BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Ruang Publik
Ruang terbuka publik adalah suatu sarana milik bersama yang diperlukan
oleh masyarakat untuk melakukan aktivitas fungsional, dapat dikunjungi oleh
masyarakat secara langsung dalam kurun waktu tertentu maupun tidak langsung
dalam kurun waktu tidak tertentu (Carr dkk, 1992). Ruang publik menurut Roger
Scruton (1984) mempunyai makna sebagai sebuah tempat yang didesain seminimal
apapun, merupakan tempat berjumpanya pengguna ruang publik perumahan,
mempunyai akses yang bagus terhadap lingkungan disekitarnya serta perilaku
pengguna ruang publik yang mematuhi peraturan dan norma-norma yang berlaku.
Pada umumnya, ruang terbuka termasuk ke dalam ruang publik. Menurut
Rustam Hakim (1987), ruang publik merupakan suatu wadah dimana tempat
tersebut dapat menampung aktivitas yang dilakukan oleh manusia, baik secara
individu maupun berkelompok. Ruang publik dibagi menjadi dua macam dilihat
dari sifatnya, yaitu:
1. Ruang publik terbuka: merupakan ruang publik yang terletak di luar
bangunan. Biasanya juga disebut sebagai ruang terbuka (open space).
2. Ruang publik tertutup: merupakan ruang publik yang terletak di dalam suatu
2.1.1 Fungsi ruang publik pada kawasan perumahan
Ruang publik pada kawasan perumahan merupakan suatu tempat dimana
penghuni perumahan dapat melakukan aktivitas, merupakan milik bersama dan
digunakan sebagai kepentingan bersama masyarakat (Rony Gunawan Sunaryo,
2004). Ruang publik harus bisa menyediakan kebutuhan fisik maupun visual
kepada semua penggunanya (Madanipour, 1996).
2.1.2 Komponen ruang publik pada kawasan perumahan
Ruang publik pada lingkungan perumahan dibutuhkan oleh masyarakat
perumahan untuk melakukan aktivitas bersama, sebagai spot atau tempat
pertemuan, dan sebagainya. Ruang terbuka umum merupakan suatu wadah untuk
menampung aktivitas yang dilakukan masyarakat didalamnya, baik itu dilakukan
secara individu maupun secara berkelompok (Hakim, 1987).
Ruang terbuka (open space) identik dengan lansekap. Lansekap memiliki
dua elemen, yaitu: emelen keras (hardscape), meliputi: jalan, trotoar, bebatuan, dan
sebagainya; dan elemen lunak (softscape), meliputi: tanaman dan air. Komponen
yang termasuk dalam ruang terbuka (open space) terkait dengan perabot jalan
(street furniture). Perabot jalan tersebut diantaranya berupa lampu jalan, tempat
2.1.3 Linkage/ hubungan antar ruang publik pada kawasan perumahan
Ruang publik dalam suatu lingkungan perumahan berperan aktif sebagai
suatu tempat bagi manusia untuk melakukan interaksi sosial. Ruang publik
berfungsi sebagai penghubung fungsi-fungsi yang memiliki karakter dan kebutuhan
masyarakat yang berbeda-beda (Shirvani, 1985).
Menurut Trancik (1986), kesatuan tatanan fisik dan pola aktivitas manusia
dalam perancangan spasial ruang terbuka kawasan sebagai ruang publik akan
memberikan: perpaduan solid void yang jelas terhadap ruang, hubungan antar
bagian ruang yang terstruktur dan tertata dengan baik, rancangan yang tanggap
terhadap kebutuhan pengguna ruang publik.
2.2 Definisi Perilaku Manusia
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian tersebut
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003:113),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar.
Kata perilaku menunjukkan manusia dalam aksinya, berkaitan dengan
ataupun dengan lingkungan fisiknya. Di sisi lain, desain arsitektur akan
menghasilkan suatu bentuk fisik yang bisa dilihat dan bisa dipegang. Karena itu,
hasil desain arsitektur dapat menjadi salah satu fasilitator terjadinya perilaku,
namun bisa juga menjadi penghalang terjadinya perilaku (Laurens, 2004).
