• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS

Fitriyani1, Indah Jayani2, Ifana Anugraheni3

Abtract: Diabetes mellitus is a metabolic disease marked by elevated levels of blood glucose is called hyperglycemia. Control is lacking in feelings of stress will lead to increased levels of glucose. This research was conducted at the Space Medicine Hospital Gambiran Kediri 2015. This study used a correlational design analytic study with cross-sectional sampling technique used was simple random sampling. The independent variable in this study stress levels and the dependent variable in this study is the blood glucose levels. Stress level measurement method using the DASS-42 questionnaire and blood glucose levels using a glucometer test tool. Data analysis was done by Spearman rank test with a 0.05 significance level used. Most respondents who experienced severe stress levels of 20 respondents (58.8%) and of the blood glucose levels are experiencing hyperglycemia there were 22 respondents (64.7%), normoglycaemia there are 10 respondents (29.4%) and that there hypoglycemia 2 respondents (5.9%). The results of data analysis using Spearman's rank correlation test (Rho) obtained the value ρ value = 0,001 <α = 0.05, H0 is rejected and H1 accepted, meaning that there is a relationship between stress levels with blood glucose levels in diabetic patients in the illness in hospitals Kediri city Gambiran 2015 with Coeffient colleration of (r) = 0.560. Suggested for respondents who have diabetes mellitus for the control or control feelings of stress to always think positive and to control blood glucose levels.

Keywords: Diabetes mellitus, blood glucose levels, stress levels

PENDAHULUAN

Tubuh manusia

mengandung glukosa darah, atau yang biasa disebut adalah gula darah. Glukosa darah adalah gula utama yang dihasilkan oleh tubuh dari makanan yang dikonsumsi. Glukosa dibawa keseluruh tubuh melalui pembuluh darah untuk menghasilkan energi ke semua sel di dalam tubuh (American Diabetes Association, 2010).

Glukosa dihasilkan dari makanan yang mengandungi karbohidrat yang terdiri dari

monosakarida, disakarida dan juga polisakarida. Karbohidrat akan dikonversikan menjadi glukosa di dalam hati dan seterusnya berguna untuk pembentukan energi dalam tubuh. Glukosa tersebut akan diserap oleh usus halus kemudian akan dibawa oleh aliran darah dan didistribusikan ke seluruh sel tubuh. Glukosa yang disimpan dalam tubuh dapat berupa glikogen yang disimpan di dalam otot dan hati. Selain itu, glukosa juga disimpan pada plasma darah dalam

(2)

bentuk glukosa darah (blood glucose). Fungsi glukosa dalam tubuh adalah sebagai bahan bakar bagi proses metabolisme dan juga merupakan sumber energi utama bagi otak (Irawan, 2007).

Menurut data World Health Organization (WHO), Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita DM di dunia dengan prevalensi 8,6 % dari total penduduk setelah India, China dan Amerika Serikat. Pada tahun 2007 prevalensi diabetes mellitus di Indonesia adalah 1,2% - 2,3% (Bustan, 2007). Dan kejadian ini semakin meningkat yaitu pada tahun 2010 jumlah penderita DM di Indonesia sebanayak 21,3 juta orang (Suyono, 2011).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (2011) , tiga daerah di Indonesia memiliki tingkat prevalensi diabetes diatas 1,5 persen yaitu Aceh, Jawa Timur dan Sulawesi Utara. Sedangkan di Jawa Timur (penduduk ± 30 juta) sebanyak 222.430 menderita DM (Sutrisno, 2010). Demikian juga di Kota Kediri berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota pada tahun 2010 jumlah penderita DM sebanyak 1.020 penderita (Dinkes Jatim, 2011). Sedangkan jumlah penderita DM di RSUD Gambiran kota Kediri bulan Mei – Oktober tahun 2014 berdasarkan tabel dibawah ini:

Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Kejadian DM di ruang penyakit dalam RSUD Gambiran kota Kediri bulan Mei – Oktober tahun 2014

(Sumber Data :Jurnal RSUD Gambiran Tahun 2014)

