• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang menempati suatu wilayah tertentu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang menempati suatu wilayah tertentu"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat adalah sekelompok orang yang menempati suatu wilayah tertentu yang secara langsung atau tidak langsung saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhannya yang terkait oleh suatu sistem sosial melalui perasaan solidaritas dengan dilatarbelakangi oleh adanya persamaan sejarah, politik dan kebudayaan (Lukman, 1994 : 93).

Setiap masyarakat yang menempati suatu wilayah tertentu pasti memiliki kebudayaan. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Kebudayaan adalah hasil budi daya manusia. Namun karena hasil budi daya manusia meliputi sebagian besar dari kehidupan bangsa, maka yang akan dibicarakan dalam skripsi ini adalah kebudayaan Jepang.

Salah satu budaya Jepang yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah budaya Gimu dan Giri. Gimu dan Giri adalah dua cara untuk membayar On.

Bagi orang Jepang, On merupakan perasaan berhutang yang paling utama dan selalu ada dalam kehidupan manusia (Benedict, 1992:121). Dengan kata lain, On adalah nilai-nilai penting yang harus dipertahankan di dalam kehidupan masyarakat Jepang yang berkaitan dengan adanya jaringan hubungan kewajiban yang saling timbal balik. Karena adanya rasa berhutang budi, maka orang Jepang

(2)

merasa berkewajiban untuk membalas budi baik orang tua, para penguasa, masyarakat dan negara. Rasa berkewajiban itu disebut Gimu.

Gimu adalah konsep pembalasan kebaikan setulus hati (Hamzon, 1995:66). Maksudnya adalah kebaikan yang telah diterima tersebut harus dibalas tanpa memikirkan untung rugi.

Gimu adalah pembayaran kembali yang maksimal pun dari kewajiban ini dianggap masih belum cukup, dan tidak ada batas waktu pembayarannya. Gimu terbagi atas tiga kategori yaitu Chu adalah kewajiban terhadap Kaisar, hukum dan negara. Ko adalah kewajiban terhadap orang tua dan nenek moyang (yang dimaksud: terhadap keturunannya), sedangkan Nimmu adalah kewajiban terhadap pekerjaan seseorang ( Benedict, 1982:125).

Giri menurut Mattulada dalam Nur Afni (2005:3) adalah rasa berkewajiban untuk membalas sikap atau kebaikan yang telah diterima dari orang lain, yang setimpal. Giri adalah hutang yang harus dibayar atau dilunasi dengan perhitungan yang pasti atas suatu kebajikan yang telah diterima oleh seseorang dan kebajikan itu harus dibayar yang mempunyai batas waktu tertentu. Giri terbagi dalam dua kategori yaitu, pertama, giri terhadap dunia yang mencakup kewajiban terhadap pelindung, sanak keluarga jauh, kewajiban terhadap orang orang yang bukan keluarga karena On yang diterima dari mereka, kewajiban terhadap keluarga yang tidak begitu dekat. Kedua, giri terhadap nama seseorang. Kewajiban untuk seseorang untuk “membersihkan” reputasi dari penghinaan atau tuduhan atas kegagalan, yaitu kewajiban membalas dendam, kewajiban seseorang untuk tidak menunjukkan atau mengakui kegagalan atau ketidaktahuannya dalam melaksanakan jabatannya, kewajiban seseorang untuk mengindahkan sopan satun

(3)

Jepang, juga mewajibkan untuk hidup sesuai dengan kedudukan dan tempatnya di dalam kehidupan bermasyarakat.

Gimu dan giri merupakan etika yang melandasi perilaku dalam interaksi sosial orang Jepang. Konsep Gimu dan Giri menekankan adanya kewajiban sosial maupun moral yang dipikul seseorang untuk mengembalikan semua kebaikan dan pemberian dari orang lain. Dengan kata lain Gimu dan Giri berhubungan rasa berhutang sehingga pemenuhan Gimu dan Giri sangat diperhatikan oleh masyarakat Jepang.

