• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ikhtisar Eksekutif. 1 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ikhtisar Eksekutif. 1 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

1 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

Ikhtisar Eksekutif

Laporan Kinerja BPBAP Takalar Tahun 2017 disusun sebagai tindak lanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKJ) yang menegaskan bahwa setiap instansi pemerintah diwajibkan untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi instansi pemerintah terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, Laporan Kinerja BPBAP Takalar Tahun 2017 melaporkan capaian kinerja (performance result) selama tahun 2017 yang dikaitkan dengan rencana kerja (performance plan) Tahun 2017 yang sepenuhnya mengacu kepada Renstra BPBAP Takalar Tahun 2015 – 2019.

Pencapaian pelaksanaan kegiatan pada tahun 2017 menunjukkan kemajuan dalam upaya pencapaian target akhir di tahun Renstra 2015-2019. Secara umum, pencapaian sasaran strategis Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan dan on track. Indikator Kinerja Utama yang ditetapkan sebanyak 25, yang dibagi dalam 4 perspective yaitu Stakeholder perspective terdiri atas 1 (satu) SS dengan 3 (tiga) IKU, Costumer perspective terdiri atas 1 (satu ) SS dengan 4 (empat) IKU, Internal Process Perspective terdiri dari 1 (satu) SS dengan 10 (sepuluh) IKU dan Learn and Growth Perspective terdiri dari 4 (empat) SS dengan 8 (delapan) IKU. Dari jumlah tersebut, sebanyak 16 IKU yang berstatus sangat baik dan 9 IKU berstatus baik.

Pada Tahun 2017, capaian nilai per sasaran strategis Ditjen Perikanan Budidaya adalah sebesar 92,90 %. Sedangkan capaian nilai persasaran Strategi Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar adalah sebesar 104,21 % yang artinya secara garis besar seluruh sasaran yang dibebankan pada BPBAP Takalar dapat tercapai dengan sangat baik. Adapun rincian pencapaian indikator kinerja utama (IKU) adalah sebagai berikut: 1. Dari 25 IKU yang telah ditetapkan, 16 (enam belas) yag berstatus sangat baik dan 9

(Sembilan) berstatus baik atau mencapai target ;

2. IKU yang capaiannya telah mencapai target yang telah ditentukan, yaitu : a) Rata – rata pendpatan pembudidaya sebesar 108,16%.

b) Jumlah produksi benih BPBPAP Takalar 104,46% c) Jumlah produksi calon induk unggul sebesar 100,47%

(2)

2 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar d) Nilai PNBP BPBAP Takalar sebesar 101,71%.

e) Kawasan budidaya yang penyakit ikan pentingnya dapat dikendlikan melalui surveilen sebesar 100%.

f) Jumlah Laboratorium HPI dan residu yang memenuhi standar teknis sebesar 100%.

g) Jumlah bantuan/retocking benih sebesar 121,23 %.

h) Jumlah inovasi teknologi budidaya hasil perkeyasaan bidang budidaya air payau sebesar 120 %.

i) Jumlah unit pembenihan yang menerapkan iso 9001:2008 sebesar 100%.

j) Jumlah unit pembenihan ikan air payau yang dibina untuk sertifikasi CPIB sebesar 122 %.

k) Jumlah kelompok pembudidaya yang siap disertifikasi CBIB sebesar 110 %. l) Jumlah tenaga teknis binaan sebesar 170,4 %.

m) Jumlah lokasi restocking sebesar 155,55 %.

n) Jumlah kawasan budidaya yang mendapatkan pengawasan teknis budidaya sebesar 100%.

o) Jumlah layanan laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan sebesar 162,68 %. p) Indeks kompetensi dan integritas lingkup ditjen perikanan budidaya sebear 117,36

%.

q) Nilai kinerja reformasi birokrasi DJPB sebesar 114,84%. r) Nilai maturitas SPIP sebesar 138%.

s) Nilai AKIP DJPB sebesar 103,75%.

t) Nilai kinerja anggaran BPBAP Takalar sebesar 101,58%. u) Persentase kepahan terhadap sap lingkup DJPB sebesar 100%

3. IKU yang capaiannya tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan, yaitu ; a) Nilai tukar pembudidaya ikan (NTPi) sebesar 96,67 %.

b) Pertumbuhan PDB perikanan sebesar 84,38%.

c) Persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar (%) sebesar 79,35%.

d) Persentase tindak lanjut direktif pimpinan sebesar 80%.

Peningkatan kinerja terhadap pencapaian terhadap beberapa IKU yang masih di bawah target yang ditetapkan perlu senantiasa dilakukan melalui kerja keras pada

(3)

3 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

beberapa kegiatan pendukung IKU dimaksud serta melakukan penyempurnaan terhadap kebijakan yang ada untuk lebih mengoptimalkan pencapaian sasaran strategis. Dengan demikian, diharapkan di masa yang akan datang dapat terjadi peningkatan capaian kinerja yang lebih optimal melalui kegiatan-kegiatan pendukung yang dilakukan secara efektif dan efisien

(4)

4 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) III Tahun 2015 – 2019, telah mengamanatkan untuk terus melakukan pembangunan perikanan budidaya secara berkelanjutan, karena diyakini dengan potensi dan kekuatan yang ada, perikanan budidaya mampu memberi kontribusi pada 9 (sembilan) agenda pembangunan nasional pemerintah (NAWACITA), diantaranya mewujudkan kemandirian ekonomi (termasuk pembudidaya ikan), dan memperkuat ketahanan dan kedaulatan pangan melalui peningkatan produksi budidaya yang berdaya saing, serta peningkatan pendapatan dan kesejahteraan pembudidaya.

Kebijakan Ditjen Perikanan Budidaya tahun 2015 – 2019 adalah mengembangkan program dan kegiatan untuk tercapainya sasaran strategis perikanan budidaya. Arah kebijakan pembangunan perikanan budidaya adalah; (i) Meningkatkan kemandirian dalam pengelolaan sumberdaya perikanan budidaya; (ii) Meningkatkan daya saing dan potensi ekonomi sumberdaya perikanan budidaya; dan (iii) Meningkatkan kelestarian dan keberlanjutan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan budidaya. Di Samping arah kebijakan dan pelaksanaan strategi diatas, pada periode 2015 – 2019 Direktorat Perikanan Budidaya juga diberikan mandat untuk melaksanakan quickwins dan program lanjutan. Quickwins merupakan langkah inisiatif yang mudah dan cepat dapat dijadikan contoh acuan masyarakat tentang arah pembangunan yang sedang dijalankan, sekaligus untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi masyarakat. Adapun rancangan program quickwins Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya 2015 – 2019 difokuskan untuk membangun Gerakan Kemandirian Pembudidaya Ikan melalui : (i) Penerapan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) untuk 20.000 pembudidaya sampai tahun 2019; (ii) Penjaminan mutu benih di Unit Pembenihan Rakyat (UPR) dan unit pembenihan lainnya pada 900 unit pembenihan sampai tahun 2019; (iii) Pengembangan 100 kebun bibit rumput laut dan Kultur Jaringan ; (iv) Penerapan teknologi biofloc budidaya lele dan patin di 24 lokasi sampai tahun 2019. Sedangkan rancana program lanjutan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya yang dimandatkan pada periode 2015 – 2019 adalah Pengembangan Budidaya di Keramba Jaring Apung (KJA), pengembangan Pakan Mandiri, pengembangan sarana prasarana perikanan budidaya.

(5)

5 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

Oleh karena itu guna mewujudkan pembangunan kelautan dan perikanan yang lebih terarah, terukur, konsisten dan akuntabel, maka Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya memfokuskan kegiatan peningkatan produksi dan peningkatan kualitas terhadap komoditas penting dan bernilai ekonomis. Beberapa jenis komoditas yang dikembangkan di BPBAP Takalar antara lain pembenihan udang windu (Penaeus monodon fabs), rajungan (P. pelagicus), Kepiting Bakau (Scylla sirata), Bandeng (Chanos-chanos), Kerapu macan (E. fuscoguttatus), Kakap putih (Lates calclifer) serta penyediaan bibit Rumput Laut (E. cottoni, Gracillaria sp) dan Lawi-lawi (Caulerpa sp). Untuk kegiatan pembesaran antara lain pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus vannamei), Kerapu Cantang (Ephynepelus), dan Bandeng (Chanos-chanos). Selain itu terdapat kegiatan yang bersifat dukungan terhadap kegiatan produksi yaitu produksi pakan alami (Fitoplankton dan Zooplantonkton), produksi pakan buatan serta pengelolaan Laboratorium Uji yang meliputi pengendalian hama penyakit ikan dan pemantauan kualitas air.

