• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK KASUS DIARE DI RUANGAN EDELWEIS RSUD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK KASUS DIARE DI RUANGAN EDELWEIS RSUD"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN

KEPERAWATAN

PADA

PASIEN

DENGAN

GANGGUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK KASUS DIARE DI

RUANGAN EDELWEIS RSUD dr M.Yunus KOTA BENGKULU TAHUN 2013

Robby Junaidi Yusuf Jurusan Keperawatan Bengkulu Politeknik Kesehatan Provinsi Bengkulu

Jl. Padang Harapan, Bengkulu e-mail : obby06junaidi@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Salah satu penyakit terbanyak yang ada di masyarakat yang disebabkan oleh

faktor infeksi, malabsorbsi, stress dan buruknya sanitasi di lingkungan masyarakat adalah diare, yaitu buang air besar dengan tinja encer dengan frekunesi lebih banyak dari biasanya.

Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Deskriptif dengan pendekatan studi

kasus.

Tujuan: Untuk memperoleh informasi dan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dengan

Gangguan Pemenuhan Nutrisi Pada Anak Kasus Diare.

Hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam didapatkan hasil tidak muncul

tanda-tanda dehidrasi seperti: turgor kulit elastis dan mukosa mulut lembab, BB tidak mengalami penurunan dan nutrisi dapat terpenuhi, suhu tubuh pasien berada diantara 36-370C.

Kesimpulan: Kerjasama antara tim kesehatan dan pasien / keluarga sangat diperlukan untuk

keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien, komunikasi terapeutik dapat mendorong pasien lebih kooperatif, motivasi pada pasien dapat menjadikan pasien lebih percaya kepada tim kesehatan sehingga asuhan keperawatan dapat maksimal.

Kata kunci : Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi, Diare

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam Rencana Pembangunan Nasional Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025 disebutkan bahwa pembangunan sumber daya manusia diarahkan untuk terwujudnya manusia Indonesia yang sehat, cerdas, produktif dan masyarakat yang semakin sejahtera (Bappenas, 2005). Melalui Program Indonesia Sehat 2010, gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai adalah masyarakat yang antara lain hidup dalam lingkungan yang sehat dan mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat (Depkes, 2005).

Anak merupakan aset masa depan

yang akan melanjutkan pembangunan di suatu negara. Masa perkembangan tercepat dalam kehidupan Anak terjadi masa balita. Masa balita merupakan masa yang paling rentan terhadap serangan penyakit. Terjadinya gangguan kesehatan pada masa tersebut, dapat berakibat Negatif bagi pertumbuhan anak itu seumur hidupnya, bahkan menyebabkan kematian, salah satu penyakit yang menyebabkan kematian balita adalah penyakit diare. Hipocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI atau RSCM atau diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari

(2)

biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali sedangkan untuk bayi berumur lebih 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali (FKUI, 2007). Menurut data organisasi kesehatan dunia atau World Health Organizatition (WHO) diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama masyarakat yang sulit untuk ditanggulangi di berbagai Negara. WHO pada tahun 2009, diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta pertahun (0,75%). Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Pada tahun 2011 memperkirakan 4 miliyar kasus diare di dunia, 2,2 juta (0,055%) diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah enam bulan hal ini sebanding dengan 1 anak meninggal setiap

15 detik (WHO, 2011).

Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada anak, terutama usia di bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di negara berkembang. Sebagai gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh diare sedangkan di Indonesia, hasil Rikesdas 2007 diperoleh bahwa diare masih merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42% dibanding pneumonia 27%, untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare 25,2% dibanding pneumonia

15,5% (Subagyo, 2011).

Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama bayi dan anak di indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara 150-430 perseribu penduduk setahunnya. Dengan upaya yang sekarang telah dilaksanakan, angka kematian di rumah sakit dapat ditekan menjadi kurang dari 3% (FKUI,

2007)

Menurut profil Dinas Kesehatan Provinsi bengkulu, pada tahun 2009 di Provinsi Bengkulu ditemukan sebanyak 58.084 penderita diare dan penderita balita sebanyak 14.649 dan yang ditangani pada penderita balita sebanyak 14.590 (99,60%). Kasus terbanyak terjadi di Kota Bengkulu yaitu sebanyak 33.643 kasus dan yang terkecil ada di Kabupaten Bengkulu Selatan dimana dilaporkan selama tahun 2007 terjadi sebanyak 443 kasus diare. Angka Kesakitan diare di Propinsi Bengkulu Tahun 2009 sebesar 34,23 per 1.000 penduduk. Pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu di temukan sebanyak 71.879 perkiraan kasus diare, sebanyak 26.740 ditangani ( 37,2%). Kasus terbanyak di Kota Bengkulu yaitu sebanyak 13.060 kasus dan yang terkecil ada di kabupaten Lebong sebanyak 3.501 kasus. Pada tahun 2011 jumlah balita yang menderita diare dan memeriksakan ke sarana kesehatan mencapai 64.857 dari perkiraan kasus sebanyak 150.362 balita diare.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu pada tahun 2010 didapatkan data jumlah pasien yang menderita diare pada tahun 2010 adalah 717 orang. Pada tahun 2011 yang menderita diare adalah 802 orang. Pada tahun 2012, pada triwulan I terdapat 130 orang, pada triwulan ke II terdapat 220 orang, pada triwulan ke III terdapat 306 orang. Sedangkan berdasarkan survey awal di ruangan Edelwis RSUD dr. M. Yunus Bengkulu pada tahun 2013 tercatat dari bulan januari sampai bulan februari terdapat 8 orang anak penderita diare (Rekam Medis, 2013). Banyaknya masalah keperawatan terhadap penderita diare d Provinsi Bengkulu terutama dr. RSUD dr. M. Yunus Bengkulu peran perawat sangat di butuhkan untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satunya Peran prawat tersebut adalah untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap penderita diare terutama pada pasien dengan masalah

(3)

gangguan pemenuhan nutrisi pada kasus anak diare. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan proses keperawatan harus di lakukan yaitu melaksanakan pengkajian, pengkajian yang pertama yaitu mengkaji identitas pasien dan keluhan utama pasien, kemudian menganalisa riwayat kesehatan, dan melakukan pemeriksaan fisik. Setelah pemeriksaan fisik di lakukan maka perawat dapat menyimpulkan diagnosa keperwatan yang muncul saat pengkajian tersebut. Dengan di temukan diagnosa keperawatan maka perawat dapat melaksanakan perencanaan apa yang dapat di lakukan selanjutnya dan terakhir perawat melakukan implementasi dan mengevaluasi hasil dari tindakan keperawatan yang di laksanakan tersebut. Berdasarkan data tersebut maka penulis tertarik untuk mengangkat judul karya tulis ilmiah “Asuhan keperawatan pada An.x dengan masalah Gangguan Pemenuhan Nutrisi Pada Kasus Anak Diare diruangan anak Edelwis RSUD dr.M.Yunus bengkulu tahun 2013.

METODOLOGI A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan study kasus. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian dapat berupa orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya.

Menurut Nazir (1988): 63) dalam buku Contoh Metode Penelitian, metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriftif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubugan antarfenomena yang diselidiki. Menurut Sugiyono (2005: 21) menyatakan bahwa

metode deskriptif adalah suatu metode yang diunakan untuk menggambarakan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.

Menurut Whitney (1960: 160) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Dapat dikatakan bahwa penelitian yang berusaha mendiskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi pada saat sekarang atau masalah aktual.

Dalam penelitian ini yang menjadi faktor resiko adalah kebutuhan nutrisi pada anak yang menjadi efek adalah kejadian diare.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data tentang klien agar dapat mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang meliputi aspek Bio- Psiko- Sosial- Spritual. Pada saat pengumpulan data peneliti tidak mengalami hambatan dalam mengambil data dari keluarga klien. Hal ini dikarenakan keluarga klien sangat kooperatif pada perawat. Selain itu, data-data dari perawat ruangan yang telah membantu dan memfasilitasi pengumpulan data serta dokumentasi dengan buku status klien diruangan.

