• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. melakukan aktivitas yang terbaru berdasarkan hasil rasio dan emosi. Riyanto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. melakukan aktivitas yang terbaru berdasarkan hasil rasio dan emosi. Riyanto"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Konsep Kreativitas

2.1.1 Pengertian Kreativitas Anak Usia Dini

Kreativitas menunjukkan adanya kondisi atau keadaan yang selalu ingin melakukan aktivitas yang terbaru berdasarkan hasil rasio dan emosi. Riyanto (2010:225) mengemukakan bahwa kreativitas suatu proses yang menuntut keseimbangan dari ketiga aspek esensial kescerdasan analitis, kreatif dan praktis, beberapa aspek yang ketika digunakan secara kominatif dan seimbang akan melahirkan kecerdasan kesuksesan. Sumarwoto (2010:3) mengemukakan bahwa kreativitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada. Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari pemikiran kreatif biasanya dianggap memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari kreativitas adalah tindakan membuat sesuatu yang baru.

Sanusi (2010:3) mendefinisikan kreativitas adalah ”Kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya baru (inovatif) atau belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh dan mengejutkan, berguna dan dapat dimengerti. Kegiatan kreatif mengandung perubahan arah. Dalam hal pencarian ide, kita berada untuk menemukan ide, gagasan,pemecahan masalah, penyelesaian perkara atau cara kerja baru.dan ketika jalan buntu merupakan titik akhir usaha kita maka bila kita

(2)

melakukan hal yang sudah kita pernah kerjakan dan semuanya sudah di coba maka tiada kata lain berfikir secara kreatif adalah hal yang perlu dilakukan.” Andang (2006 : 15) mengemukakan bahwa kreativitas adalah ungkapan dari keunikan-keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya, maka diharapka ide baru dan produk yang inovatif dapat timbul dari pribadi yang kreatif.

Kreativitas merupakan kemampuan seseorang menciptakan hal-hal yang baru, menghasilkan gagasan, menyelesaikan suatu masalah yang sebelumnya belum terpecahkan. Dalam konteks ini kreativitas akan mampu menghasilkan pribadi yang kreatif.

Kreativitas sekaligus menunjukkan adanya keinginan untuk maju dalam melakukan aktivitas yang positif. Terkait dengan pengertian kreativitas Munandar (2007 : 45) mengemukakan bahwa:

”Kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas meliputi baik cirri-ciri kognitif (aptitude) seperti kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan keaslian (orisinilitas) dalam pemikiran maupun cirri-ciri afektif (non-aptitude) seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan, dan selalu ingin mencari pengalaman baru. Kreativitas dapat ditingkatkan antara lain melalui meningkatkan jumlah dan ragam rangsangan ke otak, terutama mengenai hal-hal yang sifatnya up to date. Dengan memanfaatkan daya recall, daya intuisi, dan daya sintesis dari otak maka akan dapat ditumbuhkan berbagai ide baru menuju kreativitas. Meningkatkan kreativitas pada seseorang akan melibatkan meningkatkan pikiran, perasaan, penginderaan, dan firasat atau intuisi yang kesemuanya akan membangun suatu kemampuan kreatif.”

Kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Dalam konteks ini kreativitas dapat ditingkatkan melalui upaya dalam memanfaatkan daya recall, daya intuisi, dan daya

(3)

sintesis dari otak maka akan dapat ditumbuhkan berbagai ide baru menuju kreativitas. Oleh karenanya proses peningkatan kreativitas pada seseorang akan melibatkan meningkatkan pikiran, perasaan, penginderaan, dan firasat atau intuisi yang kesemuanya akan membangun suatu kemampuan kreatif

Drevdahl (dalam Andang 2006 : 130), mendefinisikan bahwa kreativitas adalah

”Kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatannya. Kreativitas dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya rangkuman. Kreativitas mencakup pembentukan pola baru dan gabungan Informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya, dan pencangkokan hubungan lama ke situasi baru, serta mencakup pembentukan korelasi baru. Kreativitas harus mempunyai maksud dan tujuan yang ditentukan, bukan fantasi baru.”

Menurut Guilford (Dalam Satiadarma, 2003 : 108), bahwa karakteristik pemikiran kreatif berkaitan erat dengan lima ciri yang menjadi sifat kemampuan berpikir : a) kelancaran, b) keluwesan, c) keaslian, d) penguraian, e) perumusan kembali.

