• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUJIAN EFEKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA MENCIT DIABETES MELITUS YANG DIBERIKAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK ETANOL DAUN BANDOTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGUJIAN EFEKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA MENCIT DIABETES MELITUS YANG DIBERIKAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK ETANOL DAUN BANDOTAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUJIAN EFEKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA MENCIT

DIABETES MELITUS YANG DIBERIKAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK

ETANOL DAUN BANDOTAN

Ria Afrianti, Dedi Nofiandi, Dira, Widya Ulfa

Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis Email : afrianti81@gmail.com

ABSTRAK

Tumbuhan bandotan (Ageratum conyzoides (L.) L.) secara umum digunakan dalam pengobatan inflamasi, analgesik, luka, stimulan dan tonik. Pada penelitian ini telah dilakukan uji efektivitas sediaan krim ekstrak etanol daun bandotan dalam penyembuhan luka pada mencit hiperglikemia yang diinduksi dengan streptozocin. Pada pengujian ini terbagi atas lima kelompok yaitu Kelompok I (tanpa diinduksi, diberikan basis krim a/m), kelompok II (diinduksi, diberikan basis krim a/m), kelompok III (diinduksi, diberikan krim a/m ekstrak etanol daun bandotan konsentrasi 3%), kelompok IV (diinduksi, diberikan krim a/m ekstrak etanol daun bandotan konsentrasi 5%) dan kelompok V (diinduksi, diberikan krim a/m ekstrak etanol daun bandotan konsentrasi 7%), juga terbagi atas 3 subkelompok berdasarkan waktu dekapitasi pada hari ke-7, 14 dan 21. Parameter yang diamati adalah persentase penyembuhan luka dan skor kerapatan serabut kolagen. Hasil dianalisis dengan cara ANOVA Dua Arah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa krim a/m ekstrak etanol daun bandotan pada konsentrasi 3%, 5% dan 7% dapat mempengaruhi penyembuhan luka pada mencit hiperglikemia. Dimana persentase penyembuhan luka konsentrasi 3%, 5% dan 7% berbeda secara bermakna (P<0,05) dengan kontrol positif, dan skor kerapatan serabut kolagen juga berbeda secara bermakna (p<0,05) dengan kontrol positif dan kontrol negatif. Namun hasil terbaik adalah pada konsentrasi 5% yaitu mempunyai persentase penyembuhan luka hiperglikemia sebesar 98,5% pada hari ke-21 dan mendapat skor 3 kerapatan serabut kolagen yang telah terbentuk pada hari ke-14. Kata Kunci: Penyembuhan luka, diabetes mellitus, daun bandotan

ABSTRACT

Bandotan plants (Ageratum conyzoides (L.) L.) commonly used as agent in the treatment of inflammatory, wound, and also used used as analgesic, stimulant and tonic. In this study we carried out a test of the effectiveness of the cream (w/o) of ethanolic extract of bandotan leaves in wound healing in streptozocin-induced hyperglycemia mice. Animals were divided into five groups: Group I (without induced, given cream base w/o), group II (induced, given cream base w/o), group III (induced, given cream containing 3% extract), group IV (induced, given cream containing 5% extract) and group V (induced, given cream containing 7% extract). Animals also divided into three subgroups based on time of decapitation on 7th, 14thand 21th days. The parameters observed were the percentage of wound healing and collagen fibers density scores. Results were analyzed by Two-Way ANOVA. The results showed that the cream in concentration of 3%, 5% and 7% could affect wound healing in hyperglycemia mice. The percentage of wound healing of the cream in concentration of 3%, 5% and 7% were significantly different (p<0,05) with positive control, and density scores of collagen fibers was also significantly different (p<0,05) from the positive control and negative control. However, the best results was obtained from cream containing 5% extract which perrcentage of wound healing reached 98.5% on 21th day and got a score of 3 for density of collagen fibers that had been formed on the 14th day.

