• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Kemiringan Lereng, Vegetasi dan Erodibilitas di Hulu DAS Padang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Kemiringan Lereng, Vegetasi dan Erodibilitas di Hulu DAS Padang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Erosi

Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau

bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa

erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

yang kemudian diendapkan di tempat lain. Pengikisan dan pengangkutan tanah

tersebut terjadi oleh media alami, yaitu air dan angin (Arsyad, 2010).

Pada daerah tropika basah seperti Indonesia, hujan merupakan penyebab

utama terjadinya erosi, dengan pukulan air hujan yang langsung jatuh ke

permukaan tanah, agregat yang berukuran besar akan hancur menjadi partikel

yang lebih kecil dan terlempar bersama percikan air, yang akan terangkut bersama

aliran permukaan. Pada tanah yang berlereng, air hujan yang turun akan lebih

banyak berupa aliran permukaan, yang seterusnya air akan mengalir dengan cepat

dan menghancurkan serta membawa tanah bagian atas (top soil) yang umumnya

tanah subur (Goro, 2008).

Secara keseluruhan terdapat lima faktor yang menyebabkan dan

mempengaruhi besarnya laju erosi, yaitu iklim, tanah, topografi atau bentuk

wilayah, vegetasi penutup tanah dan kegiatan manusia. Faktor iklim yang paling

menentukan dalam hal ini adalah hujan yang dinyatakan dalam indeks erosivitas

hujan. Besar kecilnya erosi banyak tergantung juga kepada sifat-sifat tanah itu

sendiri yang dinyatakan sebagai faktor erodibilitas tanah yaitu kepekaan tanah

(2)

Erosi oleh angin disebabkan oleh kekuatan angin, sedangkan erosi oleh air

ditimbulkan oleh kekuatan air. Di daerah beriklim basah erosi oleh air yang lebih

penting, sedangkan erosi oleh angin tidak begitu berarti. Erosi oleh angin

merupakan peristiwa sangat penting di daerah beriklim kering (Arsyad, 2010).

Indonesia adalah daerah tropika yang umumnya beriklim basah atau agak basah.

Skripsi ini akan berpusat pada masalah erosi oleh air.

Untuk memperkecil erosi tanah dapat dilakukan dengan cara memperkecil

pengaruh faktor lereng, yaitu dengan membagi-bagi lereng manjadi bagian yang

lebih kecil, sehingga kemiringan dan panjang akan berkurang (terassering).

Sedangkan untuk memperkecil pengaruh faktor vegetasi penutup tanah dapat

dilakukan antara lain, dengan pola tanam yang mengkombinasikan tanaman

musiman dan tahunan, pelindung tanah dari percikan air hujan dengan sisa-sisa

tanaman atau rumput, dan penanaman sejajar garis kontur

(Fakhrudin dan Yulianti, 2010).

Salah satu metode yang digunakan untuk mengukur tingkat erosi yaitu

dengan metode persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE) yang mana

rumusan perhitungannya yaitu:

A = R.K.L.S.C.P

yang menyatakan:

A = banyaknya tanah tererosi dalam ton ha-1 tahun -1

R = faktor curah hujan dan aliran permukaan, yaitu jumlah satuan indeks erosi

hujan, yang merupakan perkalian antara energi hujan total (E) dengan

intensitas hujan maksimum 30 menit (I30), tahunan.

(3)

K = faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R) untuk

suatu tanah, yang didapat dari petak percobaan standar, yaitu petak

percobaan yang panjangnya 72,6 kaki (22,1 meter), terletak pada lereng 9%,

tanpa tanaman (K=A R-1

L = faktor panjang lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah dengan

suatu panjang lereng tertentu terhadap erosi dari tanah dengan panjang

lereng 72,6 kaki (22,1 meter) di bawah keadaan yang identik. ).

S = faktor kecuraman lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi yang terjadi dari

suatu tanah dengan kecuraman lereng tertentu, terhadap besarnya erosi dari

tanah dengan lereng 9% di bawah keadaan yang identik.

C = faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman, yaitu nisbah antara

besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi penutup dan pengelolaan

tanaman tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang identik tanpa

tanaman.

P = faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah (pengolahan dan

penanaman menurut kontur, penanaman dalam strip, guludan, teras), yaitu

nisbah antara besarnya erosi dari tanah yang diberi perlakuan tindakan

konservasi khusus, seperti pengolahan menurut kontur, penanaman dalam

strip atau teras, terhadap besarnya erosi dari tanah (Arsyad, 2010).

