• Tidak ada hasil yang ditemukan

Site Report Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat Waktu: 8 17 Juni 2009 Lokasi: Kota Pasuruan Propinsi Jawa Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Site Report Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat Waktu: 8 17 Juni 2009 Lokasi: Kota Pasuruan Propinsi Jawa Timur"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Site Report Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat Waktu: 8 – 17 Juni 2009

Lokasi: Kota Pasuruan – Propinsi Jawa Timur I. Ringkasan Hasil Sangat Sementara

Tim Studi Penanganan Pengaduan Masyarakat berada di lokasi penelitian (Kota Pasuruan) pada tanggal 6 Juni 2009, koordinasi dilakukan bersama Koordinator Kota (Korkot) Bapak Ir. Bambang Tri Leksono. Pak Bambang baru kurang lebih 1,5 bulan bertugas di Kota Pasuruan sebagai Koordinator Kota dan issue P2KP di Kota pasuruan, khususnya Kecamatan Purworejo, sedang menjadi sorotan terutama berkaitan dengan dugaan penyalahgunaan/penyimpangan dana fix cost untuk kegiatan peningkatan kapasitas (pelatihan) di tingkat kelurahan. Kehadiran tim studi PPM sempat dianggap berkaitan dengan issu yang menghangat di P2KP Kota Pasuruan terutama di tingkat Fasilitator Kelurahan dan di tingkat grassroot namun menjadi jelas setelah dijelaskan maksud dan tujuan dari kedatangan tim studi PPM.

A. Kelurahan Purworejo Kecamatan Purworejo :

Kelurahan Purworejo mempunyai luas 106.500 Ha, yang terbagi dalam 56 RT dan 8 RW dengan ketinggian tanah antara 3,5 s/d 4,0 m di atas permukaan laut (dpl) dan beriklim kering. Berdasarkan data Kelurahan, jumlah penduduk Kelurahan Purworejo sebanyak 13.002 jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak 6.490 jiwa dan perempuan sebanyak 6.512 jiwa. Jumlah Kepala Keluarga terdiri dari 3.100 KK, dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 584 KK.

Kelurahan Purworejo memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kelurahan Kebon Sari, Kec. Purworejo

Sebelah Selatan: Kelurahan Kebon Agung, Kec. Purworejo Sebelah Barat: Kelurahan Sebani, Kec. Gading Rejo; dan Sebelah Timur : Kelurahan Pekuncen.Kec. Bugul Kidul

Warga masyarakat di Kelurahan Purworejo terdiri dari warga masyarakat asli dan warga pendatang yang berasal dari berbagai daerah antara lain Jember, Lumajang, Blitar, Nganjuk, Malang dan Madura. Mata pencaharian warga kelurahan Purworejo terdiri dari pegawai negeri, pegawai swasta, pedagang kaki lima (pedagang bakso), tukang becak, penjual jamu dan sebagian kecil buruh. A.1. Profil BKM

Kelurahan Purworejo mendapat bantuan P2KP I Tahap 2 sejak Tahun 2003, dan di tahun tersebut tepatnya tanggal 5 Oktober 2003 lahirlah Badan Keswadayaan Masyarakat yang diberi nama : BKM ERLANGGA. Pengesahan notaris dilakukan pada tanggal 12 Desember 2003, oleh notaris Nurmudayani, SH, beralamatkan di : Jl. Erlangga No. 6. Kelurahan Purworejo, Kota Pasuruan, Telp (0343) – 424861. Sampai dengan saat ini, telah terjadi peralihan keanggotaan BKM pada periode ke II, tahun 2003-2006 dan 2006-2009.

(2)

Masa bakti 2003 – 2006, BKM Erlangga kel. Purworejo beranggotakan 13 orang dengan koordinator BKM Bapak Drs. Misdiyanto.

BKM Erlangga di dukung oleh seorang sekretaris, bendahara, Seorang manager UPK, Koordinator UPS dan UPL. Pada masa bakti 2006 – 2009, BKM Erlangga Kel. Purworejo beranggotakan 17 orang dengan koordinator BKM Bapak Slamet Daroini S.Pd.

BKM Erlangga di dukung oleh seorang sekretaris, bendahara, Seorang Manager UPK, Koordinator UPS dan UPL. (Profil BKM terlampir).

Dengan Repayment Rate sekarang sebesar 73% untuk kegiatan dana bergulir BKM Erlangga termasuk salah satu BKM yang cukup berhasil di wilayah

Kecamatan Purworejo. Kreativitas anggota BKM termasuk UPK, UPL dan UPS nya telah mampu mengembangkan berbagai kegiatan positif seperti Warbis (Warung Bisnis), Forum relawan, forum RW dan Rembug Masyarakat Kelurahan. Semua kreativitas ini dlakukan dalam rangka mengakomodasi kebutuhan warga sasaran (RTM) dan warga masyarakat lainnya yang ada di Kelurahan Purworejo. A.2.Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Tahun 2007

BKM Erlangga mendapat kucuran dana terdiri dari 2 periode meliputi : Periode I adalah dana BLM P2KP 1 Tahap 2

• BLM I diperuntukkan bagi Sarana Infrastruktur sebesar Rp. 38.344.000,- dan Sosial sebesar Rp. 10.196.000,-

• BLM II diperuntukkan bagi Kegiatan Ekonomi sebesar Rp. 119.500.000,- • BLM III diperuntukkan bagi Kegiatan Ekonomi sebesar Rp. 74.5150.000,- Di periode tersebut hingga akhir Desember 2006, telah terbentuk sebanyak 291 Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), dengan jumlah anggota 1.577 orang (682 pria dan 855 wanita)

Pada periode tersebut juga dikucurkan dana khusus BLM P2KP yang terdiri dari : • Bidang Ekonomi sebesar Rp. 894.450.000,- dan penerima manfaat sebanyak

1.378 orang, dengan swadaya masyarakat sebesar Rp. 921.677.000,-

• Bidang Lingkungan sebesar Rp. 41.444.000,- dan penerima manfaat sebanyak 2.463 orang, dengan swadaya masyarakat sebesar Rp. 47.223.000,-

• Bidang Sosial sebesar Rp. 18.621.000,- dan penerima manfaat sebanyak 754 orang, dengan swadaya masyarakat sebesar Rp. 22.513.000,-

Periode II adalah BLM PNPM MANDIRI P2KP Tahun 2007 Realisasi dana yang ilakukan meliputi :

• Kegiatan Fisik senilai Rp. 80.880.000,- terdiri dari 20 kegiatan pembangunan sarana prasarana dasar lingkungan di 8 RW.