Data-data yang didapatkan oleh peneliti dalam pengumpulan data meliputi keluhan utama klien dan saat pengkajian dilahan, data yang didapatkan peneliti dari klien adalah gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan. Dalam teori klien yang menderita Diare akan mengeluh demam, penurunan Berat Badan, lemah, nafsu makan menurun atau anorexsia. Gastroentritis dapat disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri secara langsung atau oleh efek dari nurotoxin yang diproduksi air dan garam ke dalam lumen

(4)

usus dan juga peningkatan mobilitas, yang menyebabkan sejumlah besar makanan yang tidak di cerna dan cairan dikeluarkan. Dengan gastroenteritis yang hebat, sejumlah besar cairan dan elektrolit dapat hilang, menimbulkan dehidrasi, Hyponatermi dan hipokalemia, selain itu juga gastroenteritis yang akut maupun kronik dapat menyebabkan gangguan gizi akibat masukan kurang dan pengeluaran bertambah sehingga terjadinya peningkatan peristaltik yang dapat menyebabkan anoreksia pada klien, sehingga klien mengalami penurunan Berat badan dan kelemahan (Haryono, 2012).

Dalam pengumpulan data terdapat kesenjangan antara teori dan realita dilahan penelitian seperti dalam teori saat dikaji biasanya ditemukan anorexia pada klien, namun pada saat pengkajian tidak ditemukan data tersebut. Itu dikarenakan, pola pemberian makan klien dilakukan secara teratur sehingga peningkatan peristaltik lambung berkurang, hanya saja waktu pengkajian di temukan bahwa klien mengalami kesulitan dalam menelan makanan karena klien mengalami sesak, pasien akan tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dikarenakan mengalami asidosis metabolik, asidosis metabolik terjadi karena kehilangan NaHCO3 melalui tinja yang encer, kelaparan, produk- produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan, berpindahnya ion Natrium dari cairan ekstrasel ke cairan intrasel, dan penimbunan asam laktat atau anoksia jaringan (Hassan dan Alatas, 2007). Hingga ini berarti ada kesenjangan antara teori dengan relita dilahan yang didapatkan oleh peneliti. Adapun kesenjangan secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1. Sikap klien dan keluraga yang mau menerima dan kooperatif dengan pengkajian dan pelaksanaan asuhan keperawatan.

2. Psikologi dan manajemen koping yang dimiliki setiap individu yang berbeda-beda.

2. Diagnosa Keperawatan

Masalah-masalah keperawatan yang ada pada kasus sudah sesuai dengan yang ada pada teori. Setelah data terkumpul peneliti kemudian mengelompokkan data dan menganalisa data, setelah itu peneliti merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil pengkajian dan studi kasus di lahan penelitian. Pada teori penulis tidak mencantumkan semua diagnosa yang mungkin muncul, penulis hanya mencantumkan diagnosa umum yang muncul pada klien dengan kasus diare. Berdasarkan perbandingan teori dengan kasus yang ada, ada beberapa masalah keperawatan yang ada di teori tetapi tidak diangkat dalam kasus. Seperti masalah kekurangan voleme cairan dalam tubuh, resiko infeksi kepada orang lain, dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri abdomen. dan ada juga masalah keperawatan yang tidak ada dalam teori tetapi diangkat di dalam kasus, seperti masalah bersihan jalan nafas tidak efektif. Secara teori (menurut Nursalam, 2008 . Rekawati, 2008 dan Suriyadi, 2010), diagnosa yang mungkin muncul pada klien Diare adalah:

1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar dan encer.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya intake (pemasukan) dan menurunnya absorbsi makanan dan cairan

3. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air besar.

4. Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan terinfeksi kuman diare atau kurangnya pengetahuan tentang pencegahan penyebaran penyakit.

5. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri abdomen.

(5)

6. Cemas dan takut pada anak / orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi sakit.

Diagnosa yang muncul setelah dilakukan pengkajian adalah :

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya intake (pemasukan) dan menurunnya absorbsi makanan dan cairan.

2. Resiko kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan seringnya Buang Air Besar dan encer. 3. Bersihan jalan nafas tidak efektif

berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.

4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air besar.

5. Cemas dan takut pada anak / orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi sakit.

Sedangkan diagnosa yang tidak ditemukan saat setelah pengkajian dan ada dalam teori (menurut Nursalam, 2008 . Rekawati, 2008 dan Suriyadi, 2010) yaitu: 1. Kurangnya volume cairan

berhubungan dengan seringnya buang air besar dan encer.

2. Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan terinfeksi kuman diare atau kurangnya pengetahuan tentang pencegahan penyebaran penyakit.