Sanusi (2008:1) mengemukakan kreativitas dapat didefinisikan kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s Creativity, yaitu dimensi person, proses, press dan product sebagai berikut : 1) definisi kreativitas dalam dimensi person, 2) kreativitas dalam dimensi process, 3) definisi kreativitas dalam dimensi press definisi dan pendekatan kreativitas, dan 4) definisi kreativitas dalam dimensi product definisi pada dimensi produk. Keempat definisi tersebut diuraikan sebagai berikut:

(4)

1) Definisi kreativitas dalam dimensi Person.

Definisi pada dimensi person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut kreatif. “Creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people” “Creative action is an imposing of one’s own whole personality on theenvironment in an unique and characteristic way” Pendapat ini pada dasarnya menegaskan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat.

2) Kreativitas dalam dimensi Process.

Definisi pada dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif. “Creativity is a process that manifest in self in fluency, in flexibility as well in originality of thinking” Dimensi ini menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (meningkatkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi). Dibagi dalam empat tahap dalam proses kreatif yaitu : Tahap Persiapan; adalah tahap pengumpulan informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini terjadi percobaan-percobaan atas dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah yang dialami. Inkubasi; adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar. Tahap ini

(5)

berlangsung dalan waktu yang tidak menentu, bisa lama (berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa jam, menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada akhir tahap pengeraman dan munculnya tahap berikutnya. Tahap Iluminasi; adalah tahap munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah.

3) Definisi Kreativitas dalam dimensi Press Definisi dan pendekatan kreativitas Definisi Kreativitas dalam dimensi Press Definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.

4) Definisi Kreativitas dalam dimensi Product Definisi pada dimensi produk.

Definisi Kreativitas dalam dimensi Product Definisi pada dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif. “Creativity is the ability to bring something new into existence” Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada

(6)

orisinalitas, Pendapat ini menekankan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Dari dua definisi ini maka kreativitas tidak hanya membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya.

Dari beberapa uraian mengenai definisi kreativitas yang dikemukakan diatas peneliti menyimpulkan bahwa :“Kreativitas adalah proses konstruksi ide yang orisinil (asli), bermanfaat, variatif (bernilai seni) dan inovatif (berbeda/lebih baik)”.

Munandar (2005 : 6), mengemukakan bahwa kreativitas atau daya cipta memungkinkan penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia lainnya. Dalam konteks ini menurut Munandar (Dalam, Hawadi Dkk : 4) pula, bahwa kreativitas menunjukkan ada tiga tekanan kemampuan, yaitu yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengkombinasi, memecahkan/ menjawab masalah dan cerminan kemampuan operasional anak kreatif.

Dari beberapa uraian definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri atitude maupun non-aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

2.1.2 Bentuk-Bentuk Kreativitas Anak Usia Dini

Anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil. Oleh sebab itu, anak harus diperlakukan sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Hanya saja, dalam

(7)

praktik pendidikan sehari-hari, tidak selalu demikian yang terjadi. Banyak contoh yang menunjukkan betapa para orang tua dan orang tua pada umumnya memperlakukan anak tidak sesuai dengan tingkat perkembangananya. Di dalam keluarga orang tua sering memaksakan keinginannya sesuai kehendaknya, di sekolah orang tua sering memberikan tekanan (presure) tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak, di berbagai media cetak/elektronika tekanan ini lebih tidak terbatas lagi, bahkan cenderung ekstrim.

Salah satu bentuk kreativitas yang diharapkan dapat ditunjukkan anak adalah kreativitas dalam mengkonstruksi bentuk pasir. Konstruksi merupakan suatu pola yang ditingkatkan untuk merancang bangun sesuatu secara baik. Terkait dengan pengertian konstruksi Satrio (2005:313) mengemukakan bahwa konstruksi adalah pembuat, rancang bangun bangunan, penyusunan, pembangunan atau kegiatan yang berhubungan dengan memasang. Berdasarkan pengertian tersebut maka jelas bahwa konstruksi mengacu pada kemampuan dalam membuat rancangan atau pola tertentu berdasarkan kreasi masing-masing sehingga menghasilkan suatu bentuk yang dinamis dan sesuai dengan keinginan pengkonstruksi. Konsep konstruksi sesungguhnya mengacu pada kegiatan merancang suatu bentuk secara apa adanya, atau sesuai dengan kemampuan si pengkonstruksi. Aplikasi konstuksi ini dilakukan dengan cara membentuk bangun atau model tertentu sesuai dengan kreasi dari pembuat. Mencermati hal ini maka aspek kreativitas merupakan faktor penentu utama dalam keberhasilan untuk merancang bentuk konstruksi yang ideal.