Mengacu pada Instruksi Presiden (INPRES) No 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, maka Balai Perikanan Budidaya Air Payau berkewajiban menyusun Laporan Kinerja. Dokumen Laporan Kinerja merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban instansi pemerintah dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan berdasarkan renstra maupun rencana kerja tahunan (RKT) yang dibuat sebelumnya. Laporan Kinerja juga merupakan sarana untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian kinerja berdasarkan indikator sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Secara garis besar Laporan Kinerja bertujuan untuk; a). Mengetahui kegiatan yang telah dilaksanakan; b). Mengetahui perkembangan kegiatan yang telah dilaksanakan berikut hasil pengolahan dan evaluasi; c). Sebagai dasar untuk pelaksanaan kegiatan tahun berikutnya; d). Tertibnya pengadministrasian hasil kegiatan; e). Sebagai bukti laporan program dan hasil kegiatan kepada publik.

LKJ Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar tahun 2017 mendeskripsikan input, output, outcome, dan benefit dari setiap pelaksanaan program dan kegiatan untuk menilai efektivitas pelaksanaan program dan kegiatan serta mengukur sejauh mana pencapaian sasaran berdasarkan indikator yang ada dalam kurun waktu tahun 2017 secara terstruktur.

(6)

6 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar 1.2. Maksud dan Tujuan

Laporan Kinerja (LKj) Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar tahun 2017 merupakan salah satu bentuk media informasi atas pelaksanaan program/kegiatan dan pengelolaan anggaran Ditjen Perikanan Budidaya. Adapun tujuan penyusunan LKj Balai Perikanan Budidaya Air Payau Tahun 2017 adalah untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan sasaran Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar selama Tahu 2017. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan kemudian dirumuskan suatu kesimpulan yang dapat menjadi salah satu bahan masukan dan referensi dalam menetapkan kebijakan pembangunan perikanan budidaya ke depan.

1.3. Tugas Dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : 6 /PERMEN-KP/2014, Tanggal 3 Februari 2014 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Budidaya Air Payau, Balai Budidaya Air Payau yang selanjutnya disebut BPBAP adalah unit Pelaksana teknis Kementerian Kelautan dan Perikanan dibidang budidaya air payau yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perikanan Budidaya. Mempunyai tugas melaksanakan penerapan teknik perbenihan dan pembudidayaan ikan air payau serta pelestarian sumberdaya induk, benih ikan dan lingkungan.

Kemudian berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Perikanan Budidaya Air Tawar, Perikanan Budidaya Air Payau, dan Perikanan Budidaya Laut, maka Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar mempunyai tugas melaksanakan uji terap teknik dan kerja sama, produksi, pengujian laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan, serta bimbingan teknis perikanan budidaya air payau.

Dalam melaksanakan tugas tersebut Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut :

a. Penyusunan rencana kegiatan teknis dan anggaran, pemantauan dan evaluasi serta laporan;

(7)

7 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

c. Pelaksanaan penyiapan bahan standardisasi perikanan budidaya air payau; d. Pelaksanaan sertifikasi sistem perikanan budidaya air payau;

e. Pelaksanaan kerja sama teknis perikanan budidaya air payau;

f. Pengelolaan dan pelayanan sistem informasi, dan publikasi perikanan budidaya air payau;

g. Pelaksanaan layanan pengujian laboratorium persyaratan kelayakan teknis perikanan budidaya air payau;

h. Pelaksanaan pengujian kesehatan ikan dan lingkungan budidaya air payau;

i. Pelaksanaan produksi induk unggul, benih bermutu, dan sarana produksi perikanan budidaya air payau;

j. Pelaksanaan bimbingan teknis perikanan budidaya air payau; dan k. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Adapun susunan organisasi Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar, terdiri dari:

a. Seksi Uji Terap Teknik dan Kerjasama;

Seksi Uji Terap Teknik dan Kerjasama mempunyai tugas melakukan melaksanakan teknik dan penyiapan bahan standarisasi, sertifikasi, kerjasama teknis, serta pengelolaan dan pelayanan system informasi perikanan budidaya air payau. b. Seksi Pengujian dan Dukungan Teknis;

Seksi Pengujian dan Dukungan Teknis mempunyai tugas melaksanakan kegiatan monitoring kawasan budidaya penyakit ikan, penting dapat dikendalikan melalui surveilen, jumlah laboratorium dan residu yang memenuhi standar teknis, jumlah layanan pengujian laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan, jumlah produksi calon induk, jumlah benih dan mutu terjamin, jumlah produksi budidaya pembesaran, jumlah kawasan kebun bibit, jumlah produksi rumput laut, jumlah tenaga teknis binaan, jumlah produksi pakan mandiri, produksi pakan alami, pemeliharaan, perbaikan genset dan instalasi listrik, pemeliharaan, perbaikan pompa air laut dan air tawar serta instalasi air laut dan air tawar, perbaikan dan pemeliharaan blower dan instalasi blower.

c. Subbagian Tata Usaha;

(8)

8 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pelaporan keuangan, kegiatan teknis, anggaran, pengelolaan kepegawaian, tata laksana, barang milik negara, rumah tangga, dan ketatausahaan.

d. Kelompok Jabatan Fungsional.

Kelompok Jabatan Fungsional di lingkungan Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar mempunyai tugas melaksanakan kegiatan penerapan teknik dan pengujian perikanan budidaya air payau, serta kegiatan lain sesuai dengan tugas masing-masing jabatan fungsional dan peraturan perundang-undangan.

Kelompok Jabatan Fungsional di lingkungan Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar terdiri dari Perekayasa, Litkayasa, Pengawas Perikanan, Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan dan pranata humas, yang diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(9)

9 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar didukung oleh SDM sebanyak 98 orang (sampai dengan Desember 2017), dengan rincian sebagai berikut :

1. Jumlah pegawai menurut pendidikan: S3 sebanyak (2 orang), S2 sebanyak (10 orang), S1 sebanyak (30 orang), D4 sebanyak (4 orang), SM/D3 sebanyak (9 orang), SLTA sebanyak (41 orang) dan SLTP sebanyak (3 orang).

KOORDINATOR JABATAN FUNGSIONAL

FUNGSIONAL PEREKAYASA FUNGSIONAL LITKAYASA FUNGSIONAL PHPI FUNGSIONAL PENGAWAS KEPALA BALAI

BUDIDAYA AIR PAYAU TAKALAR

KASUBBAG TATAUSAHA

KEPALA SEKSI UJI TERAP TEKNIK DAN

KERJASAMA DAN INFORMASI KEPALA SEKSI PENGUJIAN DAN DUKUNGAN TEKNIS FUNGSIONAL HUMAS

(10)

10 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

Gambar 2. Jumlah Pegawai Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar Menurut Tingkat Pendidikan

Dari diagram di atas digambarkan bahwa pegawai dengan tingkat pendidikan SLTA memiliki jumlah yang terbesar yaitu 43% atau 41 orang dan pegawai dengan tingkat pendidikan SLTP hanya 3 orang. Dari komposisi demikian untuk meningkatkan kinerja diperlukan peningkatan kualitas pegawai melalui pelatihan atau diklat serta pendidikan gelar maupun non gelar.

1.4. Sistematika Penyajian

Laporan Kinerja Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar pada dasarnya adalah untuk menginformasikan pencapaian kinerja selama tahun 2017. Capaian kinerja tahun 2017 tersebut dibandingkan dengan kinerja tahun 2016, sebagai tolak ukur keberhasilan tahunan organisasi. Adapun sistematika penyajian laporan adalah sebagai berikut :

Ikhtisar Eksekutif, pada bagian ini disajikan tujuan, sasaran, capain kinerja, permasalahan yang dihadapi dalam pencapain kinerja dan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, serta antisipasi untuk menanggulangi permasalahan yang mungkin terjadi pada tahun mendatang.

Bab I pendahuluan, pada bab ini disajikan hal-hal umum tentang Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar serta uraian singkat tentang tugas pokok dan fungsi Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar.

(11)

11 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

Bab II Perencanaan dan Penetapan Kinerja, pada bab ini disajikan rencana strategis, gambaran singkat mengenai sasaran dan kebijakan dan program Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar pada tahun 2010-2017 serta sasaran dan rencana kerja tahun 2017.

Bab III Akuntabilitas, pada bab ini disajikan hasil pengukuran kinerja, evaluasi dan analisis akutabilitas kinerja termasuk didalamnya keberhasilan dan kegagalan serta permasalahan yang dihadapi dan upaya tindak lanjut penyelesaian masalah. Dalam bab ini juga disampaikan akuntabilitas keuangan yang mencakup alokasi dan realisasi anggaran termasuk pula penjelasan tentang efisiensi.

Bab IV Penutup, pada bab ini disajikan tinjauan secara umum tentang keberhasilan, kegagalan dan permasalahan serta upaya tindak lanjut untuk perbaikan tahun mendatang.

(12)

12 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

BAB 2. PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

2.1. Rencana Strategi BPBAP Takalar

Pengembangan teknologi perikanan budidaya melalui kegiatan perekayasaan, diseminasi, pelayanan masyarakat dan produksi yang telah dilaksanakan BPBAP Takalar selama ini telah membawa hasil yang cukup menggembirakan, khususnya pengembangan teknologi budidaya air payau di kawasan timur Indonesia (KTI). Namun demikian, perubahan arah kebijakan serta pengembangan perikanan budidaya yang selama ini hanya berorientasi untuk tujuan peningkatan produksi melalui pemanfaatan potensi lahan serta keaneragaman plasma nutfah, namun dewasa ini juga dituntut untuk pengembangan perikanan budidaya yang ramah lingkungan (environmental friendly) serta melaksanakan tata cara budidaya yang bertanggung jawab dan berkelanjutan (responsible and suistainable aquaculture) dalam rangka menyesuaikan dan memenuhi tantangan lingkungan strategis perikanan budidaya air payau.

2.1.1. Visi BPBAP Takalar

Visi berkaitan dengan pandangan ke depan menyangkut ke mana instansi pemerintah harus dibawa dan agar dapat berkarya secara konsisten dan tetap eksis, antusias, inovatif serta produktif. Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan instansi pemerintah. Atau dengan kata lain visi merupakan suatu kondisi atau harapan yang harus diwujudkan pada masa yang akan datang. Berkenaan dengan hal tersebut, maka langkah awal dalam penyusunan perencanaan strategi adalah berhubungan dengan penetapan visi organisasi. Perumusan visi dilakukan dengan memperhatikan keselarasan dan kesesuaian antara visi yang hendak diwujudkan dengan tupoksi yang diemban oleh BPBAP Takalar. Selain itu juga harus memperhatikan dan mempertimbangkan rencana pemerintah untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (clean gonernment) dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, khususnya dalam bidang kelautan dan perikanan.

Sebagai bagian integral yang tidak terpisahkan dari Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, maka dalam perumusan visi BPBAP Takalar tidak terlepas dari

(13)

13 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

idealisme dan cita-cita Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya sebagai induk organisasi dan Visi Kementerian Kelautan dan Perikanan secara umum. Dasar pemikiran penyusunan rencana strategis BPBAP Takalar tidak terlepas dari paradigma baru dalam pengembangan budidaya di Indonesia. Misi yang akan di laksanakan oleh BPBAP Takalar sejalan dengan misi Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dalam mewujudkan visi di atas adalah sebagai berikut :

a. Mewujudkan kemandirian perikanan pembudidaya melalui pemanfaatan sumberdaya berbasis pemberdayaan masyarakat.

b. Mewujudkan produk perikanan budidaya berdaya saing melalui peningkatan teknologi inovatif.

c. Memanfaatkan sumberdaya perikanan budidaya secara berkelanjutan

Maka Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar yang berada pada wilayah kerja di Kawasan Timur Indonesia, menerapkan visi yang searah dengan KKP yang mengacu pada kondisi potensi keragaan, peluang dan tantangan yang dihadapi saat ini dan masa akan datang yang diarahkan guna pencapaian tujuan organisasi pemerintahan. Dari uraian di atas, dirumuskan Visi BPBAP Takalar adalah :

“ Terwujudnya BPBAP Takalar sebagai Pusat Pelayanan Masyarakat dan Penyedia Teknologi terapan dalam Pengembangan Budidaya Air Payau di Kawasan Timur Indonesia ”

2.1.2. Misi BPBAP Takalar

Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi pemerintah, sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Dengan pernyataan misi diharapkan seluruh anggota organisasi dan pihak yang berkepentingan dapat mengetahui dan mengenal keberadaan dan peran institusi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Oleh karena itu misi merupakan penggambaran langkah-langkah nyata yang perlu dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsi BPBAP Takalar serta diarahkan untuk mewujudkan misi yang telah dirumuskan.

(14)

14 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

Misi yang telah ditetapkan oleh BPBAP Takalar adalah sebagai berikut: 1. Penyediaan paket teknologi terapan yang efisien.

2. Pengembangan komoditas unggulan air payau bernilai ekonomis penting pada masyarakat dan pembudidaya berbasis kawasan.

3. Peningkatan layanan masyarakat, akses informasi teknologi dan pengawasan budidaya secara kontinyu dan konsisten.

4. Peningkatan kualitas perekayasaan teknologi, pengendalian kesehatan ikan, lingkungan budidaya dan potensi sumber daya perikanan berbasis kawasan.

5. Peningkatan kemampuan SDM dan sistem kelembagaan. 6. Peningkatan jumlah kawasan yang menjadi binaan sukses. 2.1.3. Tujuan

Tujuan adalah sesuatu (apa) yang akan dicapai atau dihasilkan dalam dan ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai di masa mendatang dengan mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka merealisasikan misi.

Tujuan dari BPBAP Takalar yang merupakan penjabaran dari misi yang telah ditetapkan berdasarkan upaya-upaya organisasi yang akan dilakukan di masa mendatang di adalah :

1. Melakukan perekayasaan dan pengembangan teknologi pada usaha perbenihan dan budidaya,

2. Melakukan penerapan teknologi budidaya air payau pada masyarakat dan pembudidaya khususnya,

3. Menerapkan sistem usaha budidaya ramah lingkungan dan berkelanjutan,

4. Meningkatkan upaya pencegahan terhadap penurunan potensi sumberdaya perikanan, 5. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, sarana dan prasarana budidaya air payau 6. Meningkatkan jasa pelayanan dan sertifikasi

7. Mengembangkan sistem informasi perikanan budidaya

Sedangkan sasaran yang ditetapkan oleh BPBAP Takalar adalah sebagai berikut : 1. Pengembangan sistem kesehatan ikan dan lingkungan pembudidaya ikan. 2. Pengembangan sistem perbenihan.

(15)

15 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar 3. Pengembangan sistem produksi pembudidayaan ikan

4. Peningkatan dukungan manajemen dan pelaksanaan teknis lainnya. 5. Pengawalan dan penerapan teknologi terapan adaptif perikanan budidaya.

Perwujudan sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan. Di mana sasaran diupayakan untuk dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu/tahunan sejalan dengan tujuan yang ditetapkan dalam rencana strategis.

2.1.4. Kebijakan Strategis

Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar menetapkan beberapa kebijakan yang dijadikan pedoman untuk pencapaian target kegiatan, yaitu:

1. Meningkatkan kemampuan para pihak/pembudidaya dan kawasan dalam kegiatan budidaya air payau untuk mendukung program budidaya yang berkelanjutan

2. Penciptaan dan peningkatan jumlah paket teknologi budidaya yang berkualitas dan berbasis aquabisnis.

3. Peningkatan kualitas perekayasaan dan produksi.

4. Mengembangan kualitas SDM melalui penguasaan IPTEK dan peningkatan profesionalisme aparatur.

5. Peningkatan kelembagaan institusi dan standarisasi teknologi. 2.1.5. Program Pembangunan Perikanan Budidaya

Pencapaian pelaksanaan pembangunan perikanan budidaya di BPBAP Takalar ditempuh melalui Program peningkatan produksi perikanan budidaya. Dalam melaksanakan program tersebut, dilaksanakan melalui lima kegiatan prioritas yaitu sebagai berikut:

1. Pengembangan Sistem Kesehatan Ikan dan Lingkungan Pembudidayaan Ikan, dengan sasaran yang ingin dicapai pada kegiatan ini adalah Terpenuhinya Kawasan Perikanan Budidaya yang Sehat Serta Produk Perikanan yang Aman Dikonsumsi. 2. Pengembangan Sistem Perbenihan Ikan, dengan sasaran yang ingin dicapai pada

kegiatan ini adalah terpenuhinya kebutuhan benih untuk produksi dan pasar dengan mutu terjamin.

(16)

16 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

3. Pengembangan Sistem Produksi Pembudidayaan Ikan, dengan sasaran yang ingin dicapai pada kegiatan ini adalah terpenuhinya jumlah pembudidaya yang menerapkan teknologi anjuran perikanan budidaya.

4. Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan tugas teknis lainnya ditjen perikanan Budidaya, dengan sasaran yang ingin dicapai pada kegiatan ini adalah terlaksananya kegiatan kehumasan, organisasi dan tata laksanana serta hukum dan perundangan , perencanaan, pengendalian dan pelaporan terintegrasi, akuntabel dan tepat waktu di lingkungan BPBAP Takalar, layanan perkantoran dan pengelolaan keuangan.

5. Pengawalan dan Penerapan Teknologi Adaptif Perikanan Budidaya, dengan sasaran yang ingin dicapai adalah terlaksanannya Pengembangan teknologi Terapan, pengawalan dan pendampingan teknologi dalam rangka pengembangan kawasan perikanan budidaya.

Berdasarkan Revisi Peta Strategi tersebut, maka sasaran strategis pembangunan perikanan budidaya berdasarkan tujuan yang akan dicapai dijabarkan dalam 4 (empat) perspektif dengan masing-masing IKU sebagai berikut :

Stakeholder Perspective

1. Terwujudnya kesejahteraan masyakarat Perikanan Budidaya, dengan Indikator Kinerja

a. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi); b. Pertumbuhan PDB perikanan;

c. Rata-rata pendapatan pembudidaya. Customer Perspective,

2. Terwujudnya pengelolaan sumber perikanan budidaya yang partisipatif, bertanggungjawab dan berkelanjutan

a) Jumlah produksi benih BPBAT Takalar (ekor)

b) Jumlah produksi calon induk dan atau calon induk unggul (ekor). c) Nilai PNBP BPBAT Takalar (Rp).

d) Jumlah lokasi budidaya yang dilakukan survailan dan/atau monitoring penyakit ikannya (kab/kota; non kumulatif).

