• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA YURIDIS PELAKSANAAN PROGRAM PRONA DALAM RANGKA PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH (Studi Di Desa Ngujung Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA YURIDIS PELAKSANAAN PROGRAM PRONA DALAM RANGKA PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH (Studi Di Desa Ngujung Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Sosial Volume 11 Nomor 2 September 2010 ANALISA YURIDIS ... 106

RANGKA PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH

(Studi Di Desa Ngujung Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan)

Sigit Sapto Nugroho1

Mudji Rahardjo2

1

dan 2 adalah Dosen Fakultas Hukum Universitas Merdeka Madiun

Abstract

This research aim to to know execution of land registry through program PRONA and to analyse the resistance and also effort to overcome the land registry constraint. effective Ambulatory so that and aim to give the rule of law.

Keyword : PRONA

PENDAHULUAN

Tanah merupakan kebutuhan manusia yang vital, keberadaan manusia tidak lepas dari kebutuhan akan tanah. Dengan semakin bertambahnya umat manusia maka permasalahan tanah makin lama akan semakin bertambah rumit, karena jumlah luas tanah yang tetap sedangkan populasi manusia semakin bertambah.

Semakin meningkatnya jumlah manusia akan seiring dengan aktifitas pembangunan yang ditimbulkannya, dimana akan berpengaruh pada areal tanah yang tersedia. Sehubungan dengan hal itu bertambah lama dirasakan seolah-olah tanah menjadi sempit, menjadi sedikit sedangkan permintaan akan tanah selalu bertambah sehingga nilai tanah jadi semakin meningkat. Ketidakseimbangan antara persediaan tanah dengan kebutuhan akan tanah itu telah menimbulkan berbagai persoalan yang banyak seginya.

Pada tanggal 24 September 1960 mulai diberlakukannya Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang selanjutnya lebih dikenal dengan Undang-undang Pokok Agraria (UUPA).

Tujuan pokok dari UUPA sebagaimana disebutkan dalam Penjelasan Umumnya sebagai berikut :

a. Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional, yang akan merupakan alat untuk

mambawakan kemakmuran,

kebahagiaan dan keadaan bagi Negara dan rakyat, terutama rakyat petani, dalam rangka masyarakat yang adil dan makmur.

b. Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan.

c. Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya.

Sedangkan dasar-dasar bagi Penyusunan Hukum Agraria Nasional sebagaimana tertuang di dalam pasal 1 ayat (2) dan (3) UUPA sebagai berikut :

1. Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh rakyat Indonesia, yang bersatu sebagai bangsa Indonesia.

2. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya dalam wilayah Republik Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional.

(2)

Sosial Volume 11 Nomor 2 September 2010 ANALISA YURIDIS ... 107 3. Hubungan antara bangsa Indonesia dan

bumi, air serta ruang angkasa termasuk dalam ayat (2) Pasal ini adalah hubungan yang bersifat abadi.

Sesuai dengan hal tersebut di atas jelas bahwa dasar hukum agraria adalah Hukum Adat, tetapi Hukum Adat yang dimaksud adalah Hukum Adat yang tidak boleh bertentangan dengan :

a. Kepentingan nasional dan Negara yang berdasarkan atas peraturan bangsa. b. Sosialisme Indonesia.

c. Ketentuan-ketentuan dalam UUPA. d. Peraturan-peraturan lainnya di bidang

agraria.

e. Dengan usnur-unsur hukum agama.(Wantjik Saleh, 1977:8).

Didalam Pasal 2 ayat 1 Undang-undang Pokok Agraria berbunyi :

Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat 3 Undang-undang Dasar dan hal-hal sebagai yang dimaksud dalam Pasal 1, Bumi, Air Dan Ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara sebagai organisasi kekuasaan rakyat.

