• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KANDUNGAN LOGAM B3 DALAM LIMBAH RUMAH SAKIT DIBANDINGKAN DENGAN PERATURAN PEMERINTAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN KANDUNGAN LOGAM B3 DALAM LIMBAH RUMAH SAKIT DIBANDINGKAN DENGAN PERATURAN PEMERINTAH"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KANDUNGAN LOGAM B3 DALAM LIMBAH RUMAH SAKIT

DIBANDINGKAN DENGAN PERATURAN PEMERINTAH

Sri Murniasih dan Sukirno

Pusat Teknolgi Akselerator dan Proses Bahan Jl. Babarsari PO BOX 6101 ykbb Yogyakarta 55281 Email : unie_rhmt@yahoo.co.id

ABSTRAK

KAJIAN KANDUNGAN LOGAM B3 DALAM LIMBAH RUMAH SAKIT DIBANDINGKAN DENGAN PERATURAN PEMERINTAH. Telah dilakukan evaluasi kandungan logam B3 dalam sampel limbah rumah

sakit menggunakan metode AAN dan dibandingkan dengan peraturan pemerintah yang berlaku. Sampel yang digunakan adalah limbah padat dan cair yang diambil dari lima rumah sakit besar di Yogyakarta. Analisis dilakukan dengan menggunakan spektometer gamma yang dilengkapi detector GeLi, Multi Channel Analyzer (MCA) dan software Maestro. Hasil analisis kualitatif ditemukan bahwa kandungan logam B3 yang dominan pada limbah rumah sakit adalah Co, Cr dan Cd. Konsentrasi logam B3 pada limbah cair berturut-turut adalah Cd (0 - 0,307 mg/L), Co (0,022 - 0,039 mg/L) dan Cr (0,038 - 0,147 mg/L) sedangkan pada limbah padat dideteksi Cd (3,712 - 7,137 mg/Kg), Co (8,423 mg/Kg - 22,934 mg/Kg) dan Cr (718,185 - 2403,542 mg/Kg). Hasil pengujian akurasi dan presisi untuk logam Cd, Co dan Cr dalam sampel limbah rumah sakit dengan metode Analisis Aktivasi Neutron dapat dikatakan baik dan efektif dalam menganalisa secara kualitatif maupun kuantitatif.

Kata Kunci : logam B3, limbah padat, limbah cair, AAN

ABSTRACT

STUDI OF METAL CONTENT IN DANGEROUS TOXIC HOSPITALS WASTE COMPARED WITH GOVERNMENT REGULATION. Evaluation has been carried danger toxic metals content in hospital waste

samples using NAA method and compared with government regulations has applicable. Solid and liquid wastes were taken from five major hospitals in Yogyakarta. Analyses were performed by using a gamma spectrometer detector equipped with Multy Channel Analyzer (MCA) and the Maestro software. The results of qualitative analysis found that the metal content of the dominant danger toxic on hospital waste are Co, Cr and Cd. Danger toxic metals concentrations in the effluent are Cd (0 to 0.307 mg / L), Co (0.022 to 0.039 mg / L) and Cr (0.038 to 0.147 mg / L), respectively while detection of the solid waste are Cd (3.712 to 7.137 mg / Kg), Co (8.423 mg / Kg - 22.934 mg / kg) and Cr (718.185 to 2403.542 mg / Kg). The results of accuration and precision test for metals Cd, Co and Cr in the hospital waste using Neutron Activation Analysis methods can be said good and effective to analyzing the qualitative and quantitative.

Keywords: danger toxic metals, solid waste, effluent, NAA

PENDAHULUAN

erkembangan pembangunan saat ini sangat pesat, berbagai fasilitas disediakan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat diantaranya transportasi, lembaga pendidikan dan instalasi kesehatan baik berupa rumah sakit maupun laboratoium klinik. Rumah sakit merupakan instalasi yang selalu dikembangkan hingga ke pelosok daerah baik oleh pemerintah maupun swasta guna pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mudah terjangkau. Aktivitas pelayanan medis pada rumah sakit akan menghasilkan limbah medis yang kualitas maupun kuantitasnya perlu diperhatikan dan dimonitoring agar tidak berakibat buruk bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.

