• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN PAKAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RISALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN PAKAR"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN

PAKAR

Tahun Sidang : 2009-2010

MasaPersidangan

Rapat ke : III : 13

Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Umum

Sifat Rapat : Terbuka

Hari,Tanggal : Rabu, 19 Mei 2010

Pukul : 09.00 WIB-12.10 WIB.

Tempat Acara

: Ruang Rapat Panitia Anggaran

Gedung Nusantara II Paripurna lantai 1 : 1. Pengantar Ketua Rapat;

2.Masukan terhadap pembahasan RUU tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

3. Tanya-Jawab; 4. Penutup. Ketua Rapat Sekretaris Rapat Hadir : EDISON BETAUBUN, SH, MH. : Dra. Mitra Anindyarina

(Kabag Set. Risalah) : A. Anggota DPR RI :

18 dari 30 orang Anggota dengan rincian : I. PIMPINAN PANSUS

1. H. Harry Witjaksono, SH. 2. Edison Betaubun, SH.,MH. 3. H. Irsal Yunus, SE.,MM.

4. H. Andi Anzhar Cakra Wijaya, SH. II. FRAKSI PARTAI DEMOKRAT 2 dari 7 orang anggota :

1. Dr. Benny K. Harman, SH.

2. Didi Irawadi Syamsuddin, SH.,LLM. III. FRAKSI PARTAI GOLKAR

2 dari 5 orang anggota :

1. H. Bambang Soesatyo, SE.,MBA. 2. I Gusti Ketut Adhiputra, SH.

(2)

IV. FRAKSI PARTAI PDI PERJUANGAN 4 dari 4 orang anggota :

1. Drs. M. Nurdin, MM.

2. Asdi Narang, SH.,M.COMM.LAW 3. Indah Kurnia

4. Ir. Dofie Ofp

V. FRAKSI PARTAI PKS 2 dari 3 orang anggota :

1. Mustafa Kamal, SS. 2. Drs. Adang Daradjatun. VI. FRAKSI PARTAI PAN 0 dari 2 orang anggota :

1. -

VII. FRAKSI PARTAI PPP 1 dari 2 orang anggota :

1. Ahmad Yani, SH.,MH. VIII. FRAKSI PARTAI PKB 2 dari 2 orang anggota :

1. Prof. Drs. H. Cecep Syaifuddin. 2. Drs. H. Otong Abdurrahman. IX. FRAKSI PARTAI GERINDRA 0 dari 1 orang Anggota : 1. -

X. FRAKSI PARTAI HANURA 1 dari 1 orang anggota :

1. H. Syarifuddin Sudding, SH.,MH. : B. Pemerintah:

PAKAR

1. Prof. Sutan Remy Sjahdeini, SH; 2. Prof. Marjono Reksodiputro.

(3)

KETUA RAPAT (EDISON BETAUBUN, SH, MH.) : Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua. Saudara-saudara Pimpinan Pansus

Anggota Pansus Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Yang saya horamati Prof. DR. Sutan Remy Sjahdeini, SH.,

Yang saya hormati Prof. Mardjono Reksodiputro, serta hadirin sekalian yang berbahagia, Sesuai dengan peraturan tata tertib DPR RI pasal 240 ayat 1 maka Rapat Dengar Pendapat Pansus pada pagi hari ini saya nyatakan terbuka dan dibuka untuk umum.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 09.45 WIB)

Menurut catatan dari Sekretariat Jenderal daftar hadir telah ditandatangi oleh 10 anggota dari 6 fraksi dengan demikian rapat bisa kita mulai. Sebelum melanjutkan acara kita pada pagi hari ini, saya mengajak hadirin memanjatkan puji dan syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa yang selalu melimpahkan rahmat kepada kita semua, sehingga kita bisa menghadiri Rapat dengar pendapat pansus DPR RI mengenai Rancangan Undang-undang tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dalam keadaan sehat wal’afiat.

Sesuai dengan rancangan acara yang telah kita rencanakan maka kita akan mendengarkan saran dan masukan dari pakar-pakar hukum dalam rangka penyempurnaan draft RUU tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Saudara-saudara sekalian,

Meskipun telah ada peraturan yang terkait dengan Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang namun sampai saat ini masih dirasakan belum memadai. Undang-undang nomor 15 tahun 2002 dirasakan belum memadai tentang pencucian uang sebagaimana diubah dengan Undang-undang nomor 25 tahun 2003 belum diterapkan secara efektif, karena terhambat dengan persoalan-persoalan seperti misalnya belum adanya perjanjian bilateral dengan negara lain mengenai masalah ekstradisi, permintaan pemblokiran hasil tindak pidana, mengupayakan kehadiran orang untuk kepentingan penyidikan dan sebagainya.

Undang-undang ini juga memiliki kelemahan antara lain: kriminalisasi perbuatan pencucian uang yang multi interpretasi, banyaknya unsur yang harus dipenuhi atau dibuktikan sehingga men yulitkan dalam pembuktian, kurang sistematis dan jelasnya klasifikasi perbuatan yang dapat dijatuhi sanksi, berikut bentuk-bentuk sanksinya. Masih terbatasnya pihak pelapor yang harus menyampaikan laporan kepada PPATK termasuk jenis laporannya, kurang lengkap dan tegasnya landasan hukum mengenai perlunya penerapan prinsip mengenal pengguna jasa oleh pihak pelapor, terbatasnya intrumen formal untuk melakukan deteksi dan petarsiran serta penyitaan hasil aset kejahatan. Terbatasnya pihak berwenang melakukan penyidikan dan terbatasnya kewenangan dari PPATK.

Berkaitan dengan tersebut hal diatas, maka dalam masa sidang ke III dan masa sidang ke IV tahun sidang 2009-2010. DPR RI dan Pemerintah bersama-sama akan membahas Rencana Undang-Undang tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang sebagai pengganti Undang-Undang 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2003, untuk mendapatkan masukan dalam pembahasan RUU tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Pansus melakukan rapat dengar pendapat dengan rapat dengar pendapat umum.

(4)

Rapat dengar pendapat umum dilakukan antara lain dengan pakar hukum perbankan dan pakar hukum pidana. Pansus ingin mendapatkan masukan terutama mengenai redefinisi pengertian peristilahan transaksi keuangan mencurigakan dan transaksi keuangan tunai. Penyempurnaan rumusan delik tindak pencucian uang. Kriminalisasi perbuatan lain yang terkait dengan pencucian uang. Dalam hal ini rumusan delik pencucian uang perlu diperluas sehingga mencakup pemidanaan terhadap orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul sumber, lokasi, peruntukan pengalihan hak-hak, atau pengalihan sebenarnya atas harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga berasal dari hasil tindak pidana. Perluasan pihak pelapor yang akan mencakup profesi penyedia barang atau jasa tertentu, pemberian kewenangan kepada pihak pelapor untuk menunda mutasi atau pengalihan asset. Penataan kembali kelembagaan pusat pelaporan analisis transaksi keuangan PPATK, penanganan asset terutama mengenai masalah pemblokiran, penyitaan dan perampasan harta kekayaan secara perdata, penyelesaian masalah administratif, pembalikan beban-beban pembuktian.

Penataan kembali hukum acara pemeriksaan tindak pidana pencucian uang terutama mengenai pemberian kewenangan kepada penyidik dugaan tindak pidana pencucian uang. Penyelidikan Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang oleh PPATK, pembentukan satuan tugas gabungan penyidikan Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, asset sharing dan lain-lain.

Saudara-saudara sekalian Pimpinan Pansus,

Anggota Pansus serta hadirin sekalian yang saya hormati,

Perlu kami sampaikan kepada Prof. Remi Sjahdeini dan Prof. Mardjono. Bahwa pansus ini terdiri dari anggota dan pimpinan pansus yang berjumlah kurang lebih 30 orang. Pimpinan pansus terdiri dari satu orang ketua dan 3 orang wakil ketua. Ketua Pansus yang terhormat Saudara Ketua Harry Witjaksono, ujung kiri dari fraksi Partai Demokrat. Kemudian Wakil ketua yang terhormat H. Andi Anzhar Cakrawijaya, SH. Dari fraksi PAN, saya sendiri Edison Betaubun dari fraksi Partai Golkar, ada satu wakil ketua yang belum hadir, selanjutnya masing-masing anggota pansus saya persilahkan untuk memperkenalkan diri. Silakan dari ujung.

F-PDIP (IR. DOLFIE OFP) : Terima kasih Pimpinan,

Selamat pagi Bapak, saya Dolfie dari fraksi PDI Perjuangan, daerah pemilihan Kalimantan Barat di Komisi XI Pak. Terima kasih

F-PDIP (DRS. M. NURDIN, MM.) :

Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Saya Muhammad Nurdin, A-322 dari PDI Perjuangan Komisi III Wassalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

F-PDIP (ASDY NARANG, SH, M. COMM. LAW.) :

Nama saya Asdy Narang dari Komisi III Dapil Kalimantan Tengah. Terima kasih.

F-PDIP (INDAH KURNIA) :

Selamat pagi konsultan, nama saya Indah Kurnia fraksi PDI Perjuangan, dari Komisi XI. Terima kasih.

(5)

F-PKS (DRS. ADANG DARADJATUN) :

Selamat Pagi, saya Adang Daradjatun dari Partai Keadilan Sejahtera daerah pemilihan Jakarta.

F-KB (PROF. DRS. H. CECEP SYAIFUDDIN) : Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Saya Cecep Syaifuddin dari fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Komisi XI, Dapil Garut Tasikmalaya.

KETUA RAPAT : Baik, Terima kasih.

Pimpinan dan anggota pansus yang saya hormati, Para undangan yang saya muliakan,

Sebelum kita mendengarkan masukan-masukan, maka kita perlu menyepakati waktu rapat kita pada pagi hari ini. Akan berakhir pada jam berapa dan untuk itu kami menawarkan untuk rapat ini kita langsungkan dan berakhir pada pukul 12.00, setuju ya?

(RAPAT : SETUJU)

Untuk mempersingkat waktu kita akan masuk pada acara mendengarkan saran dan masukan. Untuk itu kita akan mempersilahkan untuk yang pertama, Prof. DR. Sutan Remi Syahdeini, saya persilakan.

PAKAR (PROF. DR. SUTAN REMY SJAHDEINI, SH.) : Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam sejahtera,

Bapak Pimpinan dan Bapak Ibu Anggota Pansus yang saya hormati,

Saya mencoba untuk memberikan masukan dengan membahas pasal demi pasal, tapi tentu saja saya tidak akan menguraikannya disini dan saya sudah membuat, saya sudah serahkan dan saya kira ada pada Bapak-bapak semua. Ini maksudnya untuk memudahkan Bapak dan Ibu sekalian, untuk meneliti termasuk kepada kata dan kalimat dan sebagainya .

