• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI E-PURCHASING PENGADAAN MOBIL INSTANSI PEMERINTAHAN MODUL LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) PENYEDIA BARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI E-PURCHASING PENGADAAN MOBIL INSTANSI PEMERINTAHAN MODUL LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) PENYEDIA BARANG"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI E-PURCHASING

PENGADAAN

MOBIL

INSTANSI

PEMERINTAHAN

MODUL

LAYANAN

PENGADAAN

SECARA

ELEKTRONIK (LPSE)

PENYEDIA

BARANG

Noviardi Putra Nugroho

Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111

Email : hohok_68@is.its.ac.id

ABSTRAK

Saat ini pengadaan barang pemerintah sudah dilakukan secara elektronik melalui internet yang disebut Sistem Pengadaan Secara Elektronik yang ada di unit kerja Layanan Pengadaan Secara Elektronik. Pengadaan barang saat ini dilakukan lelang pada umumnya. Hal ini menyebabkan barang yang didapat tidak sesuai dengan harapan dan memakan waktu serta biaya yang cukup besar.

Oleh karena itu diperlukan suatu sistem e-purchasing yang menangani pembelian langsung barang pemerintah. Sistem ini bertugas sebagai jembatan antara penyedia barang(suplier)dan panitia pengadaan. Hal ini bertujuan agar pengadaan barang akan menghemat waktu serta biaya, dan juga panitia pengadaan akan mendapatkan barang sesuai dengan harapan karena pada sistem ini dapat mengetahui spesifikasi detail dari barang.

Dalam pendokumentasian sistem informasi E-Purchasing modul penyedia barang ini menggunakan standard Readyset. Adapun tahapan yang didokumentasikan dalam standar ReadySet yaitu studi literatur serta identifikasi permasalahan, analisa kebutuhan pengguna dan kebutuhan minimum aplikasi, desain sistem, coding, dan ujicoba dan evaluasi.

Kata kunci :pengadaan, E-PURCHASING, ReadySet,

ABSTRACT

Currently government procurement is conducted electronically via the Internet called the System of Electronic Procurement in the work unit Electronic Procurement Services. Procurement is currently conducted auctions in general. This causes the acquired goods are not in line with expectations and time-consuming and considerable cost.

Therefore we need an e-purchasing system that handles the direct purchase of government goods. This system served as a bridge between manufacturers (suppliers) and the procurement committee. It is intended that the procurement will save time and costs, and also the procurement committee will get the goods in accordance with expectations because the system can know the detailed specification of the goods.

In documenting the system information module supplier E-Purchasing this item using the standard Readyset. The stages are documented in the literature studies ReadySet standards and identify issues, analyze user needs and application of minimum requirements, system design, coding, and testing and evaluation. Key word : procurement, E-PURCHASING, ReadySet,

1. Pendahuluan

Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 Pasal 1 Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa. Pengadaan Barang/Jasa saat ini sudah terjadi secara online dimana terdapat fasilitas Layanan Pengadaan Secara Elektronik yang telah tersebar di Indonesia sehingga proses

Pengadaan Barang/Jasa tidak dilakukan secara manual dan mudah dipantau karena ada pengarsipan dokumen Pengadaan Barang/Jasa yang jelas. Meskipun demikian, Panitia Pengadaan Barang/Jasa (PP) sering mendapatkan hasil yang tidak sesuai dengan harapan mereka terutama dalam spesifikasi barang.

Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) saat ini hanya mampu melakukan pengadaan dengan sistem tender/lelang. Sedangkan sebagian Pengadaan Barang/Jasa lebih efisien dan cepat jika dilakukan dengan sistem pembelian langsung, dimana PP bisa mengetahui secara langsung spesifikasi barang yang

(2)

2

diinginkan.Pengadaan melalui pembelian langsung memang memakan waktu lebih cepat namun ada potensi besar untuk tidak terjadi persaingan yang sehat. Pada pembelian langsung, PP membeli langsung ke penyedia jasa berdasarkan spesifikasi dan harga tertentu. Jika PP tidak memiliki informasi yang cukup tentang penyedia dan barang yang ditawarkan, maka penyedia dapat mengarahkan pengguna sehingga dapat terjadi pembelian yang terlalu mahal.

Untuk menghindari hal tersebut dalam pembelian langsung, maka diperlukan informasi yang banyak dan jelas tentang barang/jasa yang disediakan oleh semua penyedia. Pada kasus pengadaan di sebuah instansi, diperlukan adanya katalog yang menyimpan data barang/jasa dari semua penyedia agar pengguna dapat mencari dan membandingkan harga sesuai dengan spesifikasi. Lebih dari itu, untuk terbentuknya katalog barang/jasa tersebut perlu adanya standarisasi barang/jasa beserta kategorisasinya.

Selain masalah diatas, terdapat masalah lainnya mengenai pengaksesan data katalog itu sendiri. Infrastruktur IT di Indonesia yang ada saat ini masih sangat terbatas dan mahal, untuk koneksi sebesar 1Mbps diperlukan dana hingga100 juta rupiah pertahun. Oleh karena keterbatasan inilah nantinya data katalog yang terpusat akan didistribusikan ke e-purchasing yang ada di daerah-daerah tertentu sehingga e-purchasing tidak perlu mengakses katalog langsung di server e-katalog.

Gambar 1. Ilustrasi hubungan katalog dengan e-purchasing

Untuk mengurangi beban sistem

e-purchasing yang dikarenakan banyak penawaran

terhadap satu permintaan dan menerima data katalog, maka e-purchasing dibagi menjadi 2 modul yaitu E-Purchasing modul panitia pengadaan dan e-purchasing modul penyedia barang/rekanan. Oleh karena itu Lembaga Kebijakan Pengadaan barang/jasa Pemerintahan (LKPP) membutuhkan suatu sistem yang lebih efisien lagi sebagai alternatif pilihan lain. Hal itulah yang mendasari dibuatnya sistem e-purchasing modul panitia

pengadaan, e-purchasing modul penyedia

barang/rekanan, dan e-katalog. Menyikapi hal tersebut Presiden juga memberikan amanat kepada

LKPP untuk menyelenggarakan e-purchasing dan e-katalog melalui Peraturan Presiden No 54 tahun 2010.

Metode yang digunakan dalam

pembangunan sistem adalah metode waterfall yang terdiri dari lima tahapan yaitu Analisa Kebutuhan, Desain Sistem, Penulisan Kode Program, Pengujian Program, dan Penerapan Program. Dan akan didokumentasikan menggunakan standart ReadySet dengan metode UPM (Unified Process

Model) yang terdiri dari empat tahapan yaitu Tahap

Awal (Inception), Tahap Perluasan (Elaboration), Tahap Kostruksi (Construction), dan Tahap Transisi (Transition).

Dengan adanya sistem informasi

e-purchasing modul LPSE Penyedia Barang, diharapkan menghasilkan aplikasi yang mampu untuk menangani masalah yang ada sekarang.

2. E-Katalog

Di dalam Perpres 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Brang /Jasa Pemerintah E-Purchasing adalah tata cara pembelian Barang/Jasa melalui sistem katalog elektronik. Dari definisi tersebut kita dapatkan bahwa pada kaskus pengadaan di sebuah instansi, diperlukan adanya katalog yang menyimpan data spesifikasi barang/jasa dari semua penyedia agar pengguna dapat dengan mudah mencari dan membandingkan harga sesuai dengan spesifikasi barang yang diinginkan, namun agar terbentuknya katalog tersebut diperlukan standarisasi barang/jasa beserta kategorisasinya. Beberapa pasal yang terkait dengan e-purchasing dan e-katalog di dalam perpres adalah pasal 110 yang berisikan kebutuhan dasar purchasing dan e-katalog serta jenis kontrak yang mengikatnya.

3. ReadySET

ReadySET bukan hanya sebuah standar dokumen untuk proses dokumentasi perangkat lunak yang juga berjalan sesuai dengan metode yang digunakan oleh ReadySET itu sendiri. Didalam ReadySET sendiri mempunyai metode yang terdiri dari beberapa tahap, tahapan tersebut antara lain :

1. Inception 2. Elaboration 3. Construction 4. Transition

Berikut ini merupakan keterangan dari tahap pengembangan yang digunakan oleh ReadySET.

o Selama tahap awal, bermaksud untuk

menentukan keseluruhan gambaran dari proyek, mengidentifikasi sederet keperluan perusahaan, membuat software berdasarkan kasus pada perusahaan, dan mendefinisikan proyek dan resiko bisnis dengan menggunakan dengan standarisasi template.

(3)

3

o Tahap elaborasi menghasilkan produk yang

kebutuhan yang terperinci dan menghasilkan deskripsi arsitektural dan desain awal. Karena perekayasa software mempunyai tujuan utamanya yaitu untuk mendefinisikan sederetan golongan analisis yang memadai untuk mendeskripsikan kinerja sistem.

o Tahap konstruksi memproduksi model

implementasi yang menerjemahkan desain menjadi komponen software yang akan dibuat untuk mengerti gambaran dari system. Pada akhirnya, model tes mendeskripsikan tes yang akan digunakan untuk meyakinkan bahwa proses bisnis digambarkan dengan tepat pada software yang telah dikonstruksi.

o Tahap transisi menghantarkan software dan

menilai kinerja produk yang telah diproduksi bagi pengguna akhir berupa software jadi. Dan juga pada tahap ini akan dihasilkan pula panduan dalam instalasi dan penggunaan software tersebut untuk mempermudah pengguna dalam memakai software tersebut.

Berikut ini merupakan gambaran dari tahap-tahap yang dilakukan dalam penggunaan standar dokumentasi ReadySET :

Gambar 2. Tahap pengembangan perangkat lunak yang digunakan oleh ReadySET

ReadySET juga merupakan template

open-source yang dikembangkan oleh Jason

Robbins. ReadySET juga berfungsi untuk memproduksi dan memelihara sebuah perpustakaan yang mana berisi tentang beberapa dokumen template dalam pengerjaan software yang bisa digunakan lagi secara terus menerus. Versi terbaru dari ReadySet adalah versi 0.9.3 dan dapat dilihat

dan di-download pada alamat

http://readysetpro.com. Dari ke-empat tahapan

metode yang digunakan oleh ReadySET mengacu pada proses pendokumentasian oleh ReadySET itu sendiri. Adapun dokumen template yang dikembangkan oleh Jason Robbins tersebut juga merupakan content yang terdapat dalam tahapan tersebut diatas.

Berikut ini merupakan peta dokumen template dari ReadySET Pro :

Gambar 3. Peta dokumen template ReadySET Pro

4. Analisis Sistem

Sistem pengadaan elektronik yang sebelumnya mengadopsi sistem lelang. Sistem lelang yang sebelumnya dilakukanyang dilakukan secara manual telah diimigrasikan ke dalam aplikasi berbasis web. Sistem lelang sebelumnya mempunyai beberapa kekurangan yaitu penyedia bareng mendapatkan barang tidak sesuai harapan karena tidak ada spesifikasi detil, memakan waktu dan biaya yang cukup besar.

Sebenarnya beberapa jenis pengadaan barang/jasa baik swasta maupun pemerintah lebih cepat dan efisien jika menggunakan metode

purchasing atau pembelian langsung. Metode

tersebut cocok untuk pengadaan barang/jasa yang memiliki spesifikasi jelas seperti kendaraan bermotor, obat-obatan, dan peralatan kantor.

Akhirnya saat ini LKPP membutuhkan suatu sistem baru yang dapat memfasilitasi kegiatan pengadaan barang/jasa dengan metode purchasing. Sebagai langkah awak, barang yang didukung oleh sistem ini hanyalah produk mobil saja.

Sistem baru yang akan dibuat ini mengadopsi proses bisnis pada konsep

e-purchasing, dimana setiap penguna suatu aplikasi

ie-purchasing dapat langsung memilih barang yang ingin dibeli. Sistem akan disesuaikan dengan kebutuhan dan peraturan pemerintah yang berlaku. Untuk mempermudah proses pruchasing dibutuhkan e-purchashing modul penyedia barang, sistem ini bertujuan menjembatani penyedia barang dengan panitia barang. Sistem ini nantinya akan diintegrasikan bersama sistem-sistem sebelumnya pada indonesia procurement (inaproc), inaproc merupakan portal pengadaan nasional.

e-purchasing akan ditempelkan di inaproc bersama

dengan e-tendering, e-purchasing modul panitia, dan e-katalog.

E-tendering merupakan sistem pengadaan

yang sudah sebelumnya namun mempunyai kekurangan yaitu tidak ada sepesifikasi detail barang yang menyebabkan panitia tidak mendapatkan barang sesuhai harapan. Oleh karena itu dalam sistem E-purchasing nantinya terdapat spesifikasi data barang detil. Untuk mendukung

(4)

4

sisem e-purchasing maka dibutuhkan suatu katalog elektronik yaitu e-katalog. Selain menjadi tempat penyimpanan spesifikasi barang, e-katalog juga mempunyai peranan untuk mendistribusikan data ke setiap server E-purchasing. Proses penyebaran data diperlukan karena terdapat beberapa server

e-purchasing yang tidak memiliki kemampuan untuk

mengakses secara langsung.

Agar tidak memberatkan kerja

purchsing dalam melakukan hubungan kepada

e-katalog seperti penerimaan data e-katalog dan mengirim izin maka e-purchasing dibagi 2 modul yaitu modul penyedia barang/rekanan dan modul panitia pengadaan.

E-purchasing modul penyedia barang nantinya

tidak menyediakan fasilitas untuk sign-up karena sistem ini nanti akan mengambil beberapa data yang sebelumnya sudah ada seperti data user dan rekanan pada inaproc. Server E-purchasing modul penyedia barang berada di setiap unit kerja LPSE bersama dengan E-purchasing modul panitia dan

E-tendering. E-purchasing modul penyedia barang

mempunyai tugas utama yaitu:

• Menampilkan semua paket pengadaan dan menjembatani penyedia barang/rekanan untuk melakukan penawaran terhadap paket pengadaan yang dibuat oleh panitia pengadaan.

• Membantu melancarakan pendistibusian yang dilakukan oleh sistem e-katalog

• Membantu penyedia barang melakukan persetujuan mobil yang akan dijual berdasarkan merek dan klasifikasi kendaraan, yang nantinya akan di approval oleh ATPM.

5. Desain Sistem

Penerjemahan kebutuhan sistem ke dalam suatu aplikasi, baik dari segi pemodelan proses bisnis yang berlangsung, pemodelan dari sisi

programming dan aplikasi, maupun pemodelan alur

data.

Dari tahap definisi use case diagram, actor yang terlibat dalam sistem: 1. Administrator, 2. Penyedia Barang. Sedangkan proses atau use case yang dibutuhkan adalah: 1. Use Case Pengelolaan

Sistem, 2. Use Case Pengelolaan Pengguna, 3. Use Case Pengelolaan Paket Pengadaan, 4. Use Case Pengelolaan Katalog, 5. Use Case Pengelolaan Persetujuan, 6. Use Case Pengelolaan History, 7. Use Case Pengelolaan Pencarian, 8. Use Case Pengelolaan Laporan. Use Case diagram dapat

dilihat pada Gambar 4.

Gambar 3. Use Case Diagram

6. Uji Coba

Setelah tahap analisis dan desain selesai, tahap selanjutnya adalah uji coba sistem. Pada tahap ini dibuat aplikasi yang sesuai dengan spesifikasi rancangan yang telah dibuat sebelumnya. Selanjutnya, akan dilakukan ujicoba untuk menguji keberhasilan sistem.

Lingkungan Uji Coba

Spesifikasi komputer yang dugunakan untuk menguji sistem informasi e-purchasing pengadaan mobil instansi pemerintahan modul layanan pengadaan secara elektronik (LPSE) penyedia barang ini antara lain :

A. Spesifikasi komputer aplikasi server dan database server

• Pentium Core 2 Duo 2,8 GHz • 1 GB DDR2

• HD 250 GB SATA

• LAN Card dan koneksi internet

• Monitor 14 Inch mendukung resolusi 1024 X 768

• OS dengan windows XP.

• Database yang digunakan adalah PostgreSQL

Skenario Uji Coba

Skenario uji coba disusun berdasarkan beberapa use case yang telah dibuat pada tahap desain. Skenario terdiri dari 2 bagian yaitu

Overview dan langkah-langkah untuk menjalankan

usecase yang akan diuji. Langkah-langkah tersebut akan dilaksanakan dan hasilnya akan digambarkan. Setelah itu akan dilakukan evaluasi dari hasil pelaksanaan skenario tersebut.

Skenario uji coba yang dilakukan antara lain:

1. Berisi tentang skenario uji coba pertama

yang dilakukan untuk menguji sistem yaitu menambahkan harga penawaran paket pengadaan. Dalam skenario ini aktor tersebut yang berperan langsung adalah penyedia barang. Adapun peran aktor tersebut sesuai dengan fungsi-fungsi hak akses aktor. Dalam uji coba kali ini akan dijelaskan pula detail langkah uji coba sistem. Setelah diadakan uji coba akan dilakukan evaluasi terhadap fungsi dalam uc Primary Use Cases

Administrator Penyedia Barang

Melihat Daftar Paket Pengadaan Baru Melihat Rincian Paket

Pengadaan Baru Menambah Harga Penaw aran Paket Pengadaan

Mengubah Kata Sandi Pengguna Penerimaan Data

Katalog Melihat Daftar

Pengguna Me-reset Kata Sandi

Pengguna

Melihat Daftar Paket Pengadaan Yang Sedang Diikuti Melihat Rincian Peket

Pengadaan Yang Sedang Diikuti

Mengubah Harga Penaw aran Peket Pengadaan

Melihat Daftar Katalog

Melihat Rincian Katalog

Melihat Daftar Izin Mobil Yang Dij ual

Mengirim Izin Mobil Yang Dij ual

Melihat Daftar Peserta Setiap Paket

Pengadaan Melihat Daftar Hasil

Ev aluasi Paket Pengadaan Mencari Paket Pengadaan Baru Mencari Katalog Mencetak Rincian Paket Pengadaan Baru Mencetak Rincian Penaw aran Yang lolos Mencetak Rincian Hasil Ev aluasi Login Logout Pengguna

Melihat Rincian Hasil Ev aluasi Paket

Pengadaan Melihat Daftar Penaw aran Yang

Lolos Melihat Rincian Penaw aran Yang Lolos Mencari Hasil Ev aluasi Paket Pengadaan Mencari Pengguna «extend» «extend» «extend» «extend» «extend» «extend» «extend» «extend» «extend» «extend» «precedes» «extend» «include» «include» «include» «include» «include»

(5)

5

menambahkan harga penawaran paket pengadaan apakah sudah sesuai dengandesain dan kebutuhan pengguna.

2. Berisi tentang skenario uji coba kedua yang

dilakukan untuk menguji sistem yaitu mengubah harga penawaran paket pengadaan. Dalam skenario ini aktor yang berperan langsung adalah penyedia barang. Dalam uji coba kali ini akan dijelaskan pula detail langkah uji coba sistem. Setelah diadakan uji coba akan dilakukan evaluasi terhadap fungsi dalam mengubah harga penawaran paket pengadaan apakah sudah berjalan sesuai desain dan kebutuhan pengguna.

3. Berisi tentang skenario uji coba ketiga yang

dilakukan untuk menguji sistem yaitu mengirim izin mobil yang. Dalam skenario ini aktor yang berperan langsung adalah penyedia barang. Dalam uji coba kali ini akan dijelaskan pula detail langkah uji coba sistem. Setelah diadakan uji coba akan dilakukan evaluasi terhadap fungsi dalam mengirim izin mobil yang dijual apakah sudah berjalan sesuai desain dan kebutuhan pengguna.

7. Penutup

Simpulan

Simpulan yang dapat diambil dari pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Spesifikasi kebutuhan yang diperlukan oleh pihak LKPP dan membangun sistem informasi ini telah didefinisikan dari hasil wawancara yaitu aplikasi yang memiliki fasilitas pengolahan paket pengadaan, pengelolaan persetujuan juga pengelolaan history.