(2)

PENDAHULUAN

Diabetes melitus (DM) merupakan sekumpulan gangguan pada tubuh yang timbul akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein dengan banyak sebab lainnya. Diabetes melitus ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang melebihi batas normal (hiperglikemia) akibat peningkatan glukoneogenesis dan glikogenolisis (Erwin et al, 2012). Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan metabolisme karbohidrat yang berlangsung kronis, dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang bersifat kronis. Penyakit diabetes mellitus saat ini telah menjadi penyakit epidemik. Dalam 10 tahun terakhir terjadi peningkatan 2-3 kali lipat yang disebabkan oleh pertambahan umur, kelebihan berat badan dan gaya hidup (Ismail dkk, 2009). Penderita diabetes melitus sangat berisiko mengalami komplikasi, baik yang bersifat akut maupun kronik. Selain itu, penderita DM memiliki kecenderungan mengalami luka. Luka adalah suatu keadaan dimana terputusnya kontinuitas jaringan tubuh yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh, sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Proses penyembuhan luka pada umumnya dibagi atas beberapa fase yang masing-masing saling berkaitan, yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan maturasi. Luka diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik diabetes melitus yang paling sering dijumpai dan ditakuti karena pengelolaannya sering mengecewakan dan berakhir dengan amputasi. Amputasi dapat dicegah salah satunya dengan perawatan luka yang baik (Sinaga, 2014).

Saat ini, banyak penelitian yang dilakukan terhadap tanaman obat terkait manfaat yang dapat diberikan terhadap penyembuhan berbagai penyakit, termasuk penyembuhan luka (Parakh, 2010). Salah satu jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat alami adalah daun bandotan (Ageratum conyzoides L.) dari famili Asteraceae. Efek farmakologis bandotan diantaranya stimulan, antipiretik, menghilangkan pembengkakan, menghentikan pendarahan seperti luka berdarah, diuretik (Dalimartha, 2000). Penggunaan di masyarakat untuk menangani luka berdarah, daun bandotan dicuci bersih lalu ditumbuk sampai halus, kemudian dibubuhkan di atas bagian tubuh yang sakit, lalu balut

dengan perban. Perban diganti 3-4 kali sehari. Pengobatan dilakukan sampai luka sembuh (Dalimartha, 2000). Hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Yani (2013) terhadap ekstrak etanol daun bandotan 15 % terhadap mencit putih jantan diabetes yang diinduksi streptozotocin (STZ) dengan parameter yang diamati persentase penyembuhan luka dan mengamati kerapatan serabut kolagennya. Semakin lama hari pengamatan, maka semakin besar persentase penyembuhan luka dam kerapatan serabut kolagennya.

Krim adalah sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih zat terlarut atau terdispersi dalam pembawa yang sesuai. Sediaan krim dipilih karena mempunyai keuntungan yaitu bentuknya menarik, sederhana dalam pembuatannya, mudah dalam penggunaan, daya menyerap yang baik dan memberikan rasa dingin pada kulit (Depkes RI, 1995).

Pada penelitian ini dilakukan penelitian pengembangan ekstrak etanol daun bandotan yang diformulasikan dalam bentuk krim a/m terhadap pembentukan serabut kolagen pada kulit punggung mencit putih jantan diabetes yang diinduksi streptozotocin (STZ) dengan parameter yang diamati persentase penyembuhan luka dan mengamati kerapatan serabut kolagennya.

METODOLOGI PENELITIAN Alat

Alat – alat yang digunakan; kaca arloji, cawan penguap, botol semprot, corong, kertas perkamen, kotak aseptis, timbangan digital, lemari pendingin, botol maserasi, rotary evaporator, pipet tetes, batang pengaduk, pinset, spatel, gunting bedah, oven, desikator, krus porselin, lumpang dan alu, beaker glass, kain lap, sudip, erlenmeyer, gelas ukur 10mL, botol, karet pipet tetes, wadah bermulut lebar, tutup wadah bermulut lebar, kertas saring, object glass, dek glass (kaca penutup), kertas pH, alat ukur kadar glukosa darah NESCO® dan strip test, mikrotom, mikroskop listrik, pH meter.

Bahan

Bahan – bahan yang digunakan adalah daun bandotan, etanol 70%, kloroform, FeCl3, serbuk Mg, norit, asam asetat anhidrat, H2SO4

(3)

2N, H2SO4(p), HCl(p), kloroform amoniak 0,05 N, aquadest, mencit putih jantan, makanan standar mencit, glukosa, streptozocin, buffer sitrat 0,1 M, krim perontok bulu ( veet®), Na. CMC 0,5%, formalin 10 %, entellen, paraffin , pewarna HE, xylol, ekstrak daun bandotan, cetaceum, cera alba, boraks, paraffin liquidum, nipagin, nipasol.