Limbah medis termasuk kategori limbah berbahaya dan sebagian lagi termasuk kategori infeksius. Limbah medis meliputi limbah kimia,

limbah farmasi, logam berat dan limbah genotoxic yang masih belum dikelola dengan baik. Sedangkan limbah infeksius merupakan limbah yang bisa menjadi sumber penyebaran penyakit baik kepada petugas, pasien, pengunjung ataupun masyarakat di sekitar lingkungan rumah sakit. Limbah infeksius berupa jaringan tubuh pasien, jarum suntik, darah, kultur biakan, bahan atau perlengkapan yang bersentuhan dengan penyakit menular atau media lainnya yang diperkirakan tercemari oleh penyakit pasien. Limbah kimia, farmasi dan logam berat dapat berdampak keracunan akut atau kronik dan luka bakar, sedangkan limbah infeksius, patologis dan benda tajam dapat mengakibatkan infeksi saluran pernafasan, AIDS, hepatitis A, B, C dan infeksi mata. Untuk limbah genotoksik bersifat karnisogen dan mutagen serta dapat menyebabkan iritasi kulit dan iritasi saluran cerna(1).

(2)

Air limbah yang berasal dari rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemaran air yang sangat potensial. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah sakit mengandung senyawa organik yang cukup tinggi, senyawa kimia berbahaya serta

mikroorganisme pathogen yang dapat

menyebabkan penyakit. Limbah cair yang dihasilkan dari sebuah rumah sakit umumnya banyak mengandung bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang dapat membahayakan bagi kesehatan masyarakat sekitar rumah sakit tersebut. Dari sekian banyak sumber limbah di rumah sakit, limbah dari laboratorium paling perlu diwaspadai. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses uji laboratorium tidak bisa diurai hanya dengan aerasi atau activated sludge. Bahan-bahan itu mengandung logam berat dan infeksius, sehingga harus disterilisasi dan dimonitring sebelum dikatagorikan menjadi limbah tak berbahaya.

Limbah padat rumah sakit terdiri atas sampah yang mudah membusuk dan mudah/tidak mudah terbakar. Limbah-limbah tersebut kemungkinan besar mengandung mikroorganisme pathogen atau bahan kimia beracun berbahaya (B3) yang dapat menyebabkan penyakit infeksi dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit. Limbah dengan kandungan logam berat tinggi seperti limbah yang mengandung merkuri atau kadmium tidak boleh dibakar atau diinsinerasi karena berisiko mencemari udara dengan uap beracun(2),

dan perlu dimonitoring keberadaannya sehingga tidak mencemari daerah sekitarnya.

Logam berat umumnya memiliki daya racun yang mematikan terhadap organisme pada kondisi yang berbeda-beda. Logam berat ini mengakhibatkan kematian terhadap beberapa jenis biota perairan jika kelarutan pada badan perairan cukup tinggi. Tingkat kelarutan tersebut dapat dikatakan tinggi bila jumlah yang terlarut dalam badan perairan melebihi ambang batas(3). Logam

berat yang berbahaya yang sering mencemari lingkungan antara lain merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), kromium (Cr), dan nikel (Ni). Logam berat tersebut diketahui dapat terakumulasi di dalam tubuh suatu mikroorganisme, dan tetap tinggal dalam jangka waktu lama sebagai racun. Identifikasi logam berat dilakukan dengan spektrometer gamma, sedangkan pengukurannya menggunakan metoda analisis aktivasi neutron. Metode ini mempunyai keunggulan antara lain tidak memerlukan perlakuan kimia terlebih dahulu, mampu menentukan unsur secara serempak, sensitivitas dan selektivitas yang bisa diandalkan. Selain itu metode ini dapat menganalisa unsur

kelumit hingga orde ppb (10-9), sehingga

penggunaan metode analisis aktivasi neutron tepat untuk menentukan logam berat dalam limbah rumah sakit.

TATA KERJA

Pengambilan sampel berupa limbah padat dan cair yang diambil dari lima rumah sakit yang ada di daerah Yogyakarta, dilakukan pada bulan Maret – Agustus 2010.

Alat Penelitian

Fasilitas irradiasi Lazy Susan Reaktor Kartini PTAPB – BATAN, Spektrometer gamma dengan detektor GeLi Ortec yang dilengkapi multy

channel analyzer Maestro II, neraca digital

OHAUS GT-410 Germany, vial polyetilene 1 ml, labu ukur, gelas ukur, kelongsong polyetilene C-20,

eppendorf, kompor listik, cawan porselin, nampan

plastik, ayakan 100 mesh, pinset, penumbuk/penghalus sampel dan plastik klip.

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan adalah sampel limbah padat (berupa abu sisa hasil insinerasi) sebanyak 5 kg dan limbah cair sebanyak 5 liter yang diambil dari lima rumah sakit di Yogyakarta, larutan standar Merk untuk berbagai unsur logam B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), aquabides,

137Cs, SRM (Standard Reference Material) 2704

buffalo river sediment dan sumber standar

multigama 152Eu.