Perilaku manusia ditunjukkan pada sifat seseorang dan cara orang tersebut
beradaptasi dengan lingkungan disekitarnya. Adaptasi yang dilakukan manusia
terhadap arsitektur tersebut menciptakan sebuah makna atau lebih yang bisa dilihat
oleh setiap orang untuk mencakupi kebutuhan hidup manusia. Perilaku manusia
diidentifikasi dengan cara mengamati perilaku manusia berdasarkan arti dari
seseorang melakukan aktivitas tersebut.
2.3 Faktor-Faktor Perilaku Manusia
Setiap perilaku manusia yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dapat
berpengaruh atau didasarkan pada beberapa faktor, baik itu dari latar belakang
penghuni, ataupun dari tuntutan lingkungan hidupnya. Faktor-faktor pembentuk
perilaku manusia dijelaskan untuk mengetahui kebutuhan manusia dalam
melangsungkan kehidupannya.
Teori Lawrence Green (1980) mencoba menganalisis perilaku manusia
berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh dua
faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non
1. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat.
2.4 Karakteristik Perilaku-Lingkungan
Ilmu perilaku-lingkungan memiliki karakteristik sebagai berikut (Arsitektur
dan Perilaku Manusia, 2004):
1. Dalam penelitian perilaku-lingkungan, hubungan perilaku dan lingkungan
adalah satu unit yang dipelajari dalam keadaan saling terkait, tidak berdiri
sendiri.
2. Hubungan antara lingkungan dan manusia serta perilakunya adalah
hubungan timbal balik, saling terkait, dan saling mempengaruhi.
3. Studi perilaku-lingkungan tidak hanya memusatkan perhatian pada masalah
teoretis atau terapan, tetapi titik beratnya adalah pada keduanya.
4. Interdisipliner. Karena ruang lingkupnya yang bermacam-macam maka
dalam penelitiannya harus bekerja sama dengan berbagai ilmu atau disiplin
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki tujuan dan arti sendiri terhadap
lingkungan hidupnya. Hubungan manusia dengan lingkungan hidup tidak akan
terpisahkan satu sama lain. Rumah merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia
yang sangat penting, baik itu untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk keluarga.
2.5 Makna Hunian
Aktivitas yang dilakukan oleh manusia juga berkaitan dengan makna hunian
menurut penghuni perumahan yang bersangkutan. Hunian merupakan suatu tempat
beristirahat, tempat berlindung dan sebagainya. Hal tersebut bergantung pada
pendapat masing-masing penghuni terhadap pandangannya dengan sebuah hunian.
Misalnya, penghuni yang tinggal di rumah kontrakan, pasti memiliki perilaku dan
pandangan yang berbeda terhadap penghuni perumahan yang merupakan rumahnya
sendiri. Penghuni perumahan yang mengontrak, pastinya lebih tidak
memperhatikan kualitas ruang dan tidak mengurusi rumah dibandingkan dengan
penghuni dengan rumah milik sendiri.
Rumah merupakan tempat penyelenggara kehidupan dan penghidupan bagi
setiap manusia. Rumah dianggap sebagai kebutuhan dasar yang berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga (Johan Silas, 2002).
2.5.1 Rumah Sebagai Investasi
Rumah mempunyai nilai investasi yang bersifat moneter yang dapat diukur
dengan uang dan non moneter yang tidak dapat diukur dengan uang, tetapi lebih
kepada keuntungan moral dan kebahagiaan keluarga. Rumah sebagai sarana
berusaha, melalui rumah penghuni dapat meningkatkan pendapatannya untuk
melangsungkan kehidupannya. Rumah sebagai tempat bernaung harus memenuhi
kebutuhan ruang akan kegiatan penghuninya (Johan Silas, 2002). Dalam hal ini,
masyarakat menganggap rumah hanya sebagai sumber keuntungan yag
sewaktu-waktu dapat berpindah kepemilikan. Di satu sisi, rumah merupakan produk
investasi yang nilainya turun dari masa ke masa sehingga cukup sulit untuk
menganggap rumah sebagai produk yang sama di setiap masa. Di sisi lain, rumah
dianggap fleksibel sebagai tempat yang bisa mendukung penyesuaian kebutuhan
dalam keluarga. Rumah dapat direnovasi sesuai dengan gaya hidup penghuninya
(Ronald, Hirayama, 2006).