Sebagai organisasi kekuasaan dari Bangsa Indonesia pada tingkatan tertinggi Negara berwenang :

a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaannya.

b. Menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai atas (bagian dari) bumi, air dan ruang angkasa itu.

c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang yang perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

Untuk tujuan di atas perlu diadakan Pendaftaran tanah, yang diatur dalam pasal 19 ayat (1) UUPA, yang berbunyi “Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan

Peraturan Pemerintah. Ketentuan-ketentuan tersebut di atur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang ditetapkan dan diundangkan pada tanggal 8 Juli 1997, seperti tercantum dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Nomo 59 tahun 1997, sedangkan penjelasannya dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomo 3696. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 berlaku 3 (tiga) bulan sejak tanggal diundangkan dan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997.

Di dalam Pasal 19 ayat 3 UUPA diatur bahwa pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan negara dan masyarakat, keperluan lalu lintas sosial ekonomi serta kemungkinan penyelenggaraannya menurut Pertimbangan Menteri Agraria. Atas dasar itu, pendaftaran tanah dalam penyelenggaraannya dibedakan antara desa lengkap dan desa belum lengkap. Dimaksud desa lengkap dan desa belum lengkap ialah :

1. Desa di mana pendaftaran tanahnya telah diselenggarakan secara lengkap (desa lengkap).

2. Desa di mana pun pendaftaran tanah belum diselenggarakan secara lengkap (desa yang belum lengkap).(Effendi Perangin-angin, 1994:103).

Pelaksanaan pendaftaran tanah di desa lengkap pun banyak hambatan terutama mengenai biaya. Untuk mengatasi hambatan-hambatan itu pemerintah melakukan himbauan dan penyuluhan agar pemegang hak atas tanah wajib mendaftarkan tanahnya. Kemudian untuk merealisasi himbauan tersebut pemerintah memakai upaya-upaya antara lain :

1. Peraturan mengenai pendaftaran tanah diperbarui dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1978 di mana pendaftaran tanah di bagi atas daerah pedesaan dan daerah perkotaan dengan biaya relatif murah. Kemudian diganti dengan Peraturan Kepala Daerah Pertanahan Nasional Nomor 2

(3)

Sosial Volume 11 Nomor 2 September 2010 ANALISA YURIDIS ... 108 Tahun 1992 Tentang biaya pendaftaran

tanah.

2. Pendaftaran tanah secara kolektif, yang bertujuan agar pendaftaran tanah berjalan dengan lancar dan mendapatkan hasil yang memuaskan, karena biayanya lebih murah dari pada biaya pendaftaran tanah secara individual.

Upaya tersebut pun belum memberikan hasil yang memuaskan. Oleh sebab itu pemerintah mengadakan Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA) yaitu suatu usaha pemerintah dengan suatu subsidi untuk melakukan pendaftaran tanah secara massal.

Sehubungan dengan itu dikeluarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 Tentang PRONA. Dalam bagian menimbang dari peraturan tersebut dinyatakan bahwa persertifikatan massal itu bertujuan untuk menjamin kepastian hukum bagi penguasaan dan pemilikian tanah sebagai bukti yang kuat, mengeluarkan sengketa tanah dan untuk mengurangi kerawanan atau kepekaan di bidang pertanahan sebagau usaha untuk menciptakan stabilitas sosial politik di kalangan masyarakat. Hal ini dilakukan agar setelah PRONA selesai masyarakat mau terdaftarkan hak-hak atas tanahnya. Selain itu, PRONA dimaksudkan pula dalam rangka menumbuhkan gairah dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menyelesaikan atau mengurus sertifikat hak atas tanahnya.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain :

1) Untuk mengetahui dan menganalisa dasar dari pelaksanaan pendaftaran tanah secara PRONA di Desa Ngujung Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan.

2) Untuk mengetahui dan menganalisa secara yuridis kendala-kendala yang timbul dalam proses pendaftaran tanah secara PRONA dan upaya-upaya untuk mengatasi kendala-kendala tersebut.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini menggunakan metode yuridis Sosiologis yaitu dengan cara mengumpulkan data-data dan informasi-informasi yang aktual juga pendekatan-pendekatan masalah secara yuridis sosiologis guna memperoleh hasil yang obyektif sesuai dengan kenyataan hukum yang terjadi dalam kehidupan masyarakat berkaitan dengan pelaksanaan Program PRONA dalam rangka pelaksanaan pendaftaran tanah di Desa Ngujung Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan.

