• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAYANAN INFORMASI DAN KONSULTASI Oleh: Indiati, dosen BK FKIP UM Magelang. Abstraction

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAYANAN INFORMASI DAN KONSULTASI Oleh: Indiati, dosen BK FKIP UM Magelang. Abstraction"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

LAYANAN INFORMASI DAN KONSULTASI Oleh: Indiati, dosen BK FKIP UM Magelang

Abstraction

Guidance information service is a service that allows students to receive and understand a variety of information that can be used as a material consideration for decision making, while the consulting service is a counseling service by a counselor as a consultant to konsulti with the aim of gaining insight, understanding, and ways need to be implemented konsulti in the context of helping with the completion of the problems experienced by third parties. The purpose of information services is to enable students to understand the intricacies of information with a variety of content services. Mastery of the information can be used for solving the problem (if the participants' experience), to prevent the problem, to develop the existing potential and maintain, and to allow participants to open up the question actualize their rights, while the purpose of consulting services is to konsulti with its own ability to manage the condition and or problems experienced by counselee. In this case the counselee has a significant relationship with the counselee, so that the problems experienced by counselee's (at - least) some of the responsibility konsulti.

Keywords: Information services and consulting

A. PENDAHULUAN

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseliang di sekolah, peran guru pembimbing adalah faktor kunci, demikian juga dalam pelaksanaan layanan informasi dan konsultasi. Dengan layanan informasi dan konsultasi diharapkan siswa dan konsulti dapat mengembangkan dirinya menjadi manusia yang aktif dan produktif,hal itu tergantung kepada sejauh manakah ia mampu memahami dirinya dan kesempatan pendidikan dan kerja dilingkungannya, bagaimana ia melihat prospek masa depannya dan peranannya dalam masyarakat, serta motivasinya untuk merencanakan dan meraih tujuan hidupnya.

A. PENGERTIAN LAYANAN INFORMASI DAN KONSULTASI

Prayitno (2004: 1) mengatakan bahwa dalam menjalani kehidupannya, juga perkembangan dirinya, individu memerlukan berbagai informasi, baik untuk keperluan kehidupannya sehari-hari, sekarang maupun untuk perencanaan kehidupannya ke depan. Informasi ini dapat diperoleh dari berbagai sumber, dari media lisan melalui perorangan, media tertulis dan grafis, melalui sumber formal dan informal, sampai dengan media elektronik melalui sumber teknologi tinggi. Diketahui bahwa berbagai informasi yang dimaksudkan memang tersedia, yang sering kali menjadi masalah adalah informasi yang dimaksudkan itu tidak sampai atau tidak

(2)

terjangkau oleh mereka yang memerlukannya. Seseorang mengalami masalah, baik dalam kehidupannya sehari-hari maupun dalam memenuhi kebutuhannya di masa depan, karena tidak menguasai informasi yang sebenarnya ada tetapi ia tidak mampu mengaksesnya. Diperlukannya informasi bagi individu semakin penting mengingat kegunaan informasi sebagai acuan untuk bersikap dan bertingkah laku sehari-hari, sebagai pertimbangan bagi arah pengembangan diri, dan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tanpa informasi yang cukup individu akan tidak mampu mengisi kesempatan yang ada itu. Karena salah pilih informasi seringkali menjadi akibat dari kurangnya informasi yang kita terima.

Layanan informasi berusaha memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan. Dalam layanan ini, kepada peserta layanan disampaikan berbagai informasi, informasi itu kemudian diolah dan digunakan oleh individu untuk kepentingan hidup dan perkembangannya. Layanan informasi diselenggarakan oleh konselor dan diikuti oleh seseorang atau lebih peserta. Dengan demikian, tujuan pemberian Informasi bukan hanya supaya individu membekali dirinya dengan pengetahuan dan pemahaman untuk saat sekarang ini saja, melainkan pula supaya mereka menguasai cara agar memperbaharui serta merevisi bekal pengetahuan itu di kemudian hari.

