STRATEGI PENINGKATAN KEMANDIRIAN PETANI
RUMPUT LAUT DI KECAMATAN TANETE RIATTANG TIMUR
KABUPATEN BONE
STRATEGIES IN IMPROVING THE SELF-RELIANCE OF SEA WEED
FARMERS AT TANETE RIATTANG TIMUR SUB DISTRICT
BONE REGENCY
Ernida Mahmud
1,
M.Syawal
2,Sitti Bulkis
21
KPU Bone
2Sistem-sistem Pertanian, PPS Universitas Hasanuddin,Makassar
Alamat Korespondensi :
Ernida Mahmud
Rumah : Jln Ahmad Yani Nomor 49 Watampone, Bone Sulsel
Kantor : Jln. W.R.Monginsidi Nomor 1 Watampone, Bone Sulsel
HP : 081342070678
Abstrak
Kemandirian petani sangat erat kaitannya dengan produksi dan pertanian, karena petani yang mandiri bercirikan mampu menguasai masalahnya sendiri, memiliki kemampuan dan kompetensi serta memiliki wadah atau organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi peningkatan kemandirian petani rumput laut berdasarkan kontribusi faktor sosial ekonomi di Kecamatan Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone. Penelitian
ini didesain dengan menggunakan jenis penelitian kombinasi model atau desain sequantial explanatory, yakni
menggabungkan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif secara berurutan. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Palette dan kelurahan Wetuo Kecamatan Tanete Riattang Timur pada Bulan Februari – Maret 2012. Penentuan sampel dilakukan dengan area random sampling sebanyak 100 orang petani di Kelurahan Waetuo dan 48 orang petani di Kelurahan Palette. Data dianalisis secara deskriptif dan analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sosial ekonomi berkontribusi positif terhadap kemandirian petani . Disimpulkan bahwa strategi peningkatan kemandirian petani dapat dilakukan melalui sinergi 4 (empat) strategi utama : fokus permodalan, fokus lahan dan produksi, fokus pengetahuan dan keterampilan petani serta fokus pada faktor umur dan jumlah tanggungan.
Kata kunci : kemandirian, faktor sosial ekonomi, strategi peningkatan kemandirian
Abstrak
Self-reliance is closely related to farmers and agricultural production is characterized by independent farmers are able to master their own problems, have the skills and competencies and have organizational. This study aims tofind out the strategies in improving the self-reliance of sea weed farmers based on the contribution of socio economic factors at Tanete Riattang Timur Subdistrict Bone Regency. The research used the sequential explanatory design with quantitative and qualitative methods conducted in sequence. It was conducted at Pallette and Waetuo villages, Tanete Riattang Timur subdistrict, from February to March 2012. The samples were 100 farmers from Waetuo village and 48 farmers from Pallette vilage. They were selected by using clustered random sampling.The data were analyzed by using descriptive analysis and path analysis. The results reveal that farmers self reliance can be improved through a synergy of 4 focused strategies : the focus of capital, land and production, focus the knowledge and skills of farmers, focus on the age and member of dependents.
PENDAHULUAN
Budidaya rumput laut memiliki peranan dalam usaha meningkatkan produksi
perikanan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi serta memenuhi kebutuhan pasar
dalam dan luar negeri, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan serta menjaga kelestarian sumber hayati
perairan.
Eucheuma cottonii
(Weber van Bosse) merupakan komoditi laut yang potensial
untuk dikembangkan. Budidaya rumput laut ini mempunyai persyaratan lingkungan tertentu
antara lain perairan yang tenang (Soenardjo, 2011).
Kabupaten Bone memiliki potensi pengembangan rumput laut yang cukup besar,
namun dalam kenyataannya selama 3 tahun terakhir luas lahan tidak mengalami peningkatan,
demikian pula dengan produksi dan jumlah petani yang terlibat dalam budi daya rumput laut
mengalami peningkatan yang tidak signifikan apabila dibandingkan dengan jumlah
permintaan rumput laut yang cukup besar. Adapun pendekatan yang digunakan untuk
menganalisis permasalahan di atas adalah pendekatan terhadap kemandirian petani.
Kemandirian petani sangat erat kaitannya dengan produksi dan pertanian, karena petani yang
mandiri bercirikan mampu menguasai masalahnya sendiri, memiliki kemampuan dan
kompetensi serta memiliki wadah atau organisasi. Peningkatan kemandirian petani dapat
dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah peningkatan pendapatan, sehingga
petani dan keluarganya lebih sejahtera dan memiliki kemandirian dalam modal finansial
sehingga lebih mandiri pula dalam pemasaran dan memiliki posisi tawar (
bargaining
position
) yang lebih kuat.