Dari tahun ke tahun jumlah penderita diabetes melitus baik di negara-negara lain maupun indonesia terutama di kota kediri tepatnya di RSUD Gambiran semakin meningkat. Berdasarkan data dari World Health Organisation (WHO), diabetes

melitus sudah menjadi

epidemiologi atau penyakit yang mewabah di dunia. Secara global, jumlah diabetes mencapai 120 sampai 140 juta orang. Diperkirakan pada tahun 2025, angka ini akan meningkat dua kali lipat menjadi 300 juta penderita. Peningkatan ini lebih disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat, stress, dan kurangnya aktivitas fisik (Republika, 2010). No Bulan Jumlah pasien Pasien DM Prosentase 1 Mei 359 40 11% 2 Juni 363 39 10% 3 Juli 336 40 12% 4 Agustus 352 43 12% 5 September 438 42 10% 6 Oktober 349 46 13%

(3)

Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada tanggal 27 November 2014 di ruang penyakit dalam RSUD Gambiran kota Kediri didapatkan bahwa dari 10 responden penderita DM, terdapat 3 orang atau (30%) DM karena faktor stress (≥ 200 mg/dl), 2 orang (20%) karena pola makan, 2 orang (20 %) karena kualitas tidur yang kurang baik, 2 orang lainnya (20 %) karena genetik atau keturunan, dan 1 orang (10%) tidak mengalami stress.

METODE

Rancangan dalam

penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: Berdasarkan lingkup penelitian menggunakan teknik rancangan penelitian inferensial, berdasarkan tempat penelitian termasuk jenis rancangan penelitian lapangan, berdasarkan cara pengumpulan data termasuk jenis rancangan penelitian survey, berdasarkan ada tidaknya perlakuan termasuk jenis rancangan penelitian expost facto, berdasarkan waktu penelitian termasuk jenis rancangan penelitian cross sectional, berdasarkan tujuan penelitian termasuk rancangan penelitian analitik corelational, dan berdasarkan sumber data termasuk rancangan penelitian primer.

Besar sampel penelitian ini adalah 34 responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah termasuk probability sampling dengan menggunakan teknik simple random sampling

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat

stress menggunakan

instrumen/kuisoner baku dari DASS42 (Depression Anxiety Stress Scales) dan kadar glukkosa menggunakan glucometer.

Analisis data menggunakan statistic non parametric yaitu menggunakan korelasi spearman. Rho dihitung dibandingkan table maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Analisa menggunakan program computer sehingga pengambilan kesimpulan analisa adalah P-Value < α maka H0 ditolak dan H1

diterima dan untuk P-Value > α maka maka H0 diterima dan H1

ditolak. Pada penelitian ini α adalah 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Ruang Penyakit Dalam RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2015 Berdasarkan Umur sebagai berikut :

(Sumber : Data Penelitian, 2015)

Berdasarkan tabel 1.2 dapat diinterpretasikan bahwa seluruh responden berumur ≥ 35 tahun yaitu sebanyak 34 responden atau (100%). Hal ini menunjukkan usia responden tergolong usia kurang produktif sehingga fungsi organ mulai menurun sehingga hal No Usia Responden Frekuensi (f) Prosentase (%) 1. ≤ 20 tahun 0 0% 2. 20 – 35 tahun 0 0% 3. ≥ 35 tahun 34 100% Jumlah 34 100%

(4)

tersebut dapat memengaruhi dari perubahan glukosa darah responden.

Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang Penyakit Dalam RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2015

(Sumber : Data Penelitian, 2015)

Berdasarkan tabel 1.3 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 18 responden (52,9%). Hal ini menunjukkan responden dengan jenis kelamin perempuan lebih rentan terhadap peningkatan glukosa darah dan penyakit DM, hal itu disebabkan karena kurangnya atifitas fisik sehingga cenderung mengalami obesitas.