Salah satu definisi konsultasi seperti yang dikemukakan oleh Zins (1993), bahwa konsultasi ialah suatu proses yang biasanya didasarkan pada karakteristik hubungan yang sama yang ditandai dengan saling mempercayai dan komunikasi yang terbuka, bekerja sama dalam mengidentifikasikan masalah, menyatukan sumber-sumber pribadi untuk mengenal dan memilih strategi yang mempunyai kemungkinan dapat memecahkan masalah yang telah diidentifikasi, dan pembagian tanggung jawab dalam pelaksanaan dan evaluasi program atau strategi yang telah direncanakan. Konsultasi dalam bimbingan dikandung maksud memberikan bantuan teknis kepada guru-guru, orang tua, dan pihak-pihak lain dalam rangka membantu mengidentifikasi masalah yang menghambat perkembangan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan. Mengkaitkan pemberian bantuan bagi anak-anak bermasalah dan konteks sosial-budaya di mana perilaku bermasalah itu timbul, khususnya masalah hubungan interpersonal orang tua-anak, diduga penyelesaian lebih akurat apabila melibatkan peran orang tua (Watson 1996).

Layanan konsultasi berbeda dengan layanan konseling, meskipun kedua layanan ini mempunyai unsur kesamaan seperti sama-sama memerlukan kondisi yang

(3)

kondusif. Model hubungan pada layanan konsultasi lebih bersifat segitiga yaitu konselor, orang tua/guru dan konseli (triadic model). Sedangkan model konseling adalah hubungan yang bersifat komunikasi dua arah yaitu konselor dengan konseli (dyadic model).

Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 6) dijelaskan bahwa “layanan konsultasi yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara – cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik”.

Beberapa pengertian, dapat disimpulkan penulis bahwa layanan konsultsi adalah layanan konseling oleh konselor sebagai konsultan kepada konsulti dengan tujuan memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara – cara yang perlu dilaksanakan konsulti dalam rangka membantu terselesaikannya masalah yang dialami pihak ketiga (konseli yang bermasalah). Pada layanan konsultasi, dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap konsultasi yang dilakukan oleh konselor kepada konsulti dan tahap penanganan yang dilakukan oleh konsulti kepada konseli atau pihak ketiga. Maka petugas pada tahap konsultasi adalah konselor, sedangkan petugas pada tahap penanganan adalah konsulti.

Layanan konsultasi merupakan salah satu komponen dalam bimbingan konseling yang diberikan secara tidak langsung, karena ada hal-hal yang tidak bisa langsung ditangani oleh konselor.

Ada 3 konsep kunci bidang konsultasi, yaitu :

1. Konseli, adalah pihak yang mempunyai masalah, bisa person yaitu guru, siswa, orang tua, organisasi sekolah, sistem kurikulum, pembelajaran.

2. Konsultan adalah pihak yang memberikan bantuan keahlian (expertise). Di sekolah yang disebut konsultan adalah konselor.

3. Konsulti orang yang mempunyai masalah dan yang membutuhkan pemecahannya. Konsulti di sini bisa orang tua, guru dan teman sebaya.

Tujuan Layanan Informasi dan Konsultasi

Tujuan layanan informasi menurut Prayitno (2004: 2-3) adalah : a. Tujuan Umum

Layanan informasi adalah dikuasainya informasi tertentu oleh peserta layanan. Informasi tersebut selanjutnya digunakan oleh peserta untuk keperluan hidupnya sehari-hari (dalam rangka effective daily living) dan perkembangan dirinya.

(4)

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus layanan informasi terkait dengan fungsi-fungsi konseling. Fungsi pemahaman paling dominan dan paling langsung diemban oleh layanan informasi. Peserta layanan memahami informasi dengan berbagai seluk beluknya sebagai isi layanan. Penguasaan informasi tersebut dapat digunakan untuk pemecahan masalah (apabila peserta yang bersangkutan mengalaminya), untuk mencegah timbulnya masalah, untuk mengembangakan dan memelihara potensi yang ada, dan untuk memungkinkan peserta yang bersangkutan membuka diri dalam mengaktualisasikan hak-haknya.