(8)

Harizal (2008:1) mengemukakan bahwa mencermati perkembangan anak dan perlunya pembelajaran pada anak usia dini, tampaklah bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan pada pendidikan anak usia dini, yakni: 1) materi pendidikan, dan 2) metode pendidikan yang dipakai. Secara singkat dapat dikatakan bahwa materi maupun metodologi pendidikan yang dipakai dalam rangka pendidikan anak usia dini harus benar-benar memperhatikan tingkat perkembangan mereka. Memperhatikan tingkat perkembangan berarti pula mempertimbangkan tugas perkembangan mereka, karena setiap periode perkembangan juga mengemban tugas perkembangan tertentu.”

Dalam meningkatkan anak usia dini kreativitas merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk ditingkatkan, karena kreativitas merupakan suatu kemampuan yang sangat berarti dalam proses kehidupan manusia. Sebagaimana dikemukakan oleh Treffinger (Dalam Hawadi, 2001 : 13), bahwa tidak ada seorangpun yang tidak memiliki kreativitas.

Menurut Andang (2006 : 132-133), bahwa ”Kreativitas dikatakan penting bagi perkembangan anak karena: a) kreativitas dapat memberikan kesenangan dan kepuasan tersendiri bagi anak, setelah mencipta sesuatu yang baru, b) kreativitas menjadi bumbu dalam permainan kreatifnya, dimana semakin kreatif seorang anak maka akan semakin menyenangkan arti sebuah permainan, c) kreativitas dapat membantu anak mencapai keberhasilan dan menjadi kepuasan ego yang besar, d) kreativitas dapat memberikan konstribusi positif terhadap pola kepemimpinan, e) selain berhubungan besar terhadap pembentukan totalitas keperibadian seseorang,

(9)

kreativitas juga dapat menjadi sebuah kekuatan (power) yang dapat menggerakkan manusia dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari bodoh menjadi cerdas, dari pasif menjadi aktif, dan lain sebagainya. Tergantung pada manusianya, apakah kreativitas yang ada pada dirinya akan ditingkatkan atau justru akan dimatikan, f) kreativitas dapat membantu sebuah proses yang menyebabkan lahirnya ide baru yang orisinal, g) kreativitas dapat melahirkan budaya kerja produktif, bukan mental konsumtif, sehingga dapat melahirkan tipe aktif dan kreatif.”

Menurut Munandar (2007 : 1), bahwa ”Alasan pentingnya meningkatkan kreativitas dipupuk sejak usia dini adalah: a) dengan berkreasi orang dapat mewujudkan (mengaktualisasikan) dirinya, dan perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok tertinggi dalam hidup manusia, b) kreativitas dan berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, c) bersibuk diri secara kreatif, tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungan tetapi juga memberi kepuasan kepada individu, d) kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.”

Sanusi (2010:3) mengemukakan bahwa: tahap-tahap kreativitas yang perlu dilakukan antara lain : 1) persiapan (preparation): meletakan dasar.mempelajari latar belakang perkara, seluk beluk, dan problematikanya, 2) konsentrasi (consentration) : sepenuhnya memikirkan ,masuk luluh,terserap dalam perkara yang dihadapi 3) inkubasi (incubation) : mengambil waktu untuk meninggalkan perkara,istirahat, waktu santai. mencari kegiatan-kegiatan yang melepaskan diri dari kesibukan pikiran

(10)

mengenai perkara yang sedang dihadapi, 4) Iluminasi (ilmunination): tahap mendapatkan ide gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja,jawaban baru, 5) verifikasi/produksi (verification/ production): menghadapi dan memecahkan masalah-masalah praktis sehubungan dengan perwujudan ide, gagasan ,pemecahan, penyelesaian, cara kerja, jawaban baru, seperti menghubungi, meyakinkan dan mengajak orang,meyusun rencana kerja, dan melaksanakannya.”