Karena Gimu dan Giri adalah konsep etika yang berlaku dalam kehidupan masyarakat Jepang, maka tidak menutup kemungkinan tercermin dalam sebuah karya sastra seperti dalam kehidupan masyarakat yang di dalamanya terdapat nilai budaya, nilai moral yang dapat dijadikan cerminan dan pengembangan tata kehidupan pembacanya. Nilai–nilai budaya tersebut juga tercermin dalam komik yang berjudul “Say Hello To Black Jack” karya Syuho Sato. Komik ini pernah mendapat penghargaan dalam Media Arts Festival Award dengan predikat Excellence pada tahun 2002. Manga Artis Society juga memilih karya ini sebagai manga (komik) terbaik 2004. (http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=272024)

Komik “Say Hello To Black Jack” mengupas realitas permasalahan kedokteran di Jepang. Kisahnya dimulai dari mahasiswa kedokteran, Eijiro Saito, yang baru lulus dari universitas Eiroku dan menjadi dokter magang di rumah sakit universitas. Ceritanya berjalan dalam divisi-divisi kedokteran, dari bedah jantung, penyakit dalam, perawatan bayi, anak-anak.

(4)

Cuplikan hal 6-7, dan 13 edisi 1

Wisuda fakultas kedokteran universitas Eiroku. Prof. Kasukabe : “8 ribu orang....

tiap tahun 8 ribu orang lulus dari 81 fakultas kedokteran di seluruh Jepang..”

“dan kalian adalah 80 yang terbaik dari 8 ribu tersebut!. Tanggung jawab kedokteran ada di pundak kalian!!” Seluruh mahasiswa kedoteran mengambil sumpah kedokteran. (hal 6-7). Suasana setelah selesai operasi :

Dekune : “hah...”

“aku benci kalau bisa menikmati makan setelah operasi. Ya kan Saito..?

kalau begini terus, aku akan kehilangan perasaan.” Saito : “apa maksud mu?

ingat, kita yang memegang kedokteran di Jepang!.” (hal 13). Dari cuplikan di atas dapat dilihat bahwa selaku mahasiswa kedokteran yang telah mendapat ijin praktek dokter, mengambil sumpah dan diberi tanggung jawab, Dr. Saito merasa berkewajiban untuk menyelesaikan tugas sampai tuntas. Bahkan sampai-sampai waktu tidurnya dikurangi. Dr. Saito hanya tidur 2 jam sedangkan Dr. Dekune hanya 3 jam karena harus menyelesaikan tugas. Hal itu menunjukkan perilaku gimu yaitu Nimmu. Nimmu adalah kewajiban untuk bertangung jawab terhadap pekerjaan.

Kemudian Dr. Saito mempertegas dengan berkata “Ingat, kita memegang kedokteran di Jepang”. Hal ini menunjukkan adanya kewajiban mereka terhadap

(5)

negara Jepang khususnya dibidang kedokteran. Hal ini menceritakan Sebagai seorang dokter Eijiro Saito memiliki kewajiban terhadap kedokteran di negaranya sendiri yaitu Jepang, untuk menyelamatkan para pasien sejak mereka diberi sumpah dan ijin praktek. Kewajiban ini tidak ada batas waktu pembayarannya. Kewajiban ini disebut perilaku Gimu yaitu Chu karena kewajiban ini ditujukan untuk negara. Sehingga dapat disimpulkan peristiwa di atas menunjukkan perilaku gimu yaitu Nimmu dan Chu.

Cuplikan hal 15-16 edisi 1. Suasana di rumah sakit Seido :

Profesor RS. Seido : “jadi begini Saito, ... hari ini saya minta bantuan mu kerja

sampingan di rumah sakit ini..”

Saito : “Eijiro Saito, 25 tahun, lulusan Universitas Eiroku,... Pertama kali tugas di rumah sakit ini..”

Profesor RS. Seido : “lulusan Eiroku ya..

Orang terbaik ya...”

Saito : “ya!

Saya berusaha untuk tidak mempermalukan almamater!”

Profesor RS. Seido : “karena ini hari pertama, akan ada satu dokter yang akan

(6)

Dari percakapan diatas dapat dilihat bahwa Saito berusaha untuk mempertahankan nama baik almamater, maksudnya nama baik universitas Eiroku yaitu bekerja dengan baik. Hal ini merupakan tindakan yang mencerminkan Giri terhadap nama baik, yaitu kewajiban untuk menjaga agar reputasinya tidak ternoda. Hal ini merupakan salah satu contoh Giri terhadap nama baik.