Karakteristik responden yang ada di Ruang Penyakit Dalam RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2015 berdasarkan umur disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Ruang Penyakit Dalam RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2015

(Sumber : Data Penelitian, 2015)

Berdasarkan tabel 1.4 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SD yaitu sebanyak 20 responden atau (58,8%). Pendidikan yang rendah

menunjukkan pemahaman

responden juga rendah, sehingga kemampuan untuk menerima informasi terbatas oleh karena itu diperlukan pemberian informasi pada responden dengan bahasa yang sederhana dan diberikan contoh yang di ulang.

Karakteristik responden di Ruang Penyakit Dalam RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2015 berdasarkan pekerjaan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : No Jenis kelam in Frekue nsi (f) Pros entas e (%) 1 Laki-laki 16 47,1% 2 Pere mpua n 18 52,9% Total 34 100% No Pendidikan Frekuensi (f) Prosentase(P) 1 Tidak sekolah 2 5,9% 2 Dasar 20 58,8% 3 Menegah 11 32,4% 4 Tinggi 1 2,9% Total 34 100%

(5)

Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di Ruang Penyakit Dalam RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2015

(Sumber : Data Penelitian, 2015)

Berdasarkan tabel 1.5 dapat diinterpretasikan hampir setengah responden yaitu sebanyak 13 responden atau (38,2%) mempunyai pekerjaan sebagai petani. Hal itu menunjukkan sebagian besar responden mempunyai tingkat ekonomi menengah kebawah. Karena jenis pekerjaan dapat mempengaruhi tingkat ekonomi responden.

Tabel 1.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Tingkat Stres Responden di Ruang Penyakit Dalam RSUD Gambiran tahun 2015

(Sumber : Data Penelitian, 2015)

Berdasarkan tabel 1.6 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat stress yang berat yaitu

sebanyak 20 responden atau (58,8%).

Tabel 1.7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kadar Glukosa Darah di Ruang Penyakit Dalam RSUD Gambiran tahun 2015

(Sumber : Data Penelitian, 2015)

Berdasarkan tabel 1.7 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar responden mengalami hiperglikemia yaitu sebanyak 20 responden atau (64,9%). N o Pekerjaan Freku ensi (f) Prosentase (%) 1 Tidakbeker ja 6 17.6% 2 Pedagang 1 2.9% 3 Petani 13 38.2% 4 Swasta 12 35.3% 5 PNS 2 5.9% Total 34 100% No Tingkat stress frekuensi(f) prosentase (%) 1 Tidak stress 0-14 4 11,8% 2 3 4 Ringan 15-18 Sedang 19-25 Berat 26-33 4 6 20 11,8% 17,6% 58,8% Total 34 100% No Kadar glukosa darah Frekuensi (f) Prosentase(%) 1 Hipoglikemia ≤ 80 mg/dl 2 5,9% 2 Normoglikemia 80-199 mg/dl 10 29,4% 3 Hiperglikemia ≥ 200 mg/dl 22 64,7% Total 34 100%

(6)

Tabel 1.8 Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Stres dengan Kadar Glukosa Darah Pasien DM di Ruang Penyakit Dalam RSUD Gambiran Kota Kediri Tahun 2015

(Sumber : Data Penelitian, 2015)

Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa dari 34 responden sebagian besar responden dengan tingkat stress

yang berat mengalami

peningkatan kadar glukosa darah. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji kolerasi Spearman’s Rank (Rho) diperoleh nilai ρ = 0,001 dengan tingkat kepercayaan 95 % (α = 0,05) dapat dikatakan ρ < α maka H0 ditolak

dan H1 diterima, artinya ada

hubungan antara tingkat stres dengan kadar glukosa darah pada pasien DM di ruang penyakit dalam RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2015. Kekuatan korelasi dinyatakan oleh correlation coefficient sebesar 0,560 yang berarti tingkat hubungan sedang antara tingkat

stres dengan kadar glukosa darah pada pasien DM di ruang penyakit dalam RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2015 dengan arah hubungan positif (+) artinya semakin tinggi tingkat stres maka kadar glukosa darah akan semakin meningkat pada pasien DM di RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2015.

