• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu perencanaan yang efektif dan ideal akan. memudahkan manajer dalam ini adalah kepala sekolah untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu perencanaan yang efektif dan ideal akan. memudahkan manajer dalam ini adalah kepala sekolah untuk"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

15 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Efektifitas Perencanaan

Suatu perencanaan yang efektif dan ideal akan memudahkan manajer dalam ini adalah kepala sekolah untuk melakukan pengelolaan kegiatan di sekolah. Suatu rencana yang telah dibuat dan ditetapkan oleh kepala sekolah sifatnya tidaklah tetap, maksudnya apabila rencana yang telah ditetapkan tersebut dipandang sudah tidak lagi efektif untuk diterapkan dalam proses kegiatan di sekolah, maka rencana tersebut dapat diubah. Dengan demikian, perencanaan yang sudah dibuat dan ditetapkan oleh sekolah dalam segala kegiatan dan dalam periode waktu tertentu harus dilakukan peninjauan ulang, apakah masih efektif untuk terus diaplikasikan dalam kegiatan sekolah ataukah harus diadakan perubahan, modifikasi, atau bahkan diganti dengan perencanaan yang baru. Seperti halnya dengan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) yang setiap tahun selalu berubah sesuai dengan kebutuhan sekolah. Dengan perubahan RKAS yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan maka efektifitas perencanaannya akan lebih baik dan terarah.

(2)

16

Menurut Othenk (2008: 4), efektifitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektifitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektifitasnya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Othenk (2008: 7), efektifitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya. Dapat disimpulkan bahwa efektifitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan partisipasi aktif dari anggota serta merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai.

Untuk meninjau ulang dan menilai suatu perencanaan dalam hal ini adalah Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) dibutuhkan kriteria-kriteria tertentu, sehingga efektifitas perencanaan tersebut tetap terjaga. Beberapa kriteria dapat

(3)

17

digunakan untuk menilai efektifitas perencanaan, yaitu mencakup hal-hal sebagai berikut :

1. Kegunaan. Agar berguna bagi sekolah dalam fungsi-fungsinya suatu rencana harus fleksibel, stabil, berkesinambungan, dan sederhana. Fleksibilitas adalah esensi bagi kesuksesan perencanaan strategik. Rencana juga memerlukan stabilitas, karena bila rencana terlalu sering berubah dan sekolah tidak menjadi terbiasa maka perencanaan tersebut menjadi tidak efektif. Rencana juga perlu mempunyai kontinyuitas, agar perencanaan dapat berkesinambungan. Rencana mesti sederhana, untuk memberikan cara pencapaian tujuan dengan sedikit mungkin faktor-faktor, kekuatan-kekuatan dan pengaruh-pengaruh dalam situasi, serta hubungan-hubungan antar stakeholder.

2. Ketetapan dan Obyektivitas. Rencana-rencana harus dievaluasi untuk mengetahui apakah jelas, ringkas, nyata, dan akurat. Berbagai keputusan dan kegiatan dalam perencanaan hanya akan efektif jika didasarkan atas informasi yang tepat dan didasarkan pada pemikiran realistik dan fakta-fakta yang sebenarnya tentang persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran dibanding sasaran pribadi pembuat rencana. Jadi agar perencanaan tersebut dapat tercapai, proses

(4)

18

penyusunannya harus didasarkan atas pemikiran yang obyektif.

3. Ruang Lingkup. Perencanaan perlu memperhatikan prinsip-prinsip kelengkapan, kepaduan, dan konsistensi.

4. Efektifitas Biaya. Efektifitas biaya perencanaan adalah menyangkut waktu, usaha, dan aliran emosional. Perencanaan tidak dilakukan bila hasilnya tidak meningkatkan penghasilan atau mengurangi biaya lebih kecil daripada biaya perencanaan dan implementasinya.

5. Akuntabilitas. Ada dua aspek akuntabilitas perencanaan, yaitu : tanggung jawab atas pelaksanaan perencanaan dan tanggung jawab atas implementasi rencana. Suatu rencana harus mencakup keduanya.

6. Ketepatan Waktu. Para perencana harus membuat berbagai perencanaan. Berbagai perubahan yang terjadi sangat cepat akan dapat menyebabkan rencana tidak tepat atau sesuai untuk berbagai perbedaan waktu.

Jadi, efektifitas perencanaan merupakan ukuran sejauh mana tercapainya tujuan yang ditetapkan oleh sekolah dalam merencanakan anggaran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) berbasis mutu di wilayah Dabin III Kecamatan Mojosono Kabupaten Boyolali.

(5)

19 2.1.2 Bantuan Operasional Sekolah

Pemerintah Indonesia menyalurkan berbagai bantuan pendidikan, salah satunya adalah dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Tujuan BOS pada dasarnya adalah meringankan dan membebaskan siswa miskin dari biaya pendidikan. Dana BOS dianggap mampu mendorong sekolah untuk meningkatkan kualitas mutu sekolah dalam pelaksanaan kebutuhan anggaran. Program BOS mampu mendorong meningkatkan akuntabilitas keuangan dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

Tilaar dan Nugroho (2009: 28) menyatakan bahwa pendidikan dalam kaitannya dengan manusia sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat adalah :

“Upaya pengembangan kepribadian agar mampu memenuhi kebutuhan pribadi dan menyumbangkan kemampuannya untuk masyarakat”. Untuk menyelenggarakan pendidikan, pemerintah perlu menetapkan serangkaian kebijakan pendidikan. Ada tiga pilar kebijakan pendidikan yang telah ditetapkan yaitu: 1) Perluasan dan pemerataan akses pendidikan, 2) Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, 3) Tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik.