Kemandirian (
self reliance
) adalah suatu konsep yang sering dihubungkan dengan
pembangunan. Dalam konsep ini, program pembangunan dirancang secara sistematis agar
individu masyarakat menjadi subyek pembangunan (Ismawan, 2003). Meninjau kemandirian
petani tidak dapat terlepas dari pendapatan dan faktor sosial ekonomi yang berkontribusi
didalamnya. Penelitian ini meninjau variabel sosial ekonomi yang terkait yakni usia,
pengalaman, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, luas lahan, intensitas penyuluhan, modal
dan interaksi pendidikan dan penyuluhan.
Soekartawi (1998) mengemukakan bahwa pendapatan merupakan salah satu indikator
sosial ekonomi seseorang yang sangat dipengaruhi oleh sumber daya dan kemampuan dalam
diri individu. Pendapatan usahatani sering ada hubungannya dengan faktor difusi inovasi
pertanian. Petani dengan pendapatan tinggi akan lebih cepat dalam mengadopsi inovasi.
Sujarmoko, dkk (2008) mengemukakan bahwa potensi terbesar untuk meningkatkan
pendapatan petani melalui peningkatan produksi adalah dengan mengoptimalkan fungsi
investasi. Sementara itu, Syawal (1997) mengemukakan bahwa persepsi masyarakat pada
penyuluhan pertanian akan meningkat bila diikuti dengan peningkatan produksi dan
pendapatan rumput laut.
Fungsi utama informasi penelitian, penyuluhan dan pendidikan dalam proses
komunikasi pada hakekatnya menghasilkan momentum untuk membimbing petani dalam
menggunakan daya imajinasinya untuk giat berfikir (Syawal, 2001). Manfaat utama lembaga
adalah mewadahi kebutuhan salah satu sisi kehidupan sosial masyarakat, dan sebagai kontrol
sosial, sehingga setiap orang dapat mengatur perilakunya menurut kehendak masyarakat
(Elizabeth dkk, 2003).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi peningkatan kemandirian petani
rumput laut di Kecamatan Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone berdasarkan kontribusi
faktor sosial ekonomi.
BAHAN DAN METODE
Desain Penelitian
Penelitian ini didesain dengan menggunakan jenis penelitian kombinasi model atau
desain sequantial explanatory
, yakni desain penelitian yang mengkombinasikan atau
menggabungkan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif secara berurutan. Penelitian ini
dilaksanakan di Kelurahan Waetuo dan Kelurahan Palette Kecamatan Tanete Riattang Timur,
karena merupakan salah satu daerah pengembangan rumput laut, dengan waktu yang
diperlukan selama dua bulan yakni bulan Februari 2012 sampai dengan Maret 2012.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani rumput laut yang ada di
Kelurahan Waetuo sebanyak 140 orang dan Kelurahan Palette sebanyak 55 orang. Teknik
penentuan sampel dilakukan secara
area random sampling
), yakni area Palette dan area
Waetuo. Jumlah sampel ditentukan berdasarkan tabel sampel yang dikembangkan oleh Issac
dan Michael, dimana apabila populasi sebesar 140 dan 55 orang, maka pada taraf
kepercayaan 5%, jumlah sampel yang diambil sebanyak 100 dan 48 orang.
Analisis Data
Data dianalisis dengan Analisis jalur (
path analysis
): yang merupakan analisis untuk
mengetahui kontribusi langsung maupun tak langsung dari variabel yang akan diukur.
Software yang digunakan adalah SPSS 17.00.
HASIL
Penelitian ini memperlihatkan koefisien jalur dari hasil pengujian secara simultan
adalah signifikan, sehingga dapat diambil keputusan untuk menolak H
0dan menerima H
1yang berarti dapat diteruskan ke pengujian secara individual. Dari hasil pengujian secara
individual, ternyata koefisien path dari variabel X
1(umur), X
2(pengalaman), X
3(pendidikan)
,X4(jumlah tanggungan), X5(luas lahan), X6(intensitas penyuluhan), X7(modal), X8(interaksi
antara pendidikan dan intensitas penyuluhan) terhadap Y1(pendapatan) secara statistik adalah
signifikan, sehingga H
0ditolak dan H
1diterima . Tabel 1 menunjukkan kontribusi langsung
variabel independen terhadap pendapatan sebesar 99,7% yang menunjukkan bahwa secara
bersama-sama, variabel usia, pengalaman, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, luas
lahan, intensitas penyuluhan, modal dan interaksi antara pendidikan dan penyuluhan
berkontribusi secara signifikan terhadap pendapatan sebesar 99,7%. Kontribusi langsung
pendapatan terhadap kemandirian petani sebesar 77,4 % yang menunjukkan bahwa
peningkatan pendapatan petani sebesar 1 rupiah, akan meningkatkan 77,4 % kemandirian
petani.