(17)

17 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

Internal Process Perspective

3. Terselenggaranya tata kelola pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkeadilan, berdaya saing dan berkelanjutan

a) Laboratorium yang memenuhi standar teknis (unit) b) Jumlah Bantuan Benih Ikan (juta ekor)

c) Jumlah hasil perekayasaan teknologi terapan bidang budidaya air payau (paket) d) Jumlah Unit Pembenihan yang menerapkan ISO 9001 : 2008 (Unit)

e) Jumlah unit pembenihan ikan air payau yang dibina untuk sertifikasi CPIB (unit) f) Jumlah unit pemudidayaan ikan yang siap disertifikasi CBIB (unit)

g) Jumlah Tenaga Teknis Binaan (orang) h) Jumlah bantuan restocking (lokasi)

i) Jumlah kawasan budidaya yang mendapatkan pengawasan teknis budidaya (kawasan)

j) Jumlah sampel yang diuji dalam rangka pelayanan laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan (sampel)

Learning & Growth Perspective

4. Terwujudnya ASN DJPB yang kompeten, profesional dan

a) . Indeks kompetensi dan integritas lingkup Ditjen Perikanan Budidaya 5. Tersedianya manajemen pengetahuan DJPB yang handal dan mudah diakses

a) Persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar (%)

6. Terwujudnya birokrasi DJPB yang efektif, efisien dan berorientasi pada layanan prima a). Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi

b). Nilai Maturasi SPIP (Level)

c). Persentase Tindak Lanjut Direktif Pimpinan d). Nilai AKIP DJPB

7. Terkelolanya Anggaran Pembangunan DJPB Secara Efisien dan Ekuntabel a). Nilai Kinerja Anggaran BPBAP Takalar

b). Persentase Kepatuhan Terhadap SAP Lingkup DJPB

(18)

18 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar 2.2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2017

2.2.1. Indikator Kinerja

Pembangunan Perikanan Budidaya di BPBAP Takalar pada tahun 2017 difokuskan kepada program yang diarahkan kepada pencapaian indikator kinerja utama yaitu:

Tabel 1. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) BPBAP Takalar Tahun 2017

NO SASARAN STRATEGIS IKU UNIT KERJA TARGET 2017

STAKEHOLDER PERSPECTIVE

1 Terwujudnya

Kesejahteraan Masyarakat Budidaya

1 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 102.5

2 Pertumbuhan PDB Perikanan 8.00

3 Rata-rata pendapatan pembudidaya (Rp) 3.050.000

CUSTOMER PERSPECTIVE

2 Terwujudnya pengelolaan sumber perikanan budidaya yang partisipatif,

bertanggungjawab dan berkelanjutan

4 Jumlah produksi benih BPBAT Takalar (ekor) 36.000.000 5 Jumlah Produksi calon induk dan atau calon induk unggul

(ekor)

15.500

6 Nilai PNBP BPBAT Takalar (Rp) 1.568.500.000

7 Jumlah lokasi budidaya yang dilakukan survailan dan/atau monitoring penyakit ikannya (kab/kota; non kumulatif)

6 4 Jumlah produksi benih BPBAT Takalar (ekor) 36.000.000

INTERNAL PROSES PERSPECTIVE

3 Terselenggaranya tata kelola pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan yang

berkeadilan, berdaya saing dan berkelanjutan

8 Laboratorium yang memenuhi standar teknis (unit) 1 9 Jumlah Bantuan Benih Ikan (juta ekor) 13.000.000 10 Jumlah hasil perekayasaan teknologi terapan bidang

budidaya air payau (paket) 5

11 Jumlah Unit Pembenihan yang menerapkan ISO 9001 :

2008 (Unit) 1

12 Jumlah unit pembenihan ikan air payau yang dibina untuk

sertifikasi CPIB (unit) 9

13 Jumlah unit pemudidayaan ikan yang siap disertifikasi

CBIB (unit) 10

(19)

19 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

NO SASARAN STRATEGIS IKU UNIT KERJA TARGET 2017

15 Jumlah bantuan restocking (lokasi) 9.00

16 Jumlah kawasan budidaya yang mendapatkan pengawasan teknis budidaya (kawasan)

1.00 17 Jumlah sampel yang diuji dalam rangka pelayanan

laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan (sampel)

10.00

LEARN AND GROWTH PERSPECTIVE

4 Terwujudnya ASN DJPB yang kompeten, profesional dan

berintegritas

18 Indeks kompetensi dan integritas lingkup Ditjen Perikanan

Budidaya 80

5. Tersedianya manajemen

pengetahuan DJPB yang handal dan mudah diakses

19 Persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen

pengetahuan yang terstandar (%) 65

6. Terwujudnya birokrasi DJPB yang efektif, efisien dan berorientasi pada layanan prima

20 Nilai kinerja Reformasi Birokrasi DJPB A (80)

21 Tingkat Maturitas SPIP (level) 2

22 Persentase tindak lanjut direktif pimpinan (%) 100

23 Nilai AKIP DJPB 85

7. Terkelolanya anggaran pembangunan DJPB secara efisien dan akuntabel

24 Nilai Kinerja Anggaran Lingkup BPBAP Takalar (%) 85

(20)

20 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

No Kegiatan Anggaran

(Rp)

1. Pengelolaan Kesehatan Ikan dan Lingkungan Pembudidayaan Ikan 21.318.000

2. Pengelolaan Perbenihan Ikan 2.763.842.000

3. Pengelolaan Kawasan dan Kesehatan Ikan 1.456.464.000

4. Pengelolaan Produksi dan Usaha Pembudidayaan Ikan 812.466.000 5. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya 16.128.821.000

6. Pengelolaan Pakan dan Obat Ikan 105.000.000

Jakarta, April 2017

Pihak Pertama

Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar Nono Hartanto Pihak Kedua

Direktu r Jenderal Perikanan Budidaya

(21)

21 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar 2.2.2. Anggaran

Guna mendukung pencapaian indikator diatas, maka diperlukan anggaran dari pemerintah (APBN). Alokasi anggaran kegiatan pembangunan perikanan budidaya Tahun 2017 yang dilaksanakan di BPBAP Takalar dialokasikan anggaran yang berjumlah Rp. 24.127.851.000,- Pada triwulan II Awal bulan Mei (revisi 2) adanya penghematan anggaran sehingga sisa anggaran yang ada sebesar Rp. 21.287.911.000,- Pada triwulan III tepatnya bulan agustus tanggal 15 (revisi 3) terjadi penambahan anggaran Belanja Modal sebesar Rp. 6.950.000.000 sehingga total anggaran sebesar Rp.28.937.911.000. Pada triwulan IV tanggal 23 November terjadi perubahan (revisi 4) yaitu penyesuaian Rencana Penarikan Dana (RPD) pada Dipa halaman 3. Di bulan yang sama penambahan anggaran (revisi 5) pada Belanja Pegawai sebesar Rp. 1.152.379.000 sehingga anggaran sampai denga revisi 5 sebesar Rp. 30.090,290.000. Hingga tutup tahun anggaran 2017 terukur total realisasi penyerapan anggaran sebesar Rp. 29.041.069.093,- sebesar 96,51%. Realisasi anggaran tersebut lebih tinggi dari target yang ditetapkan sebesar > 95%. Total anggaran tersebut dialokasikan untuk 6 program kerja utama yaitu (1) Pengembangan Sistem Kesehatan Ikan dan Lingkungan Pembudidayaan Ikan (2343), dengan realisasi anggaran Rp. 17.005.250 (79,77%) dari pagu anggaran Rp.21.318.000, (2) Pengembangan Sistem Perbenihan Ikan (2344) dengan realisasi anggaran Rp 2.721.789.588 (98,48%) dari pagu anggaran Rp.2.763.842.000, (3) Pengembangan Sistem Prasarana dan Sarana Pembudidayaan Ikan (2345) dengan realisasi anggaran Rp 7.548.049.773 (99,23%) dari pagu anggaran Rp.7.606.464.000 (4) Pengembangan Sistem Produksi Pembudidayaan Ikan (2346), dengan realisasi anggaran Rp.786.989.200, (96,86 %) dari pagu anggaran Rp. 812.466.000, (5) Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Perikanan Budidaya (2348) dengan realisasi anggaran Rp. 16.529.618.455 (95.65%) dari pagu anggaran Rp.17.281.200.000, (6) Pengelolaan pakan (5747), dengan realisasi anggaran Rp.1.475.065.600 (91,90) dari pagu anggaran Rp. 1.605.000.000.