Fullmer dan Bernard (dalam Marsudi, 2003: 124-125) merumuskan tujuan layanan konsultasi sebagai bagian tujuan bimbingan di sekolah sebagai berikut:

a. Mengembangkan dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi siswa, orang tua dan administrator sekolah.

b. Menyempurnakan komunikasi dengan mengembangkan informasi diantara orang yang penting.

c. Mengajak bersama pribadi yang memiliki peranan dan fungsi bermacam – macam untuk menyempurnakan lingkungan belajar.

d. Memperluas layanan dari para ahli.

Tujuan layanan konsultasi menurut Prayitno (2004 : 2) adalah : a. Tujuan Umum

Layanan konsultasi bertujuan agar konsulti dengan kemampuan nya sendiri dapat menangani kondisi dan atau permasalahan yang dialami konseli. Dalam hal ini konseli mempunyai hubungan yang cukup berarti dengan konsulti, sehingga permasalahan dialami oleh konseli itu (setidak – tidaknya) sebagian menjadi tanggung jawab konsulti.

b. Tujuan Khusus

Kemampuan sendiri yang dimaksudkan di atas dapat berupa wawasan, pemahaman dan cara – cara bertindak yang terkait langsung dengan suasana dan atau permasalahan konseli itu (fungsi pemahaman). Dengan kemampuan sendiri itu konsulti akan melakukan sesuatu (sebagai bentuk langsung dari hasil konsultasi) terhadap konseli. Dalam kaitan ini, proses konsultasi yang dilakukan konselor disisi yang pertama, dan proses pemberian bantuan atau tindakan konsulti terhadap konseli pada posisi yang kedua, bermaksud mengentaskan masalah yang dialami konseli (fungsi pengentasan).

(5)

Demikian juga Dougherty (dalam Sciarra, 2004: 55) mengungkapkan tujuan konsultasi adalah mengatasi masalah dan konsultasi untuk meningkatkan kerja konsulti kepada konseli yang pada akhirnya mencapai kesejahteraan konseli.

Dari uraian tujuan konsultasi diatas dapat disimpulkan bahwa layanan konsultasi bertujuan agar konsulti dengan kemampuan sendiri dapat menangani kondisi dan permasalahan yang dialami konseli. Dalam hal ini konseli mempunyai hubungan yang cukup berarti dengan konsulti, sehingga permasalahan dialami oleh konseli itu dapat diselesaikan.

B. MODEL LAYANAN INFORMASI DAN KONSULTASI

Layanan informasi diselenggarakan secara langsung dan terbuka dari konselor kepada para pesertanya. Berbagai teknik dan media yang bervariasi dan luwes dapat digunakan dalam forum dengan format klasikal dan kelompok. Format individual dapat diselenggarakan untuk peserta khusus dengan, informasi khusus, dan biasanya terkait dengan konseling lainnya. Layanan informasi dalam forum yang lebih luas dapat berbentuk pertemuan umum, pameran, melalui media siaran tertulis dan elektronik ataupun cara-cara penyampaian lainnya. Misalnya, ceramah, tanya jawab serta diskusi, media, acara khusus, nara sumber, waktu serta tempat, penilaian, dan keterkaitan.

Layanan konsultasi mempunyai kemudahan bagi konsulti bahwa konsultan sebagai pelatih yang mengajarkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan konsulti dalam memecahkan masalah. Keahlian konsultan dalam pertemuan ialah menyajikan masalah, merencanakan dan melaksanakan. Shetzer (1985) mengemukakan bahwa pelaksanaan teknik konsultasi, dapat menggunakan model – model konsultasi, antara lain :

1. Model Chaplanin.

Pelopor teori ini adalah Gerald A. Chaplan. Dalam model ini, konsultan mengassesmen, mendiskusikan, dan memberikan saran tentang kasus – kasus tertentu. Model ini identik dengan tugas seorang dokter dan menunjukkan adanya aktivitas pemberdayaan bagi konsulti. Proses dari model ini meliputi tahap – tahap sebagai berikut :

a. Konsultan membuat diagnosis

b. Konsultan membuat rekomendasi dari hasil diagnosis

(6)

d. Konsulti melaksanakan rekomendasi

e. Konsultan sekali – sekali bertemu dengan konseli dengan tujuan untuk cross check atau memeriksa apakah konsulti telah menjalankan rekomendasi yang telah diberikan