Black Jack artinya adalah lingkaran setan yang diibaratkan seperti nebula. Nebula adalah matahari yang sudah mati berubah menjadi magnet yang menyedot benda benda sekitarnya.

Black Jack adalah situasi atau kondisi tatanan masyarakat yang sudah salah dan sudah tidak mengikuti aturan budaya Gimu dan Giri, dan yang telah masuk kealamnya sangat sulit untuk keluar kembali. Sama halnya seperti Korupsi, Nepotisme, dan Korupsi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, pemerintahan dan khususnya di dunia pekerjaan. Sulit bagi mereka yang telah melakukan KKN untuk tidak melakukannya lagi. Situasi dan kondisi inilah yang dihadapi oleh Eijiro Saito sehingga dia berkata “Say Hello To Black Jack” yang artinya “katakan halo kepada Black Jack”. Saito menyapa atau berkenalan dengan situasi, kondisi dan orang-orang yang sudah tidak mementingkan kepentingan masyarakat, melainkan diri sendiri.

Dapat dilihat dalam komik ini menceritakan tentang permasalahan dunia kedokteran di Jepang terutama di universitas Eiroku. Banyak terjadi konflik-konflik antara tokoh cerita yang diakibatkan para dokter atau pihak rumah sakit Eiroku bertindak seenaknya, tidak memikirkan pasien, dan hanya mencari kekuasaan, uang dan ketenaran. Melihat ini Eijiro Saito memberontak dengan cara

(7)

berusaha menyelamatkan pasien, sehingga orang disekitarnya tergerak hatinya untuk ikut menyelamatkan pasien, meskipun masih ada pro dan kontra didalamnya. Dalam perilakunya Eijiro Saito menunjukkan adanya perilaku Gimu dan Giri dalam dirinya. Hal inilah yang ingin disampaikan oleh pengarang dan tujuannya untuk melestarikan budaya Gimu dan Giri dan berharap para pembaca dapat meningkatkan atau melahirkan budaya Gimu dan Giri dalam diri masing-masing pembaca.

Dengan alasan di atas, maka dalam penulisan skripsi ini penulis membahas tentang Gimu dan Giri dalam komik “Say Hello To Black Jack” edisi 1-4 karya Syuho Sato.

1.2 Perumusan Masalah

Komik yang bejudul “Say Hello To Black Jack” karya Syuho Sato menceritakan kisah permasalahan dunia kedokteran di Jepang. Mengungkapkan perjuangan seorang dokter magang dalam menyelamatkan pasien, kerja keras, membangun kepercayaan seorang pasien, dan menyelesaikan segala masalah yang ia hadapi di rumah sakit.

Dalam komik “Say Hello To Black Jack” banyak terdapat yang menunjukkan perilaku Gimu dan Giri oleh pelaku atau tokoh cerita. Perilaku gimu yang dimaksud adalah adanya rasa kewajiban untuk negara, hukum, dan kaisar, adanya kewajiban terhadap orang tua, terhadap orang yang bukan dikenal, tanggung jawab terhadap pekerjaan, Giri terhadap nama dan giri terhadap dunia.

Reaksi perilaku Gimu dan Giri para tokoh cerita yang dapat dilihat yaitu, pemeran utamanya adalah Eijiro Saito. Eijiro Saito adalah seorang dokter magang

(8)

di rumah sakit terbaik, universitas Eiroku. Selaku dokter yang masih magang, Eijiro Saito menerima gaji 38 Yen tiap bulannya. Eijiro Saito berasal dari keluarga sederhana. ayahnya bekerja sebagai guru SMP dan ibunya seorang petani. Saito sangat menyayangi orang tuanya yang selalu mendukung dalam mencapai cita citanya dan memenuhi kebutuhan hidup dan biaya sekolahnya, sehingga Saito bertekat untuk menjadi dokter yang baik dan hal itu ia raih dengan mendapatkan beasiswa dari universitas Eiroku. Dalam melaksanakan tugasnya Saito mengahadapi berbagai masalah. Saito selalu berusaha untuk menyelamatkan pasien. Bukan hanya itu Saito juga berusaha untuk meyakinkan pasien yang dulunya tidak percaya lagi terhadap rumah sakit Eiroku dan menjaga nama baik rumah sakit Eiroku. Hal ini menunjukkan adanya perilaku Gimu Dan Giri oleh Eijiro Saito sebagai dokter dalam melaksanakan tugasnya dan mempertahankan nama baik universitas Eiroku tempat Saito bekerja.