Dalam saya melakukan ini saya memang mencoba misalnya di pasal 1, ada istilah yang menurut saya sebaiknya ditambahkan. Kemudian ada istlah yang saya usulkan untuk diubah yaitu misalnya pihak ”Pelapor” itu saya usulkan ”wajib lapor”. Karena kalau dikatakan pihak pelapor itu bisa saja orang biasa. Tapi ini wajib lapor, saya ambil kata wajib ini sesuai dengan ketentuan pajak dalam Undang-undang perpajakan itu ada wajib pajak. Itu maksud saya seperti itu. Lalu saya akan coba untuk membahasnya dan saya akan coba untuk mengemukakan sesingkat mungkin untuk mempersingkat waktu.

Pertama bagian menimbang. Bagian menimbang ini saya lihat bahwa di menimbang di Undang-undang yang lama kok kelihatannya seperti di abaikan sedangkan itu masih valid. Karena bagian menimbang itu merupakan landasan atau merupakan latar belakang dan landasan filosopi dari suatu Undang-undang. Dan saya lihat di dalam Undang-undang yang lama, menimbangnya itu masih valid untuk di adop kembali. Oleh karena itu saya kemudian mencoba untuk

(6)

menggabungkannya. Dengan demikian apa yang menjadi pikiran ketika membuat Undang-undang yang lama itu masih tercermin dan itu memang masih valid. Itu dibagian menimbang Pak.

Kemudian, jadi saya membuatnya di sebelah kiri adalah bagian Undang-undang nya yang lama, pada bapak-bapak sudah ada ya? Yang sebelah kiri adalah RUU nya Pak, yang sebelah kanan adalah penyempurnaan dari saya. Baik, lalu di sebelahnya itu saya langsung penjelasan. Jadi dengan demikian itu langsung dapat dilihat. Ok lalu kemudian di pasal penjelasan umum pak saya hanya menambahkan saja untuk pemberian rekomendasi dari FATF. Jadi ini hanya penyempurnaan redaksi saja, tapi isinya saya setuju.

Kemudian di ketentuan umum Pak, itu di pasal 1 saya tambahkan istilah Presiden. Presiden adalah Presiden Republik Indonesia, dimana di dalam RUU ada kalanya di tulis Presiden dan ada kalanya ditulis Presiden Republik Indonesia. Oleh karena itu sudahlah masukan saja dalam pasal 1, Presiden adalah Presiden Republik Indonesia. Lalu kata-kata Presiden Republik Indonesia adakalanya hanya Presiden dan adakalanya Presiden Republik Indonesia itu Republik Indonesia nya ditiadakan. Yang dimaksudkan Presiden ya Presiden Republik Indonesia.

Istilah pelapor, pihak pelapor saya usulkan untuk seperti tadi saya kemukakan dibuah saja jadi istilah wajib lapor. Karena didalam pengertian pihak pelapor atau pelapor adalah terdiri dari wajib lapor dan pelapor lainnya. Kalau wajib lapor itu memang yang dibebani untuk wajib lapor sedangkan pelapor itu yang bisa melakukannya dengan sukarela. Yang kemudian di pasal 2 ini Pak saya mengemukakan apa namanya alternatif ya Pak. Disebutkan disini di pasal 2, hasil tindak pidana adalah harta kekayaan mulai dari tindak pidana, lalu begitu banyak daftar Pak. Itu tentu ok-ok saja. Tetapi khawatirnya akan ada tindak pidana disuatu bidang tertentu yang kelupaan. Lalu kemudian ada terakhir itu disebutkan bahwa termasuk tindak pidana yang hukumannya 4 tahun lebih. Ya kalau 3 tahun menghasilkan uang bagaimana, lalu di cuci.

Undang-undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang di Australia itu hanya pendek saja, pokok nya tindak pidana 1 tahun atau lebih. Saya hanya mengusulkan seperti itu saja, lalu ada Undang-undang baru dan sebagainya asal dia itu hukumnya satu tahun atau tidak menghasilkan uang dan dicuci itu kena. Otomatis. Jadi tidak usah khawatir ada disebutkan disini. Jadi kacau kita, itu alternatif yang saya usulkan. Jadi kalau usul ini disetujui maka ya sudah tidak perlu lagi bikin daftar begitu banyak. Ya salah-salah ada yang luput ya Pak. Nah begitu juga mengenai batas 4 tahun yang khawatirnya juga yang 3 tahun menghasilkan uang, di cuci bebas. Dan kita juga tidak tahu menghasilkan uang gitu ya. Oleh karena itu batasnya lalu satu tahun dan yang saya ketahui di Australia itu batasnya satu tahun dan tidak perlu macam-macam.

Bapak, saya juga mengusulkan masuk tambahan 1 Ketentuan, termasuk harta kekayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, di pasal 2 pak. Ini masih pasal 2. adalah dana yang dari objek pajak yang sudah melampaui batas pembayaran waktu pajaknya tetapi dengan sengaja tidak dilaporkan oleh pemilik atau pihak yang menguasai dana tersebut dalam pelaporan pajaknya yang bertujuan untuk membayar pajak yang terutang atas dana tersebut. Ada satu ahli tindak pidana pencucian uang. Sarah Willing namanya, dia kemukakan bahwa uang bisa menjadi dirty karena dua hal. Pertama asal usulnya itu memang dirty, jadi berasal dari tindak pidana, tapi ada yang asal usulnya itu tidak dirty. Legal dia, tetapi tidak bayar pajak Pak. Nah yang tidak dibayar pajaknya ini itu menjadi dirty money.

Semula itu clean money uang halal, tetapi menjadi haram karena tidak dipajaki. Sedangkan dana itu merupakan dana yang merupakan objek pajak. Kalau katakan saja orang itu mempunyai uang 100 milyar lalu dia melapor 20 miliar, yang 80 ini menjadi dirty, sekalipun halal. Asal muasalnya. Disini saya masukkanlah ayat baru ini. Termasuk harta kekayaan yang sebagaimana dimaksud oleh ayat 1, pasal 2. adalah dana yang merupakan objek pajak yang sudah melampau batas waktu pelaporan pajaknya tetapi dengan sengaja tidak dilaporkan pihak pemilik atau pihak yang menguasai dana tersebut dalam pelaporan pajaknya yang bertujuan untuk tidak membayar pajak atas yang diturunkan untuk dana tersebut. Jadi memang maksudnya adalah melakukan taxifation, penghindaran pajak. Ini saya usulkan begitu. Maksudnya ini supaya juga ikut

(7)

Undang-undang ini melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pajak pak. Seperti juga Undang-undang ini membantu penegakan hukum di bidang terorisme, seperti itu.

Kemudian di dalam pasal 3, mengenai rumusan deliknya. Saya tambah perbuatannya itu dengan menambah memiliki. Jadi yang sebelumnya yang setiap orang yang menempatkan mentransfer, mengalihkan dan sebagainya. Ini saya tambahkan memiliki lalu saya tambahkan juga menyumbangkan, saya tambahkan juga mewakafkan, dan juga saya tambahkan juga menyimpan. Ada kalanya juga menyimpan. Baru-baru ini di surat kabar ada pembayaran uang. Uang kontan, yang karena disimpan lama di makan rayap. Karena maksudnya menyembunyikan Pak. Lalu pembayaran itu kok uangnya itu sudah kridil-kridil dimakan rayap. Jadi ini dengan demikian orang yang menyimpan di lemarinya sendiri tidak di bank itu juga masuk kedalam pencucian uang. Ini saya tambahkan menyumbang, mewakafkan dan menyimpan. Mewakafkan ini saya masukan mungkin di luar negeri tidak ada Undang-undang nya begitu, karena disini banyak Pak orang yang mewakafkan yang asal usul uangnya itu haramlah.

Dengan demikian di pasal 5, jadi kalau yang pasal 3 itu agaklah yang aktif melakukan penempatan dan sebagainya. Yang menerima penempatan, yang menerima melaksanakan transferan-transferan. Itu juga saya tambahkan setiap orang menerima atau menguasai penempatan petransferan pengalihan jadi mengalihkan, dan ini ada beberapa dari pengalihan yang saya tambahkan, penyimpanan, penggunaan atau pengalihan kepemilikan, ini saya tambahkan kata-kata itu supaya dengan demikian menjadi lebih luas. Jangan lalu nanti bersilat lidah, pengacara-pengacaranya tapi ini sudah tercantum semua. Ini tentunya terbatas yang saya pikirkan.

Ada didalam penjelasan dari pasal 6, itu saya sempurnakan kalimatnya, saya tambahkan. Tadinya didalam penjelasan dikatakan kooperasi mencakup juga kelompok yang terorganisasi, yaitu kelompok terstruktur yang terdiri dari 3 orang atau lebih dan sebagainya. Disini kooperasi jadi artinya harus 3 orang, menurut saya harusnya lebih dari 1 orang. Jadi 2 orang tentunya kelompok, tidak harus kalau 2 orang tidak kelompok, lalu yang 3 orang baru kelompok. Jadi menurut saya sebaiknya lebih dari 1 orang.

Saya memperbaiki juga dari kaedah bahasa Indonesia. Kata terdiri dari, saya ubah menjadi terdiri atas karena itu bakunya, bukan terdiri dari tetapi terdiri atas. Kemudian didalam penjelasan ini, saya tambahkan kalimat berkaitan dengan nanti tindak pidana kooperasi, penjelasan sebagai begini Undang-Undang ini menganut asas bahwa pemindahan terhadap pelaku pidana pencucian uang yang melibatkan kooperasi adalah terhadap personil pengendali kooperasi, istilah yang digunakan didalam facebook itu dari kooperasi jadi adalah terhadap personil pengendali kooperasi saja, atau baik personil kooperasi maupun kooperasinya. Jadi tindak pidana disini bisa dari timmainnya saja, tetapi bisa juga kooperasinya diajukan sebagai pelaku tindak pidana, dengan pemikiran tidak dimungkin menjatuh pidananya saja tanpa juga mempidana personil pengendali kooperasi yang bersangkutan.

Asas tesebut diberlakukan karena kooperasi tidak dapat melakukan sendiri suatu perbuatan yaitu dalam hal ini perbuatan yang merupakan tindak pidana pencucian uang tetapi selalu melalui manusia. Selain alasan tersebut juga alasannya adalah karena kooperasi tidak memiliki sifat kalbu atau mainsecreal, tidak memiliki mainsecreal tetapi adalah manusia yang melakukan tindak pidana tersebut yang memiliki sikap kalbu. Ini lebih lanjut saya jelaskan didalam ayat 2 bahwa dari pasal ini.

Didalam pasal 6 ayat 2, dikemukakan tindak pidana dijatuhkan terhadap kooperasi apabila tindak pidana pencucian uang itu memenuhhi 4 syarat. Saya menambahkan syarat-syaratnya, kalau saya lihat ini syarat-syarat yang kebetulan diambil dari buku saya tetapi ada yang ketinggalan sehingga saya tambahkan. Saya ingin kemukan Undang-Undang ini didalam penjelasannya saya sebutkan Undang-Undang ini menganut asas bahwa suatu kooperasi dapat diajukan sebagai pelaku tindak pidana pencucian uang hanya apabila tindak pidana tersebut dilakukan oleh personil pengendali kooperasi atau darekmain dari kooperasi. Personil pengendali koperasi atau darekmain dari koperasi adalah personil yang memiliki posisi sebagi penentu

(8)

kebijakan kooperasi atau memiliki kewenangan sah untuk melakukan tidak melakukan perbuatan yang mengikat kooperasi tanpa harus meminta persetujuan dari atasannya. Ini ada didalam penjelasan, ini saya bacain kalimat-kalimatnya memang kalimat-kalimatnya ada dibuku saya, jadi saya pikir ini juga terinspirasi oleh buku saya.

Dengan kata lain pertanggung jawab pidana dapat dibeban kepada korperasi hanya apabila tindak pidana tersebut . Satu dilakukan oleh personil pengendali kooperasi diperintahkan oleh personil pengendali kooperasi agar dilakukan atau tidak dilakukan oleh orang lain. Dengan demikian pertanggung jawab kooperasi hanya diberlakukan dalam hal tindak pidana itu pertama dilakukan pengurus yaitu mereka yang menurut anggaran dasarnya secara formal menjalankan pengurusan kooperasi dan atau telah dilakukan oleh mereka yang sekalipun menurut anggaran dasar kooperasi bukan pengurus tetapi secara resmi menpunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan yang mengikat kooperasi secara hukum berdasarkan pengangkatan pengurus untuk memangku suatu jabatan dengan pemberian kewenangan, untuk mengambil keputusan sendiri dalam batas ruang ringkup tugas dan kewajiban yang melekat jabatannya itu untuk melakukan perbuatan yang secara hukum mengikat korporasi, atau berdasarkan pemberian kuasa oleh pengurus atau mereka sebagaimana dimaksud oleh angka b1 untuk dapat melakukan perbuatannya secara hukum mengikat koporasi. Jadi bukan karena dia itu diangkat sebagai direksi dan disitu anggaran dasar dia yang menjalankan kepengurusan. Tapi juga kalau juga menerima kuasa. Saya ingin memberikan kejadian-kejadian sungguh yang saya alami. Direksinya itu boneka Pak, lalu direksinya ini diminta memberikan kuasa kepada orang lain dan orang lain ini yang menjalankan kepengurusan karena orang lain ini sebetulnya pemilik dari perusahaan itu. Jadi orang lain inilah yang bertanggungjawab directing. Jadi dasarnya bukan karena dicantumkan resmi dicantumkan dianggaran dasar, tapi dia juga menjalankan kepengurusan berdasarkan surat kuasa. Dan ini kejadian Pak, waktu dulu saya di BNI. Saya dulu direktur Bank BNI, itu perkaranya itu sampai sekarang itu masih terkatung-katung di Mahkamah Agung akhirnya diputus di setelah 25 tahun tapi entah macet bagaimana. Itu saya kira Bapak-bapak tahu itu Megaria Pak. Dengan orang yang jadi buron kejaksaan agung. Kemudian juga tindak pidana itu bila diperintahkan oleh mereka yang tersebut diatas itu.

Dengan demikian apabila tindak pidana itu dilakukan atau diperintahkan oleh seseorang, sekalipun orang itu adalah personil koperasi tetapi personil tersebut tidak memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan yang mengikat korporasi dalam melakukan atau tidak melakukan perbuatan itu maka korporasi tidak dapat diharuskan untuk ikut bertanggungjawab atas dilakukannya tindak pidana itu. Kemudian syarat bagi terpenuhinya korporasi sebagai pelaku tindak pidana tidak terpenuhi maka tindak pidana tersebut tidak sesuai dengan maksud dan tujuan korporasi. Sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar atau perbuatan yang ultra fires ya? Atau tidak memberikan manfaat apapun kepada korporasi. Maka hanya personil pengendali korporasi yang dipidana sedangkan korporasi tidak dapat diajukan sebagai pelaku tindak pidana.

Ini jadi syarat-syarat ini harus dipenuhi semua, ini sudah disebutkan di dalamnya. Tapi di RUU sendiri sudah dimintakan di dalam penjelasan perlu diberikan penjelasan. Kemudian dengan syarat yang lain selain dilakukan oleh pengendali korporasi, bahwa perbuatan itu dilakukan dalam rangka memenuhi pansus dan tujuan korporasi. Sebagai mana ditentukan dalam anggaran dasar korporasi ini juga sudah disebutkan. Saya tambahkan saja bagaimana itu dalam anggaran dasar korporasi. Ini hanya perbuatan yang intrafires saja pak. Yang sesuai dengan maksud dan tujuan korporasi seperti apa itu didalam anggaran dasarnya. Kalau dianggaran dasarnya mengatakan perusahaan ini merupakan perusahaan ekspor impor atau dikatakan perusahaan real estate, lalu kemudian dia mengadakan impor semen karena semen kurang di Indonesia harganya tinggi, lalu dia mengimpor banyak sekali. Sebagian mungkin untuk real estate nya tapi sebagian di jual. Itu namanya ultra firest Pak, itu tidak bisa mengikat korporasi karena menyimpang.

Kemudian juga saya kemukakan agak panjang sedikit, kali sedikit disini salah satu yang penting pak berkaitan dengan pemilihan korporasi. Disini juga di kemukakan di dalam RUU dilakukan sesuai dengan fungsi pelaku atau pemberi peta. Penjelasannya beberapa saat, maksudnya dalam pengendali korporasi. Dengan tindak pidana pencucian uang tersebut atau dalam memerintahkan itu untuk dilakukan oleh orang lain, tidak dilakukan oleh tugas personil

(9)

pengendali yang bersangkutan. Sehingga karena itu personil tersebut, tidak berwenang melakukan atau memerintahkan perbuatan tersebut dengan kata lain melakukan perbuatannya ulttra firest ini ini juga disebut ultra firest maka korporasi tidak dapat dibebani pertanggungjawaban pidana untuk perbuatan tersebut. Perbuatan tersebut semata-mata merupakan perbuatan pribadi dari personil yang bersangkutan yang tidak dapat diartibusikan kepada korporasi. Dengan kata lain pertanggungjawaban itu harus dipikul dari diri pribadi sendiri. Dengan kata lain, misalnya saja katakan saja di bank. Dibank itu dia, direktur logistik. Lalu meminta orang untuk melakukan sesuatu di bidang kredit, direktur logistik kan tidak punya wewenang. Itu tidak bisa lalu itu dibebankan kepada koorporasi karena ultra fires untuk perbuatannya. Dilakukan dengan maksud memberikan manfaat untuk korporasi. Tidak bisa korporasi di bebani pertanggungjawaban korporasi kalau perbuatan itu sendiri tidak memberikan manfaat pada korporasi. Manfaat itu sendiri bisa manfaat financial, bisa non financial. Tidak adil untuk pemegang saham untuk stake holder yang lain kalau korporasinya itu di hukum dengan hukuman yang berat, sedangkan perbuatan dari pengendali korporasi itu tidak ada memberikan mafaat apapun kepada korporasi bahwa memang berbuat itu memberikan manfaat.

Kemudian ada disini adop yang disebut teori agrigasai Pak di dalam Undang-undang ini. Teori agrigasi itu begini. Didalam hukum pidana itu harus dipenuhi dua unsur. Yaitu untuk bisa dipidana adanya perbuatan atau akte serius. Istilah saya itu prilaku atau komdak dan komdak itu bisa berbuat sesuatu namanya commision atau act dan no commison tidak berbuat sesuatu. Tapi tidak berbuat sesuatu itu kan tidak melakukan sesuatu bukan perbuatan. Tapi suatu sikap. Jadi makanya saya gunakan istilah prilaku sesuai buku-buku hukum pidana yang di negara-negara common law, jadi istilahnya komdak itu lalu terdiri dari perbuatan dan tidak melakukan perbuatan atau berdiam diri. Commison. Tapi disamping adanya akte serius itu istilahnya akte serius berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. Sikap kau punya itu harus memenuhi syarat bahwa dia itu melakukan dengan sengaja atau karena lalai. Itu namnya manseria. Adakalanya Pak orang yang memerintahkan itu yang mempunyai manseria yang salah. Bahwa dia memang bermaksud untuk melakukan pencucian uang. Orang yang diperintahkan tidak mengerti apa-apa. Loh ini atasan saya yang nyuruh ya saya lakukan ngga ngerti. Jadi didalam hal ini digabungkan Pak untuk dapat korporasi ini dibebani pertanggungjawaban pidana. Yaitu sudah terpenuhi adanya niat jahat, tapi niat jahat itu melekat di dalam personil pengendali tetapi sudah ada perbuatan itu sendiri. Akte serius tapi dilakukan oleh orang lain. Dan orang lain ini tidak mempunyai sikap laku yang salah, dia tidak tahu. Tentunya pengendali yang mempunyai niat jahat ini yang harusnya di hukum sedangkan yang melakukan dia tidak tahu menahu seharusnya jangan di hukum. Tapi komporasinya itu harus di urut karena dengan menggunakan teori agregasi terpenuhi akte serius dan manseria. Itu yang dimaksudkan, justru itu yang dimaksudkan disini ditambahkan Pak.

KETUA RAPAT :

Mungkin waktunya bisa dipercepat lebih kurang 15 menit lagi, Pak. PAKAR (PROF. DR. SUTAN REMY SJAHDEINI, SH.) :

Ya pak, karena ini justru yang terpenting Pak, jangan sampai lalu yang lain-lain jangan lalu terlalu apa, terlalu rumit ya? Tambahan kata-kata saja. Nah lalu yang saya ingin kemukakan disini adalah, ya sudah seingat saya saja ya? Supaya cepat saja. Begini Pak, didalam Undang-undang ini ditentukan. Kalau koorporasi itu melakukan tindak pidana pencucian uang hukumannya bagaimana? Tidak mungkinlah itu di penjara korporasi itu. Tapi itu memang denda. Di Indonesia ini denda terlalu ringan Pak. Di dalam Undang-undang yang lama itu ditambah 1/3 dari denda apabila itu dilakukan oleh orang, oleh pengurus. Terlalu ringan Pak. Didalam RUU ini sudah dikembangkan bahwa cukup berat, tetapi saya tetap menganggap maksimumnya terlalu ringan. Kami mengusulkan supaya dendanya itu 5 triliun. Sebab kalau lalu kemudian tindak pidana nya itu yang di cuci berasal dari dana yang dibayar pajak nya itu. Pencucian uang di luar bisa sangat besar sekali jumlahnya. Jadi menurut saya sangat berat jumlahnya, 5 trilun. Dari mana 5 trilun ya itu lalu menjadi kesepakatan kita lah, terasa berat memang. Saya lumanyan.

(10)

Lalu saya kemukakan disini, disamping pidana berupa denda, juga ada pidana tambahan antara lain diumumkan di surat kabar dan ada tambahan di bubarkan, di rampas oleh negara segala macam. Saya usulkan supaya pidana tambahan yang berupa di umumkan di surat kabar itu wajib di jatuhkan oleh hakim, disamping pidana pokok. Kenapa? Karena efektinya adalah mempermalukan. Jadi ini merupakan sanksi sosial. Jadi kalau itu dilihat oleh hakim, hakim bisa menjatuhkan bisa tidak Pak. Saya disini kemukakan hendaknya harus dijatuhkan oleh hakim dengan demikian ini akan memberikan efek jera bagi korporasi yang melakuka itu supaya tidak melakukan lagi dan memberikan efek efektif, eh efek replay, trifektif bagi korporasi-korporasi lain. Dan yang namanya malu Pak, ini kelihatanya di Indonesia ini tapi kalau dinegara lain saya tidak tahu. Ini buat korporasi, buat direksi, buat pemegang saham itu lebih hebat dari pada harus bayar denda. Bayar denda itu banyak sekali perusahaan-perusahaan yang gampang pak bayar denda. Berapa saja ok, tapi jangan sampai aku dipermalukan. Oleh karena itu saya kemukakan sanksinya seperti itu.

Saya kira yang lain-lain dapat dibaca saja oleh Bapak-bapak dan Ibu-ibu. Mungkin kalau ada pertanyaan satu kali saya dipanggil lagi, mungkin Pak Marjono juga dipanggil lagi, dengan segala senang hati. Karena memang kan ini harus dibaca dahulu sebelumnya. Dengan demikian kan ada pertanyaan. Kalau pemaparan ini apalagi banyak sekali Pak. Ini tentu saja habis waktunya. Saya alhmadullilah sudah sempat mengemukakan beberapa hal itu tadi yang menurut saya penting Pak.

Lalu ada juga hal yang ingin saya kemukakan disini. PPATK itu kan mempunyai kewajiban untuk melakukan atau punya wewenang untuk melakukan penyelidikan. Tetapi tidak berwenang untuk melakukan penyidikan. Kalau dari penyelidikanya itu diketahui ada dugaan pencucian uang. Ini diserahkan kepada penyidik. Penyidik dalam hal ini kepolisian. Di dalam hal ini Pak di pilih wewenang kepada PPATK untuk menanyakan, eh laporan saya ini apain, sudah diapa-apain pak. Kalau di diamkan saja, maka diwajibkan kepada PPATK untuk melapor kepada DPR dan Presiden. Kepada DPR mewakili rakyat, kenapa Presiden karena Presiden yang mengangkat kepala dan wakil kepala PPATK. Jadi seperti wujud, dari pertanggungjawaban PPATK kepada rakyat dan kepada Presiden. Kenapa ini dikatakan wajib, karena kalau tidak dilakukan salah dia, tapi kalau dilakukan bisa di katakan wah PPATK mempermalukan polisi. Kira-kira. Jadi saya melihatnya tidak mudah Pak, jadi disini sistem Pak. Jadi disini sistem yang memaksa Pak, bahwa PPATK melakuan keterbukaan, bahwa hasil penyelidikannya sudah ini, ini yang disampaikan oleh polisi, lalu mana yang belum. Dan tentunya DPR terserah mana yang memanggil Kapolri untuk menanyakan wah ini ada sekian dan jumlahnya ini Cuma sekian yang di itu. Jadi ini ada ketentuan seperti itu, lalu apa lagi yang perlu saya kemukakan ya.

Oh ya mengenai pembagian harta, dan itu ada 25% ditentukan disini untuk penegakan penegak hukum. Saya menganggap tidak adil untuk pelapor tapi bukan untuk wajib lapor. Kalau wajib lapor itu memang kewajiban tidak perlu dikasih apa-apa dia. Tapi kalau pelaporan anggota masyarakat yang dia tahu bahwa si Bos saya melakukan pencucian uang. Tapi kalau dia bilang sudah diam saja apa untungnya saya. Tapi kalau dia bilang di iming-imingi apabila dia melakukan pelaporan, sehingga oleh karena itu dari 25% itu dibagi, 20% itu untuk penegak hukum, 5% ini untuk pelapor. Asal dalam dia melakuan pelaporan dia menyertakan bukti-bukti. Yang kemudian bukti-buktinya itu dipakai oleh penuntut umum untuk melakukan pembentulan. Kalau dia melapor bisa fitnah itu yang berhak, itu yang saya tambahkan disini Pak.

Apalagi ya? Saya kira itu lah yang penting. Oh mengenai pembuktian terbalik ini Pak, itu ada pada waktu sidang, pada waktu perkara itu sudah disidangkan di pengadilan. Disini disebutkan di dalam RUU. Hakim memerintahkan kepada terdakwa untuk membuktikan. Ini saya tambahkan kata wajib untuk jangan menghindari. Jadi tidak ada kata wajib disini, itu kan menurut diskrisi dari hakim. Tapi disini wajib. Lalu kemudian Pak, saya didalam Undang-undang ini, Bapak-bapak dan ibu-ibu. Bahwa terdakwa itu tidak boleh membuktikan bahwa ini berasal dari tindak pidana hanya mengajukan saksi. Dan didalam KUHAP dimungkinkan hanya saksi dua. Banyak saksi rekayasa, jadi oleh karena itu saya tekankan sebagai leg spesialis yang menyimpang dari KUHAP, bahwa alat bukti itu tidak boleh hanya orang. Hanya dari keterangan saksi, tapi juga dilengkapi alat bukti lain terutama yang merupakan dokumen. Jadi dengan demikian tidak lagi dimungkinkan untuk

(11)

adanya saksi-saksi rekayasa. Karena secara KUHAP dua saksi sudah saksi Pak. Nah itu yang saya juga masukkan disini. Apalagi ya, baik pak itu saja dahulu.

Terima kasih KETUA RAPAT :

Baik Terima kasih Prof. Remi, dengan hormat kita persilakan Prof. Marjono untuk memberikan masukkannya.

PAKAR (PROF. MARJONO REKSODIPUTRO) : Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam sejahtera untuk kita semua,

Yang terhormat Bapak Pimpinan, Ibu dan Bapak Anggota Pansus.

Saya akan membacakan makalah yang sudah saya sampaikan dan waktunya kira-kira 10 menit saja. Pertama memang waktu yang relatif pendeik saya menerima surat tanngal 12 Mei dan harus menyerahkan pada waktu itu kurang lebih tanggal 16, maka catatan ini hanya sekedarnya saya namakan catatan sementara. Untuk jelasnya pada catatan ini perlu saya ceritakan, bahaw saya mendukung diperlukannya permbaharuan dalam Undang-undang 15 tahun 2002, yaitu Undang-undang 25 tahun 2003 antara lain untuk mempertegas dan mempertegas wewenang yang akan diberikan kepada PPATK. Namun demikian menurut hemat saya, kita harus memperhatikan asas-asas hukum yang dikenal dan diakui dengan sistem hukum Indonesia.

Dalam hal ada hal-hal baru yang ingin dimasukan dalam sistem hukum Indonesia maka perlu hal-hal baru itu dijelaskan dengan cukup rinci dalam pasal demi pasal, agar tidak menimbulkan penafsiran yang keliru tentang maksud undang ataupun pembuat Undang-undang. Pertama yang tadi sebenarnya sudah dibicarakan oleh Prof. Remi tentang tindak pidana korporasi, lihat pasal 6. meskipun dalam sistem hukum Indonesia sudah lebih dari setengah abad sejak tahun 1955 dengan tindak pidana ekonomi dikenal kemungkinan pertanggunganjawab korporasi menurut hukum pidana, corporate criminal liability, namun praktek peradilan pidana Indonesia seolah-olah tidak mengakuinya. Undang-undang TPE ini tentang tindak pidana ekonomi belum pernah dicabut dan menurut saya masih berlaku.

Selama ini baru dikenal satu kasus dimana suatu korporasi, satu PT badan hukum dijadikan tersangka, yaitu kasus PT Newmont Minahasa Raya. Dalam tuduhan pencemaran lingkungan, terdakwa dinyatakan bebas dan karena itu tidak ada jurispudensi Indonesia yang jelas apakah praktek peradilan Indonesia, sudah mengakui kontak criminal liability dan bagaimana sebetulnya dengan kontruksi hukumnya. Tadi sebenarnya Prof. Remi sudah banyak menjelaskan dan menyarankan hal ini. Saran saya perlu diperjelas atau mungkin di pisahkan dan dibedakan antara perlakuan dan perbuatan sebagai Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang oleh korporasi dengan yang dilakukan oleh personil pengendali korporasi. Tekanan saya adalah kapan ini dapat dianggap sebagai tindakan korporasi. Dalam pasal 6 ayat 2, dijelaskan yang dimaksud pengendali korporasi misalnya dalam penjelasan pasal demi pasal. Tadi juga sudah dikemukan hal ini oleh Prof. Remi. Dijelaskan pula apakah syarat di ayat 2, a,b,c, e itu kumulatif atau masing-masing berdiri sendiri. Saya merujuk juga disini mungkin perlu disimak tentang berbagai karangan sarjana hukum Indonesia tentang dan antara lain tadi ada buku Prof. Remi ada teori agregesi yang dikemukakan oleh Prof. Remi.