3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri abdomen.

Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien hanya 5 diagnosa, yaitu 4 diagnosa ada dalam teori dan satu diagnosa yang tidak ada dalam teori. sedangkan pada teori ada 6 diagnosa. Dari 5 diagnosa yang muncul tersebut ada 2 diagnosa yang menjadi kesenjangan antara teori dan actual. Kesenjangan tersebut yaitu yang pertama pada diagnosa Resiko kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan sering buang air besar dan encer sedangkan di teori diagnosa yang ada adalah kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar dan

encer. Alasan penulis mengambil masalah kekurangan cairan lebih mengarah ke resiko kekurangan cairan di karenakan pada saat di lakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik tidak di temukan tanda tanda dehidrasi pada klien tersebut.

Kemudian kesenjangan diagnosa yang kedua tersebut adalah Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum, penulis tertarik untuk menambahkan masalah tersebut karenakan pada saat di lakukan pengkajian klien dalam keadaan sesak di karenakan penumpukan sputum sehingga klien mengalami kesulitan dalam pernafasan. Kemudian terdapat 3 Diagnosa dalam teori yang tidak muncul dalam kasus yaitu yang pertama kurangnya volume cairan dalam tubuh, alasan penulis tidak mengangkat masalah tersebut dikarenakan dalam pengkajian tidak di temukan tanda tanda dehidrasi pada klien tersebut. Selanjutnya masalah resiko infeksi kepada orang lain, alasan penulis tidak mengangkat masalah tersebut Itu dikarenakan, ibu klien berusaha merawat klien dengan baik dan terus menjaga kebersihan klien sehingga tidak memungkinkan terjadinya infeksi terhadap orang lain.

Masalah terakhir adalah gangguan rasa nyaman nyeri pada abdomen klien, pada saat pengkajian tidak di temukan tanda tanda gangguan rasa nyaman yang di sebabkan nyeri pada abdomen klien.

3. Intervensi

Rencana keperawatan yang ada pada bab III sudah sesuai dengan teori yang ada di bab II. Rencana tindakan keperawatan yang diterapkan pada kasus, umunya tindakan mandiri keperawatan berupa pemantauan dan kolaborasi dengan tim medis lain seperti dokter, ahli gizi. Peneliti atau pelaksana asuhan keperawatan membuat perencanaan asuhan keperawatan yang berorientasi pada masalah yang muncul pada saat pengkajian dan memulai analisa data didasarkan pada teori yang didapat oleh peneliti. Perencanaan pada klien Diare, difokuskan pada tindakan

(6)

keperawatan untuk mengatasi masalah gangguan pemenuhan nutrisi, resiko kekurangan voleme cairan, bersihan jalan nafas kurang efektif, resiko kerusakan integritas kulit dan cemas dan takut orang tua dengan kondisi anak.

Hal-hal yang mendukung dalam kelancaran proses perencanaan yaitu keluarga klien koopertif, dukungan dari perawat ruangan, tersedia sarana dan prasarana yang memadai, tersedianya referensi, dan saran pembimbing yang sangat membantu dalam penyusunan perencanaan. Sedangkan untuk hambatan-hambatan yang dialami oleh peneliti atau pelaksana asuhan keperawatan selama membuat perencanaan tidak ada.

Untuk mengamati penerapan proses keperawatan dan melihat dampak dari proses keperawatan yang direncakan, penulis berencana untuk melakukan penelitian ini selama 5 hari karena apabila penulis melakukan pengamatan kurang dari 5 hari penulis sulit untuk melihat progres perkembangan klien dan dampak asuhan keperawatan yang diberikan. Penulis berharap dengan waktu yang cukup singkat ini, penulis dapat melihat perkembangan dan dampak penerapan asuhan keperawatan walaupun tidak semaksimal hasil yang diharapkan.

