• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemerolehan Kata Ulang Bahasa Indonesia Lisan Pada Anak Autistik di Sekolah TKLB.B.UPT.SLB-E.N PembinaKajian Psikolinguistik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemerolehan Kata Ulang Bahasa Indonesia Lisan Pada Anak Autistik di Sekolah TKLB.B.UPT.SLB-E.N PembinaKajian Psikolinguistik"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep

Konsep yang mendasari penelitian ini adalah penderita anak autis dan pemerolehan bahasa.

2.1.1 Penderita Autis

Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri.Penyandang autisme seakan-akan hidup di dunianya sendiri.Autisme adalah gangguan yang parah pada kemampuan komunikasi yang berkepanjangan yang tampak pada usia tiga tahun pertama,ketidakmampuanberkomunikasi ini diduga mengakibatkan anak penyandangautis menyendiri dan tidak ada respon terhadap orang lain (Sarwindah, 2002).

(2)

Anak autis berbeda dari anak normal pada umumnya. Menurut Kurikulum Pendidikan Luar Biasa tentang pedoman bimbingan di sekolah, karakteristik anak autis adalah sebagai berikut:

1. Interaksi sosial

a. Tidak tertarik untuk bermain bersama teman atau lebih suka menyendiri.

b. Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan.

c. Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan, misalnya bila ingin meminta minum.

2. Komunikasi

a. Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.

b. Senang meniru atau membeo (echolalia);bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya. c. Anak tampak seperti tuli,sulit berbicara,atau pernah berbicara tapi

sirna.

d. Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.

e. Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain;bicara tidak dipakai untuk alat komunikasi. f. Sebagian anak ini tidak berbicara(non verbal) atau sedikit

berbicara(kurang verbal)sampai usia dewasa.

3. Pola bermain

a.Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.

b.Senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin dan gasing.

c.Tidak bermain sesuai fungsi mainan,misalnya sepeda dibalik lalu d. Rodanya di putar-putar,tidak kreatif,tidak imajinatif.

(3)

2.1.2 Bahasa Lisan dan Tulis 1) Bahasa Lisan

Bahasa lisan adalah bentuk bahasa yang diungkapkan secara langsung menggunakan tutur kata secara lisan.Oleh karena itu, bentuk bahasa ini terkait dengan ruang dan waktu, di mana aspek situasi berpengaruh besar terhadap pemahaman isi bahasa tersebut.Selain ucapan, pengungkapan bahasa lisan biasanya juga dilengkapi dengan nada suara,gerak tubuh,dan ekpresi wajah.

2) Bahasa Tulisan

Bahasa tulisan adalah bentuk bahasa yang memakai teks tertulis sebagai media perantaranya.Itu sebabnya, jenis bahasa ini terkait dengan ruang dan waktu.Dalam pembuatannya, bahasa tulisan mempunyai aturan-aturan dasar yang bersifat mengikat. Pada umumnya, bahasa tulisan banyak memanfaatkan tanda baca, diksi yang tepat,dan unsur-unsur gramatikal lainnya untuk memudahkan pemahaman akanisi bahasa.

2.1.3 Autistik

Kata autistik berasal bahasa Yunani auto yang berarti sendiri. Jika kita perhatian maka kita akan mendapat kesan bahwa penyandang autistik itu seolah-olah hidup di dunianya sendiri. Pemakaian istilah autistik diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner, seorang psikiater dan Hervard (Kanner, AutisticDisturbance of Affective Contact)pada tahun 1943.Sekalipun kelainan ini sudah ada sejak

berabad-abad sebelumnya.

(4)

mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain. Autisme juga merupakan gangguan perkembangan organik yang mempengaruhi kemampuan anak-anak dalam berinteraksi dan menjalani kehidupannya (Hanafi dalam hadis, 2006:2002). Selain itu, Simanjuntak memberikan defenisi autistik sebagai sebuah penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor genetik memegang kemungkinan yang sangat besar dan faktor-faktor nongenetik memberikan sumbangan ke dalam rantaian penyebab autistik ini (Simanjuntak, 2009:251).Jadi, dapat disimpulkan bahwa autistik ini sebenarnya adalah sebuah keadaan dimana penderitanya mengalami gangguan dari segi psikis yang disebabkan oleh banyak faktor, baik genetik maupun non genetik.