Pembahasan

1. Tingkat Stres Pasien DM di Ruang Penyakit Dalan RSUD Gambiran Kota Kediri Tahun 2015

Berdasarkan tabel 1.6 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar responden di runag penyakit dalam RSUD Gambiran tahun 2015 mempunyai tingkat stress yang berat. Stress adalah suatu perasaan tidak nyaman yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam (Nugroho, 2000). Stress merupakan gangguan tidak nyaman yang bervariasi dalam berat ringannya pengaruhnya terhadap bermacam orang dan berapa lama hal itu bertahan yang sering kali kambuh kembali dan dihubungkan dengan sejumlah besar gejala mental dan fisik yang berbeda, peneliti mengatakan bahwa penyebab stres yang sesungguhnya tidak diketahui namun telah ditemukan sejumlah faktor lain

yang mungkin dapat

mempengaruhinya yaitu: emosi, nyeri, peranan penyakit, obat, nutrisi, pekerjaan, keuangan, ketidak nyamanan, lingkungan, keluarga dan ketidak pastian hidup N o Ting kat Stre s

Kadar Glukosa Darah Ju

ml ah Prose ntase Hipogl ikemia < 80 mg/dl Normo glikemi a 80-199 mg/dl Hipergl ikemia ≥ 200 mg/dl ∑ % ∑ % ∑ % 1 Tdk Stre s 0 0 % 2 5,9 % 2 5,9 % 4 11.8 % 2 Ring an 1 2,9 % 2 5,9 % 1 2,9 % 4 11,8 % 3 Seda ng 1 2,9 % 4 11, 8% 1 2,9 % 6 17,6 % 4 Bera t 0 0 % 2 5,9 % 1 8 52, 9% 20 58,8 % Jumlah 2 5.9 % 1 0 29, 4% 2 2 64, 7% 34 100% pvalue = 0,001 α=0 ,05 r= 0,056 0

(7)

faktor kerentanan, dan mekanisme psikologis.

Stress juga merupakan respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat di hindari, setiap orang mengalaminya (Zainuddin 2002). Stres dapat memberi dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan spiritual. Stress dapat mengancam keseimbagan fisiologis. Stres emosi dapat menimbulkan perasaan negatif atau destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain. Stres intelektual akan mengganggu persepsi dan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah. Stres sosial akan mengganggu hubungan individu terhadap kehidupan (Rasmun, 2008).

Konsep

psikoneuroimunologis menyatakan bahwa kondisi stress akan menyebabkan sakit atau merusak fungsi otak. Peyebab utamanya karena kadar glukokortikoid naik. Pada pasien yang mengalami stress, saraf otonom akan distimulasi, khususnya saraf simpatis (Johnson at al., 1992). Aktivitas saraf simpatis akan mensekresi katekolamin seperti adrenalin dan noradrenalin sehingga organ yang diatur oleh saraf otonom akan bekerja sesuai dengan kadar hormon yang diproduksi. Katekolamin akan menstimulasi suprarenal untuk mengeluarkan kortisol. Kortisol berfungsi dalam metabolism,

protein, karbohidrat dan lemak. Kortisol yang tinggi akan menyebabkan peningkatan gula darah. (Roy,1993: Van Doornen and Orlbeke,1990). Stres yang berkelanjutan menyebabkan aktivitas aksis HPA meningkat, sehingga kadar kortisol meningkat yang diiringi oleh peningkatan glukosa di sirkulasi. Dilain pihak kortisol juga mempengaruhi fungsi insulin terkait dalam hal sensitivitas, produksi dan reseptor, sehingga glukosa darah tidak bisa diseimbangkan (Avgerinos ,1992).