Cara Kerja

Preparasi Vial

Vial polyetilene yang akan dipakai untuk iradiasi dipreparasi terlebih dahulu agar terbebas dari pengotor. Vial dicuci dengan aquabides sebanyak 3 kali lalu direndam dalam larutan HNO3

: aquabides 1 : 3 selama ± 12 jam. Vial dicuci kembali dengan aquabides lalu diendam dengan aseton dan diaduk perlahan-lahan sampai terbebas dari air. Vial yang sudah bebas air dikeringkan dalam almari pengering sampai benar-benar kering. Vial sudah siap di iradiasi.

Preparasi Sampel

Sampel yang berupa limbah cair rumah sakit disaring terlebih dahulu agar terhindar dari kotoran dan dipekatkan dengan cara 5 liter sampel cair diambil 1000 ml kemudian dipanaskan hingga volume mencapai ± 20 ml. Sampel diambil dengan

eppendorf sebanyak 1 ml dan dimasukan ke dalam vial polyetilene. Sampel berupa limbah padat

merupakan abu sisa pambakaran. Sampel padat yang sudah kering dibersihkan dari pengotor, ditumbuk dan diayak hingga lolos 100 mesh dan dihomogenkan. Sampel yang sudah homogen ditimbang 0,1 gram dengan neraca digital lalu dimasukkan ke dalam vial polyetilene. Setiap sampel limbah padat dan cair dibuat rangkap tiga.

Vial polyetilene yang telah berisi sampel limbah

(3)

dalam kantong plastik klip dan diberi label dan dimasukkan ke dalam kelongsong polyetilene C-20 untuk diiradiasi.

Preparasi Larutan Standar

Larutan standar primer dari SRM No 2704

buffalo river sediment seberat 0,1 gram dimasukkan

ke dalam vial polyetilene. Larutan standar sekunder yang digunakan adalah larutan standar campuran. Larutan standar campuran Cd, Co, dan Cr 1000 mg/L dari produk Merk. Larutan tersebut diencerkan, konsentrasi logam Cd 22,5 mg/L, logam Co 5 mg/L, dan logam Cr 22,5 mg/L. Campuran tersebut dimasukkan dalam labu ukur 100 ml diberi aquabides, dikocok hingga tercampur. Larutan yang telah tercampur dipipet 1 ml ke dalam vial polyetilene kemudian dimasukkan ke dalam plastik klip dan diberi label, selanjutnya dimasukkan ke dalam kelongsong polyetilene C-20 dan siap untuk diiradiasi bersama sampel.

Irradiasi Sampel

Kelongsong polyetilene C-20 yang sudah disiapkan, diiradiasi secara bersama-sama selama 12 jam pada fasilitas Lazy Susan dengan fluks neutron 1,05 x 1011 n.cm-2s-1. Setelah iradiasi

selesai, kelongsong dikeluarkan dan didiamkan selama 2 hari untuk pencacahan radionuklida Cd, dan As serta 10-20 hari untuk pencacahan Co dan Cr. Pendinginan dilakukan agar sinar gamma dari radionuklida t1/2 pendek meluruh habis sehingga

tidak berinteraksi dengan sinar gamma dari radionuklida teraktivasi yang akan ditentukan selain itu pendinginan juga dilakukan untuk memperoleh dead time yang diperbolehkan yaitu <5% untuk radionuklida t1/2 pendek, <10% untuk

radionuklida t1/2 sedang dan <20% radionuklida t1/2

panjang.

Pencacahan Sampel

Sampel setelah diiradiasi dan didinginkan, dicacah dengan menggunakan seperangkat spektrometer gamma yang dilengkapi detektor GeLi dan perangkat komputer dengan software Maestro II untuk membaca data hasil pencacahan sampel yang berupa spektrum gamma dengan nomer salurnya dengan mengacu tabel Erdtmann. Sebelum digunakan untuk pencacahan harus dilakukan kalibrasi tenaga pada alat spektrometer gamma. Sampel limbah padat dan cair, blanko, SRM dan standar sekunder yang telah diiradiasi dicacah selama 1000 detik.

