• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang melakukan perjalanan dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang melakukan perjalanan dan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Perusahaan Perhotelan

Hotel Proprietors Act(1956) mengatakan hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus. Grolier Electronic Publising Inc.(1995) mengemukakan bahwa hotel adalah usaha komersial yang menyediakan tempat menginap, makanan, dan pelayanan-pelayanan lain untuk umum.

Industri hotel terdiri dari beberapa jenis operasi yang berbeda yang menyediakan produk dan jasa pada klien atau tamu. Ada beberapa karakteristik dari industri hotel (Gray, 1996), yaitu.

1) Usaha musiman (seasonality of bussines), yang ditunjukan dengan fluktuasi dalam volume penjualan.

2) Mempunyai rantai distribusi dan rentang waktu yang pendek, seperti dalam operasi jasa makanan, dimana bahan mentah menjadi produk jadi kemudian menjadi kas dalam waktu yang relatif singkat, sehingga investasi pada persediaan minimal (biasanya berkisar antara 5% dari totral aktiva).

3) Merupakan industri yang menggunakan tenaga kerja secara intensif, dimana memberikan pelayanan yang cepat, fasilitas 24 jam, mengutamakan kepuasan

(2)

tamu, sehingga dari hal tersebut beban gaji menjadi elemen utama dalam kos penjualan.

4) Investasi pada industri hotel sebagian besar dalam aktiva tetap, seperti konstruksi, furniture, dan lain-lain (biasanya berkisar 55%-85% dari total aktiva).

2.1.2 Sistem

Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan (inter-related)/subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama (common purpose) (Hall, 2001:5). Pengertian suatu sistem dapat dirinci sebagai berikut (Mulyadi, 2001:1).

1) Setiap sistem terdiri dari unsur-unsur,

2) Unsur-unsur tersebut adalah bagian terpadu dari sistem yang bersangkutan, 3) Unsur-unsur tersebut bekerja sama untuk mencapai tujuan sistem,

4) Suatu sistem merupakan bagian dari sistem lain yang lebih besar.

Menurut Jagianto(2000:7), suatu sistem memiliki karekteristik atau sifat-sifat tertentu sebagai berikut.

(1) Komponen-komponen (components)

Suatu sistem terdiri atas sejumlah komponen yang saling berinteraksi yang artinnya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen sistem atau elemen-elemen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem.

(3)

(2) Batas sistem (boundary)

Batas sistem merupakan daerah yang membatasi suatu sistem dengan sistem lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan. Batas sistem menunjukan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut.

(3) Lingkungan luar sistem (environments)

Lingkungan luar sistem adalah apapun di luar batas sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut.

(4) Penghubung (interface)

Penghubung merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang lainnya. Dengan adanya penghubung ini, sumber daya- sumber daya akan mengalir dari satu subsistem ke subsistem lainnya.

(5) Masukan (input)

Masukan merupakan energi yang dimasukan ke dalam suatu sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input), yaitu energi yang dimasukan agar sistem tersebut dapat beroperasi. Disamping itu, terdapat juga masukan sinyal (signal input), yaitu energi yang diproses untuk mendapatkan suatu keluaran.

(6) Keluaran (output)

Keluaran adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna.

(4)

(7) Pengolah (process)

Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah atau sistem itu sendiri sebagai pengolahnya, dimana pengolah ini yang akan mengubah masukan menjadi keluaran.

(8) Sasaran (objective) atau tujuan (goal)

Suatu sistem tentu memiliki tujuan atau sasaran tertentu, sebab operasi suatu sistem tidak akan ada gunanya tanpa adanya tujuan atau sasaran. Dalam hal ini, masukan dan keluaran sangat ditentukan oleh tujuan atau sasaran suatu sistem.