Gangguan perkembangan ini sangat kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imajinasi anak, serta emosional anak.Dengan kata lain, pada anak autisme terdapat hambatan yang berat dalam kemampuan perkembangan verbal dan interaksi non-verbal.Anak-anak dengan autisme menggunakan komunikasi dan strategi yang kacau dalam belajar bahasa.Apabila diberi stimulus yang kompleks, maka anak autis cenderung memberi respon pada satu komponen.Pola respon demikian disebut stimulus overselectivity atau overselective attention.

(5)

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam terapi wicara menyentuh ranah (Veskarisyanti,2008:48-49) :

1. Artikulasi atau pengucapan:

Anak autis mengalami kekurang sempurnaan dalam pengucapan karena daerah artikulasinya mengalami gangguan. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan latihan pengucapan dengan melibatkan cara dan tempat artikulasi (Place and manners of articulation). Latihan yang dapat diberikan anatara lain, propoceptive neuromuscular.

2. Organ bicara dan sekitarnya :

Sifatnya fungsional, sehingga diperlibatkan oral peripheral mechanismexercises dan oral motor activities, aktivitas yang melatih

fungsi dari motorik organ bicara pada manusia. 3. Untuk bahasa.

Aktivitas yang dilakukan adalah dalam tahapan fonologi, semantik morfologi,sintaksis, wacana, metalinguistik, dan pragmatik.

4. Pendengaran

Terapi yang dapat diberikan adalah dengan menyertakan alat bantu bersifat medis dan penggunaan sensori lainnya.

5. Suara

Gangguan pada suara adalah penyimpangan dari nada, intensitas, kualitas, atau penyimpangan lain dari atribut dasar pada suara, yang menimbulkan gangguan komunikasi, memberikan kesan negative pada si pembicara akan mempengaruhi pendengar.

2.1.4 Pemerolehan Bahasa

(6)

pertamanya, Jadi, pemerolehan bahasa berkenanaan dengan bahasa kedua (dalam Chaer:167).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pemerolehan Bahasa

(7)

2.2.2 Psikolinguistik

Psikolinguistik berasal dari kata psikologi dan linguistik. Secara etimologi kata psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu psyche dan logos.Kata psyche berarti jiwa, roh, atau sukma, sedangkan logos berarti ilmu. Jadi secara arafiah, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia.Linguistik adalah ilmu bahasa atau ilmu yang objek kajiannya adalah bahasa.Linguistik juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hakikat bahasa, struktur bahasa, bagaimana bahasa itu diperoleh,dan bagaiamana bahasa itu berkembang.Jadi, psikolinguistik adalah suatu ilmu yang mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi, dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh oleh manusia, Slobin dalam (Chaer, 2003:5). Sedangkan Harley (Dardjowidjojo, 2003:7) berpendapat bahwa psikolinguistik adalah studi tentang proses mental-mental dalam pemakaian bahasa.

(8)

2.2.3 Psikolinguistik Behaviorisme

Teori Behaviorisme diperkenalkan oleh John B.Watson (1878-1958) seorang ahli psikologi berkebangsan Amerika.Teori ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari teori pembiasan klasik Pavlov dalam bentuk baru dan yang lebih terperinci serta didukung oleh eksperimen baru dengan binatang (terutama tikus) dan anak kecil (bayi).

Di Amerika Serikat, Watson dikenal sebagai Bapak Behaviorisme karena prinsip-prinsip pembelajaran barunya berdasarkan teori Stimulus- Respons Bond, (S – R bond). Menurut behaviorisme yang dianut oleh Watson tujuan utama psikologi adalah membuat prediksi dan pengendalian terhadap perilaku dan sedikit pun tidak ada kaitannya dengan kesadaran.Yang dapat dikaji oleh psikologi menurut teori ini adalah benda-benda atau hal-hal yang dapat diamati secara langsung, yaitu rangsangan (stimulus) dan gerak balas (respon) sedangkan hal-hal yang terjadi dalam otak tidak berkaitan dengan kajian.Maka dalam proses pembelajaran, menurut Watson tidak ada perbedaan manusia dengan hewan.