Kalibrasi Tenaga

Kalibrasi tenaga dilakukan untuk mencari hubungan antara nomor salur dengan tenaga dari sinar gamma yang terdeteksi oleh detektor. Kalibrasi ini dilakukan dengan mencacah sumber

152Eu selama 600 detik dengan menggunakan

spektrometer gamma. Setelah diperoleh data nomor salur untuk beberapa puncak gamma yang dipancarkan oleh 152Eu, kalibrasi tenaga dihitung

menggunakan metode regresi linier, yaitu dengan persamaan(4):

Y = aX + b (1)

Dengan:

Y = tenaga (KeV) X = nomor salur puncak a = slope

b = titik potong (intercept)

Uji Kestabilan Alat Spektrometer Gamma

Kestabilan pengukuran alat spektrometer gamma diuji secara statistik menggunakan metode chi kuadrat dengan menguji hasil pencacahan sumber radioaktif standar 137Cs secara

berulang-ulang dalam kondisi peralatan yang sama. Persamaan yang digunakan adalah(5):

⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − =

= n i i x x x 1 2 ( ) χ (2) Keterangan:

Xi = adalah hasil cacah ke-i

X = adalah cacah rerata

Hasil perhitungan nilai X2 dibandingkan

dengan distribusi kebolehjadian X2 pada tabel chi

kuadrat dengan tingkat keyakinan 95 %. Jika nilai chi kuadrat hasil perhitungan masuk dalam batas diantara dua harga batas yang ditentukan oleh jumlah pengukuran (n) yang dilakukan, maka dapat disimpulkan secara statistik bahwa alat cacah yang dipakai dalam kondisi stabil dan dapat diandalkan.

Analisa Data

Setelah diketahui jenis unsur atau logam yang terdapat dalam sampel secara kualitatif, selanjutnya dilakukan penentuan secara kuantitatif. Analisis kuantitatif bertujuan untuk menentukan konsentrasi suatu unsur atau logam dalam suatu sampel. Analisis ini dilakukan dengan cara relatif yaitu dengan membandingkan konsentrasi unsur atau logam dalam sampel dengan konsentrasi dalam standar. Cacah latar atau blanko yang berawal dari radionuklida alam yang ada dalam detektor, penahan radiasi wadah sampel, bahan sekitar dan sinar kosamis digunakan untuk mendapatkan cacah terkoreksi (cacah netto), dengan persamaan sebagai berikut (6): s o o c k dar s cps sampel cps K = × tan (3) ) ( 693 . 0 . T t t o Cps e Cps = − (4)

(4)

cacah t t netto Cps = (5) Keterangan :

KC = kadar unsur dalam sampel (µg/ml atau µg/g

atau ppm)

KS = kadar unsur dalam standar (µg/ml atau µg/g

atau ppm)

Cpso = laju cacah pada saat t = 0 (cps), yaitu saat

penembakan neutron dihentikan Cpst = laju cacah pada saat t detik (cps)

t = waktu tunda sampel (jam) T = waktu paruh unsur (jam)

Netto = hasil pencacahan selama waktu

pencacahan

tcacah = lama waktu pencacahan (detik)

Uji Validasi

Presisi atau kecermatan suatu metoda adalah tingkat kedapat-ulangan suatu set hasil uji diantara hasil hasil itu sendiri. Presisi berhubungan dengan hasil suatu metoda bila pengukuran itu diulang-ulang pada sampel yang homogen pada kondisi yang terkontrol. Presisi suatu metoda dapat diuji dengan pengulangan analisis, apabila variasi hasilnya kecil, maka dikatakan bahwa kecermatan pengukuran tersebut tinggi. Untuk menguji presisi hasil analisis yang dihitung dengan rumus (6):

⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ × − =100% 100% Pr x sd esisi (6) Keterangan :

x = kadar rata-rata sampel

sd = standar deviasi dari kadar sampel

Akurasi

Standard Reference Material (SRM)

diutamakan untuk kalibrasi instrumen dan evaluasi akurasi metode analisis. Pada penelitian ini digunakan SRM (Standard Reference Material) 2704 Buffalo River Sediment yang telah disertifikasi oleh International Atomic Energy

Agency untuk menguji akurasi hasil analisis dengan

metode AAN. Pengkajian ini dilakukan dengan cara mencacah SRM yang telah diiradiasi kemudian kadarnya dibandingkan dengan nilai yang tercantum dalam sertifikat SRM tersebut :

% 100 (%) x ks kc ks Akurasi = − (7) Keterangan :

kc = konsentrasi hasil pengukuran ks = konsentrasi dalam sertifikat

Hasil dari analisis konsentrasi unsur logam berat pada standar primer dibandingkan dengan harga kadar logam berat sejenis yang tercantum dalam sertifikat. Akurasi menunjukkan kedekatan pengukuran terhadap nilai sebenarnya yang tercantum dalam sertifikat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Kestabilan Alat

Kestabilan alat ukur Spektrometer Gamma perlu diuji secara statistik menggunakan metode

chi-kuadrat (χ2). Pengujian dilakukan untuk

memperoleh data kestabilan alat tersebut. Hasil uji kestabilan yang didapat dapat mempengaruhi analisis yang akan dilakukan. Pengujian kestabilan alat ukur Spektrometer Gamma dilakukan dengan pengulangan sebanyak 30 kali pengukuran dengan selang kepercayaan 95 % sehingga harga batas minimum nilai χ2 adalah 17,7 dan maksimum nilai

χ2 adalah 42,6. Hasil pencacahan standar 137Cs

sebanyak 30 kali diketahui bahwa nilai χ2 adalah

18,8123. Nilai χ2 tersebut menunjukan bahwa alat

stabil karena nilai χ2 hitung ≤ χ2 tabel.

