• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. bahkan lebih berkembang. Untuk itu perusahaan perlu mengembangkan suatu strategi yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I. bahkan lebih berkembang. Untuk itu perusahaan perlu mengembangkan suatu strategi yang"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Memasuki era pasar global, persaingan di dunia usaha semakin ketat, yang menuntut setiap perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan agar dapat bertahan atau bahkan lebih berkembang. Untuk itu perusahaan perlu mengembangkan suatu strategi yang tepat agar bisa mempertahankan eksistensinya dan memperbaiki kinerjanya. Salah satu usaha untuk menjadi perusahaan yang besar dan kuat adalah melalui ekspansi. Ekspansi perusahaan dapat dilakukan baik dalam bentuk ekspansi internal maupun ekspansi eksternal. Ekspansi internal terjadi pada saat divisi-divisi yang ada dalam perusahaan tumbuh secara normal melalui kegiatan capital budgeting. Sedangkan ekspansi eksternal dapat dilakukan dalam bentuk penggabungan usaha.

Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang didasarkan pada pertimbangan hukum, perpajakan atau alasan lainnya. Namun, tidaklah mudah untuk mewujudkan penggabungan yang ideal. Penggabungan usaha industri perusahaan di negara-negara maju telah lama terjadi. Penggabungan usaha baru terlihat signifikan setelah krisis melanda kawasan Asia. Kompetisi yang kian ketat serta tuntutan kemampuan teknologi serta kualitas pelayanan, memaksa perusahaan Asia memilih merger dan akuisisi. Di Indonesia didorong oleh semakin besarnya pasar modal, transaksi merger dan akuisisi semakin banyak dilakukan. Di Indonesia isu merger dan akuisisi hangat 2 dibicarakan baik oleh para pengamat ekonomi, ilmuwan dan praktisi bisnis sejak tahun 1970-an. Pada periode 1989-1992 saja telah terjadi 32 kasus merger dan akuisisi terhadap 79 perusahaan (Santoso, 1992).

(2)

Penggabungan usaha pada umumnya dilakukan dalam bentuk merger,akuisisi, dan konsolidasi. Dengan dilakukannya merger dan akuisisi, diharapakan perusahaan dapat melanjutkan usahanya dengan bantuan serta kerjasama dengan perusahaan lain dan selanjutnya untuk saling bersinergi mencapai tujuan tertentu.

Di Inggris, Sudarsanam (1999) menyatakan terjadinya puncak kegiatan

pengambilalihan terlihat jelas mulai pada tahun 1968, 1972 dan 1989, dan alasan dari sejumlah besar akuisisi pada tahun tersebut bervariasi, salah satunya pasarmodal di Inggris mengalami fase spekulasi atas kenaikan harga (bull phase).

Sedangkan menurut Hitt, (2001) akuisisi telah menjadi strategi yang popular di antara perusahaan-perusahaan A.S. selama bertahun-tahun. Sebagian yakin bahwa strategi ini berperan penting dalam restrukturisasi efektif yang dilakukan bisnis-bisnis AS selama tahun 1980-an dan 1990-an. Di Indonesia sendiri menurut Payamta (2004) aktivitas merger dan akuisisi mulai marak dilakukan seiring dengan majunya pasar modal di Indonesia. Isu merger dan akuisisi hangat dibicarakan oleh para pengamat ekonomi, ilmuwan maupun praktisi bisnis sejak tahun 1990-an. Merger di Indonesia telah berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah alternatif strategi yang menarik bagi banyak perusahaan baik domestik maupun asing untuk melakukannya.