2.5.2 Rumah Sebagai Tempat Bernaung
Rumah dianggap sebagai tempat fisik dan sebagai tempat berlindung.
Rumah juga dianggap sebagai kebutuhan utama dan dasar dari keluarga. Konsep
rumah selain dianggap sebagai tempat fisik, juga meliputi semua layanan publik
dan fasilitas yang diperlukan untuk kehidupan keluarga, serta pendidikan bagi
2.5.3 Rumah Sebagai Warisan Budaya
Rumah dipandang sebagai warisan keluarga dan budaya dalam keluarga.
Adapun rumah sebagai warisan memiliki beragam bentuk. Contohnya adalah
rumah dengan gaya arsitektur vernakular yang masih dipertahankan keasliannya
sampai sekarang. Rumah sebagai warisan budaya dianggap sebagai peninggalan
budaya dalam sebuah keluarga secara turun temurun dari beberapa garis keturunan
(Tutuko, 2010).
2.5.4 Rumah untuk Membentuk Kebiasaan dan Mengembangkan Kepribadian
Rumah merupakan sebuah tempat dimana penghuni dapat membentuk
kebiasaan dan mengembangkan kepribadiannya. Kepribadian yang dimaksud
merupakan kepribadian yang bebas, seimbang, dan dewasa. Sedangkan, makna
hunian menurut pemerintah secara umum merupakan tempat yang memiliki
keharmonisan (Cierad, 2010).
Setiap manusia pasti melakukan aktivitas dalam kehidupannya sehari-hari.
Dalam melakukan aktivitas tersebut, manusia tentu mempunyai tujuan yang ingin
dicapai. Dengan mengetahui tujuan dari manusia yang melakukan aktivitas, maka
dapat didapatkan kriteria kepuasan penghuni perumahan, terutama untuk fasilitas
yang terdapat pada ruang terbuka publik perumahan.
Manusia memiliki makna sendiri terhadap rumah yang ditempatinya, baik
Makna tersebut dapat berbeda-beda tergantung pada setiap orang yang menilainya.
Aktivitas yang dilakukan oleh manusia di kelompok hunian yang besar tentu bisa
saja berbeda dengan manusia yang tinggal di kelompok hunian yang kecil, hal
tersebut tergantung pada adaptasi manusia yang terjadi di lingkungan
perumahannya. Sehingga makna yang didapatkan pun bisa berbeda tergantung dari
aktivitas dan perilaku manusia tersebut.
2.6 Makna Aktivitas
Manusia dalam melakukan aktivitasnya harusnya memiliki suatu tujuan
yang ingin dicapai, baik itu untuk kepentingannya sendiri ataupun untuk orang lain.
Makna aktivitas penghuni yang didapat dapat digunakan untuk mengidentifikasi
tujuan dari penghuni melakukan aktivitas di ruang publik perumahan.
Aktivitas manusia dipengaruhi oleh nilai-nilai kehidupan, dimana nilai-nilai
tersebut dapat berubah seiring berjalannya kehidupan. Berikut ini adalah nilai-nilai
kehidupan dalam diri manusia (Meesters, 2009:10):
1. Pengarahan diri: kebutuhan manusia untuk menjadi mandiri dalam berpikir
dan bertindak (misalnya: kreatifitas, kebebasan, menentukan tujuan Anda
sendiri, rasa ingin tahu, kemandirian).
2. Stimulasi: kebutuhan manusia terhadap keragaman dan dorongan
(misalnya: keragaman, giat, kegembiraan, sesuatu yang baru, tantangan).