Kalibrasi Tenaga

Kalibrasi tenaga diperlukan untuk mencari hubungan antara tenaga dan nomor salur. Dari hasil

pencacahan sumber standar multigamma 152Eu

selama 600 detik dengan 10 kali pengulangan. Kalibrasi tenaga penting dilakukan untuk agar logam yang akan dianalisa tidak bergeser dari tenaganya, sehingga analisa unsur logam berat dapat tepat. Dari data yang diperoleh dibuat grafik antara tenaga dengan nomor salur maka akan menghasilkan persamaan garis Y = 0,665x - 0,241

dengan nilai R2 =1. Harga R2 = 1 menunjukan

bahwa alat cacah spektrometer gamma dalam keadaan baik untuk mencacah suatu sampel atau standar.

Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui logam berat yang terkandung di dalam sampel yang akan diteliti. Penentuan logam berat dilakukan berdasarkan energi sinar gamma pada puncak spektrum yang kemudian dicocokan dengan tabel tenaga radionuklida atau dalam tabel aktivasi neutron. Hasil analisis kualitatif sampel limbah padat dan cair dari lima rumah sakit di Yogyakarta dapat diketahui bahwa dari berbagai logam B3 yang teridentifikasi keberadaanya dalam sampel hanya logam Cr, Co dan Cd dengan radionuklida target 50Cr, 60Co dan 115Cd pada tenaga 320 KeV,

1332KeV dan 527 KeV. Logam B3 seperti As dan Hg tidak terdeteksi pada sampel karena perlakukan preparasi sampel yang melalui proses pemanasan menyebabkan As dan Hg yang bersifat volatil

(5)

menyuap sedangkan Pb tidak bisa dianalisis menggunakan AAN. Selain logam B3, limbah rumah sakit juga banyak mengandung senyawa organic seperti fenol.

Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif bertujuan untuk menentukan konsentrasi suatu unsur atau logam dalam suatu sampel. Analisis ini dilakukan dengan cara relatif yaitu dengan membandingkan konsentrasi unsur atau logam dalam sampel dengan konsentrasi dalam standar. Setiap limbah yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang akan dibuang ke lingkungan harus memenuhi peraturan pemerintah maupun daerah untuk mencegah dampak negatif yang dapat ditimbulkan baik bagi lingkungan maupun masyarakat sekitar. Salah satu peraturan pemerintah daerah yang harus dipatuhi khususnya untuk kegiatan yang berada di Yogyakarta adalah Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 214/kpts/1991 tentang baku mutu lingkungan daerah untuk wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berkaitan dengan baku mutu pembuangan limbah cair hasil samping suatu kegiatan yang diijinkan masuk ke lingkungan(7). Baku mutu limbah padat

untuk logam berat belum tercantum pada Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, untuk itu digunakan peraturan berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-03/Bapedal/09/1995 tentang Persyaratan baku mutu dan teknis pengolahan limbah padat yang mengandung B3(8).

Logam Cromium (Cr)

Logam berat Cr termasuk logam yang mempunyai daya racun tinggi. Daya racun yang dimiliki logam Cr ditentukan oleh valensi ionnya. Ion Cr6+ merupakan bentuk logam Cr yang paling

banyak dipelajari sifat racunnya, bila dibandingkan dengan ion Cr2+ dan Cr3+. Sifat racun yang dibawa

oleh logam ini juga mengakibatkan terjadinya keracunan akut dan keracunan kronis(3). Logam Cr

kemungkinan besar berasal dari limbah laboratorium ataupun logam sisa pembakaran. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses uji laboratorium tidak bisa diurai hanya dengan

aerasi atau activated sludge. Bahan-bahan itu

mengandung logam berat dan infektius, sehingga harus disterilisasi atau dinormalkan sebelum dikaterogikan menjadi limbah tak berbahaya. Konsentrasi logam Cr yang terkandung dalam limbah rumah sakit baik limbah cair ataupun padat (lihat Tabel 1). Pada limbah cair, konsentrasi logam Cr paling rendah terdapat pada RS B sebesar 0,038 mg/L, sedangkan untuk konsentrasi tertinggi pada RS J dengan konsentrasi sebesar 0,147 mg/L.

