• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Pelaksanaan Standar Pelayanan Antenatal Care Oleh Bidan Praktik Mandiri (BPM) Dengan Wilayah Aki Tinggi Di Kabupaten Boyolali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Pelaksanaan Standar Pelayanan Antenatal Care Oleh Bidan Praktik Mandiri (BPM) Dengan Wilayah Aki Tinggi Di Kabupaten Boyolali"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN ANTENATAL CARE

OLEH BIDAN PRAKTIK MANDIRI (BPM) DENGAN WILAYAH AKI TINGGI

DI KABUPATEN BOYOLALI

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Disusun Oleh :

Tyas Mulatsih J 410 151 014

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN ANTENATAL CARE

OLEH BIDAN PRAKTIK MANDIRI (BPM) DENGAN WILAYAH AKI TINGGI

DI KABUPATEN BOYOLALI PUBLIKASI ILMIAH Oleh: TYAS MULATSIH J410151014 Telahdiperiksadandisetujuiuntukdiujioleh: Dosen Dosen Pembimbing I Pembimbing II

Kusuma EstuWerdani, SKM, M.Kes Purwanti, SKM, M.Kes NIK. 1572 NIP. 196908101993112001

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN ANTENATAL CARE

OLEH BIDAN PRAKTIK MANDIRI (BPM) DENGAN WILAYAH AKI TINGGI

DI KABUPATEN BOYOLALI OLEH TYAS MULATSIH J410151014 Telahdipertahankan di depanDewanPenguji FakultasIlmuKesehatan UniversitasMuhammadiyah Surakarta Padahari Sabtu, 4 November 2017 Dan dinyatakantelahmemenuhisyarat DewanPenguji: Dekan, Dr. Mutalazimah, M.Kes NIK. 786 1. KusumaEstuWerdani, SKM.,M.Kes (……...) (KetuaDewanPenguji) 2. Purwanti, SKM., M.Kes (……...) (AnggotaPenguji I)

3. Bejo Raharjo, SKM., M.Kes (……...) (AnggotaPenguji II)

(4)
(5)

1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN ANTENATAL CARE

OLEH BIDAN PRAKTIK MANDIRI (BPM) DENGAN WILAYAH AKI TINGGI

DI KABUPATEN BOYOLALI Abstrak

Kepatuhan dalam pelaksanaan pelayanan ANC yang sesuai dengan standar berpengaruh terhadap kualitas pelayanan ANC dan penurunan AKI. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan pengetahuan, lama praktik, pelatihan, dan supervisi dengan kepatuhan pelaksanaan standar pelayanan Antenatal Care (ANC) oleh bidan praktik mandiri (BPM) dengan wilayah AKI tinggi di Kabupaten Boyolali. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan praktik mandiri (BPM) yang berada di lima kecamatan yang memiliki kasus kematian ibu tertinggi di Kabupaten Boyolali yaitu Kecamatan Ngemplak (11 bidan), Kecamatan Nogosari (8 bidan), Kecamatan Teras (10 bidan), Kecamatan Mojosongo (10 bidan), dan Kecamatan Banyudono (11 bidan) yang berjumlah sebanyak 50 BPM. Pemilihan sampel sebanyak 50 BPM dilakukan dengan menggunakan teknik exhaustive sampling. Teknik uji statistik menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan value=0,040; r=0,308), ada hubungan antara lama praktik (p-value=0,008; r=0,384), ada hubungan antara pelatihan (p-value=0,002; r=0,434), ada hubungan antara supervisi (p-value=0,000; r=0,521) dengan kepatuhan pelaksanaan standar pelayanan ANC oleh BPM dengan wilayah AKI tinggi di Kabupaten Boyolali. Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali perlu mengoptimalkan supervisi secara kontinyu dan komprehensif terhadap BPM dengan jadwal yang rutin dalam upaya peningkatan kepatuhan BPM terhadap pelaksanaan standar pelayanan ANC.

Kata Kunci : Kepatuhan, Standar pelayanan ANC, Pengetahuan, Lama Praktik, Pelatihan, dan Supervisi

Abstract

Compliance in the implementation of ANC services in accordance with the standards affects the quality of ANC services and the reduction of MMR. The purpose of this research is to analyze the relationship of knowledge, length of practice, training, and supervision with the compliance of service standard of Antenatal Care (ANC) by Independent Midwife Practices with highest Maternal Mortallity Rate Areas in Boyolali District. The type of this research is quantitative analytic research with cross sectional approach. The population in this research were all self-employed midwives (BPM) located in five sub-districts that have the highest maternal mortality cases in Boyolali District is Ngemplak

(6)

2

sub-district (11 midwives), Nogosari sub-district (8 midwives), Teras sub-district (10 midwives), Mojosongo sub- (10 midwives), and Banyudono sub-district (11 midwives) totaling is 50 BPM. The sample selection of 50 Independent Midwife Practices was done by using exhaustive sampling technique. Statistical test technique using Chi Square test. The result of the research shows that there is a correlation between knowledge (p-value = 0,040; r = 0,308), there is correlation between practice length (p-value = 0,008; r = 0,384), there is correlation between the training (p-value = 0,002; r = 0,434), there is correlation between supervision (p-value = 0,000; r = 0,521) with compliance of service standard of ANC by BPM with highest Maternal Mortallity Rate Areas in Boyolali District. Boyolali District Health Office needs to optimize continuous and comprehensive supervision of BPM with a regular schedule in an effort to improve BPM compliance with the implementation of ANC service standards.