2.1.3 Sistem Informasi Akuntansi (SIA)

Informasi dapat dikatakan sebagai salah satu sumber daya utama yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan, sebab informasi memiliki peran yang sangat penting baik bagi pihak internal perusahaan maupun bagi pihak eksternal perusahaan. Davis(1974) dalam Jogianto (2000:25) mendefinisikan informasi sebagai data yang telah diolah ke dalam suatu bentuk yang nyata dan berguna bagi penerimaan, atau dapat berupa nilai yang dapat dipahami dalam keputusan-keputusan tertentu, baik keputusan-keputusan sekarang maupun keputusan-keputusan di masa depan. Informasi dapat memiliki nilai jika memenuhi kualitas-kualitas tertentu yang diisyaratkan. Kualitas dari suatu sistem informasi tergantung pada tiga hal tertentu (Jogianto, 2000:30), yaitu.

1) Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan,

(5)

3) Relevan, berarti informasi tersebut memiliki manfaat untuk pemakainnya. Istilah Sistem Informasi Akuntansi (SIA) merupakan susunan berbagai formulir, catatan, peralatan, termasuk komputer dan perlengkapannya, serta alat komunikasi, tenaga pelaksananya, dan laporan yang terkoordinasi secara erat yang didesain untuk mentranspormasikan data keuangan menjadi informasi yang dibutuhkan manajemen (Nugroho Widjajanto, 2001:4). Cushing(1974) dalam Jogianto (2000:49) menyatakan SIA adalah kumpulan sumber daya manusia dan sumber daya modal dalam suatu organisasi yang bertanggungjawab untuk menyediakan informasi keuangan, serta informasi yang diperoleh dari pengumpulan dan pengolahan data transaksi. SIA adalah kumpulan sumber daya seperti manusia dan peralatan yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya kedalam informasi (Badnar dan William S. Hopwood, 2004:3). Sistem Informasi Akuntansi (SIA) terbentuk dari beberapa unsur sebagai berikut (Nugroho Widjajanto, 2001:4).

(1) Serangkaian formulir yang tercetak, seperti faktur, nota, dan laporan yang digunakan untuk membangun sistem akuntansi dan administrasi perkantoran, termasuk berbagai prosedur yang merupakan dasar pembuatan keputusan ayat-ayat akuntasi,

(2) Serangkaian buku, baik dalam bentuk fisik berupa kartu-kartu maupun buku-buku dalam bentuk format yang hanya terbaca oleh mesin. Buku tersebut meliputi jurnal maupun buku besar,

(3) Serangkaian laporan atau pernyataan, seperti neraca saldo perhitungan laba rugi dan neraca,

(6)

(4) Serangkain kegiatan klerikal, termasuk kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mencapai berbagai informasi akuntansi pada formulir, buku, jurnal, maupun dalam penyusunan laporan dan surat pernyataan,

(5) Penggunaan peralatan klerikal, khususnya komputer, mesin ketik, sarana komunikasi, untuk mentransfer data yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan sistem.

2.1.4 Sistem Informasi Berbasis Komputer

Kecepatan pemrosesan data pada sistem yang terkomunikasi tentunya lebih cepat daripada sistem manual dan keluaran yang ada lebih rinci. Sangat sedikit aspek-aspek perusahaan yang tidak terpengaruh oleh munculnya komputer. Selain mempengaruhi cara pemrosesan dan penyimpanan data, komputer juga mempengaruhi cara pengorganisasian, cara pengambilan serta pemanfaatan fungsi akuntansi perusahaan. Nugroho Widjajanto(2001:65) menyatakan metode pemrosesan data pada sistem yang terkomputerisasi dapat dibagi menjadi beberapa metode, yaitu.

1) Bath System

Prinsip dari sistem ini adalah menyimpan dan menumpuk semua data transaksi untuk diproses pada waktu yang telah ditentukan.

2) Realtime System

Sistem ini berupa perbaikan dari batch, yaitu berusaha memperbaiki informasi yang kurang up to date. Sistem ini memungkinkan setiap pemakai fasilitas komputer untuk mengintegrasikan mesin setiap saat untuk memperoleh data yang paling aktual.

(7)

3) Database System

Konsep dasar dari database ini adalah data dipusatkan pada suatu departement, dimana departement yang lain dapat mengakses datanya. Dengan demikian, departement-departement tidak lagi menyimpan datannya sendiri dan semua pemakai komputer akan bekerja pada suatu perangkat tersebut. Sistem informasi berbasis komputer memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut (Nugroho Widjajanto, 2001:73).