Wahyudin (2010 : 262), berpendapat bahwa ada beberapa cara yang dilakukan oleh orang tua untuk menstimulasi agar anak kreatif, yaitu : 1) tidak memaksakan kehendak pada anak, b) menyesuaikan dengan kebutuhan, minat, potensi, dan kemampuan anak, c) fasilitas dengan permainan kreatif edukatif, d) menyesuaikan keterlibatan orang tua, e) mementingkan pada proses dan bukan pada hasil dan f) memberikan kebebasan kepada anak untuk melakukan permainannya dengan senang.

Dari beberapa uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa kreativitas sangat penting bagi manusia khususnya anak usia dini karena apabila ditinjau dari aspek kehidupan manapun, kebutuhan akan kreativitas sangatlah terasa. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa saat ini kita semua terlibat dalam ancaman maut akan kelangsungan hidup. Kita sedang menghadapi macam-macam tantangan baik dalam bidang ekonomi, kesehatan, politik, maupun dalam bidang budaya dan sosial.

Kreatif berproses dalam tahap-tahap tertentu yang tidak mudah diidentifikasi dimana tahap-tahap tersebut berada pada prosesnya.Wallas (Dalam Hawadi, dkk

(11)

2001 : 23), mengemukakan bahwa; ada empat tahap dalam proses kreatif yaitu : a) persiapan, dalam tahap ini berupa pengumpulan Informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah, b) inkubasi, adalah tahap dieramnya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar, c) iluminasi, yaitu tahap munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah, d) verifikasi, adalah tahap munculnya aktifitas evaluasi terhadap gagasan secara kritis yang sudah mulai dicocokkan dengan keadaan nyata atau kondisi realita.”

Demikian empat tahap proses kreatif, jika pada tahap persiapan, inkubasi, dan iluminasi yang menonjol proses berpikir divergen, maka pada tahap verifikasi yang menonjol adalah proses berfikir konvergen.

Munandar (dalam Yaumi, 2010:3) mengemukakan bahwa

”Terdapat 10 ciri pribadi yang kreatif yang hakekatnya hampir sama tetapi secara hierarki berbeda. Kesepuluh ciri yang dimaksud adalah sebagai berikut: a) imajinatif, b) inisiatif, c) mempunyai minat luas, d) mandiri dalam berpikir, e) ingin tahu, f) senang berpetualang, g) penuh energy, h) percaya diri, i) bersedia mengambil risiko, j) berani dalam pendirian dan keyakinan. Ciri tersebut dirumuskan setelah melakukan studi mendalam terhadap tradisi,kebiasaan, pandangan, dan respon yang telah diberikan oleh responden di dalam penelitian.Sedangkan, ciri-ciri anak yang paling diinginkan oleh orang tua sekolah dasar dan menengah di Indonesia adalah sebagai berikut: a) penuh energy, b) mempunyai prakarsa, c) percaya diri, d) sopan, e) rajin, f) melaksanakan pekerjaan pada waktunya, g) sehat, h) berani dalam berpendapat dan berkeyakinan, i) mempunyai ingatan yang baik, dan j) ulet.”

Semiawan (dalam Yaumi, 2010:3)menambahkan bahwa dari kesepuluh ciri-ciri kreativitasyang diinginkan oleh orang tua di Indonesia, hanya dua di antaranya yang dibenarkanoleh para ahli. Selain itu, Sonawat and Begani (dalam Yaumi, 2010:3) mengemukakan ciri-ciri kreativitas bagi pribadi anak-anak pra-sekolah,

(12)

antara lain berpikir konvergen dandivergen, sensitif, peka terhadap persoalan, lancar dalam menggunakan kata-kata, dan berhubungan dengan orang lain.

Sund (dalam Slameto, 2010:3) mengemukakan bahwa ndividu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan dengan ciri sebagai berikut: 1) hasrat keingintauhuan yang cukup besar, 2) bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, 3) panjang akal, 4) keinginan untuk menemukan, 5) cenderung menyukai tugas, 6) mencari jawaban luas dan memuaskan, 7) aktif melaksanakan tugas, 8) berpikir fleksibel, 9) memberi jawaban atas pertanyaan, 10) mampu membuat analisis, 11) memiliki semangat bertanya, 12) memiliki daya abstraksi dan 13) memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.