Keywords: Compliance, ANC service standard, Knowledge, Practice Duration, Training, and Supervision

1. PENDAHULUAN

Angka kematian ibu (AKI) masih menjadi isu strategis di Indonesia sampai saat ini. Hal ini dibuktikan dengan AKI di Indonesia yang masih tetap tinggi. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2015 AKI sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup. AKI tersebut masih sangat jauh dari target kelima Millenium Development Goals (MDGs), yaitu pada tahun 2015 sebesar 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Target penurunan AKI ini masih tetap dijadikan sebagai target Sustainable Development Goals (SDGs) sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup yang harus dicapai pada tahun 2030 mendatang (Kemenkes, 2015).

Pemerintah melibatkan bidan dalam pelaksanaan program penurunan AKI. Bidan dianggap sebagai tenaga kesehatan yang berkompeten untuk berkontribusi dalam upaya penurunan AKI, karena merupakan tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan wanita sebagai sasaran program. Saat ini jumlah bidan di Indonesia mencapai 102.060 orang ditempatkan diseluruh wilayah, terutama di pedesaan. Hal ini bertujuan agar akses pelayanan kesehatan mudah dijangkau oleh wanita terutama pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan (nifas) yang komperehensif dan berkualitas (Badan PPSDM Kesehatan, 2016).

(7)

3

Standar pelayanan antenatal care dibuat sesuai dengan kebutuhan masyarakat karena tuntutan akan peningkatan kualitas pelayanan semakin meningkat. Standar pelayanan ANC yang berawal dari 7T (timbang berat badan, mengukur tekanan darah, mengukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT (Tetanus Toxoid) lengkap, pemberian tablet Fe (zat besi) minimal 90 tablet selama kehamilan, tes terhadap penyakit menular seksual, temu wicara dalam rangka persiapan rujukan). Standar ANC 7T kemudian berkembang lagi menjadi 10T dengan penambahan item standar meliputi menilai status gizi (ukur lingkar lengan atas), menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), dan test laboratorium (rutin dan khusus). Sekarang pemerintah menambahkan item standar pelayanan antenatal care dari 10T menjadi 14T dengan penambahan item standar meliputi pemeriksaan Hb, pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab), pemeriksaan protein urine, pemeriksaan urine reduksi, perawatan payudara, senam hamil, pemberian obat malaria, dan pemberian kapsul minyak yodium. Penambahan standar pelayanan antenatal care tersebut diharapkan menjadi acuan bagi tenaga kesehatan terutama bidan dalam memberikan pelayanan antenatal yang berkualitas untuk meningkatkan status kesehatan ibu yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi terhadap penurunan AKI (Kemenkes , 2010).

Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap delapan Bidan Praktik Mandiri (BPM) di wilayah Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. Hasil observasi terhadap kepatuhan pelaksanaan standar pelayanan ANC 14T oleh bidan menunjukkan bahwa dari 8 bidan yang memberikan pelayanan antenatal care 14T, sebanyak 6 bidan (75%) melakukan pelayanan ANC belum sesuai dengan standar pelayanan ANC 14T. Dampak dari item standar yang belum dilakukan oleh 6 bidan tersebut antara lain adalah pemeriksaan VDRL (kematian janin pada kehamilan < 16 minggu serta pada kehamilan lanjut menyebabkan premature dan cacat bawaan), pemeriksaan Hb (anemia dan perdarahan saat persalinan), pemeriksaan protein urine (terjadinya preeklampsia dan eklampsia), pemeriksaan urine reduksi (terjadi penyakit preeklampsia, polihidramnion, dan bayi besar), perawatan payudara, dan senam hamil (ASI tidak bisa keluar lancar dan otot dan persendian kaku saat persalinan).