2. Model Cunsulcube

Pelopor model ini adalah Blake dan Mouton, memberikan ciri konsultan sebagai campur tangan yang bertujuan untuk mengubah siklus tingkah laku alamiah manusia. Model ini memberikan kerangka dasar intervensi yang dilakukan konsultan sebagai berikut :

a. Penerimaan, yaitu untuk memberikan perasaan aman kepada diri konseli agar mampu mengekspresikan masalahnya tanpa ada rasa takut. b. Catalytic, yaitu membantu konseli mengumpulkan data untuk

diinterpretasikan kembali kepada suatu masalah.

c. Konfrontasi, yaitu dirancang untuk membantu konseli agar menguji nilai yang ada dalam anggapannya.

d. Preskripsi, yaitu konsultan menyampaikan pada konseli apa yang harus dikerjakannya.

e. Teori – teori dua prinsip, yaitu konsultan memberikan teori kepada konseli agar mereka meninjau situasi yang menjadi sebab – akibat hubungan dan mengadakan diagnosis serta perencanaan situasi yang ideal.

C. PROSES LAYANAN INFORMASI DAN KONSULTASI

Layanan informasi perlu direncanakan oleh konselor dengan cermat, baik mengenai informasi yang menjadi isi layanan, metode maupun media yang digunakan. Kegiatan peserta, selain mendengar dan menyimak, perlu mendapat pengarahan secukupnya. Ada enam tahapan pelaksanaan proses layanan informasi yaitu :

1. Perencanaan

a. Identifikasi kebutuhan akan informasi bagi subjek (calon) pserta layanan. b. Menetapkan materi informasi sebagai isi layanan

c. Menetapkan subject sasaran layanan d. Menetapkan narasumber

e. Menyiapkan prosedur, perangkat dan media layanan f. Menyiapkan kelengkapan administrasi

(7)

2. Pelaksanaan

a. Mengorganisasikan kegiatan layanan b. Mengaktifkan peserta layanan

c. Mengoptimalkan penggunaan metode dan media 3. Evaluasi

a. Menetapkan materi evaluasi b. Menetapkan prosedur evaluasi c. Menyusun instrumen evaluasi d. Mengaplikasikan instrumen evaluasi e. Mengolah hasil aplikasi instrumen 4. Analisis hasil evaluasi

a. Menetapkan norma atau standar evaluasi b. Melakukan analisis

c. Menafsirkan hasil analisis 5. Tindak lanjut

a. Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut

b. Mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak terkait c. Melaksanakan rencana tindak lanjut

6. Pelaporan

a. Menyusun laporan layanan orientasi

b. Menyampaikan laporan kepada pihak terkait c. Mendokumentasikan laporan

Menurut Karpius (dalam Shetzer, 1985), ada sembilan tahapan pelaksanaan proses konsultasi. Tahap tersebut di uraikan sebagai berikut:

a. Pre Entry (sebelum masuk). Konsultan menjelaskan nilai – nilai, kebutuhan, anggapan, dan tujuan tentang individu, kelompok, organisasi serta menilai kemampuan keterampilan konsultan sendiri.

b. Entry (masuk). Pernyataan masalah diungkapkan, dihubungkan, dirumuskan dan menetapkan langkah – langkah yang perlu diikuti.

c. Gathering information (pengumpulan informasi). Untuk menjelaskan masalah dengan cara mendengarkan, mengamati, memberi pernyataan, pencatatan yang baku, interview dan pertemuan kelompok.