Berdasarkan pandangan ini, ciri yang melekat pada pribadi yang kreatif seperti yang dikemukan oleh Csikszentmihalyi (dalam Yaumi, 2010:3)) tidak secara tegas dan eksplisit menyebut pembagian dari ketiga aspek ini walaupun jika kita mengurai satu persatu telah merepresentasi ketiga aspek proses kognitif, personalitas, dan nilai serta motivasi tetapi hanya menjabarkannya dalam bentuk implisit. Sebagai kesimpulan bahwa ciri pribadi kreatif seperti yang dikemukakan oleh Csikszentmihalyi tersebut boleh jadi tidak dapat secara berurutan merepresentasi keseluruhan ciri yang dimiliki oleh semua orang di seluruh dunia. Perlu adanya kajian dan penelitian lebih jauh lagi tentang kreativitas anak usia dini Indonesia bukan hanya dilakukan pada level pendidikan dasar dan menengah saja melainkan juga harus diarahkan di pendidikan tinggi, atau tidak saja dilakukan di kota-kota

(13)

besar,tetapi juga di kota-kota kecil di seluruh Indonesia. Diharapkan semoga penelitian seputar kreativitas dapat memberikan solusi cerdik dalam upaya meningkatkan kreativitas anak usia dini Indonesia dan mampu menjadi patokan dasar dalam merancang model pembelajaran dan meningkatkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) yang akan diterapkan melalui lembaga-lembaga pendidikan.

Setiadarma (2003 : 108), berpendapat bahwa kreativitas sebagai proses mental yang unik yang dapat menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda dan orisinal mencakup jenis pemikiran spesifik yang disebut dengan divergen.

Menurut Koestler (Dalam Semiawan 2002 : 67), menuturkan bahwa berpikir kreatif adalah proses berpikir bisosiatif. Jadi Koestler mengaggap bahwa dalam proses berpikir kreatif, pikiran dalam mencari jawaban terhadap suatu persoalan pada suatu bidang mengembara sepanjang permukaan bidang itu bersangkut paut pencarian dan pengembaraan berlangsung terus tanpa banyak hasil sampai ditemukan bidang yang lain. Pikiran meloncat dan melakukan bisosiasi ke dalam bidang baru dan menemukan jawaban terhadap persoalan. Dua bidang itu saling berpisah dan pada permukaannya tidak berhubungan sama sekali, akan tetapi setelah terjadi loncatan melintasi bidang, terlihat jawaban yang original unik terhadap persoalan tersebut.

Proses berpikir kreatif bertalian erat dengan fungsi otak, baik dalam bentuk gagasan maupun karya nyata yang merupakan hasil perpaduan antara fungsi kedua belah otak manusia.

(14)

Baldwin dkk (Dalam Satiadarma 2003 : 115), berpendapat bahwa hasil meningkatkan kemampuan intelektual anak yang paling tinggi ditemukan pada keluarga-keluarga yang dapat menerima anak sepenuhnya dan yang bersikap demokratis dalam pendidikan dibandingkan dengan keluarga-keluarga yang cenderung menolak anak dengan bersikap otoriter dalam pendidikan.

Orang tua pada umumnya kurang menghargai perkembangan, kemandirian serta kebebasan, harus mengikuti perintah dan peraturan tertentu sehingga dapat membekukan kreativitas anak. Oleh karena itu sangatlah penting bahwa orang tua atau pendidik menyadari ciri-ciri anak didik manakala anak perlu dipuja untuk menumbuhkan pribadi yang kreatif. Biasanya pendidik atau orang tua kurang menyadari dampak dari sikap mereka terhadap perkembangan kepribadian anak.

Beberapa contoh sikap yang kurang menunjang kreativitas anak usia dini : sikap terlalu khawatir atau takut sehingga anak terlalu dibatasi dalam kegiatan-kegiatannya, b) sikap terlalu mengawasi anak, c) sikap yang menekankan pada kebersihan dan keteraturan yang berlebihan, d) menuntut kepatuhan mutlak dari anak tanpa memandang perlu pertimbangan alasan anak, e) sikap mengkritik prilaku dan pikiran anak, f) sikap yang jarang memberi pujian atau penghargaan terhadap usaha atau karya anak

(15)

Berdasarkan uraian tersebut jelas menunjukkan kreativitas pada anak usia dini dapat saja dihambat oleh berbagai hal antara lain factor lingkungan maupun factor orang tua. Terkait dengan hal tersebut maka perlu upaya untuk meminimalisir berbagai hal yang menghambat meningkatkan kreativitas anak usia dini sehingga meningkatkan kreativitas anak usia dini dapat dilakukan dengan baik.