Program BOS merupakan implementasi dari Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 34 ayat 2 yang menyebutkan bahwa pemerintah pusat dan daerah menjamin terselenggaranya

(6)

20

wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) merupakan suatu peraturan kebijakan yang dikeluarkan dalam rangka memperlancar penuntasan buta aksara seperti amanat Inpres Nomor 5 Tahun 2005, untuk itu Menteri Pendidikan membentuk tim pelaksana yang diatur dalam surat edaran nomor 5421/MPN/OT/2005.

Mulai pertengahan 2010, kemendiknas mulai menggunakan mekanisme baru penyaluran dana BOS. Dana BOS tidak lagi langsung ditransfer dari bendahara negara ke rekening sekolah, tetapi ditransfer ke kas APBD selanjutnya ke rekening sekolah.

Kemendiknas beralasan, mekanisme baru ini bertujuan untuk memberikan kewenangan lebih besar kepada pemerintah daerah dalam penyaluran dana BOS. Dengan cara ini, diharapkan pengelolaan menjadi lebih tepat waktu, tepat jumlah, dan tak ada penyelewengan. Harus diakui, masalah utama dana BOS terletak pada lambatnya penyaluran dan pengelolaan di tingkat sekolah yang tidak transparan. Selama ini, keterlambatan transfer terjadi karena berbagai faktor, seperti keterlambatan transfer oleh pemerintah pusat dan lamanya keluar surat pengantar pencairan dana oleh tim manajer BOS daerah.

(7)

21 1. Tujuan Pelaksanaan BOS

Dalam buku panduan BOS (2010:28-29) tujuan pelaksanaan BOS adalah:

a. Menggratiskan seluruh siswa miskin di tingkat pendidikan

dasar dari beban biaya operasional sekolah.

b. Membebaskan seluruh siswa tingkat pendidikan dasar terhadap

biaya operasional sekolah.

c. Membebaskan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan

dalam bentuk apapun.

d. Meringankan beban biaya operasional sekolah.

2. Prinsip Dasar Pelaksanaan BOS

Dana BOS pada prinsipnya agar bisa disalurkan kepada sekolah lebih efektif dan efisien, dan pengelolaannya menjadi wewenang masing-masing sekolah dengan pengawasan pihak Tim BOS kabupaten/kota.

3. Manajemen Pelaksanaan BOS

Manajemen merupakan istilah lain dari pengelolaan yang menurut Suharsimi Arikunto (2009: 2) adalah :

“Pengadministrasian, pengaturan, dan penataan suatu kegiatan”. M. Sobry Sutikno (2012: 25) manajemen adalah :

“Kemampuan dan ketrampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan, baik bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi”.

Menurut Engkoswara (dalam Mulyasa, 2007: 8), manajemen pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya adalah:

”Suatu ilmu yang mempelajari penataan sumber daya yaitu sumber daya manusia, kurikulum atau sumber belajar dan fasilitas untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal dan menciptakan suasana yang baik bagi manusia, yang turut serta dalam pencapaian tujuan pendidikan yang disepakati”

(8)

22

Manajemen pendidikan pada dasarnya adalah suatu media untuk mencapai tujuan pendidikan secara produktif yaitu efektif dan efisien. Berdasarkan pendapat Engkoswara di atas dengan lebih memperhatikan aspek manajemen pendidikan maka diharapkan tujuan pendidikan atau target program pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Manajemen pendidikan yang juga sering disebut dengan administrasi pendidikan, yaitu segenap proses pengerahan dan pengintegrasian segala sesuatu, baik personil, spiritual maupun material, yang bersangkut paut dengan pencapaian tujuan pendidikan. Jadi di dalam proses administrasi pendidikan segenap usaha orang-orang yang terlibat di dalam proses pencapaian tujuan pendidikan itu terintegrasi, diorganisasi dan dikoordinasi secara efektif, dan semua materi yang diperlukan dan yang telah ada dimanfaatkan secara efisien (Purwanto, 2006: 3-4). Suryosubroto (2004: 26-27) mendefinisikan manajemen pendidikan sebagai semua bentuk usaha bersama untuk mencapai tujuan pendidikan itu dengan merancang, mengadakan, dan memanfaatkan sumber-sumber (manusia, uang, peralatan, dan waktu).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa manajemen pendidikan merupakan faktor

(9)

23

utama dalam penyelenggaraan pendidikan, karena manajemen pendidikan merupakan suatu usaha bersama yang dilakukan untuk mendayagunakan semua sumber daya baik manusia, uang, bahan dan peralatan serta metode untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Jadi dalam manajemen pendidikan terkandung unsur-unsur (a) tujuan yang akan dicapai, (b) adanya proses kegiatan bersama, (c) adanya pemanfaatan sumber daya, dan (d) adanya kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan terhadap sumber daya yang ada.

2.1.3 Anggaran Berbasis Mutu 2.1.3.1 Anggaran

1. Konsep Anggaran

Menurut Anthony dan Govindarajan (1998:360) anggaran adalah :

“Suatu alat perencanaan dan pengendalian yang efektif di dalam organisasi, yang bersifat jangka pendek biasanya mencakup periode satu tahun”.

Menurut Indra Bastian (2010:191), berdasarkan

Governmental Accounting Standards Board (GASB), definisi

anggaran adalah

“… rancana operasi keuangan yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode tertentu …”

(10)

24

Sedangkan menurut M. Nafarin (2012:19) pengertian anggaran adalah:

“… rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang”.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa anggaran adalah suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif untuk menunjukkan bagaimana sumber-sumber akan diperoleh dan akan digunakan selama jangka waktu tertentu, umumnya satu tahun. Anggaran memiliki dua peran penting di dalam sebuah organisasi, yaitu pertama berperan sebagai alat perencanaan dan kedua berperan sebagai alat pengendalian. Sebagai sebuah rencana tindakan, anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk mengendalikan kegiatan organisasi atau unit organisasi dengan cara membandingkan hasil yang sesungguhnya yang dicapai dengan rencana yang telah ditetapkan. Jika hasil sesungguhnya berbeda secara signifikan dari rencana, tindakan tertentu harus diambil untuk melakukan revisi yang perlu terhadap rencana.