Pengolahan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun bandotan yang diambil di daerah Baypass KM 17 Padang, Sumatra Barat. Sampel yang digunakan adalah 1 Kg. Sampel dibersihkan dan di kering anginkan, lalu diserbukkan dan selanjutnya dimaserasi dengan alkohol 70% selama lima hari. Maserat disaring lalu dilakukan sampai ekstraksi sempurna, kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 78,89 gram (Voight, 1995).

Pemeriksaan Pendahuluan Ekstrak Etanol Daun Bandotan

Identifikasi ekstrak etanol daun bandotan meliputi organoleptis, penentuan susut pengeringan, penetapan kadar abu, dan pemeriksaan kandungan kimia.

Pembuatan Sediaan Krim

Pembuatan basis krim dilakukan sesuai dengan komposisi formula yang tertera pada tabel I. Timbang semua bahan yang

diperlukan dengan dilebihkan 10%. Bahan yang terdapat dalam formula dipisahkan menjadi 2 bagian yaitu fase minyak dan fase air. fasa minyak (asam stearat, cera alba, paraffin liquidum, nipasol) dipindahkan kedalam cawan penguap, tutup dengan kaca arloji, panaskan pada suhu 70oC selama 1 jam. Fasa air (nipagin, boraks, dan aquadest) dimasukkan kedalam botol penutup dan disterilkan dengan SWD selama 30 menit. Fasa minyak dipindahkan kedalam lumpang panas steril dan tambahkan fasa air, lalu gerus sampai dingin sampai terbentuk masa basis krim a/m yang homogen.

Tabel I. Formula basis krim

Nama Bahan F0 Asam stearat 12,5 g Cera Alba 12 g Boraks 0,5 g Paraffin Liquidum 50 g Nipagin 0,1 g Nipasol 0,05 g Aquadest ad 100 g Pembuatan Krim sesuai dengan tabel II, masukkan ekstrak etanol daun bandotan kedalam lumpang panas, tambahkan basis krim a/m yang telah terbentuk sedikit demi sedikit kemudian digerus hingga homogen. Keluarkan dari lumpang, lalu sediaan dimasukkan dalam tube krim.

Tabel II. Formula krim a/m ekstrak etanol daun bandotan

Nama Bahan F1 F2 F3

Ekstrak Daun Bandotan 3% 5% 7% Basis ad 100 g 100 g 100 g Keterangan : F0 = Basis Krim a/m tanpa ekstrak etanol daun bandotan

F1 = Krim a/m ekstrak etanol daun abndotan konsentrasi 3% F2 = Krim a/m ekstrak etanol daun abndotan konsentrasi 5% F3 = Krim a/m ekstrak etanol daun abndotan konsentrasi 7% Pemeriksaan Basis dan Krim a/m Ekstrak

Etanol Daun Bandotan

Pemeriksaan basis dan krim a/m ekstrak etanol daun bandotan meliputi : Pemeriksaan organoleptis, homogenitas, tipe krim, pH krim, daya tercuci krim, stabilitas krim, distribusi ukuran partikel dan uji iritasi.

Penyiapan Hewan Uji

Pada penelitian ini mencit digunakan sebanyak 45 ekor yang dibagi menjadi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 9 ekor yaitu : Kelompok I (Kontrol negatif) merupakan kelompok mencit yang dilukai kemudian diberikan basis saja sebanyak 50mg. Kelompok II (Kontrol positif) merupakan kelompok mencit hiperglikemia yang telah dilukai kemudian diberikan basis saja

(4)

sebanyak 50mg. Kelompok III kelompok mencit hiperglikemia) yang telah dilukai diberi sediaan uji krim a/m ekstrak etanol daun bandotan konsentrasi 3% sebanyak 50mg. Kelompok IV kelompok mencit hiperglikemia yang telah dilukai diberi sediaan uji krim a/m ekstrak etanol daun bandotan konsentrasi 5% sebanyak 50mg. Kelompok V kelompok mencit hiperglikemia yang telah dilukai diberi sediaan uji krim a/m ekstrak etanol daun bandotan konsentrasi 7% sebanyak 50mg. Pembuatan Hiperglikemia Pada Mencit Put ih Jantan yang Diinduksi Streptozocin