4. Implementasi

Dalam melaksanakan implementasi keperawatan, pelaksana asuhan keperawatan berusaha melakukan sesuai dengan rencana keperawatan, baik secara mandiri maupun kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. Dalam proses pelaksana tindakan keperawatan, pemberi asuhan keperawatan dapat melaksanakan semua rencana tindakan keperawatan pada klien. Pelaksana asuhan keperawatan melakanakan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam, implementasi pertama dilaksanakan dimulai pada tanggal 08 Juli 2013, pada implementasi ke tiga pelaksana menghentikan tindakan keperawatan tersebut di karenakan semua masalah keperawatan klien telah teratasi dan klien di perbolehkan pulang oleh Dokter pada

tanggal 10 Juli 1013. Pada tanggal 12 Juni 1013 pelaksana tindakan keperawatan melajutkan kembali implementasi keperawatan di karenakan klien di rawat kembali di ruangan dengan diagnosa yang sama, sehinga implementasi di lakukan pelaksana menjadi 5 implementasi sampai pada tanggal 13 Juli 2013.

Selama melaksanakan perencanaan yang telah direncanakan, peneliti menemukan hambatan dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, peneliti tidak dapat mendokumentasikan rencana tindakan yang telah dilakukan dengan lengkap pada klien selama 24 jam sehingga peneliti tidak dapat mengetahui secara penuh perkembangan klien. Namun hal tersebut dapat ditangani dengan mendelegasikan kepada perawat ruangan dan kelurga klien. Selain itu buku status klien dan buku jadwal injeksi membantu dalam pengontrolan peneliti dalam melaksanakan asuahan keperawatan. Banyak rencana-rencana yang dapat dilakukan pada klien baik berupa tindakan mandiri atau pun kolaborasi. Tindakan keperawatan secara mandiri yang dapat diterapkan pada kasus ini yaitu seperti pemantauan keadaaan umum klien, Pemeriksaan tanda-tanda vital berupa nadi, suhu dan pernafasan. Pemantauan warna kulit dan turgor kulit klien, memberikan situasi dan kondisi yang senyaman mungkin pada klien, memberikan jeda waktu dalam pemberian tindakan keperawatan, mengauskultasi bising usus klien, menjaga keamanan klien ketika memberikan makan, mengkaji kemampuan klien dalam beraktivitas, menganjurkan keluarga untuk memberikan makan klien sedikit demi sedikit tapi sering.

Tindakan keperawatan secara kolaboratif yang dilakukan pada penerapan kasus ini yaitu : mengkolaborasikan dalam pemberian cairan intravena, mengkolaborasikan dalam pemberian obat. Mengkolaborasikan dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi klien. Kolaborasi dengan fisioterapi untuk meminimalisirkan masalah fisoterapi dada pada klien.

(7)

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang berguna untuk menilai asuhan keperawatan yang telah diberikan. Evaluasi yang di lakukan terdiri dari dua jenis evaluasi, yaitu evalusai formatif (dalam bentuk respon hasil) dan evaluasi sumatif (dalam bentuk SOAP). Tahap ini dilakukan mulai tanggal 08 juli 2013 sampai dengan tanggal 10 juli 2013, pada evaluasi ini dapat diketahui semua tujuan telah tercapai sehingga klien di izinkan Dokter untuk pulang ke rumah. Pada tanggal 12 Juli 2013 klien kembali di rawat di rumah dikarenakan kekambuhan klien, sehingga pelaksana melanjutkan kembali rencana tindakan keperawatan sampai dengan tanggal 13 Juli 2013 pada evaluasi ini terdapat 2 masalah yang belum tercapai diantaranya adalah masalah gangguan pemenuhan nutrisi dan resiko kekurangan voleme cairan dalam tubuh . Dari 5 masalah yang ditemukan pada klien An. N dengan Diare yaitu:

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya intake (pemasukan) dan menurunnya absorbsi makanan dan cairan.

2. Resiko kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan seringnya Buang Air Besar dan encer. 3. Bersihan jalan nafas tidak efektif

berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.

4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air besar.

5. Cemas dan takut pada anak / orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi sakit.

Setelah penulis melakukan tindakan pada tanggal 08 Juli 2013 sampai dengan tanggal 10 Juli 2013 hasil dari evaluasinya adalah seluruh diagnosa 1, 2, 3, 4, 5 tujuannya dapat tercapai seluruhnya dan klien di perbolehkan Dokter untuk pulang. Faktor faktor yang mendukung tercapainya tujuan yang telah di tetapkan pada setiap diagnosa tersebut yaitu, keluarga klien

koopertif, dukungan dari perawat ruangan, tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, tersedianya referensi, dan saran pembimbing yang sangat membantu dalam penyusunan perencanaan sampai tahap implementasi dan evaluasi. Adapun diagnosa yang belum tercapai tujuannya adalah diagnosa ke 1, 2, 5 diagnosa kembali muncul dikarenakan pada tanggal 12 Juli 2013 klien kembali di rawat di ruangan sehingga penulis kembali melakukan tindakan keperawatan hingga sampai tanggal 13 Juli 2013.