(8)

d. Defining problem (merumuskan masalah). Penilaian informasi digunakan dalam menentukan tujuan untuk perubahan. Laporan masalah diterjemahkan kedalam suatu laporan dan disetujui oleh konsultan dan konsulti.

e. Determining problem solution (menentukan solusi masalah). Informasi di analisis dan di sintesis untuk menemukan pemecahaan masalah yang paling efektif terhadap masalah yang dihadapi konsulti. Karakteristik dari tahap ini adalah pencurahan pikiran, memilih, dan menentukan prioritas.

f. Tahap stating objectives (menetapkan sasaran). Hasil yang dicapai diukur dalam suatu periode waktu, kondisi tertentu, dan mendeskripsikan pemecahan masalah dan didukung oleh faktor-faktor lain untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. g. Implementing the plan (mengimplementasikan rencana). Intervensi

diimplementasikan dengan mengikuti garis pedoman / langkah, dengan cara memberitahukan semua bagian yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, siapa yang bertanggung jawab dan hasil-hasil yang diharapkan.

h. Evalution (evaluasi). Aktivitas-aktivitas yang sedang berjalan dimonitor, proses, penaksiran hasil yang diperlukan untuk mengevaluasi aktivitas konsultan.

i. Termination (pemberhentian). Kontak langsung dengan konsultan berhenti, tetapi pengaruh proses diharapkan berlanjut. Putusan dibuat untuk menunda perbuatan, perancangan kembali, dan melaksanakan kembali, serta mengakhirinya dengan sempurna.

Kurpius menerangkan bahwa tahap-tahap tersebut di atas tidak dapat dipisah-pisah tetapi masing-masing tahap penting untuk dimufakatkan sebelum melangkah ke tahap berikutnya.

D. PENUTUP

Layanan informasi adalah layanan bimbingan yang memungkinkan siswa menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan, sedangkan layanan konsultasi adalah layanan konseling oleh konselor sebagai konsultan kepada konsulti dengan tujuan memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan konsulti dalam rangka mambantu terselesaikannya masalah yang dialami pihak ketiga. Tujuan layanan informasi adalah agar siswa memahami informasi dengan berbagai seluk beluknya sebagai isi layanan. Penguasaan informasi tersebut dapat digunakan untuk pemecahan masalah (apabila peserta yang bersangkutan mengalaminya), untuk

(9)

mencegah timbulnya masalah, untuk mengembangakan dan memelihara potensi yang ada, dan untuk memungkinkan peserta yang bersangkutan membuka diri dalam mengaktualisasikan hak-haknya, sedangkan tujuan layanan konsultasi adalah agar konsulti dengan kemampuan nya sendiri dapat menangani kondisi dan atau permasalahan yang dialami konseli. Dalam hal ini konseli mempunyai hubungan yang cukup berarti dengan konseli, sehingga permasalahan yang dialami oleh konseli itu (setidak – tidaknya) sebagian menjadi tanggung jawab konsulti.

DAFTAR PUSTAKA

Nurikhsan, Achmad Juntika, 2006. Bimbingan dan Konseling. Bandung : Refika Aditama Prayitno, 2004. Layanan Bimbingan dan Konseling. Padang

Tohirin, 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Willis, Sofyan S, 2004. Konseling Individu Teori dan Praktek, Bandung : CV Alvabela Winkel, 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal terjadi kerugian atau kerusakan atas harta benda dan atau kepentingan yang dipertanggungkan dengan Polis ini, dimana harta benda dan atau kepentingan tersebut

Segala syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Penerapan

Dalam mengembangkan sistem basis data ini akan dilakukan penelitian dengan menggunakan metode fact finding technique, meliputi metode analisa yang dilakukan dengan survey

Software asuhan keperawatan adalah software yang mengandung sebuah program dengan menggunakan “database management” berisi data -data pengkajian kesehatan seorang

Dari hasil pengolahan data, sebelum peningkatan jalan (Tipe 2/2 UD), volume lalu lintas yang melewati ruas jalan sebesar 842 smp/jam dan setelah pelebaran jalan (Tipe 4/2 UD)

Wahai pujangga cinta biar membelai indah Teladani kalbuku. Jujurlah

Hal ini terlihat dari beberapa temuan empiris yang dilakukan oleh Andriyani (2007) yang menunjukka hasil antara return, abnormal return dan Trading Volume

Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata