• Tidak ada hasil yang ditemukan

BASI PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan bertujuan untuk. mencerdaskan kehidupan bangsa dan fmeningkatkan kualitas manusia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BASI PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan bertujuan untuk. mencerdaskan kehidupan bangsa dan fmeningkatkan kualitas manusia"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1. 1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan fmeningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Mengutip Depdiknas (2005), yang menyatakan bahwa Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti; faktor tenaga pendidik (guru), siswa, kurikulum, sarana dan prasarana, medya pembelajaran, faktor pengelolaan, dan faktor lingkungan. Ketersediaan faktor - faktor tersebut baik dalam jumlah maupun mutu akan menciptakan proses belajar mengajar yag berkualitas di sekolah dan pada gilirannya akan menghasilkan lulusan yang bermutu pula.

Faktor tenaga pendidik (guru) dalam rangka mencerdaskan bangsa dituntut untuk bekerja secara profesional yaitu; memiliki kompetensi profesional dalam melaksanakan proses pembelajaran, mampu beradaptasi dan menciptakan iklim kerja yang kondusif, memiliki motivasi yang tinggi, serta didukung komitmen organisasi dalam

(2)

melaksanakan seluruh tugas~tugasnya sebagai guru demi terciptanya proses belajar mengajar yang berkualitas. Yang dimaksud dengan proses belajar mengajar yang berkualitas di sini adalah terciptanya hubungan yang serasi diantara semua elemen yang terlibat dalam proses belajar mengajar sehingga akan menghasilkan anak didik yang memiliki pengetahuan yang memadai sebagai dasar untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi.

Untuk mencipakan proses belajar mengajar yang menyenangkan bagi para anak didik sebagai salah satu upaya untuk menciptakan proses belajar mengajar yang baik, guru tidak boleh tidak harus berkompeten atau profesional dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Untuk itu menurut Sanjaya (200§) guru harus memiliki multi peran yaitu; 1) guru harus mampu membuat perencanaan pembelajaran. artinya guru harus mampu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa serta kondisi lingkungan kerja. Oleh sebab itu dalam proses membuat perencanaan pembeajaran, guru dituntut agar memahami kebutuhan dan kondisi daerah setempat dan karakteristik dari para anak didik, 2) guru sebagai pengelola pembelajaran. Dikatakan sebagai pengelola pemelajaan karena guru harus mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, baik iklim sosial maupun iklim psikologis. lklim sosial yang baik ditandai dengan terciptanya hubungan yang harmonis anatara guru-anak didik, guru dan guru, guru dengan pihak pengelola (Kepala Sekolah). lklim psikologis ditunjukkan dengan adanya

(3)

saling keperca.yaan dan saling menghormati antar semua unsur di sekolah, 3) guru sebagai fasilitator. Sebagai seorang fasilitator tugas guru adalah membantu untuk mempermudah anak didik belajar dengan memberikan pengarahan dan petunjuk sehingg anak didik dapat belajar lebih optimal. Dengan demikian guru perlu memahami karakteristik dan gaya belajar siswa. Sehingga dalam pelaksanaan proses belajar mengajar yang menjadi sentral kegiatan pembelajaran adalah siswa bukanlah guru, 4) guru sebagi evaluator, fungsi evaluator bisa sebagai formatif atau sumatif. Fungsi formatif untuk metihat kelemahan guru dalam mengajar. Artinya hasil evaluasi ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk memperbaiki kinerja guru yang bersangkutan. Sedang fungsi sumatif adalah sebagai bahan untuk menentukan keberhasilan anak didik dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian sebagai evaluator guru dapat melihat keberhasilannya dalam mengajar dan menentukan penguasaan kompetensi anak didik. Selanjutnya menurut Depdiknas (2006) yang dimaksud dengan kompetensi guru adalah kebulatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran. Lebih lanjut Depdiknas (2006) mengatakan kompetensi guru (agen) dicerminkan oleh profesinalitasnya dalam melaksanakan tugas. Kompetensi profesional guru menurut Depdiknas (2006) dicerminkan oleh 7 indikator yaitu; (1) Pemahaman atas materi ajar, (2) Pemahaman kuriklum, (3) pemahaman struktur, (4) pemahaman konsep keilmuan yang

(4)

menaungi materi ajar, (5) Pemahaman atas hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, (6) Pemahaman menerapkan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari, (7) Penguasaan langkah-langkah penelitian untuk memperdalammateri bidang studi. Memadukan semua indikator akan membentuk kompetensi profesionalime guru yang bermuara pada peningkatan kinerja guru. Guru yang memiliki kompetensi profesional akan berpengaruh terhadap kinerja.