Semua kelompok mencit dipuasakan selama 16 jam diukur kadar glukosa darah awal, kemudian kelompok II, III, IV dan V diinduksi dengan streptozocin 50 mg/kgBB secara intraperitonial (i.p) menggunakan buffer sitrat 0,1 M pH 4,5 (Devi , 2012). Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada hari ke-2-4 pasca induksi dengan menggunakan alat

NESCO®. Diagnosa DM dapat ditegakkan apabila dalam 2-4 hari post induksi Streptozocin kadar glukosa darah puasa dalam plasma

Pembuatan Luka

Luka dibuat pada hari ke-3 setelah diinduksi streptozocin. Cara pembuatan luka menurut metoda morton (Morton, 1972). Caranya: Bulu pada salah satu bagian punggung mencit dirontokkan, kemudian mencit dianastesi dengan menggunakan eter, setelah itu dilakukan tindakan antiseptik dengan mengoleskan alkohol 70% pada daerah punggung yang dirontokkan bulunya, kemudian dibuat luka sayatan berbentuk lingkaran dengan diameter ± 1,5 cm.

Pengujian Histologis

Cara pembuatan preparat histology: sampel dari jaringan luka diambil 0,3cm dari tepi luka awal. Jaringan ini direndam dengan formalin 10% kemudian diambil irisan vertikalnya dan diwarnai denga hematoxylin dan eosin. Sediaan histologi ini diamati dibawah mikroskop dan dibuat skor dengan kriteria:

- (-) atau 0 : tidak tampak serabut kolagen

- (+) atau 1 : serabut kolagen menyebar sangat tipis atau sedikit

- (++) atau 2 : serabut kolagen menyebar sedang dan tampak penyatuan

- (+++) atau 3 : serabut kolagen menyebar banyak dan terikat sempurna

Analisis Data

Data kelompok perlakuan yang diperoleh diolah secara statistik dengan analisa variasi dua arah (ANOVA) dengan program SPSS 17.

HASIL DAN DISKUSI

Hasil dari 1 Kg sampel segar daun bandotan didapat sampel kering seberat 300 gram yang dimaserasi dengan etanol 70% didapatkan ekstrak kental sebanyak 78,89 gram dengan rendemen 26,29 %. Kemudian dilanjutkan dengan pengujian kadar abu dan susut pengeringan yang hasilnya berturut-turut adalah 7,7% dan 11,47%. Hasil pemeriksaan pendahuluan dari kandungan kimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun bandotan memiliki kandungan flavonoid, fenolik, saponin dan alkaloid.

Sediaan krim dipilih karena mempunyai keuntungan yaitu bentuknya menarik, sederhana dalam pembuatannya, mudah dalam penggunaan, daya menyerap yang baik dan memberikan rasa dingin pada kulit (Depkes RI, 1995). Sediaan krim ini dibuat dalam tipe a/m dengan basis yang dipilih berdasarkan penelitian sebelumnya dimana krim tipe a/m dengan ekstrak etanol daun bandotan dapat memberikan aktivitas pembentukan serabut kolagen pada proses penyembuhan luka biasa (Afrianti, 2014).

Pemeriksaan organoleptis yang dilakukan adalah pemeriksaan bentuk, warna dan bau. Krim ekstrak etanol daun bandotan memiliki bentuk setengah padat, warna hijau kehitaman dan bau khas bandotan. Tidak menunjukkan adanya perubahan organoleptis selama 6 minggu.

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan secara merata dan tipis pada kaca transparan. Selama 6 minggu masing-masing formula menunjukkan susunan yang tetap homogen dimana tidak terdapat butiran-butiran kasar pada kaca transparan.

(5)

Pemeriksaan tipe krim selama 6 minggu pada masing-masing formula dilakukan dengan menggunakan metilen blue dan penyebaran warnanya dilihat dibawah mikroskop dimana akan terlihat zat warna yang tidak merata pada mikroskop. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tipe sediaan masing-masing formula adalah air dalam minyak, karena metilen blue merupakan suatu zat yang larut dalam air dengan warna biru dan tidak larut dalam minyak.