Alasan perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah untuk memperoleh sinergi,

strategic opportunities, meningkatkan efektifitas dan mengeksploitasi mispricing di pasar

modal (Foster, 1994). Alasan perusahaan melakukan merger dan akuisisi juga dijelaskan oleh Bengtsson (1994) adalah untuk mengeksploitasi sinergi dimana sinergi bisa jadi gagasan yang tidak masuk akal namun dapat dilakukan jika mampu mengkombinasikan bidang antar

(3)

perusahaan seperti alih teknologi, pengetahuan pemasaran, penelitian dan pengembangan, pemotongan biaya, harmonisasi produk, serta penggunaan sumber daya yang lebih optimum, selanjutnya meningkatkan dan melindungi pasar, memperkuat bisnis utama dan untuk mencapai ukuran critical mass-competitive, dengan yang dimaksud adalah tekad suatu perusahaan untuk mencapai ukuran optimum yang diinginkan, „massakritikal‟, demi kompetisi/persaingan dan kelangsungan hidup perusahaan tersebut.

Menurut Hitt (2001) alasan melakukan konsolidasi ini adalah kebutuhan untuk memiliki banyak peranan supaya mendapat skala ekonomi agar dapat bersaing dengan efektif dalam pasar global, dan sangat perlu dilakukan untuk sebagian lawan pesaingnya. Selain itu,Simanjuntak (dikutip dari Prasanna Chandra, 2001) menyatakan alasan ekonomi yang utama dari merger adalah nilai (value) perusahaan hasil merger diharapkan lebih besar dari jumlah nilai mandiri dari perusahaan-perusahaan yang bergabung (merger). Alasan, motif, dan tujuan merger sangat bervariatif dan tergantung dari kebutuhan perusahaan-perusahaan yang melakukannya namun yang paling umum digunakan adalah sinergi, perpajakan, dan ekspansi. Diakui keputusan merger dan akuisisi dianggap cepat dalam mewujudkan tujuan perusahaan yang belum tercapai dikarenakan perusahaan tidak perlu memulai bisnis baru. Dan keputusan merger dan akuisisi diharapkan mempunyai pengaruh yang besar dalam memperbaiki dan peningkatan kondisi perusahaan, terutama dalam penampilan finansial perusahaan serta posisi keuangan mengalami perubahan.

Berikut data beberapa perusahaan publik yang melakukan Merger dan Akuisisi dari tahun 2010 yang diperoleh dari KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) :

(4)

TABEL 1.1

Perusahaan publik yang melakukan Merger dan Akuisisi tahun 2010-2012

(5)

Sejumlah kalangan menilai, aksi korporasi merger dan akuisisi dinilai positif dan mempengaruhi kinerja perseroan karena memberi sinergi yang positif dan berpotensi mendongkrak laba. Dalam hal manajerial, sinergi ada ketika para menajer menemukan cara bagi perusahaan untuk menciptakan nilai lebih besar dibandingkan dengan nilai total yang mereka ciptakan saat beropersai sebagai identitas independen, sedangkan bagi pemegang saham sinergi bila mereka bisa mendapatkan keuntungan yang tidak bisa mereka peroleh melalui keputusan diversifikasi portofolio mereka sendiri. Kemudian untuk menilai kinerja keuangan perusahaan setelah melakukan merger dan akuisisi dapat dilihat dengan membandingkan dari neraca keuangannya dimana untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan alat yang biasanya digunakan adaah rasio keuangan.

Pada umumnya tujuan dilakukannya merger dan akuisisi adalah mendapatkan sinergi atau nilai tambah. Oleh sebab itu keunggulan masing-masing perusahaan untuk saling melengkapi menjadi pertimbangan utama dalam menjajaki merger. Merger antara perusahaan selain harus memperhatikan daya saing ekonomi juga kepuasan bagi pemegang saham. Teknik merger sudah tentu harus diterapkan secara optimal dalam konteks keterkaitan persamaan sifat-sifat usahanya. Keputusan untuk merger dan akuisisi bukan sekedar menjadikan dua ditambah dua menjadi empat tetapi merger dan akuisisi harus menjadikan dua ditambah dua menjadi lima. Nilai tambah yang dimaksud tersebut lebih bersifat jangka panjang dibanding nilai tambah yang hanya bersifat sementara saja. Oleh karena itu, ada tidaknya sinergi suatu merger dan akuisisi tidak bisa dilihat beberapa saat setelah merger dan akuisisi terjadi, tetapi diperlukan waktu yang relatif panjang. Sinergi yang terjadi sebagai akibat penggabungan usaha bisa berupa turunnya biaya rata-rata per unit karena naiknya skala