Di samping kompetensi profesional guru, yang dapat berpengaruh terhadap kinerja guru adalah iklim kerja. lklim diartikan sebagai suasana batin atau karakter, etos, kondisi, norma-norma. iklim kerja adalah kondisi atau karakter lingkungan ke~a. Jadi iklim ke~a sekolah adalah kondisi atau karakter di sekeliling sekolah yang menggambarkan keadaan (hubungan antar semua stake holder).

Fisher & Fisher (1990) menyatakan bahwa iklim kerja di sekolah diartikan sebagai seperangkat atribut yang memberi warna atau karakter, spirit, etos, suasana batin dari setiap sekolah. Pendapat senada juga dikatakan oleh Wahyudi dkk (2005), larsen dalam Mujiarto (1993), Silver dalam Pidarta ( 1995), menyatakan bahwa iklim kerja sekolah sebagai suatu perpaduan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan interkasi perilaku para guru. Te~alinnya hubungan yang harmonis antara pimpinan sekolah dengan para guru akan menciptakan iklim kerja yang kondusif. Oleh sebab itu iklim kerja merupakan hal yang penting untuk diperhatikan oleh setiap pengelola sekolah karena faktor tersebut dapat berpengaruh

(5)

terhadap tingkah laku para guru yang berdampak pula terhadap kinerja guru. Lebih lanjut Pidarta (1990)1 menyatakan bahwa iklim kerja di

sekolah dicerminkan oleh 4 ( empat) indikator yaitu; ( 1) Penempatan personalia I (2) Pembinaan antar hubungan dan komunikasil (3) Dinamisasi dan penyelesaian konflik1 (4) Peningkatan Lingkungan

Kerja dan Sekolah.

Selanjutnya menurut Victor H Vroom dalam Siagian (1999)1 bahwa

kinerja pegawai dapat dipengaruhi oleh motivasi kerja. Motivasi diartikan sebagai dorongan baik dari dalam maupun dari luar yang ada pada diri manusia. Victor H Vroom mengatakan bahwa orang akan termotivasi melakukan suatu pekerjaan untuk mencapai sasaran yang dianggapnya lebih berhargal sehingga ia akan terdorong untuk melakukan pekerjaan itu sekuat tenaga yang dimilikil demi tercapainya tujuannya. Selanjutnya Thoha (2003)1 mengatakan motivasi merupakan pendorong bagi seseorang untuk melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuannya. Kekuatan motivasi seseorang itu dapat berubah sewaktu-waktul dan perubahan tersebut terjadi karena perubahan tingkat kepuasan terhadap apa yang telah diperolehnya. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa motivasi kerja guru dicerminkan oleh 3 (tiga) indikator yaitul

(1) Existence atau kebutuhan akan keberadaan I (2) Relatedness atau

kebutuhan untuk berhubunganl (3) Growth atau kebutuhan untuk pertumbuhan .

(6)

Faktor lain yang berpengaruh terhadap kinerja guru adalah Komitmen (Gundlack dkk dalam Sutarso:2002). Komitmen diartikan sebagai keinginan untuk mempertahankan relationship atau hubungan (Moorman eta/ dalam Ramadania:2002). Guru sebagai pendidik jika tidak memiliki komitmen dalam melaksanakan tugasnya akan memiliki kinerja yang rendah. Morman dalam Zulganef (2002), mengatakan komitmen sebagai hasrat (desire) untuk mempertahankan keterkaitan dalam jangka panjang (enduring desire). Keterkaitan yang kuat antara komitmen dan perberdayaan disebabkan karena adanya kainginan dan kesiapan guru dalam organisasi untuk diberdayakan dengan menerima berbagai tantangan dan tanggung jawab. Argyris dalam Rokhman (2001) menyatakan bahwa komitmen yang berasal dari diri karyawan untuk menyelesaikan berbagai tugas, tanggung jawab dan wewenang berdasarkan pada alasan dan motivasi yang dimiliki. Pemberdayaan sangat terkait dengan komitmen diri (internal) guru. Proses pemberdayaan akan berhasil bila ada motivasi dan kemauan yang kuat untuk mengembangkan diri dan memacu kreativitas individu dalam menerima tanggung jawab yang lebih besar. Sedang pemberdayaan merupakan serangkaian proses yang dilakukan secara bertahap dalam organisasi agar dapat mencapai tujuan secara optimal. Menurut Allen dkk dalam Greenberg dan Brown ( 1997) komitmen dicerminkan oleh 4 ( empat) indikator yaitu; (1) karakteristik pekerjaan, (2) alternatif mendapat pekerjaan baru, (3) karakteristik karyawan ( 4) dukungan organisasi.