2. Perencanaan Anggaran

Anggaran adalah alat perencanaan untuk mencapai tujuan organisasi, yang berisikan rencana-rencana kegiatan/program yang akan dilaksanakan, rencana biaya-biaya yang akan dikeluarkan

(11)

25

dan hasil yang akan dicapai dalam suatu organisasi. Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan untuk :

1. Merumuskan tujuan dan sasaran agar sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan.

2. Merencanakan berbagai program/kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi serta merencanakan alternatif sumber pembiayaan.

3. Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun.

4. Menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi.

Menurut Sri Rahayu dan Andry Arifian Rachman (2013:4) perencanaan anggaran adalah :

“…. pandangan ke depan untuk melihat tindakan apa yang seharusnya dilakukan agar dapat mewujudkan tujuan-tujuan tertentu…”

Kaitannya dalam perencanaan dana Bantuan Operasional Sekolah kaitannya untuk peningkatan mutu pendidikan khususnya di Dabin III Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali merujuk pada Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) yang terlebih dahulu dibuat oleh pihak sekolah melalui rapat dewan guru yang melibatkan pemangku kepentingan seperti komite sekolah, dewan guru dan pengawas sekolah. Sehingga penggunaan dana Bantuan

(12)

26

Operasional Sekolah benar-benar menyasar untuk peningkatan mutu pendidikan. Mulyasa (2006:173) menyatakan,

“Perencanaan dalam manajemen keuangan ialah kegiatan

merencanakan sumber dana untuk menunjang kegiatan pendidikan dan tercapainya tujuan pendidikan di sekolah”.

Perencanaan menghimpun sejumlah sumber daya yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan berhubungan dengan anggaran atau budget sebagai penjabaran suatu rencana ke dalam bentuk dana untuk setiap komponen kegiatan. Rohiat (2010:110) menyatakan bahwa perencanaan program tidak hanya mencantumkan berapa biaya yang harus dikeluarkan, namun harus menjelaskan secara detail dan lugas tentang aspek-aspek yang ingin dicapai, kegiatan yang harus dilakukan, pelaksana kegiatan, serta kapan dan di mana kegiatan dilaksanakan.

Perencanaan program BOS meliputi dua kegiatan utama yang dilakukan oleh kepala sekolah bersama Tim Manajemen BOS sekolah yaitu mengidentifikasi kebutuhan sekolah dan menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS). Dalam mengidentifikasi kebutuhan sekolah, kepala sekolah dan Tim Manajemen BOS sekolah perlu menentukan kondisi sekolah saat ini. Dalam buku perencanaan dan penganggaran sekolah/madrasah (Kemendiknas dan Kemenag, 2011:8) disebutkan bahwa dalam menentukan kondisi sekolah saat ini, ada

(13)

27

tiga langkah yang harus dilakukan, yaitu: (1) melakukan Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah, (2) membandingkan Hasil Evaluasi Diri (Kondisi Nyata) Sekolah/Madrasah dengan Acuan Standar Sekolah/ Madrasah, (3) merumuskan Tantangan (Utama/Prioritas) Sekolah/ Madrasah. Dengan melakukan evaluasi diri akan menunjukkan kinerja sekolah/madrasah misalnya, bagian yang mengalami perbaikan atau peningkatan, bagian yang tetap, dan bagian yang mengalami penurunan. Hal ini penting dilakukan karena dana BOS merupakan sumber utama bagi sekolah/madrasah untuk memenuhi biaya penyelenggaraan sekolah/ madrasah, dan kebijakan pemerintah mengharuskan BOS menjadi sarana penting untuk meningkatkan akses dan mutu pendidikan dasar yang bermutu. Setelah mengidentifikasi kebutuhan sekolah sesuai hasil evaluasi diri yang dilakukan oleh sekolah, maka kepala sekolah bersama Tim Manajemen BOS sekolah dapat menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) berdasarkan hasil evaluasi diri sekolah. Menurut Sagala (2010:224) dalam menyusun RKAS harus diketahui lebih dulu budget yang tersedia, yaitu: (1) rencana operasional keuangan mencakup estimasi tentang pengeluaran untuk suatu periode/waktu, (2) rencana sistematik untuk efisiensi pemanfaatan tenaga dan (3) rencana keuangan yang diprioritaskan dengan pola pengawasan operasional pada masa datang suatu

(14)

28

lembaga. Dalam penyusunan RKAS, kepala sekolah dan Tim Manajemen BOS sekolah harus memperhatikan ketentuan-ketentuan dari masing-masing sumber dana. Sangat dimungkinkan suatu program dibiayai dengan subsidi silang dari berbagai pos atau sumber dana.

Dengan demikian perencanaan dana BOS akan dapat efektif sesuai dengan target yang ditetapkan sekolah. Perencanaan yang efektif menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Apabila hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektifitasnya dalam hal ini adalah capaian indikator keberhasilan yaitu 80% yang harus terpenuhi supaya perencanaan anggaran dana BOS khususnya di wilayah Dabin III Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali menjadi efektif.

3. Pelaksanaan Anggaran

Pelaksanaan anggaran adalah tahap di mana sumber daya yang ada digunakan untuk melaksanakan kebijakan anggaran yang telah disusun dalam hal ini adalah RKAS . Suatu hal yang mungkin terjadi dimana anggaran yang disusun dengan baik tenyata tidak dilaksanakan dengan tepat, tetapi tidak mungkin anggaran yang tidak disusun dengan baik dapat diterapkan secara tepat. Persiapan anggaran yang baik merupakan awal baik secara logis

(15)

29

maupun kronologis. Walaupun demikian proses pelaksanaannya tidak menjadi sederhana karena adanya mekanisme yang menjamin ketaatan pada program pendahuluan. Bahkan dengan prakiraan yang baik sekalipun, akan ada perubahan-perubahan tidak terduga dalam pelaksanaan anggaran dalam tahun yang berjalan yang perlu diperlihatkan dalam anggaran. Perubahan-perubahan tersebut harus disesuaikan dengan cara yang konsisten dengan tujuan kebijakan yang mendasar untuk menghindari terganggunya aktivitas pembelajaran di sekolah dan manajemen sekolah.