LANDASAN TEORI

A. Dasar Hukum Pendaftaran Tanah

Pengertian pendaftaran tanah menurut Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 adalah :

“Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus-menerus berkesinambungan dan teratur meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya”.

Dasar hukum dari pendaftaran tanah secara filosofis berdasarkan ketentuan Pasal 33 UUD 1945 yang kemudian ditindak lanjuti lagi dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 serta Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran tanah dan berbagai peraturan pelaksananya

Beberapa pasal yang mewarnai pendaftaran tanah adalah pasal 19, 23, 32 dan 38 UUPA. Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 menentukan bahwa :

Ayat (1) : Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik

(4)

Sosial Volume 11 Nomor 2 September 2010 ANALISA YURIDIS ... 109 Indonesia menurut ketentuan

yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Ayat (2) : Pendaftaran tanah tersebut dalam ayat 1 pasal ini meliputi :

b. Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah.

c. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut.

d. Pemberian surat-surat tanda bukti-bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Ayat (3) : Pendaftaran tanah

diselenggarakan dengan mengingat keadaan Negara dan masyarakat keperluan lalu lintas sosial ekonomi serta kemungkinan

penyelenggaraannya, menurut pertimbangan Menteri Agraria.

Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 menetapkan pendaftaran tanah yang ditujukan kepada pemerintah untuk menyelenggarakan pendaftaran tanah. Ketentuan tersebut mewajibkan pemerintah untuk mengatur dan menyelenggarakan pendaftaran tanah bagi para pemilik/pemegang hak atas tanah dan kepastian mengenai status pemiliknya serta tanahnya yang meliputi : letak, luas dan batas-batasnya.

Pasal 23 UUPA menetapkan bahwa : Ayat (1) : “Hak milik, demikian pula

setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam pasal 19”.

Ayat (2) : “Pendaftaran termaksud dalam ayat (1) merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai hapusnya hak milik

serta sahnya peralihan dan pembebanan hak tersebut”.

Pasal 32 UUPA menetapkan bahwa : Ayat (1) : “Hak Guna Usaha, termasuk

syarat-syarat pemberiannya, demikian juga setiap peralihan dan penghapusan hak tersebut, harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam pasal 19”.

Ayat (2) : “Pendaftaran yang termasuk dalam ayat 1 merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai peralihan serta hapusnya hak guna usaha, kecuali dalam hal hak itu hapus karena jangka waktunya berakhir”.

Pasal 38 UUPA menetapkan bahwa : Ayat (1) : “Hak Guna Bangunan,

termasuk syarat-syarat pemberiannya, demikian juga setiap peralihan dan hapusnya hak tersebut harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam pasal 19”.

Ayat (2) : “Pendaftaran termaksud dalam ayat (1) merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai hapusnya hak guna bangunan serta sahnya peralihan hak tersebut, kecuali dalam hak itu hapus karena jangka waktu terakhir”.

Arti dan Tujuan Pendaftaran Tanah , Arti dari pendaftaran tanah dapat diketahui dari Pasal 19 ayat (2) UUPA. Menurut ketentuan itu, pendaftaran tersebut meliputi kegiatan :

a. Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah.

b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut.

(5)

Sosial Volume 11 Nomor 2 September 2010 ANALISA YURIDIS ... 110 c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak,

yang berlaku sebagai alat bukti yang kuat.