Faktor - Faktor Mempengaruhi Erosi

Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penetapan nilai erosi

diperbolehkan adalah kedalaman efektif tanah, ciri-ciri fisik dan sifat-sifat tanah

lainnya yang mempengaruhi perkembangan akar. Suatu tanah yang dalam,

(4)

bagi pertumbuhan tanaman, memiliki nilai T lebih besar dari tanah dangkal

(Arsyad, 1989).

Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi terutama adalah kemiringan,

vegetasi dan erodibilitas. Menurut Arsyad (2010), pada asasnya dapat

disimpulkan, bahwa erosi adalah akibat interaksi kerja antara faktor-faktor iklim,

topografi, tumbuhan (vegetasi), dan manusia terhadap tanah yang dinyatakan

dalam persamaan deskriptif berikut:

E = f ( i, r, v, t, m )

yang menyatakan E adalah besarnya erosi, i adalah iklim, r adalah topografi, v

adalah tumbuhan, t adalah tanah dan m adalah manusia.

a. Faktor Kemiringan

Kemiringan lereng dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang

paling berpengaruh terhadap aliran air limpasan dan erosi. Kemiringan lereng

cenderung memperbesar kapasitas air limpasan untuk memecah dan mengangkut

bahan-bahan tanah. Jika kemiringan lereng suatu permukaan tanah dua kali lebih

curam, maka banyaknya erosi dapat menjadi 2 sampai 2,5 kali lebih banyak

(Suharto dan Soekodarmodjo, 1988).

Bahaya erosi banyak terjadi di daerah-daerah lahan kering terutama yang

memiliki kemiringan lereng sekitar 15 % atau lebih . Keadaan ini sebagai akibat

dari pengelolaan tanah dan air yang keliru, tidak mengikuti kaidah-kaidah

konservasi tanah dan air dan tanah (Yudhistira, 2008). Makin besar kemiringan

lereng, intensitas erosi air makin tinggi. Hal ini berkaitan dengan energi kinetik

aliran limpas yang semakin besar sejalan dengan semakin besar kemiringan

(5)

bahan sepanjang lereng dari daerah atasan ke daerah bawahan dengan

menggunakan energi gravitasi langsung (Notohadiprawiro, 1998).

b. Faktor Vegetasi

Hutan dan vegetasinya memiliki peranan dan pemantapan agregat tanah.

Vegetasinya berperan sebagai pemantapan agregat tanah karena akar-akarnya

dapat mengikat partikel-partikel tanah dan juga mampu menahan daya tumbuk

butir-butir air hujan secara langsung ke permukaan tanah sehingga penghancuran

tanah dapat dicegah. Selain itu seresah yang berasal dari daun-daunnya dapat

meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Hal inilah yang dapat

mengakibatkan perbaikan sifat fisik tanah, yaitu pembentukan struktur tanah yang

baik maupun peningkatan porositas yang dapat meningkatkan perkolasi, sehingga

memperkecil erosi (Kartasapoetra, 1998).

Berbeda dengan lahan hutan, lahan tanaman pertanian lebih rentan

terhadap kerusakan tanah. Hal ini disebabkan karena tidak adanya vegetasi atau

tanaman semak sebagai penahan hujan, rendahnya bahan organik yang berasal

dari seresah tanaman, sehingga hujan lebih mudah memecah butiran tanah

(Islami dan Utomo, 1995).

Pada dasarnya tanaman mampu mempengaruhi erosi karena adanya

1) intersepsi air hujan oleh tajuk dan adsobsi melalui energi air hujan, sehingga

memperkecil erosi, 2) pengaruh terhadap struktur tanah melalui penyebaran akar

-akarnya, 3) pengaruh terhadap limpasan permukaan, 4) peningkatan aktifitas

mikroorganisme dalam tanah, 5) peningkatan kecepatan kehilangan air karena

(6)

infiltrasi, selain itu juga penyerapan air ke dalam tanah diperkuat oleh transpirasi

(penyerapan air melalui vegetasi) (Nur’saban, 2006).

