Pengaruh Blended Learning Terhadap Penguasaan Konsep dan
Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 1 PAITON pada Materi
Alat Optik
Nur Aini Solehatin
Program Studi Pendidikan Fisika PMIPA FKIP Universitas Jember Jln. Kalimantan 37 Jember 68121
E-mail : nurainisolehatin@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) ada atau tidaknya pengaruh model
Blended Learning terhadap penguasaan konsep siswa pada materi alat optik; 2) ada atau tidaknya pengaruh Blended Learning terhadap motivasi belajar siswa pada materi alat optik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMPN 1 PAITON. Sampel yang terpilih adalah kelas VIII A dan VIII B dengan teknik pengambilan sampel cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Randomized Posttest only Control Group Design. Pengumpulan data dilaksanakan dengan teknik tes untuk data penguasaan konsep siswa dan teknik angket untuk data motivasi belajar siswa. Analisis data menggunakan uji t dan dilanjutkan dengan uji Tuckey. Hasil uji t
penguasaan konsep didapat thitung = 6,64 > = ttabel =1,66, menunjukkan ada
perbedaan, sedangkan untuk uji lanjut yaitu uji Tuckey menunjukkan Qhitung = 7,55
> Qtabel = 2,85, menunjukan bahwa penguasaan konsep siswa yang menggunakan
Blended Learning lebih tinggi dari pada konvensional. Sedangkan untuk motivasi belajar siswa, berdasarkan hasil uji hipotesis nilai motivasi awal belajar siswa adalah 75,83% dengan kriteria kuat. Motivasi belajar siswa mengalami kenaikan setelah proses pembelajaran menjadi 83,42% dengan kriteria sangat kuat.
Kata kunci : Blended Learning, penguasaan konsep, motivasi belajar
1. Pendahuluan
Kualitas pendidikan di Indonesia selalu menjadi tema yang menarik untuk dibicarakan. Kualitas pendidikan berpengaruh sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Hasil survey yang dilakukan oleh
Thrends International Mathematics Science Study (TIMSS) pada tahun
Seiring dengan perkembangan teknologi yang ada, implementasi dari pemanfaatan internet untuk pembelajaran salah satunya adalah e-learning. e-learning atau Internet enable learning menggabungkan metode pengajaran dan teknologi sebagai sarana dalam belajar. Definisi e-learning adalah proses belajar secara efektif yang dihasilkan dengan cara menggabungkan penyampaian materi secara digital yang terdiri dari dukungan dan layanan dalam belajar (Barbara, et al, 2008, p.4). Pendapat lain juga dikemukan oleh Seok (2008, p.5) menyatakan bahwa “e-learning is a new form of pedagogy for learning in the 21 st century. E-Teachers are e-learning instructional designer, facilitator of interaction and subject matter experts”. Kelebihan
e-learning dapat memberikan
fleksibilitas, interaktifitas, kecepatan dan visualisasi melalui berbagai kelebihan dari masing-masing teknologi.
Model pembelajaran selalu berkembang seiring dengan berkembangnya jaman. Menurut Sugiyanto (2009), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas pembelajaran. Terdapat banyak model pembelajaran inovatif, antara lain yaitu model quantum, model kooperatif, model kontekstual, model inkuiri, model berbasis web, dan model yang lainnya. Selanjutnya dikenal istilah Blended Learning
(hybrid learning) secara sederhana dapat didefinisikan sebagai perpaduan metode belajar tatap muka (di dalam kelas) dengan materi yang diberikan secara online. Model ini untuk menjembatani kekurangan pembelajaran tatap muka dan kekurangan pembelajaran e-learning. Hal ini dikarenakan apabila pembelajaran sepenuhnya berbasis e-learning tanpa adanya kegiatan tatap muka (classroom learning) di kelas, siswa akan mengalami kesulitan belajar. Menurut Husamah (2014) pembelajaran tatap muka sebagai wahana belajar berinteraksi antara peserta didik dengan guru dan teman-teman sekelas. Selain itu guru juga bisa memberikan penguatan dengan segera serta menanamkan nilai-nilai karakter dan moral dalam diri peserta didik. Kazu dan Mahmet (2014) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa model
Blended Learning lebih efektif diterapkan dalam pembelajaran daripada model tradisional.