Sebagian besar tingkat stres responden berat, hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden yang sebagian besar sekolah dasar yaitu 20 responden atau (58,8%) sehingga bepengaruh pada persepsi terhadap kesehatan. Persepsi berhubungan dengan pengetahuaan yang akan mempengaruhi pada sikap yang berdampak pada prilaku yang buruk. Tingkat stres responden juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pekerjaan, dimana stres atau tekanan emosional dan kelelahan fisik karena pekerjaan dapat mempengaruhi tingkat stres. Dan hal itu ditunjukkan oleh jenis pekerjaan responden yang hampir setengah bekerja sebagai petani yaitu 13 responden atau (38,2%) dan swasta sebanyak 12 responden atau (35,3%). Usia respon yang seluruhnya ≥ 35 tahun yaitu sebanyak 34 responden atau (100%), hal ini menunjukkan banyaknya tekanan psikologis atau beban yang diderita dan tanggung jawab yang dialami orang dewasa tidak sama dengan remaja sehingga

(8)

faktor tersebut dapat mempengaruhi tingkat stress.

2. Kadar Glukosa Darah Pasien DM di Ruang Penyakit Dalam RSUD Gambiran Tahun 2015

Berdasarkan tabel 1.7 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar responden mengalami kadar glukosa yang tinggi atau yang disebut hiperglikemia. Peneliti mengatakan bahwa mungkin penyebab lain yang mempengaruhi kadar glukosa darah yaitu seperti: penggunaan obat, diet, aktivitas fisik, dan kualitas tidur yang buruk. Glukosa darah merupakan bagian dari karbohidrat seperti glukosa, fruktosa dan galaktosa. Glukosa darah adalah konsentrasi glukosa yang terdapat dalam darah dan diukur dalam mg per 100ml darah. Dalam keadaan normal kadar glukosa darah dipertahankan dalam rentang 70-100 mg/dL gula darah puasa dan 80-199 mg/dl gula darah sewaktu atau acak. Selama periode puasa kadar gula darah darah dipertahankan dalam keadaan normal melalui mekanisme yang mempertahankan dalam keadaan normal melalui mekanisme yang mempertahankan keseimbangan antara penggunaan glukosa oleh jaringan dengan produksi glukosa oleh hepar. Hepar membantu mempertahankan keseimbangan kadar glukosa darah dengan mengatur pengeluaran hormon glukagon dari sel alpha kelenjar pankreas yang merangsang produksi glukosa dan untuk mencegah peningkatan kadar gula darah selanjutnya sel beta pankreas mengeluarkan hormon insulin (Delaune & Ladner, 2002).

Hormone stress seperti efinepfrin dan kortisol, keduanya meningkatkan kadar glukosa dan asam lemak dalam darah. Selain itu, kortisol dan hormone pertumbuhan berperan penting dalam mempertahankan kadar glukosa darah selama keadaan kelaparanjangka panjang ( Sherwood,2011).

Interaksi antara pituitary, adrenal gland, pancreas dan liver sering terganggu akibat stress dan penggunaan obat-obatan. Gangguan organ-organ tersebut mempengaruhi metabolism ACTH ( hormone dari pituitary), kortisol, glucocorticoids ( hormone adrenal gland), glucagon merangsang glukoneogenesis di liver yang akhirnya meningkatkan kadar glukosa dalam darah ( Mahendra, 2008).

Dari data fakta yang didapat dari hasil penelitian kadar glukosa darah pada pasien DM di Ruang penyakit dalam sebagian besar mengalami peningkatan, hal itu dapat dipengaruhi oleh usia responden yg seluruhnya responden > 35 tahun. Hal ini menunjukkan usia responden tergolong usia kurang produktif sehingga fungsi organ mulai menurun, sehingga hal tersebut dapat memengaruhi dari perubahan glukosa darah responden. Jenis kelamin responden yaitu perempuan sebanyak 18 responden atau (52,9%) menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yang dimana perempuan lebih rentan terhadap peningkatan glukosa darah dan penyakit DM, hal itu disebabkan karena kurangnya atifitas fisik

(9)

sehingga cenderung mengalami obesitas. Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, penyakit lain, makanan, latihan fisik, obat hipoglikemia oral, insulin, emosi dan stress (Wolever, 2003).