Faktor vegetasi penutup tanah (C) berperan sebagai pelindung tanah

terhadap gaya-gaya erosi. Tajuk, akar, seresah serta sisa-sisa akar tanaman dapat

melindungi tanah terhadap erosi yaitu memperkecil hempasan tetesan air hujan,

menghambat laju aliran air limpasan dan memperbaiki struktur tanah. Juga dapat

mengintersepsikan hujan, mengurangi energi kinetik dan transpirasi. Makin besar

kemampuan tanaman dalam menutup dan melindungi tanah terhadap erosi

tumbukan air hujan, makin kecil koreksi faktor vegetasi (C), sedangkan untuk

lahan yang terus-menerus bero indeks C=1 (Suharto dan Soekodarmodjo, 1988).

c. Faktor Erodibilitas

Erodibilitas adalah kepekaan suatu tanah untuk mengalami erosi. Pada

tingkat energi hujan yang sama, tanah yang memiliki erodibilitas yang tinggi akan

lebih mudah mengalami erosi daripada tanah yang memiliki erodibilitas rendah.

Karena erodibilitas menyangkut ketahanan tanah terhadap pelepasan dan

pengangkutan, serta kemampuan tanah untuk menyerap dan melalukan air dalam

tanah, maka pengetahuan tentang karakteristik fisik tanah mutlak sangat

diperlukan sekali (Sonapasma, 2010).

Makin besar nilai erodibilitas suatu tanah makin peka tanah tersebut

terhadap erosi. Erodibilitas tanah terkandung pada dua karakteristik tanah yaitu

stabilitas agregat tanah dan kapasitas infiltrasi. Stabilitas agregat tanah merupakan

daya tahan tanah terhadap daya disperse air hujan. Stabilitas agregat tanah

dipengaruhi oleh struktur tanah, yang biasanya ditentukan oleh kandungan bahan

(7)

garam, biasanya Na+ atau Ca2+

Daerah Aliran Sungai (DAS)

. Tanah-tanah dengan kandungan lempung dan

kandungan bahan organik yang tinggi mempunyai agregat yang stabil karena

mempunyai ikatan-ikatan yang kuat di antara koloid-koloidnya

(Hardjoadmidjojo dan Sukartaatmadja, 2008). Tanah-tanah yang berstruktur

kersai atau granular lebih terbuka atau lebih sarang dan akan menyerap air lebih

cepat daripada yang berstruktur dengan butir-butir primer lebih rapat

(Arsyad, 1989).

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara

topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan

menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai

utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (DTA atau

catchmentarea) yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri

atas sumberdaya alam (tanah, air dan vegetasi) dan sumberdaya manusia sebagai

pemanfaat sumberdaya alam. Keberhasilan pelaksanaan program konservasi tanah

salah satu informasi penting yang harus diketahui adalah tingkat bahaya erosi

(TBE) dalam suatu DAS atau sub-DAS yang menjadi kajian. Dengan mengetahui

tingkat bahaya erosi suatu DAS atau masing-masing sub-DAS, prioritas

rehabilitasi tanah dapat ditentukan (Asdak, 2001).

Secara umum dapat dikatakan bahwa daerah hulu dan tengah DAS

merupakan tempat terjadinya erosi tanah, sementara pada hilir merupakan tempat

untuk berlangsungnya sedimentasi (pengendapan). Curah hujan yang tinggi, tanah

yang porous, kemiringan lereng yang tinggi, vegetasi yang jarang dan aktivitas

(8)

erosi yang landai hingga curam, menyebabkan kecepatan air sungai menjadi

lambat dan selalu terjadi luapan air sungai membentuk genangan dan banjir akan

menyebabkan terjadinya sedimentasi di bagian hilir DAS (Rauf, dkk., 2011).

Dampak Erosi Tanah

Faktor eksternal penyebab tanah-tanah pertanian menjadi sakit atau

terdegradasi adalah erosi. Erosi pada awalnya akan memindahkan bahan organik

dan liat dari dalam tanah (selektifitas erosi) ke badan-badan air (sungai) yang

kemudian diendapkan di buffer area sungai atau terbuang ke muara dan ke lautan.

Erosi yang terus berlanjut akan mengikis permukaan tanah atau bagian tanah yang

lembut (horizon A dan B), sehingga horizon C (bahan induk) dan bahan horizon R

(batuan induk) muncul ke permuukaan. Fenomena ini terjadi secara berkelanjutan

pada hampir semua lahan pertanian kita, terutama pada sistem pertanian lahan

kering. Pada tahap ini tanah dikategorikan sangat terdegradasi dan bahkan dapat

dikatakan sebagai tanah mati (Rauf, 2011).

