• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tia Setiawati, Yeni Rustina, Kuntarti 2. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Derajat Neuropati Diabetikum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tia Setiawati, Yeni Rustina, Kuntarti 2. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Derajat Neuropati Diabetikum"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 2 | Nomor 2 | Desember2015

1. Pengaruh Tepid Sponge terhadap Penurunan Suhu Tubuh dan Kenyamanan pada Anak yang Mengalami Demam

Tia Setiawati, Yeni Rustina, Kuntarti

2. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Derajat Neuropati Diabetikum

Afrieani Deasy

3. Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi Ibu Hamil dengan Status Gizi pada Ibu Hamil di BPM Wilayah Kerja Puskesmas Gisting Lampung Tahun 2015

Apri Sulistianingsih, Desi Ari Madi Yanti, Evi Agustina

4. Gambaran Skala Nyeri Haid pada Usia Remaja

Rahayu Savitri

5. Hubungan Berat Badan Lahir dengan Rupture Perineum Persalinan Normal Primigravida di Wilayah Kerja Puskesmas Handapherang Kabupaten Ciamis

Neli Sunarni

6. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Kebersihan Tangan Petugas Kesehatan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2014

Lia Nugraha, Iyus Yosef

7. Hubungan antara Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan Discharge Planning di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk. II Dustira Cimahi

Kiki Rizki Octaviani, Dadang Darmawan

8. Kualitas Hidup pada Pasien Tuberkulosis Paru Berdasarkan Aspek Kepatuhan Terhadap Pengobatan di Puskesmas Padasuka Kota Bandung

Suci Tuty Putri

9. Gambaran Tingkat Kecemasan Remaja Putri pada Saat Menstruasi di SMA Muhammadiyah 1 Kota Bandung

Mulyanti

10. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Masyaraka Terhadap Pencegahan Penyakit Filariasis di RW 13 Kelurahan Dangdeur Wilayah Kerja Puskesmas Sukarahayu Kabupaten Subang

(2)

JURNAL KEPERAWATAN ‘AISYIYAH (JKA) Volume 2 | Nomor 2 | Desember 2015

Pelindung:

Ketua STIKes ‘Aisyiyah Bandung Penanggung Jawab:

Reyni Purnama Raya, SKM., M.Epid. Ketua:

Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO. Sekretaris/Setting/Layout: Aef Herosandiana, S.T., M.Kom.

Bendahara: Riza Garini, A.Md.

Penyunting/Editor :

Perla Yualita, S.Pd., M.Pd. Triana Dewi S, S.Kp., M.Kep

Pemasaran dan Sirkulasi :

Nandang JN., S.Kp., M.Kep.,Ns., Sp.Kep., Kom.

Mitra Bestari :

Dewi Irawati, MA., Ph.D. Suryani, S.Kp., MHSc., Ph.D. DR. Kusnanto, S.Kp., M.Kes. Iyus Yusep, S.Kp., M.Si., MN. Irna Nursanti, M.Kep., Sp. Mat.

Erna Rochmawati, SKp., MNSc., M.Med.Ed. PhD. Mohammad Afandi, S.Kep., Ns., MAN.

Alamat Redaksi:

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269

E-mail: jka.aisyiyahbdg@gmail.com

DEWAN REDAKSI

(3)

DAFTAR ISI

1. Pengaruh Tepid Sponge terhadap Penurunan Suhu Tubuh dan Kenyamanan pada Anak yang Mengalami Demam

Tia Setiawati, Yeni Rustina, Kuntarti ... 1 - 9 2. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Derajat Neuropati Diabetikum

Afrieani Deasy ... 11 - 16 3. Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi Ibu Hamil dengan Status Gizi pada Ibu Hamil

di BPM Wilayah Kerja Puskesmas Gisting Lampung Tahun 2015

Apri Sulistianingsih, Desi Ari Madi Yanti, Evi Agustina ... 17 - 24 4. Gambaran Skala Nyeri Haid pada Usia Remaja

Rahayu Savitri ... 25 - 29 5. Hubungan Berat Badan Lahir dengan Rupture Perineum Persalinan Normal