Pelaksanaan anggaran yang tepat tergantung pada banyak faktor yang di antaranya adalah kemampuan untuk mengatasi perubahan dalam pelaksanaan anggaran dan kemampuan manajemen sekolah untuk melaksanakan pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah dengan tepat. Pelaksanaan anggaran melibatkan lebih banyak orang daripada persiapannya dan mempertimbangkan umpan balik dari pengalaman yang sesungguhnya. Oleh karena itu, pelaksanaan anggaran harus: (a) menjamin bahwa anggaran akan dilaksanakan sesuai dengan wewenang yang diberikan baik dalam aspek keuangan maupun kebijakan; (b) menyesuaikan pelaksanaan anggaran dengan perubahan signifikan dalam proses pelaksanaannya; (c) memutuskan adanya masalah yang muncul dalam

(16)

30

pelaksanaannya; (d) menangani pembelian dan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif. Sistem pelaksanaan anggaran harus menjamin adanya ketaatan terhadap wewenang anggaran dan memiliki kemampuan untuk melakukan pengawasan dan pelaporan yang dapat langsung mengetahui adanya masalah pelaksanaan anggaran serta memberikan fleksibilitas bagi manajemen sekolah.

4. Pertanggungjawaban Anggaran

Pertanggungjawaban anggaran berisi realisasi dalam pelaksanaan anggaran yang umumnya selalu terjadi perbedaan dengan perencanaan anggaran yang telah disusun. Pertanggungjawaban meliputi berbagai anggaran parsial dari seluruh anggaran biaya supaya tidak terjadi penyimpangan.

2.1.3.2 Mutu Pendidikan

Terdapat banyak pengertian tentang mutu. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, mutu adalah suatu nilai atau keadaan. Sementara pengertian lain tentang mutu dikemukakan oleh para ahli dilihat dari sudut pandang yang berbeda.

Tenner dan De Toro (2009:31) mendefinisikan mutu sebagai berikut:

“Quality: A basic business strategy that provides and services that completely satisfy both internal and external customers by meeting their explicit expectation”

(17)

31

Ariani (2004: 12-13) merangkum berbagai definisi mutu yang dikemukakan oleh berbagai ahli, kemudian menyatakan bahwa pada dasarnya mutu merupakan :

“….keseluruhan ciri atau karakteristik produk atau jasa dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan dan harapan …”.

Pada hakikatnya beberapa pengertian mutu tersebut adalah sama dan memiliki elemen-elemen sebagai berikut : pertama, meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Kedua, mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan. Ketiga, merupakan kondisi yang selalu berubah. Berdasarkan elemen-elemen tersebut maka mutu dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi bahkan melebihi harapan.

Upaya meningkatkan mutu pendidikan merupakan prioritas dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan nasional di samping prioritas yang lainnya, yaitu penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, pendidikan untuk memacu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan peningkatan relevansi melalui kebijaksanaan keterkaitan dan kesepadanan.

Ada dua hal penting yang dapat dikemukakan berkenaan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan, yaitu: (1)

(18)

program-32

program peningkatan mutu pendidikan seharusnya merupakan bagian rencana induk yang lebih besar dan jangka panjang didasarkan pada suatu konsepsi yang jelas dapat dipahami oleh seluruh jajaran Kemendikbud dan pihak-pihak yang berkepentingan, (2) dalam pelaksanaan peningkatan mutu pendidikan seharusnya diperhatikan situasi empiris dan kendala-kendala yang diperkirakan timbul, sehingga bersifat inovatif dan tidak mengulangi usaha yang sampai saat ini belum membawa keberhasilan. Oleh karena itu, program-program peningkatan mutu pendidikan supaya bersifat realistis dan tetap berdasarkan pada suatu konsep yang benar dan kuat.

Dalam rangka meningkatkan mutu semua jenis dan jenjang pendidikan, maka perhatian dipusatkan pada tiga faktor utama, yaitu: (1) kecukupan sumberdaya pendidikan untuk menunjang proses pendidikan dalam arti kecukupan adalah tersedianya jumlah dan mutu guru, maupun tenaga kependidikan lainnya, buku teks, perpustakaan dan sarana prasarana belajar, (2) mutu proses pendidikan itu sendiri dalam arti kurikulum dan pelaksanaan pengajaran untuk mendorong para siswa belajar yang lebih efektif, dan (3) mutu output dari proses pendidikan dalam arti keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh oleh siswa.

(19)

33

Bertitik tolak dari uraian di atas, secara jelas disadari bahwa faktor utama penentu mutu pendidikan berkaitan erat dengan masalah biaya. Jadi, pembahasan masalah-masalah sumberdaya pendidikan, sarana dan prasarana itu tidak lepas dari masalah biaya. Dalam hubungan ini, semakin besar jumlah biaya pendidikan itu akan lebih dimungkinkan untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, apabila ingin meningkatkan mutu supaya lebih tinggi maka dana pendidikan itu haruslah berlipat ganda. Singkatnya, faktor biaya pendidikan adalah penting dan strategis dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

Faktor biaya memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan pendidikan. Penyadaran akan pentingnya biaya pendidikan itu tidak saja dirasakan pada saat presiden atau pemerintah menetapkan besarnya biaya pembangunan pendidikan pada setiap tahun dalam APBN, tetapi sebenarnya pemikiran-pemikiran seperti itu akan muncul pada saat memikirkan bagaimana meningkatkan pembangunan bidang pendidikan, terutama yang terkait dengan masalah mutu, pemerataan, efisiensi dan relevansi pendidikan. Semua pemikiran ini akan selalu dikaitkan dengan aspek biaya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kuatnya keadaan ekonomi suatu negara akan berpengaruh