Kandungan logam Cr pada limbah padat paling rendah terdapat pada RS P sebesar 718,185 mg/Kg, sedangkan untuk konsentrasi tertinggi pada RS J dengan konsentrasi sebesar 2403,542 mg/Kg. Tabel 1. Konsentrasi logam Cr dalam sampel

limbah rumah sakit Rumah Sakit Konsentrasi Logam Cr Limbah cair (mg/L) Limbah padat (mg/Kg) RS B 0,038 x RS M 0,047 1625,951 RS P 0,077 718,185 RS S 0,130 1227,548 RS J 0,147 2403,542 Keterangan :

x = tidak terdapat pengolahan limbah padat Menurut Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 214/kpts/1991 tentang baku mutu lingkungan daerah untuk wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta bagi baku mutu limbah cair konsentrasi maksimum logam Cr pada golongan I adalah 0,1 mg/L, golongan II 0,5 mg/L, golongan III 1 mg/L, golongan IV 2 mg/L. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa semua masuk dalam golongan I kecuali limbah RS S, RS J sesudah pengolahan yang besarnya lebih dari 0,1 mg/L. Limbah RS S, RS J sesudah pengolahan tersebut mempunyai konsentrasi 0,130 mg/L dan 0,147 mg/L sehingga masuk kedalam golongan II.

Logam Cobalt (Co)

Keracunan logam Co pada konsentrasi 150 mg/L yang menyebabkan penyakit jantung. Logam Co yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang banyak dapat merusak kelenjar gondok sehingga penderita kekurangan hormon kelenjar gondok, sel darah merah berubah, tekanan darah menjadi tinggi, pergelangan kaki membengkak (odema) dan gagal jantung terutama pada anak-anak yang sedang mngalami pertumbuhan. Hasil analisis kuantitatif logam Co pada sampel limbah rumah sakit dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Konsentrasi logam Co sampel limbah rumah sakit Rumah Sakit Konsentrasi Logam Co Limbah cair (mg/L) Limbah padat (mg/Kg) RS B 0,022 x RS M 0,031 8,423 RS P 0,030 9,238 RS S 0,035 22,934 RS J 0,039 17,354 Keterangan :

(6)

Dari Tabel 2 dapat diketahui konsentrasi logam Co yang terkandung dalam limbah rumah sakit baik limbah cair ataupun padat. Pada limbah cair, konsentrasi logam Co paling rendah terdapat pada RS B sebesar 0,022 mg/L, sedangkan untuk konsentrasi tertinggi pada RS J dengan konsentrasi sebesar 0,039 mg/L. Konsentrasi logam Co pada limbah padat paling rendah terdapat pada RS M sebesar 8,423 mg/Kg, sedangkan untuk konsentrasi tertinggi pada RS S dengan konsentrasi sebesar 22,934 mg/Kg.

Menurut Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 214/kpts/1991 tentang baku mutu lingkungan daerah untuk wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta bagi baku mutu limbah cair konsentrasi maksimum logam Co pada golongan I adalah 0,2 mg/L, golongan II 0,4 mg/L, golongan III 0,1 mg/L, golongan IV 0,5 mg/L. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa semua limbah rumah sakit masuk dalam golongan I dengan konsentrasi 0 kurang dari 0,1 mg/L.

Logam Cadmium (Cd)

Keracunan yang bersifat kronis yang disebabkan oleh daya racun yang dibawa oleh logam Cd terjadi dalam selang waktu yang lama. Pada keracunan kronis yang disebabkan oleh Cd, umumnya berupa kerusakan-kerusakan pada banyak sistem fisiologis tubuh. Sistem-sistem tubuh yang dapat dirusak oleh keracunan kronis logam Cd ini adalah pada sistem urinalia (ginjal), sistem respirasi (pernafasan/pari-paru), sistem sirkulasi (darah) dan jantung. Disamping semua itukeracunan kronis tersebut juga merusak kelenjar reproduksi, sistem penciuman, dan bahkan dapat mengakhibatkan kerapuhan pada tulang(3). Hasil

analisis kuantitatif logam Cd pada sampel limbah rumah sakit dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Konsentrasi logam Cd sampel limbah rumah sakit

Rumah Sakit Konsentrasilogam Cd

Limbah cair (mg/L) Limbah padat (mg/Kg) RS B 0,182 x RS M 0,203 7,137 RS P 0 4,932 RS S 0,307 3,712 RS J 0,188 4,373 Keterangan :

x = tidak terdapat pengolahan limbah padat Pada limbah cair, konsentrasi logam Cd paling rendah terdapat pada RS P sebesar 0 mg/L, sedangkan untuk konsentrasi tertinggi pada RS S dengan konsentrasi sebesar 0,307 mg/L. Kandungan logam Cd pada limbah padat RS B tidak dapat diketahui karena tidak ada pengolahan

limbah padat, sehingga analisis pada limbah padat RS B tidak dilakukan. Konsentrasi logam Cd paling rendah terdapat pada RS S sebesar 3,712 mg/Kg. sedangkan untuk konsentrasi tertinggi pada RS M dengan konsentrasi sebesar 7,137 mg/Kg.