Penulis tidak memiliki kendala dalam melakukan tindakan keperawatan tersebut, hanya saja waktu yang terdapat dalam tujuan khusus penulis untuk melakukan tindakan keperawatan dalam waktu 5 hari, sehingga mengharuskan penulis menghentikan melakukan tindakan keperawatan. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah peran perawat ruangan untuk melanjutkan tindakan keperawatan kepada klien, dan kolaborasi tim medis lainya.

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Setelah penulis memberikan Asuahan Keperawatan selama 5x24 jam Pada An. N Dengan Masalah Gangguan Pemenuhan Nutrisi Pada Kasus Diare di Ruangan Edelweis RSUD dr. M. Yunus Bengkulu yang dilakukan pada tanggal 08 juli 2013 sampai dengan 13 juli 2013, maka dari itu dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tahap pengkajian

Dari hasil pengkajian pada klien di temukan data senjang yaitu dalam teori klien yang menderita Diare akan mengeluh demam, penurunan Berat Badan, lemah, gelisah, nafsu makan menurun atau anorexsia. setelah di lakuakan pengkajian terdapat data senjang yaitu klien tidak mengalami anorexia, itu dikarenakan kondisi klien sudah membaik.

2. Tahap diagnosa keperawatan

Dari data senjang yang diperoleh berdasarkan hasil pengkajian, maka

(8)

peneliti merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut:

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya intake (pemasukan) dan menurunnya absorbsi makanan dan cairan.

2. Resiko kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan seringnya Buang Air Besar dan encer.

3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.

4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air besar.

5. Cemas dan takut pada anak / orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi sakit.

3. Tahap perencanaan keperawatan

Perencanaan yang dibuat sesuai dengan tuntunan dan dasar pemikiran dari setiap intervensi berdasarkan studi kasus atau referensi yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Perencanaan yang dibuat peneliti untuk menyelesaikan masalah pada diagnosa keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi yakni menganjurkan Ibu dan kluarga memberikan makanan kepada anak secara teratur dan rutin dan kolaborasi dalam pemberian antibiotik.

4. Tahap implementasi keperawatan

Dalam melakukan tindakan keperawatan, penulis berusaha melakukan sesuai dengan rencana keperawatan, baik secara mandiri maupun secara kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti dapat melaksanakan semua rencana tindakan keperawatan pada klien. Tindakan yang dilakukan dalam menangani masalah klien disesuaikan denga intervensi yang telah direncanakan. Selain itu, dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan setiap shift pagi sampai siang.

5. Tahap evaluasi

Evaluasi keperawatan dilakukan pada setiap shift jaga pada tanggal 8 Juni sampai

dengan 10 Juni 2013 semua masalah tersebut telah teratasi, di karenakan kondisi klien membaik dan di perbolehkan pulang oleh Dokter. Sedangkan pada tanggal 12 Juni 2013 klien kembali di rawat di ruangan dengan diagnosa keperawatan yang sama, sehingga mengharuskan penulis untuk kembali melakukan tindakan sampai tanggal 13 Juli 2013. Hasil dari evaluasi keperawatan hanya 2 masalah teratasi. dan 3 masalah yang belum teratasi.

B. Rekomendasi 1. Bagi akademik

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah materi tentang masalah asuhan keperawatan klien dengan masalah gangguan pemenuhan nutrisi pada kasus anak diare sehingga dapat meningktakan pengetahuan mahasiswa untuk mempersiapkan ketika berada pada paraktek lapangan.

2. Bagi masyarakat

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai asuhan keperawatan dengan masalah gangguan pemenuhan nutrisi pada kasus anak diare. Khususnya pada masyarakat yang belum mengetahui tentang masalah ini sehingga tidak terjadi misskomunikasi dengan tenaga kesehatan lainya.