(8)

4

Pelayaanan ANC 14T harus dilakukan untuk menurunkan AKI yang terjadi. Akan tetapi, jumlah kematian ibu yang terjadi di Boyolali pada tahun 2016 masih cukup tinggi yaitu 16 kasus atau 107 per 100.000 kelahiran hidup dibandingkan dengan target penurunan AKI di Boyolali sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini dimungkinkan karena kurang optimalnya pemberian pelayanan ANC. Kualitas pelayanan ANC yang rendah bisa disebabkan karena bidan tidak mematuhi standar pelayanan ANC yang telah ditetapkan.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan pengetahuan, lama praktik, pelatihan, dan supervisi dengan kepatuhan pelaksanaan standar pelayanan Antenatal Care (ANC) oleh Bidan Praktik Mandiri (BPM) dengan wilayah AKI tinggi di Kabupaten Boyolali.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus2017. Tempat penelitian di lima kecamatan yang memiliki kasus kematian ibu tertinggi di Kabupaten Boyolali yaitu Kecamatan Ngemplak, Kecamatan Nogosari, Kecamatan Teras, Kecamatan Mojosongo, dan Kecamatan Banyudono. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan praktik mandiri (BPM) yang berada di lima kecamatan yang memiliki kasus kematian ibu tertinggi di Kabupaten Boyolali yaitu Kecamatan Ngemplak (11 bidan), Kecamatan Nogosari (8 bidan), Kecamatan Teras (10 bidan), Kecamatan Mojosongo (10 bidan), dan Kecamatan Banyudono (11 bidan) yang berjumlah sebanyak 50 BPM. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh BPM yang ada di lima Kecamatan yang memiliki kasus kematian ibu tertinggi di Kabupaten Boyolali yaitu Kecamatan Ngemplak (11 bidan), Kecamatan Nogosari (8 bidan), Kecamatan Teras (10 bidan), Kecamatan Mojosongo (10 bidan), dan Kecamatan Banyudono (11 bidan) yang berjumlah sebanyak 50 BPM. Teknik pengambilan sampel menggunakan exhaustive sampling (sampling jenuh) dengan menggunakan semua anggota populasi sebagai sampel. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase dari

(9)

5

variabel yang diteliti dan analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara masing-masing variabel bebas (Independent) yaitu pengetahuan, lama praktik, pelatihan, dan supervisi dengan variabel terikat (Dependent) yaitu kepatuhan pelaksanaan standar pelayanan ANC menggunakan uji statistik Chi-Square.

3. HASIL dan PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Responden

Gambaran karakteristik responden meliputi umur responden, pendidikan terakhir, dan status pernikahan responden ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Karakteristik Nilai Frekuensi

(n) Persentase (%) Umur 30-39 tahun 13 26 40-49 tahun 28 56 50-59 tahun 6 12 60-69 tahun 3 6 Mean 43,18 Minimal 30 Maksimal 67 Total 50 100 Pendidikan Terakhir D1 Kebidanan 0 0 D3 Kebidanan 47 94 D4 Kebidanan 3 6 S1 Keb/Kesmas 0 0 Total 50 100 Status Pernikahan Belum Menikah 0 0 Menikah 50 100 Total 50 100

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa umur responden yaitu sebagian besar memiliki umur antara 40-49 tahun sebanyak 28 bidan (56%) dan sebagian kecil memiliki umur antara 60-69 tahun sebanyak 3 bidan (6%). Rata-rata umur responden yang diperoleh adalah 43,18 tahun dengan umur minimal 30 tahun dan umur maksimal 67 tahun. Pendidikan terakhir yang telah ditempuh oleh responden sebagian besar D3 Kebidanan sebanyak 47 bidan (94%) dan sebagian

(10)

6

kecil D4 Kebidanan sebanyak 3 bidan (6%). Status pernikahan dari seluruh responden adalah menikah sebanyak 50 bidan (100%).

3.2 Analisis Univariat

3.2.1 Kepatuhan Responden dalam Pelaksanaan Standar Pelayanan ANC Tabel 2. Kepatuhan Pelaksanaan Standar Pelayanan ANC oleh bidan

praktik mandiri (BPM) di Kabupaten Boyolali

Kepatuhan Frekuensi (n) Persentase (%) Tidak Patuh 17 34 Patuh 33 66 Total 50 100

Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa sebagian besar responden patuh dalam pelaksanaan standar pelayanan ANC yaitu sebanyak 33 bidan (66%) dan sebagian responden lainnya tidak patuh dalam pelaksanaan standar pelayanan ANC sebanyak 17 bidan (34%).

(11)

7

3.2.2 Kepatuhan Pelaksanaan Item Standar Pelayanan ANC 14T

Tabel 3. Kepatuhan Item Standar Pelayanan 14T oleh Bidan Praktik Mandiri (BPM)

NO STANDAR PELAYANAN ANC 14T Ya Tidak 1. Ukur Berat badan dan Tinggi Badan ( T1 ) 100% -

2. Ukur Tekanan Darah (T2) 100% -

3. Ukur Tinggi Fundus Uteri (T3) 100% -

4. Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)

100% -

5. Pemberian Imunisasi TT (T5) 100% -

6. Pemeriksaan Hb (T6) 80% 20%

7. Pemeriksaan Protein urine (T7) 76% 24%

8. Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab) (T8)