belajar peserta didik. Husni dkk (2010) menyatakan penggunaan komputer dalam pengajaran dapat meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa serta kemampuan individu mendapatkan informasi di masyarakat. Pembelajaran meng-gunakan web dapat memberikan kemudahan bagi guru dan peserta didik. Kayler & Weller (2007) menyatakan bahwa pemanfaaatan fasilitas dalam pembelajaran web
antara lain bertujuan untuk memberikan materi pendalaman yang isinya dapat berupa soal dan solusi, materi pelajaran, virtual
praktikum, ujian, tugas, dan diskusi. Demirci (2007) menyatakan pem-belajaran berbantuan web dapat membantu memperbaiki miskonsepsi siswa tentang gaya dan gerak. Mubaraq (2009) menyatakan pem-belajaran berbasis web mampu menumbuhkan kemandirian siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, ditunjukkan dengan adanya peningkatan penguasaan konsep, peningkatan generik sains dan siswa memberikan tanggapan yang baik. Pembelajaran berbantuan
web banyak diteliti antara lain oleh Chang dkk (2006), Capus dkk (2006), dan Liu (2005). Desain pengajaran yang dikembangkan para peneliti tersebut berisi latihan-latihan dan penyelesaiannya dengan tujuan agar mahasiswa lebih aktif dan termotivasi belajar lebih banyak di luar kelas. Chang dkk (2006) menyatakan bahwa pembelajaran
membantu guru untuk lebih efektif dalam membuat rencana pembelajaran dan materi. Capus dkk (2006) menyatakan bahwa pembelajaran ini membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran berbasis masalah.
Konsep merupakan pemberian tanda pada suatu obyek untuk membantu seseorang mengerti dan paham terhadap obyek tertentu. Kemampuan seseorang dalam menguasai tanda-tanda obyek mengarah kepada kemampuan dalam menguasai konsep. Penguasaan konsep tidak sekedar memahami secara sederhana, namun dapat pula dijabarkan sebagai kemampuan
mengerti, memahami,
mengaplikasikan,mengklasifikasikan ,mengeneralisasikan, mensintesis, dan menyimpulkan obyek-obyek. Media pembelajaran yang efektif dapat menumbuhkan sikap ketertarikan siswa terhadap suatu konsep. Nuraeni dkk (2007), menunjukkan bahwa pemanfaatan multimedia dalam pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan konsep dan motivasi siswa.
dorongan internal dan eksternal pada pembelajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar. Motivasi sendiri mempunyai peranan dalam membantu memahami dan menjelaskan perilaku individu dalam belajar. Peranan penting motivasi dalam belajar antara lain menentukan hal-hal yang dianggap dapat menguatkan kegiatan belajar dan memperjelas tujuan belajar. Tujuan dari pembelajaran adalah membantu pembelajar agar memperoleh berbagai pengalaman sehingga pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang mengendalikan sikap dan perilaku siswa mengalami perubahan secara positif baik kualitas maupun kuantitas (Uno, 2013, p.27). Oleh karena itu sebagai guru juga harus memperhatikan dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar IPA sehingga diharapkan membuahkan hasil belajar terutama kemampuan kognitif yang lebih baik. Sebagian besar pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP masih terpisah (Trianto, 2014). Artinya bahwa penyajian IPA masih terpisah antara Fisika, Biologi, dan Kimia. Di SMPN 1 PAITON penyajian IPA masih terpisah antara Biologi, Fisika, dan Kimia dimana materi IPA Biologi dan IPA Kimia diajarkan oleh guru berlatar belakang pendidikan Biologi, sedangkan IPA Fisika diajarkan oleh guru berlatar belakang pendidikan Fisika.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti perlu untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh
Blended Learning Terhadap
Penguasaan Konsep dan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 1 PAITON pada Materi Alat Optik.” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Blended Learning terhadap penguasaan konsep siswa dan motivasi belajar siswa.