1) Dapat meningkatkan throughput dan efisiensi, khususnya jika data yang diolah cukup besar. Throughput adalah urutan kapasitas sistem mulai input sampai output dalam suatu periode tertentu,

2) Pengolahan data dengan menggunakan komputer juga menjanjikan kemudahan, sebab komputer biasa melakukan perhitungan secara otomatis, 3) Komputer mampu menyajikan informasi secara cepat serta dengan kecermatan

yang tinggi.

Meskipun memilki berapa kelebihan, komputer tetap saja memiliki beberapa kelemahan, antara lain.

1) Komputer hanyalah alat. Secepat apapun proses yang dikerjakan komputer, jika manusia sebagai brainware bagi komputer tidak berperan didalamnya, maka komputer hanyalah sebagai alat mati yang tidak berfungsi apa-apa, 2) Komputer memerlukan program aplikasi. Untuk mengerjakan dan memproses

sesuatu, komputer membutuhkan program aplikasi. Setiap pekerjaan yang berbeda memerlukan aplikasi yang berbeda pula. Jika belum terdapat

(8)

program-program tersebut, maka komputer belum dapat digunakan sebagai alat bantu yang siap pakai,

3) Komputer berbasis pada kemampuan alogoritmis. Komputer bekerja berdasarkan suatu alogaritme, yaitu suatu urutan langkah untuk melakukan proses dalam mendapatkan hasil atau pekerjaan. Komputer tidak bisa melakukan suatu pengambilan keputusan diluar alogaritme yang diberikan.

2.1.5 Pengembangan Sistem Informasi

Pengembangan sistem informasi adalah proses memodifikasikan/mengubah bagian-bagian atau keseluruhan sistem informasi. Proses ini memerlukan komitmen substansial mengenai waktu dan sumber daya, serta merupakan aktivitas yang berkesinambungan. Pengembangan sistem informasi dapat dilakukan menjadi dua, yaitu pengembangan sistem informasi dengan cara pendekatan tradisional seperti, System Development Life Cycle (SDLC) dan pengembangan sistem dengan pendekatan alternatif seperti, prototyping, pembelian paket sistem, end user development, dan outsourching.

1) System Development Life Cycle (SDLC)

Menurut M. Fakhri Husein dan Amin Wibowo(2002 : 292), pada pendekatan System Development Life Cycle (SDLC) terjadi proses formal tahap demi tahap secara berurutan dan melalui spesifikasi serta persetujuan yang jelas. Pendekatan SDLC ini biasanya digunakan oleh divisi sistem informasi untuk memberikan pengertian yang jelas tentang apa yang seharusnya disertakan dalam pengembangan suatu sistem. SDLC umumnya melalui beberapa tahap yang disebut dengan siklus hidup pengembangan sistem, yaitu.

(9)

(1) Fase definisi, terdiri dari analisis kelayaan dan pendefinisian permintaan (kebutuhan)

(2) Fase konstruksi, terdiri dari desain sistem, pembuatan sistem, dan pengujian sistem

(3) Fase implementasi, terdiri dari pemasangan, operasional dan pemeliharaan.

2) Prototyping

Prototyping melibatkan permintaan yang dikhususkan dengan sistem eksperimen, dimana prosesnya cepat, informal, dan berurutan. Proses prototyping sistem membutuhkan beberapa pembuat sistem yang memiliki kecakapan teknis dalam membuat dan memodifikasi sistem secara cepat dengan dibantu oleh software yang ada. Disamping itu, juga dibutuhkan pemakai sistem yang mampu bekerja secara intensif dengan sistem yang baru dibuat dan menentukan sistem mana yang layak untuk dijalankan oleh organisasi.

3) Pembelian paket sistem

Pada pendekatan ini, software komersial yang digunakan akan mengurangi kebutuhan untuk software yang dikembangkan secara internal. Banyak organisasi memutuskan untuk membeli paket softwarenya yang berhubungan langsung dengan aktivitas usahannya, sebab hal ini dipandang sebagai cara yang mudah dalam memperoleh sistem aplikasi. Salah satu masalah utama yang umumnya timbul dalam pembelian sistem adalah harus adanya

(10)

pemahaman tentang kebutuhan perusahaan dan juga kemampuan dari sistem paket yang akan dibeli.