3. Bagi rumah sakit

Dari hasil penelitian ini, diharapkan kepada perawat ataupun tenaga medis lainnya agar sering memantau perkembangan klien dengan masalah gangguan pemenuhan nutrisi pada kasus diare dengan memberikan penjelasan kepada keluarga klien agar tidak terjadi kesalapahaman dalam penerapan asuhan keperawatan.

4. Bagi peneliti lain

Dari hasil penelitian ini, diharapkan peneliti lain mampu meneruskan penelitian ini dengan menggunakan jenis penelitian yang berbeda dan mencari diagnose lain yang menimbulkan gangguan pemenuhan nutrisi.

(9)

5. Bagi keluarga

Dari hasil penelitian ini, agar keluarga dapat memahami dan mengerti penerapan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan masalah gangguan pemenuhan nutrisi pada kasus anak diare.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin, kumala sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta. Salemba Medika

A. Aziz Alimul hidayat. 2011. Pengantar

Ilmu Kesehatan Anak, Untuk pendidikan kebidanan. Jakarta;

Salemba medika.

Staf pengajar ilmu kesehatan anak. 2007.

Ilmu kesehatan anak. Jakarta.

Infomedika.

Dinas Kesehatan Kota Bengkulu. 2010.

Profil Kesehatan Bengkulu. Bengkulu.

Dinas Kesehatan Kota Bengkulu. 2011.

Profil Kesehatan Bengkulu. Bengkulu.

Dinas Kesehatan Kota Bengkulu. 2012.

Profil Kesehatan Bengkulu. Bengkulu.

IDAI. 2011. Buku ajar;

Gastroenterologi-hepatlogi. Jakarta. UKK-

Gastroenterologi-hepatlogi IDAI. New Merah Putih. 2009. Undang-Undang

Perlindungan Anak, Nomor 23 tahun 2002. Yogyakarta; Galangpress.

Nursalam, Rekawati Susilaningrum, Sri Utami. 2008. Asuhan Keperawatan

Bayi dan Anak (untuk perawat

dan bidan). Jakarta; Salemba Medika.

RSUD dr. M. Yunus. 2012. Rekam Medis,

Penderita Diare. Bengkulu.

Rudi Haryono. 2012. Keperawatan

Medical Bedah, Sistem

Pencernaan. Yogyakarta; Gosyen

Pubhlishing.

Rudianto Sofwan. 2010. Cara cepat atasi:

Diare Pada Anak. Yogyakarta;

Bhuana Ilmu Populer.

Suriadi, rita yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta;

CV. Agung Seto

Vivian nani lia dewi. 2010. Asuhan

Neonatus Bayi dan anak Balita.

Jakarta. Salemba medika

Yogyakarta.Vivian Nanny lia Dewi. 2010.

Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita.

Referensi

Dokumen terkait

Informasi akademik merupakan bagian terpenting dalam pendidikan pada masa kini. Dipicu oleh kemajuan teknologi informasi, berbagai organisasi pendidikan mengharapkan suatu sistem

Unit analisis pada penelitian ini adalah jumlah ODHA di Jawa Timur, data diolah menggunakan metode peramalan Double Exponential Smoothing Holt dan ARIMA..

Gaya pemakanan mempunyai pengaruh terhadap spindle (poros) batu gerinda. Dengan adanya gaya pemakanan, maka seolah-olah poros batu gerinda memperoleh gaya tekan keatas

Pada soal latihan 5.1 kita membuat tabel hiperbolik-trigonometri yang diketahui sebagai berikut :.. Sinh, cosh, dan tanh rentang -5 ≤ x

Tingginya tingkat ketimpangan produk domestik regional bruto (PDRB) perkapita antarkabupaten/kota, tidak berarti secara otomatis menerangkan bahwa.. tingkat

Untuk mempertahankan kualitas tepung kelapa yang diproduksi, maka perusahaan juga perlu memperhatikan mutu dari bahan baku kelapa serta unsur penunjang lainnya,

Buka kembali file my komputer anda lalu klik kanan pada bagian yang error , contoh pada file Documen :Document-(klik kanan)  pilih delete, lakukan juga pada file-file yang lainnya

Jumlah anggota keluarga adalah karakteristik yang menjadi salah satu variabel bebas yang mempengaruhi curahan waktu tenaga kerja wanita pada industri tepung