Gambar 1 berikut:

(15)

Gambar.1. Kantor Kelurahan Tallo b. Pendidikan dan Kesehatan Masyarakat Pesisir

Tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Tallo di Kelurahan Tallo dapat dikatakan masih tergolong rendah, dengan rata-rata hanya mencapai tingkat pendidikan SLTP dan SLTA. Di Kelurahan Tallo terdapat 1 unit PAUD, 4 TK, 3 Sekolah Dasar (SD) sebanyak, 1 SLTP dan 1 SLTA.

c. Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk Kelurahan Tallo didominasi oleh Nelayan dan buruh pabrik.Tak jarang pula masyarakat yang menjadi buruh pabrik dan sore harinya berprofesi sebagai nelayan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.Pemukiman nelayan tersebar di beberapa RW, yakni RW. 02, RW.03, RW, 04 dan RW. 05 sedangkan kawasan pabrik terfokus di RW. 05.

d. Lembaga Keuangan

Berdasarkan data yang kami peroleh, diketahui bahwa tidak ada satupun lembaga keuangan di Kelurahan Tallo, baik bank maupun non bank seperti pegadaian, asuransi maupun koperasi.

e. Prasarana Pendidikan

Jumlah prasarana pendidikan yang ada di Kelurahan Tallo tingkat sekolah dasar sebanyak 2 sekolah, Taman kanak-kanak 1, PAUD 1. Tidak terdapat, SLTP SLTA dan Perguruan Tinggi.

(16)

Gambar. 2. Prasarana Pendidikan SD di Kelurahan Tallo f. Prasarana Kesehatan

Fasilitas layanan kesehatan diKelurahan Tallo berup 5 unit Posyandu yang berada di masing-masing RW.namun kondisi bangunan Posyandu belum memadai sehingga dengan kondisi demikian, pelayanan kepada masyarakat menjadi tidak optimal seperti halnya kegiatan penimbangan balita yang rutin dilakukan pada umumnya dilakukan dibalai-balai atau pos ronda saja. Di Kelurahan Tallo tidak ditemukan Puskesmas, bangunan puskesmas pembantu yang ada di dekat kantor Lurah Tallo sudah lama tidak digunakan oleh masyarakat.

(17)

Gambar. 3. Bangunan Puskesmas Pembantu di Kelurahan Tallo

g. Prasarana Pesisir

Prasarana pesisir di Kelurahan Tallo khususnya tempat tambatan perahu nelayan belum ada, yang ada hanya pembangunan tanggul dengan reklamasi pantai. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan bahwa sampai saat ini belum ada di bangun dermaga tambatan perahu untuk nelayan.Hal ini dikarenakan sulitnya mendapatkan dukungan lahan pembangunan dari masyaraklat setempat, dimana kendala utamanya adalah masalah kepemilikan lahan dan sebagainya.Di beberapa area di RW.004 Kelurahan Tallo sudah dibangun tanggul melalui program PLPBK yang diprogramkan oleh BKM Kelurahan Tallo.

Gambar. 4. Kondisi Posyandu Kelurahan Tallo

Pembangunan tanggul dan reklamasi pantai menyebabkan berubahnya bentuk pantai secara drastis, yakni dari yang sebelumnya berkontur landai-berpasir, yang dengan demikian aman sebagai lokasi parkir perahu, menjadi curam dan keras sehingga beresiko menyebabkan perahu pecah sebab

(18)

memungkinankan badan perahu terbentur pada saat terdorong ombak. Para nelayan mengalami kesulitan mendaratkan perahunya sehingga harus menunggu air pasang.Tempat tambat perahu nelayan untuk sementara disajikan pada Gambar berikut.

Gambar. 5. Tempat Sandar Perahu dan tanggul di Kelurahan Tallo

Pada tahun 2014 pembangunan prasarana berupa jalan titian telah dibangun melalui kegiatan pembangunan masyarakat pesisir CCDP-IFAD dengan panjang total 217 meter yang tersebar di beberapa titik. Meskipun sifatnya hanya berupa rehabilitasi, namun manfaatnya sangat dirasakan oleh masyarakat luas.