Pemeriksaan pH masing-masing formula dilakukan selama 6 minggu menggunakan alat pHmeter inolab. Hasil pemeriksaan pH tiap minggu selama 6 minggu menunjukkan hasil pH basis krim berkisar antara 5,13-6,03, Formula krim ekstrak etanol daun bandotan 3% berkisar antara 5,02-5,63, Formula krim ekstrak etanol daun bandotan 5% berkisar antara 5,98-6,21 dan Formula krim ekstrak etanol daun bandotan 7% berkisar antara 5,10-5,51. Dari hasil tersebut pH masing-masing formula tersebut masih dalam kisaran pH yang dapat diterima oleh kulit yaitu berkisar antara 4,5 – 6,5.

Pemeriksaan daya tercuci masing-masing formula dilakukan menggunakan air suling dan air sabun. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa masing-masing formula dapat tercuci dengan 50 mL air dan basis krim dapat tercuci dengan 40 mL air sabun, sedangkan krim ekstrak etanol daun bandotan pada masing-masing konsentrasi sama-sama dapat tercuci pada volume 35mL air sabun yang artinya uji daya tercuci menggunakan air sabun lebih baik dibandingkan menggunakan air biasa karena dapat membantu mempercepat daya cucinya.

Pemeriksaan stabilitas krim dilakukan pada suhu 5oC dan suhu ruangan selama 6 minggu. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa krim a/m ekstrak etanol daun bandotan pada konsentrasi 3%, 5% dan 7% tidak memisah sampai minggu ke 6 dengan konsistensi yang lebih padat pada suhu 5oC. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat kestabilan krim pada waktu penyimpanan. Yang artinya pada semua sediaan basis krim a/m dan krim a/m berbagai konsentrasi stabil terhadap waktu penyimpanannya.

Pemeriksaan uji iritasi kulit dilakukan pada daerah pangkal lengan bagian dalam pada 5 orang panelis dengan cara uji tempel tutup. Sediaan uji sebanyak 0,1 gram dioleskan pada lengan dalam bagian atas,

kemudian ditutup dengan kain kassa. Setelah 24 jam diamati gejala yang timbul pada kulit. Hasil pemeriksaan tidak adanya iritasi yang timbul setelah pemakaian masing-masing formula. Yang artinya semua sediaan tidak menimbulkan iritasi pada berbagai kulit yang berbeda, sehingga bisa digunakan untuk semua jenis kulit.

Pemeriksaan distribusi partikel yang telah dilakukan didapatkan hasil perhitungan yang menunjukkan bahwa diameter panjang formula krim ekstrak etanol daun bandotan konsentrasi 3% adalah 21µm, konsentrasi 5% adalah 21,13 µm dan konsentrasi 7% adalah 18,4 µm. Masing-masing hasil ini menunjukkan bahwa semua sediaan krim a/m yang dibuat memenuhi syarat ukuran partikel yang stabil secara fisik yaitu antara 1 – 50 µm.

Penginduksi yang digunakan pada penelitian ini adalah streptozocin (STZ) dengan dosis 50 mg/kg BB mencit secara ip dan diberi minum glukosa 10% untuk mempertahankan kadar glukosa agar tetap tinggi dalam darah saat penginduksian.

Pada penelitian ini mencit digunakan sebanyak 45 ekor yang dibagi menjadi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 9 ekor dan dibagi lagi menjadi 3 subkelompok waktu dekapitasi, yaitu hari ke-7, hari ke-14 dan hari ke-21.

Mencit yang telah dikatakan hiperglikemia dilukai pada bagian punggungnya menggunakan pisau bedah dengan diameter ± 1,5cm yang berbentuk lingkaran. Sebelumnya mencit telah dicukur bulunya dan dioleskan alkohol 70% untuk mengurangi rasa sakit dan pendarahan. Kemudian pada masing-masing kelompok hewan uji yang telah dilukai langsung diberikan perlakuan sesuai dengan kelompoknya dengan frekuensi 2 x sehari dan selanjutnya ditutup dengan kasa dan plseter untuk meminimalisir terjadinya kontaminan. Lakukan pengukuran diameter luka awal setelah dilukai, dan terutama pada hari ke-7, hari ke-14 dan hari ke-21, dan hitung persentase diameter penyembuhan lukanya. Kemudian sampel dari jaringan luka di ambil 0,3 cm dari arah tepi luka dan di buat sediaan histologis dengan metode pewarnaan menggunakan Hematoksilin-Eosin (HE) untuk pengamatan kerapatan serabut kolagennya (Subowo, 2009). Perlakuan ini dilakukan pada setiap kelompok dengan waktu dekapitasi pada hari ke-7, ke-14, dan ke-21.