(22)

22 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

BAB 3. AKUNTABILITAS KINERJA

Pencapaian Visi dan Misi Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar dilakukan melalui penetapan 7 sasaran strategis terdiri dari 25 Indikator Kinerja Utama (IKU) yang diukur atas dasar penilaian indikator kinerja utama (IKU) yang merupakan kontrak kinerja Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar Tahun 2017. Sejalan dengan penerapan metode Balanced Scorecard sebagai alat manajemen kinerja, maka sasaran strategis tersebut terbagi dalam empat (4) perspektif sebagaimana telah ditetapkan dalam peta strategis Budidaya Air Payau Takalar 2017, yaitu (i) stakeholder perspective; (ii) customer perspective; (iii) internal process perspective dan (iv) learn and growth perspective. Capaian Indikator Kinerja Utama dari keempat prespective diatas adalah sebagai berikut: Tabel 2. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) BPBAP Takalar Tahun 2017

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

TRIWULAN IV STATUS TARGET TAHUN 2017 REALISASI TAHUN 2017 CAPAIA N (%) STAKEHOLDER PERSPEKTIVE 1 Terwujudnya kesejahteraan masyarakat Perikanan Budidaya

1. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi)

102,25 99,09 96,67 Baik

2. Pertumbuhan PDB Perikanan 8 6,75 84,38 Baik

3. Rata – rata pendapatan Pembudidaya (Rp) 3.050.000 3.298.751 108,16 Sangat Baik

COSTUMER PERSPEKTIVE

2 Terwujudnya pengelolaan sumber perikanan budidaya yang partisipatif, bertanggungjawab, dan berkelanjutan

4. Jumlah produksi Benih BPBAP Takalar

( ekor ) 36.000.000

37.606.300 104,46 Sangat Baik 5 Jumlah Produksi Calon

Induk Unggul (ekor) 15.500 15..573 100,47 Sangat Baik 6. Nilai PNBP BPBAP

Takalar (Rp) 1.568.500.000 1.595.329.986 101,71

Sangat Baik

7

Kawasan budidaya yang penyakit ikan pentingnya dapat dikendalikan melalui surveilance (kawasan)

(23)

23 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

TRIWULAN IV STATUS TARGET TAHUN 2017 REALISASI TAHUN 2017 CAPAIA N (%)

INTERNAL PROCESS PERSPEKTIVE

3. Terselenggaranya tata kelola pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan

8. Jumlah laboratorium HPI, dan Residu yang memenuhi standar teknis (unit) 1 1 100 Baik 9. Jumlah bantuan / restocking benih

( ekor ) 13.690.000 15.760.500 121,23 Sangat Baik

10.

Jumlah inovasi teknologi budidaya hasil perekayasaan bidang budidaya air payau ( Judul ) 5,00 6,00 120 Sangat Baik 11. Jumlah unit pembenihan yang menerapkan ISO 9001:2008 ( unit ) 1,00 1,00 100 Baik 12. Jumlah unit pembenihan ikan air payau yang dibina untuk sertifikasi CPIB

9,00 11,00 122 Sangat Baik

13.

Jumlah kelompok pembudidaya yang siap di sertifikasi CBIB ( kelompok )

10,00

11,00 110

Sangat Baik

14. Jumlah tenaga teknis binaan ( orang )

750 1.278 170,4 Sangat Baik

15. Jumlah lokasi

restocking (lokasi) 9,0 14 155,55 Sangat Baik

16. Jumlah kawasan budidaya yang mendapatkan pengawasan teknis budidaya ( kawasan ) 9,00 9 100 Baik 17. Jumlah layanan laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan

(24)

24 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

TRIWULAN IV STATUS TARGET TAHUN 2017 REALISASI TAHUN 2017 CAPAIA N (%) (sampel)

LEARNING AND GROWTH PERSPEKTIVE

4 Terwujudnya ASN DJPB yang kompeten, professional dan berintegritas

18

Indeks Kompenti dan Integritas Lingkup Ditjen Perikanan Budidaya

80 93,89 117,36 Sangat Baik

5 Tersedianya manajemen pengetahuan DJPB yang handal dan mudah diakses 19

Persentase Unit Kerja Yang Menerapkan Sistem Manejemen Pengetahuan Yang Terstandar (%) 65 51,58 79,35 Baik 6 Terwujudnya birokrasi yang efektif, efisien dan berorientasi pada layanan prima

20. Nilai Kinerja Reformasi

Birokrasi DJPB A (80)

A (91,87) 114,84 Sangat Baik

21. Nilai Maturitas SPIP

(Leve) 2

2,76 138,00 Sangat Baik

22. Persentase Tindak Lajut

Direktif Pimpinan 100% 80 80%

Baik

23. Nilai AKIP DJPB 85 88,19 103,75 Sangat Baik

7 Terkelolanya anggaran pembangunan DJPB secara efisien dan ekuntabel

24 Nilai Kinerja Anggaran

BPBAP Takalar > 95 96,51 101,58 Sangat Baik

25

Persentase Kepatuan Terhadap SAP Lingkup DJPB (%)

(25)

25 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

STAKEHOLDER PERSPECTIVE

3.1. Pencapaian Sasaran Strategis 1 Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan Budidaya

3.1.1. IKU 1 : Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi)

Berdasarkan hasil pemantauan harga di 33 provinsi di Indonesia oleh BPS, rata-rata NTPi dari bulan Januari – Desember 2017 sebesar 99,08 atau telah tercapai 96,67% dari target tahunan serta 96,20% dari target akhir RPJMN sebesar 103. Selama tahun 2017 ini, NTPi mengalami tren kenaikan dan mencapai nilai tertingginya pada bulan Desember 2017 sebesar 99,65. Tren naiknya NTPi disebabkan naiknya indeks pendapatan pembudidaya.

Sampai dengan bulan Desember 2016, sebanyak 9 (sembilan) provinsi yang memiliki rata-rata NTPi di atas 100, antara lain: Sumatera Barat (109,16), Kepulauan Riau (106,51), Riau (106,02), Maluku Utara (104,20), Maluku (102,63), Jawa Timur (102,20), Kalimantan Selatan (102,15), DI Yogyakarta (100,80) dan Jawa Barat (100,62) seperti tergambar pada peta di bawah ini.

Gambar 3. Sebaran NTPI Per Provinsi s.d Desember 2017 (Sumber: BPS Indonesia)

Sementara itu jika kita lihat dari Nilai Tukar Usaha Budidaya Ikan (NTUPi) yang merupakan rasio indeks yang diterima pembudidaya dibagi indeks biaya produksi, maka pembudidaya sudah mengalami surplus karena menurut data dari BPS rata rata NTUPi dari bulan Januari – Desember 2017 mencapai 110,23.

(26)

26 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar Tabel 3. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPI)

Sasaran Strategis 1 Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Perikanan Budidaya

IKU-1 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi)

Realisasi 2016

2017 Kenaikan 2016-2017

(% /Tahun)

2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

2017-2019

9,96 102,5 99,09 96,67 0,12 102,50 96,67

Selama tahun 2017 pertumbuhan NTPi sebesar 0,12 dengan nilai NTPi tertinggi pada bulan Desember 2017 dan terendah pada bulan Januari. Hal ini semakin menegaskan bahwa NTPi terus naik dengan perubahan dari Januari s.d Desember 1,29 poin. Kenaikan harga komoditas ikan hasil budidaya air tawar dan komoditas ikan hasil budidaya air payau sebagai penyumbang kenaikan indek yang diterima pembudidaya. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan bantuan pemerintah sektor perikanan budidaya yang lebih menekankan pada budidaya tawar dan payau tepat sehingga NTPi terus mengalami kenaikan.

Sementara itu jika kita lihat dari Nilai Tukar Usaha Budidaya Ikan (NTUPi) yang merupakan rasio indeks yang diterima pembudidaya dibagi indeks biaya produksi, maka pembudidaya sudah mengalami surplus karena menurut data dari BPS rata rata NTUPi dari bulan Januari – Desember 2017 mencapai 110,23. Nilai Tukar Usaha Budidaya Ikan yang berada di atas 100 menunjukkan bahwa usaha budidaya memiliki margin keuntungan yang bagus bagi pelaku pembudidaya ikan.

Tren naiknya NTPi dan NTUPi ini disebabkan kebijakan bantuan Ditjen Perikanan Budidaya diantaranya bantuan pakan mandiri, bioflok lele, bantuan minapadi, bantuan sarana produksi perikanan budidaya (Bansarpras), bantuan prasarana dan kebijakan lainnya yang meningkatkan harga jual ikan budidaya dan menekan biaya produksi perikanan budidaya.

Sampai dengan bulan Desember tahun 2017 nilai NTUPi setiap provinsi berada di atas 100 kecuali provinsi Sulawesi Tengah dengan rata-rata NTUPi selama tahun 2017 sebesar 96,05 dan Kalimantan Utara yang belum dilakukan perhitungan, berada di bawah 100 seperti tergambar pada peta berikut ini:

(27)

27 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

Gambar 4. Sebaran NTUPI Per Provinsi Tahun 2017 (Sumber: BPS Indonesia) NTPi dan NTUPi selama Januari – Desember tahun 2017 mengalami kenaikan sebagaimana pada gambar. Tidak tercapainya NTPi kemungkinan dikarenakan biaya konsumsi rumahtangga yang masih tinggi sehingga menyebabkan NTPi dibawah 100. Sementara biaya konsumsi merupakan variabel yang tidak bisa dikontrol oleh Ditjen Perikanan Budidaya.