Saya ingin menambahkan sedikit disini bahwa saya setuju pengumuman putusan hakim itu dijadikan korporasi. Ini ada teori yang namanya teori seeining. Teori untuk mempermalukan korporasi karena korporasi itu mempunyai kultur budaya sendiri. Hanya menghukumnya tidak merubah sebenarnya budaya kerja didalam korporasi, dia hanya berupa kalau orang-orang didalam korporasi itu mau merubah diri. Bagaimana cara mereka merubah diri bukan karena

(12)

denda, personil dari korporasi. Tetapi karena mereka malu bekerja didalam perusahaan yang telah di cap sebagai perusahaan yang melakukan pencucian uang.

Selanjutnya, tentang tindakan yang dapat dilakuan terhadap transaksi harta kekayaan dan terhadap harta kekayaan. Lihat pasal 44, 64, 65 dan 71. agar tidak terjadi kesimpang siuran atau multi interpertasi terhadap tindakan hukum apa yang dibolehkan oleh Undang-undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang ini sehubungan dengan upaya paksa terhadap kegiatan keuangan dikalangan perbankan dan lembaga non bank. Perlu diperjelas apa yang dimaksudkan pasal 44 c. Menghentikan sementara kegiatan transaksi. Pasal 44 g, memblokir harta kekayaan. Pasal 44 j, tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab.

Selanjutnya, penjelasan pasal 64 ayat 1 tentang pemblokiran. Sebagai salah satu upaya untuk tidak mengalihkan kepemilikan, mempergunakan istilah seperti penghentian mutasi atau pengalihan harta kekayaan. Ini juga sebaiknya diperjelas pasal 65 ayat 1 dan 67 ayat 3, perbedaan antara istilah dapat diajukan keberatan dari pihak ketiga dengan dapat diajukan perlawan pihak ketiga. Ini juga mungkin harus diperjelas. Kemudian pasal 71 ayat 1, kata penundaan transaksi terhadap harta kekayaan. Jadi ini di dalam upaya-upaya hukum yang dilakukan. Upaya paksa dilakukan ini maka tidak ada kesimpangsiuran. Saran kami dimana mungkin diseragamkan istilah konsep hukum yang di...,

Kedua, dijelaskan dengan rinci dengan contoh seperti dijelaskan oleh Prof. Remi mengenai korporasi. Pengertian-pengertian dan perbedaan yang ada dalam penjelasan pasal demi pasal dan catatan saya, apakah pasal 44 j yaitu menyatakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab yang ada di Undang-undang kepolisian ini apakah diskresi dan apakah diskresi ini perlu disini dan apa yang dimaksud disitu.

c. tentang menetapkan harta kekayaan sebagai asset negara. Ini ada dalam pasal 69. dalam penjelasan hanya dikatakan bahwa PPATK mewakili negara dalam perkara keperdataan. Dalam penjelasan hal singkat itu tidak mengenai hal pokok yaitu harta kekayaan seperti ini yang dikatakan tidak ada yang mengakuinya dipersamakan perlakuannya dengan hukum perdata kita, warisan yang tidak terurus atau tidak seorang pun yang mengajukan diri sebagai yang berhak di dalam pasal 11, 26, 11 30 kitab Undang-undang perdata. Menurut hukum perdata penyelesaiannya menurut warisan ini adalah pengadilan negeri mengangkat seorang kurator untuk memelihara dahulu harta kekayaan tersebut untuk jangka tertentu. Apabila dalam jangka waktu tertentu tidak ada yang mengklaim baru dia akan menjadi asset negara.

Disini langsung dimintakan pemutusan pengadilan mengenai asset negara. Oleh karena itu saya membuat catatan nomor dua disini. Apakah, ini dugaan saya , pasal ini akan dipergukanan untuk memperkenalkan sesuatu upaya yang dikenal non Perfection days asset for future yang menurut saya memang yang sekarang ini sedang di coba oleh PPATK yaitu perampasan asset tanpa ada pernyataan bersalah dari terdakwa oleh pengadilan pidana. Prosedur hukum ini memang dikenal di Amerika Serikat dan dianjurkan oleh Bank Dunia untuk dipergunakan di Indonesia untuk memerangi korupsi dengan merampas hasil tindak pidana ...of crime . dan ini adalah bagian dari konsep follow the money. Pada dasarnya saya setuju untuk prosedur NCP asset for future. Diperkenalkan dan dipergunakan di Indonesia. Namun dengan syarat bahwa dalam persidangan hukum perdata, PPATK harus dapat membuktikan bahwa harta kekayaan itu adalah cacat hukum atau kotor, dirty, karena merupakan hasil kejahatan ..of crime yang telah digunakan sebagai sarana instrumentalitis untuk melakuan kejahatan. Dalam syarat ini harus jelas tercantum ketentuan tersebut untuk menghindari perampasan harta kekayaan yang sewenang-wenang yang pernah terjadi di Indonesia yang kita kenal itu peristiwa G30 S atau sebagainya itu, banyak sekali harta kekayaan dari orang-orang Indonesia yang hilang tanpa bekas karena diambil.

Yang keempat, mungkin perlu dihubungkan dalam pasal 74, dalam pasal ini ditetapkan bahwa untuk penyidikan penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan tidak wajib dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya. Ini didalam tindak hukum pidana yang memang beda dengan pasal 69 yang berada di ranah hukum perdata. Penjelasan tentang pasal 74 ini menurut hemat saya sebaiknya merujuk kepada pasal 480 KUHP pidana dan seterusnya yaitu tentang penadahan. Penadahan heiling, heconsheiling. Intinya betujuan menjegah bahwa seseorang menarik

(13)

keuntungan dari tindak pidana orang lain. Oleh karena itu maka tindak pidana penadahan dapat diuntut pengadilan pidana tanpa harus dibuktikan bahwa barang yang ditadah itu adalah barang curian. Asal saja yang diketahui nya patut diduga bahwa harta kekayaan itu berasal dari kejahatan. Jadi saran saya bahwa hal-hal ini diperjelas didalam penjelasan pasal-pasal.

B, tentang penyelidik PPATK yang tidak dapat dituntut secara perdata maupun pidana. Pasal 78 ayat 4 dan lihat pula pasal 28 dan pasal 95 ayat 1. saya setuju bahwa pada PPATK ada penyelidik. Maksud pasal 78 ayat 4 sudah jelas yaitu membebaskan seorang penegak hukum dari tanggungjawab perbuatannya. Apakah perumusan ketentuan ini sudah tepat bagaimana petugas melakukan kejahatan perbuatan. Pasal 418 KUHAP pidana. Menerima hadiah atau janji yang berhubungan dengan jabatannya. Kalau ini diperlukan maka menurut saya PPATK itu cara merumuskannya harus di perbaiki. Bagaimana pula dengan pasal 28 dan pasal 95 ayat 1. apakah semua Undang-undang memerlukan jaminan seperti ini, bahwa seseorang tidak dapat dituntut baik perdata maupun pidana atas pelaksanaan kewajiban dan wewenang yang diberikan kepada orang tersebut menurut Undang-undang. Bagaimana pula dengan pasal 95, apakah pelapor atau saksi yang menurut Undang-undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang harus melaksanakan suatu kewajiban hukum yang menurut Undang-undang yang tidak terlindungi secara hukum di Indonesia sehingga memerlukan jaminan ekstra. Jaminan ekstra disitu yaitu dibebaskan dari tanggungjawab perbuatannya secara perdata dan pidana. Jadi menurut saya ini agak berlebihan seolah-olah dalam satu ketidakpercayaan total terhadap hukum mengenai sistem peradilan pidana kita.

Selanjutnya tentang kewajiban pejabat dan pegawai PPATK penyidik, penuntut umum, atau hakim merahasiakan identitas pihak pelapor dan pelapor yaitu pasal 91 ayat 1, pasal 93 ayat 1 dan lihat pula Bab 3 pasal 11 sampai 14. maksud pasal 91 ayat 1 jelas, mewajibkan merahasikan suatu hal yang diketahuinya, sehubungan dengan jabatan atau pekerjaannya. Ke dalam KUHP pasal 302 dan seterusnya dikatakan. Membuka rahasia yang wajib di simpannya ini sudah merupakan tindak pidana. Jadi ini harus kita kaitkan. Pasal 11 dan seterusnya. Pertegas hal ini sebagai tindak pidana lain yang perkaitan dengan Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Pertanyaan saya apakah sistematik penempatannya sudah benar. Apakah tidak perlu didekatkan Bab 11, apakah tidak perlu ditempatkan dekat pada Bab IX perlindungan pelapor dan saksi. Selanjutnya pasal 91 ayat 2, mengungkap pula kemungkinan menuntut ganti rugi. Apakah ketentuan seperti ini juga perlu, bukan kah hal ini memang hak dari setiap orang untuk menggugat dari proses perdata sesuatu yang merugikannya dan bertentangan dengan Undang-undang. Jadi kita selalu berhak untuk melakukan gugatan perdata, apa perlu juga pembatasan dilakukan oleh pengadilan. Dikatakan disitu gugatan perdata ganti rugi ini harus diketahui pengadilan. Syarat sebaiknya diberikan penjelasan yang cukup tentang mengapa pasal-pasal ini diputuskan. Untuk mencegah bahwa pasal-pasal ini berlebihan dan tidak perlu sehingga menimbulkan multi interpretasi.atau mungkin pasal-pasal ini dirumuskan kembali.

Demikian catatan-catatan saya yang masih bersifat sementara dan hanya dimasukkan sebagai pemicu diskusi. Selanjutnya saya ingin menyampaikan karena pendengaran saya kurang baik, maka nanti kalau mengajukan pertanyaan mohon agak lengkap dan saya membawa teman yang akan mencatat buat saya pertanyaan-pertayaan yang diajukan. Demikian bapak pimpinan, Terima kasih.

Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh KETUA RAPAT :

Baik Terima kasih Prof. Selanjutnya saya memberikan kesempatan kepada teman-teman anggota pansus untuk bisa melakukan diskusi dengan nara sumber kita. Untuk itu saya menghimbau agar pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan jika itu dijawab tertulis maka diberikan penegasan bahwa kita minta jawaban tertulis. Tapi bila ingin mendapatkan jawaban sekarang ditegaskan bahwa ingin mendapatkan jawaban sekarang sehingga kita tidak berulang-ulang. Setelah jawaban lisan kita minta tertulis sehingga kita berputar-putar terus untuk waktu yang panjang terhadap hal yang sama.

(14)

Saya persilahkan terus berurutan saja sampai ke ujung dari Pak Adang sampai ke sana. Silakan.