4) End user development

Pengembangan sistem informasi oleh pengguna akhir (end user development atau end user computing) adalah bentuk pengembangan sistem yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak sepenuhnya ahli tentang sistem informasi, seperti manajer, akuntan, analis keuangan, kepala produksi, insinyur, analis pemasaran, dan lainnya.

5) Outsourching

Menurut Choudhuri,dkk yang dikutip oleh M. Fakhri Husein dan Amin Wibowo (2002:271), outsourching adalah proses pengontrakan berbagai sub fungsi dari suatu sistem, seperti pemasukan data, program manajemen, fasilitas, integrasi sistem, operasional pendukung pemeliharaan, pelayanan, dan perbaikan kembali karena adannya kerusakan, pengelolaan pusat data, dan telekomonikasi oleh perusahaan pengguna pemasok. Salah satu faktor outsourching adalah adanya perintah untuk melaksanakan peretujuan kontrak dan prosedur tawar-menawar antara pengguna dan pemasok sistem. Outsourching mengindikasikan bahwa suatu perusahaan dapat memperkecil struktur organisasinya, yaitu dengan mengurangi sifat sistem informasi karena mereka dianggap kurang mampu untuk membangun sistem dengan teknologi baru.

(11)

2.1.6 Kualitas Sistem

Menurut Dilworth(1988) dalam Sadat Amrul dan Ahyadi Syar’ie (2005) kualitas sistem ditinjau dari sudut pandang teknik, merupakan kualitas dari produk atau pelayanan yang pada umumnya diukur berdasarkan kecocokan penggunaannya, dimana mampu diaplikasikan sesuai apa yang dipikirkan pemakai. Ukuran kepuasan pemakai pada sistem komputer dicerminkan oleh kualitas sistem yang dimiliki. Guimaraes,dkk(2003) dalam Sadat Amrul dan Ahyadi Syar’ie (2005) menyatakan bahwa kepuasan pemakai terhadap suatu sistem adalah bagaimana cara pemakai memandang sistem informasi secara nyata tetapi tidak pada kualitas sistem secara teknik. Dengan kata lain, pemakai lebih memandang dari sudut ketersediaan layanan informasi, daripada menilai langsung kemampuan fungsi dari suatu sistem.

2.1.7 Partisipasi Pemakai

Menurut McKeen,dkk(1994) seperti yang dikutip oleh Sadat Amrul dan Ahyadi Syar’ie (2005) penting dalam pengembangan sistem sebagai komposisi bagi kualitas sistem. Pentingnya partisipasi pemakai dalam proses pengembangan sistem telah banyak ditulis dalam literatur, sebab partisipasi pemakai diperkirakan akan dapat meningkatkan kualitas sistem dengan menyediakan penafsiran kebutuhan-kebutuhan informasi pemakai secara akurat dan lengkap. Disamping itu, partisipasi pemakai juga mendorong pemakai ikut merasa memiliki sistem tersebut, mengurangi resistansi atau penolakan terhadap perubahan, serta membuat pemakai memiliki komitmen terhadap sistem. Barki dan Hartwick dalam McKeen,dkk(1994) seperti yang dikutip oleh Sadat Amrul dan Ahyadi

(12)

Syar’ie (2005) mendefinisikan partisipasi pemakai sebagai perilaku dan tindakan yang dilakukan melalui suatu target yang telah ditentukan sebelumnya atau sesuai dengan kemampuan pemakai selama proses pendesainan sistem.

2.1.8 Pelatihan Pemakai

Menurut Yoon,dkk(1995) dalam Sadat Amrul dan Ahyadi Syar’ie (2005) pentingnya pelatihan pemakai untuk keberhasilan suatu sistem telah diakui secara luas. Pelatihan merupakan hal yang penting untuk memberikan latar belakang yang umum untuk mendekatkan pemakai dengan penggunaan teknologi komputer secara umum, proses dari pengembangan sistem, serta untuk membantu pemakai lebih efektif dalam pengembangan sistem yang lebih spesifik.

2.1.9 Keahlian Pemakai

Expertise (keahlian) sering dikaitkan dengan knowledge (pengetahuan) dan skill (keterampilan), sebab orang baru dikatakan ahli bila didukung dengan pengetahuan dan keterampilan. Guimaraes,dkk(2003) seperti yang dikutip oleh Sadat Amrul dan Ahyadi Syar’ie (2005) mendefinisikan keahlian pemakai sebagai tingkat pengalaman dan keterampilan yang diperoleh pemakai dalam hal penggunaan komputer dan pengembangannya. Tidak semua pemakai sama dalam kemampuannya berpartisipasi dalam proses pengembangan sistem. Tingkat keahlian intuisi dalam pengembangan sistem sangatlah penting. Keahlian pemakai akan bertambah seiring dengan upaya atau usaha pengembangan dan latihan dalam mempersiapkan kemampuan dalam melaksanakan tugas yang diperoleh.

(13)

2.1.10 Komunikasi Pemakai-Pengembang

Menurut Chruchman dan Schainhlatt dalam McKeen,dkk(1994) seperti yang dikutip oleh Sadat Amrul dan Ahyadi Syar’ie (2005) hubungan antara pemakai dan pengembang selalu bersifat simbiotik. Pemakai memiliki informasi dan pengetahuan tentang dinamika lingkungan, serta analisis memiliki waktu untuk mengadakan analisis sistematis yang diperlukan untuk membuat keputusan-keputusan strategis yang kompleks.

2.1.11 Kewenangan pemakai

Dalam proses pengembangan kualitas sistem, kewenangan pemakai berbeda dengan partisipasi pemakai. Guimaraes,dkk(2003) seperti yang dikutip oleh Sadat Amrul dan Ahyadi Syar’ie (2005) mendefinisikan kewenangan pemakai sebagai tingkat dimana anggota suatu organisasi mempengaruhi keputusan-keputusan yang berkaitan dengan rancangan aktif suatu sistem informasi. Kewenangan pemakai dengan tingkat yang tinggi akan menjadi pembuat keputusan yang efektif dalam proses pengembangan sistem melalui latihan-latihan dan tanggungjawabnya.

2.1.12 Konflik Pemakai

Definisi konflik pemakai menurut Putnam dan Wilson(1982); Hocker dan Wilmot(1985) dalam Sadat Amrul dan Ahyadi Syar’ie (2005) menyatakan tiga kunci konflik yang terjadi antara kelompok yang berinteraksi, dimana adanya divergensi keputusan, pendapat, atau tujuan diantara kelompok tersebut, dan perbedaan tersebut menjadi tidak cocok. Kondisi seperti itu sering kali terjadi

(14)

selama proses pengembangan sistem. Dalam setiap kasus, konflik antara pemakai dan pengembang sistem diharapkan menghasilakan hasil yang negatif selama proses pengembangan sistem. Guimaraes,dkk(2003) dalam Sadat Amrul dan Ahyadi Syar’ie (2005) menyatakan bahwa konflik dapat merusak komunikasi selama proses pengembangan, menurunkan keberanian pemakai untuk berpartisipasi, dan menuntun pada tidak berfungsinya perilaku.

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Sadat Amrul dan Ahyadi Syar’ie(2005) dengan judul “Analisis Beberapa Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pengembangan Kualitas Sistem”. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan industri perbankan yang beroperai diwilayah kota Banjarmasin. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas sistem, sedangkan variabel independennya adalah partisipasi pemakai, pelatihan pemakai, keahlian pemakai, komunikasi pemakai dan pengembang, pengaruh pemakai, dan konflik pemakai. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, uji regresi linier berganda, uji F test, dan uji t test. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa partisipasi pemakai dan keahlian pemakai secara parsial berpenganruh positif dan tidak signifikan terhadap kualitas sistem, pelatihan pemakai dan komunikasi pemakai dan pengembang secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas sistem, serta pengaruh pemakai dan konflik pemakai berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kualitas sistem. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Sadat Amrul dan Ahyadi Syar’ie(2005) adalah terletak pada variabel-variabel yang digunakan, sedangkan perbedaannya terletak pada obyek penelitian.