(6)

Rata-rata persentase penyembuhan luka hiperglikemia pada hari ke-7 kelompok I (kontrol negatif), kelompok II (kontrol positif), kelompok III (kons. 3%), kelompok IV (kons.5%), dan kelompok V (Kons. 7%) berturut-turut adalah 69,4 %, 23,9 %, 63,4 %, 69,1 % dan 39,9 %. Terlihat bahwa kontrol negatif memiliki persentase penyembuhan luka yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol positif, krim a/m ekstrak etanol daun bandotan konsentrasi 3%, 5% dan 7%. Pada hari ke-14 kelompok I (kontrol negatif), kelompok II

(kontrol positif), kelompok III (kons. 3%), kelompok IV (kons.5%), dan kelompok V (Kons. 7%) berturut-turut adalah 97 %, 90,5 %, 93,8 %, 94,3 % dan 93,1%. Pada hari ke-21 kelompok I (kontrol negatif), kelompok II (kontrol positif), kelompok III (kons. 3%), kelompok IV (kons.5%), dan kelompok V (Kons. 7%) berturut-turut adalah 98,2 %, 94,4 %, 96,7 %, 98,5 % dan 97,5 %, seperti yang terlihat pada tabel III.

Tabel III. Hasil Rata-rata Persentase Penyembuhan Luka dan Kerapatan Serabut Kolagen.

Kelompok

Sub Kelompok / Pengukuran Hari Ke-

7 14 21 % penyembuhan Skor % penyembuhan Skor % penyembuhan Skor I (Kontrol Negatif) 69,4 1 97 2 98,2 3 II (Kontrol Positif) 23,9 0,3 90,5 1,3 94,4 2,3

III (Krim Kons. 3%) 63,4 1,7 93,8 2,7 96,7 3

IV (Krim Kons. 5%) 69,1 2 94,3 3 98,5 3

V (Krim Kons.7%) 39,9 1,3 93,1 3 97,5 3

Data hasil pengukuran persentase penyembuhan luka dilanjutkan dengan pengujian hipotesis dengan two-Way ANOVA SPSS 17. Dari uji Anova didapatkan hasil dimana pada sumber variasi antar kelompok perlakuan mempunyai nilai P<0,05. Ini mengandung makna dalam kelompok perlakuan terdapat minimal ada 1 kelompok yang mempunyai persentase penyembuhan luka yang berbeda secara bermakna. Begitu juga pada antar kelompok hari pengukuran yang mempunyai nilai P<0,05. Ini mengandung makna bahwa ada perbedaan persentase yang bermakna diantara kelompok terhadap hari pengamatan.

Analisis dilanjutkan dengan uji Duncan kelompok perlakuan, didapatkan bahwa persentase penyembuhan luka paling baik diberikan oleh kelompok IV (kons.5%) dan kelompok III (kons.3%) yang tidak berbeda nyata dengan kontrol negatif. Kemudian efek persentase penyembuhan luka kelompok V (konsentrasi 7%) juga menunjukkan penyembuhan yang sebanding dengan konsentrasi 5% dan 3%, namun persentase penyembuhan luka konsentrasi 7% ini tidak sebaik konsentrasi 5% dan 3% karena konsentrasi 7% ini sebanding juga dengan kontrol positif. Sedangkan pada hari

pengamatannya hari ke-7 menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap hari ke-14 dan 21. Tetapi hari ke-14 tidak berbeda nyata dengan hari ke-21. Artinya persentase penyembuhan luka maksimal telah diberikan pada hari ke-14.

Skor kerapatan serabut kolagen pada kelompok I (kontrol negatif) hari ke-7 adalah skor 1 yaitu telah tampak serabut kolagen yang baru mulai terbentuk sedikit, tampak adanya pembuluh darah baru, tetapi bagian epidermis masih belum menutup. Hari ke-14 adalah skor 2 yaitu serabut kolagennya menyebar sedang dan mulai tampak penyatuan, jaringan epidermis yang hampir menutup secara sempurna. Hari ke-21 adalah skor 3 yaitu serabut kolagen menyebar banyak dan terikat sempurna, terlihat sel rambut yang sudah tumbuh dan mulai memanjang, dapat dilihat pada Gambar 1.