2. Sistem informasi e-purchasing modul LPSE

penyedian barang diimplementasikan

menggunakan aplikasi berbasis web menggunakan bahasa pemrograman Java dengan framework tapestry karena didalamnya sudah ada paket keamanan seperti sistem autentiasi dan autorisasi sehingga aman dari SQL injection serta database menggunakan PostgreSQL.

3. Tahap pengembangan Sistem informasi

e-purchasing modul LPSE penyedian barang

menggunakan tahap pengembangan dari standar dokumen template ReadySET yaitu berdasarkan tahap inception, elaboration,

construction, and transition. Karena tahap

yang digunakan tersebut dapat mengurangi resiko kegagalan dari suatu proyek. Sedangkan cara penulisan dokumentasi mengikuti standar dokumen template dari ReadySET.

4. Berdasarkan hasil uji coba beberapa fungsi utama yang dilakukan menggunakan skenario, uji coba Sistem informasi e-purchasing modul LPSE penyedian barang ini telah berjalan sesuai dengan desain yang dibuat dan telah sesuai dengan kebutuhan pengguna. Namun Uji Coba yang dilakukan tidak berdasarkan Test Case Suite sesuai standar ReadySET, melainkan hanya dari sisi fungsi saja.

Saran

Beberapa hal yang diharapkan dapat dikembangkan di masa mendatang adalah sebagai berikut :

1. Karena uji coba yang dilakukan hanya dari

sisi fungsi saja, maka diharapkan pada tahap pengembangan berikutnya dilakukan dokumentasi terhadap uji coba berdasarkan Test Case Suite sesuai standar ReadySET dengan tujuan agar semua use case yang dibuat benar-benar teruji dan mengetahui sistem apakah sudah layak untuk digunakan.

8. Daftar Pustaka

[1] JSP Group , What is JSP ? ,<URL :

http://JSP.net.>

[2] Lembaga Kebijakan Pengadaan barang/jasa

Pemerintahan, <URL : http://lkpp.go.id

>

[3] Maven , What is Maven ? ,<URL :

http://maven.apache.org/what-is-maven.html.>

[4] Pressman, Roger S. (1997). SOFTWARE

ENGINEERING : A Practitioner’s Approach. The McGraw-Hill Companies, Inc.

[5] Readyset.tigris.org, 2004. Readyset Template.

<URL: http://readyset.tigris.org/servlets/

>

[6] Sommerville, Ian. 2007. “Software Enginering(Rekayasa Perangkat Lunak)”. ISBN 979-688-947-1.

[7] Scott, D.R.K. (2001). Applying use case

driven object modelling with UML : An Annotated e-Commerce Example.

Publisher Addison Wesley First Edition. [8] Wesley A. (1999) Visual Modeling with

Gambar

Gambar 1. Ilustrasi hubungan e-katalog dengan e- e-purchasing
Gambar 2. Tahap pengembangan perangkat lunak  yang digunakan oleh ReadySET
Gambar 3. Use Case Diagram

Referensi

Dokumen terkait

Aspek-aspek tersebut yaitu: (1) standar akreditasi Program Pendidikan Spesialis Konservasi Gigi yang digunakan sebagai tolok ukur dalam mengevaluasi dan menilai

Pengamatan pertumbuhan akar dilakukan dengan mengamati pertambahan panjang akar visibel (akar yang menempel pada dinding pot kaca) secara berkala setiap dua minggu

diri, ada juga dinilai dari sikap lansia dalam pemenuhan perawatan diria. Pengetahuan pemenuhan perawatan diri bagi lansia merupakan

dalam kesenian ronggeng gunung di kampung Citembong desa Cikalong. kecamatan Sidamulih

17 SULAWESI BARAT ANDI TENRI WULANG. 18 GORONTALO EKA

Adapun relevansi al- ijārah bil al-manfa’ah dengan refund yang dilakukan oleh pihak konsumen kepada pihak agen travel ataupun maskapai itu mendapat manfaat

Alhamdulilah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “(Analisis

Ini tidak bermaksud memperkecil aspek lain di luar hukum seperti tatanan politik, hankam, ekonomi, budaya dan hukum sendiri, sebab bagaimanapun juga itu merupakan