Gambar 5. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPI) dan Nilai Tukar Usaha Budidaya Ikan (NTUPI) Tahun 2017 (Sumber BPS Indonesia)

Kendala dalam pencapaian NTPi diantaranya adalah perhitungan NTPi belum mengakomodir nilai usaha dari pembudidaya ikan hias, benih dan tambak udang dan sampel yang diambil untuk penyusunan NTPi belum menjangkau seluruh kabupaten/kota. Faktor eksternal yang juga mempengaruhi adalah naiknya harga kebutuhan pokok sebagai memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam pencapaian NTPi. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk peningkatan upaya penyediaan pakan murah dan terjangkau serta

NTUPi < 100

(28)

28 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

berkualitas sesuai dengan jenis komoditas yang dikembangkan melalui perekayasaan teknologi.

Rencana aksi untuk peningkatan NTPi diantaranya adalah : (i) pengembangan pakan mandiri melalui penyediaan bahan baku, uji laboratorium, penyediaan mesin pellet, pengembangan laboratorium nutrisi pakan, dan pembinaan ke pembudidaya dan memperbanyak percontohan untuk budidaya pakan mandiri seperti cacing darah, cacing sutra dan azolla yang diharapkan dapat mengurangi biaya penggunaan pakan; (ii) pengembangan teknologi biofloc untuk menekan Food Convertion Ratio/FCR guna meningkatkan efisiensi pakan dan produktivitas perikanan budidaya; (iii) pengembangan mariculture untuk peningkatan/pengalihan ke budidaya rumput laut yang rendah input produksi, diantaranya melalui pengembangan sentra kebun bibit; dan (iv) melakukan koordinasi dengan BPS untuk memperluas wilayah survei agar semua kegiatan usaha budidaya bisa terwakili.

3.1.2. IKU 2 : Pertumbuhan PDB Perikanan (persen)

Target pertumbuhan PDB perikanan tahun 2017 sebesar 8%. Pencapaian pertumbuhan PDB Perikanan tahun 2017 adalah 6,75% atau baru tercapai 84,38% dari target sebesar 8% (tabel 3). Capaian ini mengalami kenaikan sebesar 19,59% apabila dibandingkan dengan pertumbuhan PDB tahun 2016 yang besarnya 5,64%. Namun, pertumbuhan ekonomi sub sektor perikanan masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan kelompok pertanian secara keseluruhan yang hanya mencapai hanya mencapai 2,92%, dan masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan yang hanya mencapai 5,06%.

Masih lebih tingginya pertumbuhan ekonomi sub sektor perikanan dibandingkan dengan subsector pertanian lainnya memperlihatkan bahwa sub sektor perikanan masih merupakan sub sektor unggulan dalam sektor pertanian. Pertumbuhan ekonomi sub sektor perikanan ini didukung oleh produksi perikanan budidaya dan produksi perikanan tangkap. Dengan demikian, hal ini membuktikan bahwa usaha di bidang perikanan baik tangkap maupun perikanan budidaya merupakan usaha yang memiliki share yang cukup tinggi dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi nasional.

(29)

29 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar Tabel 4. Pertumbuhan PDB Perikanan

Sasaran Strategis 1 Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Perikanan Budidaya

IKU-2 Pertumbuhan PDB Perikanan

Realisasi 2016 2017 Kenaikan 2016-2017 (% /Tahun) 2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

2017-2019

5,15 8 6,75 84,38 31,1 12 56,25

*angka masih Triwulan III, BPS mengeluarkan data PDB Tahun 2017 di bulan Februari Dalam tiga tahun terakhir PDB sub sektor perikanan tumbuh di atas rata-rata nasional dan dalam 4 tahun terakhir memiliki rata-rata pertumbuhan tertinggi dalam sektor pertanian secara umum. Hal ini menunjukkan bahwa subsektor perikanan memegang peranan strategis dalam mendorong pertumbuhan pada PDB kelompok pertanian, maupun nasional. PDB sub sektor perikanan tumbuh di atas rata nasional dan memiliki rata-rata pertumbuhan tertinggi dalam sektor pertanian secara umum. Hal ini menunjukkan bahwa subsektor perikanan memegang peranan strategis dalam mendorong pertumbuhan pada PDB kelompok pertanian, maupun nasional.

3.1.3. IKU 3 : Rata – Rata Pendapaatan Pembudidaya

Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh para anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi yang mereka sumbangkan dalam turut serta membentuk produk nasional, pendapatan atau income adalah uang yang diterima oleh seseorang dan perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa bunga, dan laba termasuk juga beragam tunjangan, seperti kesehatan dan pensiun, sementara itu terkait dengan pendapatan pembudidaya adalah uang yang diterima oleh pembudidaya yang merupakan hasil dari kegiatan membudidayakan ikan, sehingga bisa diukur seberapa jauh kegiatan pembudidayaan ikan dapat memberikan kehidupan yang layak bagi pembudidaya.

(30)

30 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar Tabel 5. Rata-Rata Pendapatan Pembudidaya Sasaran

Strategis 1

Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Perikanan Budidaya

IKU-3 Rata-rata pendapatan pembudidaya

Realisasi 2016

2017 Kenaikan

2016-2017 (% /Tahun)

2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

2017-2019

3.021.490 3.050.000. 3.298.751 108,16 9,22 3.200.000 103,13

Peningkatan pendapatan pembudidaya merupakan cerminan dari keberhasilan pembangunan perikanan budidaya oleh karena itu rencana aksi yang dilakukan dalam setiap pencapaian IKU secara tidak langsung juga merupakan rencana aksi dalam rangka meningkatkan pendapatan pembudidaya.

Pendapatan pembudidaya ikan sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga ikan, sedangkan harga ikan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dan permintaan semakin banyak ketersediaan ikan akan membuat harga ikan turun, demikian juga jika tidak ada permintaan, oleh karena itu harga ikan merupakan indikator yang perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah, dengan memperhatikan harga ikan akan bisa diketahui kapan satu jenis komoditas ikan tersedia melimpah di pasaran atau langka dipasaran oleh karena itu pemerintah perlu untuk mengintervensi dan mengatur ketersediaan ikan di pasaran.

Pendapatan pembudidaya ikan secara garis besar dibagi menjadi tiga sektor pendapatan pendapatan pembudidaya laut termasuk ikan hias air laut, pendapatan pembudidaya ikan air payau dan pendapatan pembudidaya ikan di air tawar termasuk budidaya ikan hias dan pembenihan ikan air tawar.

Pada triwulan empat tahun 2017 ini pendapatan pembudidaya secara agregat mengalami peningkatan dibandingkan dengan pendapatan pada triwulan tiga, pendapatan paling tinggi berasal dari sektor budidaya ikan air payau terutama untuk budidaya udang baik windu maupun vaname yang pada triwulan 4 mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan pada beberapa daerah, usaha budidaya ikan hias seperti budidaya ikan koi masih memiliki rata-rata pendapatan perbulannya nya bisa mencapai diatas 6 juta rupiah, sedangkan untuk usaha budidaya ikan air tawar pendapatannya rata-rata masih dibawah dua juta rupiah perbulan terutama lele, patin dan nila, yang jika dilihat dari penyebarannya jenis budidaya kedua ikan ini merupakan budidaya yang paling memasyarakat karena cara

(31)

31 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

budidayanya relatif mudah dan tidak membutuhkan ruang yang luas, untuk memaksimalkan margin maka harus lebih digiatkan penggunaan pakan mandiri sebagai pengganti pakan pabrikan sehingga keuntungan yang diterima pembudidaya menjadi lebih besar. Memasyarakatkan budidaya ikan hias juga bisa berdampak langsung pada peningkatan pendapatan pembudidaya ikan mengingat harga ikan hias yang relative tinggi dan masa pemeliharaanya yang tidak terlalu lama juga pangsa pasarnya masih terbuka.

Pendapatan pembudidaya dihitung berdasarkan pada data hasil survey strukutur ongkos yang dilakukan oleh BPS, dari hasil survey BPS diketahui persentase usaha pembudidayaan ikan untuk setiap hektarnya pada tahun 2013, untuk menghitung pendapatan diperlukan harga ikan pada tingkat produsen yang terkini, harga produsen terkini didapatkan dari database harga dari aplikasi satu data, kemudian data struktur ongkos digunakan untuk memisahkan perkiraan biaya produksi dari total pendapatan kotor pembudidaya, total pendapatan kotor pembudidaya didapat dari total nilai produksi dibagi dengan jumlah rumah tangga menurut jenis komoditas, pendapatan bersih pembudidaya ikan didapatkan dari hasil pengurangan antara pendapatan kotor dikurangi dengan struktur ongkos pembudidayaan ikan.