2. Pembahasan
2.1 Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMPN 1 PAITON. Sampel dari penelitian ini dipilih dengan teknik
cluster random sampling. Dua kelas yang terpilih sebagai sampel penelitian adalah kelas VIII A dan VIII B. Kelas VIII A digunakan sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas yang dibelajarkan dengan model
digunakan dalam penelitian ini
Randomized Posttest only Control Group Design. Setelah materi berakhir keempat kelas diberikan
posttest. Rancangan penelitian disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah instrumen berupa soal tes berbentuk obyektif untuk mengukur penguasaan konsep siswa dan angket untuk memperoleh data mengenai motivasi belajar siswa. Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu divalidasi oleh dua orang ahli pada bidang fisika. Kemudian soal diuji coba dahulu pada kelas X yang sudah mendapatkan materi tersebut, hal ini dilakukan karena beberapa hal antara lain: kelas X mempunyai kemampuan yang homogen, dan untuk menjaga kevalidan atas soal. Uji coba tersebut dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesukaran, daya beda, uji Reliabilitas dan validitas eksternal. Setelah uji coba kemudian soal direvisi untuk digunakan sebagai instrumen yang valid.
Data hasil penelitian eksperimen tersebut dianalisis dengan menggunakan uji t dengan menguji signifikansi perbedaan penguasaan konsep siswa, kemudian
dilanjutkan dengan uji Tukey untuk melihat perbandingan penguasaan konsep siswa setelah dilakukan pembelajaran. Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan homogenitas data. Uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dan uji Homogenitas menggunakan uji Barlett dengan taraf signifikansi 0,05 (p < 0,05).
2.2 Hasil Penelitian dan
Pembahasan
Pengaruh Blended Learning terhadap Penguasan Konsep Siswa
Pembelajaran blended, memadukan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online
menggunakan Learning Managemen System (LMS) moodle. Pada penelitian ini pembelajaran tatap muka dilakukan dengan guru menjelaskan materi, menggunakan metode ceramah, diskusi, penugasan, dan tanya jawab. Pada kegiatan pendahuluan guru memberikan motivasi dan apersepsi. Pada kegiatan inti guru memberikan informasi yang berkaitan dengan materi. Siswa memperhatikan penjelasan informasi tersebut dan mengerjakan contoh soal yang diberikan oleh guru. Kegiatan tatap muka ini dilakukan selama tiga minggu sebanyak enam kali pertemuan. Pada pembelajaran
disampaikan lebih bervariatif, misalnya berbentuk animasi, video, simulasi, teks, dan gambar. Pada kelas eksperimen guru
mengumumkan kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan pada pembelajaran online dengan memberikan domain yang telah ditentukan guru setiap akhir sesi tatap muka dan siswa menggunakan fasilitas yang ada di web tersebut terutama fasilitas penugasan, chat, dan kuis. Setelah siswa mengerjakan tugas, masing-masing siswa mendapatkan umpan balik berupa jawaban atas tugas tersebut. Siswa menggunakan fasilitas chat sebagai sarana diskusi dengan guru maupun dengan siswa lain. Untuk fasilitas kuis, setelah siswa mengerjakan kuis, siswa langsung mendapatkan skor dan umpan balik berupa tanggapan pencapaian materi. Kuis dalam pembelajaran online ini dalam bentuk kuis jawaban singkat, menjodohkan, dan pilihan ganda. Pada kelas kontrol guru memberikan penugasan menggunakan PR, dan chat digantikan dengan diskusi diluar kelas dan diluar jam pelajaran.
Pada pembelajaran online
siswa menggunakan hari minggu sebagai pertemuan di onlinenya. Tetapi tidak membatasi pada hari yang lain selain hari minggu, siswa ada yang online pagi, siang, sore, dan malam hari.
Hasil uji hipotesis yang menyatakan penguasaan konsep fisika siswa yang belajar
menggunakan Blended Learning
lebih tinggi dibandingkan penguasaan konsep siswa yang belajar tanpa menggunakan Blended Learning disajikan pada Tabel di bawah ini.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 2 menunjukkan bahwa tHitung = 6,44 > tTabel = 1,66 dengan
taraf signifikansi 0,05, maka ada perbedaan penguasaan konsep fisika kelas eksperimen dengan penguasaan konsep fisika kelas kontrol.
Tabel 3 menunjukkan bahwa QHitung = 7,55 > QTabel = 2,85 dengan
taraf signifikansi 0,05, maka hipotesis yang menyatakan penguasaan konsep fisika siswa yang belajar menggunakan Blended Learning lebih tinggi dibandingkan penguasaan konsep fisika siswa yang belajar tanpa menggunakan Blended Learning diterima.