Erosi dapat mengakibatkan kehilangan tanah dengan kandungan

bahan-bahan organik dan nitrogen yang sangat besar, oleh sebab itu erosi khususnya

merusak tanaman biji-bijian yang bukan kacang-kacangan. Berkurangnya

kemampuan tanah dalam penyediaan nitrogen dapat dipulihkan dengan

menggunakan pupuk nitrogen, tetapi dapat meningkatkan biaya produksi

(Foth, 1994). Apabila erosi berjalan terus menerus mengikis lapisan permukaan

tanah, maka sendirinya akan terangkut kompleks liat dan humus serta partikel

(9)

Tabel 1. Dampak Erosi Tanah

No Dampak

Dampak di Tempat Kejadian Erosi

Dampak di Luar Tempat Kejadian pendangkalan waduk, sungai,

saluran dan badan air lainnya

b.Kehilangan unsur hara dan kerusakan struktur tanah

b.Tertimbunnya lahan pertanian, jalan,dan bangunan

lainnya c.Peningkatan penggunaan

energi untuk produksi

c.Menghilangnya mata air dan memburuknya kualitas air d.Kemerosotan produktivitas

tanah atau bahkan menjadi tidak dapat dipergunakan

e.Kehilangan nyawa dan harta oleh banjir untuk membuka lahan baru

b.Meningkatnya frekuensi dan besarnya banjir

c.Keperluan akan perbaikan lahan dan bangunan rusak Sumber: Arsyad (1989)

Analisis Regresi

Analisis regresi merupakan analisis hubungan antara satu atau lebih

variabel bebas terhadap satu atau lebih variabel respon. Analisis regresi terbagi

menjadi regresi linear dan non linear. Disebut regresi linear apabila antara

variabel bebas dan variabel respon berhubungan secara linear sedangkan pada

regresi non linear maka antara variabel bebas dengan variabel respon

berhubungan secara nonlinear. Untuk regresi linear secara garis besar terbagi

menjadi dua yaitu regresi sederhana dan berganda. Regresi sederhana terjadi

apabila dalam model regresi hanya memuat satu variabel bebas sedangkan pada

(10)

Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung besarnya peranan atau

pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung. Besarnya R Square berkisar

antara 0-1 yang berarti semakin kecil besarnya R Square, maka hubungan kedua

variabel semakin lemah. Sebaliknya jika R Square semakin mendekati 1, maka

hubungan kedua variabel semakin kuat (Sarwono, 2012).

Model regresi linear untuk analisis regresi linear berganda secara umum

seperti persamaan berikut

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X

dengan Y adalah variabel respon ke X, a, b

3

1, b2, b3

Jika hasil tabel dari suatu data menunjukkan semua koefisien regresi

bernilai positif, maka pengaruh X

merupakan parameter regresi

dan X merupakan variabel bebas (Pramesti, 2013).

1 dan X2 mempunyai kecendrungan positif

terhadap Y. Dapat diperhatikan pula bahwa > Sig.X1 maka pengaruh

koefisien X1 signifikan dalam persamaan model regresi linear berganda

Gambar

Tabel 1. Dampak Erosi Tanah

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian di Dusun 12 Translok Desa Margasari Lampung Timur terdapat 7 jenis tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat antara lain api-api ( Avicennia marina )

Pantai Timur Jaya tidak dapat dipakai sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bagi pemilik perusahaan yang juga dikasus ini adalah direktur perusahaan untuk mengganti

Hasil evaluasi administrasi, teknis dan harga atas dokumen penawaran yang masuk serta pembuktian dokumen kualifikasi sesuai dengan Berita Acara Evaluasi Dokumen

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Contoh Instrumen 1.Mempraktikkan variasi gerak dasar melalui permainan dan

Hasil uji statistik menggunakan chi square test untuk mengetahui hubungan waktu istirahat dengan gangguan akibat penyelaman pada penyelam tradisional di Karimunjawa

8 Penelitian lain yang dilakukan oleh Diana Aulya tahun 2013, pada polisi lalu lintas di Polres Metro Jaya Pusat terdapat 24,6% Polisi Lalu Lintas mengalami stres kerja

Dari Tabel 1 tersebut juga dapat dilihat bahwa semakin besar nilai threshold yang digunakan dalam fase T-cluster , maka kualitas citra medis hasil segmentasi akan semakin

Pembuatan alat pengatur suhu dan kelembaban otomatis dilakukan untuk mengetahui suhu dan kelembaban pada ruangan budidaya jamur tiram untuk mengetahui kondisi saat itu yang