CUSTOMER PERSPECTIVE

3.2. Terwujudnya Pengelolaan Sumber Perikanan Budidaya yang Partisipatif, Bertanggungjawab dan Berkelanjutan

Dalam rangka mendukung peningkatan kesejahteraan masyakarat kelautan dan perikanan dalam ketahanan pangan (food security) nasional, maka ketersediaan produk kelautan dan perikanan menjadi bagian penting yang harus dipenuhi. Ketersediaan ini tentunya tidak hanya mempertimbangkan dari sisi volume produksi saja, namun juga perlu ada jaminan terhadap mutu/kualitas produk dan keamanan pangan (food safety), sehingga secara langsung akan memberikan nilai tambah dan daya saing bagi produk perikanan yang dihasilkan. Dalam mencapai sasaran strategis ini maka di laksanakan melalui IKU Jumlah Produksi Perikanan Budidaya (Juta Ton), yang mana SS dan IKU ini merupakan SS dan IKU adopsi langsung sehingga perhitungan capaian realisasi IKU juga dilakukan adopsi langsung.

(32)

32 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar 3.2.1. IKU 4 : Jumlah Produksi Benih BPBAP Takalar (ekor)

Kegiatan produksi benih dengan mutu terjamin pada tahun 2017, pencapaian target menunjukkan progres yang lebih baik dibanding dengan kegiatan pada di tahun 2016 dalam hal kuantitas (jumlah capaian), hal ini disebabkan oleh adanya perencanaan yang terukur secara teknis maupun nonteknis dan ditunjang oleh adanya peningkatan perbaikan sarana dan prasarana yang lebih baik pada kegiatan pemeliharaan.

Tabel 6. Realisasi Produksi Benih Bermutu BPBAP Takalar 1. Jumlah benih dengan Mutu terjamin (ekor)

Tahun Kegiatan 2016 2017

Target Ekor 31.650.000 36.000.000

Realisasi Ekor 28.096.769 37.606.300

Persentase % 88,77 104,46

Pada tabel diatas dapat terlihat bahwa capaian jumlah benih bermutu sampai dengan akhir tahun 2017 sebesar 37.606.300 ekor atau sebesar 104,46% dari target tahunan sebesar 36.000.000 ekor. Jika dibandingkan dengan capaian produksi pada tahun sebelumnya dalam rentang waktu yang sama hasil produksi jauh melebihi di tahun 2016. Produksi benih yang telah ada yaitu benih udang windu, benur udang vannamei, nener bandeng, benih ikan laut, rajungan, dan benih nila salin. Sedangkan benih komoditas lainnya masih dalam tahap proses produksi, kegiatan sementara berjalan. Adapun data produksi benih bermutu Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar Tahun 2017 dapat dilihat pada lampiran 1.

Langkah strategis yang akan ditempuh pada tahun 2018 adalah mengoptimalkan kapasitas produksi, dengan perbaikan sarana dan prasarana unit pembenihan yang ada di BPBAP Takalar diantaranya kegiatan pembenihan yang bernilai ekonomis misalnya pembenihan udang dengan 2 (dua) spesies yaitu udang windu dan udang vaname, bandeng ikan laut, kepiting dan rajungan serta pembenihan ikan nila salin yang masih menjadi primadona di wilayah Sulawesi Selatan.

(33)

33 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar 3.2.2. IKU 5 : Jumlah Produksi Calon Induk (ekor)

Tabel 7. Realisasi jumlah produksi calon induk unggul. Jumlah Produksi calon induk unggul (ekor)

Tahun Kegiatan 2016 2017

Target ekor 30.000 15.500

Realisasi ekor 80.450 15.573

Persentase % 183,33 100,47

Indikator capaian untuk kegiatan calon induk pengukurannya sedikit agak berbeda dengan indikator lainnya yang merupakan kumulatif dari kegiatan sebelumnya. Untuk indikator ini nilai target dan persentase akan terus menurun dikarenakan adanya seleksi pemilihan induk yang dilakukan. Produksi calon induk unggul pada tahun 2017 capain kinerja IKU ini mencapai 100,47% atau sebanyak 15.573 ekor calon induk yang terdiri dari calon induk Vannamei sebanyak 11.173 ekor dan calon induk Nila Salin sebanyak 4.400 ekor. Jika dibanding dengan tahun 2016 capaian IKU ini lebih rendah di karenakan jumlah target tahun 2016 lebih besar.

Indikator ini sudah ada capaian dan sudah terdistribusi di beberapa kota pada unit kegiatan perbenihan (Hatchery) dan juga di gunakan oleh kegiatan internal Balai. Sampai dengan akhir bulan Desember progres dari kegiatan ini masih tetap berjalan dan masih menyisakan calon induk (stok) udang vannamei sebanyak 500 ekor yang siap didistribusikan begitu juga calon induk nila realisasi sampai saat ini 4.500 ekor.

Langkah strategis dalam pencapaian induk unggul yang berkualitas dengan mengikuti SOP untuk calon induk dengan baik dan cermat, meningkatkan kualitas media pemeliharaan secara optimal.

3.2.3. IKU 6 : Persentase Peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari Perikanan Budidaya

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1997 tentang pedoman

(34)

34 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

umum PNBP Peraturan Pemerintah (PP) no 75 tahun 2015 tentang tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Kementerain Kelautan dan Perikanan. Adapun sumber PNBP lingkup Ditjen Perikanan Budidaya adalah sebagai berikut :

a. Pemanfaatan sumberdaya alam (SDA)

PNBP SDA yakni PNBP yang berasal dari Pungutan Perikanan. Pungutan perikanan adalah pungutan negara atas hak pengusahaan dan/atau pemanfaatan sumberdaya ikan yang harus dibayar kepada pemerintah oleh perusahaan perikanan Indonesia yang melakukan usaha perikanan atau oleh perusahaan perikanan asing yang melakukan usaha budidaya Perikanan.

b. PNBP Non SDA

PNBP Non SDA yakni PNBP yang berasal dari Penjualan hasil usaha budidaya dan Imbalan jasa UPT lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. PNBP ini terdiri dari :

1. Penjualan hasilPerikanan Budidaya 2. Imbal Jasa Teknologi

3. Jasa Desiminasi

4. Jasa Penggunaan Laboratorium 5. Jasa Penggunaan fasilitas 6. Jasa Fasilitas Lainnya

7. Jasa Kerjasama dengan Pihak Ketiga

Capaian Realisasi PNBP tahun 2017 bila dibandingkan dengan capaian Tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini :

Tabel 8. Penerimaan PNBP BPBAP Takalar

Nilai Penerimaan PNBP BPBAP Takalar 2016 2017

Target Rp 1.607.125.000 1.568.500.000

Realisasi Rp 947.892.728 1.595.329.986

Persentase % 58.98 101,71

Capaian PNBP BPBAP Takalar pada tabel di atas melampaui target yang ditetapkan. Dari target sebesaar Rp. 1.568.500.000,- tercapai Rp. 1.595.329.986,- atau 101,71% dari target, jika dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun 2016 terjadi

(35)

35 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

peningkatan yaitu sebesar 42,76%, dimana target tahun 2016 sebesar Rp. 1.607.825.000,- dan tercapai sebesar Rp. 947.892.728,- atau sebesar 58,95%. Hal ini terjadi karena serapan pasar terhadap produksi hasil perikanan yang dilaksanakan pada tahun 2017 ini cukup tinggi, dibandingkan periode yang sama di tahun 2016. Adapun Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) setiap bulan selama tahun 2017 dapat dilihat pada lampiran 2.

3.2.4. IKU 7 : Jumlah lokasi budidaya yang dilakukan survailan dan/atau monitoring penyakit ikannya (kab/kota; non kumulatif)

Tabel 9. Capaian IKU “Tabel 5. Realisasi Lokasi budidaya melalui surveilen”

Kawasan budidaya yang terserang penyakit ikan pentingnya dapat dikendalikan melalui surveilen (kawasan)

Tahun Kegiatan 2016 2017

Target Kawasan 6 6

Realisasi Kawasan 13 6

Persentase % 216 100

Untuk Kawasan yang penyakit ikan penting dapat dikendalikan melalui surveilen sesuai yang tertera pada tabel di atas memberikan gambaran bahwa pada tahun 2017 capain kinerja IKU ini sebanyak 6 kawasan lebih rendah dibanding dengan tahun 2016 sebanyak 13 kawasan sedikit tidak menunjukkan adanya progres yang meningkat hal ini dikarenakan adanya cara pengukuran capaian yang berbeda. Pada tahun 2016 pengukuran capaian dilihat dari jumlah perjalanan sedangkan di tahun 2017 dilihat dari jumlah kawasan/kabupaten. Adapun hasil monitoring yang dilakukan selama tahun 2017 dapat dilihat pada lampiran 3.

Kawasan pelaksanaan Monitoring HPI (Hama Penyakit Ikan) tahun 2017 dapat dilihat dibawah ini : a. Kabupaten Maros b. Kabupaten Pinrang c. Kabupaten Bone d. Kabupaten Bulukumba e. Kabupaten Sinjai

(36)

36 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar f. Kabupaten Pinrang

INTERNAL PROSES PERSPECTIVE

3.3. Pencapaian Sasaran Strategis 3 “Terselenggaranya tata kelola pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkeadilan, berdaya saing dan berkelanjutan

3.3.1. IKU 8 : Laboratorium yang memenuhi standar teknis (unit)

Jumlah Laboratorium HPI dan residu yang memenuhi standart teknis, progres di tahun 2017 sama dengan ditahun 2016, sesuai target yang direncanakan dari tahun ke tahun.