66% 34%

9. Pemeriksaan urine reduksi (T9) 76% 24%

10. Perawatan Payudara (T10) 78% 22%

11. Senam Hamil ( T11 ) 74% 26%

12. Pemberian Obat Malaria (T12) Tidak Diobservasi 13. Pemberian Kapsul Minyak Yodium (T13) Tidak Diobservasi 14. Temu wicara / Konseling ( T14 ) 100% -

Berdasarkan tabel 7, diperoleh hasil pelaksanaan item standar pelayanan ANC 14T yang dilakukan dengan frekuensi tertinggi 100% adalah item standar mengukur berat badan dan tinggi badan, mengukur tekanan darah, mengukur TFU, pemberian tablet Fe, imunisasi TT, serta temu wicara/konseling. Item standar pelayanan ANC 14T yang dilakukan dengan frekuensi rendah adalah pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab) yaitu 66%.

Hasil penelitian tentang kepatuhan terhadap item standar pelayanan ANC 14T menunjukkan bahwa hampir seperempat dari jumlah BPM tidak melakukan item standar pelayanan ANC 14T yaitu pemeriksaan VDRL

(12)

8

yang memiliki dampak terjadinya kematian janin pada kehamilan < 16 minggu serta pada kehamilan lanjut menyebabkan premature dan cacat bawaan, pemeriksaan Hb akan berdampak pada anemia dan perdarahan saat persalinan, pemeriksaan protein urine yang berdampak terhadap terjadinya preeklampsia dan eklampsia, pemeriksaan urine reduksi berdampak pada terjadinya penyakit preeklampsia, polihidramnion, dan bayi besar, serta perawatan payudara dan senam hamil akan berdampak ASI tidak bisa keluar lancar dan otot dan persendian kaku saat persalinan.

3.2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pelaksanaan Standar Pelayanan ANC

Tabel 4. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pelaksanaan standar pelayanan ANC oleh bidan praktik mandiri (BPM) di Kabupaten Boyolali Variabel Frekuensi (n) Persentase (%) Pengetahuan Kurang 5 10 Baik 45 90 Total 50 100 Lama Praktik < 7 tahun 21 42 > 7 tahun 29 58 Total 50 100 Pelatihan Tidak pernah 19 38 Pernah 31 62 Total 50 100 Supervisi Kurang 29 58 Baik 21 42 Total 50 100

Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 45 bidan (90%) dan sebagian kecil responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 5 bidan (10%). Lama praktik yang dimiliki oleh responden sebagian besar

(13)

9

adalah lama praktik > 7 tahun yaitu sebanyak 29 bidan (58%) dan sebagian kecil responden memiliki lama praktik < 7 tahun yaitu 21 bidan (42%).

Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa sebagian besar responden pernah mengikuti pelatihan yaitu sebanyak 31 bidan (62%) dan sebagian kecil responden tidak pernah mengikuti pelatihan sebanyak 19 bidan (38%). Kualitas supervisi yang diperoleh oleh responden adalah sebagian besar responden memperoleh kualitas supervisi kurang yaitu sebanyak 29 bidan (58%) dan responden yang memperoleh kualitas supervisi baik sebanyak 21 bidan (42%).

3.3 Analisis Bivariat

3.3.1 Hubungan antara Pengetahuan dengan Kepatuhan Pelaksanaan Standar Pelayanan Antenatal Care oleh bidan praktik mandiri (BPM) di Kabupaten Boyolali

Tabel 5. Hubungan antara Pengetahuan dengan Kepatuhan Pelaksanaan Standar Pelayanan ANC oleh bidan praktik mandiri (BPM) di Kabupaten Boyolali

Pengetahuan

Kepatuhan BPM Total P Value

r Tidak Patuh Patuh

n % n % n %

Kurang 4 80 1 20 5 100

0,040 0,308 Baik 13 28,9 32 71,1 45 100

Total 17 34 33 66 50 100

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak memenuhi syarat untuk penggunaan uji Chi square karena terdapat 33,3% dari jumlah sel mempunyai ecxpected count (nilai harapan) kurang dari 5 sehingga digunakan uji Fisher’s exact test. Nilai p-value yang didapatkan dengan uji Fisher’s exact test sebesar 0,040 yang menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan pelaksanaan standar pelayanan ANC oleh bidan praktik mandiri (BPM) di Kabupaten Boyolali. Nilai r adalah 0,308 yang menunjukkan bahwa tingkat keeratan

(14)

10

adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah lemah (0,20-0,39).