Pesan pengarang dalam komik “Say Hello To Black Jack” yaitu mengungkapkan budaya Gimu dan Giri dalam masyarakat Jepang dengan tujuan untuk melestarikan budaya tersebut. Diharapkan dapat membangkitkan budaya Gimu dan Giri dalam diri pembacanya.

Gimu dan Giri adalah konsep-konsep moralitas yang dapat dikatakan sebagi konsep budaya yang muncul dari peringatan-peringatan rasa malu dan pemikiran bahwa rasa malu dapat dihilangkan dengan cara melunasi hutang. Ketika seseorang menerima kebaikan maka seseorang itu harus membayar kebaikan itu. Kalau tidak, maka sereorang itu akan menanggung malu (haji), karena budi baik yang diterima merupakan beban terberat bagi orang Jepang. oleh karena itu dalam penulisan skripsi ini, refleksi perilaku Gimu dan Giri tersebut

(9)

akan dicari dari komik Jepang yang berjudul “Say Hello To Black Jack” karya Syuho Sato.

Adapun rumusan masalah yang akan penulis teliti adalah :

1. Bagaimana konsep Gimu dan Giri dalam kehidupan masyarakat Jepang. 2. Bagaimana pencerminan Gimu dan Giri di dalam komik “Say Hello To

Black Jack” tersebut melalui interaksi para tokoh cerita.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penulisan skripsi ini penulis memfokuskan pembahasannya pada konsep Gimu dan Giri yang direalisasikan dalam kehidupan dalam dunia pekerjaan masyarakat Jepang. dalam pembahasannya penulis menggunakan acuan berupa komik yang berjudul “Say Hello To Black Jack” edisi 1 sampai dengan 4 karya Syuho Sato. Perilaku Gimu dan Giri ini dapat dilihat dari interaksi para tokoh cerita atau pelaku dalam menghadapi permasalahan dunia kerja di rumah sakit. Dengan kata lain, penulis akan menunjukkan peristiwa yang berkaitan dengan adanya perilaku Gimu an Giri yang dilakukan oleh para tokoh cerita melalui pendekatan semiotik. Dalam hal ini penulis membahas komik ini terfokus pada segi ekstrinsiknya atau nilai budaya yang terkandung dalan komik tersebut. Untuk keakuratan dalam pembahasan maka penulis menjelaskan juga tentang defenisi Gimu dan Giri diambil dari cuplikan yang ada di dalam komik “Say Hello To Black Jack” tersebut.

(10)

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori A. Tinjauan Pustaka

Masyarakat adalah orang yang hidup bersama dan memiliki suatu aturan atau norma norma yang berlaku yang dijadikan sebagai konsep moral untuk melaksanakan hidup. Gimu dan Giri merupakan etika yang mendasari perilaku dalam interaksi sosial orang Jepang. konsep Gimu dan Giri menekankan adanya kewajiban sosial maupun moral yang dipikul seseorang untuk mengenbalikan semua anugrah dan pemberian yang telah diterimanya dari orang lain Benedict (1982 : 105).

Gimu adalah pembayaran kembali yang maksimal pun dari kewajiban ini dianggap masih belum cukup dan tidak ada batas waktu pembayarannya. Kewajiban yang dimaksud adalah kewajiban kepada kaisar, hukum, negara, kewajiban kepada orang tua nenek moyang dan kewajiban terhadap pekerjaan, Benedict (1982 : 125)

Gimu ini harus dibayar seseorang karena adanya ikatan yang kuat dan ketat pada saat Ia dilahirkan. Gimu yang dirasakan sebagai pemenuhan kewajiban-kewajiban berdasarkan hubungan akrab yang dialami seseorang sejak lahirnya. Benedit(1982:141)

Giri menurut Mattulada dalam skripsi Nur Afni (2005:10) adalah hutang yang harus dibayar atau dilunasi dengan perhitungan yang pasti atas suatu kebajikan yang telah diterima dan memiliki batas waktu.