Tabel 2 menunjukkan bahwa kontribusi secara langsung terbesar adalah kontribusi
variabel modal terhadap pendapatan sebesar 24,8%, yang menunjukkan setiap kenaikan 1
rupiah modal akan meningkatkan 0,248 rupiah pendapatan. Sedangkan kontribusi terkecil
adalah variabel pendidikan terhadap pendapatan sebesar 2,9% yang menunjukkan bahwa
setiap kenaikan 1 tahun pendidikan, akan meningkatkan pendapatan hanya sebesar 0,029
rupiah ; dengan asumsi variabel lain dalam keadaan konstan atau tidak mengalami perubahan.
Kontribusi total terbesar terhadap pendapatan petani adalah variabel modal sebesar 55,6%
yang menunjukkan bahwa modal merupakan variabel yang paling dominan berkontribusi
terhadap peningkatan pendapatan, dengan asumsi bahwa modal ini didukung oleh umur dan
pengalaman petani yang cukup, pendidikan yang memadai, jumlah tanggungan yang dapat
dijadikan sebagai tenaga kerja keluarga, peningkatan luas lahan dan peningkatan intensitas
penyuluhan. Kontribusi variabel independen terhadap kemandirian petani melalui variabel
pendapatan sebesar 99,7% yang menunjukkan bahwa kemandirian petani dapat ditingkatkan
sebesar 99,7% apabila umur, pengalaman, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, luas
lahan, intensitas penyuluhan dan modal mengalami peningkatan secara bersama-sama dan
menyeluruh dengan peningkatan pendapatan.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemandirian petani dapat ditingkatkan
melalui peningkatan pendapatan dengan dukungan peningkatan permodalan yang diiringi
dengan peningkatan luas lahan, pengalaman yang cukup, jumlah tanggungan, umur yang
cukup, intensitas penyuluhan serta pendidikan yang memadai. Tanpa dukungan atau
kontribusi ke tujuh variabel tersebut, maka pendapatan petani tidak dapat ditingkatkan dan
pada akhirnya petani yang mandiri, baik secara organisasi, penguasaan masalah maupun
kepemilikan sistem promosi usaha tani tidak akan pernah tercapai.
Petani yang lebih muda, secara rata-rata memiliki pendapatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan petani yang sudah tua. Hasil penelitian secara statistik dan secara
kualitatif memberikan dukungan terhadap teori yang dikemukakan oleh Ngongu (2000)
bahwa kemampuan seseorang akan bertambah sampai pada tingkat umur tertentu, kemudian
ia akan mulai menurun. Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik, bekerja dan
berfikir. Petani yang berumur muda dan sehat memiliki kemampuan fisik yang lebih besar
dan waktu yang lebih lama. petani yang memiliki umur yang lebih tua dengan pengalaman
yang lebih banyak secara rata-rata memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan petani yang berumur tua maupun muda tetapi pengalaman yang lebih sedikit.
Demikian pula dengan petani yang berumur muda namun memiliki pengalaman yang cukup
lama akan memiliki pendapatan yang lebih tinggi secara rata-rata dibandingkan dengan petani
yang berumur tua namun pengalaman yang lebih sedikit. Hasil penelitian ini memberikan
dukungan terhadap pernyataan yang dikemukakan oleh Hernanto (2000) bahwa pengalaman
usaha tani terjadi karena kontribusi faktor waktu yang telah dialami petani. Petani yang
berpengalaman dalam mengatasi hambatan-hambatan usaha taninya akan tahu cara
mengatasinya, lain halnya dengan petani yang kurang berpengalaman, dimana akan kesulitan
menghadapi hambatan-hambatan yang dihadapi. Semakin banyak pengalaman yang
diperoleh petani, maka diharapkan semakin tinggi produktivitas dalam mengusahakan
kegiatan usaha tani.