Bidan yang memiliki pengetahuan kurang mayoritas tidak patuh terhadap pelaksanaan standar pelayanan ANC (80%), sedangkan bidan yang berpengetahuan baik mayoritas patuh terhadap pelaksanaan standar pelayanan ANC (71,1%). Hasil persentase jawaban benar tertinggi dari butir soal pengetahuan adalah butir pertanyaan nomor 1 (100%) dan nomor 2 (100%) tentang antenatal care dan tujuannya. Hal ini terjadi karena dilihat dari karakteristik responden dimana BPM sebagian besar memiliki pendidikan terakhir D3 kebidanan. Sedangkan persentase jawaban benar terendah adalah butir pertanyaan nomor 9 (54%), nomor 11 (50%), nomor 19 dan nomor 20 (52%). Soal pengetahuan yang memiliki jawaban rendah tersebut adalah soal tentang item standar pelayanan ANC 14T, sehingga dapat disimpulkan bahwa BPM masih memiliki pemahaman yang kurang tentang item standar pelayanan ANC yang ditambahkan dari 10T menjadi 14T. Hal tersebut dapat diartikan bahwa semakin baik pengetahuan yang dimiliki oleh bidan akan semakin meningkatkan kepatuhan bidan dalam pelaksanaan standar pelayanan ANC. Sesuai dengan teori Notoadmojo (2003), pengetahuan merupakan faktor dominan yang sangat penting bagi terbentuknya suatu tindakan terhadap perilaku yang baik yang menguntungkan bagi suatu kegiatan.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa dari 45 bidan yang memiliki pengetahuan baik ternyata masih terdapat bidan yang tidak patuh dalam pelaksanaan standar pelayanan ANC yaitu sebanyak 13 bidan (28,9%). Pengetahuan yang baik belum tentu didukung oleh kepatuhan yang baik pula karena orang yang sudah tahu tentang standar pelayanan ANC belum tentu melakukan tindakan pelaksanaan standar pelayanan ANC dengan baik. Sesuai dengan teori Notoadmojo (2010), perubahan atau adopsi perilaku yang baru merupakan suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang lama Selain itu, menurut Teori Lawrence Green perilaku juga dipengaruhi oleh faktor pendukung (enabling factor) yang

(15)

11

mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana pendukung dalam melaksanakan pelayanan ANC oleh bidan. Bidan di dalam penelitian ini melakukan perilaku tidak patuh terhadap pelaksanaan standar pelayanan ANC disebabkan karena kurang lengkapnya peralatan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pelayanan ANC yaitu peralatan untuk pemeriksaan laboratorium.

3.3.2 Hubungan Antara Lama Praktik dengan Kepatuhan Pelaksanaan Standar Pelayanan Antenatal Care oleh bidan praktik mandiri (BPM) di Kabupaten Boyolali

Tabel 6. Hubungan antara Lama Praktik dengan Kepatuhan Pelaksanaan Standar Pelayanan ANC oleh bidan praktik mandiri (BPM) di Kabupaten Boyolali

Lama Praktik

Kepatuhan BPM Total P Value

r Tidak Patuh Patuh

n % n % n %

< 7 tahun 12 57,1 9 42,9 21 100

0,008 0,384 >7 tahun 5 17,2 24 82,8 29 100

Total 17 34 33 66 50 100

Berdasarkan hasil uji Chi Square didapatkan nilai p-value sebesar 0,008 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara lama praktik dengan kepatuhan pelaksanaan standar pelayanan ANC oleh bidan praktik mandiri (BPM) di Kabupaten Boyolali. Nilai r adalah 0,384 yang menunjukkan bahwa tingkat keeratan adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah lemah (0,20-0,39).

Bidan yang memiliki lama praktik < 7 tahun sebagian besar tidak patuh terhadap pelaksanaan standar pelayanan ANC (57,1%), sedangkan bidan yang memiliki lama praktik > 7 tahun mayoritas patuh terhadap pelaksanaan standar pelayanan ANC (82,8%). Hal ini dapat diartikan bahwa semakin lama praktik bidan semakin meningkatkan kepatuhan bidan dalam pelaksanaan standar pelaynan ANC. Lama bekerja adalah lamanya waktu seseorang untuk mengabdikan dirinya dalam suatu tugas sesuai dengan profesinya, pekerjaan akan berpengaruh terhadap perilaku

(16)

12

petugas semakin lama masa kerja seseorang akan memperluas wawasan. Lamanya seorang bidan mengabdikan dirinya dalam praktik kebidanan maka bidan tersebut makin kompeten dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam pelaksanaan pelayanan ANC yang sesuai dengan standar. Masa kerja (pengalaman) berpengaruh terhadap seseorang dalam memberikan pelayanan. Pengalaman bidan dalam melakukan pekerjaannya merupakan faktor penting dan pengalaman yang dimilikinya juga dapat menunjang pekerjaannya dalam memberikan pelayanan sehingga lebih besar kemungkinan bidan merasa berprestasi dalam pekerjaan yang dilakukan akan berpengaruh terhadap kinerja bidan tersebut. Semakin lamanya praktik yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan pekerjaannnya akan menghasilkan berbagai pengalaman dan pengetahuan baru dimana pengalaman kerja turut menentukan bagaimana bidan menjalankan fungsinya sehari-hari. Semakin lama bidan bekerja semakin terampil dan berpengalaman dalam menghadapi masalah didalam memberikan pelayanan kebidanan terutama pelayanan ANC sehingga pelayanan yang diberikan akan sesuai standar dan dapat berdampak dalam peningkatan kualitas ANC terhadap ibu hamil.