• Kegiatan Sosial senilai Rp. 36.980.000,- terdiri dari 6 kegiatan sosial di 8 RW. • Kegiatan Ekonomi senilai Rp. 41.140.000,- diperuntukkan bagi 40 (dengan

membentuk kelompok @ 4 orang).

• Kegiatan di atas dilaksanakan dengan Biaya Operasional Kegiatan sebesar Rp.40.000.000,-

(3)

Secara garis besar kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan meliputi semua aspek kegiatan keorganisasian, berbasis pada perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan.

Kegiatan tersebut menyertakan masyarakat (relawan, masyarakat miskin, kelompok peduli, para Ketua RW, kelembagaan masyarakat di kelurahan, dan staff kelurahan. Kegiatan pembelajaran lainnya adalah pelaksanaan PAKET TA 2007 dan penghargaan PAKET 2008 bersama Kelurahan Mayangan.

Beberapa kegiatan yang bersifat penggalian potensi dan sumberdaya kunci juga turut dilakukan bersama komponen masyarakat kelurahan. Secara khusus di tahun 2006 dan awal 2007 dikembangkan metode kemitraan. Beberapa diantara kegiatan dapat ditampilkan sebagai berikut:

a. Pengembangan kegiatan perguliran Mandiri , dengan mendirikan Warung Bisnis melalui kerjasama dengan pihak Dana Reksa Jakarta (mendapat pinjaman awal Rp. 25.000.000,-).

b. Kegiatan PAKET P2KP tahun 2007, bekerjasama dengan Dinas Cipta Karya Kota Pasuruan senilai Rp. 155.000.000,-

c. Pengelolaan kegiatan PNPM Mandiri P2KP tahun 2007 bersama komponen LPM, LUPPK, Kader Pos Yandu, Kelurahan Siaga, dan Karang Taruna senilai Rp. 350.000.000,-

d. Optimalisasi peran Kader Pembangunan, Kader dari Kelompok Peduli, Dinas Cipta Karya, Sekretaris Daerah Kota Pasuruan serta Tim Pendamping PNPM Mandiri tahun 2007/2008 dengan terbangunnya Gedung Pelayanan Bersama. e. Membangun kesadaran dan kepedulian bersama untuk mewujudkan lingkungan yang sehat, bersih dan indah melalui perencanaan saluran limbah. MCK Umum, dan pavingisasi.

(Sumber : Profil BKM Erlangga dan Laporan Musyawarah Warga Istimewa BKM Erlangga Periode Kegiatan 2007 dan 2008)

B.Kelurahan Bangilan Kecamatan Purworejo :

Kelurahan Bangilan Kecamatan Purworejo terdiri dari 4 RW yang terbagi menjadi 15 RT dalam 3 lingkungan yaitu Patok, Kristalan dan Kapuran. Luas wilayah 0,17 Km2 dengan ketinggian 4 Meter diatas permukaan laut beriklim tropis. Perkembangan ekonomi di kelurahan ini ditopang oleh perdagangan kecil (warung) dan mata pencaharian warga masyarakat pada umumnya pedagang, buruh kasar, guru dan pegawai negeri sipil.

Perbatasan wilayah Kelurahan Bangilan adalah sebagai berikut : Sebelah Utara :Kelurahan Mayangan, Kec. Purworejo

Sebelah Seatan:Kelurahan Kebonsari, Kec. Purworejo Sebelah Barat:Kelurahan Kebonsari, Kec. Purworejo Sebelah Timur:Kelurahan Kandang Sapi, Kec. Bugul Kidul

B.1.Profil BKM Barokah Kelurahan Bangilan Kecamatan Purworejo Kota Pasuruan

(4)

BKM Barokah di kelurahan ini sudah berjalan dengan 3 periode kepengurusan, dimana kepengurusan periode perdana di koordinatori oleh Bapak Farouk, kemudian di lanjutkan oleh Hj. Mariya Ulfa dan yang terakhir oleh saudara Mahmud Yunus dengan total 9 anggota BKM pada periode yang terakhir (ditetapkan dalam musyawarah pada Hari Minggi malam, tanggal 15 Juni 2007). Pergantian periode kepengurusan pertama dengan kepengurusan kedua diwarnai dengan rapat luar biasa untuk menurunkan koordinator dan seluruh anggota BKM periode 2003-2006. Selanjutnya dalam pergantian dari periode kedua dengan periode kepengurusan saat ini juga dilakukan karena ada persoalan ketidak transparanan dari beberapa pengurus BKM, terutama Koordinator dan Sekretarisnya, terutama dalam hal memfungsikan anggota-anggota BKM lainnya. Kegiatan BLM di BKM terbagi dalam 3 kegiatan yaitu kegiatan social, lingkungan fisik dan keuangan. Namun kegiatan keuangan mikro sejak tahun 2007 dihentikan karena “RR” dikelurahan ini nol sehingga kegiatan keuangan/dana bergulir distop sementara masyarakat masih mengharapkan moda kegiatan dana bergulir tersebut. Tidak dijumpai catatan catatan dari kepengurusan dua periode sebelum periode Mahmud Yunus.