(9)

pengaruh naluri (instinct) dan kesadaran terhadap perilaku.Jadi semua perilaku dipelajari menurut hubungan stimulus-respons.

Dalam pembelajaran yang didasarkan pada hubungan stimulus-respons ini, Watson mengemukakan dua prinsip penting yaitu (1) recency principle (prinsip kebaruan), dan (2) frequency principle (prinsip frekuensi). Menurut recency principle jika stimulus baru saja menimbulkan respons, maka kemungkinan

stimulus itu untuk menimbulkan respons, maka diberikan umpan lagi akan lebih besar daripada kalau stimulus itu diberikan setelah lama berselang. Menurut frequency principle apabila suatu stimulus itu dibuat lebih sering menimbulkan

respon yang sama pada waktu yang lain akan lebih besar.

Selain itu, psikolinguistik behaviorisme berusaha menjelaskan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama sebenarnya dikendalikan dari luar diri si anak, yaitu rangsangan yang diberikan melalui lingkungan (Chaer, 2002:222)

Penerapan teori behaviorisme ini didasarkan oleh adanya rangsangan (stimulus) kemudian diikuti oleh reaksi (respon). Bila rangsangan menghasilkan reaksi yang benar maka akan diberi hadiah atau imbalan (reinforcement) yang menyenangkan dan kemungkinan rangsangan itu akan dilakukan berulang-ulang. Namun, jika reaksi yang dihasilkan salah akan dihukum, yaitu penghentian imbalan. Bagi anak autistik, imbalan ini sangat diperlukan agar mereka mematuhi perintah yang diberikan.Perlu sekali diperhatikan bahwa imbalan harus terkesan sebagai upah dan bukan sebagai suap atau sogokan (Handojo, 2008:55).

(10)

karena harus diberikan secara berulang-ulang.Selain itu, dalam bentuk memberikan mainan kepada anak.Imbalan verbal juga perlu diberikanseperti’’bagus”,”pintar”sebagai pujian karena telah melaksanakan intruksi dengan benar.

2.2.4 Kata Ulang Bahasa Indonesia

Menurut Muslich, (1990:48) proses pengulangan merupakan peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak.

Kata ulang merupakan kata yang mengalami proses pengulangan kata. Kata ulang ada yang berupa kata ulang utuh, sebagian, dan perubahan bunyi. Selain itu, ada juga kata ulang semu dan berimbuhan.

Macam-macam Pengulangan 1. Pengulangan seluruh

Pengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Misalnya :

Sepeda  Sepeda-sepeda Buku  Buku-buku Sekali  Sekali-sekali

(11)

2. Pengulangan sebagian

Pengulangan sebagian ialah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya.Disini bentuk dasar tidak diulang seluruhnya.Hampir semua bentuk dasar pengulangan golongan ini berupa bentuk kompleks.Yang berupa bentuk tunggal hanyalah kata lelaki yang dibentuk dari bentuk dasar laki,beberapa yang dibentuk dari bentuk dasar berapa, pertama-tama yang dibentuk dari bentuk dasar perpertama-tama, dan segala-gala yang

dibentuk dari bentuk segala. a. Misalnya - bentuk meN :

Mengambil  mengambil-ambil Membaca  membaca-baca

Pada kata mengambil-ambil nasal morfem meN- tidak diulang pada ambil yang kedua karna bentuk asal kata mengambil-ambil, ialah ambil, berawal dengan vocal.Disini, nasal morfem meN- diulang pada ngemasi karena bentuk asal mengemas-ngemasi berawal dengan konsenan.Bentuk asal nya bukan emas melainkan kemas.

(12)

Ada dua pilihan.Pilihan pertama adalah bentuk dasar kereta diulang menjadikereta-kereta, lalu mendapat bubuhan afiks-an, menjadi kereta-keretaan. Jadi proses nya sebagai berikut

Keretakereta-keretakereta-keretaan

4. Pengulangan dengan perubahan fonem

Kata ulang yang pengulangan nya termasuk golongan ini sebenarnya sangat sedikit.Disamping bolak-balik terdapat kata kebalikan, sebaliknya,dibalik,membalik.Dari perbandingan itu dapat disimpulkan

bahwa kata bolak-balik dibentuk dari bentuk dasar balik yang diulang seluruhnya dengan perubahan fonem.