(20)

34

secara langsung atau tidak langsung terhadap pengalokasian sumber biaya pendidikan maupun terhadap kebijakan yang akan diambil dan dilaksanakan oleh suatu negara dalam bidang pendidikannya. Dengan demikian, maka biaya pendidikan merupakan faktor masukan yang sangat penting dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan menjalankan fungsi pendidikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Biaya didefinisikan sebagai nilai besar dana yang diperkirakan perlu disediakan pada proyek kegiatan tertentu. Sehubungan dengan pengertian biaya tersebut maka pembahasan biaya pendidikan akan mengacu kepada dimensi penerimaan dan dimensi alokasi dana. Dimensi penerimaan terkait dengan beberapa sumber biaya pendidikan dari pemerintah, masyarakat, dan orang tua murid. Dimensi alokasi menyangkut dimensi pendistribusian anggaran untuk menunjang berbagai program dan kegiatan pendidikan.

Berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, maka dapat diketahui bahwa biaya pendidikan di Indonesia bersumber dari pemerintah, badan-badan tertentu, dan perorangan. Sebab pada dasarnya pendidikan dilihat dari segi pelaksanaannya dan pembiayaannya merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

(21)

35

Dalam sistem penyelenggaraan pendidikan yang merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah ini disebutkan bahwa biaya pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah menjadi tanggungjawab pemerintah, ini bukan berarti bahwa peserta didik bebas dari kewajiban membayar biaya pendidikan tetapi justru ikut menanggung biaya yang jumlahnya ditetapkan menurut kemampuan orang tua atau wali peserta didik.

Pandangan bahwa pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut masalah biaya saja tetapi termasuk aspek yang lainnya seperti keluarga memasukkan anak ke lembaga pendidikan, membayar biaya pendidikan, memberikan dorongan, menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan jiwa raga. Yang dimaksudkan dengan iklim yang kondusif adalah keluarga seharusnya memberikan istirahat yang cukup, rekreasi, memenuhi segala alat kebutuhan belajar, bimbingan belajar dan berprilaku yang baik kepada anak-anakmya. Sedangkan, yang dimaksudkan tentang masyarakat dalam hubungan ini adalah bisa perusahaan swasta, koperasi, yayasan sosial/pendidikan. Organisasi masyarakat memberikan bantuan untuk suatu pembangunan prasarana pendidikan, bantuan alat belajar,

(22)

36

menyelenggarakan pendidikan, berbagai gagasan dalam media massa, berbagai kursus, bimbingan organisasi kemasyarakatan. Kemudian pemerintah menyiapkan biaya rutin dan biaya pembangunan sektor pendidikan, pegawai negeri, kurikulum, peraturan-peraturan, kebijaksanaan dalam pembinaan, dan lain-lain.

Sisi lain dari biaya adalah dimensi alokasi yaitu pendistribusian dana untuk menunjang program pendidikan. Dalam proses pelaksanaan pendidikan dikenal biaya langsung dan tidak langsung. Biaya langsung pendidikan adalah pengorbanan yang secara langsung berproses dalam produksi pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan, seperti gaji guru dan pegawai, pembelian buku, bahan-bahan perlengkapan seperti bangku kuliah, pembelian tanah, bangunan, laboratorium, dan hal-hal lain yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan. Biaya langsung ini terwujud dalam pengeluaran uang yang manfaatnya benar-benar dirasakan oleh murid atau siswa. Biaya langsung ini ada dua macam yaitu biaya langsung standar apabila biaya itu in heren

dengan hasil, kuantitatif dapat dihitung, dan tidak dapat dihindarkan. Kemudian biaya langsung yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut, yang disebut dengan biaya penunjang. Seperti belanja barang, inventaris kantor, langganan listrik, gas,

(23)

37

air, kendaraan dan perjalanan dinas. Sedangkan biaya tidak langsung adalah biaya yang menunjang siswa untuk dapat hadir di sekolah, yang di dalamnya mencakup biaya hidup, transportasi dan lain-lainnya yang sulit dihitung karena tidak ada catatan resmi, sehingga biasanya tidak turut dihitung dalam perencanaan oleh para administrator.

Jenis biaya pendidikan lainnya yang disebut dengan social cost dan private cost. Social cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat secara langsung yang bisa berupa uang sekolah, uang buku, dan biaya yang lainnya, dan yang tidak langsung bisa berupa pajak dan restribusi. Private cost adalah biaya yang dikeluarkan langsung oleh keluarga untuk membiayai sekolah anaknya, seperti uang sekolah, pembelian buku, dan biaya insidental lainnya.

Jenis biaya pendidikan yang terakhir adalah monetary cost dan non monetary cost. Monetary cost adalah biaya langsung dan tidak langsung yang dibayar oleh masyarakat dan individu, sedangkan non monetary cost adalah nilai pengorbanan yang tidak diwujudkan dengan pengeluaran uang seperti biaya yang diperhitungkan ketika seorang siswa tidak mengambil kesempatan waktu senggangnya untuk bersenang-senang, tetapi digunakan untuk belajar atau membaca buku.

(24)

38

Dari uraian di atas, nyatalah bahwa biaya pendidikan itu memiliki pengertian yang sangat luas, mencakup hampir segala pengeluaran yang bersangkutan dengan penyelenggaraan pendidikan.