Pendaftaran tanah bertujuan untuk menjamin kepastian hukum dan kepastian hak atas tanah. Pendaftaran tanah meliputi kegiatan :

a. Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah, yang menghasilkan peta-peta pendaftaran dan surat-surat ukur. Dari peta pendaftaran dan surat dapat diperoleh kepastian mengenai letak, batas dan luas tanah yang bersangkutan. Tersirat di sini apa yang disebut Asas Specialiteit.

b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut. Termasuk dalam kegiatan ini pendaftaran atau pencatatan daripada hak-hak lain (baik hak-hak atas tanah maupun hak jaminan) serta beban-beban lainnya yang membebani hak-hak atas tanah yang didaftarkan itu. Selain mengenai status daripada tanahnya, pendaftaran itu memberikan keterangan tentang subyek hak dan siapa yang berhak atas tanah yang bersangkutan. Tersirat di sini apa yang disebut Asas Openbaarheid.

c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang menurut Pasal 2 ayat (2) UUPA berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.(effendi Perangin-angin, 1994:97).

Pasal 19 UUPA ditujukan kepada pemerintah sebagai suatu instruksi, agar diadakan suatu pendaftaran tanah yang bersifat Rechtskadaster artinya bertujuan menjamin kepastian hukum.

1. Sistem Pendaftaran Tanah

Dalam kegiatan pendaftaran tanah dikenal 3 (tiga) sistem :

a. Sistem Positif

Pada sistem positif apa yang tercantum dalam buku pendaftaran tanah dan surat tanda bukti hak yang dikeluarkan merupakan alat pembuktian yang mutlak. Jadi yang bertindak atas bukti

tersebut mendapat perlindungan mutlak meskipun keterangan yang tercantum didalamnya tidak benar.

b. Sistem Negatif

Pada sistem negatif surat tanda bukti berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Berarti keterangan yang tercantum didalamnya mempunyai kekuatan hukum dan harus diterima (oleh hakim) sebagai keterangan yang benar, selama dan sepanjang tidak ada pembuktian yang membuktikan sebaliknya.(Bahtiar Effendi, 1983:54).

c. Sistem Torrens

Sistem ini berasal dari Australia Selatan yang diciptakan oleh Sir Robert Torrens. Sistem ini dikenal dengan nama Sistem Torrens atau Torrens System.(AP Parlindungan, 1994:13). Sertifikat tanah menurut sistem Torrens merupakan alat bukti yag paling lengkap (sempurna) di dalam hukum dan tidak dapat diganggu gugat. Artinya, keterangan-keterangan yang tercanyum dalam buku tanah tidak dapat diubah. Dalam sistem pendaftaran tanah kita yang digunakan adalah sistem negatif. Tetapi ditambah dengan “Bertendens positif”, artinya kelemahan sistem negatif dikurangi dengan cara-cara sedemikian rupa sehingga kepastian hukum dapat dicapai.

2. Stelsel Pendaftaran Tanah

Dalam pasal 19 ayat (2) UUPA ditetapkan bahwa pendaftaran tanah harus meliputi 2 (dua) hal :

a. Dasar permulaannya (opzet)

Dasar permulaan penyelenggaraan pendaftaran tanah meliputi kegiatan-kegiatan mengenai pengukuran dan pemetaan tanah-tanah serta pendaftaran tanah untuk pertama kalinya.

b. Pemeliharaan (Bijhouding)

Pemeliharaan meliputi perubahan-perubahan yang terjadi dikemudian hari, baik mengenai tanahnya (pemisahan), penggabungan serta

(6)

Sosial Volume 11 Nomor 2 September 2010 ANALISA YURIDIS ... 111 hapusnya serta pembebanannya,

haknya maupun subyek haknya.1 Karena tujuan penyelenggaraan pendaftaran tanah adalah untuk memberikan jaminan kepastian hukum pada hak-hak atas tanah, maka harus diusahakan agar keterangan yang terdaftar dalam tata usahanya selalu cocok/sesuai dengan keadaan sebenarnya. Sehubungan dengan itu, maka dasar permulaan dan

pemeliharaan serta

penyelenggaraannya harus diperhatikan dengan seksama dan teliti.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Pendaftaran Tanah

Melalui PRONA Di Desa Ngujung

Kecamatan Maospati Kabupaten

Magetan

1. Dasar Hukum

Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 merupakan dasar diadakannya Proyek Operasional Nasional Agraria (PRONA), karena berdasarkan ini telah dikeluarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960. salah satu tujuan dari UUPA adalah meletakkan dasar-dasar kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi seluruh rakyat Indonesia. Pasal 19 UUPA mengatur pendaftaran tanah guna memberi kepastian hukum tersebut.