Contoh lain misalnya :

Gerak  gerak-gerik Robek  robak-rabik Serba  serba-serbi

2.3Tinjauan Pustaka

(13)

Salhiadani Nasution (1995) dalam skripsinya yang berjudul Hubungan Neurolinguistik Terhadap Psikolinguistik Gangguan Komunikasi Bahasa

Indonesia. Anak yang menderita penyakit autistik ini terlambat kemampuan

bicaranya dan mempunyai cara bicara yang ganjil. Misalnya ia tidak dapat membedakan kata ganti seperti “kamu” dan “saya”, dan ia mengulang apa yang dikatakan orang kepadanya. Biasanya anak ini suka mengasingkan diri, ia menghindar dari kontak mata dan kontak fisik, ia senang permainan yang berulang dan ada kalaanya berlebihan.

Darjowidjojo (2000 ) tentang penelitian longitudinalnya yang menggunakan waktu lima tahun terhadap cucu nya Echa mengungkapkan bahwa pemerolehan bahasa itu terdiri atas pemerolehan fonologi, morfologi, sintaksis, simantik, leksikon dan pragmatik. Darjowidjojo juga mengatakan bahwa bahasa tidak dapat terjadi hanya karena adanya bekal kodrating (innate propertis ) belaka.Pemorelahan bahasa juga tidak mungkin terjadi karena hanya adanya faktor.

Gustianingsih (2009) dalam desertasinya yang berjudul Produksi Dan KomprehensiBunyi Ujaran Bahasa Indonesia Pada Anak Penyandang

(14)

Rismawati Sitorus (2010), dalam skripsinya yang berjudul Kalimat Lisan BahasaIndonesia Anak AutistikPada Yayasan Tali Kasih Medan, menyimpulkan

bahwa kalimat lisan anak autistik di yayasan tali kasih medan berbeda dengan kalimat lisan anak normal mereka sangat sulit melakukan interaksi dengan orang lain.Mereka hanya mampu mengajarkan penggalan awal atau akhiran setiap kalimat lisan yang diujarkan guru.

Listari (2011) dalam skripsinya yang berjudul Pemerolehan Morfologi Bahasa JawaAnak Usia lima tahun didesa Sialang Pamoran Labuhan Batu Selatan

(15)

mengaplikasikan metode tersebut pada penelitian peneliti untuk menggabungkan antara psikolinguistik dan morfologi karena kajian peneliti juga menggabungkan psikolinguistik dengan morfologi.

Prastika (2011) dalam skripsinya yang berjudul Kosa Kata Benda Bahasa IndonesiaLisan Anak Autistik Di Medan, menyimpulkan anak autistik lebih

banyak menyimpan kosa kata nama bagian tubuh, karena sering diulang dalam bentuk nyanyian, pemberian hadiah juga, semakin memancing si anak semakin banyak berbicara.Pengumpulan data dilakukan terlebih dahulu dengan melalukan observasi.Hal ini dilakukan untuk mengamati pemahaman kosa kata benda yang diucapkan anak autistik.Kemudian, metode penelitian yang digunakan Prastika dalam penelitiannya adalah metode simak.Adapun teknik dasar yang digunakan untuk mengembangkan metode simak adalah metode sadap. Metode yang digunakan adalah metode dasar yang digunakan untuk mengembangkan metode padan tersebut adalah teknik pilah unsur penentu yang memiliki suatu alat yaitu daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh peneliti. Teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik hubung banding membedakan.Selain itu juga Prastiska melakukan teknik rekam dan teknik gambar. Prastiska juga menggunakan teknik catat, yaitu dengan cara mencatat semua data yang sudah terkumpul. Data yang sudah terkumpul itu akan dianalisis dan diklasifikasikan sesuai dengan bentuk kosa kata benda konkret bahasa Indonesia dan jumlah kosa kata yang paling banyak muncul dalam lisan anak autistik.

(16)

Referensi

Dokumen terkait