Tingkat pendidikan memang memberikan kontribusi yang paling kecil diantara
keenam variabel lain, namun tetap signifikan secara statistik terhadap peningkatan
pendapatan. Hal ini memberikan implikasi bahwa pendidikan yang tinggi tanpa disertai
dengan pemahaman terhadap adopsi inovasi dan teknologi baru, tidak ada memberikan
dampak yang nyata terhadap pendapatan. Karena pendidikan akan memberikan kontribusi
terhadap cara berfikir ilmiah sehingga mampu membuat keputusan yang logis untuk
kelanjutan usaha tani. Hal ini sejalan dengan pendapat Soekartawi (2008) bahwa tingkat
pendidikan seseorang ternyata berkontribusi terhadap sikap dan tingkat adopsi inovasi. Petani
yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi, begitu pula
sebaliknya petani yang berpendidikan rendah, agak sulit untuk menerima inovasi dengan
cepat.
Jumlah anggota keluarga memberikan andil yang cukup besar dalam peningkatan
pendapatan melalui efisiensi biaya tenaga kerja. . Hal ini sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Saragih (2002) bahwa jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya
orang yang tinggal serumah, selain kepala keluarga. Hal ini akan berkontribusi terhadap pola
produksi dan pola konsumsi petani serta menyebabkan perbedaan produksi dan pendapatan
satu sama lain.
Kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dari variabel luas lahan
terhadap pendapatan petani. Juga sejalan dengan teori Lion Berger dalam Mardikanto da
Sutarni (2005) bahwa luas sempitnya lahan berkontribusi pada sistem pertanian yang
dilakukan. Petani dengan kepemilikan lahan yang rata-rata luas akan lebih mudah menerima
perubahan dalam sistem usahatani. Biasanya semakin luas lahan yang dimiliki maka semakin
cepat dalam mengadopsi karena memiliki kemampuan ekonomi lebih baik.
Semakin sering petani mengikuti penyuluhan, maka pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang dimiliki juga semakin tinggi, lebih mudah menerima inovasi dan perubahan yang
mengarah ke peningkatan produksi dan peningkatan kualitas komoditi sehingga
meningkatkan pendapatan. Hasil penelitian ini memberikan dukungan terhadap pernyataan
yang dikemukakan oleh Mardikanto, dkk (2005) bahwa kegiatan penyuluhan merupakan
salah satu upaya yang cukup efektif dalam meningkatkan pengetahuan, mengajarkan
keterampilan, dan menyadarkan masyarakat memanfaatkan sumberdaya alam melalui
pendidikan non formal oleh para penyuluh.
Diantara keenam variabel lain, maka kontribusi terbesar secara total berasal dari
variabel modal yang didukung oleh peningkatan keenam variabel lain. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sujarmoko,dkk (2008) bahwa potensi terbesar untuk meningkatkan pendapatan
petani melalui peningkatan produksi adalah dengan mengoptimalkan fungsi investasi dan
fungsi permodalan.
Peningkatan kemandirian petani rumput laut merupakan hal yang sangat penting
dilakukan, mengingat bahwa ada beberapa faktor penentu yang perlu diupayakan
peningkatannya dan faktor penghambat yang perlu diminimalisir pengaruhnya. Strategi
peningkatan kemandirian petani rumput laut di Kecamatan Tanete Riattang Timur di
fokuskan pada 4 (empat) aspek yakni (1) fokus permodalan melalui peningkatan akses
permodalan ; (2) fokus produksi melalui perluasan lahan usaha budi daya, peningkatan
keterampilan teknis budi daya untuk peningkatan mutu produk serta pengembangan
pengolahan pasca panen ; (3) fokus pemasaran melalui peningkatan kapasitas produksi dan
memperluas serta meningkatkan jaringan pemasaran ; dan (4) fokus regulasi melalui
pemberdayaan kelompok tani dan peningkatan peran serta pemerintah dalam mendorong
terciptanya kebijakan yang berkaitan dengan perencanaan dan pengembangan budidaya
rumput laut
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa modal
merupakan variabel yang memberikan kontribusi terbesar terhadap kemandirian petani karena
modal bagi petani rumput laut sangat menentukan skala usaha dan produktivitas sehingga
berpeluang besar meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan produksi adalah
dengan mengoptimalkan investasi dan permodalan. Selanjutnya adalah luas lahan, jumlah
tanggungan, interaksi pendidikan dan penyuluhan, pengalaman, umur, intensitas penyuluhan
dan terakhir adalah pendidikan. Oleh karena itu, Strategi peningkatan kemandirian petani
rumput laut di Kecamatan Tanete Riattang Timur dapat dilakukan melalui 4 (empat) strategi
utama yakni (1) fokus permodalan melalui peningkatan akses permodalan memperluas serta
meningkatkan jaringan pemasaran ; (2) fokus luas lahan dan produksi melalui perluasan
lahan usaha budi daya dan peningkatan kapasitas produksi ; (3) Fokus pengetahuan dan
keterampilan petani melalui peningkatan keterampilan teknis budi daya untuk peningkatan
mutu produk, pengembangan pengolahan pasca panen, pemberdayaan kelompok tani dan
peningkatan peran serta pemerintah dalam mendorong terciptanya kebijakan yang berkaitan
dengan perencanaan dan pengembangan budidaya rumput laut dan (4) fokus faktor umur dan
jumlah tanggungan melalui pemberdayaan penduduk produktif yang belum bekerja dan
optimalisasi penggunaan tenaga kerja keluarga.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan beberapa hal yakni (1)
meningkatkan permodalan petani, melalui suatu sistem yang tidak merugikan bagi petani
maupun bagi pemberi kredit, sehingga melalui sinergi pendapatan,modal, luas lahan,
pengalaman, intensitas penyuluhan, jumlah tanggungan, umur dan pendidikan sehingga
petani memiliki kemampuan dalam menguasai masalahnya sendiri, memiliki promosi usaha
tani serta memberdayakan kelompok tani sebagai wadah pemersatu bagi petani, (2) Bagi
pemerintah, perlu menyusun regulasi pengaturan agribisnis rumput laut berupa (
sea plan
)
yang difokuskan pada penetapan peraturan tentang pemetaan penggunaan wilayah perairan.
DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth, R dan Darwis, V., 2003.
Karakteristik Petani Miskin dan Persepsinya Terhadap
Program JPS di Propinsi Jawa Timur
. SOCA. Bali.
Hernanto, F. 2000.
Petani Kecil, Potensi dan Tantangan Pembangunan
. Ganesa. Bandung.
Ismawan, Bambang. 2003.
Kemandirian, Suatu Refleksi.
Jurnal Ekonomi Pembangunan Th
II No 3 Mei 2003.
Mardikanto,T dan Sutarni, S. 2005.
Petunjuk Penyuluhan Pertanian.
Usaha Nasional
Surabaya Indonesia, Surabaya.
Ngongu, N.A. 2007.
Memberdayakan Petani Menuju Pertanian Nasional Yang Mandiri dan
Berdaya Saing.
Prosiding Konferensi Nasional VII Perhepi, Denpasar 9-11 Agustus
2007.
Saragih, Bungaran, 2002.
Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Ekonomi Nasional
Menghadapi Abad ke 21.
http/www. 202. 159. 18. 43/jsi.htm (online). 10 Oktober
2011.
Soenardjo, Nirwani. 2011.
Aplikasi Budidaya Rumput Laut Jenis Euchema cottoni dengan
Metode Jaring Lepas Metode Cidaun
. Buletin Oseanografi Marina Oktober
2011.vol.1 36 - 44
Soekartawi, 2008.
Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian.
Rajawali Press. Jakarta.
Sujarmoko, Ferry dan Agus. 2008.
Pembentukan Modal Petani Gambir di Kabupaten Lima
Puluh Kota Sumatera Barat
. Jurnal Ristri, Vol 1 (1) 2008.
Syawal, H.M. 1997.
Efek Persepsi Petani Rumput Laut dalam Kegiatan Penyuluhan
Pertanian terhadap Pendapatan
Jurnal Flora dan Fauna Unhas Indonesia, Vol.5
nomor 2 : 21-25
. 2001.
Proses Pembentukan Potensi Kemandirian Petani
. Jurnal Sosial Ekonomi
Pertanian, Nomor 8, ISSN 0853-8395 : 27-30.
Tabel 1. Hasil Uji Statistik Path Analisis
Struktur paramater Koef. Jalur
(beta)
t. hit. t. tab Sig.
X1 terhadap Y1 (pY1. X1) 0,229 2,103 1,960 0,003 X2 terhadap Y1 (p Y1. X2) 0,316 2,499 1,960 0,004 X3 terhadap Y1 (p Y1. X3) 0,170 2,099 1,960 0,005 X4 terhadap Y1 (p Y1. X4) 0,312 2,306 1,960 0,001 X5 terhadap Y1 (p Y1. X5) 0,438 2,168 1,960 0,001 X6 terhadap Y1 (p Y1. X6) 0,215 2,365 1,960 0,001 X7 terhadap Y1 (p Y1. X7) 0,498 2,709 1,960 0,001 X8 terhadap Y1 (p Y1. X8) 0,244 2,234 1,960 0,001 R2 (X1,X2,X3, X4,X5,X6,X7, X8 terhadap Y1) 0,997 R2 (Y1 terhadap Y2) 0,774