Menurut Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 214/kpts/1991 tentang baku mutu lingkungan daerah untuk wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta bagi baku mutu limbah cair konsentrasi maksimum logam Cd pada golongan I adalah 0,01 mg/L, golongan II 0,05 mg/L, golongan III 0,1 mg/L, golongan IV 0,5 mg/L. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa limbah rumah sakit masuk dalam golongan I adalah limbah sesudah pengolahan RS P dengan konsentrasi 0 mg/L. Limbah yang termasuk dalam golongan III adalah limbah sebelum pengolahan RS M dan RS P yang besarnya kurang dari 0,1 mg/L. Limbah rumah sakit yang lain termasuk dalam golongan VI karena konsentrasinya kurang dari 0,5 mg/L dan lebih besar dari 0,1 mg/L.

Akurasi dan Presisi

Tabel 4. Akurasi Logam Berat pada SRM 2704

SRM SRM 2704

Cr Cd Co

Nilai Akurasi (%) 96,270 94,682 97,043

Nilai Presisi (%) 4,214 6,365 2,496

Akurasi dan presisi dilakukan dengan menggunakan SRM (Standard Reference Material) 2704 Buffalo River Sediment yang telah disertifikasi oleh International Atomic Energy

Agency untuk menguji akurasi hasil analisis dengan

metode AAN. Hasil perhitungan akurasi dan presisi logam Cd, Cr dan Co menggunakan persamaan (6) dan (7) terdapat pada Tabel 4.

Dari tabel hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa nilai akurasi untuk semua logam lebih dari 90%. Nilai terendah yaitu pada logam Cd sebesar 94,682 %. Untuk nilai akurasi tertinggi pada logam Co yaitu sebesar 97,043 %. Syarat suatu metode dikatakan baik yaitu nilai presisi untuk semua logam kurang dari 10%. Nilai presisi pada logam Co menunjukan nilai terkecil yaitu 2,496%. Sedangkan untuk logam Cd menujukan nilai presisi yang paling besar 6,365 %. Hasil perhitungan akurasi dan presisi menujukan bahwa metode analisis aktivasi neutron baik untuk menganalisa logam berat Cr, Cd dan Co.

KESIMPULAN

1. Konsentrasi logam Cd, Co dan Cr dalam sampel cair limbah rumah sakit di daerah Yogyakarta yaitu konsentrasi logam Cd paling rendah terdapat pada RS P sebesar 0 mg/L, sedangkan untuk konsentrasi tertinggi pada RS

(7)

S dengan konsentrasi sebesar 0,307 mg/L. Konsentrasi logam Co paling rendah terdapat pada RS B sebesar 0,022 mg/L, sedangkan untuk konsentrasi tertinggi pada RS J dengan konsentrasi sebesar 0,039 mg/L. Konsentrasi logam Cr paling rendah terdapat pada RS B sebesar 0,038 mg/L, sedangkan untuk konsentrasi tertinggi pada RS J dengan konsentrasi sebesar 0,147 mg/L.

2. Konsentrasi logam Cd, Co dan Cr dalam sampel padat limbah rumah sakit di daerah Yogyakarta yaitu konsentrasi logam Cd paling rendah terdapat pada RS S sebesar 3,712 mg/Kg sedangkan untuk konsentrasi tertinggi pada RS M dengan konsentrasi sebesar 7,137 mg/Kg. Konsentrasi logam Co paling rendah terdapat pada RS M sebesar 8,423 mg/Kg, sedangkan untuk konsentrasi tertinggi pada RS S dengan konsentrasi sebesar 22,934 mg/Kg. Konsentrasi logam Cr paling rendah terdapat pada RS P sebesar 718,185 mg/Kg, sedangkan untuk konsentrasi tertinggi pada RS J dengan konsentrasi sebesar 2403,542 mg/Kg.

3. Hasil pengujian akurasi dan presisi untuk logam Cd, Co dan Cr dengan metode Analisis Aktivasi Neutron dapat dikatakan baik dan efektif dalam menganalisa secara kualitatif maupun kuantitatif. Nilai akurasi logam Cd, Co dan Cr adalah lebih dari 90 % dan nilai presisi untuk logam Cd, Co dan Cr adalah kurang dari 10 %.