3.3.3 Hubungan Antara Pelatihan dengan Kepatuhan Pelaksanaan Standar Pelayanan Antenatal Care oleh bidan praktik mandiri (BPM) di Kabupaten Boyolali

Tabel 7. Hubungan antara Pelatihan dengan Kepatuhan Pelaksanaan Standar Pelayanan ANC oleh bidan praktik mandiri (BPM) di Kabupaten Boyolali

Pelatihan

Kepatuhan BPM Total P Value

r Tidak Patuh Patuh

n % n % n %

Tidak Pernah 12 63,2 7 36,8 19 100

0,002 0,434 Pernah 5 16,1 26 83,9 31 100

Total 17 34 33 66 50 100

Berdasarkan hasil uji Chi Square didapatkan nilai p-value sebesar 0,002 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

(17)

13

pelatihan dengan kepatuhan pelaksanaan standar pelayanan ANC oleh bidan praktik mandiri (BPM) di Kabupaten Boyolali. Nilai r adalah 0,434 yang menunjukkan bahwa tingkat keeratan adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah cukup kuat (0,40-0,59).

Bidan yang tidak pernah ikut pelatihan cenderung tidak patuh terhadap pelaksanaan standar pelayanan ANC (63,2%), sedangkan bidan yang pernah ikut pelatuhan cenderung patuh terhadap pelaksanaan standar pelayanan ANC (83,9%). Adanya pelatihan pelayanan ANC yang pernah diikuti membuat bidan lebih patuh dalam pelaksanaan standar pelayanan ANC kepada ibu hamil karena bidan telah mendapatkan pengalaman dan ilmu baru yag sebelumnya belum pernah didapatkan pada saat mengikuti pendidikan formal.

Pelatihan merupakan pendidikan non formal bersifat fungsional dan praktis serta pendekatannya lebih fleksibel, lebih luas dan terintegrasi yang akan memberikan pengalaman dan ilmu baru dan juga memberikan gambaran atau wawasan tentang perkembangan pelayanan ANC yang berkembang saat ini sehingga akan berpengaruh terhadap sikap dan tindakan bidan itu sendiri untuk lebih patuh dalam memberikan pelayanan ANC kepada ibu hamil sesuai dengan standar.

3.3.4 Hubungan Antara Supervisi dengan Kepatuhan Pelaksanaan Standar Pelayanan Antenatal Care oleh bidan praktik mandiri (BPM) di Kabupaten Boyolali

Tabel 8. Hubungan antara Supervisi dengan Kepatuhan Pelaksanaan Standar Pelayanan ANC oleh bidan praktik mandiri (BPM) di Kabupaten Boyolali

Supervisi

Kepatuhan BPM Total P Value

r Tidak Patuh Patuh

n % n % n %

Kurang 17 58,6 12 41,4 29 100

0,000 0,521 Baik 0 0 21 100 21 100

(18)

14

Berdasarkan hasil uji Chi Square didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara supervisi dengan kepatuhan pelaksanaan standar pelayanan ANC oleh bidan praktik mandiri (BPM) di Kabupaten Boyolali. Nilai r adalah 0,521 yang menunjukkan bahwa tingkat keeratan adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah cukup kuat (0,40-0,59).

Bidan yang kurang dilakukan supervisi cenderung tidak patuh terhadap pelaksanaan standar pelayanan ANC (58,6%), sedangkan keseluruhan bidan yang mendapatkan supervisi baik akan patuh terhadap pelaksanaan standar pelayanan ANC (100%). Kunjungan supervisi yang dilakukan Puskesmas menunjukkan persentase lebih sering (3-4 kali) dibandingkan dengan kunjungan supervisi yang dilakukan oleh DKK dan organisasi profesi (IBI) (1-2 kali) dalam satu tahun terakhir. Semakin kontinyu dan komprehensif supervisi yang dilakukan oleh Puskesmas, IBI, ataupun DKK terhadap bidan praktik mandiri akan berdampak terhadap kepatuhan bidan praktek mandiri dalam memberikan pelayanan ANC yang sesuai dengan standar. Pembinaan, pengamatan, dan evaluasi terhadap tampilan kerja atau kinerja bidan akan memacu motivasi bidan untuk dapat melaksanakan kepatuhan dalam pelaksanaan standar pelayanan ANC.

Supervisi yang baik kemungkinan besar dapat menjamin bahwa pelayanan ANC oleh bidan di desa akan selalu dilaksanakan sesuai dengan standar ANC yang telah ditetapkan. Perilaku yang telah berubah harus diberi penguatan (reinforcement) agar tidak kembali ke perilaku semula dengan melakukan supervisi yang berkesinambungan. Selain itu, kepatuhan dilakukan selama masih ada supervisi sehingga jika supervisi mengendur atau hilang, kepatuhan akan ditinggalkan.

(19)

15 4. PENUTUP

4.1 Simpulan

Umur responden sebagian besar antara umur 40-49 tahun yaitu sebanyak 28 bidan (56%). Pendidikan terakhir yang telah ditempuh oleh responden mayoritas D3 Kebidanan yaitu sebanyak 47 bidan (94%), dan status pernikahan dari seluruh responden adalah menikah yaitu sebanyak 50 bidan (100%). Kepatuhan dalam pelaksanaan standar pelayanan ANC adalah sebagian besar responden patuh dalam pelaksanaan standar pelayanan ANC yaitu sebanyak 33 bidan (66%). Pengetahuan yang dimiliki oleh bidan praktik mandiri (BPM) adalah sebagian besar memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 45 bidan (90%). Lama praktik yang dimiliki oleh bidan praktik mandiri (BPM) adalah sebagian besar memiliki lama praktik > 7 tahun yaitu sebanyak 29 bidan (58%). Bidan praktik mandiri (BPM) sebagian besar pernah mengikuti pelatihan yaitu sebanyak 31 bidan (62%). Bidan praktik mandiri (BPM) sebagian besar memiliki kualitas supervisi kurang yaitu sebanyak 29 bidan (58%).

Ada hubungan antara pengetahuan (p-value =0,040; r= 0,308), ada hubungan antara lama praktik (p-value=0,008; r= 0,384), ada hubungan antara pelatihan (p-value=0,002; r= 0,434), ada hubungan antara supervisi (p-value=0,000; r= 0,521) dengan kepatuhan pelaksanaan standar pelayanan ANC oleh bidan praktik mandiri (BPM) dengan wilayah AKI tinggi di Kabupaten Boyolali

4.2 Saran

Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali perlu meningkatkan dan mengoptimalkan kunjungan supervisi secara kontinyu dan komprehensif terhadap BPM dengan jadwal yang rutin dalam upaya peningkatan kepatuhan BPM terhadap pelaksanaan standar pelayanan ANC yang akan berdampak pada kualitas pelayanan ANC di Kabupaten Boyolali. Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali perlu membuat perencanaan program untuk peningkatan sumber daya manusia dengan mengadakan pelatihan

(20)

16

dan seminar-seminar secara berkala bagi bidan khususnya tentang pelayanan ANC agar BPM dapat selalu update tentang perkembangan ilmu tentang pelayanan ANC sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi guna meningkatkan keterampilan dan kompetensi bidan. Organisasi profesi (IBI) perlu mengoptimalkan kunjungan supervisi terhadap BPM dengan jadwal yang rutin, komprehensif, dan berkelanjutan. Organisasi profesi (IBI) perlu mengadakan pelatihan dan seminar khususnya tentang pelayanan ANC bagi anggotanya. Bidan praktik mandiri (BPM) perlu melengkapi sarana dan prasarana peralatan yang dapat mendukung kepatuhan pelaksanaan standar pelayanan ANC. Bidan praktik mandiri perlu meningkatkan komitmen dan motivasinya dalam mematuhi standar pelayanan ANC sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan dalam upaya penurunan AKI di Kabupaten Boyolali.

DAFTAR PUSTAKA

Abu, A., Kusumawati, Y., & Werdani, K. (2015). Hubungan Karakteristik Bidan dengan Mutu Pelayanan Antenatal Care Berdasarkan Standar Operasional. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas. Vol. 10, No. 1, Oktober 2015.

Afriani, E. (2012). Hubungan Motivasi, Supervisi, dan Faktor Lainnya dengan Kepatuhan Bidan Menerapkan Standar Pelayanan Antenatal di Kota Padangsidimpuan Tahun 2012 (Skripsi). Jakarta: Universitas Indonesia. Anggrita, S., Mardiatul, U. I., & Ramalida, D. (2015). Asuhan Kebidanan Pada

Kehamilan. Bogor: In Media.

Azwar, A. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan RI, dan ICF International. (2013). Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI). Jakarta: BKKBN, BPS, Kementerian Kesehatan, dan ICF International.

Daeli, W. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap, Tindakan dan Masa Kerja dengan Pencegahan Infeksi Nosokomial. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia. Vol. 5 No.3 September 2015.