Pembelajaran yang bersifat
atau melanjutkan sesuai dengan tingkat penguasaan siswa terhadap suatu konsep. Wawancara dengan siswa yang memiliki nilai terendah dan tertinggi mengatakan bahwa siswa mendapat informasi yang lebih dari internet dan menyatakan pembelajaran ini lebih praktis dan efisien karena siswa dapat bertanya kepada guru secara online ketika siswa di dalam kelas kurang bisa memahami.
Pada pembelajaran online guru dapat melihat perhatian individu siswa dengan melihat pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan oleh siswa. Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan materi pada saat itu dan materi yang sudah siswa lampaui. Kenyataannya siswa mengalami permasalahan walaupun siswa sudah menyelesaikan materi tersebut. Sebagai salah satu contoh siswa menanyakan materi tentang vektor, siswa masih mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal tentang vektor, dengan pembelajaran ini maka guru memberikan umpan balik langsung kepada siswa yang mengalami permasalahan. Dengan ini siswa dapat mengevaluasi dirinya sendiri tentang pembelajaran yang dilakukannya. Dengan model seperti ini siswa dapat terdorong untuk berpartisipasi dalam kelas dan guru dapat merefleksi pembelajaran secara
online.
Pada e-learning selain
memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan, menurut Rosenberg
(2001), Pertama proses pembelajaran cenderung kearah pelatihan daripada pendidikan, kedua kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau sosial antar siswa. Untuk mengatasi pembelajaran tersebut maka digabungkan antara e-learning
dengan pembelajaran konvensional yang disebut Blended Learning. Fasilitas yang ada di pembelajaran
online antara lain materi dalam bentuk teks, gambar, movie, simulasi, animasi yang interaktif, penugasan, chat, dan kuis. Dengan siswa menggunakan fasilitas yang ada dipembelajaran online berupa penugasan, chat, dan kuis maka pengetahuan atau wawasan yang mereka dapat lebih banyak.
Dengan Blended Learning ini penguasaan konsep siswa lebih baik, hal ini terlihat dari penguasaan konsep pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada penguasaan konsep kelas kontrol, ini dikarena informasi yang siswa dapatkan jauh lebih banyak daripada informasi yang diberikan oleh guru dan dalam bentuk bermacam-macam dan selalu
up to date. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Munawar (2011) tentang model
Blended Learning yang
pemahaman siswa dan penguasaan konsep serta memperbaiki sikap belajar mahasiswa pada materi pencemaran lingkungan. Bantala (2010) menyimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan
e-learning terbukti dapat
meningkatkan kemampuan kognitif peserta diklat teknik jaringan komputer dasar.
Blended Learning dapat
membuat siswa lebih termotivasi untuk melakukan pembelajaran mandiri. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang online dalam pembelajaran. Pada penelitian ini jumlah siswa yang online dalam penelitian selama 1 bulan lebih dari 5000 aktivitas. Bawaneh (2011) menyatakan bahwa Blended Learning dapat meningkatkan performansi siswa. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah siswa yang online dalam pembelajaran, serta melakukan diskusi online. Pada Blended Learning ini yang dikombinasikan metode tatap muka dan e-learning
yang dapat melibatkan siswa secara aktif dan memungkinkan siswa mendapat umpan balik seperti pada tugas yang diberikan oleh guru. Guru kemudian mengupload hasil jawaban tugas setelah deadline tugas berakhir, siswa yang mengerjakan kuis mendapat umpan balik berupa tanggapan hasil. Siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai bentuk, sehingga pengetahuan baru akan didapatkan.
Pengaruh Blended Learning terhadap Motivasi Belajar Siswa
Hasil penelitian berupa data motivasi penelitian berlangsung yang diukur sebelum dan sesudah mendapat perlakuan. Penilaian motivasi belajar siswa diambil dari skor maksimal angket yaitu 124, kemudian dikalikan 100% dan diinterpretasikan sesuai pedoman yang ada. Pedoman interpretasi nilai motivasi belajar siswa, menurut Riduwan (2013:41) sebagai berikut : 0%-20% termasuk kategori sangat lemah, 21%-40% kriteria lemah, 41%-60% kriteria cukup, 61%-80% kriteria kuat dan 81%-100% kriteria sangat kuat.
Rekapitulasi data nilai motivasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Rekapitulasi Data Nilai Motivasi Siswa
Berdasarkan tabel 4, nilai motivasi awal belajar siswa adalah 75,83% dengan kriteria kuat. Motivasi belajar siswa mengalami kenaikan setelah proses pembelajaran menjadi 83,42% dengan kriteria sangat kuat.
sample. Hasil analisis statistik uji t, menunjukkan bahwa signifikansi < 0,05 (0,000 < 0,05). Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka Ho
ditolak sehingga Ha diterima. Jadi
dapat disimpulkan bahwa terdapat kenaikan yang signifikan antara motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Blended Learning. Setelah melakukan uji perbedaan, penguji melakukan uji regresi dengan menggunakan regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh thitung sebesar
9,145 dan ttabel 2,035 sehingga Ho
ditolak. Jadi ada pengaruh antara model pembelajaran Blended Learning dengan motivasi belajar siswa. Nilai R square yang diperoleh adalah 0,913. R square dapat disebut kooefisien determinasi yang dalam hal ini berarti 91,3% model pembelajaran Blended Learning
mempengaruhi motivasi belajar siswa. Setelah dilakukan uji regresi, dilakukan pula uji efektivitas dengan menggunakan uji N-gain. Diperoleh data 0,31 dengan kriteria keefekifannya sedang. Dengan kriteria tingkat pencapaian N-gain : 0,00–0,29 kategori rendah; 0,30–0,69 kriteria sedang; 0,70–1,00 kategori tinggi (Wiyanto dalam Suyanto, 2012 : 17).
Motivasi yang sangat kuat dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Sardiman (1986 : 75) dalam Gangga (2013 :12) menyatakan bahwa motivasi belajar
merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa, yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar. Hal ini dibuktikan dengan menyenangkan dan bermaknanya proses pembelajaran yang berlangsung bagi siswa. Motivasi siswa yang tinggi mengakibatkan hasil belajar siswa yang telah dibelajarkan dengan model pembelajaran Blended Learning lebih baik dibandingkan sebelum dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
Blended Learning.
3. Kesimpulan, Saran dan Implikasi
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada pengaruh model Blended Learning terhadap penguasaan konsep siswa pada materi alat optik. Penguasaan konsep siswa yang belajar menggunakan
Blended Learning lebih tinggi dibandingkan penguasaan konsep siswa yang belajar tanpa menggunakan Blended Learning. 2. Ada pengaruh Blended Learning
terhadap motivasi belajar siswa pada materi alat optik. Model pembelajaran Blended Learning
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Apabila guru akan menerapkan model Blended Learning, sebaiknya guru memperhatikan fasilitas yang tersedia, seperti: wifi atau fasilitas internet lain, LCD, laptop, dan media e-learning. Hal ini dikarenakan fasilitas tersebut sebagai pendukung keberlangsungan model
Blended Learning.
b. Guru sebisa mungkin ketika
mengajar mampu
meningkatkan motivasi belajar siswa, karena motivasi belajar siswa dapat mempengaruhi kemampuan kognitifnya.
2. Bagi Siswa
Siswa yang dibelajarkan melalui model Blended Learning dapat lebih sering membuka materi melalui media e-learning
sebelum materi dibahas di kelas, agar semakin terpacu untuk memperoleh pemahaman konsep yang optimal.
3. Bagi Peneliti Lain
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya dengan mengkaitkan aspek-aspek yang belum diungkapkan dan dikembangkan, seperti aspek
afektif, psikomotor, minat, bakat, intelegensi.
b. Karena khawatir siswa merasa lelah dengan themes
yang di buat oleh peneliti, kepada peneliti lain
disarankan untuk
menggunakan versi pembelajaran online
(moodle) yang lebih tinggi dengan asumsi fasilitas yang ada semakin baik dan lengkap.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terimakasih ditujukan kepada dosen pengampu mata kuliah Karya Ilmiah Sri Wahyuni, S.Pd, M.Pd. serta guru bidang studi di SMPN 1 PAITON.
Daftar Pustaka
Adilah, D. N., Pujayanto. 2015. Eksperimen Blended Learning Dan Learning Cycle 7E Pada Sub Tema Pengelolaan Sampah Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Kelas VII SMPN 6 Surakarta [serial online]. Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) Volume 5 Nomor 1 2015 ISSN : 2089-6158 [11 Mei 1016].
Bantala, A.P. 2010. Penerapan
E-Learning (Learning
dan Kejuruan UPI. Bandung: PPs UPI.