Pengertian lain, apabila Giri dipisah menjadi dan , maka arti adalah melakukan sesuatu dengan berkorban demi menjaga rasa malu. Walaupun

(11)

sebenarnya tidak senang untuk melakukannya. Sedangkan adalah memikirkan keuntungan dengan bekerja (Situmorang,1995:56)

Giri bisa diartikan sebagai kewajiban sosial yaitu sebuah sebuah kewajiban yang bersifat etis dan moral yang mengharuskan orang Jepang untuk bersikap seperti yang diharapkan oleh masyarakat dalam hubungan dengan individu-individu lain, dengan siapa seseorang menjalin hubungan yang istimewa atau khusus.

Menurut kamus besar Jepang, adalah kebenaran, moralitas, kemanusiaan, integritas, keutuhan, kehormatan, kesetiaan, kesatriaan dan ketaatan. Sedangkan adalah alasan, akal, keadilan, kebenaran dan prinsip.

Jadi pengertian giri adalah rasa tanggung jawab, kehormatan, keadilan, kesopanan, dan berhutang budi, ( Andrew N Nelson 2006 : 725)

Salah satu contoh wujud pengabdian tanpa batas kepada orang Jepang dan Kaisar adalah sebagai seorang dokter Eijiro Saito memiliki kewajiban untuk menyelamatkan pasiennya sejak mereka diberi sumpah dan ijin praktek, Bahwa keselamatan nyawa pasien ada ditangan dokter. Hal ini merupakan salah satu contoh perilaku budaya gimu terhadap kaisar, negara dan hukum yang disebut chu. Dan ada juga Nimmu yaitu kewajiban terhadap pekerjaan. Pasien yang diobati atau yang ditangani oleh dokter harus membayar berupa uang sesuai dengan jumlah pengobatan dan perawatan selama di rumah sakit, sehingga hal ini menimbulkan adanya kewajiban seorang dokter untuk menyelamatkan nyawa pasien. Dalam hal ini terdapat budaya Giri terhadap dunia. Adanya kewajiban

(12)

terhadap orang orang bukan keluarga, karena on yang diterima dari mereka, yaitu berupa uang.

Selain itu Giri adalah aturan pribadi yang merupakan naluri akan tugas, akan kehormatan yang memaksa mereka untuk memenuhi kewajiban-kewajiban demi kebaikan ataupun kejahatan (De Mete, 1988 : 47).

B. Kerangka Teori

Teori meringkas hasil penelitian. Dengan adanya teori, generalisasi terhadap hasil penelitian dapat dilakukan dengan mudah. Teori juga dapat memandu generalisasi-generlisasi satu sama lain secara empiris sehingga dapat diperoleh suatu ringkasan akan hubungan antar generaralisasi atau pernyataan (Nazir, 2006:20).

Teori Gimu adalah pembayaran kembali yang maksimal pun dari kewajiban ini dianggap masih belum cukup dan tidak ada batas waktu pembayarannya. Gimu terdiri atas tiga kategori yaitu: Chu, Ko, dan Nimmu. Sedangkan Giri adalah utang yang wajib dibayar dalam jumlah yang tepat sama dengan kebaikan yang diterima, dan ada batas waktu pembayarannya. Giri terdiri atas dua kategori yaitu: Giri terhadap nama baik dan giri terhadap dunia, Benedict (1982:125).

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil sebuah rujukan pada sebuah karya fiksi. Karya fiksi adalah suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh – sungguh sehingga ia tidak perlu di cari kebenarannya pada dunia nyata. Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan

(13)

kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkannnya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya.

Menurut Altenbernd dan Lewis dalam Nurgiyantoro (1995 : 2-3) pengertian fiksi dapat diartikan sebagai “prosa naratif yang bersifat imajiner, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendratisasikan hubungan hubungan antar manusia.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan pendekatan Semiotik. Pendekatan Semiotik adalah ilmu yang mempelajari lambang lambang. Sedangkan karya sastra merupakan sebuah lambang (Luxemburg 1984 : 44).