Tabel 10. Realisasi jumlah Laboratorium yang memenuhi standar teknis

Jumlah Laboratorium HPI, dan Residu yang memenuhi Standar Teknis (unit)

Tahun Kegiatan 2016 2017

Target Uni 1 1

Realisasi Unit 1 1

Persentase % 100 100

Indikator ini telah dicapai dengan baik yaitu 1 unit 100%, dimana Laboratorium Uji Kesehatan Ikan dan Lingkungan BPBAP Takalar telah memenuhi standar teknis yaitu melalui penerapan ISO 17021:2015.

3.3.2. IKU 9 : Jumlah Bantuan Benih Ikan (juta ekor)

Tabel 11. Capaian IKU “ Jumlah Bantuan Benih Ikan (juta ekor) 2016 - 2017 Jumlah Bantuan/Restocking Benih ( ekor)

Tahun Kegiatan 2016 2017

Target Ekor 9.450.000 13.000.000

Realisasi Ekor 6.686.260 15.760.500

Persentase % 70,75 121,23

Bantuan/restocking benih untuk tahun 2017 telah dilakukan di Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Barru, Wajo, Takalar Pangkep, Barru, Pinrang, Jeneponto, Polman, Makassar, Maros dan Bulukumba terdiri dari benih udang windu, bandeng, kakap dan nila

(37)

37 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

salin. Jumlah bantuan dan restocking yang telah tersalurkan sebanyak 15.760.500 atau sekitar 121,23 % dari yang telah ditargetkan . Pada tahun 2017 pencapaian IKU ini sudah melebihi dari yang di targetkan, dari total target 13.000.000 ekor. Bila di bandingkan dengan tahun 2016 sudah mengalami kenaikan dari jumlah bantuan benih yang di serahkan, sebesar 50,48 % hal ini menunjukkan kinerja yang sangat baik. Adapun kelompok yang telah mendapatkan bantuan benih ikan brmutu dapat dilihat pada lampiran 4.

3.3.3. IKU 10 : Jumlah hasil perekayasaan teknologi terapan bidang budidaya air payau (paket)

Tabel 12. Capaian IKU “ Jumlah hasil perekayasaan teknologi terapan bidang budidaya air payau (paket) Tahun 2016 – 2017

Jumlah inovasi teknologi budidaya hasil perekayasaan bidang air payau (judul)

Tahun Kegiatan 2016 2017

Target Paket 9 5

Realisasi Paket 9 6

Persentase % 100 120

Progres kegiatan perekayasaan BPBAP Takalar sampai dengan akhir tahun 2017 sebesar 120 % dari 5 WBS yang ditargetkan sedangkan yang terealisasi sebanyak 6 WBS . Bila di bandingkan dengan tahun 2016 sudah mengalami kenaikan capaian realisasi sebesar 20%, hal ini menunjukkan kinerja yang sangat baik. Namun jumlah target di tahun 2016 lebih banyak, karena penyesuaian jumlah anggaran pada kegiatan perekayasaan.

Tabel 13. Progres Kegiatan Kerekayasaan Bulan Desember 2017

No Work Breakdown

Structure Proposal Progres Kegiatan Pelaksanaan Prosentase Kegiatan Kegiatan Pelaporan

1 Kerekayasaan Teknologi Peningkatan Produksi Kepiting Bakau (Scylla

serrata)

33 33 34 100

2 Kerekayasaan teknologi Peningkatan Produksi

Rumput Laut 33 33 34 100

3 Kerekayasaan Teknologi Terapan Bidang Kesehatan Ikan dan Lingkungan

33 33 34 100

(38)

38 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar Cacing Laut (Nereis sp)

5 Kerekayasaan Teknologi Peningkatan Produksi

Phronima sp 33 33 34 100

6 Kerekayasaan Teknologi Peningkatan Produksi Pakan

Mandiri 33 33 34 100

Dari progres kegiatan yang terlihat diatas, secara keseluruhan progres perekayasaan yang dilakukan di BPBAP Takalar sampai dengan bulan Desember 2017 jika diprosentasikan sebasar 100%. Persentase capaian ini telah sesuai dengan target sehingga pada bulan ini juga seminar hasil perekayasaan telah dilakukan.

Langkah strategis dalam pencapaian untuk Inovasi Teknologi di tahun tahun 2018 tetap akan melakukan koordinasi dengan koordinator perekayasa terkait progres kegiatan perekayasaan secara keseluruhan.

3.3.4. IKU 11 : Jumlah Unit Pembenihan yang menerapkan ISO 9001 : 2008 (Unit) Tabel 14. Capaian IKU ini “ Realisasi jumlah unit pembenihan yang menerapkan ISO

9001 : 2015

Jumlah unit pembenihan yang menerapkan ISO 9001 : 2015 (unit)

Tahun Kegiatan 2016 2017

Target Unit 1 1

Realisasi Unit 1 1

Persentase % 100 100

Progres kegitan unit pembenihan yang menerapkan ISO 9001:2015 sampai dengan akhir tahun 2017 telah mencapai 100% begitu juga di tahun sebelumnya sebesar 100% sudah sesuai dengan yang ditargetkan.

3.3.5. IKU 12 : Jumlah unit pembenihan ikan air payau yang dibina untuk sertifikasi CPIB (unit)

Tabel 15. Pencapaian “Jumlah unit pembenihan ikan air payau yang dibina untuk sertifikasi CPIB (unit)

Jumlah Unit Pembenihan Ikan Air Payau yang Siap Disertifikasi (unit)

Tahun Kegiatan 2016 2017

Target Unit 5 9

Realisasi Unit 5 11

(39)

39 Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar

Dari tabel diatas capai kenerja Jumlah unit pembenihan ikan air payau yang dibina untuk sertifikasi CPIB (unit) tahun2017 melebihi dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 122 % , jika dibandingkan pencapaian di tahun 2016 Jika dibandingkan dengan tahun 2016 denga realisasi capaian IKU ini sebanyak 5 unit usaha yang di usulkan untuk di sertifikasi CPIB (100%). Persentase capaian target pada tahun 2017 mengalamai peningkatan yang cukup besar.

3.3.6. IKU 13 : Jumlah unit pemudidayaan ikan yang siap disertifikasi CBIB (unit) Tabel 16. Pencapaian IKU “ Jumlah unit pemudidayaan ikan yang siap disertifikasi CBIB

(unit)

Jumlah kelompok budidaya yang siap disertifikasi (kelompok)

Tahun Kegiatan 2016 2017

Target Kelompok 5 10

Realisasi Kelompok 6 11

Persentase % 120 110

Indikator ini sudah terlaksana dengan baik dan sesuai dengan target yang di

rencanakan pada tahun 2017 dengan presentasi pencapaian sebesar 110% dan realisasi sebanyak 11 kelompok budidaya dari target tahunan. Bila di bandingkan dengan Tahun 2016 mengalami peningkatan dari segi jumlah kelompok pembudidaya.

3.3.7. IKU 14 : Jumlah Tenaga Teknis Binaan (orang) Tabel 17. Pencapaian IKU “ Jumlah Tenaga Teknis Binaan

Jumlah TenagaTeknis Binaan (Orang)

Tahun Kegiatan 2016 2017

Target Orang 700 750

Realisasi Orang 832 1.278

Gambar

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar
Gambar 2. Jumlah Pegawai Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar Menurut Tingkat  Pendidikan
Tabel 1. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) BPBAP Takalar Tahun 2017
Tabel 2. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) BPBAP Takalar Tahun 2017
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk meningkatkan kelangsungan hidup larva ikan kerapu macan, perlu adanya manajemen pemberian pakan yang tepat dan penyediaan faktor pendukung kualitas air yang baik

Dari definisi atau pengertian manajemen Sumberdaya Manusia menurut para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen sumberdaya manusia merupakan bagian

BPBAT Sungai Gelam pada tahun ini menetapkan target Indikator Kinerja Utama (IKU) monitoring kesehatan ikan dan lingkungan pada tahun 2019 yaitu 1 (satu) lokasi sampai dengan

Pada triwulan III tahun 2021, belum ada kendala yang berarti dalam proses pencapaian indikator kinerja utama Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon, walaupun masih terdapat sedikit

Walaupun pakan buatan dalam berbagai jenis telah berhasil dikembangkan dan cukup tersedia untuk larva ikan dan udang, namun artemia masih tetap merupakan bagian

Sesuai dengan Surat Dirjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan RI No.S-258/PB/2020 perihal “Kebijakan Relaksasi Penilaian Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran

Laporan ini mencakup uraian pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) dan kegiatan lainnya yang mendukung tugas pokok dan fungsi Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon melalui

Ikan rucah segar mempunyai kualitas nutrisi yang lebih baik dari ikan rucah yang telah dibekukan, akan tetapi harus diingat ikan rucah segar yang langsung