Primigravida di Wilayah Kerja Puskesmas Handapherang Kabupaten Ciamis

Neli Sunarni ... 31 - 40 6. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Kebersihan Tangan Petugas Kesehatan di

RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2014

Lia Nugraha, Iyus Yosef ... 41 - 47 7. Hubungan antara Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan Discharge Planning

di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk. II Dustira Cimahi

Kiki Rizki Octaviani, Dadang Darmawan ... 49 - 59 8. Kualitas Hidup pada Pasien Tuberkulosis Paru Berdasarkan Aspek Kepatuhan

Terhadap Pengobatan di Puskesmas Padasuka Kota Bandung

Suci Tuty Putri ... 61 - 67 9. Gambaran Tingkat Kecemasan Remaja Putri pada Saat Menstruasi di SMA

Muhammadiyah 1 Kota Bandung

Mulyanti ... 69 - 77 10. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Masyaraka Terhadap Pencegahan Penyakit

Filariasis di RW 13 Kelurahan Dangdeur Wilayah Kerja Puskesmas Sukarahayu Kabupaten Subang

(4)

79

ARTIKEL PENELITIAN

JKA.2015;2(2):79-84

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MASYARAKA TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT FILARIASIS DI RW 13 KELURAHAN DANGDEUR WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SUKARAHAYU KABUPATEN SUBANG Upik Rahmi, Saeni

ABSTRAK

Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing Filaria yang hidup di kelenjar getah bening dan ditularkan melalui tusukan nyamuk serta merupakan penyakit endemis di Indonesia. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat adalah perilaku masyarakat itu sendiri terhadap kesehatan yang meliputi aspek pengetahuan, sikap maupun tindakan sehari-hari yang berkembang ke arah pembentukan perilaku, apabila penerimaan perilaku baru didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap terhadap pencegahan penyakit filariasis di RW 13 Kelurahan Dangdeur wilayah kerja puskesmas Sukarahayu Kabupaten Subang tahun 2012. Metode korelasi dengan pendekatan cross sectional study. Penelitian ini menggunakan sampel 80 orang responden warga masyarakat di Rw 13 Kelurahan Dangdeur pada bulan Februari 2012, penentuan sampel dengan menggunakan simple

random sampling. Data yang diperoleh melalui wawancara menggunakan kuisioner untuk

pengetahuan dengan sikap kemudian dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji Regresi Logistik Ganda dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Analisis data dari masing-masing variabel menggunakan uji Kai Kuadrat ( X2 ) / Chi Square dengan tingkat kemaknaan

α = 0,05. Hasil analisis yang dilihat pada tabel chi square test didapatkan hasil p value 0,000 maka hipotesis alternatif (H1) diterima yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara tahuan dengan sikap terhadap pencegahan penyakit filariasis.

Kata Kunci : crossectional study, pengetahuan, sikap Abstract

Filariasis is a contagious and endemic disease caused by a filarial worm that lives in the lymph nodes. It is transmitted through mosquito puncture. One of important factor that affects the society’s health is the behavior of the society itself to the health, which includes aspects of knowledge, attitudes and daily actions that developed into the behavior formation. If the acceptance of new behaviors based on the knowledge, awareness, and positive attitude, the behavior will be good. This study aimed to know the relationship between knowledge and attitude to the filiriasis prevention in RW 13 Kelurahan Dangdeur wilayah kerja puskesmas Sukarahayu Kabupaten Subang in 2012. The study used correlation method with cross sectional approach. This study used a sample of 80 respondents which are the society in RW 13 Kelurahan Dangdeur on February, 2012. Determining of the sample used simple random sampling. The data obtained through interviews using a questionnaire about the knowledge and attitude then analyzed statistically using Multiple Logistic Regression test with the significance level α = 0.05. Data analysis from each of the variables using the chi-square test (X2) / Chi Square with significance level α = 0.05. Results of the analysis shown in Table chi square test was obtained p value of 0.000. The alternative hypothesis (H1) demonstrated that there was a significant correlation between knowledge and attitude towards the prevention of filariasis.