Lambang di dalam karya sastra adalah lambang bahasa yang mencerminkan sebuah nilai budaya. Sehingga kata-kata atau bahasa yang terdapat dalam komik “Say Hello To Black Jack” tersebut disimbolkan sebagai tanda yang akan diinterpretasikan sebagai wujud refleksi dari adanya perilaku Gimu dan Giri dari para tokoh cerita.

Menurut pandangan ini, sastra merupakan sebuah sistem tanda sekunder karena semiotik mempelajari bahasa alami yang dipakai dalam sastra. Ilmu tanda tanda dianggap bahwa fenomena sosial masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Di dalam karya sastra tanda tanda tersebut disimbolkan dengan kata-kata dan bahasa. Maka kata-kata dan bahasa dalam komik tersebut disimbolkan sebagai tanda yang akan diinterpretasikan. Berdasarkan pendekatan semiotik ini, maka segala hal yang berhubungan dengan nilai budaya dianggap suatu tanda, tanda tersebut akan diinterpretasikan sebagai wujud refleksi dari adanya perilaku Gimu dan Giri. Sehingga dengan pendekatan semiotik penulis

(14)

dapat mengetahui perilaku Gimu dan Giri yang dilakukan pelaku cerita di dalam komik “Say Hello To Black Jack” tersebut.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian adalah :

a. Untuk mengetahui secara umum konsep Gimu dan Giri pada masyarakat Jepang

b. Untuk mengetahui bagaimana pencerminan perilaku Gimu dan Giri yang dilakukan oleh para tokoh cerita dalam komik “Say Hello To Black Jack” tersebut.

2. Manfaat penelitian :

a. Bagi ilmu kesusastraan dapat mengetahui bahwa di dalam sebuah karya sastra terdapat sebuah nilai budaya dan nilai moral sebuah bangsa.

b. Bagi penulis mengetahui sejauh mana nilai budaya dan konsep moral dapat dicerminkan melalui sebuah karya sastra khususnya pada komik c. Bagi pihak-pihak yang sedang meneliti tentang konsep Gimu dan Giri ini

semoga dapat diambil sebuah bahan rujukan.

1.6 Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskritif yaitu menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat (Koentjaraningrat, 1976 : 29).

(15)

Moh. Nazir menerangkan bahwa penelitian deskriptif mempelajari masalah–masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situas-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses–proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari satu fenomena (Nazir, 1988 : 84).

Selain itu penulisan ini akan menyatakan sesuatu dengan memaparkan atau menjabarkan tentang keadaan umum karakter dan ciri-ciri yang dimiliki oleh objek yang akan diteliti. Dalam penulisan skripsi ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan yaitu dengan cara mengumpulkan, membaca dan mempelajari buku-buku dan catatan ilmiah yang ada hubungannya dengan objek yang diteliti, yaitu dengan membaca komik yang menjadi objek utama yang akan dibahas.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itulah maka seharusnya perusahaan menerapkan Activity Based Management System (ABM) dalam proses produksi dan perhitungan biaya aktivitas produksinya agar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) strategi yang dilakukan oleh DISPARBUD Kabupaten Malang dalam melestarikan kesenian wayang kulit; (2) hambatan

berkoordinasi dengan aparat pengawasan ekstern pemerintah untuk mengurangi duplikasi dengan lingkup penugasan Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan. 3) Tindak

Hasil penelitian dari sebelum dan sesudah dilaksanakan relaksasi otot progresif yakni p = 0,000 (α < 0,05) yang berarti ada pengaruh relaksasi otot progresif

Dalam bab ini penulis menguraikan tinjauan umum tentang perjanjian kerja antara pengusaha dan tenaga kerja terdiri dari pengertian pengusaha dan tenaga kerja,

Diharapkan dengan adanya penelitian tentang minat siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan ini, siswa dapat mengikuti mata pelajaran

Dari hasil penelitian ini bisa disimpulkan implementasi aplikasi e-Court di Pengadilan Agama Samarinda walaupun telah sesuai dengan prosedur yang diatur dalam Peraturan Mahkamah

Penelitian ini melanjutkan penelitian sebelumnya oleh Riza (2007) pada modularisasi disain produk yang telah dibangun menggunakan bahasa pemrograman VRML dan ASP sebagai