DAFTAR PUSTAKA

1. F.M.V. SILVA, e.l., 2009, Assessment of the potential genotoxic risk of medicinal Tamarindus indica fruit pulp extract using in vivo assays, Genet. Mol. Res. 8 (3): 1085-1092 (2009)

2. INDRI GARNASIH, The Preliminary Study Potential Toxicity And Genotoxicity Of Leachates From Municipal Solid Waste Sarimukti Bandung In Rats, tesis program Master Institut Teknologi Bandung, 2006. 3. HERYANTO PALAR, 1994, Pencemaran dan

Toksisitas Logam Berat, Jakarta Rineka Cipta 4. SUSETYO, WISNU,, 1988, Spekttrometri

Gamma dan Penerapannya dalam Analisis Pengaktifan Neutron, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

5. SRI MURNIASIH, dkk, “Kandungan Logam Berat Dalam Sampel Minyak Goreng, Kecap dan Saus Tomat Dibandingkan Dengan Baku Mutu BPOM dan ADI”, Prosiding Seminar Nasional AAN 2009, FAANI-BATAN ISSN 2085-2797, Yogyakarta 20 Oktober 2009, halaman 175 s.d 182.

6. SUKIRNO, dkk, 2010, Validasi Metode AAN untuk pengujian Uranium dan Torium dalam Pasir Zirkon, Prosiding Seminar AAN 2010 FAANI-BATAN ISSN 2085-2797, Serpong 4 November 2010

7. ANONIM, Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 214/kpts/1991 tentang baku mutu lingkungan daerah untuk wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

8. ANONIM, Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-03/Bapedal/09/1995 tentang teknis pengolahan limbah padat yang mengandung B3

TANYAJAWAB

Sahat Simbolon

− Bagaimana anda melakukan sampling?

− Limbah cair diambil dari mana dan padat dari mana, kertas tissue?

− Bagaimana dengan unsur-unsur lainnya? Misal Ni, Cu, Mn dan Fe?

Sri Murniasih

• Sampling untuk limbah cair diperoleh dari

tangki penampungan limbah cair yang ada di rumah sakit tersebut (diambil dari tiga titik, yaitu permukaan, tengah dan 5 cm dari dasar tangki, kemudian dijadikan satu untuk dihomogenkan). Sedangkan limbah padat diperoleh dari sisa incinerator berupa abu.unsur-unsur lain yang terdeteksi adalah Cl, na, Br, dan La. Tetapi unsur-unsur tersebut tidak dilakukan analisis secara kuantitatif karena bukan termasuk logam berat dan intensitasnya sangat kecil. Untuk logam Ni, Cu, Mn dan Fe tidak terdeteksi dalam sampel.

Gambar

Tabel 2. Konsentrasi logam Co sampel limbah  rumah sakit  Rumah Sakit Konsentrasi Logam Co Limbah cair  (mg/L)  Limbah padat (mg/Kg) RS B  0,022  x  RS M   0,031  8,423  RS P  0,030  9,238  RS S  0,035  22,934  RS J  0,039  17,354  Keterangan :
Tabel 4. Akurasi Logam Berat pada SRM 2704

Referensi

Dokumen terkait

Membuat !ertanyaan mengenai k%nse!&#34; nilai determinan dan si'at %!erasi matriks serta !enera!annya dalam menentukan in*ers matriks dan dalam meme(ahkan masalah nyata yang

Kertas kerja ini akan menyentuh soal kedudukan ahli Quran atau sesiapa yang ada kepakaran al-Quran seperti ilmu Tajwid, rasm Quran, Qiraat, Fawasil dan sebagainya, serta

Obat yang akan diberikan kepada pasien harus diverifikasi oleh perawat/dokter mengenai kesesuaiannya dengan resep/instruksi pengobatan meliputi: nama obat, waktu dan frekuensi

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan hikmah dan kebijaksanaan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyusun dan

menunjukkan angka -72 dBm. Namun demikian, nilai tersebut adalah batas sensitivitas notebook yang digunakan. Hasil pengukuran yang dilakukan pada ruang bersekat,

dan soliton sementara pada aras tidak tergenerasi, muatan yang dimasukkan melalui pendopingan rendah atau eksitasi- foto disimpan sebagai polaron dan bipolaron,

Regresi hubungan antara dosis dan waktu pemaparan pengujian aplikasi pada ketebalan kayu sebesar 5, dan 2,5 cm untuk semua tingkat mortalitas serta ketebalan kayu 10

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar cemaran logam tembaga Cu dan timbal Pb dalam sampel jahe, kunyit, kencur, lengkuas dan temukunci dengan mengunakan metode