(21)

17

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Dinas Kesehatan Jawa tengah. (2014). Angka Kematian Ibu.

http://www.dinkesjatengprov.go.id/

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2015). Profil kesehatan Jawa Tengah.

http://dinkesjatengprov.go.id/v2015/dokumen/profil2015/Profil_2015_fix .pdf

Dinas kesehatan Boyolali. (2014). Profil Kesehatan Kabupaten Boyolali.

http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_K

AB_KOTA_2014/3309_Jateng_Kab_Boyolali_2014.pdf

Fauziah, Rumdasih J, Mesra, E. (2014). Pengetahuan Bidan Merupakan Faktor Dominan terhadap Kepatuhan Bidan Menerapkan Asuhan Persalinan Normal.Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 1, Nomor 2, Maret 2014, hlm : 79 – 83.

Fatkhiyah, N & Kodijah. (2014). Pengaruh Motivasi dan Kualitas Supervisi terhadap Kepatuhan Bidan dalam Deteksi Preeklampsia di Kabupaten Tegal (Skripsi). Tegal: STIKES Bhakti Mandala Husada.

Guspianto. (2012). Determinan Kepatuhan Bidan di Desa terhadap Standar Antenatal Care. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 2, September 2012.

Hasibuan, M. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara Mardianti. (2013). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Bidan

dalam Pencegahan Infeksi pada Pertolongan Persalinan di Tingkat Puskesmas Kabupaten Karawang (Skripsi). Bandung: Poltekkes Bandung.

Mariati, U., Yusefni, E., & Erwani. (2010). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penerapan Standar pelayanan Kebidanan dalam Antenatal Care oleh Bidan Praktek Swasta di Kecamatan Padang Selatan Kota Padang Tahun 2010 (Skripsi). Padang: Poltekkes Kemenkes Padang.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Registrasi dan Praktik Bidan. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

(22)

18

Nessi, M. (2014). Analisis Kinerja BPM dalam pelaksanaan ANC terpadu pada ibu hamil di wilayah IBI Ranting Kota Semarang (Thesis). Semarang: Universitas Diponegoro.

Notoatmojo, (2003). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Pantikawati dan Saryono. (2012). Asuhan Kebidanan 1 (Kehamilan). Yogyakarta:

Nuha Medika.

Setiadi. (2007). Perilaku Perawat Profesional terhadap Suatu Anjuran, Prosedur, atau Peraturan yang Harus Dilakukan atau ditaati. Yogyakarta: Graha Ilmu

Wawan dan Dewi. (2011). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia.Yogyakarta: Nuha Medika.

Wijayanti, D. (2014). Hubungan Pengetahuan Bidan Desa tentang Standar Pelayanan ANC dengan pelaksanaan Standar Pelayanan ANC di Puuskesmas Wilayah Kerja IBI Ranting Kendal. Jurnal. Ilmu Kesh. Vol. 5 No. 2, Juli 2014.

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden   Karakteristik   Nilai   Frekuensi
Tabel  3.  Kepatuhan  Item  Standar  Pelayanan  14T  oleh  Bidan  Praktik  Mandiri (BPM)
Tabel  4.  Faktor-faktor  yang  berhubungan  dengan  kepatuhan  pelaksanaan  standar  pelayanan  ANC  oleh  bidan  praktik  mandiri  (BPM)  di  Kabupaten Boyolali  Variabel  Frekuensi  (n)  Persentase (%)  Pengetahuan   Kurang  5  10  Baik  45  90  Total
Tabel  6.  Hubungan  antara  Lama  Praktik  dengan  Kepatuhan  Pelaksanaan  Standar Pelayanan ANC oleh bidan praktik mandiri (BPM) di  Kabupaten Boyolali
+2

Referensi

Dokumen terkait

dengan Ampas Tebu dan Semen , Tugas Akhir, Bidang Geoteknik, Departemen Teknik. Sipil, Universitas

1) Dibuat dan diselesaikan sendiri, dengan menggunakan hasil kuliah, tinjauan lapangan, dan buku-buku serta jurnal acuan yang tertera di dalam referensi pada

Dengan adanya komputer dapat mengurangi pekerjaan yang bersifat manual, yang kurang efisien dan membutuhkan waktu yang lama dalam memberikan informasi.. Sistem untuk

keberangkatan dengan maksud perjalanan pemilihan terbanyak terjadi pada pukul 06.00 dan pukul 17.00, sehingga dalam pemberangkatan kereta api digunakan 2 kali pemberangkatan

Uji tekan dilakukan setelah silinder beton berumur 28 hari Hasil kuat tekan beton ringan tanpa pelapisan batu apung mengalami kenaikan nilai kuat tekan dengan penambahan serat

[r]

Fungsi Pembangkit Biasa, Sri Rahayuningsih Page 8 keadaan dalam suatu distribusi unsur yang dapat dilakukan dengan menggunakan tabela. Cara tabel tentu menjadi

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melihat presensi responden, kemudian melakukan observasi satu per satu yang dibantu oleh asisten peneliti sejumlah 4 orang