Skor kerapatan serabut kolagen pada kelompok II (kontrol positif) hari ke-7 adalah skor 0,3 yaitu belum tampak serabut kolagennya atau masih sangat tipis sekali, ada satu adanya pembuluh darah baru, dan bagian epidermis belum menutup sempurna. Hari ke-14 adalah skor 1,3 yaitu mulai tampak serabut kolagen yang menyebar, tampak adanya pembuluh darah baru, tetapi bagian epidermis

(7)

terutama stratum korneumnya belum menyatu secara sempurna. Hari ke-21 adalah skor 2,3yaitu serabut kolagennya menyebar sedang dan mulai tampak penyatuan, jaringan epidermis yang sempurna, dan adanya tumpukan-tumpak sel rambut yang mulai tampak, dapat dilihat pada Gambar 1.

Skor kerapatan serabut kolagen pada kelompok III (konsentrasi 3%) hari ke-7 adalah skor 1,7 yaitu serabut kolagennya menyebar sedang dan mulai tampak penyatuan, tetapi jaringan epidermis masih belum terbentuk secara sempurna juga belum muncul sel rambutnya. Hari ke-14 adalah skor 2,7 yaitu serabut kolagennya menyebar sedang dan mulai tampak penyatuan, jaringan epidermis sudah tampak sempurna, adanya pembuluh darah baru dan sudah mulai tampak sel rambutnya. Hari ke-21 adalah skor 3 yaitu serabut kolagen sudah menyebar banyak dan hampir terikat sempurna, pembuluh darah yang sudah merata, dan polikel rambut yang sudah tampak memanjang tumbuh, dapat dilihat pada Gambar 1.

Skor kerapatan serabut kolagen pada kelompok IV (konsentrasi 5%) hari ke-7 adalah skor 2 yaitu serabut kolagennya menyebar sedang dan mulai tampak penyatuan, jaringan epidermisnya tampak

hampir sempurna. Hari ke-14 adalah skor 3yaitu serabut kolagen sudah menyebar banyak dan hampir terikat sempurna, pembuluh darah yang sudah merata, dan polikel rambut yang sudah tampak banyak. Hari ke-21 adalah skor 3yaitu serabut kolagen sudah menyebar banyak dan terikat sempurna, pembuluh darah yang sudah merata, dan polikel rambut yang sudah banyak dan memanjang hampir keluar, dapat dilihat pada Gambar 1.

Skor kerapatan serabut kolagen pada kelompok V (konsentrasi 7%) hari ke-7 adalah skor 1,3 yaitu telah tampak serabut kolagen yang baru mulai terbentuk sedikit, jaringan epidermisnya belum sempurna karena stratum korneumnya belum terbentuk. Hari ke-14 adalah skor 3 yaitu serabut kolagen sudah menyebar banyak dan hampir terikat sempurna, pembuluh darah yang sudah merata, bagian epidermis sudah hampir sempurna dan polikel rambut yang sudah tampak banyak tetapi masih didaerah dermis. Hari ke-21 adalah skor 3yaitu serabut kolagen sudah menyebar banyak dan terikat sempurna, pembuluh darah yang sudah merata, dan polikel rambut yang sudah banyak berada dibagian epidermis, dapat dilihat pada Gambar 1.

a. Kelompok Kontrol Negatif b. Kelompok Kontrol Positif Kolagen

Kolagen

(8)

c.. Kelompok Krim 3% d. Kelompok Krim 5%

e. Kelompok Krim 7%

Gambar 1. (a - e). Kerapatan Serabut Kolagen Setiap Kelompok Pada Hari Ke-14.

Kerapatan serabut kolagen juga dilakukan analisis dengan two-Way ANOVA SPSS 17. Didapatkan hasil dimana pada sumber variasi antar kelompok perlakuan mempunyai nilai P<0,05, yang berbeda secara bermakna. Begitu juga pada kelompok hari pengamatan yang mempunyai nilai P<0,05, yang bermakna diantara hari pengamatan.