3. Hubungan antara Tingkat Stres dengan Kadar Glukosa Darah pada Pasien DM di Ruang

Penyakit Dalam RSUD

Gambiran Kota Kediri Tahun 2015

Berdasarkan tabel 1.8 didapat data dari 34 responden yang diteliti, sebagian besar responden yang mengalami tingkat stres berat yaitu 20 responden (58,8%) dan dari kadar glukosa

darah yang mengalami

hiperglikemia ada 22 responden (64,7%), normoglikemia ada 10 responden (29,4%) dan yang hipoglikemia ada 2 responden (5,9%). Hasil analisa data dengan menggunakan uji kolerasi Spearman’s Rank (Rho) diperoleh nilai ρ value= 0,001 < α = 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima,

artinya ada hubungan antara tingkat stres dengan kadar glukosa darah pada pasien DM di ruang penyakit dalam RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2015 dengan kekuatan korelasi dinyatakan oleh correlation coefficient sebesar 0,560 yang berarti tingkat hubungan sedang antara tingkat stres dengan kadar glukosa darah pada pasien DM di ruang penyakit dalam RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2015 dengan arah hubungan positif (+) artinya semakin tinggi tingkat stres maka kadar glukosa darah akan semakin

meningkat pada pasien DM di RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2015.

Dampak psikologis dari diabetes melitus, mulai dirasakan oleh pasien sejak terdiagnosis diabetes melitus, dan penyakitnya telah berlangsung selama beberapa bulan atau lebih dari satu tahun. Pasien mulai mengalami gangguan psikis diantaranya stres pada dirinya sendiri berkaitan dengan pengobatan yang dijalani (Tjokroprawiro, dalam Jamaluddin, 2011), sedangkan menurut Fisher dalam Jamaluddin (2011) diabetes melitus dan stres merupakan dua hal yang saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung. Kontrol yang kurang pada glukosa darah menimbulkan perasaan stres dan begitu pula sebaliknya. Hal ini juga diungkapkan oleh Hawari (2001) dan Nailufar (2010) bahwa stres telah menjadi salah satu faktor yang muncul pada penderita diabetes melitus. Stres sangat berpengaruh terhadap penyakit diabetes melitus karena hal itu akan berpengaruh terhadap pengendalian dan tingkat kadar glukosa darah. Situasi yang menimbulkan stres maka respon stres dapat berupa peningkatan hormone adrenalin yang akhirnya dapat mengubah cadangan glikogen dalam hati menjadi glukosa.

Hubungan tingkat stress dengan tingkat kadar gula darah penderita diabetes dijelaskan bahwa selain mengalami kemunduran dari segi fisik, seorang penderita diabetes mellitus pada umumnya juga mengalami

(10)

kemunduran dari segi emosional. Segi emosional tersebut meliputi sikap menyangkal, obsesif, marah, dan takut, yang semuanya merupakan sikap yang nampak negatif. Banyak orang yang menyangkal sewaktu mengetahui dirinya menyandang diabetes, dan tidak mau menerima kenyataan bahwa ia harus menjalani kehidupan sebagai penyandang diabetes. Bahkan ada penyandang diabetes yang memerlukan beberapa tahun sampai ia mau mengubah cara hidupnya (Ageng 2002).

Stres yang disertai oleh sikap-sikap emosional lainnya berdampak pada dipatuhi atau tidak dipatuhinya penatalaksanaan pengobatan diabetes oleh penderita diabetes. Semakin tinggi stress, maka semakin banyak pula permasalahan-permasalahan

emosional yang dialami oleh penderita diabetes mellitus, dimana kondisi ini berhubungan dengan melemahnya ketaatan penderita diabetes dalam mematuhi penatalaksanaan pengobatan diabetes mellitus, sehingga kadar gula darahnya akan cenderung meningkat. Adanya hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan kadar gula darah menandakan perlunya perhatian yang serius dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Perawat perlu memperhatikan aspek psikologis pasien diabetes melitus dalam memberikan asuhan keperawatan selain pemberian terapi yang diterima pasien.

SIMPULAN

1. Tingkat stress pada pasien DM di ruang penyakit dalam RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2015 sebagian besar responden mengalami stres berat.

