• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DAS Ciliwung bagian hulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DAS Ciliwung bagian hulu"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

3.1. Waktu dan Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret hingga September 2007 di hulu DAS Ciliwung, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, hulu DAS Ciliwung terletak pada 106º55’00”-107º00’00” Bujur Timur dan 06º35’00”-06º45’00” Lintang Selatan. Lokasi penelitian terletak di Kampung Neglasari dan Kampung Pondok Caringin (Desa Tugu Utara) di daerah hulu atas yang berada di ketinggian 1.000-1.050 m dpl, Kampung Cilember Abaya dan Kampung Cirangrang (Desa Cilember) di daerah hulu tengah yang berada di ketinggian 700-750 m dpl, dan Kelurahan Katulampa di daerah hulu bawah yang berada di ketinggian 300-350 m dpl (Gambar 2). Kelima kampung ini dipilih sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut masing-masing memiliki karakteristik topografi, iklim, hidrologi, dan keadaan sosial-ekonomi kependudukan yang relatif berbeda sehingga diharapkan memberikan masukan dalam menyusun rekomendasi menuju perumahan sehat dan berwawasan Lingkungan di bagian hulu DAS Ciliwung.

(2)

Wilayah penelitian ini juga terkait dengan penelitian sebelumnya, yaitu dalam ruang lingkup DAS dalam bentuk Hibah Penelitian Tim Pascasarjana angkatan IV dalam periode 2006-2008, yang merupakan kerjasama Ditjen DIKTI dan Departemen Arsitektur Lanskap IPB.

3.2. Alat dan Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta Rupa Bumi Indonesia tahun 1998 lembar 1209-141 dan 1209-142 skala 1 : 25.000 produksi Bakosutranal, peta digital landuse DAS Ciliwung, peta tanah DAS Ciliwung Hulu, peta kemiringan lereng, peta elevasi, dan peta curah hujan dalam bentuk digital (PPLH IPB), dan data curah hujan 2004.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini alat tulis, kamera digital, Global Positioning System (GPS), roll meter, scanner, kuisioner, komputer, printer, dan Software Arc View versi 3.2.

3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini meliputi empat kajian, yaitu (1) evaluasi kesesuaian lahan perumahan, (2) kondisi perumahan, (3) prilaku masyarakat dalam pengelolaan lingkungan perumahan di hulu DAS Ciliwung, dan (4) rekomendasi kriteria menuju perumahan sehat dan berwawasan lingkungan. Kegiatan penelitian ini dilakukan dalam 4 tahap sebagai berikut.

(1). Prasurvei

Kegiatan prasurvei dipusatkan pada penelusuran pustaka, deliniasi peta, dan penentuan lokasi sampel penelitian. Penelusuran pustaka dilakukan untuk mengetahui hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan topik penelitian. Delinasi lokasi penelitian dilakukan berdasarkan batas kawasan DAS Ciliwung Hulu dan peta rupa bumi Indonesia lembar 1209-142, 1209-144 dan 1209-231 produksi Bakosurtanal.

(2). Pengumpulan Data

Pengumpulan data spasial dan nonspasial dari survei lapang secara langsung, baik melalui wawancara, kuisioner maupun kunjungan lapang. Wawancara dilakukan kepada pemerintah daerah dan pihak-pihak yang terkait

(3)

dengan penentu kebijakan. Penyebararan kuisioner dilakukan terhadap 90 responden dalam lokasi sampel dengan mengikuti metode pengambilan contoh dengan tujuan (purposive sampling).

(3). Pengolahan Data

Pengolahan data dengan pendekatan membandingkan kondisi yang ada dengan parameter-parameter sebagai faktor pembatas, meliputi evaluasi kesesuaian lahan, kondisi perumahan, dan prilaku masyarakat (Gambar 3).

Gambar 3. Tahapan penelitian

3.3.1. Evaluasi Kesesuaian Lahan Perumahan di Hulu DAS Ciliwung

Evaluasi kesesuaian lahan bertujuan mengevaluasi dan menganalisis kesesuaian lahan perumahan pada tiga desa terpilih, yang ditinjau dari aspek

Menentukan sampel perumahan di lokasi penelitian

Pepres No.58 tahun 2008 UU No.26 tahun 2007 UU Nomor 4 Th 1992 Kepmenkes No. 829/ Menkes SK/VII/1999

Pemenkes No.416 tahun

1990

Kesesuaian lahan perumahan

Menyusun rekomendasi kriteria perumahan sehat berwawasan lingkungan di bagian hulu DAS Ciliwung

HULU DAS CILIWUNG

Data spasial kemiringan lereng, bahaya longsor, dan

penggunaan lahan

Data non spasial mengetahui karakteristik perumahan dan

penilaian masyarakat terhadap kualitas lingkungan

Pra survei Analisis data Pengum pulan data Sintesis Kondisi perumahan Prilaku masyarakat dalam pengelolaan lingkungan perumahan

Kawasan perumahan di bagian hulu DAS Ciliwung

(4)

biofisik (kemiringan lereng, bahaya longsor, dan penggunaan lahan). Klasifikasi kesesuaian lahan dilakukan satu tahap secara kualitatif, berdasarkan kecocokan lahan untuk penggunaan perumahan, dengan cara membandingkan kualitas masing-masing satuan peta dengan persyaratan penggunaan lahan yang diterapkan (Hardjowigeno et al 2004). Bagan alir proses evaluasi lahan perumahan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Bagan alir proses evaluasi lahan perumahan

(1). Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan melalui lembaga atau instansi terkait, yaitu Bakosurtanal, PPLH IPB, BMG, Bappeda, Dinas Cipta Karya, kantor tingkat kecamatan dan desa, hasil penelitian terdahulu, dan survei lapangan.

(2). Jenis data

Data yang dikumpulkan meliputi data biofisik yang terdiri atas kemiringan lereng, bahaya longsor, dan penggunaan lahan.

(3). Pengolahan data

a. Penyiapan peta dasar dan peta tematik, dilakukan dengan digitasi peta hulu DAS Ciliwung untuk mengetahui batasan hulu DAS Ciliwung dan selanjutnya melakukan konversi untuk memperoleh peta tematik. Untuk mendapatkan peta penggunaan lahan, dilakukan dengan klasifikasi citra Landsat ETM 2006, sedangkan peta kemiringan lereng diperoleh dari peta kontur dengan tahapan diolah menjadi tin, convert to grid, derivy slope, dan

Persiapan kegiatan evaluasi kesesuaian lahan perumahan di bagian hulu DAS Ciliwung

Peta kemiringan lereng, peta bahaya longsor, dan peta penggunaan lahan

Parameter sebagai faktor pembatas

(5)

reclassify. Koreksi geografik dilakukan menggunakan Arcview Image Analysist.

b. Proses tumpang susun (overlay) menggunakan SIG dengan software ArcView versi 3.2 dilakukan untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan. Proses ini dilakukan dengan menumpangsusunkan peta-peta tematik sehingga diperoleh peta kesesuaian lahan perumahan berwawasan lingkungan. Penentuan kelas kesesuaian lahan dilakukan dengan pembandingan persyaratan penggunaan lahan dengan kualitas lahan. Klasifikasi kesesuaian lahan perumahan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi kesesuaian lahan perumahan

Karakteristik Lahan Kualitas Lahan untuk Kelas Kesesuaian Lahan

S1 S2 S3 N Kemiringan lereng <10% 10-15% 15-20% >20%

Bahaya longsor Normal Potensial Bahaya Sangat potensial Penggunaan lahan Permukiman Semak

belukar, rumput

Ladang, sawah, perkebunan

Badan air, hutan

Sumber: Zee (1990); Harjowigeno et al (2001).

3.3.2. Kondisi Perumahan

Analisis kondisi perumahan di hulu DAS Ciliwung bertujuan mengevaluasi kondisi fisik perumahan dan kondisi sosial-ekonomi.

(1) Sampel perumahan

Pemilihan sampel kampung di wilayah DAS berdasarkan besarnya jumlah penduduk dari desa yang terpilih. Dari kampung yang terpilih, diambil 15 rumah yang dipilih secara acak sehingga jumlah total sampel sebanyak 90 rumah dan penghuni. Populasi adalah permukiman di hulu DAS Ciliwung Hulu mencakup tiga desa, yaitu Desa Tugu Utara, Desa Cilember, dan Kelurahan Katulampa. (2). Pengumpulan data

Data diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat, pengamatan fisik perumahan, dan data demografi desa.

(3). Jenis data

Jenis data yang dikumpulkan berupa data kependudukan (jumlah penduduk dalam kampung dan jumlah penghuni/kepala keluarga) dan kondisi rumah. Kondisi rumah responden ditinjau dari konstruksi bangunan rumah (jenis konstruksi bangunan, elemen ruang, luas bangunan, dan bahan bangunan), ukuran

(6)

perumahan diukur berdasarkan jumlah rumah dan penduduk, kepadatan bangunan rumah diukur berdasarkan jumlah luasan rumah per luasan tapak, tipe permukiman dilihat dari susunan tata letak bangunan, dan jumlah rumah.

(3). Analisis Data

Data kependudukan, konstruksi bangunan, prasarana, dan sarana lingkungan perumahan dianalisis dengan SPSS versi 13. Data ukuran, tingkat kepadatan, dan tipe perumahan dianalisis berdasarkan kriteria dari masing-masing sub-variabel pada aspek bentuk perumahan (Tabel 2).

Tabel 2. Kriteria pada masing-masing sub-variabel bentuk permukiman Sub-variabel dari aspek bentuk

perumahan Kriteria Ukuran Permukiman - Permukiman tunggal - Permukiman kecil - Permukiman kecil-sedang - Permukiman sedang - Permukiman besar - Permukiman sangat besar

Satu rumah

2-20 rumah (10-100 penduduk) 100 - 500 penduduk

500- 2000 penduduk 2.000-5.000 penduduk Lebih dari 5.000 penduduk Kepadatan Bangunan - Sangat jarang - Jarang - Padat - Sangat Padat - Padat kompak

Pekarangan rumah berjauhan

Pekarangan rumah bersentuhan tetapi letak rumah tidak bersentuhan

Jarak antar rumah kecil

Rumah kurang lebih menutupi jalan, dinding rumah saling bersentuhan satu sama lain

Tidak ada ruang terbuka dalam sebuah blok bangunan

Tipe Permukiman - Tipe linier - Tipe plaza

- Tipe pemukiman/perumahan dengan pengaturan area atau streetplan

Posisi rumah berjajar linier

Posisi rumah diatur mengelilingi sebuah ruang bersama

Rumah-rumah diatur dalam posisi beraturan atau direncanakan streetplan dalam suatu wilayah

Sumber : Zee (1986)

3.3.3. Prilaku Masyarakat

Tujuan dari analisis prilaku masyarakat ini adalah mengidentifikasi prilaku masyarakat dalam merespon lingkungan atau penilaian keberlanjutan masyarakat dalam mengelola lingkungan. Dengan kata lain, bagaimana seseorang dapat mengelola lingkungan agar dapat memberdayakan dirinya sendiri dan masyarakat

(7)

sekitarnya sehingga kualitas lingkungan terjaga dan lingkungan perumahan menjadi sehat. Parameter prilaku masyarakat yang digunakan ditinjau dari beberapa aspek (Tabel 3).

Tabel 3. Parameter prilaku masyarakat

Aspek Parameter

Sosial Jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, umur responden, Ekonomi Jenis pekerjaan, dan jumlah pendapatan

Kesehatan Luas bangunan, pencahayaan dan penghawaan, fasilitas air bersih dan kotor, pembuangan limbah padat dan cair, dan pembuangan sampah

Budaya dan prilaku

Tipe bangunan, pemakaian bahan bangunan, konstruksi bangunan, dan fasilitas lingkungan

- Aspek Sosial-Ekonomi

Parameter yang digunakan untuk menilai keberlanjutan dari kondisi sosial pada perumahan adalah (a) jumlah anggota keluarga, (b) tingkat pendidikan, (c) umur responden.

- Aspek ekonomi, meliputi (a) jenis pekerjaan, (b) jumlah pendapatan.

- Aspek kesehatan, meliputi (a) luas bangunan, (b) pencahayaan dan penghawaan, (c) fasilitas air bersih dan air kotor, (d) pembuangan limbah padat dan cair, dan (e) pembuangan sampah.

- Aspek Budaya dan Prilaku

Parameter yang digunakan dalam menilai keberlanjutan dari aspek budaya dan prilaku adalah (a) kearifan lokal (tipe bangunan, pemakaian bahan bangunan, konstruksi bangunan) dan (b) prilaku masyarakat dalam menjaga dan melestarikan lingkungan.

(1). Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan melalui instansi terkait, yaitu Dinas Cipta Karya, kantor tingkat kecamatan, kantor tingkat desa, kantor tingkat kampung, dan survei lapangan. Teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara pada masyarakat, terutama yang berkaitan dengan penyediaan dan pemanfaatan prasarana seperti air bersih, sanitasi, dan persampahan. Hal tersebut ditujukan untuk menjamin terciptanya kualitas lingkungan berdasarkan standar baku mutu lingkungan yang lebih bersifat objektif dan ditekankan pada aspek sosial-ekonomi, aspek kesehatan dan bagaimana prilaku masyarakat dalam mengelola

(8)

lingkungan agar kualitas lingkungan baik dan berkelanjutan, dalam arti perumahan akan sehat dan berwawasan lingkungan.

(2). Jenis data

Data yang dikumpulkan berupa prilaku masyarakat dalam pengelolaan perumahan seperti pengelolaan sampah, penggunaan dan pengelolaan air bersih dan air buangan, prasarana, dan sarana lingkungan permukiman.

(3). Analisis Data

Analisis data dilakukan menggunakan metode analisis deskriptif

3.3.4. Rekomendasi Perumahan Sehat dan Berwawasan Lingkungan di DAS Ciliwung Bagian Hulu

Berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan, kondisi perumahan, dan prilaku masyarakat dalam pengelolaan lingkungan yang diteliti disusun suatu pengembangan dalam bentuk rekomendasi kriteria-kriteria menuju perumahan sehat dan berwawasan lingkungan, yang diberikan berdasarkan analisisis perbandingan dari hasil analisis biofisik, sosial, ekonomi, dan budaya dengan standar perumahan dari instansi terkait (Tabel 4).

Tabel 4. Standar rumah dan perumahan sehat

Komponen Kualitas Rumah dan Perumahan Sehat

Elemen Pendukung Standar

Rumah

Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

Hulu atas (Kec.Cisarua) 16,5% Hulu tengah (Kec.Cisarua) 16,5% Hulu bawah (Kota Bogor) 40%

Kelengkapan ruang Memiliki teras, ruang tidur, ruang makan, kamar mandi dan dapur

Ruang gerak minimal 9 m²/orang

Luas minimal Kamar tidur minimal 8 m² untuk 2 orang tidur

Pondasi Kuat untuk meneruskan beban demi kestabilan bangunan

Lantai Kedap air dan tidak lembab

Dinding Melindungi penghuni dari panas, debu, angin, hujan dan menjaga privasi penghuni

Langit-langit Tinggi minimum 2,4 m dari lantai

Teras Ketinggian teras minimal 10 cm dari muka tanah, dan 25 cm dari jalan.

Jendela dan pintu Luas lubang bukaan permanen minimal 10% dari luas lantai berfungsi sebagai pertukaran udara dan pencahayaan.

(9)

Komponen Kualitas Rumah dan Perumahan Sehat Elemen Pendukung Standar

Atap Mampu untuk melindungi rumah dari hujan dan sengatan matahari dengan bahan bangunan yang aman digunakan

Kualitas udara Udara nyaman 18-30ºC, kelembaban 40-70%

Sarana dan prasarana

Air bersih Ketersediaan air berjarak maximal 5 m Kapasitas 60 liter/orang/hari, tersedia setiap waktu

Memenuhi syarat kesehatan air bersih Pembuangan air limbah Tidak mencemari air dan permukaan tanah

Tidak menimbulkan bau

Pembuangan limbah padat Tidak mencemari air dan permukaan tanah Tidak menimbulkan bau

Pembuangan sampah Ketersediaan wadah

pembuangan/pengelolaan sampah

Prilaku

Pembersihan halaman Halaman bebas dari sampah

Pembuangan Sampah Pada tempatnya atau ada pengolahan sampah

Membuang Tinja Pada tempatnya

Sumber: Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Bogor Timur Tahun (1998/1999); Rencana Terperinci Tata Ruang Kawasan Bopunjur (2001); Dept. PU, Direktorat Jendral Cipta Karya (1994); Kepmenkes No.829/Menkes/SK/VII/1999

Gambar

Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DAS Ciliwung bagian hulu
Gambar 3. Tahapan penelitian
Gambar 4. Bagan alir proses evaluasi lahan perumahan
Tabel 1. Klasifikasi kesesuaian lahan perumahan
+2

Referensi

Dokumen terkait

5.3 menunjukkan nilai bilangan kurva dan imperviousness pada tiap subDAS di DAS Ciliwung bagian hulu pada kondisi KAT I, II dan III. Dalam basin model , perlu disusun

5.3 menunjukkan nilai bilangan kurva dan imperviousness pada tiap subDAS di DAS Ciliwung bagian hulu pada kondisi KAT I, II dan III. Dalam basin model, perlu disusun

Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui atau melihat kondisi sebuah area rekreasi secara sistematik dengan membandingkan faktor internal yang terdiri dari kekuatan (strengths)

Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dikaitkan dengan tujuan penelitian adalah : analisis LQ dan SSA untuk mengetahui kondisi dan potensi daya saing

Prosedur penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu proses pengumpulan data ta, yang akan digunakan berupa data suhu dan DMI yang dikorelasikan dengan data Tuna

Proses ini merupakan perealisasian hasil sintesis baik berupa block plan kawasan dan juga sintesis berupa deskripsi yang lebih rinci untuk kemudian

Data suhu dan salinitas yang telah didapat akan diolah dan dipetakan dalam bentuk peta kontur menggunakan software surfer sebagai data pendukung dalam

Jadi koordinat tersebut ditumpangtindihkan dengan basemap kesesuaian lahan perumahan hasil analisis spasial GIS menggunakan Autodeskmap di Kawasan Bandung Utara dan