Keywords: attitude, cross-sectional, knowledge

(5)

80 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

JKA | Volume 2 | Nomor 2 | Desember 2015

PENDAHULUAN

Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing Filaria yang hidup di kelenjar getah bening (Limfe) dan ditularkan melalui tusukan nyamuk. Di dunia 2,5 milyard penduduk terpapar (at Risk) dengan 120 juta kasus filariasis atau Kaki gajah. Berdasarkan data yang diperoleh dari Subdit Filariasis & Schistosomiasis, hingga Februari 2008 kasus kronis di Indonesia tercatat sebanyak 11.601 kasus yang tersebar di 385 Kabupaten/kota di Indonesia. Diperkirakan kasus asimptomatik filariasis di Indonesia sebanyak 28.500.000 kasus dan 38,5 % kasus asimptomatik di dunia ada Indonesia. Hasil survei darah jari dan pertimbangan epidemiologi, Kabupaten/kota endemis filariasis di Indonesia sudah mencapai 304 Kabupaten/kota dari 441 kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Tingkat endemisitas filariasis di Indonesia pada tahun 1999 masih tinggi dengan rata-rata angka mikrofilaria (Mf rate) sebesar 3,1 % dengan rentang 0,5 – 19,64 %. (Data Subdit Filariasi & Schistosomiasis Departemen Kesehatan RI, 2008). Kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Barat 10 kabupaten/kota dari 26 provinsi merupakan daerah endemis filariasis. Kabupaten/ kota tersebut yaitu Karawang, Tasikmalaya, Kota Bekasi, Bekasi,Subang, Purwakarta, Kota Depok, Bogor, Kota Bogor dan Kuningan. Hingga Februari 2008 kasus filariasis yang ditemukan di Provinsi Jawa Barat sebanyak 390 kasus kronis dan 485 kasus positif mikrofilaria yang tersebar di 24 kabupaten /kota pada 133 kecamatan dan 240 desa/kelurahan. Rentang Mf rate di Provinsi Jawa Barat sebesar 0 % - 5,9 % (Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2008).

Kasus kronis filariasis yang dilakukan Dinas Kesehatan kabupaten Subang dari tahun 2000 sampai 2007 ditemukan 24 kasus kronis yang tersebar di 12 kecamatan, 15 puskesmas dan 21 desa. Hasil survei daerah jari yang dilakukan

pada tahun 2004 – 2006 di 12 kecamatan dan 24 desa di kabupaten Subang didapatkan rentang Mf rate yaitu 0 – 1,88 %, ada 6 desa yang memiliki Mf rate di atas 1 %, yaitu Rancahilir (1,87 %), Bongas (1,88 %), Sukamulya (1,08 %), Dawuan Kidul (1,69 %), Jambelaer (1,26 %) dan Curugrendeng (1,79 %). Bila terdapat 4 desa dengan Mf rate ≥ 1 % dan diperkuat dengan ditemukannya kasus kronis filariasis di suatu kabupaten/kota maka kabupaten/kota tersebut dinyatakan daerah endemis filariasis, dengan kata lain kabupaten Subang dinyatakan sebagai daerah endemis filariasis (Data Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, 2008).

Pencegahan Penyakit Kaki Gajah dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya memberikan penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemis mengenai cara penularan dan cara pengendalian vektor nyamuk dan bagi penderita penyakit gajah diharapkan kesadarannya untuk memeriksakan kedokter dan mendapatkan penanganan obat-obtan sehingga tidak menyebarkan penularan kepada masyarakat lainnya, pemberantasan nyamuk diwilayah masing-masing dengan menjaga kebersihan lingkungan, mengidentifikasi vektor dengan mendeteksi adanya larva infektif.

Mencegah penularan filariasis melalui penyemprotan nyamuk, menggunakan pestisida residual, memasang kawat kasa, tidur dengan menggunakan kelambu (lebih baik yang sudah dicelup dengan insektisida piretroid), memakai obat gosok anti nyamuk (repellents) dan membersihkan tempat perindungan nyamuk seperti kakus yang terbuka, ban-ban bekas, batok kelapa dan membunuh larva dengan larvasida. Tindakan yang dilakukan adalah dengan membersihkan kolam-kolam dari tumbuhan air yang menjadi sumber oksigen bagi larva tersebut.