2.1.3 Konsep Sikap Orang Tua

Sikap pada dasarnya merupakan kecenderungan memberikan reaksi positif atau negatif terhadap suatu rangsangan yang diperoleh. Dalam konteks ini sikap merupakan respon yang diberikan terhadap stimulus secara konsisten. Dengan demikian sikap terarah pada upaya untuk memberikan tanggapan terhadap sesuatu yang terjadi.

Faturochman. (2009:43) . mengemukakan bahwa sikap adalah organisasi yang relative menetap dari perasaan-perasaan, keyakinan-keyakinan dan kecenderungan perilaku terhadap orang lain, kelompok, ide-ide atau objek-objek tertentu. Pendapat ini menunjukkan bahwa sikap merupakan manifestasi dari ungkapan perasaan dan keyakinan atas suatu fenomena yang dirasakan, serta diupayakan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku nyata sebagai tanggapan terhadap sesuatu yang terjadi.

Krech, et al (dalam Isa, 2008:34) menyatakan bahwa ”sikap merupakan susunan proses, motivasi, emosi, persepsi, dan kognisi yang terus menerus dalam hubungan dengan beberapa aspek dari dunia individu”. Pendapat ini menunjukkan bahwa sikap memuat berbagai aspek mulai dari motivasi, emosi, persepsi, dan

(16)

kognisi yang secara proaktif memberikan hubungan terhadap berbagai aspek yang berhubungan dengan kehidupan manuasia

Krech, et al (dalam Isa, 2008:34) mengemukakan bahwa aspek-aspek dari dunia kehidupan sangat kompleks, baik yang berwujud lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Karena itu maka pola-pola tingkah laku seseorang bervariasi antara satu dengan lainnya dalam memberikan respons terhadap objek. Hal ini terjadi karena dihubungani oleh faktor internal dan eksternal sehingga reaksi individu terhadap suatu objek bersifat khas.

Menurut Ellis (dalam Purwanto, 2002:14) bahwa sikap berkaitan dengan faktor perasaan atau emosi, dan faktor reaksi atau respon, ataupun kecenderungan untuk bereaksi. Dalam konteks ini sikap sebagi kecenderungan untuk memberi respons, baik positif atau negatif. Sikap seseorang biasanya akan memberi arah kepada perbuatan atau tindakan seseorang. Dengan demikian maka sikap dapat memulai dan membimbing tingkah laku seseorang . Oleh karenanya sikap dinyatakan dengan kesungguhan dan kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial.

Menurut Azwar (2007:2), menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka pemikiran. Pertama, kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood. Menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak

(17)

mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Kedua, kerangka pemikiran ini diwakili oleh ahli seperti Chave, Bogardus, LaPierre, Mead dan Gordon Allport. Menurut kelompok pemikiran ini sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan caracara tertentu. Kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan yang potensialuntuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Ketiga, kelompok pemikiran ini adalah kelompok yang berorientasi pada skema triadik (triadic schema). Menurut pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa sikap merupakan kecenderungan individu untuk memahami, merasakan, bereaksi dan berperilaku terhadap suatu objek yang merupakan hasil dari interaksi komponen kognitif, afektif dan konatif.

Menurut Brigham (dalam Dayakisni dan Hudiah, 2003:2) bahwa ada beberapa ciri atau karakteristik dasar dari sikap, yaitu :

a. Sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku.

b. Sikap ditujukan mengarah kepada objek psikologis atau kategori, dalam hal ini skema yang dimiliki individu menentukan bagaimana individu mengkategorisasikan objek target dimana sikap diarahkan.

(18)

d. Sikap memhubungani perilaku. Memegang teguh suatu sikap yang mengarah pada suatu objek memberikan satu alasan untuk berperilakumengarah pada objek itu dengan suatu cara tertentu.