Barbara, S., et al. (2008). Vienna E-Lecturing (VEL): Learning how to learn selft-regulated in an internet-based blanded learning setting. International journal on e-learning.
Bawaneh, S.S. 2011. The Effects Of Blended Learning Approach On Students’ Performance:
Evidence From A
Computerized Accounting Course. Interdisciplinary Journal of Research in Business Vol. 1, Issue. 4, April 2011.p 43–50.
Bibi, Sarah Handaru Jati. 2015. Efektivitas Model Blended Learning Terhadap Motivasi Dan Tingkat Pemahaman Mahasiswa Mata Kuliah Algoritma Dan Pemrograman [serial online]. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 5, Nomor 1, Februari 2015 [27 Mei 2016].
Capus, L., Curvat, F., Leclair, O. & Tourigny, N. 2006. A Web environment to encourage student to do exercise outside the classroom: A case study.
Educational Technology & Society. vol 9(3).p 173-181 Chang, K.E., Sung, Y.T, & Hou, H.T.
2006. Web–based tools for designing and developing Teaching Materials for integration of information.
Educational Technology & Society(Online), Vol 9(4). p 139-149
Demirci, N. 2007. A Study About Students’ Misconceptions in Force and Motion Concepts by Incorporating a Web–Assisted Physics Program.The Turkish Online Journal of Educational Technology–TOJET Vol 4. Dewi, A. K., Drs. Pujayanto, M.Si,
Elvin Yusliana Ekawati, S.Pd, M.Pd. 2015. Eksperimen Model Blended Learning Dan Joyfull Learning Sub Tema Ekosistem Air Tawar Ditinjau dari Aktivitas Siswa Kelas VII SMPN 9 Surakarta [serial online]. Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) Volume 5 Nomor 1 2015 ISSN : 2089-6158 [27 Mei 2016].
Fadillah, A. I., Munoto, Luthfiyah Nurlaela. 2014. Pengaruh Media Pembelajaran (E-Learning Moodle, Lks) Dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Pengoperasian Perangkat Lunak Lembar Sebar Di Smkn 1 Mojokerto [serial online]. Jurnal Pendidikan Vokasi: Teori dan Praktek. 28 Pebruari 2014. Vol.2 No.1 ISSN : 2302-285X [27 Mei 2016].
Fahmi, F. R., I Made Sudana, Cornelia Krisnawati. 2016.
Penerapan Blended
ISSN 0854-2172 [27 Mei 2016].
Hermanto, S. Kussairi, Wartono. 2013. Pengaruh Blended Learning terhadap Penguasaan Konsep dan Penalaran Fisika Peserta Didik Kelas X [serial online]. ISSN: 1693-1246, Januari 2013, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9 (2013) 67-76 [11 Mei 2016]. Husamah. (2014). Pembelajaran
Bauran (Blended Learning). Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Kayler, M & Weller, K. 2007. Pedagogy, Self-Assessment, and Online Discussion Groups.
Educational Technology & Society. vol 10(1), p. 136-147. Kazu, Ibrahim Yasar, & Demirko,
Mehmet. (2014). Effect of Blended Learning Environment Model on High School Students’ Academic Achievement. The Turkish Online Journal of Educational Technology, 13 (1), 78-87.
Liu, T.-C. 2005. Web-based Cognitive Apprenticeship Model for improving Pre-service Teachers’ Performances and Attitudes towards Instructional Planning: Design and Field Experiment.
Educational Technology & Society, 8 (2), 136-149.
Mekhlafi, A.A. 2004. The internet and EFL Teaching: The Reaction of UAE secondary School English Language
Teacher. Journal of language and learning vol.2. p 88 – 113 Nur, Muhamad. 2008. Pemotivasian
Siswa untuk Belajar. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya -Pusat Sains dan Matematika Sekolah.
Riduwan. 2013. Dasar-Dasar Statistika (Revised Ed.). Bandung: Alfabeta.
Seok, S. (2008). Teaching aspect on e-learning. International journal on e-learning.
Sugiyanto. (2009). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta :UNS Press.
Suhendi. 2009. Implementasi E-Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Mem-perbaiki Sikap Belajar Mahasiswa Pada Materi Pencemaran Lingkungan. Tesis Jurusan Pendidikan IPA UPI Bandung. Bandung: PPs UPI. Trianto. (2014). Model Pembelajaran