Selain itu, Pasal 23, 32 dan pasal 38 UUPA menentukan bahwa hak milik, hak guna usaha dan hak guna bangunan harus didaftarkan. Sedangkan dalam Peraturan Menteri Agraria Nomor 1 Tahun 1996 ditetapkan bahwa hak pakai dan hak pengelolaan harus didaftarkan.

Pengaturan pendaftaran tanah lebih lanjut terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 selanjutnya, salah satu terobosan pemerintah untuk mempercepat pendaftaran tanah serta menanggulangi hambatan-hambatan yang ada, maka

1

Effendi Perangin-angin, Opcit

dikeluarkanlah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 tentang Proyek Operasional Nasional Agraria.

Peraturan-peraturan yang terkait dengan penyelenggaraan pendaftaran tanah ini tidak jauh berbeda dengan pendaftaran tanah yang umum.

2. Tujuan PRONA

Adanya peraturan-peraturan yang tertulis akan memungkinkan bagi siapa saja yang berkepentingan dengan mudah mengetahui hukum yang berlaku dan hak serta kewajiban apa yang ada padanya bersangkutan dengan tanah yang dipunyainya.

Pengetahuan tentang hukum pertanahan masyarakat kita masih rendah, terutama mereka yanghidup di daerah-daerah pedesaan. Penguasaan mereka terhadap peraturan-peraturan hukum, khususnya yang berhubungan dengan kewajiban-kewajiban hukum atas tanah yang dipunyainya, sangat terbatas. Dalam banyak hal ketentuan-ketentuan UUPA dan peraturan pelaksanaan tidak berjalan sebagaimana diharapkan, disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat akan isi hukum pertanahan tersebut.

Oleh karena itu, ditetapkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 tentang Proyek Operasi Nasional Agraria yang berlaku mulai tanggal 15 Agustus 1981, dengan tujuan : a. Untuk menumbuhkan kesadaran hukum masyarakat dalam bidang pertanahan sebagai usaha untuk berpartisipasi dalam menciptakan stabilitas politik serta pembangunan di bidang ekonomi.

b. Proyek nasional ini dimaksudkan untuk memberi jaminan, pertama, kepastian hukum bagi penguasaan dan pemilikan tanah sebagai tanda bukti yang kuat. Kedua, untuk memberikan ketentraman bagi penguasa dan

(7)

Sosial Volume 11 Nomor 2 September 2010 ANALISA YURIDIS ... 112 pemilik tanah.(Hasan

Wargakusuma, 1995:82).

c. Untuk dapat menciptakan ketentraman para pemilik tanah dalam pemilikan dan penggunaan tanah agar para pemilikan tanah yang belum mempunyai sertifikat tergerak untuk mengajukan permohonan sertifikat.

Berdasarkan penelitian pelaksanaan program PRONA dalam pendaftaran tanah di Desa Ngujung Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan dilaksanakan pada tahun 2007 dengan melibatkan 156 pemilik tanah dengan luas tanah kurang lebih 40 Ha, Hal ini merupakan desa percontohan untuk proyek PRONA di wilayah kecamatan Maospati Kabupaten Magetan.

Keberhasilan dalam program Prona tidak lepas dari kerjasama antara kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Magetan dengan pihak aparat desa Ngujung serta peran serta masyarakat dalam bentuk kesadaran hukum akan arti penting pendaftaran tanah guna menjamin keastian hukum hak atas tanah. Tetapi hal tersebut juga tidak lepas dari berbagai hambatan-hambatan dalam pelaksanaanya.

B. Hambatan-hambatan Pelaksanaan

Pendaftaran Tanah dan Upaya untuk Mengatasinya.