Ketika tim Studi PPM turun di kelurahan Bangilan ini, di BKM sedang menaik issue tentang rencana persiapan Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) BKM periode 2007-2009, dimana coordinator BKM sudah kurang aktif dikarenakan sakit dan sekretaris BKM sudah pindah alamat, tidak berdomisili di Kelurahan Bangilan. Kondisi seperti ini mengakibatkan anggota BKM yang masih ada terdiri dari 6 (enam) personil, berusaha mengumpulkan berbagai data-data untuk menyusun Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ), dengan didukung oleh Lurah dan Ketua LPM Kelurahan Bangilan.

B.2. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Tahun 2007

Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Tahun 2007 sebesar Rp. 58,000,000,- merupakan bagi masyarakat miksin di Kelurahan Bangilan terdiri dari :

(a) Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Sosial (sebesar Rp. 5,800,000,--Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Sosial di salurkan melalui (tiga) kegiatan, sebagai berikut :

a.1. Peningkatan kesehatan lansia

a.2. Pengadaan peralatan sekolah untuk keluarga miskin a.3. Peningkatan kesejahteraan petugas kebersihan a.4. pemberdayaan keluarga miskin

b. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Prasarana Lingkungan sebesar Rp. 52,200,000,-

b.1. Bantuan rehabilitasi rumah keluarga miskin 5 Unit sebesar Rp. 5,000,000,-- diberikan dalam bentuk material 1 Unit dan bantuan pembangunan 2 Unit. b.2. Pembangunan prasarana lingkungan dalam bentuk : MCK, Normalisasi

saluran air, pelebaran gorong-gorong, pembuatan saluran air. B.3. Bantuan Langsung Masyarakat Tahun 2009 :

(5)

Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) sebesar Rp. 22,500,000,- merupakan 50 % dari 30% Dana tahap awal sebesar Rp. 50,000,000,-- bagi masyarakat miksin di Kelurahan Bangilan terdiri dari :

(a) Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Sosial (sebesar Rp. 3,000,000,--) Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Sosial di salurkan melalui (tiga) kegiata, sebagai berikut :

a.1. Bantuan peralatan sekolah bagi anak-anak yang orang tuanya tidak mampu sebanyak anak, dalam bentuk peralatan sekolah.

a.2. Pemberdayaan Gakin dalam bentuk platihan tataboga bagi warga kelurahan Bangilan.

a.3. Bantuan Orang tua/Jompo dalam bentuk uang tunai sebesar Rp. 100,000,-- per orang.

(b) Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Prasarana Lingkungan (sebesar Rp. 18,000,000,--)

b.1. Bantuan rehabilitasi rumah keluarga miskin 3 Unit sebesar Rp. 5,000,000,-- diberikan dalam bentuk material 1 Unit dan bantuan pembangunan 2 Unit. b.2. Pembangunan prasarana lingkungan dalam bentuk : saluran, gorong-gorong,

tutup gorong-gorong dan tutup saluran lingkungan. (c)Biaya Operasional Kegiatan : Rp. 1,500,000,--

II. Pertanyaan Penelitian:

1. Apakah system penanganan pengaduan yang ada saat ini efektif ? a. Pemahaman Masyarakat:

Masyarakat pada Kelurahan Purworejo dan Kelurahan Bangilan pada umumnya tidak memahami penanganan pengaduan masyarakat di P2KP.

Di Kelurahan Purworejo, kondisi tersebut disebabkan oleh karena sosialisasi tentang mekanisme dan prosedur penanganan pengaduan masyarakat yang dilakukan oleh tim faskel tidak sampai ke tingkat masyarakat dan hanya dilaksanakan kepada para Anggota BKM. Sosialisasi penanganan pengaduan masyarakat hanya terbatas pada even-even pelatihan dalam tahapan kegiatan P2KP dan hanya dilakukan pada pelaku P2KP di tingkat kelurahan, sosialisasi belum pada tingkatan arus proses di luar even yang telah disediakan proyek, misal pada even kearifan lokal yang ada di lokasi sasaran (pengajian, cangkru’an, pertemuan-pertemuan RT dan lainnya). Sosialisasi kepada Anggota BKM pun tidak dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan, dikarenakan terlalu seringnya faskel dan formasi tim faskel berganti-ganti. Fokus kerja tim faskel selama proses kegiatan P2KP di lapangan lebih lebih kepada mekanisme program dan pemenuhan jadwal waktu (time schedule) dan inputan data SIM.

Di kelurahan Purworejo, sudah ada unit yang dibentuk di dalam struktur organisasi BKM, namun hal tersebut tidak cukup efektif untuk dilaksanakan secara khusus. Selama ini pengaduan dari masyarakat umumnya dilakukan secara lisan dan

(6)

pengaduan tersebut tidak dicatat secara khusus oleh UPM. Dengan demikian tidak ada pencatatan pengaduan.

Selama ini masyarakat di kelurahan Purworejo mengeluhkan persoalan-persoalan mereka dengan system “adol jare, tuku jare (katanya, issue-issue)” antar sesama anggota KSM dan atau sesama anggota masyarakat. Hal tersebut terungkap dalam SSI dengan RTM, FGD dengan anggota BKM dan KSM di kelurahan Purworejo. Sementara di tingkat tim faskel, lebih cenderung mementingkan pencapaian target kegiatan yang telah ditetapkan oleh pihak proyek. Faskel belum bisa memadukan kepentingan target kegiatan proyek (administrasi) dengan semangat (militansi) memberikan pemahaman terhadap substansi PPM sebagai kontrol sosial kegiatan P2KP di lapangan.

Untuk kelurahan Bangilan, ketidak tahuan masyarakat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, sosialisasi penanganan pengaduan masyarakat tidak sampai ke tingkat masyarakat hanya dilaksanakan kepada para koordinator BKM, sehingga anggota BKM yang lain tidak mengetahui dan ada kesan bahwa anggota BKM lainnya sebagai pelengkap dan penerima manfaat pasif saja, pada masa periode koordinator Hj. Mariya Ulfa. Dampak lebih lanjut ketika tim studi PPM berjumpa dengan anggota dan kandidat koordinator BKM yang baru banyak sekali persoalan-persoalan yang dihadapi, koordinator baru bingung harus mengadu kemana.