(6)

ekonomis, maupun sinergi keuangan yang berupa kenaikan modal. Keputusan merger dan akuisisi selain membawa manfaat tidak terlepas dari permasalahan (Suta, 1992), diantaranya biaya untuk melaksanakan merger dan 3 akuisisi sangat mahal, dan hasilnya pun belum pasti sesuai dengan yang diharapkan. Di samping itu, pelaksanaan akuisisi juga dapat memberikan pengaruh negatif terhadap posisi keuangan dari acquiring company apabila strukturisasi dari akuisisi melibatkan cara pembayaran dengan kas dan melalui pinjaman. Pennasalahan yang lain adalah kemungkman adanya corporate culture, sehingga berpengaruh pada sumber daya manusia yang akan dipekerjakan. Merger dan akuisisi merupakan bentuk investasi bisnis yang memerlukan pertimbangan-pertimbangan strategis dalam keputusannya. Secara umum keputusan akuisisi ditujukan untuk mencapai nilai sinergi, yaitu peningkatan competitiveness dan cash flow yang dihasilkan yang tidak dapat dicapai jika dilakukan oleh kedua perusahaan yang bergabung itu sendiri-sendiri. Namun demikian banyak lubang-lubang perangkap (synergy trap) yang melekat dalam merger dan akuisisi (Payamta, 2004).Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan yang me-merger mengambil atau membeli semua assets dan liabilities perusahaan yang di-merger dengan begitu perusahaan yang me-merger memiliki paling tidak 50% saham dan perusahaan yang di-merger berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya menerima sejumlah uang tunai atau saham di perusahaan yang baru (Brealey, Myers, & Marcus, 1999, p.598).

Definisi merger yang lain yaitu sebagai penyerapan dari suatu perusahaan oleh perusahaan yang lain. Dalam hal ini perusahaan yang membeli akan melanjutkan nama dan identitasnya. Perusahaan pembeli juga akan mengambil baik aset maupun kewajiban

(7)

perusahaan yang dibeli. Setelah merger, perusahaan yang dibeli akan kehilangan/berhenti beroperasi (Harianto dan Sudomo, 2001).

Merger atau akuisisi dapat dibedakan horizontal merger terjadi ketika dua atau lebih perusahaan yang bergerak di bidang industri yang sama bergabung.Vertical merger terjadi ketika suatu perusahaan mengakuisisi perusahaan supplier atau customernya. Congeneric

merger terjadi ketika perusahaan dalam industri yang sama tetapi tidak dalam garis bisnis

yang sama dengan supplier atau customernya. Keuntungannya adalah perusahaan dapat menggunakan penjualan dan distribusi yang sama. Conglomerate merger terjadi ketika perusahaan yang tidak berhubungan bisnis melakukan merger. Keuntungannya adalah dapat mengurangi resiko. (Gitman, 2003).

Meskipun popular dan penting, baik bagi perusahaan besar maupun kecil, banyak akuisisi yang tidak menghasilkan keuntungan finansial seperti yang diharapkan atau diinginkan oleh perusahaan (Stoner et al, 1996). Menurut Januar Eko (dikutip dari Suta, 1992) keputusan merger dan akuisisi selain membawa manfaat juga tidak terlepas dari permasalahan diantaranya biaya untuk melaksanakan merger dan akuisisi sangat mahal dan hasilnya pun belum pasti sesuai dengan apa yang diharapkan. Disamping itu, pelaksanaan akuisisi juga dapat memberikan pengaruh negatif terhadap posisi keuangan dari acquiring company apabila strukturisasi dari akuisisi melibatkan cara pembayaran dengan kas dan melalui pinjaman. Hitt, Harrison, dan Duane (2002) menyatakan, terdapat penelitian yang dilakukan oleh kalangan sarjana atau pemikir (think tanks) menunjukkan masalah-masalah kinerja akuisisi salah satunya penelitian Mc Kinsey&Co menemukan bahwa kirakira 60% dari akuisisi yang diteliti tidak bisa menghasilkan keuntungan yang lebih besar daripada biaya modal tahunan yang

(8)

diperlukan untuk membayar akuisisi tersebut dan penelitian lainnya menunjukkan sejumlah akuisisi (30% - 40%) pada akhirnya dijual karena justru menimbulkan kerugian investasi.

Banyak perusahaan yang pada akhirnya gagal memenuhi ekspektasinya terhadap perusahaan yang diakuisisi contohnya adalah PT. Astra Agro Lestari, Tbk yang di tahun 2014 mengakuisisi perusahaan perkebunan PT. Palma Plantasindo, Tbk yaitu sebuah perusahaan kelapa sawit yang memiliki lahan di Kalimantan Timur, namun kenyataanya pada tahun 2015 laba perusahaan malah merosot sebesar 67,5% yang dikarenakan melonjaknya beban perusahaan. Namun Ini bukan berarti sebagian besar merger dan akuisisi membawa hasil negatif. Merger dan akuisisi menurut Bengtsoon (1994,) sesungguhnya akan bekerja lebih baik dan berlangsung lebih lama jika dimotivisir oleh sasaran yang jelas dan strategi serta didukung oleh tindakan yang telah direncanakan secara tepat dalam semua prosesnya. Dalam kegiatan merger dan akuisisi, Sutrisno & Sumarsih (2004) menyatakan ada dua hal yang patut dipertimbangkan yaitu nilai yang dihasilkan dari kegiatan merger dan akuisisi serta siapakah yang paling diuntungkan dari kegiatan tersebut. Dengan adanya merger dan akuisisi diharapkan akan menghasilkan sinergi yang memotivasi sehingga nilai dan kinerja perusahaan dapat meningkat.

Contoh praktek merger dan akuisisi yang terbilang sukses di Indonesia ialah Akuisisi yang dilakukan oleh PT. Astra International Tbk terhadap PT. General Electric Service. Akuisisi tersebut didasarai motivasi untuk mencapai sinergi yang akan menaikkan nilai perusahaan terutama bagi PT Astra International, Tbk yang telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta, selain itu menurut Kepala Komunikasi Korporasi PT. Astra International, Tbk

(9)

akuisisi tersebut juga ditujukan untuk mendukung rencana jangka panjang perusahaan, terutama dalam menghadapi penjualan sektor otomotif yang diperkirakan terus meningkat.

Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan untuk melihat pengaruh merger dan akuisisi terhadap perusahaan, namun hasilnya tidak selalu konsisten. Beberapa penelitian mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan di Indonesia diantaranya adalah Djayani Nurdin (1996) menganalisis dimana terdapat perbedaan kinerja keuangan oleh rasio-rasio keuangan perusahaan, rentabilitas, likuiditas, dan solvabilitas sebelum dan setelah melakukan akuisisi, kegiatan akuisisi berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Sementara itu Agunan P. Samosir (2003) yang melakukan kajian terhadap kinerja Bank Mandiri menunjukkan setelah merger justru tidakberdampak positif atau dikatakan tidak sehat jika dilihat dari rasio keuangannya. Kemudian Payamta dan Setiawan (2004) mengemukakan bahwa, rasio keuangan dua tahun sebelum dan setelah merger dan akuisisi tidak mengalami perbedaan secara signifikan, sedangkan abnormal return perusahaan sebelum merger dan akuisisi positif, namun setelah merger dan akuisisi menjadi negatif.

Penelitian yang dilakukan Sutrisno dan Sumarsih (2004) meneliti return saham perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dalam jangka panjang menunjukkan hasilnya bahwa merger dan akuisisi memberi pengaruh pada return saham yang bisa bernilai positif dan negatif walaupun tidak signifikan secara statistik, dengan jangka waktu pengamatan satu tahun sebelum dan dua tahun setelah merger dan akuisisi. Penelitian yang dilakukan Hendro Widjanarko (2006) juga menunjukkan tidak adanya perubahan yang signifikan dari kinerja keuangan perusahaan dua tahun sebelum dan dua tahun setelah merger dan akuisisi. Penelitian Januar Eko Prasetyo (2007) mengenai dampak merger dan akuisisi terhadap cash flow

(10)

disimpulkan tidak ada perbedaan kinerja cash flow untuk tahun sebelum dan setelah, namun untuk satu tahun sebelum dan tiga tahun setelah merger dan akuisisi memberikan indikasi adanya perbedaan yang signifikan.