F-PKS (DRS. ADANG DARADJATUN) :

Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua,

Terima kasih Pimpinan,

Terima kasih Bapak Prof. Sutan dan Prof. Mardjono.

Yang pasti pada pagi hari ini Terima kasih sekali atas masukan yang Bapak berikan, kita akan minta waktu juga untuk memplejari. Tapi saya juga ada beberapa kali pertemuan dengan pakar beberapa hari yang lalu. Misalnya mungkin Bapak juga sudah baca tentang pihak pelapor. Ini semacam masih ada debatable atau pemikiran-pemikiran. Apakah pihak pelapor itu sudah waktunya sampai tingkat dealer mobil melapor dan sebagainya. Ini pandangan saja pak, apakah sudah sampai seperti itu tingkat pelaporan.

Lalu yang kedua, tadi sudah baca yang di Bapak jelaskan juga. Selalu PPATK berbicara mengenai hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pejabat penyidik maupun penuntut itu jumlahnya antara yang dilaporkan dengan yang tuntas itu kecil sekali penuntasannya. Karena kurang bukti yang disampaikan oleh penyelidik karena pada tingkat penyelidik. Tadi Bapak sudah menyampaikan apa mungkin ada kunci-kunci yang baik. Supaya walaupun dia sebagai penyelidik tapi mampu dia memberikan bahan-bahan yang cukup untuk proses penyidikan tindak lanjut.

Kalau yang lain tadi saya lihat ada beberapa pertanyaan saya yang sudah Bapak jawab. Jadi mohon untuk pertanyaan yang itu saja.

Terima kasih.

Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh KETUA RAPAT :

Baik yang berikut silakan jika ada. F-PDIP (DRS. M. NURDIN, MM.) :

Baik dari kami pak terima kasih atas kesempatan yang diberikan. Bapak Pimpinan dan rekan-rekan anggota pansus,

Bapak semua Prof. Yang saya hormati,

Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pertama saya ucapakan Terima kasih atas semua masukan yang cukup banyak terkait dengan hal untuk penyempurnaan RUU yang sudah dibuat ini. Ada beberapa hal yang dikatakan juga oleh narasumber dalam rumusan RUU itu beberapa kepentingan yang ada. Seperti Prof. Tadi menyampaikan di menimbang memakai dari Undang-undang yang lama. Ada juga yang mengatakan dari rumusan mengenai pencucian uang pun dari yang lama itu perlu dimasukkan. Kemudian berkaitan dengan pelaksanaan PPATK yang dikatakan tidak dapat dituntut untuk dihukum yang ada tapi di Undang-undang yang lama di pasal 10 A, kepada mereka pun yang melakukan pelanggaran perlu diambil tindakan dan sanksi. Jadi untuk menjaga jangan sampai nanti anggota PPATK itu yang diberikan kewenangan cukup besar, juga ada rambu-rarmbu apabila dia menyalahgunakan kewenangannya. Tapi di Undang-undang ini di RUU ini belum masuk tapi disarankan untuk dimasukkan. Bagaimana pendapat narasumber. Jadi sanksi kepada anggota

(15)

PPATK, sanksi Pak. Anggota PPATK yang memberikan penyalahgunaan atau pelapor yang meny alahgunakan kewenangannya. Di Undang-undang yang lama pasal 10A dan 10, satu lagi itu ada dikatakan.

Yang berikut adalah terkait dengan masalah independensi PPATK Pak. KETUA RAPAT :

Ya tolong nanti suara agak gede, karena Beliau-beliau ini kurang ini dan agak lamban. Terima kasih.

F-PDIP (DRS. M. NURDIN, MM.) : Terima kasih,

Yang terkait dengan independensi PPATK. Dibeberapa negara PPATK ini ada yang berada dibawah kepolisian, dibawah bank centeral, dibawah Menteri kehakiman dan ada juga yang dibawah Presiden seperti kita ini. Ini beberapa beberapa juga menginginkan bagaimana PPATK ini menjaga interpendensi ini sehingga mereka tidak mendapatkan intervensi dari berbagai pihak yang berkempentingan. Agar pencucian uang ini tidak ditindak. Jadi bagaimana ini. Memang dikita sekarang ada komite tindak pindana pencucian uang yang terdiri dari beberapa aparatur pemerintah yang dipimpin oleh Menkopolhukam. Tapi itu pun hanya satu kali satu tahun bersidang. Jadi stabilitasnya untuk pengertian independen ini seakan-akan kurang. Bagaimana pendapat Bapak narasumber mengenai hal ini.

Kemudian dari masukan-masukan yang terkait dengan korporasi itu mengingat menjadi refernsi kami Pak untuk menindaklanjuti untuk melengkapi DIM dari fraksi yang akan kami kemukakan nanti dalam rapat kerja yang berikutnya.

Jadi menurut saya itu, Terima kasih sebelumnya. Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh F-PDIP (INDAH KURNIA) :

Terima kasih Pimpinan, Prof. Sutan, Prof. Marjono.

Saya sepakat dengan Bapak-bapak berdua bahwa pemilihan kata itu harus jelas dan ada keseragaman. Karena tadi prof Mardjono mencermati ada istilah menggunakan keberatan, kemudian berbeda di 67 itu perlawatan. Saya sepakat dengan prof. Berdua yang jam terbangnya sangat tingi dan sangat cermat. Kami sendiri merasa pertemuan ini sangat kurang waktunya. Karena saya sendiri pribadi ingin tahu lebih banyak dengan hal-hal yang berhubungan dengan Undang-undang money laundry disempurnakan menjadi RUU ini Pak.

Saya ingin menanyakan kepada Prof. Berdua mengenai pasal 3 disini. Setiap orang yang menempatkan, mengalihkan, membelanjakan, dan selanjutnya atas harta kekayaan yang di ketahuinya atau patut diduganya. Menurut saya harus ada imbuhan nya di belakangnya, yang menurut saya nya di dalam bahasa Indonesia, nya itu berarti dia pelaku itu. Tapi kalau dia tidak menduga, tidak mengetahui maka dianggap dia bebas dari semua tuntutan itu. Apakah menurut prof. Berdua, nya disini perlu dipergunakan. Nya di ketahuinya, dan diduganya. Kenapa tidak hanya diketahui dan diduga, patut diketahui dan diduga. Itu pertanyaan saya yang pertama Prof.

Terus kemudian dengan sanksi atau yang disebut dengan hukumkan subsider ya? Itu pasal 14 RUU Prof. Itu disini dalam hal terpidana tidak mampu membayar pidana denda

(16)

sebagaimana dimaksud pasal 13 ayat 3, pidana tersebut diganti dengan pidana kurungan paling lama 8 bulan. Sementara Undang-undang yang lama yang 15 itu mengaturnya sampai 3 tahun. Saya sepakat dengan Prof. Sutan bahwa sanksi itu sebaiknya jangan diberikan maksimum 100 milyar atau maksimum 5 tahun tetapi lebih baik disebutkan minimum. Sehingga maksimumnya bisajuga 5 triliun atau bahkan mungkin juga 100 triliun. Hukumannya pun kalau bisa ya seumur hidup. Apa 150 tahun artinya menimbulkan efek jera dan saya sangat sepakat dengan sanksi itu teori sammy meskipun saya tahu itu pun tidak jaminan. Di Indonesia ini Malu pun tidak ada lagi. Orang yang sudah di beritakan di Media Masa yang sudah mengentahui kita melakukan perbuatan tercela itu dengan nyaman masuk ke dalam mobil mewahnya dan melambaikan tangan ke pada media atau wartawan dan akan tahu itu akan di ekspose atau di saksikan oleh jutaan mata permirsa, tidak ada lagi rasa malu. Tetapi dengan wajib hakim memutuskan dengan wajahnya terpampang sehingga yang bersangkutan itu malu dan keluarganya pun malu. Biasanya hal terdawa itu sanggup menahan rasa malu, tetapi putra dan putrinya, cucunya mungkin akan memaki atau mengutuk dia. Jadi saya sepakat, tolong dibantu dan diberikan masukan kepada kami. Tim RUU pansus ini agar bisa merumuskan RUU ini agar benar-benar implementatif, terutama pasal-pasal yang tidak selaras dengan Undang-undang yang lain dan peraturan pemerintah yang lain.

Kami mohon benar-benar Prof. Berdua membantu memahami dan mencermati. Meskipun tidak kami undang, tidak di undang resmi. Prof. Berdua berkenan mendukung kami dengan memberikan masukan tertulis terhadap pasal-pasal yang nantinya tidak berbenturan dan tidak seimbang dan selaras dengan Peraturan pemerintah, peraturan PPATK. Disitu banyak sekali denda administratif titk. Kemudian diatur oleh peraturan kepala PPATK, diatur oleh peraturan pemerintah. Nah itu kalau peraturan pemerintah atau peraturan kepala PPATK nya belum tersedia atau dirumuskan maka Undang-undang ini tetap tidak akan terimplementasi secara maksimal.

Terus kemudian yang berikutnya saya juga ingin menanyakan kepada prof berdua terhadap RUU pasal 68. disitu jika pihak yang melakukan perlawanan atau tadi Prof. Menyatakan yang melakukan keberatan mampu membuktikan bahwa seluruh harta yang diperoleh itu sah adanya, meskipun disimpan beberapa lama mulai dari waktunya 90 hari di blokir, kemudian ada tambahan lagi dan seterusnya dia melakukan kejahatan, terakhir keputusan final dari hakim yang menyatakan keputusan itu adalah sah milik yang mengajukan perlawanan atau keberatan. Maka PPATK diperintahkan untuk mengembalikan harta kekayaan kepada yang berhak. Titik. Yang ingin saya tanyakan apakah tidak perlu kita menambahkan imbalan terhadap harta yang disimpan itu dalam hal ini bunga atau interst. Karena ini kan akses keadilan. Seperti yang dipajak seandainya institusi itu akhirnya terbukti bahwa wajib pajak itu harus menerima restitusi maka negara harus membayar denda kepada wajib pajak senilai 2% perbulan. Sehingga kalau ditahan 2 tahun baru dimenangkan maka 24 X 2% X sejumlah yang disiat itu. Jadi menurut saya apakah ini hanya titik atau perlu di tambahkan hak dari warga atau dalam hal ini adalah mereka yang mengajukan keberatan dari PPATK.