2. Kadar glukosa darah pada pasien DM di ruang penyakit dalam RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2015 sebagian besar mengalami hiperglikemia.

3. Ada hubungan antara tingkat stres dengan kadar glukosa darah pada pasien DM di ruang penyakit dalam RSUD Gambiran kota Kediri tahun 2015, dengan tingkat hubungan sedang dan arah hubungan positif yang artinya semakin berat tingkat stress maka semakin tinggi kadar glukosa darah.

SARAN

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan pengetahuan kepada responden tentang pentingnya pengendalian stres dan pengendalian kadar glukosa darah.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Aziz, Alimul.2011. Metode Penelitian Keperawatan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Brunner.2002. Konsep Stres.(diakses pada tanggal 20 Oktober 2014), diunduh dari http://www.stres.com

Budiman, Chandara.2010. Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : EGC.

Deglin & Valleran.2009. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus. Jakarta : Erlangga. Delaune & Ladner.2002. Konsep Kadar

(11)

tanggal 19 Oktober 2014), diunduh dari

http://www.glukosadarah.int.com Delaune & Ladner.2002. Kadar Glukosa

Darah. (diakses pada tanggal 01 Maret 2015), diunduh dari http://www.glukosadarah.com Depkes RI.2010. Angka Kejadian

Diabetes Mellitus tahun 2010 (diakses pada tanggal 17 Oktober

2014), diunduh dari

http://www.depkes.go.id

Depkes RI.2007. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan Depkes RI.

Depkes RI.2008. Petunjuk Teknis

Pengukuran Faktor Resiko

Diabetes Mellitus. (diakses pada tanggal 20 Oktober 2014), diunduh dari http://www.depkes.go.id Dinkes Jatim.2011. Metode Penelitian

Analisis Data. Jawa Timur: Dinkes Jatim(diakses pada tanggal 17 Oktober 2014),diunduh dari http://www.dinkes.go.id

Dunning, S.2009. Pathofisiologi Deabetes Mellitus. Jakarta: Kapita Selekta. Fisher, R.2009. Pengantar Kebutuhan

Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Hawari.2001. Penelitian Diabetes Mellitus. (diakses pada tanggal 03 Maret 2015), diunduh dari http://www.penelitian.com.

Ignatavicus & Workman.2010. Konsep Kadar Glukosa Darah. (diakses pada tanggal 19 Oktober 2014),

diunduh dari

http://www.glukosadarah.com

1 Sarjana Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri

2 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri

3 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri

Gambar

Tabel 1.8  Distribusi  Frekuensi  Hubungan  Tingkat  Stres  dengan  Kadar  Glukosa Darah Pasien DM di Ruang  Penyakit  Dalam  RSUD  Gambiran  Kota Kediri Tahun 2015

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan organisasi pecinta alam yang dipandang mampu menjaga, memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, namun pada

Penelitian ini bertujuan untuk mempertahankan kesegaran buah stroberi dengan aplikasi edible coating berbasis karagenan dan mempelajari pengaruh penambahan

Perbedaan Kreativitas Anak Usia Dini antara Anak yang Belajar dengan Menggunakan Media Balok dengan Anak yang Belajar dengan Menggunakan Media Flashcard

Postur punggung terlalu membungkuk dan leher terlalu menunduk menyebabjkan nyeri otot pada leher, bahu punggung dan pinggaang, Kaki tidak tertopang menyebabkan beban

EVALUASI KINERJA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK. MESIN FKIP UNS MENGGUNAKAN METODE

which is one of the titles of English textbook based on school used by students. of Senior

Diangkat dari cerita sejarah rakyat Indonesia, pembuatan game “Roro Jonggrang: The Legend of Prambanan Temple” berbasis html5 ini dikemba ngkan menggunakan javascript

Modifikasi tujuan materi ini dapat dilakukan dengan cara membagi tujuan materi ke dalam tiga komponen yaitu: tujuan perluasan, penghalusan dan penerapan (Yoyo Bahagia dan