Kedua, di tingkat fasilitator kelurahan pun turn over tinggi sehingga sering terjadi pergantian faskel yang turut berkontribusi pada kegiatan transfer pengetahuan tentang P2KP maupun penanganan pengaduan serta proses pemberdayaan ditingkat masyarakat. Pendekatan tim fasilitator yang semula dilakukan perkelurahan ditanggungjawabi oleh seorang faskel, waktu itu pendekatan faskel hanya pada koordinator dan sekretaris BKM saja. Kemudian pendekatan faskel diubah menjadi dengan tim faskel, namun saat ini di internal tim fasilitator kelurahan tim studi menangkap bahwa tim faskel belum bekerjasama secara optimal secara kelompok sehingga mempengaruhi proses penanganan pengaduan.

Sementara itu dengan hadirnya Korkot baru (2 bulan bertugas/ sejak Mei 2009), fasilitator kelurahan focus pada penanganan masalah-masalah programatik implementasi P2KP seperti persoalan LPJ ditingkat BKM yang menjadi sorotan struktur di atasnya.

Dengan demikian penanganan pengaduan masyarakat kurang mendapat perhatian dari para pemeran pelaku di tingkat kelurahan. Bahkan kelompok R.T. Miskin penerima bantuan social tidak pernah terlibat dalam proses pemberdayaan masyarakat di tingkat kelurahan.

b. Penerapan Prosedur : b.1. Prosedur pengaduan

Penerapan prosedur pengaduan di Kelurahan Purworejo berdasarkan hasil wawancara dengan wakil RT. Miskin, FGD dengan Anggota KSM laki-laki dan

(7)

perempuan dari kelompok social, ekonomi dan prasarana lingkungan, secara umum prosedur penanganan pengaduan masyarakat di tingkat kelurahan dilaksanakan secara lisan. Masyarakat pelapor biasanya melakukan pengaduan kepada Ketua RT atau RW, selanjutnya Ketua RT atau RW melaporkan kepada anggota BKM yang menjadi perwakilan RW atau langsung ke kantor BKM. Dalam menerima pengaduan masyarakat anggota BKM tidak melakukan pencatatan secara tertib. Setiap pengaduan yang masuk di bahas dalam rapat pengurus BKM, dan selanjutnya dilakukan penanganan pengaduan melalui UP-UP yang ada, seperti : melakukan identifikasi dan klasifikasi masalah, selanjutnya melakukan konfirmasi kepada pihak pelapor dan yang dilaporkan. UP-UP mendistribusikan hasil identifikasi kepada BKM dan selanjutnya bersama dengan pihak-pihak terkait tersebut menyelesaikan masalah yang ada. Kotak pengaduan tersedia di kelurahan Purworejo namun tidak dimanfaatkan. Di kelurahan Purworejo kotak pengaduan dipasang di depan kantor BKM Erlangga.

Di kelurahan Bangilan, issue-issue atau permasalahan berkembang ditingkat masyarkat berupa gossip-gosip seperti di warung kopi maupun antar tetangga saja, namun tidak pernah tersalurkan secara berjenjang. Berdasarakan informasi dari BKM yang baru (Mahmud Yunus), saat ini BKM telah membuka diri bersedia didatangi ketika ada pengaduan atau ketika ada persoalan,

Di Sekretariat BKM di Kelurahan Purworejo maupun di Kelurahan Bangilan tidak ditemuai adanya Buku Catatan pengaduan masyarakat dan Format-format pengaduan. Khusus untuk Kelurahan Purworejo pengaduan masyarakat yang berkaitan dengan P2KP biasanya pengaduan yang muncul dari warga masyarakat direspon oleh RT, jika RT tidak mampu menyelesaikannya didistribusikan ke RW dan UP-UP, ada juga yang langsung ke BKM dan Lurah. Penyelesaian secara berjenjang jarang terjadi dan biasanya hanya pada satu pihak dimana pengaduan itu disampaikan.

b.2.Penanganan Pengaduan

Baik di Purworejo maupun Bangilan penanganan pengaduan masyarakat dilakukan secara lisan dan cendrung spontan penyelesaiannya. Dalam melaksanakan penanganan pengaduan tersebut, BKM tidak melakukan pencatatan, bahkan di Sekretariat BKM tidak ditemui adanya kotak pengaduan, format-format PPM, seperti : format pengaduan masyarakat, buku catatan penanganan pengaduan masyarakat, adapun papan informasi yang ada, tidak semuanya dimanfaatkan sebagai media transparansi pengelolaan dana di tingkat masyarakat.

c. Media Yang Digunakan

BKM telah menyediakan media pengaduan seperti Kotak Pengaduan di Sekretariat BKM dan di setiap RW. Namun sebagaimana dikemukakan di atas, masyarakat lebih banyak menggunakan pengaduan lisan kepada para Ketua RT dan RW di lingkungan pemukimannya. Pengaduan lisan tersebut biasannya dilakukan melalui media “Cangkru’an” yaitu, kebiasaan minum-minum kopi dan the sambilngobroldi warung-warung yang ada di lingkungan masyarakat. Kebiasaan ini telah lama dilakukan oleh masyarakat Kota Pasuruan umumnya. Dalam

(8)

Cangkru”an, biasanya masyarakat membicarakan issue-issue yang ada di lingkungannya, seperti, masalah, social, politik, agama, lingkungan dan masalah P2KP. Kebiasaan tersebut sering dimanfaatkan RT, RW, anggota BKM untuk menangkap issue-issue P2KP yang beredar di masyarakat. Dan, jika memungkinkan dilakukan penjelasan-penjelasan yang dianggap perlu terhadap proses-proses P2KP dan capaian yang didapat. Ada keterbatasan yang signifikan terhadap kegiatan Cangkru”an di tingkat masyarakat, yaitu kegiatan tersebut hanya melibatkan kaum laki-laki saja dan informasi yang didapat masih perlu dilakukan klarifikasi dan perlu di tindaklajuti kebenarannya. Dan biasanya hanya tingkat issue tersebut masyarakat mendapatkan informasi, sementara kaum ibu-ibu biasanya dapat menangkap issue-issue mengenai lingkungan mereka hanya pada kegiatan-kegiatan PKK, Pos Yandu, Arisan dll. Ada juga warga masyarakat yang menyampaikan pengaduannya melalui SMS dan Internet.

Media yang digunakan untuk pengaduan masyarakat di Kelurahan Bangilan, berdasarkan hasil wawancara semi terstruktur (SSI) dengan R.T. Miskin, Lurah, dan informasi yang diperoleh dari kegiatan FGD dengan BKM dan KSM terungkap bahwa media pengaduan masyarakat melalui pertemuan-pertemuan seperti yang diungkapkan salah seorang peserta (ibu Eri) dalam FGD bahwa pengaduan dilakukan melalui pertemuan-pertemuan secara lisan, walaupun demikian masyarakat tidak mengetahui bagaimana pengaduan itu ditangani kemudian. Pada masa periode kepengurusan BKM yang baru lebih banyak menampung saja karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki terutama tentang P2KP.

Sementara informasi dari Koordinator Kota (Korkot), pengaduanan masyarakat berupa informasi penyimpangan yang disampaikan melalui website dengan pelapor menggunakan identitas sebagai relawan dengan nama Hellen Maniez, namun setelah dilakukan klarifikasi di tujuh kelurahan ternyata nama tersebut fiktif. d. Jenis Pengaduan

Jenis pengaduan yang muncul di Kelurahan Purworejo umumya bersumber mekanisme penyaluran dan pemanfaatan BLM. Berdasarkan SSI dan FGD terungkap bahwa banyak warga masyarakat (pemanfaat maupun non pemanfaat) tidak tahu tentang Kriteria penerima BLM, besarnya bantuan yang diterima serta kesalahpahaman tentang keharusan pengembalian dana pinjaman. Pengaduan juga muncul karena tidak paham tentang visi dan misi P2KP. Sumber pengaduan juga muncul akibat ketidakpahaman masyarakat tentang peran BKM dan Faskel, mekanisme koordinasi Tim faskel dengan BKM serta implementasi kebijakan P2KP yang sering berubah dan tidak tepat waktu ( tentang RR, pencairan dana dan pelatihan).

Jenis pengaduan lainnya adalah mengenai keberlanjutan (sustainable) dan variasi jenis bantuan di tingkat RW (misal, bantuan pembuatan gedung PAUD, perluasan bisnis BKM, pengembangan kegiatan BKM, bantuan sekolah, PMT) .

Jenis pengaduan di Kelurahan Bangilan terutama dari tingkat masyarakat miskin adalah kainginan untuk mendapatkan bantuan ekonomi dalam bentuk pinjaman modal bergulir, harapan ini disampaikan kepada anggota BKM. Adanya keinginan atau harapan dilaksanakannya kegiatan ekonomi tersebut, dikatenakan pada

(9)

periode 2007-2009 mastarakat Kelurahan Bangilan hanya mendapat dua komponen kegiatan, yakni komponen social dan prasarana lingkungan. Sementara komponen ekonomi dihentikan dikarenakan pada masa periode 2003-2006, masyarakat dinilai banyak yang tidak mengembalikan dana pinjaman (mengangsur). Berdasarkan hasil SSI dengan R.T. Miskin, pada dasarnya penerima manfaat telah melakukan pengembalian pinjaman, dengan sisa anggsuran yang berfariasi (ada yang sisa 4 – 5 kali angsuran), namun pengurus UPK meninggal dunia dan data pada saat itu masih di catat memnnguakan mesin tik. Sementara almarhum pengurus UPK (sdr. Fitri) adalah putrid dari Koordinator BKM periode 2003 – 2006. Berdasarkan penjelasan dari pengurus BKM yang ada (periode 2007-2009/Sdri. Umi Khulsum), mantan coordinator BKM Periode 2003-2006 berkeberatan menyerahkan data-data UPK. Selain itu keluhan dari masyarakat mengenai kegiatan BLM yang itu-itu saja, artinya BKM banyak melakukan kegiatan fisik saja sementara persoalan yang dihadapi masyarkat cukup bervariasi terutama masalah ekonomi.

e. Penyelesaian Penanganan Pengaduan

Penyelesaian pengaduan masyarakat di kelurahan Purworejo dilakukan dengan bantuan pihak ketiga, seperti dari Ketua RT, Ketua RW, penyelesaian penanganan pengaduan seperti ini disebabkan System Penanganan Pengaduan di BKM tidak berjalan. Pendekatan penanganan melalui para pengurus RT dan RW ini telah berjalan sebelum P2KP dilaksanakan di kelurahan Purworejo dan masyarakat menilai hasilnya lebih efektif.

Seperti telah dijelaskan dalam poin a. mengenai prosedur penangan bahwasannya penanganan pengaduan di Kelurahan Purworejo cendrung diselesaikan hanya pada satu jenjang dimana pengaduan itu disampaikan. Sejauh ini pengaduan-pengaduan yang belum terselesaikan dengan baik (ada yang gremeng-gremeng) biasanya di bawa dalam rapat BKM dan rebug masyarakat kelurahan yang dilakukan setahun sekali. Baru-baru ini ada satu masalah pengaduan yang langsung masuk ke Web-site P2KP, dimana proses penyelesiannya dilakukan secara berjenjang dan wewenang penyelesaiannya di distribusikan ke bawah (Korkot). Sekarang masih dalam proses penyelesian di tingkat Korkot dan tim Faskel.

Di kelurahan Bangilan, penyelesaian pengaduan masyarakat juga dilakukan secara lisan oleh pengelola Unit Pengelola, dank arena telah dianggap selesai tidak disampaikan kepada pengurus BKM. Dari hasil SSI dengan lurah terungkap bahwa lurah berusaha mencari solusi melalui BRI ketika masyarakat mengeluhkan membutuhkan dana bergulir sementara dari P2KP distop dikerenakan pengembalian masyarakat rendah, beliau mencoba memberikan jalan keluar dengan menjamin warganya (ada 30 warga) mendapatkan pinjaman 500.000 rupiah per orang dari BRI dengan jaminan menggunakan KTP. Selain itu juga terungkap bahwa pengaduan tentang kebutuhan dana bergulir tersebut sampai pada pemerintah kota (Bapemas) yang juga menggarisbawahi tentang kebutuhan dana bergulir ditingkat masyarkat, artinya proses penyaluran informasi berjalan dari bawah sampai dengan tingkat atas namun kebijakan untuk mencairkan kembali dana bergulir perlu koordinasi dan komunikasi yang intesif ditingkat pembuat kebijakan. Bapak Rois, salah seorang staff Bapemas menginformasikan

(10)

bahwa isu dana bergulir ini sempat dibicarakan dengan KMW VI JawaTimur namun baru sebatas mengusulkan atau sebagai usulan.

Sementara di tingkat BKM saat ini bersifat pasif saja, dimana jika ada komplain dilakukan diluar atau tidak langsung dan sifatnya hanya gossip BKM cenderung mendiamkan saja.

Ditingkat faskel, penanganan biasanya dilakukan menurut bidang tanggung jawab faskel, jika berkaitan dengan masalah teknis keuangan, teknik maupun social dialamatkan pada fasilitator kelurahan yang bersangkutan, sementara jika masalah atau komplain berkaitan dengan kebijakan biasanya langsung dilaporkan kepada korkot atau manajemen di atasnya.

2. Apakah system penanganan pengaduan benar-benar mampu menangkap dan menangani secara rata dan adil semua pengaduan relevan yang ada di berbagai strata masyarakat ?

a. Di Kelurahan Purworejo Unit PPM belum mampu menangkap pengaduan secara tertulis dan sistematis dengan mekanisme dan prosedur PPM yang sesuai Pedoman Umum PPM. Selama ini pengaduan diselesaikan secara lisan dan spontan dengan media tatap langsung. Para pelapor tatap langsung ini menurut informan berasal dari mereka yang memiliki pendidikan relative lebih tinggi dan status social yang baik, ada juga yang memiliki kekuatan politik tertentu. Para pengadu tatap langsung lainnya adalah para anggota KSM, khususnya KSM ekonomi (dana bergulir). Menurut informan bahwa tidak semua pelapor ditanggapi laporannya (terutama yang bersifat isu). Berdasarkan SSI dengan RTM, terungkap bahwasannya banyak pengaduan yang tidak ditanggapi bahkan terlupakan dan tidak tepat waktu, baik itu pengaduan yang disampaikan ke BKM maupun faskel. b. 2007-2009 dinilai telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur, mengingat kegiatan yang dilaksanakan adalah bantuan social dan pembangunan prasarana lingkungan. Pengadu/pelapor di Kelurahan Bangilan pada periode 2003-2006 terdiri dari berbagai strata masyarakat dalam kasus penyimpangan dana di UPK, seperti : R.T. Miskin, Anggota KSM, dan Pemuka masyarakat. Namun karena coordinator BKM saat itu Bapak Faruq merupakan elit kelurahan yang dekat dengan pihak pemerintahan kelurahan (pejabat lurah lama), maka pengaduan masyarakat hanya bersifat gossip dikalangan mereka dan tidak disampaikan kepada pengurus BKM. Demikian pula pada masa kepengurusan 2006-2007,dikalangan bahkan anggota BKM sendiri kurang mengetahui kebijakan yang dilakukan oleh coordinator BKM bila tidak hadir dalam rapat. Pendek kata kebijakan coordinator tidak di sharing kepada seluruh anggota BKM. Dengan kondisi sebagaimana dikemukakan diatas, pengurus/anggota BKM tidak mampu menangkap berbagai pengaduan relevan dari berbagai strata masyarakat yang ada di tingkat kelurahan.

3. Perubahan rancangan apa yang diperlukan untuk memperbaiki transparansi, akuntabilitas dan partisipasi public dalam pengelolaan dana di tingkat masyarakat melalui control social ?

a. Berdasarkan masukan dari Koordinator BKM Kelurahan Purworejo, masyarakat miskin (RTM) pada umumnya memiliki pendidikan yang terbatas dan berprofesi sebagai tukang becak, buruh, dan pedagang merasa keberatan (tidak terbiasa)

(11)

untuk melakukan pengaduan secara tertulis, melapor tatap muka, menuliskan identitas diri dan mengadukan orang lain. Pengaduan dengan cara lisan merupakan mekanisme yang telah tumbuh sejak lama sebelum P2KP ada di Kelurahan Purworejo. Khusus mengenai rancangan perubahan apa yang dibutuhkan berkaitan dengan pengelolaan dana adalah adanya forum khusus KSM-KSM dan UPK untuk mengidentifikasi masalah-masalah dan kebutuhan khusus bagi pengembangan usaha anggota KSM. Sehingga di harapkan terjadinya control social dari para anggota KSM terhadap perkembangan dana yang di kelola UPK, sekalipun mencairkan hubungan selama ini yang hanya sebatas bayar-pinjam dan catat saja. Rembug forum RW sudah berfungsi sebagai control social namun memang tidak focus hanya pada masalah-masalah dana bergulir saja. b. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan kegiatan SSI baik dengan R.T. Miskin dan Anggota BKM, masyarakat di kelurahan Bangilan pada umumnya memiliki pendidikan yang terbatas dan berprofesi sebagai pedagang kecil (warung, penjaja jajanan di sekolah dasar, pedagang makanan di kaki lima), sebagian kecil mengenyam pendidikan sarjana dan SMA. Untuk melakukan pengaduan dengan cara menulis, melapor tatap muka dengan menuliskan identitas diri pada umumnya keberatan. Pengaduan dengan cara lisan merupakan mekanisme yang telah tumbuh sejak lama P2KP belum dilaksanakan di Kelurahan bangilan dan Purworejo dengan kebiasaan masyarakat melakukan cangkru’an hanya saja masih merupakan media tukar informasi belum melakukan aksi-aksi penyelesaian masalah. Sementara pendapat Bapak suharno, ketua Bapemas Kota pasuruan : • Masyarakat belum terbiasa untuk membuat laporan/pengaduan secara tertulis

melalui prosedur yang sudah ada.

• Bila ada masalah yang menyangkut penyimpangan, masyarakat melakukan secara tertulis langsung ke pihak luar agar ada tindak lanjut, sebagaimana yang telah dilakukan melalui web site.

• Dalam memfasilitasi pengaduan masyarakat, Faskel dan BKM sudah mengupayakan melalui pertemuan-pertemuan dengan masyarakat.

• Kontrol social terhadap pengelolaan dana (BLM) sekarang ini di kelurahan Bangilan dilakukan oleh masyarakat kepada UP masing-masing.

4. Bagaimana mekanisme control social di tingkat masyarakat dapat dilembagakan sehingga berkelanjutan?

Dari hasil pendapat informan, diharapkan dapat dibangun mekanisme control social melalui pendekatan “sarasehan” di tingkat masyarakat secara independen. Dimana masyarakat di lingkungan RT/RW masing-masing melakukan control social terhadap proses pembangunan dan pengelolaan dana masyarakat di lingkungan domisilinya. Melalui kegiatan ini masyarakat melakukan pencatatan atas apa-apa yang mereka perlu sampaikan/adukan kepada BKM.

Dibutuhkan mekanisme control social yang independen, dari oleh dan untuk masyarakat.

Dari hasil SSI dengan Korkot dan Ketua Bapemas Kota Pasuruan, pendampingan melalui faskel yang sering berganti-ganti dalam waktu yang singkat sangat berpengaruh terhadap penarapan pengaduan masyarakat, karena pemahaman masyarakat masih rendah. Untuk itu perlu ditingkatkan penyuluhan di tingkat

(12)

masyarakat, baik mengenai tujuan dan sasaran P2KP, maupun penanganan pengaduan masyarakat. Sementara ini kegiatan di masyarakat terfokus pada pembangunan prasarana lingkungan. Dengan demikian P2KP belum mencapai sasaran dalam pemberdayaan masyarakat.

Sejalan dengan pendapat Korkot, Camat berpendapat senada, dibutuhkan mekanisme control social yang independen, dari oleh dan untuk masyarakat. Oleh karenanya Camat Purworejo setiap bulan minggu ke IV melakukan koordinasi dengan BKM dan Lurah-lurah di wilayah kecamatannya setiap bulan.

III. Gambaran Informan:

1. Informan kunci R.T. Miskin di pilih mengacu kepada hasil Pemetaan Sosial di Tingkat kelurahan. Informan kunci dari kelompok masyarakat ini terdiri dari 20 R.T. Miskin yang meliputi :

- R.T. Miskin penerima bantuan social,

- R.T. Miskin sebagai Anggota KSM penerima manfaat prasarana lingkungan

2. Informan kunci dari kelompok masyarakat penerima manfaat langsung terdiri dari :

- Anggota KSM Ekonomi, social dan lingkungan di Kelurah Purworejo 18 Orang - Anggota KSM Ekonomi, social dan lingkungan di kelurahan Bangilan 13

Orang.

3. Informan kunci dari kelompok pelaku P2KP di tingkat Kelurahan terdiri dari : - Anggota BKM di Kelurahan Purworejo sebanyak 11 orang (sesuai dengan

jumlah anggota BKM yang ada periode 2009 – 2012).

- Angota BKM di kelurahan Bangilan sebanyak 6 orang (Beberapa pengurus BKM tidak hadir seperti dalam struktur periode 2007- 2010 karena situasi di BKM ini sedang dalam proses mempersiapkan LPJ).

4. Informan kunci Pemerintahan kelurahan, terdiri dari : - Kelurahan Purworejo : Hari Sisnanto, SH, MM (Lurah) - Kelurahan Bangilan: Rifai (Lurah).

5.Informan kunci di tingkat kecamatan : A. Kecamatan Purworejo

• Camat : H. Mahbub Effendi, SE, MM • PJOK Kecamatan Selebar : Bapak Agus

B. Fasilitator Kelurahan Purworejo dan Bangilan Kecamatan Purworejo • Senior Fasilitator Kelurahan: Ario Rachmono

• Faasilitator Kelurahan - CD: Yuniar Dedy Afianto • Fasilitator Kelurahan - Teknik: Mariya Ulfa

• Fasilitator Kelurahan - Ekonomi: Eliyani

• Fasilitator Kelurahan - Teknik: M. Yusuf Effendi 6.Informan Kunci di Tingkat Kota :

(13)

A. Pemerintah Daerah :

• Ketua Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas): H. Suharno • Satker PBL 2009 - : Widarto, SH (saat ini)

• Staf Bapemas: Rais B.Konsultan Kota :

• Koordinator Kota Pasuruan: Ir.Bambang Tri Leksono • Assiten Koordinator Kota Keuangan: Rendra

• Asisten Manajemen Data: Agus 7. Informan Kunci Tingkat Provinsi A. SNVT: Ir. Suyanto, MM

B. Konsultan Manajemen Wilayah VI : • Team Leader: Drs. Pairan

IV. Hambatan A. Kota Pasuruan

1. Survey RTM tidak bisa dilakukan secara berpasangan dalam satu KK RTM, karena di kelurahan Bangilan kecamatan Purworejo sama dengan kondisi di dua kota sebelumnya (Bengkulu dan Medan) dimana informan laki-laki/suami ketika dijumpai sedang bekerja baik sebagai pedagang maupun buruh dan banyak juga informan yang sudah janda.