Mungkin itu dari saya Prof. Terima kasih pertemuan ini sangat berarti bagi kami. F-PDIP (IR. DOLFIE OFP) :

Terima kasih Pimpinan,

Mengucapkan Terima kasih kepada Prof. Sutan Remi dan Prof. Mardjono atas masukannya. Ini semakin memperkaya kami untuk membahas RUU ini Pak. Ada beberapa yang ingin saya mendapatkan tambahan. Tadi sudah dijelaskan oleh beberapa teman mengenai kedudukan PPATK. Di dalam RUU ini mengenai kedudukan di pasal 36 itu bertanggungjawab kepada Presiden. Dipasal 53 itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan pertimbangan dari Menteri keuangan dan Gubernur BI. Saya ingin mendengarkan apakah ada konsep lain Pak, selain kepada presiden pemerintah. Misalnya di bawah BPK atau independent seperti KPK misalnya. Mohon bila ada pertimbangan lain Pak.

(17)

Kemudian yang kedua, yang ingin melakukan pendalaman mengenai tugas PPATK seperti di pasal 39. disini mulai dari pencegahan, penghimpunan data informasi, kepatuhan pihak pelapor, analisa transaksi dan berhenti kepada penyelidikan. Apabila tugas PPATK ini diperluas sampai kepada pihak penyelidikan itu ada masalah terhadap sinkronisasi Undang-undang atau terhadap peraturan Undang-undang atau yang lainnya. Kemudian yang lain Pak penerapan pasal 74 Pak, disini disebutkan bahwa tidak wajib dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya. Mungkin terjadi tindak pencucian uangnya tidak terbukti, tindak pidana asalnya terbukti. Nah ini implikasi seperti itu apa pak kalau sampai terjadi kondisi seperti itu.

Kemudian yang lain mengenai pasal 15 Pak, mengenai pihak pelapor atau wajib lapor yang Bapak sampaikan tadi. Disini kan mencakup kepada profesi seperti advokat, konsultan bidang keuangan, notaris, akuntan juga termasuk ini Pak. Menurut Bapak bagaimana ini pak mengenai regulasi provesi yang seperti ini, karena sampai saat ini kan baru perbankan yang relatif yang sudah jalan untuk provesi-provesi seperti ini bagaimana mekanisme yang sebaiknya dilakukan. Kemudian yang lainnya mengenai pengecualian kerahasiaan. Di pasal 45 ini PPATK dikecualikan dari kode etik kerahasiaan. Menurut Bapak, bagaimana untuk monitoring pengecualian dari kerahasiaan ini untuk tidak disalahgunakan. Apakah perlu adanya tambahan sanksi terhadap kelalaian ini atau bagaimana. Supaya ada kendali terhadap penggunaan wewenang ini.

Kemudian, untuk pak Mardjono Pak mengenai prosedur NCP Asset for future ya Pak. Ini dengan ini diterapkan Pak, itu ada sinkronisasi dengan Undang-undang yang Indonesia yang mana Pak, mengenai mekanisme ini kalau itu dilakukan Pak. Kemudian di RUU ini juga diatur mengenai satgas. Dimana satgas ini dibentuk dan diketuai oleh institusi penyidik tindak pidana asal. Menurut Bapak apakah mekanisme ini cukup efektif untuk koordinasi kerja PPATK sebagai penyelidik dan menindaklanjutnya dalam penyidikan. Bila kita menggunakan mekanisme ini didalam satgas gitu Pak.

Itu saja Pimpinan. Terima kasih

KETUA RAPAT : Terima kasih

Sebelum ditanggapi baik oleh Prof. Remi dan Prof. Mardjono ada beberapa hal yang mau juga kami mendapatkan penjelasan. Yaitu yang pertama tadi ada disinggung oleh Prof. Remi mengenai kemungkinan PPAT melapornya kepada DPR yang merupakan representasi rakyat. Pertanyaan saya, apakah dimungkinkan untuk anggota PPATK itu dipilih oleh DPR seperti misalnya KPK dan badan-badan lain yang selama ini dipilih oleh DPR. Apakah itu dimungkinkan.

Kemudian yang berikut terkait dengan pembuktian terbalik yang ada hubungannya dengan asas hukum universal. Asas hukum tidak bersalah. Dimana Indonesia cenderung ambivalen dimana Indonesia mau mempertahankan asas praduga tak bersalah, tapi dalam kasus-kasus tertentu dilegalkan asas pembuktian terbalik. Sejauh mana pandangan-pandangan hukum dari Bapak-bapak tentang hal ini untuk dapat memperkuat pansus tentang rumusan-rumsan kedepan.

Kemudian yang berikut terkait dengan penyitaan, memang rancangan Undang-undang ini memang mencoba untuk mengadopsi yang dikenal dengan ... for future atau civil for future. Dimana untuk mempercepat mensita hasil kekayaan atau korupsi misalnya dilakukan pendekatan untuk perdata yang terpisah oleh pendekatan pidana. Terkait dengan ini kami merasa perlu mendapat masukan mendalam agar ketentuan ini dapat ditegaskan tanpa terjadinya perampasan harta kekayaan sewenang-wenang. Mungkin perlu ada masukan yang lebih jelas bagi kami untuk memperdalamnya.

(18)

Terima kasih kami berharap mungkin dapat dijawab secara garis besar dan bagi kami mungkin bila dapat ditulis secara tertulis nanti rinciannya kami juga berharap dapat ditulis secara tertulis. Kami silakan Prof. Remi pertama tadi.

PAKAR (PROF. DR. SUTAN REMY SJAHDEINI, SH.) :

Terima kasih, pertanyaan Pak Adang ini. Perluasan wajib lapor, kalau istilah saya wajib lapor ini. Kok sampai ke dealer mobil segala. Selama ini di Undang-undang yang lama, wajib lapor hanya perusahaan pemberi jasa. Artinya Bank. Memang Undang-undang pencucian uang kita ini dianggap masih terlalu sempit Pak. Yang diwajibkan untuk melapor, dibandingkan dengan luar negeri memang kurang. Kalau di Amerika itu delar mobil itu harus melapor Pak. Namun kalau memang mau memberantas pencucian uang itu tidak hanya kewajiban lapor itu dikenakan kepada penyedia jasa keuangan saja. Hendaknya juga dibidang sektor real yaitu pedagang berlian, berlian itu kecil pak tapi kalau 20 karat itu berapa harganya Pak, dan mudah sekali untuk di sembunyikan. Maka penjual mobil ini, mobil di Indonesia itu mahal sekali Pak dibandingkan di luar negeri karena pajaknya. Hendaknya melapor, begitu juga perusahaan pembeli rumah besar, itu sampai sekarang tidak bisa Pak. Memang yang dinamakan pencucian uang ini. Di dalam pencucian uang ini ada beberapa tahap.sampai nanti tahap yang terakhir itu berhasil bahwa asal usul itu tidak diketahui lagi. Karena dengan pencucian uang dengan berbagai kegiataanya adalah untuk mengaburkan asal usul uang ini dari penegak hukum ,caranya macam-macam ya Pak.

Dahulu Undang-undang pencucian uang muncul di Amerika itu hanya terhadap dana yang berasal dari perdagangan narkoba. Tapi akhirnya sekarang bukan dari perdagangan narkoba saja tapi akhirnya sekarang sudah di perluas dan dari berbagai hal. Lalu dia membentuk yang dicuci bukan hanya uang saja sekalipun istilahnya masih money laundring. Tetapi menjadi yang dicuci adalah properti. Properti inilah yang sekarang menjadi istilah harta kekayaan. Kalau memang bukan hanya uang maka tidak bisa kalau hanya bank saja. Dan itu memang diluar negeri sudah seperti itu, dan kita ini sebetulnya niru, niru saja bukan pinter-pinternya para perancang Pak, bukan niru. Dan kita ditekan Pak, kok Cuma begini. Dan ada yang menjadi badan pengawas dunia dan itu FATF Pak. Dan kalau dia melihat bahwa ini tidak sesuai standar ya kita lalu masuk black list lagi Pak. Itu sih sebetulnya, sebetulnya seperti itu. Itu timbul pertanyaan. Apakah mampu kalau PPATK mengurusi hal-hal yang tidak terkait dengen rekening atau uang. Nah ini kita lihat nanti bagaimana nanti dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu PPATK harus diperkuat tidak hanya sekarang yang terdiri dari seperti ini, seperti ini saja.

Lalu mengenai pengentasan penyelidikan, kalau ini itu yang dipersoalkan. Kan sudah melapor sekian banyak kon pengentasannya sedikit sekali Pak. Sampai kepada di dok hakim sedikit sekali Pak, karena memang sebenarnya di Indonesia ini sebetulnya tidak sulit Pak. Di luar negeri sepertinya sulit sekali Pak untuk bisa membuktikan bahwa memang sudah terjadi pencucian uang. Di Indonesia gampang Pak, gampang sekali. Cuma itu yang timbul pertanyaan buat masyarakat. Kok penuntasannya sampai di dok hakim ketok. Itu sampai di berita-berita ribuan kan yang jadi PPATK. Kok tidak ada apa-apanya. Itu sebabnya saya usulkan supaya PPATK ini diwajibkan pertama berhak menanyakan, lalu yang kedua diwajibkan kepada dia untuk melaporkan kepada DPR dan Presiden.

Nah sekarang tentunya laporan itu yang kepada DPR ya diapa apain lah gitu ya, kalau tidak ya endak bareng lah. Saya sebagai pemilih bapak-bapak dan ibu-ibu ya marah juga kan. Jadi ada pressure Pak kepada penyidik. Ya gitu, ok. Kemudian sanksi kepada PPATK ini tentu harus ada sanksinya. Banyak sekali Undang-undang di Indonesia ini banyak kewajiban tetapi tidak ada sanksinya. Itu aneh. Jadi kebetulan saya tidak ya namanya buru-buru belum membandingkan dengan yang ada di Undang-undang yang lama yang seharusnya di adopt juga di Undang-undang yang baru, itu loh ini tidak ada. Tapi kalau Bapak menemukan saya akan setuju sekali Pak. Ada kewajiban kalau ada yang melanggar ya harus sanksi ya Pak, ada disitu. Apakah disitu sanksinya administratif saja, atau sanksi kepegawaian kah, administrasi apa, sampai kepada pidana itu silahkan saja.

(19)

Mengenai independensi PPATK Pak, ini Bapak kemukakan lalu bagaimana cara menjaga independensi. Di Undang-undang Bank Indonesia, pasal 9 dari Undang-undang BI ya itu di celupkan. Ini mungkin ada baiknya untuk di adop. Di pasal 9 ayat 1, dinyatakan bahwa Sub tidak boleh mencampuri baik itu terhadap macam pemerintah, tugas kewenangan Bank Indonesia. Dengan sanksi kalau itu dilakukan sanksinya itu di pasal 67 dari Undang-undang Bank Indonesia. Masuk penjara pidana.