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa hambatan-hambatan yang dihadapi oleh masyarakat dalam pelaksanan pendaftaran tanah Di Desa Ngujung Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan. Hambatan-hambatan dari masyarakat dan pemerintah dalam rangka pendaftaran tanah dibagi menjadi 2 (dua ) kategori yaitu :

1. Hambatan Yuridis dari Masyarakat : a. Masyarakat beranggapan bahwa

petok D sudah cukup sebagai bukti atas kepemilikan tanah

b. Banyaknya sengketa/konflik didalam masyarakat dalam mensertifikatkan tanahnya.

c. Hambatan teknis/administrasi 1) Adanya faktor keterbatasan

biaya, alat dan tenaga dalam pendaftaran tanah

2). Luas tanah yang didaftarkan terlalu kecil

3). Jangka waktu yang lama dalam proses persertifikatan tanah. 4). Pihak yang mensertifikatkan

tanahnya kurang berkehendak karena banyak terjadi penyimpangan praktek-praktek dalam proses persertifikattan 2. Hambatan dari Pemerintah :

Hambatan dari Pemerintah di bagi menjadi 2 (dua ), yaitu :

a. Hambatan Yuridis :

1) Surat-surat yang didaftarkan kurang lengkap sehingga menyulitkan BPN dalam proses pendaftaran tanah.

2) Tanah sedang dalam keadaan sengketa/konflik dan ini dijadikan jaminan hutang, dengan begitu BPN harus menunggu sampai sengketa tersebut diselesaikan oleh pihak pengadilan, dengan begitu akan menyulitkan pekerjaan dari BPN b. Hambatan teknis/administrasi

1. Tenaga dan peralatan belum selesai dangan volume pekerjaan

2. Kurangnya penerangan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat karena keterbatasan personil dalam penerangan 3. Pemohon tidak datang pada

waktu yang telah ditetapkan dan tanah yang menghambat pelaksanaan pendaftaran tanah.

(8)

Sosial Volume 11 Nomor 2 September 2010 ANALISA YURIDIS ... 113 Untuk mengatasi hambatan-hambatan

dalam proses pendaftaran dan persertifikatan hak atas tanah , maka pemerintah berupaya melalui usaha dengan diwujudkan dalam Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA), yaitu kegiatan pemerintah di bidang pertahanan pada umumnya dan dan dibidang pendaftaran tanah pada khususnya atau lazim disebut Persertifikatan Masal. Pelaksanaan PRONA berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 189 Tahun 1981 yang berisi :

a. Memproses persertifikatan secara massal sebagai perwujudan dari program Catur Tertib dibidang pertanahan yang pelaksanaanya dilakukan secara terpadu dan ditujukan bagi segenap lapisan masyarakat terutama bagi golongan ekonomi lemah.

b. Penyelesaian secara tuntas terhadap sengketa-sengketa yang bersifat strategis. Tujuan dari pelaksanaan PRONA yaitu memperoleh sertifikat secara massal dengan biaya ringan dan meyelesaikan sengketa-sengketa atas tanah yang bersifat strategis dan sensitif.

Dan tidak kalah pentingnya adalah melakukan komunikasi hukum antara pihak-pihak terkait dengan masyarakat. Dimana komunikasi hukum dapat dilakukan dengan berbagai penyuluhan-penyuluhan maupun penerangan hukum, Dalam kehidupan bermasyarakat yang menjadi kendala kurangnya kesadaran hukum adalah tidak adanya komunikasi hukum. Menurut Soekanto (1985:15) komunikasi hukum merupakan persyaratan pokok dari sistem hukum. Tiada seorangpun dapat berperilaku menurut hukum kalau ia tidak mengetahui apa isi atau apa yang diatur oleh hukum itu. Komunikasi hukum mempunyai tujuan tertentu yang diharapkan yaitu untuk menciptakan pengertian bersama agar terjadi perubahan pikiran, sikap atau perilaku.

Komunikasi hukum dalam kehidupan bermasyarakat berkaitan dengan proses

sosialisasi hukum. Proses sosialisasi hukum diperlukan agar warga masyarakat berperilaku sesuai dengan aturan hukum yang ada. Dalam rangka sosialisasi tersebut, hukum diharapkan menjalankan peranan yang penting dalam mengatur tingkah laku yang ada dalam masyarakat, untuk itu diperlukan pemahaman bagaimana kesadaran hukum dan rasa keadilan itu tumbuh berkembang di masyarakat dan seberapa jauh hukum dapat mempengaruhi tingkah laku.