Dari sisi yang lain sebenarnya meningkatnya angka-angka pembiayaan pendidikan baik yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat dapat dimaknai bahwa pembiayaan pendidikan untuk masa yang akan datang tampaknya dapat lebih melibatkan peranserta masyarakat secara lebih sistematis dan terprogram. Hal ini perlu dilakukan karena: (1) beban keuangan pemerintah yang relatif semakin berat dalam membiayai pembangunan, (2) menguatnya sektor swasta dalam perekonomian nasional, (3) makin meningkatnya pendapatan masyarakat, dan (4) sesuai dengan pelaksanaan otonomi daerah.

2.1.4 Workshop

2.1.4.1 Konsep dan Substansi Workshop

Jika ditinjau dari asal katanya, workshop merupakan frasa kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu work (yang memiliki arti kerja ataupun pekerjaan) dan shop (yang memiliki arti toko ataupun tempat menjual sesuatu). Jadi jika diartikan dari frasa katanya, workshop dapat diartikan sebagai tempat berkumpulnya para pelaku aktivitas (berkaitan dengan bidang dunia kerja)

(25)

39

tertentu yang mana dalam tempat ini, para pelaku melakukan interaksi saling menjual gagasan yang ditujukan untuk memecahkan suatu permasalahan tertentu.

Menurut Badudu (1988:403) workshop adalah:

“Workshop adalah suatu pertemuan ilmiah dalam bidang sejenis (pendidikan) untuk menghasilkan karya nyata”.

Selanjutkan, Nadler (1983:7) mengetengahkan tiga jenis program belajar yaitu: (1) latihan, yaitu belajar yang berkenaan dengan pekerjaan individu sekarang, (2) pendidikan, yaitu belajar yang berkenaan dengan masa depan, tetapi pekerjaan bagi individu peserta didik tersebut dikenali dan dipersiapkan, dan (3) pengembangan, yaitu belajar bagi pertumbuhan individu atau organisasi secara umum.

Dalam hal ini semua bentuk pelatihan/workshop tidak dapat memperlihatkan hasil yang objektif. Pelatihan umumnya mempunyai masalah mengenai prestasi penatar dalam mengajar, yaitu masalah evaluasi dan validasi kelangsungannya. Jika pelajaran telah diajarkan dengan baik dan penatar telah belajar pelajaran tersebut sesuai dengan ukuran penatarnya maka efektifitas pelatihan sudah dianggap valid. Pelatihan merupakan proses untuk mendapatkan keefektifan dalam tugas-tugas mereka (peserta) sekarang dan masa yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan berfikir, bertindak, keterampilan,

(26)

40

pengetahuan dan sikap yang sesuai (Dahana and Bhatnagar,1980: 672). Pelatihan pada dasarnya berkenaan dengan persiapan pesertanya menuju arah tindakan tertentu yang dilukiskan oleh teknologi dan organisasi tempat ia bekerja serta sekaligus memperbaiki unjuk kerja, sedangkan pendidikan berkenaan dengan membukakan dunia bagi peserta didik untuk memilih

minat, gaya hidup dan kariernya.

Procton (1983: 12) memberikan batasan bahwa latihan bisa disebut latihan kerja bilamana kegiatan tersebut dilakukan dengan sadar untuk menyajikan materi agar berlangsung proses belajar

Jika diartikan secara lengkap, maka workshop merupakan sebuah kegiatan yang sengaja diadakan sebagai tempat berkumpulnya orang-orang yang berasal dari latar belakang serumpun untuk memecahkan suatu permasalahan tertentu dengan jalan berdiskusi ataupun saling memberikan pendapat antar satu anggota dengan anggota lainnya.

Dalam setiap workshop panitia akan menjalankan acara workshop dengan mengikuti tahapan berikut ini :

1. Penjelasan tujuan pelaksanaan kegiatan workshop yang ingin dicapai.

2. Perumusan berbagai macam masalah pokok yang ingin dibahas dalam acara workshop.

(27)

41

3. Penentuan prosedur teknis pemecahan masalah yang akan digunakan.

4. Pengupasan akar permasalahan oleh beberapa orang pembicara.

5. Penjalanan aktivitas diskusi.

6. Penentuan pemecahan masalah yang akan diambil. 2.2 Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dan menjadi referensi bagi peneliti sebagai gambaran dalam penelitian ini antara lain: Penelitian yang dilakukan oleh A. Haryatmo (2018) Program Studi Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. Dengan judul penelitian “Manajemen Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Dalam Perspektif Peningkatan Mutu Sekolah Di SMP Pius Bakti Utama Gombong Kabupaten Kebumen Tahun Ajaran 2015/ 2016”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dalam pengelolaan dana BOS SMP Pius Bakti Utama Gombong melakukan kegiatan Perencanaan, Penggunaan dan Evaluasi sesuai dengan Juknis BOS tahun 2016. Dana BOS dimanfaatkan terutama untuk kegiatan yang mendukung siswa berkembang secara optimal baik secara akademik maupun non akademik. SMP Pius Bakti Utama Gombong tidak menggunakan dana BOS untuk membayar honorarium Tim

(28)

42

BOS Sekolah. Alokasi dana untuk itu dialihkan untuk membiayai kegiatan yang mengoptimalkan potensi siswanya. Ada faktor yang mendukung kelancaran pengelolaan dana BOS yakni Tim BOS yang solid, tersedianya sarpras yang memadai, kontrol dan monitoring dari yayasan dan pemerintah serta dibebaskannya sekolah dari status wajib pajak. Ada juga faktor yang menghambat pengelolaan dana BOS seperti alokasi dana BOS yang sedikit karena jumlah siswa sedikit, spesifikasi barang yang dianjurkan pemerintah tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah dan keterlambatan pencairan dana BOS.