(19)

Gambar. 6. Kondisi Jembatan Titian Kelurahan Tallo

Selain itu melalui kegiatan yang sama juga dibangun sumur bor sebanyak 4 unit yang tersebar dibeberapa pemukiman warga, letak geografis Kelurahan Tallo yang berada di ujung utara Kota Makassar berimbas pada kurang optimalnya pasokan air ledeng PDAM melalui pipa-pipa instalasi sehingga warga masyarakat masih sangat membutuhkan air bersih untuk menunjang aktifitasnya. Pembangunan Jalan titian dan sumur bor tersebut

(20)

ditujukan untuk mendukung aktifitas masyarakat pesisir dalam menjalankan kegiatan usahanya. Menurut pengakuan masyarakat, masih banyak lokasi yang memerlukan pembangunan jembatan titian dan pembangunan sumur bor dan akan kembali diusulkan pada tahun 2015.

Gambar. 7. Pemanfaatan Kelurahan Tallo

Kelurahan tallo terdiri dari 5.ORW dan 26 ORT.Namun kawasan pesisir di kelurahan Tallo hanya meliputi 4 RW saja, konsentrasi kegiatan usaha Kelautan

(21)

Perikanan hanya tersebar di RW. 02-RW. 05. Adapun penyebaran lokasi pembangunan prasarana CCDP-IFAD di Kelurahan Tallo dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

2.3 Aktivitas Ekonomi Masyarakat

Dalam upaya pemberdayaan masyarakat pesisir pada tahun 2014 melalui Program Coastal Community Development Project-IFAD (CCDP-IFAD) Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dengan Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Peternakan Kota Makassar terbentuklah 13 kelompok Masyarakatyang merupakan pelaksana kegiatan CCDP-IFAD, dengan masing-masing kelompok terdiri dari 8-10 orang. Kelompok-kelompok tersebut adalah :

1. Kelompok Nelayan Mawar 01 2. Kelompok Nelayan Mawar 02 3. Kelompok Nelayan Muara Pesisir 4. Kelompok Nelayan Pukat Ikan Kakap

5. Kelompok Nelayan Pukat Ikan Camon-Camon Jaya 6. Kelompok Nelayan Pukat Bandeng

7. Kelompok Nelayan Birjen Sejahtera 8. Kelompok Nelayan Harapan Mandiri 9. Kelompok Pengolahan Julu Atia 10. Kelompok Pemasar Ikan Katamba

11. Kelompok Pembudidaya Ikan Marbo Pesisir

12. Kelompok Pengelola Sumberdaya Pesisir Tallo Berseri 13. Kelompok Pembangunan Prasarana Mangara Bombang

Kelompok penangkapan ikan/nelayan yang melaksanakan kegiatan pembangunan masyarakat pesisir CCDP-IFAD di kelurahan Tallo sebanyak 8 kelompok dengan jumlah anggota 8 hingga 10 orang per kelompok. Melalui program tersebut, mereka telah mendapatkan bantuan sarana dan prasarana produksi seperti perahu, mesin, dan bahan alat tangkap.

Ukuran perahu yang digunakan bervariasi, namun kebanyakan menggunakan perahu ketinting dengan mesin 6.5 PK. Jenis alat tangkap yang digunakan adalah jaring (gill net) untuk menangkap ikan dan rajungan, pancing rawai, dan bubu, beberapa orang juga hanya mengandalkan bagan untuk menangkap ikan.

(22)

Lokasi penangkapan ikan adalah disekitar wilayah perairan Kelurahan Tallo, bagi nelayan kecil jarak terjauh yang dapat ditempuh adalah sejauh 3 mil.Namun beberapa orang anggota yang menggunakan perahu yang memadai dan mesin dengan ukuran 20 PK dapat mengakses beberapa pulau seperti Pulau Barrang dan lae-lae.Nelayan memasangan jaring dan perangkap rajungan seperti Bu di sore hari sedangkan aktifitas penangkapan/atau penarikan jaring dimulai di pagi hari, tepatnya pada pukul 06.00.hasil tangkapan nelayan kemudian dijual di pengepul setempat ataukah di jual di pelelangan ikan Paotere.

Gambar. 8. Beberapa jenis ikan hasil tangkapan Nelayan di kelurahan Tallo

Sedangkan Kelompok Usaha Pengolahan “Julu Atia” melakukan kegiatan usaha produksi abon ikan tuna meskipun masih berskala rumah tangga.Kelompok pengolah Julu Atia beranggotakan 10 orang. Kelompok ini terbentuk pada tahun 2013,. Besarnya produksi abon ikan dari kelompok “Julu Atia” masih sangat bergantung pada hasil tangkapan tuna para nelayan yang berdomisili di sekitar Kelurahan Tallo dan juga masih tergantung pada besarnya pesanan pembeli. Jadi Produksi abon tuna dilakukan manakala ada permintaan pasar.

Produksi Abon Tuna ini umumnya dipasarkan pada masyarakat yang berdomisili sekitar lokasi pengelolaan dan pemasarannya pun telah di bantu oleh asosiasi. Hal ini disebabkan karena kapasitas produksi masih sangat

(23)

rendah. Minimnya kapasitas produksi sangat terkait dengan peralatan yang digunakan menjadi alasan utama. Peralatan yang digunakan masih sangat sederhana misalnya peralatan penggilingan daging yang masih sederhana. Guna meningkatkan kapasitas produksi dan mendukung proses pemasaran dibutuhkan bantuan permodalan untuk melengkapi sarana dan prasarana pembuatan Abon Tuna tersebut seperti Mesin Penggiling (Grinder), Mesin Peniris (spiner), kompor, wajan, dan peralatan pengemasan seperti sealer serta sertifikasi P-IRT.

(24)

Gambar. 9. Kegiatan produksi abon ikan tuna oleh kelompok Julu Atia Kelompok usaha lain yang terdapat di kelurahan Tallo ini adalah Kelompok Pemasaran “Ikan Katamba”. Kegiatan usaha Kelompok ini adalah menjual hasil tangkapan nelayan dari rumah ke rumah dengan menggunakan sepeda atau motor. Berbagai jenis ikan yang di jual antara lain : ikan Cepa, Rappo-rappo, Co’mo-co’mo, Layang, ikan teri, Cumi, Udang dan lain-lain, tergantung dari hasil tangkapan nelayan. Selain menjual ke rumah-rumah, beberapa anggota kelompok juga menjual ikannya di pasar-pasar dan sebagian pula telah menjalin kerja sama dengan beberapa rumah makan. Kendala utama dalam kegiatan usaha pemasaran ikan adalah kurangnya sarana pendukung yang memadai seperti freezer, cool box dan kendaraan yang sudah relatif tua sehingga sangat megharapkan bantuan dana pengadaan freezer, coolbox dan perbaikan sepeda motor, guna kelancaran usahanya.

(25)

Gambar. 10. Kegiatan pemasaran ikan oleh kelompok Ikan Katamba

2.4 PotensiSumberdaya Alamdan Jasa Lingkungan

Hutan lindung bakau (mangrove) di Kelurahan Tallo hanya di temukan di RW.05 dan RW.03, ekosistem mangrove tersebut tersebar dalam bentuk spot-spot. Di Kelurahan Tallo berdasarkan hasil survey dan interpetasi citra satelit hanya ditemukan di beberapa spot saja.Tingginya aktivitas di perairan Kelurahan Tallo sebagai salah satu indikator penyebab kurangnya ekosistem yang khas diwilayah pesisir dan pantai.Berdasarkan hasil survey bahwa perairan Makassar menerima intake limbah dalam jumlah cukup besar baik itu limbah padat maupun limbah cair khususnya pada musim barat.Padatnya penduduk yang bermukim disekitar perairan Kelurahan Tallo serta tingginya lalu lintas kapal di daerah ini menjadi kotor dan berbau.Tingginya lalu lintas kapal juga sebagai salah satu faktor terjadinya sedimentasi. Peta land use dengan

(26)

Gambar 11. Peta land use Kelurahan Tallo

(27)

BAB III

ISU-ISU PENGELOLAAN

BAB III

(28)

Ringkasan dari isu-isu pengelolaan di bawah ini merupakan isu-isu yang tengah terjadi dalam konteks kehidupan sosial masyarakat Kelurahan Tallo yang telah dibagi secara spesifik agar setiap masalah dapat dikelompokkan sehingga jelas tingkat persoalannya dan memudahkan untuk menentukan menentukan strategi apa yang tepat untuk menangani persoalan-persoalan tersebut. Adapun beberapa isu pengelolaan yang ada di Kelurahan Tallo adalah sebagai berikut: 3.1. Isu Sumberdaya dan Lingkungan

1. Rendahnya Kualitas Sumberdaya Manusia 3.2. Isu Sosial Budaya

1. Rendahnya taraf pendidikan formal masyarakat 2. Rendahnya tingkat kesehatan lingkungan pemukiman

3. Rendahnya partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir terpadu

3.3. Isu Ekologi

1. Pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove masih terbatas

2. Kegiatan rehabilitasi mangrove di kawasan pesisir Kelurahan Tallo 3. Pencemaran kawasan pantai dari limbah padat (sampah)

4. Rendahnya kepedulian Stakeholder terhadap kualitas lingkungan wilayah pesisir yang sehat

5. Rendahnya kepedulian masyarakat pesisir terhadap pengelolaan sampah dan kebersihan lingkungan sekitarnya serta pola bangunan yang membelakangi pantai

3.4. Isu Ekonomi dan Gender

1. Belum optimalnya pengelolaan hasil perikanan tangkap

2. Sarana dan prasarana usaha perikanan tangkap masih kurang

3.5. Isu Kelembagaan

1. Keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan produk hukum, penataan dan penegakan hukum masih rendah.

(29)

3. Rencana Tata Ruang Wilayah Peissir belum ada 3.6. ISu Rendahnya Penataan dan Penegakan Hukum

1. Kualitas sumberdaya manusia terutama yang berhubungandengan pengetahuan nelayan tentang hukum.

2. Tidak transparannya proses pembuatan produk hukum 3. Terbatasnya sarana dan prasarana petugas penegak hukum 4. Masih lemahnya pelaksanaan sosialisasi produk hukum

4.1. Isu Prioritas

1. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia 2. Pencemaran Wilayah Pesisir

BAB IV PERENCANAAN

PENGELOLAAN WILAYAH

PESISIR

BAB IV PERENCANAAN

PENGELOLAAN WILAYAH

PESISIR

(30)

3. Belum optimalnya pengelolaan perikanan tangkap

4.2. Strategi Pengelolaan

1. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia

SASARAN A-1 PENINGKATAN TARAF PENDIDIKAN FORMAL Indikator A-1:

 Meningkatnya jumlah lulusan sampai tingkat SLTA

 Meningkatnya frekuensi pelatihan dan keterampilan masyarakat

 Diterimanya usul untuk memasukkan materi pengelolaan wilayah pesisir pada kurikulum tingkat SD

 Membaiknya pola hidup nelayan

Strategi A-1:

 Mengembangkan program pelatihan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan SDA wilayah pesisir

 Mengusulkan, menyiapkan, dan implementasi materi pelajaran tentangpengelolaan wilayah pesisir dalam kurikulum muatan lokal SD

 Mengintensifkan dan meningkatkan bimbingan mental kemasyarakatan  Meningkatkan pelatihan teknis pengelolaan pesisir

SASARAN A-2 :PENINGKATAN TARAF KESEHATAN MASYARAKAT Indikator A-2:

 Menurunnya jumlah wabah penyakit dan masyarakat yang sakit  Tercapainya rasio tenaga medis dan jumlah penduduk

 Membaiknya kondisi sanitasi permukiman dan lingkungan

Strategi A-2:

 Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan

 Mengembangkan rencana perbaikan sistem sanitasi permukiman, danlingkungan dalam program penyuluhan kesehatan

SASARAN A-3 :PENINGKATAN PARTISIPASI AKTIF MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR TERPADU

(31)

 Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir mulai proses perencanaan sampai pengawasan dan evaluasi

 Meningkatnya masyarakat yang peduli dan tanggungjawab terhadap sumberdaya wilayah pesisir

Strategi A-3:

 Mengembangkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir  Pemberdayaan Lembaga Swadaya Masyarakat / Perguruan Tinggi/ Sekolah/

Lembaga Pemerintah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir

 Mengimplementasikan rencana pengelolaan wilayah pesisir terpadu

2. Pencemaran Wilayah Pesisir

SASARAN E-1: TERCIPTANYA KAWASAN PANTAI YANG BEBAS DARI LIMBAH PADAT (SAMPAH) BAIK ORGANIK MAUPUN NON-ORGANIK Indikator E-1:

 Semakin bersihnya kawasan pantai dari limbah padat

 Terbebasnya kawasan pemukiman pantai dari genangan banjir

 Semakin baiknya mekanisme penanganan sampah di kawasan pantai

Strategi E-1:

 Mengadakan program kampanye-kampanye penanganan sampah  Mengembangkan program penanganan sampah

 Meningkatkan pengelolaan sampah di areal permukiman pesisir

SASARAN E-2: PENINGKATAN KEPEDULIAN STAKEHOLDERS TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN WILAYAH PESISIR YANG SEHAT Indikator E-2:

 Meningkatnya tuntutan dan kepedulian masyarakat akan kualitas lingkungan sekitar yang baik

 Menurunnya wabah penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat

(32)

 Mengembangkan program penyuluhan sanitasi lingkungan kepada masyarakat

3. Belum optimalnya pengelolaan perikanan tangkap

SASARAN H-1: PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA USAHA PERIKANAN TANGKAP

Indikator H-1:

 Tersedianya sarana dan prasarana usaha perikanan

 Meningkatnya keterampilan masyarakat dalam usaha perikanan  Berkembangnya pemasaran usaha perikanan

Strategi H-1:

 Pengadaan sarana dan prasarana usaha perikanan

 Mengembangkan skim-skim perkreditan usaha perikanan yangsederhana  Mengembangkan pemasaran usaha perikanan

SASARAN H-2: PENINGKATAN PENDAPATAN HASIL USAHA PERIKANAN Indikator H-2:

 Meningkatnya nilai tambah usaha perikanan

 Meningkatnya pendapatan masyarakat dari usaha perikanan

Strategi H-2:

 Mengembangkan dan memperkenalkan sistem pengolahan yang lebihhigienis dan menghindari penggunaan bahan pengawet yang berlebihan.

 Membina usaha produksi perikanan berorientasi pasar

(33)

4.3. Rencana Aksi

Tabel 1. Matrix Rencana Aksi

Isu Strategi Program Kegiatan Pelaksana Waktu Sumber Pendanaan 1 2 3 4 5 Rendahnya kualitas sumberdaya manusia 1. Mengembangkan program pelatihan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan SDA wilayah pesisir. Meningkatnya frekuensi pelatihan dan keterampilan masyarakat 1. Pembentukan kelompok belajar

Dinas KP3 IFAD, APBN

2. Mengusulkan, menyiapkan, dan implementasi materi pelajaran

tentangpengelolaan

wilayah pesisir dalam kurikulum muatan lokal SD

Meningkatnya jumlah lulusan sampai tingkat SLTA 1. Memasukkan materi pengelolaan wilayah pesisir pada kurikulum tingkat SD

Dinas KP3 √ √ √ IFAD, APBN

3. Mengintensifkan dan meningkatkan bimbingan mental kemasyarakatan Mealukan Pembimbingan kepada nelayan 1. Melakaukan Pembimbingan khusus

Dinas KP3 √ √ √ IFAD, APBN

4. Meningkatkan pelatihan teknis pengelolaan pesisir sejak dini Memasukkan materi pengelolaan wilayah pesisir pada kurikulum tingkat SD 1. Melakukan pelatihan dan masyarakat √ √ √ IFAD, APBN Pencemaran Wilayah Pesisir 1. Mengadakan program kampanye-kampanye penanganan sampah Peningkatan kesadaran hukum tentang pencemaran penyuluhan hukum tentang pencemaran dan pengrusakan lingkungan

(34)

2. Mengembangkan program penanganan sampah Peningkatan kesadaran tentang perlindungan Penyuluhan perlindungan √ √ 3. Meningkatkan pengelolaan sampah di areal permukiman pesisir Peningkatan kesadaran hukum tentang pengrusakan lingkungan Kampanye penyelamatan lingkungan √ √ Belum optimalnya pengelolaan perikanan tangkap

1. Pengadaan sarana dan prasarana usaha perikanan

Peningkatan hasil perikanan tangkap Pemberian alat bantu dan Penggunaan alat tangkap moderen √ √ 2. Mengembangkan skim-skim perkreditan usaha perikanan yang sederhana

Peningkatan keterampilan nelayan tangkap Melakukan pelatihan terkai dengan usaha perkreditan √ √

(35)

4.4. Rencana Monitoring dan Evaluasi

Tabel. 2. Rencana Monitoring dan Evaluasi

No Kegiatan

Waktu Monitoring

Penanggung Jawab 1 2 3 4 5

1 Pembentukan kelompok belajar Dinas KP3

2 Memasukkan materi pengelolaan wilayah pesisir pada kurikulum tingkat SD

Dinas KP3

3 Melakaukan Pembimbingan khusus Dinas KP3

4 Melakukan pelatihan dan masyarakat Dinas KP3

5 penyuluhan hukum tentang pencemaran dan pengrusakan lingkungan

Dinas KP3

6 Penyuluhan perlindungan Dinas KP3

7 Kampanye penyelamatan lingkungan Dinas KP3

8 Pemberian alat bantu dan Penggunaan alat tangkap moderen

Dinas KP3

(36)

[BPS] Biro Pusat Statistik.. 2012. Kota Parepare Dalam Angka Tahun 2013.

[BPS] Biro Pusat Statistik.. 2013. Kota Parepare Kecamatan Bacukiki Barat Dalam Angka Tahun 2013.

Dahuri., R., J.Rais., S.P.Ginting dan M.J. Sitepu., 2004. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pt. Pradnya Paramita. Jakarta. Kementerian Dalam Negeri, Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa,

2010 Kota Parepare. Pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil Desa dan Kelurahan Kota Parepare.

Lillesand, T. M., dan Kiefer, R. W. 1994. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra, Edisi Ketiga., Alih Bahasa: Dulbahri, S., Hartono, P., Suharyadi. Gajah Mada Press.

Snedaker, D.C., and C.D. Getter. 1985. Coasts: Coastal Resources Management Guidelines. Coastal Publication No.2, Renewable Resources Information Series. US Agency for International Development, and National Park Service, US Departement of Interior, Washington, D.C.

USAID Coastal Resources Management Project II – Shield of The Indonesia Seas Foundation.2005

Wiryawan, B dan Dermawan, A., 2006. Panduan Pengembangan Kawasan Konservasi Laut Daerah (Marine Management Area/MPA) di Wilayah Coremap II- Indonesia Bagian Barat. Roral Reef Rehabilitation and Management Program. 90 hal.

World Commission Pretected Area (WCPA), Guidline for Marine Protected Area, Best Practice Area Guidelines Series No. 3, Cardif University, IUCN.

World Commission Pretected Area (WCPA), National System Planning for Protected Area, Best Practice Area Guidelines Series No. 1, Cardif University, IUCN.

WWF-SSME Program. 2004. Framework for a network of Marine Protected Area in the Sulu-Sulawesi Marine Ecoregion.

DAFTAR PUSTAKA

Gambar

Gambar 11. Peta land use Kelurahan Tallo
Tabel 1. Matrix Rencana Aksi

Referensi

Dokumen terkait

Sedang PT Rimba Karya Rayatama telah melakukan kegiatan inventarisasi dan identifikasi terhadap jenis-jenis flora dan fauna tetapi belum mencakup seluruh jenis yang

Berdasarkan jumlah unit kapasitor yang sesuai dengan nilai total kapasitas kapasitor untuk memperbaiki faktor daya maka lebih efisien menggunakan metoda perhitungan

Tabel 4.5 Daftar item pada Profit and Loss Account Arsenal Holding Plc, Statement of Comprehensive Income Juventus Football Club S.p.A dan Income Statement Futbol Club Barcelona

1) Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada tepi jantung, mulai dari basis sampai ke apeks. Hal ini terjadi apabila pecahnya fistel mengarah

Langkah-langkah yang digunakan dalam brainstorming yaitu membentuk kelompok dan menetapkan pimpinan, menginformasikan aturan-aturan dalam brainstorming, pemimpin kelompok

Pada penelitian ini diperoleh hasil prediksi dan perhitungan kesetimbangan uap-cair isotermal dan isobarik pada sistem gasoline-oxygenated compound dengan baik yaitu

3 Melalui kegiatan diskusi dalam kelompok NHT melalui WhatsApp Grup tentang rantai makanan, peserta didik mampu membuat gambar rantai makanan pada ekosistem lengkap

Salah satu masalah yang dihadapi Indonesia yang berkaitan dengan kependudukan adalah tingginya angka kelahiran. Upaya untuk mengatasinya