2.1.4 Komponen-Komponen Sikap

Azwar (2007:3) menyatakan bahwa sikap memiliki 3 komponen yaitu: a. Komponen kognitif

Komponen kognitif merupakan komponen yang berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Komponen kognitif, ini terdiri dari keyakinan dan kepercayaan individu bersangkutan tentang objek tertentu. Unsur kognitif ini adalah keyakinan dan kepercayaan yang sifatnya evaluatif, memberikan arah kepada sikap terhadap suatu objek tertentu. Di pihak lain unsur ini pun meliputi keyakinan individu yang bersikap mengenai cara atau kejadian b. Komponen afektif

Komponen afektif merupakan komponen yang menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. komponen afektif, Unsur ini menunjukan arah perasaan yang menyertai sikap individu terhadap sesuatu objek. Sesuatu objek dapat dirasakan oleh individu yang bersangkutan sebagai sesuatu yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, disukai atau tidak disukai. Dengan demikian unsur perasaan inilah yang menyebabkan sikap tertentu menetap pada diri individu, dan akhirnya menyebabkan pula sikapnya itu meluap atau

(19)

menjadi aktif dalam keadaan tertentu, dan komponen konatif. Komponen pembentuk sikap ini memiliki karakateristik tertentu yang berbeda antara yang satu dengan yang lain.

c. Komponen perilaku

Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. komponen ini meliputi seluruh keadaan individu untuk bertindak terhadap objek tertentu yang berasosiasi dengan sikap tersebut. Bila individu memiliki sikap positif terhadap objek tertentu ia akan cenderung memuji atau mendorong objek ini. Apabila ia memilki sikap negatif terhadapnya, ia akan cenderung untuk merusak atau menghukum. Bahkan menghancurkan sama sekali objek itu.

Sikap yang terbentuk pada diri seseorang dibentuk oleh komponen-komponen tertentu. Komponen sikap tersebut berupa 1) komponen kognitif, Unsur ini terdiri dari keyakinan dan kepercayaan individu bersangkutan tentang objek tertentu. Unsur kognitif ini adalah keyakinan dan kepercayaan yang sifatnya evaluatif, memberikan arah kepada sikap terhadap suatu objek tertentu. Di pihak lain unsur ini pun meliputi keyakinan individu yang bersikap mengenai cara atau kejadian. 2) komponen afektif, unsur ini menunjukan arah perasaan yang menyertai sikap individu terhadap sesuatu objek. Sesuatu objek dapat dirasakan oleh individu yang bersangkutan sebagai sesuatu yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, disukai atau tidak disukai.

(20)

Dengan demikian unsur perasaan inilah yang menyebabkan sikap tertentu menetap pada diri individu, dan akhirnya menyebabkan pula sikapnya itu meluap atau menjadi aktif dalam keadaan tertentu, dan komponen konatif. Komponen pembentuk sikap ini memiliki karakateristik tertentu yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. 3) komponen konatif, komponen ini meliputi seluruh keadaan individu untuk bertindak terhadap objek tertentu yang berasosiasi dengan sikap tersebut. Bila individu memiliki sikap positif terhadap objek tertentu ia akan cenderung memuji atau mendorong objek ini. Apabila ia memilki sikap negatif terhadapnya, ia akan cenderung untuk merusak atau menghukum. Bahkan menghancurkan sama sekali objek itu.

Berdasarkan uraian tersebut jelas menunjukkan bahwa sikap memiliki unsur tertentu yang secara proaktif membentuk sikap seseorang mendukung atau menolak sesuatu sesuai dengan analisis dan pemahamannya terhadap suatu perlakuan atau fenomena yang diterimanya.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang meningkatkan kreativitas anak usia dini telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya diantaranya

1. Fatma Duka (Skripsi) tahun 2010 dalam penelitiannya peningkatan kreativitas anak usia dini melalui pemanfaatan permainan edukatif media alam di TK Melati Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa peningkatan kreativitas TK Melati Kecamatan Paguyaman

(21)

Kabupaten Boalemo ditandai oleh beberapa hal sebagai berikut:a) anak pada umumnya telah dapat merancang taman dengan baik sesuai dengan kreativitas masing-masing, b) rancangan bentuk taman setiap kelompok sangat variatif dan menunjukkan bahwa mereka dapat meningkatkan kreasinya tanpa tergantung pada contoh yang diberikan orang tua.

2. Karlian Hasan tahun 2011, (Skripsi) dalam penelitiannya upaya meningkatkan kreativitas anak usia dini melalui penggunaan metode bermain peran di TK Harapan Jaya Kecamatan Duhiadaa Kabupaten Pohuwato. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa kreativitas anak usia dini dapat ditingkatkan melalui penggunaan metode bermain peran di TK Harapan Jaya Kecamatan Duhiadaa Kabupaten Pohuwato. Oleh karenanya direkomendasikan untuk menggunakan metode bermain peran guna meningkatkan kreativitas anak usia dini.