Berdasarkan kajian dan penelitian sebelumnya terdapat perbedaan hasil dalam penerapan strategi merger dan akuisisi, disisi lain aplikasi merger dan akuisisi memberikan dampak yang menguntungkan perusahaan, namun disisi lain justru memberikan kerugian bagi perusahaan yang melakukannya. Sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan perusahaan yang dinilai dari rasio keuangannya. Karena untuk menilai bagaimana keberhasilan merger dan akuisisi yang dilakukan, dapat dilihat dari kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi, terutama kinerja keuangannya.

Pengertian lain tentang kinerja yaitu “Performance adalah ukuran seberapa efisien dan efektif sebuah organisasi atau seorang manajer untuk mencapai tujuan yang memadai.” Untuk memahami pengertian kinerja keuangan, tentu dengan memahami terlebih dahulu apa itu kinerja. Istilah kinerja kerap dihubungkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Kinerja dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut (Sukhemi, 2007). Kinerja merupakan gambaran prestasi yang dicapai perusahaan dalam kegiatan operasionalnya baik menyangkut aspek kuangan, aspek pemasaran, aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana, aspek teknologi, maupun aspek sumber daya manusianya (Jumingan, 2006).

Kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Dapat

(11)

dijelaskan bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar (Fahmi, 2012). Menurut Sucipto (2003), pengertian kinerja keuangan yakni penentuan ukuran - ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan dalam menghasilkan laba. Sementara itu menurut IAI (2007), dikemukakan bahwa kinerja keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumberdaya yang dimilikinya. Kemudian untuk menilai kinerja keuangan perusahaan setelah melakukan merger dan akuisisi dapat dilihat dengan membandingkan dari neraca keuangannya dimana untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan, alat yang biasanya digunakan adalah rasio keuangan.

Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen, merupakan persoalan yang kompleks karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal dan efisiensi dari kegiatan perusahaan yang menyangkut nilai serta keamanan dari berbagai tuntutan yang timbul terhadap perusahaan. Sawir (2005) menyatakan bahwa kinerja keuangan merupakan kondisi yang mencerminkan keadaan keuangan suatu perusahaan berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan.

Dari sejumlah pengertian kinerja keuangan di atas, dapat diambil kesimpulan sederhana bahwa kinerja keuangan merupakan pencapaian prestasi perusahaan pada suatu

(12)

periode yang menggambarkan kondisi kesehatan keuangan perusahaan dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diketahui bahwa permasalahan utama dalam penelitian ini adalah kajian dan penelitian terdahulu terdapat perbedaan hasil penelitian yang tidak selalu konsisten (research gap) mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan ,dimana beberapa peneliti menyebutkan adanya perbedaan signifikan dan ada beberapa peneliti yang menyebutkan tidak adanya perubahan yang signifikan yang mana perubahan signifikan tersebut dapat dilihat dari kinerja perusahaan. Permasalahan kedua yaitu terjadinya ketidak sesuaian antara teori dengan kenyataan yang terjadi dilapangan (fenomena gap).

Melihat dari beberapa penelitian terdahulu serta pandangan teori motivasi dan kegiatan merger dan akuisisi tersebut yang menghasilkan perbedaan antara teori dan kenyataan pada data empiris dari rata-rata kinerja keuangan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi,maka untuk pertanyaan (research question) dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger

dan akuisisi berdasarkan rasio keuangan yaitu Current Ratio (CR), Debt Ratio (DR),

Total Asset Turn Over (TATO), Return On Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara persial berbeda signifikan ?

2. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi berdasarkan rasio keuangan ,yaitu Current Ratio (CR),Debt Ratio (DR),Total

Asset Turn Over (TATO), Return On Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER)

(13)

Aspek –aspek kinerja lain yang berkaitan dengan merger dan akuisisi sesudah pelaksanaan merger dan akuisisi tidak diperhitungkan dalam penelitian ini. Aspek –aspek tersebut meliputi aspek ekonomi dan ekonomi seperti dampak teknologi, pajak , tenaga kerja, peluasan pasar, jaringan distribusi kemampuan manajerial, kepuasan pelanggan , dan sebagainya yang mungkin sangat berpengaruh akibat peristiwa merger dan akuisisi yang dilakukan (Payamta dan Setiawan, 2004)

1. 3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang diuraikan diatas, maka tujian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Menganalisis perbedaan kinerja perusahaan sebelum dan sesudah marger dan akuasisi yang diukur berdasarkan rasio keuangan, yaitu Current Ratio (CR) Current Ratio

(CR),Debt Ratio (DR),Total Asset Turn Over (TATO), Return On Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara persial berbeda signifikan ?

2. Menganalisis perbedaan kinerja perusahaan sebelum dan sesudah marger dan akuasisi yang diukur berdasarkan rasio keuangan, yaitu Current Ratio (CR),Debt Ratio (DR),Total

Asset Turn Over (TATO), Return On Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER)

secara simultan berbeda signifikan ? 1.4 Batasan Penelitian

Akuisisi dan Merger

1. Dalam penelitian ini dilihat dari sudut pandang pengakuisisi sehingga total asset perusahaan sama dengan merger jadi kesimpulannya tidak ada perbedaan.

(14)

2. Tidak dibedakan dalam penelitian ini di lihatdari asetnya jadi perlakuannya tidak ada bedanya dengan akuisisi dan merger atau penelitian ini menggunakan akuisisi asset sebelumnya / sesudahnya akuisisi tapi dilihat dari yang mengakuisisi.

1. 5 Maanfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diinginkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat mengukur perubahan kinerja keuangan perusahaan sesudah dilakukanya merger dan akuaisisi serta memberikan masukan kepada perusahaan sebagai bahan pertimbangan yang dapat di gunakan untuk menentukan langkah perusahaan perusahaa selanjutnya.

2. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh akibat perusahaan dalam melakukan merger dan akuisisi terhadap fundamental perusahaan melalui kinerja keuangannya.

3. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dalam menambah pengetahuan dan memperluas wawasan dalam ilmu ekonomi, khususnya mengenai pengaruh tentang merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan refrensi dasar perluasan penelitian dan penambahan wawasan untuk pengembangan.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Tanda pelunasan pajak tahun terakhir (SPT tahun 2013) dan Laporan Bulanan Pajak (PPh pasal 21, PPh pasal 23 bila ada transaksi, PPh pasal 25/29 dan PPN) untuk 3 (tiga) bulan

Dalam penelitian ini, hasil yang diperoleh adalah memiliki kontribusi yang signifikan antara variabel kekuatan otot tungkai dengan variabel kemampuan akurasi

Syariah Tidak Ada Dewan Komisaris memiliki rangkap jabatan di Perusahaan lain; Wakil Rektor IPB Bogor; Ketua DPS PT Bank Syariah Mandiri; Chief Economist PT Bank Rakyat

Perumusan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Musi Rawas ini meliputi: Perumusan Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten, 1.. Rencana penataan ruang,

Variabel penelitian terdiri dari variable independen Kapasitas Sumber Daya Manusia (X1), Pengendalian Intern Akuntansi (X2), Pemanfaatan Teknologi Informasi (X3),

Lokasi ideal akses pemberian cairan pada kulit yang tidak mengalami luka bakar, namun jika tidak memungkinkan maka dapat dilakukan pada luka bakar.. Akses intravena

Divisi Pelaksanaan, Monitoring dan Evaluasi Ekosistem sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b mempunyai tugas melakukan penyiapan pelaksanaan, monitoring dan

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan segala kerendahan hati yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis mampu