Penelitian yang dilakukan oleh Hani Latifah (2017) Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut. Dengan judul penelitian “Manajemen Dana Bantuan Operasional Sekolah untuk Pencapaian Mutu Pembelajaran”. Hasil penelitian menyimpulkan (1) Sebagian pihak sekolah belum memprioritaskan penggunaan anggaran pada hal-hal yang sifatnya penting terkait dengan proses belajar mengajar peserta didik, masih kepada pemenuhan operasional sehari-hari saja. (2) Permasalahan dalam implementasi dana BOS dalam upaya pencapaian mutu pembelajaran tingkat Sekolah Dasar cukup banyak dirasakan oleh pihak sekolah. (3) Langkah perbaikan ke depan, kepala sekolah berupaya membuat skala prioritas, yang

(29)

43

paling besar peruntukannya adalah untuk pemenuhan biaya pengembangan standar pendidik dan kependidikan serta proses kegiatan belajar mengajar serta standar kelulusan.

Penelitian yang dilakukan oleh Gede Andreyan Semara Bhawa, Iyus Akhmad Haris, Made Artana (2014) Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Dengan judul penelitian “Efektifitas Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pada Sekolah Dasar di Kecamatan Sukasada”. Hasil penelitian menyimpulkan (1) pengelolaan dana BOS pada seluruh sekolah dasar sudah sesuai dengan Permendiknas No. 76 tentang Petunjuk Teknis Pengunaan dan Pertangungjawaban Keuangan dana BOS Tahun 2013, (2) tingkat efektifitas pengelolaan dana BOS pada seluruh sekolah dasar mencapai 87%, berada dalam kriteria sangat efektif, (3) masalah yang dihadapi seluruh sekolah dasar yaitu dana BOS datang tidak tepat waktu, dan komite kurang memahami pengelolaan dana BOS, (4) upaya yang dilakukan seluruh sekolah dasar yaitu melakukan pinjaman dana serta berbelanja secara kredit, dan melakukan penguatan pada komite terkait dana BOS.

Penelitian yang dilakukan oleh Slamet Widodo (2012) Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dengan judul penelitian “Pengelolaan

(30)

44

Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pada Madrasah Ibtidaiyah (MI) Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010-2011”. Hasil penelitian menyimpulkan (1) Perencanaan dana BOS dibuat berdasarkan skala prioritas yaitu kemanfaatan, efisien, dan untuk kebutuhan yang bersifat mendesak. (2) Realisasi Penggunaan dana BOS di Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Kabupaten Sukoharjo sepenuhnya merupakan tanggung jawab kepala Madrasah. (3) Pertanggungjawaban dana BOS disusun oleh bendahara yang diketahui oleh Kepala Madrasah dalam bentuk laporan pertanggung jawaban BOS triwulan yang ditandatangani oleh bendahara, kepala sekolah, dan komite sekolah dengan dibubuhi stempel dan laporan akhir tahun, berdasarkan buku kas umum dari semua sumber daya yang dikelola oleh sekolah pada periode yang sama.

Penelitian yang dilakukan oleh Warsiyanto (2011) Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dengan judul penelitian “Optimalisasi Penggunaan Dana Bos Kaitannya Dengan Mutu Sekolah Di SMP Negeri 2 Banjarnegara”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa 1) strategi optimalisasi dana BOS dengan langkah : efisiensi dana pada kegiatan secara berimbang, mengurangi kegiatan yang tidak berhubungan dengan peningkatan mutu, mengupayakan dana

(31)

45

pendamping dari pihak luar, melibatkan semua komponen sekolah dalam kegiatan peningkatan mutu; 2) Mutu sekolah dalam bidang akademik dan non akademik dipengaruhi besar kecilnya alokasi dana, semakin besar alokasi dana maka semakin banyak prestasi yang diperoleh.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Surasuwasti Matahir, Abd. Kadim Masaong, Arfan Arsyad (2017), dengan judul penelitian “Peningkatan Kompetensi Kepala Sekolah Dalam Penyusunan RKAS Melalui Workshop Di Sekolah Menengah Pertama”. Hasil penelitian menyimpulkan dalam penyusunan RKAS pada SMP berada pada kategori cukup baik dengan persentase 55.71%. Pada siklus II kompetensi kepala sekolah dalam penyusunan RKAS di SMP mengalami peningkatan yang sangat signifikan dengan rata-rata capaian 83.81%. Berdasarkan hasil penelitian ini hipotesis penelitian yang berbunyi: “Jika dilakukan workshop dalam penyusunan RKAS maka kompetensi kepala sekolah dalam penyusunan RKAS di SMP dapat ditingkatkan. Beberapa saran dapat dikemukakan: a) peningkatan kompetensi kepala sekolah dalam penyusunan RKAS perlu didukung oleh pengawas dengan melakukan pembinaan dan pendampingan kepada kepala sekolah setelah memperoleh pengetahuan dan wawasan melalui kegiatan workshop, b) kepala sekolah perlu memahami berbagai sumber

(32)

46

pendanaan di sekolah serta berupaya untuk mencari berbagai sumber dana yang dapat digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan di sekolah, c) kepala sekolah perlu memahami berbagai regulasi yang mengatur dan mendasari penyusunan RKAS, sehingga kepala sekolah memiliki pijakan yang kokoh dalam melakukan perencanaan keuangan di sekolah.

Penelitian yang dilakukan oleh yuniar (2018), dengan judul penelitian “Meningkatkan Kinerja Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) Sekolah Melalui Workshop di Sekolah Binaan Di Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017”. Penelitian ini dilakukan di 3 sekolah binaan di Kabupaten Aceh Tamiang pada semester 2 tahun ajaran 2017-2017 dengan indikator keberhasilan 80%. Penelitian dilakukan dengan 2 siklus dan masing masing siklus dilakukan 3 pertemuan. Setiap siklus dilakukan 3 pertemuan yang memfokuskan pelaksanaan EDS , memberi rekomendasi dan menentukan prioritas kegiatan di pertemuan pertama dan pertemuan ke 2 kegiatan menyusun draft RKJM dan menyesuaikan program RKT dan RKAS. Pertemuan ke 3 menitik beratkan pada revising draft yang telah dihasilkan. Hasil dari penelitian pada awalnya kinerja kepala sekolah memperoleh skor rerata 14,33 sekitar ≤ 50%, setelah siklus 1 hasil penilaian kinerja

(33)

47

meningkat menjadi 70% dan siklus tiga sudah mencapai 80%. Dari penerapan workshop pada kepala sekolah di sekolah binaan pengawas berdasarkan data dapat meningkatkan kinerja Kepala Sekolah dan berdampak positif.