Di pasal 9 ayat 2, itu ada ketentuan bahwa Bank Indonesia wajib mengabaikan campur tangan. Kalau saksinya kalau tidak mengabaikan pidana di pasal 68.jadi kalau ini mau dimasukkan dalam rangka supaya tidak hanya semacam kertas saja itu, yang dikatakan interpendensi, tetapi tidak ada sanksinya atau apa kalau orang mengatakan interpendensinya. Saya setuju itu bisa diambil saja di spirit Undang-undang Bank Indonesia, Bapak baca saja pasal 9 di Undang-undang Bank Indonesia, dan sanksinya di pasal 67 dan pasal 68.

Mengenai hukum kurungan ya Bu ya. Pertama mengenai keberatan dan perlawanan. Kalau dicermati betul pasal ini yang dirasakan keberatan ini ya PPATK. Jadi orang yang merasa eh itu harta ku. Dia mengajukan keberatan PPAT, kalau PPATK menolak keberatan itu, maka dia mengajukan perlawanan kepada pengadilan. Jadi memang ada bedanya. Keberatan itu diajukan kepada PPATK, perlawanan diajukan kepada pengadilan. Itu seperti itu.

Nah perkataannya ”nya” di pasal 3. itu di dalam pengajuan DIM itu memang diajukan. Karena apa, kalau Cuma diketahui atau diduga itu diketahui oleh siap, diduga oleh siapa, tentunya oleh pelaku seperti yang Ibu katakan. Perlu dicermati, bahwa di pasal 3 itu adalah ketentuan mengenai pelaku tindak pidana. Jadi yang melakukan penempatannya ini itu. Sedangkan di pasal 5 ya barangkali ya, pasal berapa itu. Itu yang seperti bank menerima penempatan. Jadi juga di duganya ”nya” nya itu adalah bank itu. Seperti ini maksudnya, sebab kalau tidak tambah dia, diduga oleh siapa. Sehingga kalau itu menjadi silat lidah pengacar. Makanya itu tanah nya itu sengaja. Maksudnya jangan sampai menimbulkan keraguan dalam penafsiran. Supaya penafsiran itu memang betul-betul accept. Jadi kalau yang di pasal 5, kan yang diketahuinya atau patut yang diduganya adalah orang yang menerima penempatan itu atau yang melakukan pembayaran itu. Sedangkan yang di pasal 3 yang melakukan pembayaran, yang melakukan penempatan nasabahnya. Nya, nya itu. Ini yang bahasa Indonesia memang sudah benar itu. Dan juga dari kepentingan penafsiran kepentingan hukum juga justru harus dimasukkan.

Mengenai hukuman kurangan ini ya Bu, ini saya tidak tahu. Barangkali Pak Mardjono lebih tahu. Apakah bisa kurungan kalau boleh seumur hidup itu. Begini Bapak dan Ibu-ibu, sudah menjadi hal yang lama sekali di bicarakan. Menentukan berat lamanya pidana ini tidak jelas berbagai Undang-undang. Kalau di Map di bikin daftarnya itu, itu nanti akan kelihatan. Perbandingannya begini hukumannya itu iringan banget, perbuatannya hanya begini kok hukumannya luar biasa. Kok antara Undang-undang yang satu dengan Undang-undang yang lain termasuk juga dengan in charing begitu dibandingkan itu sangat kacau. Ini diantara kami apakah sudah ada jawabannya. Karena Prof. Mardjono ini, ini diantara kami apakah sudah ada jawabannya sama Prof. Mardjono. Karena Prof. Mardjono ini kan menjadi KUHAP pidana kita. Terakhir menjadi ketua RUU KUHAP pidana kita, masukan itu RUU. Sudah DIM komisi III. Itu yang terakhir, itu RUU KUHAP terpidana itu kan sudah lama itu kan yang terakhir ketua nya Beliau. Nah ini juga sudah dibicarakan di dalam ini itu panitia ini bagaimana sih menentukan ringan, berat ringannya mengenai hukuman pidana itu di penjara itu atau di draft. Undang-undang perbankan, kemudian yang lain denda pidana denda itu bahwa akhirnya subjektif. Bagaimana suasana kebatinan itu. Tanpa membandingkan mengenai soal itu saya tidak tahu memang kalau orang lain tidak bisa bayar denda diganti uang. Itu kan jangan ringan-ringan dong, enak benar itu dia bilang tidak bisa bayar denda lebih baik saya masuk penjara. Enakan masuk penjara sebetulnya kan, ya dikurung, ya. Lumayanlah tiga bulan dikurung disitu apalagi kalau malam hari dia bisa keluar, lumanyan nanti kalau sudah habis kurungannya uang tabungannya tidak kurang kan gitu.

(20)

INTERUPSI F-PDIP (DRS. M. NURDIN, MM.) : Interupsi Pimpinan.

Terima kasih Prof.

Ini kan sama saja dengan uang pengganti yang harus diwajibkan sesuai dengan apa yang dilakukan.

PAKAR (PROF. DR. SUTAN REMY SJAHDEINI, SH.) :

Oh ya, iya dia di denda. Denda itu kan uang Pak. Karena dia tidak bisa bayar maka penggantinya kan ada kurungan, nah ngga bisa dong kalau diganti itu kurungan itu dengan uang kalau dia tidak bisa bayar uang.

Pasal 68 mengenai imbalan bunga. Ketentuan perbankan sekalipun rekening itu diblokir namanya bunga jalan terus. Jadi itu adalah kewajiban bank untuk bayar bunga sekalipun itu di blokir. Cuma pengertian di blokir itu tidak bisa digunakan. Nasabah tidak bisa mendrop. Tidak bisa di alihkan seandainya bisa. Tapi bunga tetap bayar, tiga tahun, empat tahun, waduh itu alhamdullilah kalau bisa dilepas itu. Apalagi itu bisa bunga ber bunga.

Bukan PPATK dipertanyakan itu kan di bawah Presiden. Apakah ada konsep lain. Yang ingin dikemukakan bahwa Presiden di dalam Undang-undang ini sebetulnya selaku kepala negara kita. Selaku kepala pemerintahan. Nah didalam UUD kita itu tidak jelas Pak, kapan Presiden itu berwenang selaku Presiden sebagai kepala pemerintahan atau Presiden selaku kepala negara. Misalnya Presiden berwenang mengumumkan perang, gitu Pak. Itu kan Presiden selaku kepala negara berwenang mengangkat duta besar, itu menurut saya Presiden selaku kepala negara. Karena duta besar kita itu bukan wakil pemerintah pak tapi wakil negara. Sementara ini saya terus terang saja Pak saya heran, kenapa kalau mengangkat duta besar kok harus fit and proper test kepada DPR. Bukan Presiden sebagai kepala pemerintahan. Saya minta maaf kepada Bapak-bapak. Kami melihat diluar melihatnya kacau, kacau bahwa yang sebetulnya tidak harusnya bahkan tidak boleh itu dipersoalkan oleh DPR karena kewenangannya sebagai kepala negara kok dipersoalkan. Kalau ya saya bilang maaf, tadi saya bilangnya kacau.

Nah ini yang dipertanyakan bagaimana kalau diberikan kewenangan PPATK sampai kepada penyidikan. Pak, PPATK itu tidak berani diberi wewenang untuk melakukan penyidikan. Saya sudah bicara dengan Pak Yunus Husein, melakukan penyelidikan saja setengah mati, melakukan analisis keuangan itu saja setengah mati. Melakukan penyidikan, waduh dari mana orangnya. Nanti dari polisi ditarik. Seperti di KPK kan sudah tidak masuk. PPATK mewanti-wanti betul-betul jangan sampai kami ditugasi sebagai penyidik tetapi menurut saya, dengan adanya kewenangan itu dari PPATK nanya kepada penyidik. Tanyakan itu yang namanya laporan saya. Lalu kemudian anda tidak ngapa ngapain yang namanya batas waktu yang penjelasan tidak jelas. Biarkan kan banyak urusannya kamu nanti digebukin rakyat, sampai di hujat.

Di dalam Presiden mengangkat kepala dan wakil kepala PPATK itu adalah Presiden sebagai kepala negara Pak, bukan Presiden. Kalau, tidak tidak independent. Gitu Pak, Cuma Bapak-bapak menginginkan seperti ini Presiden sebagai kepala negara. Tidak ini Presiden mungkin Presiden pertama. Presiden pertama secara Undang-undang tegas memindahkan ini Presiden selaku kepala negara atau selaku sebagai kepala pemerintahan. Saya sebetulnya menginginkan itu, kalau ini lembaga independent, kalau ini dibawah presiden. Itu presiden sebagai kepala pemerintahan. Yang mengangkat juga dia sebagai kepala negara bukan sebagai kepala pemerintahan. Jadi tidak sanggup kalau ditugasi begini, tidak sanggup minta ampun ya?

Tetapi dengan adanya kewenangan-kewenangan untuk melakukan control kepada peny idik bagus dan menurut saya itu sehat. Sehat karena apa? Jadi penyidik itu tetap dihormati fungsinya. Kalau tidak kan lalu akhirnya. Ngapaian.

Referensi

Dokumen terkait

Jadi, menurut teori ini perubahan di dalam output atau harga dari jasa kapital relatif terhadap harga output akan mengubah atau mempengaruhi stok kapital yang

Namun, masih banyak masalah interior yang terdapat pada bangunan Museum Olahraga Nasional yang diantaranya adalah penggunaan tata cahaya yang kurang baik, ruang

Sudiadnyana, Eka, Yudha dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu selama penulis menempuh studi di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana

Oracle merupakan perusahaan software terbesar kedua di dunia ini untuk software database. Ini membuat sertifikasi Oracle menjadi salah satu sertifikasi yang paling

Para peneliti dalam bidang pendidikan matematika pada umumnya adalah dosen, guru, mahasiswa serta beberapa lembaga ataupun perseorangan yang peduli terhadap

Sehingga Apabila remaja memiliki konsep diri negatif yang ditunjukkan dengan penilaian negatif terhadap diri dengan menganggap dirinya kurang dapat diterima oleh individu lain, maka

Mengingat banyaknya kebutuhan yang diperlukan oleh keluarga dan anggota-anggotanya, maka dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang merupakan kebutuhan

Terkecuali bila pihak perempuan yang memang menginginkan untuk melihat biodata laki - laki terlebih dulu dan siap menerima apapun jawaban pihak laki - laki, maka urutan