2. Ketika tim studi PPM berada di lokasi kota Pasuruan, tim Korkot sedang mempersiapkan lokakarya tingkat kota juga melibatkan KMW dalam kegiatan ini. Selain itu TL KMW juga mempunyai agenda pertemuan dengan Fasilitator Kelurahan, seperti yang diaku KMW Bpk. Drs. Pairan bahwa ini merupakan kali pertama pertemuannya dengan tim fasilitator kelurahan.

3. Follow up penanganan masalah yang sudah menjadi issue di tingkat pusat maupun Kota Pasuruan (dana fix cost peningkatan kapasitas masyarakat) di tingkat fasilitator kelurahan menjadi prioritas untuk segera ditangani, sedikit banyak situasi dalam poin 2 dan 3 mempengaruhi koordinasi tim studi PPM dengan fasilitator kelurahan terutama dalam penjadwalan Fokus Group Diskusi dengan KSM dan BKM tingkat Kelurahan.

4. Tim Korkot baru bekerja 1,5 bulan, sehingga untuk mendapatkan info tentang kondisi lapangan sangat terbatas, dan data-pendukung yang ada juga terbatas karena data terdahulu yang ada di korkot lama tidak diserahkan kepada tik Korkot yang baru.

5. FGD Tim Faskel tidak dihadiri fullteam, kapasitas faskel yang berbeda jauh (antara yang lama dan yang baru), sehingga ada dominasi penjelasan dari senior atas pertanyaan tim studi PPM.

(14)

6. Menurut pendapat anggota BKM Sdr. Ade, keterbatasan kehadiran informan kunci dalam kegiatan FGD di Tiingkat Kelurahan, dikarenakan antara lain : • Animo masyarakat untuk berpartisipasi dalam pertemuan-pertemuan

rendah dikarenakan pengalaman masyarakat sebelumnya pada periode kepengurusan sebalumnya (2003-2006 dan 2007-2009) suaranya tidak didengar. Dengan demikian berdampak pada partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan di BKM pada saat ini.

• Selain daripada itu, ada sebagian anggota KSM dan BKM yang masih bekerja hingga malam hari sehingga tidak dapat menghadiri kegiatan FGD sesuai dengan kesiapan waktu sebgian besar pengurs/anggota KSM maupun BKM lainnya.

C. Komentar Lain

1. Pergantian Fasilitator yang cukup tinggi di Kota Pasuruan sangat mempengaruhi proses pendampingan di tingkat kelurahan, dimana sering terjadi pergantian fasilitator tidak disertai serah terima berkas-berkas hasil pendampingan.

2. Dengan baru ditempatkannya Korkot Kota Pasuruan sejak pertengahan bulan April 2009, dimana sebelumnya di Kota Pasuruan hanya di damping oleh Senior Faskel dan tim, maka Korkot sendiri sedang dalam proses adaptasi terhadap penggalian data dan penanganan permasalahan yang muncul, terutama yang berkaitan dengan issue penyimpangan dana fix cost oleh Senior faskel melalui website, dan selama satu bulan terakhir sedang melakukan inventarisasi dan mengadvokasi proses pencairan Dana BLM 2008-2009.

3. Koordinasi Pemda dengan P2KP yang sebelumnya di bawah kendali Bappeda di alihkan ke Bapemas (Depdagri), jelas memberi pengaruh signifikan pada pola koordinasi yang selama ini diterapkan oleh Bappeda. Menurut beberapa informan ada beberapa kegiatan sudah tidak seaktif dulu berjalan seperti, aktivitas monitoring forum KBP (Komunitas Belajar Perkotaan), dan kegiatan kordinasi forum BKM dengan Pemda.

4. Geliat ekonomi masyarakat kota pasuruan sedang mengalami penurunan, diantaranya disebabkan oleh turunnya aktivitas kegiatan produksi pabrikan meubel yang banyak berproduksi di Pasuruan, Menurunnya aktivitas bongkar muat di pelabuhan yang sebagai akibat di larangnya bongkar muat kayu illegal. Juga pengaruh signifikan dari kenaikan harga kebutuhan pokok di Indonesia. Kondisi ini tentunya menjadi tantangan serius bagi keberlanjutan kegiatan-kegiatan P2KP, khususnya kegiatan dana bergulir.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya pelabuhan maka kegiatan ekonomi suatu negara akan dapat menjadi lebih lancar, karena berdasarkan pada fakta yang ada pada beberapa negara, barang – barang ekspor

47 Kubis Bunga (Brassica o.v botrytis) 48 Kubis Tunas (Brassica o.v gemmifera). 49 Labu Putih

Dari pembahasan dalam Bab 6 dapat disimpulkan bahwa masalah yang teIjadi selama ini pada Kantor Kredit Konsumer Bank X Surabaya membawa pengaruh terhadap

bahwa pengaturan mengenai retribusi daerah telah diatur juga dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, karena itu

Nilai rh sebesar -0,001 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nilai teacher engagement antara guru sertifikasi dengan guru belum tersertifikasi pada Madrasah Aliyah di

Dalam suatu survei yang telah dilakukan terhadap seratus karyawan yang baru, dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana karyawan yang baru bergabung dengan

Perancangan ini bertujuan untuk membuat walkie talkie dari modul SR_FRS dengan menggunakan Atmega16 sebagai mikrokontroler, didukung juga dengan komponen Keypad dan LCD

Hasil uji autokorelasi yang disajikan pada tabel 1 diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 1,960 sehingga dapat diketahui hasil uji autokorelasi dengan Durbin-Watson