KESIMPULAN

1. Pelaksanaan pendaftaran tanah dengan program PRONA Didesa Ngujung Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan dapat dilakukan karena adanya terjalin komunikasi antara pihak-pihak yang berkepentingan (BPN) dengan aparat Desa serta peran serta masyarakat. 2. Hambatan yang terjadi dalam

pelaksanaan program PRONA disebabkan adanya hambatan yuridis maupun hambatan teknis/administrasi, dan upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menjalin komunikasi hukum melalui penyadaran hukum kepada masyarakat akan arti penting pendaftaran tanah sebagai perwujudan kepastian hukum hak atas tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar Effendie, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan-peraturan Pelaksanaannya, Alumni Bandung, 1983

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia. Jambatan, Jakarta, 1983.

Eddy Ruchiyat, Politik Pertanahan Nasional Sampai Orde Reformasi. Penerbit Alumni Bandung, 1999.

Effendi Perangin, Hukum Agraria di Indonesia. CV. Rajawali, Jakarta, 1986.

Hasan Warga Kusuma, Hukum Agraria I Buku Panduan Mahasiswa. Penerbit

(9)

Sosial Volume 11 Nomor 2 September 2010 ANALISA YURIDIS ... 114 PT. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta, 1995.

______, Hukum Agraria I. Penerbit Pressalindo, Jakarta, 2001.

John Salindeho, Manusia, Tanah, Hak dan Hukum. Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 1994.

Kansil, Kitab Undang-undang Hukum Agraria, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 dan Peraturan Pelaksanaan. Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2002.

Kartini Muljadi, Hak-hak Atas Tanah. Penerbit Alumni Bandung, Bandung, 1989.

K. Wantjik Saleh, Hak Anda Atas Tanah, Ghalia Indonesia, 1977.

Maria S. W. Sumarjono, Kebijaksanaan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi. Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2001.

Parlindungan, A.P, Pendaftaran Tanah di Indonesia. Penerbit Mandar Maju, Bandung, 1994.

______, Komentar Atas Undang-undang Pokok Agraria. Mandar Maju, Bandung, 1998.

Peraturan perundang-undangan :

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria (UUPA)

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor189 Tahun 1981 tentang Proyek Operasi Nasional Agraria.

Referensi

Dokumen terkait

Narnun akhir-akhir id ditemukan bahwa pokok permasatahan bukan sekedar jurnlah &n komposisi lernak (jenuh atau tidak jenuh) yang dikonsumsi, tetapi mekanisme baru

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan terkait abnormal return dan Trading Volume Activity saham sebelum dan sesudah hari libur Imlek, Idul Fitri, dan

Prinsip kerja dari blok diagram diatas adalah ketika tombol pada stick kendali ditekan, stick kendali akan memberikan inputan dengan logika tertentu pada

diri, dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan informasi, ide serta gagasan, tanpa batas. 2) Kita mempertahankan internet dan semua bentuk komunikasi lainnya terhadap

frekuensi, frekuensi sudut, periode, dan sudut tempuh yang terdapat pada gerak melingkar dengan laju konstan?. Setelah belajar menggunakan metode discovery learning siswa

KRI mencakup habitat hutan primer dengan daya dukung relatif tinggi, habitat pantai, dan sekitar 20 ha hutan sekunder.Perbedaan luas daerah jelajah dan jarak jelajah

Politeknik Perkeretaapian Indonesia memiliki lingkungan kerja yang tinggi meliputi aspek-aspek penataan tata ruang; dalam ruang bekerja penataan meja dan kursi yang baik

Menimbang bahwa dengan telah terpenuhinya seluruh unsur-unsur ketentuan dalam pasal 351 ayat (2) KUHidana dalam dakwaan lebih lagi lebih subsidair lagi, maka