Dari penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurul, dkk dan Yuniar yang menyimpulkan dalam hasil penelitiannya bahwa kegiatan workshop dapat meningkatkan kompetensi kepala sekolah dalam penyusunan RKAS serta penelitian tersebut menunjukkan bahwa kegiatan workshop kepala sekolah mampu meningkatkan keterampilan dalam penyusunan EDS serta RKJM yang menyesuaikan program RKT dan RKAS. Sehingga penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang penulis lakukan tentang kegiatan workshop dalam perencanaan dana Bantuan Operasional Sekolah. Serta didukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Haryatmo, Hani Latifah, Gede Andreyan dkk, Slamet Widodo, Warsiyanto yang meneliti tentang efektifitas dana Bantuan Operasional Sekolah dalam peningkatan mutu sekolah, maka penelitian-penelitian tersebut sangat relevan dengan penelitian yang dilakukan penulis terkait tentang efektifitas perencanaan dana Bantuan Operasional Sekolah berbasis Mutu di wilayah Dabin III Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali.

(34)

48

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah tentang efektifitas perencanaan dana Bantuan Operasional Sekolah berbasis Mutu. Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nurul, dkk dan Yuniar serta Haryatmo, Hani Latifah, Gede Andreyan dkk, Slamet Widodo, Warsiyanto pada penelitian yang relevan hanya meneliti tentang pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah melalui workshop sedangkan dalam penelitian ini meneliti tentang efektifitas perencanaan dana Bantuan Operasional Sekolah dalam mendukung anggaran berbasis mutu melalui workshop, lebih terfokus dalam penyusunan perencanaan dana Bantuan Operasional Sekolah atau penyusunan Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS) melalui kegiatan workshop. 2.3 Kerangka Berfikir

Upaya peningkatan efektifitas Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam mendukung kebutuhan berbasis mutu termasuk hal yang penting untuk diupayakan sehingga kepala sekolah dan pengelola BOS mendapatkan kompetensi yang memadai serta hasil yang maksimal yang bermuara pada tingkat pencapaian mutu pendidikan yang optimal, upaya tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan peningkatan kompetensi dalam pembuatan perencanaan anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dalam hal ini untuk meningkatkan

(35)

49

kompetensi dalam pembuatan perencanaan anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dengan kegiaran Workshop yang melibatkan instansi terkait sebagai nara sumber melalui beberapa siklus.

Bendahara sekolah dalam hal ini sebagai penyusun perencanaan anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) perlu mendapat bekal keterampilan yang cukup supaya dalam penyusunan perencanaan anggaran tidak menemui kendala maupun kesulitan. Keterampilan dalam penyusunan perencanaan anggaran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dilakukan dengan kegiatan workshop. Jika kegiatan workshop tersebut dilakukan dengan baik dapat memberikan kontribusi yang tinggi dalam peningkatan keterampilan penyusunan perencanaan anggaran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan workshop dapat meningkatkan efektifitas penyusun perencanaan anggaran Bantuan Operasional Sekolah dalam mendukung kebutuhan anggaran berbasis mutu di sekolah dasar.

2.4 Rumusan Hipotesis

Rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah kegiatan workshop dapat meningkatkan efektifitas penyusun perencanaan anggaran Bantuan Operasional Sekolah dalam mendukung

(36)

50

kebutuhan anggaran berbasis mutu di Dabin III Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali.

2.5 Indikator Keberhasilan Tindakan Siklus 1 dan 2

Indikator keberhasilan tercapai apabila 80% perencanaan anggaran BOS yang tertuang dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) memenuhi 8 standar pendidikan. Kriteria keberhasilan efektifitas perencanaan apabila memenuhi beberapa aspek, yaitu :

1. Perencanaan berdasarkan Evaluasi Diri Sekolah.

2. Perencanaan melibatkan stakeholder yang ada dalam sekolah. 3. Perencanaan dipubikasikan dan transparan kepada semua

pemangku kepentingan.

4. Sesuai dengan kebutuhan dan anggaran pada Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) yang diberikan oleh pemerintah kabupaten.

5. Ada legalitas penyusun. 6. Dilaporkan secara online.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

a) Penjelasan tentang pentingnya skala prioritas dalam pengelolaan keuangan keluarga. Melalui tahap tersebut, para peserta kegiatan menjadi tahu bahwa skala

Perlindungan Hukum Tingkat Regional (Provinsi) dan Lokal (Pemda Merangin) Perlindungan tentang Geopark Merangin ditingkat Provinsi dan Kabupaten diawali pada tahun

Oleh karena nilai p value sebesar 0,000 kurang dari 0,05 ( p <0,05), dapat diartikan ada hubungan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar mata kuliah biostatistik

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat,dan hidayah-Nya tidak ketinggalan Shalawat dan salam selalu kita limpahkan kepada junjungan kita Nabi

Meskipun proses keperawatan mempunyai tahap-tahap, namun evaluasi berlangsung terus menerus sepanjang pelaksanaan proses keperawatan (Alfaro- LeFevre, 1998). Tahap evaluasi

Tanaman yang berada pada kategori tinggi umumnya memiliki luas daun yang kecil juga namun permukaan daun tanaman tersebut tidak rata dan terdapat bulu daun sehingga logam

Program aplikasi yang berjudul APLIKASI PENGOLAHAN DATA PADA BENGKEL DENGAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.0 khususnya pada Bengkel Pasundan Motor, agar pada pengolahan data bengkel