Di daerah endemis filariasis dimana

(6)

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Masyaraka Terhadap Pencegahan Penyakit Filariasis

di RW 13 Kelurahan Dangdeur Wilayah Kerja Puskesmas Sukarahayu Kabupaten Subang 81

JKA | Volume 2 | Nomor 2 | Desember 2015

dilakukan pengobatan massal menggunakan obat dosis tunggal sekali setahun selama 5-7 tahun yaitu kombinasi DEC 6 mg/kg BB dengan 400 mg albendazole, atau garam DEC dalam bentuk fortifikasi yang biasanya diberikan secara reguler selama 5 tahun.

Hasil studi pendahuluan saat ini jumlah penduduk RW 13 di wilayah kerja puskesmas Sukarahayu adalah 405 orang dan hasil wawancara

dengan beberapa anggota masyarakat di RW 13 wilayah kerja puskesmas Sukarahayu Kabupaten Subang, dari 10 orang yang diwawancarai 60% (6 orang) mengatakan tidak tau tentang penyebab dan cara pencegahan penyakit filariasis, 30% (3 orang) orang tidak meminum obat filariasis yang diberikan cuma-cuma dalam pengobatan massal pada bulan Oktober 2011 karena takut dengan efek samping dari obat filariasis dan mengaku kurang mengerti dengan kegunaan dari obat tersebut. Dari data tersebut peneliti merasa tertarik untuk meneliti hubungan pengetahuan dengan sikap masyarakat terhadap pencegahan penyakit filarias, maka perlu dilakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan dengan sikap masyarakat terhadap pencegahan penyakit filariasis Di RW 13 wilayah keja puskesmas Sukarahayu Kabupaten Subang Tahun 2012.

METODOLOGI

Penelitian ini untuk menganalisa hubungan pengetahuan dengan sikap masyarakat terhadap pencegahan penyakit filariasis di RW 13 Kelurahan Dangdeur wilayah kerja puskesmas Sukarahayu Kabupaten Subang, menggunakan kerangka konsep cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah warga masyarakat di RW 13 Kelurahan Dangdeur wilayah kerja puskesmas Sukarahayu Kabupaten Subang dengan jumlah populasi 405 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah dengan simple random sampling dengan besar sampel yang akan dijadikan responden adalah 80

responden.

HASIL PENELITIAN

Dari hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan sikap terhadap pencegahan penyakit filariasis di RW 13 Kelurahan Dangdeur Wilayah kerja Puskesmas Sukarahayu Kabupaten Subang yang telah dilaksanakan dari Bulan Oktober 2011 sampai Bulan Februari 2012 diperoleh sebanyak 42,5% responden memiliki pengetahuan baik. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukan oleh Notoatmodjo (2007) bahwa Pengetahuan merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan.

Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap suatu objek tertentu. (Sunaryo,2004). Sedangkan pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Pengetahuan tentang cara-cara memelihara kesehatan diantaranya pengetahuan tentang penyakit filariasis, tanda-tanda atau gejalanya, penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya, cara mengatasi atau menangani sementara. Pengetahuan yang didapat oleh seseorang akan mendasari sikap positif dalam membentuk perilaku. (Notoatmodjo, 2003)

Sikap Dalam Pencegahan Penyakit Filariasis Dari hasil penelitian tentang sikap terhadap pencegahan penyakit filariasis bahwa dari 80 orang responden sebanyak 42 orang (52,5%) memiliki sikap positif sedangkan 38 orang (47,5%) memiliki sikap negatif pencegahan

(7)

82 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

JKA | Volume 2 | Nomor 2 | Desember 2015

penyakit filariasis.

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2007) merupakam suatu respon seseorang atau organisme terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Respon atau reaksi manusia ini bisa bersifat pasif ( pengetahuan, persepsi dan sikap ) dan bersifat aktif ( tindakan yang nyata dan practice).

Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku atau kebiasaan individu. Kebiasan dilakukan dalam kehidupan seseorang sehari-hari tanpa adanya perasaan terpaksa. banyak faktor-faktor yang membentuk perilaku seseorang. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat adalah perilaku masyarakat itu sendiri terhadap kesehatan yang meliputi aspek pengetahuan, sikap maupun tindakan sehari-hari. Perilaku tersebut merupakan suatu pernyataan bahwa rendahnya cakupan program kesehatan, karena masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap norma hidup sehat. ( Notoatmodjo, 2007)

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap yang obyek tadi. Hal ini sesuai dengan penelitian Roger,2004 yang mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu : (1) Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu (2)

Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus

(objek) tersebut (3)Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya (4) Trial yakni subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus (5). Adoption yakni subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap

stimulus (Notoatmodjo, 2003) Analisis Bivariat

Analisis responden berdasarkan hubungan pengetahuan dengan sikap terhadap pencegahan penyakit filariasis adalah dari total responden atau sebanyak 80 orang responden didapatkan data 34 orang responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 28 orang responden (82,4%) dengan sikap positif terhadap pencegahan penyakit filariasis dan 6 orang responden (17,6%) memiliki sikap negatif terhadap pencegahan penyakit filariasis, 30 orang responden memiliki pengetahuan cukup 13 orang (43,3%) memiliki sikap positif terhadap pencegahan penyakit filariasis dan 17orang (56,7%) memiliki sikap negatif terhadap pencegahan penyakit filariasis dan 16 orang responden dengan pengetahuan kurang memiliki sikap positif terhadap pencegahan penyakit filariasis sebanyak 1 orang (6,3%) dan yang memiliki sikap negatif terhadap pencegahan penyakit filariasis sebanyak 15 orang (93,8%).

Hubungan antara pengetahuan dengan sikap terhadap pencegahan penyakit filariasis yang diuji dengan menggunakan uji non parametrik, uji analisa bivariat ini digunakan untuk mengetahui derajat hubungan antara pengetahuan dengan sikap di RW 13 Keluarahan Dangdeur Wilayah Kerja Puskesmas Sukarahayu Kabupaten Subang. Dalam hal ini analisa data masing-masing variabel menggunakan uji Kai Kuadrat ( X2 ) / Chi Square

dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. hasil analisis yang dilihat pada tabel chi square test p value 0,000 maka hipotesis alternatif (H1) diterima, hal ini terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap, dapat dijelaskan bahwa semakin baik pengetahuan seseorang maka sikap terhadap pencegahan penyakit filariasis akan semakin positif. Dimana dapat dilihat dari 80 responden, 34 orang responden dengan pengetahuan baik sebanyak 28 orang

(8)

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Masyaraka Terhadap Pencegahan Penyakit Filariasis

di RW 13 Kelurahan Dangdeur Wilayah Kerja Puskesmas Sukarahayu Kabupaten Subang 83

JKA | Volume 2 | Nomor 2 | Desember 2015

responden (82,4%) memiliki sikap positif terhadap pencegahan penyakit filariasis, 30 orang responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 17 orang (56,7%) memiliki sikap negatif terhadap pencegahan penyakit filariasis dan terdapat 16 orang responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 15 orang responden (93,8%) memiliki sikap negatif terhadap pencegahan penyakit filariasis.

Adanya signifikansi hubungan tersebut dikarenakan Pengetahuan atau kognitif, merupakan faktor domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Korelasi antara pengetahuan dengan sikap terhadap pencegahan penyakit filariasis diperkuat oleh hasil penelitian Falentina,Fenti (2006) yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat berkaitan antara pengetahuan dengan sikap terhadap pencegahan penyakit.

Dari hasil penelitian tersebut diatas, hal ini memperkuat hasil penelitian Rogers,2004 dalam Notoatmodjo 2003 yang menyimpulkan bahwa apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

SIMPULAN

Sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik sebanyak 34 orang (42,5 %), 30 orang (37,5%) memiliki pengetahuan cukup dan sisanya 16 orang ( 20 %) memiliki pengetahuan kurang. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan dengan sikap terhadap pencegahan

penyakit filariasis di RW 13 Kelurahan Dangdeur wilayah kerja Puskesmas Sukarahayu Kabupaten Subang Tahun 2011/2012.

SARAN

Hasil penelitian ini bisa dijadikan sumber informasi tentang program perencanaan dalam pencegahan dan pengobatan penyakit filariasis serta membantu program pemerintah dalam pengobatan massal kepada masyarakat sebagai upaya pencegahan terhadap penyakit filariasis di wilayah kerja puskesmas Sukarahayu kabupaten Subang, khususnya sebagai upaya peningkatan kesehatan masyarakat di daerah penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul,Aziz (2009).Metode Penelitian Keperawatan

Dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika.

Jakarta

Arikunto, S.2006. Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktek. Edisi Revisi. PT.

Rineka Cipta. Jakarta.

Depkes RI, (2008) Epidemiologi Filariasis, Ditjen PP & PL, Jakarta.

Depkes RI,(2006) Pedoman Penatalaksanaan

Kasus Klinis Filariasis, Ditjen PP & PL, Jakarta.

Depkes RI,(2006) Pedoman Promosi Kesehatan

Dalam Eliminasi Filariasis, Ditjen PP & PL, Jakarta.

Depkes RI,(2005) Pedoman Penentuan Dan

Evaluasi Daerah Endemis Filariasis, Ditjen

PP & PL, Jakarta.

Depkes RI,(2006) Pedoman Program Eliminasi

Filariasis Di Indonesia, Ditjen PP & PL, Jakarta.

(9)

84 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

JKA | Volume 2 | Nomor 2 | Desember 2015

Kesehatan. Jakarta. PT. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S.2003. Pendidikan Dan Perilaku

Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta

Notoatmodjo S,(2004) Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Rineka Cipta.

Nursalam (2003). Pendekatan Praktis Metodologi

Riset Keperawatan. Jakarta. CV Sagung

Seto.

Riyanto,A (2011), Metodologi Penelitian Kesehatan,Nuha Medika, Jogyakarta

Riyanto,A (2009), Pengolahan Dan Analisis Data

Kesehatan, Nuha Medika. Yogyakarta

Sugiyono,( 2007). Statistika Untuk Penelitian. Alfa Beta : Bandung

Sunaryo,(2004), Psikologi Untuk Keperawatan. EGC.Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, ANOVA digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata pada tanggapan responden pada perlakuan gambar AH (kredibilitas tinggi,

Di  samping  Kantor  PDI  (dan  PPP)  terlihat  massa  ‐‐  yang  tampaknya  bukan  dari  PDI  ‐‐  sedang  baku  lempar  batu  dengan  ABRI  yang 

Senyawa oktil para-metoksi sinamat (OPMS) dapat disintesis menggunakan material awal etil para-metoksi sinamat (EPMS) yang diisolasi dari rimpang kencur (Kaemferia galanga

semakinmeningkat. Kepupusan flora dan fauna telah berada dalam zon kritikal dan ia perlu diambil serius selagi masih ada masa. Dalam keghairahan memenuhi keperluan hidup populasi

Faktor sumber pada minggu kedua September 2015 yang dapatdikarakterisasi PMFdiantaranyauntuk faktor pertama adalah dari Kendaraan Bermotor (18,3%), faktor kedua

Dalam pengelolaan wilayah sungai diperlukan adanya pemahaman mengenai batas daerah sempadan yang merupakan kawasan kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk

Persepsi guru honorer tentang PPPK yang ada di dalam Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2014 masuk dalam kategori setuju sebesar 22 orang atau 55,00% dikarena para guru

Perubahan Warna Pada Ekor Benih Ikan Koki Peningkatan warna pada ekor ikan koki selama 40 hari perlakuan terdapat fluktuasi pada perlakuan D (penambahan 10% TKU)