3. Hedonisme: kebutuhan untuk menikmati kesenangan (misalnya:
4. Pencapaian: kebutuhan untuk mengalami pencapaian pribadi melalui
kompetensi berdasarkan standar sosial (misalnya: cita-cita, kecerdasan,
mendapatkan persetujuan sosial).
5. Kekuasaan: kebutuhan untuk perbedaan status dengan mencapai atau
mempertahankan suatu kedudukan yang dominan (contohnya: kekuasaan,
kekayaan).
6. Keamanan: kebutuhan manusia untuk keselamatan, keharmonisan,
keseimbangan masyarakat, hubungan dan diri sendiri (contoh: rasa
keselamatan, kesehatan yang baik, kebersihan, rasa memiliki).
7. Keselarasan: kebutuhan untuk tidak merugikan orang lain atau melanggar
harapan sosial atau norma (misalnya: ketaatan, kesopanan, menghormati
orang tua).
8. Tradisi: kebutuhan manusia untuk menghargai dan berkomitmen untuk
berbagi pengalaman dan nasib (contoh: agama, kerendahan hati,
menghormati, komitmen).
9. Kebajikan, memberikan perhatian untuk kesejahteraan orang dekat dalam
kehidupan sehari-hari (contoh: pertemanan baik, kejujuran, ringan tangan,
kesetiaan).
10. Universalisme; memberikan perhatian untuk semua manusia dan untuk
Jenis-jenis nilai merupakan kumpulan dari nilai-nilai yang beragam. Semua
jenis nilai yang dimiliki seseorang dapat masuk ke dalam salah satu jenis nilai yang
universal (Gambar 2.1).
Gambar 2.1 Jenis Nilai Universal
2.7 Penelitian yang sudah dilakukan
Tabel 2.1 Tabel Penelitian yang sudah dilakukan
Judul, Tahun, Wilayah, Nama
Peneliti
Tujuan Penelitian Variabel Metode Penelitian
dan Pendekatan Hasil Penelitian
Comparative Study on Residents' Perception and Activities in Their Outdoor Spaces -Cases digunakan oleh penduduk dan membandingkan karakteristik
Ruang luar dalam kedua perumahan berfungsi kontribusi terhadap hidup di jalan dan lingkungan layak huni.
meskipun aspek lain dari berbagai tipe bangunan dan lingkungan
Tabel 2.1, sambungan
Judul, Tahun, Wilayah, Nama
Peneliti
Tujuan Penelitian Variabel Metode Penelitian dan
Pendekatan Hasil Penelitian
The meaning of
Penelitian kuantitatif. Lingkungan perumahan mempengaruhi aktivitas rekreasi dan kehidupan penghuni perumahan. Faktor lain, seperti usia dan komposisi rumah tangga mempengaruhi aktivitas di hunian dan lingkungan perumahan.
Tabel 2.1, sambungan
Judul, Tahun, Wilayah, Nama
Peneliti
Tujuan Penelitian Variabel Metode Penelitian dan
Pendekatan Hasil Penelitian tiga jurnal yang relevan.
2.8 Kerangka Teori
Aktivitas yang dilakukan oleh setiap manusia pasti berada dalam suatu
wadah yang dinamakan lingkungan. Lingkungan memiliki peran yang aktif dalam
membentuk aktivitas dan perilaku manusia, sehingga karakter dan perilaku manusia
bisa memberikan dampak yang positif maupun negatif. Hal tersebut bergantung
kepada kondisi lingkungan atau wadah dimana manusia tersebut melakukan
aktivitas (Gambar 2.2). Apabila lingkungan tersebut baik, akan memberikan
dampak yang positif terhadap manusia, sebaliknya apabila lingkungannya buruk,
maka akan berdampak buruk pula terhadap manusia yang beraktivitas didalamnya.
Oleh sebab itu, aktivitas, manusia, dan lingkungan memiliki keterkaitan yang tidak
bisa dipisahkan. Ketiga variabel tersebut mempunyai hubungan yang timbal balik.
Gambar 2.2. Kerangka Berfikir