(7)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin meneliti tentang Pengaruh Kompetensi Profesional, lklim Kerja, Motivasi Kerja dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Guru Bidang Studi Sain Se-Kecamatan Wonocolo di Kota Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1 Apakah Kompetensi Mengajar, lklim Kerja, Mtivasi dan Komitmen Organisasi secara simultan berpengaruh signifkan terhadap Kinerja Guru Bidang Studi Sain Se-Kecamatan Wonocolo di Kota Surabaya ?

2. Apakah Kompetensi Profesional, lklim Kerja, Motivasi dan Komitmen Organisasi secara parsial berpengaruh signifkan terhadap Kinerja Guru Bidang Studi Sain Se-Kecamatan Wonocolo di Kota Surabaya ?

3. Manakah diantara variabel Kompetensi Profesional, lklim Kerja, Motivasi dan Komitmen Organisasi yang berpengaruh dominan terhadap Kinerja Guru Bidang Studi Sa.in Se-Kecamatan Wonocolo di Kota Surabaya ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah, maka disusun tujuan penelitian sebagai berikut :

(8)

secara simultan terhadap Kinerja Guru Bidang Studi Sain Se-Kecamatan Wonocolo di Kota Surabaya.

2 Untuk menganalisis dan mengetahui Pengaruh Kompetensi Profesional, lklim Kerja, Motivasi dan Komitmen Organisasi secara Pasial terhadap Kinerja Guru Bidang Studi Sain Se-Kecamatan Wonocolo di Kota Surabaya.

3 Untuk menganalisis dan mengetahui manakah diantara variabel Kompetensi Profesional, lklim Kerja, Motivasi dan Komitmen Organisasi yang berpengaruh dominan terhadap Kinerja Guru Bidang Studi Sain Se-Kecamatan Wonocolo di Kota Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1 Manfaat Bagi Pengambilan Kebijakan bidang Pendidikan :

a. Bagi para pengelola Sekolah Dasar hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan kinerja guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar ..

b. Sebagai bahan masukan bagi guru SO dalam upaya meningkatkan kine~a guru khususnya guru bidang studi sain di lingkungan sd Se-Kecamatan Wonocolo.

(9)

I

2. Manfaat bagi Penembangan llmu.

a. Sebagai pembuktian empiris tentang Pengaruh Kompetensi Profesional, lklim Kerja, Motivasi dan Komitmen terhadap Kinerja Guru Bidang Studi Sain Se-kecamatan Wonocolo di Kota Surabaya b. Menyediakan informasi bagi peneliti lebih lanjut yang berkaitan

dengan Pengaruh Kompetensi Mengajar, lklim Kerja, Motivasi dan Komitmen terhadap Kinerja Guru Bidang Studi Sain.

1.5 Keterbatasan Penelitian

Mengingat keterbatasan waktu dan pendanaan dalam pelaksanaan penelitian maka lingkup penelitian ada1ah sebagal berikut : 1. Membahas tentang Pengaruh Kompetensi Profesional, lklim Kerja,

Motivasi dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Guru SD Bidang Studi Sain.

2. Penelitian ini dilakukan Se~Kecamatan Wonocolo Dinas Pendidikan Kota Surabaya.

3. Yang menjadi responden adalah guru kelas bidang studi sain yang masih aktif mengajar pada Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Wonocolo di Kota Surabaya.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kriteria kesahihan matan yang dijadikan tolok ukur sebagaimana kriteria-krite- ria tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matan hadis tentang larangan menerima

pertama , tidak ada Filsafat Timur sebelum Suhrawardi menciptakan Filsafat Iluminasi. Filsafat Iluminasi tidak boleh dianggap “Timur” dalam pengertian kultural

Hadisumarta Ocarm, Gereja Sebagai Persekutuan, Seri Pastoral 162, Yogyakarta, 1989, hlm.. Pada sisi yang lain, ada pihak yang lebih menekankan kesatuan. Penekanan itu

Nilai rata-rata Aroma dari Berbagai Level Buah Sirsak ( Annona muricata L.) yang Ditambahkan pada Susu Pasteurisasi HTST dan LTLT

18 Rabu, 3 Agustus 2016 Memotong bahan  Pola disiapkan sesuai desain  Bahan yang akan digunakan untuk membuat busana diidentifika si sesuai kebutuhan  Bahan

Dengan Discovery Learning melalui diskusi, tanya jawab, penugasan, presentasi, praktikum, dan analisis, peserta didik dapat menjelaskan tentang reaksi eksoterm dan

Selain itu, hipoksia intermiten juga menimbulkan proses adaptasi yang meningkatkan perlindungan jantung dari stres oksidatif pada berbagai proses perkembangan penyakit.15 2.4