2.3 Kerangka Berpikir

Kreativitas merupakan kemampuan seseorang menciptakan hal-hal yang baru, menghasilkan gagasan, menyelesaikan suatu masalah yang sebelumnya belum terpecahkan. Dalam konteks ini kreativitas akan mampu menghasilkan pribadi yang kreatif. Kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri atitude maupun non-aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Kreativitas anak perlu dikembangkan. Kreativitas anak ditunjukkan oleh

(22)

beberapa hal sebagai berikut : a) keingintahuan, b) aktif melaksanakan tugas, c) memiliki semangat bertanya dan d) memberi jawaban atas pertanyaan. (Slameto, 2010:3)

Untuk dapat mengembangkan kreativitas anak diperlukan dukungan sikap orang tua untuk membantu mengembangkan kreativitas anak. Sikap pada dasarnya merupakan kecenderungan memberikan reaksi positif atau negatif terhadap suatu rangsangan yang diperoleh. Dalam konteks ini sikap merupakan respon yang diberikan terhadap stimulus secara konsisten. Dengan demikian sikap terarah pada upaya untuk memberikan tanggapan terhadap sesuatu yang terjadi.

Sikap orang tua dalam mengembangkan kreativitas anak ditunjukkan dalam bentuk upaya yang dapat dilakukan orang tua dalam membantu meningkatkan kreativitas anak antara lain dengan cara melengkapi alat-alat atau sarana penunjang yang dibutuhkan anak. Upaya tersebut juga dapat dilakukan dengan bagaimana cara orang tua merangsang minat dan kreativitas anak usia dini dengan mengajak anak bermain bersama, atau dengan mengajak anak ke tempat rekreasi sehingga ditempat tersebut anak dalam melakukan berbagai aktivitas untuk mengembangkan kreativitasnya. Bentuk upaya lainnya yang dapat dilakukan orang tua yaitu dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk melakukan berbagai hal asalkan tidak berbahaya bagi pengembangan kreativitas anak.

Sikap orang dalam mengembangkan kreativitas anak dibentuk oleh komponen-komponen tertentu berupa komponen kognitif, komponen afektif,

(23)

komponen konatif. Komponen sikap tersebut melandasi sikap orang tua dalam mengembangkan kreativitas anak.

Kerangka penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

2.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah H0: 0

HA: 0

Dengan kriteria pengujian:

i. Terima H0jika –t(1-0,5α)(n-2)< t <(1-0,5α)(n-2) ii. Tolak H0jika: -t(1-0,5α)> t > t(1-0,5α)(n-2)

Kreativitas Anak Sikap Orang Tua

keingintahuan

aktif melaksanakan tugas memiliki semangat bertanya memberi jawaban atas

pertanyaan Sikap khawatir

Sikap terlalu mengawasi Sikap menekan anak Sikap menuntut kepatuhan Sikap mengkritik prilaku anak Sikap jarang memberi pujian

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan kinetika reaksi hidrolisis pati talas ( Colocasia esculenta ) yaitu dengan menghitung konstanta laju reaksi dan orde

Berdasarkan data-data diatas peneliti dapat menganalisis bahwa profesionalisme di Badan Pertanahan Nasional Kota Cilegon memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja

Hasil analisis CHAID memberikan masukan bahwa merek facial wash yang sudah ada dapat meningkatkan kepuasan user-nya dengan cara memperbaiki kemampuan facial wash untuk

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak jaloh (Salix tetrasperma Roxb) pada ayam pedaging yang diberi cekaman panas pada suhu 33 ± 1 o C selama 4 jam

Untuk mewujudkan visi tersebut, Deputi Bidang Operasi SAR mempunyai misi yaitu “Merumuskan kebijakan dalam rangka penyelenggaraan kegiatan operasi SAR yang efisien dan

Terapi Gizi Medis : adalah pelayanan gizi khusus untuk peyembuhan penyakit baik akut maupun kronis atau kondisi luka- luka, serta merupakan suatu penilaian terhadap kondisi

Observasi yang ditemukan pada klien dengan perilaku menarik diri akan ditemukan (data objektif), yaitu apatis, ekspresi sedih, afeks tumpul, menghindari dari orang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketahanan bakteri Staphylococcus sciuri terhadap senyawa antimikrobial yang terkandung dalam jahe, kunyit, kencur,