Analisis dilanjutkan dengan uji Duncan kelompok perlakuan, didapatkan bahwa kerapatan serabut kolagen yang baik diberikan oleh kelompok III (konsentrasi 3%), kelompok IV (konsentrasi 5%), dan kelompok V (konsentras 7%) yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol negatif dan kontrol positif. Pengaruh peningkatan hari pengamatan terhadap kerapatan serabut kolagen menunjukkan perbedaan yang nyata antara hari ke-7, hari ke-14, dan hari ke-21, artinya semakin lama waktu pengamatan maka semakin bagus serabut kolagen yang terbentuk.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa krim a/m ekstrak etanol daun bandotan pada konsentrasi 3%, 5% dan 7% dapat mempercepat proses penyembuhan luka hiperglikemia yang terlihat pada persentase penyembuhan luka dan kerapatan serabut kolagennya. Dimana persentase penyembuhan luka konsentrasi 3%, 5% dan 7% berbeda secara bermakna (P<0,05) dengan kelompok kontrol positif, dan skor kerapatan serabut kolagen juga berbeda secara bermakna (p<0,05) dengan kelompok kontrol positif dan kontrol negatif.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianti, R., Yenti R. dan Monica H., 2014. Pengamatan Serabut Kolagen Pada Proses Penyembuhan Luka Dalam Sediaan Krim Ekstrak Etanol Daun

Kolagen Folikel Rambut Folikel Rambut Kolagen Folikel Rambut Kolagen

(9)

Bandotan (Ageratum conyzoides L.).

Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV., 39:40.

Dalimartha, S. 2000. ATLAS Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 2. Trubus Agriwidya, Jakarta. Pp 1 – 3.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Ditjen POM Depkes RI,Jakarta. Devi, Y.R., Mazumder, P.B., 2012, Effects of

Aqueous Extract of Eugenia operculata Roxb. on Normal and Streptozotocin Induced Diabetic Mice,

InternationalResearch Journal of Pharmachy, 3 (12):67-70.

Erwin, Etriwati, Muttaqien, Pangestiningsih T, W., dan Widyarini S, 2012. Ekspresi Insulin Pada Pankreas Mencit (Mus Musculus) Yang Diinduksi Dengan Streptozotocin Berulang., 97. Ismail D, S, S, L., Irawaty D., Haryati T, S.,

2009. Penggunaan Balutan Modern Memperbaiki Proses Penyembuhan Luka Diabetik. Jurnal kedokteran Brawijaya, 32

Morton JJ, Malone MH, Evaluation of vulnerary activity by an open wound procedure in rats, Arch Int Pharmacodyn, 196, 1972, 117-26. Parakh, P.M. (2010). Nigella Sativa Linn. A

comprehensive review. Indian journal of natural products and resources, I (4), 409-426.

Yani, C., 2013, Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Bandotan (Ageratum conyzoides

L.)Dalam Penyembuhan Luka Pada Mencit Hiperglikemi Yang diinduksi Streptozotocin, Skripsi, STIFI, Padang.

Gambar

Tabel I. Formula basis krim
Tabel III. Hasil Rata-rata Persentase Penyembuhan Luka dan Kerapatan Serabut Kolagen.
Gambar 1. (a - e). Kerapatan Serabut Kolagen Setiap Kelompok Pada Hari Ke-14.

Referensi

Dokumen terkait

Pengar uhakt i vi t asber mai nmedi amaze angka t er hadap per kembangan mengenall ambangbi l angananakdapat di l i hatmel al uiper kembangananakpada kel as eksper i men yang sebel

tersebut diatas, maka masih perlunya dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Book Tax Differences dan Volatilitas Penjualan Terhadap

Hasil uji efek afrodisiaka ekstrak etanol albedo (mesocarp) semangka pada parameter introducing dari setiap kelompok menunjukkan bahwa kelompok IV memiliki aktivitas

Perairan Aceh, Perairan Riau, Perairan Bengkulu, Perairan Barat Lampung, Laut Natuna Utara, Selat Karimata, Perairan Kalimantan Tengah, Perairan Kalimantan Selatan, Perairan

With the generalisation methods, 3DCM in different LODs will be created automatically with multiple representations of the data structure, and different

Juga perlu di perhatikan didalam penanaman vanili ini yaitu tanah di sekitar tanaman harus selalu basah yaitu dengan jalan di siram.Cara yang umum dilakukan untuk menjaga

| vii Tabel 7.6 Tabel 7.7 Tabel 7.8 Tabel 7.9 Tabel 7.10 Tabel 7.11 Tabel 7.12 Tabel 7.13 Tabel 7.14 Tabel 7.15 Tabel 7.16 Tabel 7.17 Tabel 7.18 Tabel 7.19 Tabel 7.20

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik skripsi yang