(15)

Wirawati(2007) dengan judul “Analisis Beberapa Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pengembangan Kualitas System Online Payment Point (SOPP) pada PT Pos Indonesia (Persero) Denpasar”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas system online payment point (SOPP), sedangkan variabel independennya adalah partisipasi pemakai, komunikasi pemakai dan pengembang, pengaruh pemakai, dan konflik pemakai. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain uji regresi linear berganda, uji F test, dan uji t test. Hasil uji F test menunjukan bahwa partisipasi pemakai, komunikasi pemakai dan pengembang, pengaruh pemakai, dan konflik pemakai secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas sistem informasi akuntansi. Hasil uji t test menunjukan bahwa partisipasi pemakai, komunikasi pemakai dan pengembang, dan pengaruh pemakai secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas sistem, serta konflik pemakai secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas sistem informasi akuntansi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Wirawati adalah terletak pada beberapa variabel independen yang digunakan, yaitu partisipasi pemakai, komunikasi pemakai dan pengembang, pengaruh pemakai dan konflik pemakai. Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian, variabel dependen dimana dalam penelitian ini variabel dependennya adalah kualitas sistem informasi akuntansi, serta variabel independent lain, yaitu pelatihan pemakai dan keahlian pemakai.

Sukerni(2008) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pengembangan Kualitas Sistem Informasi Akuntansi pada

(16)

Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Denpasar Selatan. Variabel dependen dari penelitian ini adalah kualitas sistem informasi akuntansi (SIA), sedangkan variabel independennya adalah partisipasi pemakai, komunikasi pemakai dan pengembang, pengaruh pemakai, dan konflik pemakai. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini , antara lain uji regresi linear berganda, uji F test, dan uji t test. Hasil uji F test menunjukan bahwa partisipasi pemakai, komunikasi pemakai dan pengembang, pengaruh pemakai secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas sistem informasi akuntansi (SIA). Hasil uji t test menunjukan bahwa partisipasi pemakai, komunikasi pemakai dan pengembang, dan pengaruh pemakai secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas SIA, serta konflik pemakai secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas SIA. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukerti adalah terletak pada beberapa variabel independent yang digunakan, yaitu partisipasi pemakai, komunikasi pemakai dan pengembang, pengeruh pemakai, dan konflik pemakai. Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian, dan pada variabel independen dimana dalam penelitian ini peneliti menambahkan dua variabel independen lain, yaitu pelatihan pemakai dan keahlian pemakai.

2.3 Rumusan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pokok permasalahan yang akan diuji kebenarannya. Berdasarkan pada perumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori yang mendukung, dan hasil penelitian sebelumnya yang telah

(17)

dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

H1: Partisipasi pemakai, pelatihan pemakai, keahlian pemakai, komunikasi pemakai dengan pengembang, kewenangan pemakai, dan konflik pemakai dalam proses pengembangan kualitas sistem berpengaruh signifikan secara parsial terhadap pengembangan kinerja Sistem Informasi Akuntansi (SIA) pada perusahaan perhotelan dan restaurant di Kabupaten Badung.

H2: Partisipasi pemakai, pelatihan pemakai, keahlian pemakai, komunikasi pemakai dan pengembang, kewenangan pemakai, dan konflik pemakai dalam proses pengembangan kualitas sistem berpengaruh signifikan secara simultan terhadap pengembangan kinerja Sistem Informasi Akuntansi (SIA) pada perusahaan perhotelan dan restaurant di Kabupaten Badung.

Referensi

Dokumen terkait

The study was carried out to find in short term the optimum medium for callus induction and somatic embryo formation from young leaves, mature zygotic embryo and

Peneliti tertarik untuk mengembangkan inovasi produk yoghurt dengan tambahan rasa keju untuk dijadikan analisis kualitas produk dan daya terima konsumen sehingga

4 BBB: Berlatih Bercak ap- cakap bersam a Siswa- siswi kelas 4 dan 5 SDN Nanggun g 01 Bogor sebanyak 40 orang Membuat peserta dapat berdialog dengan baik dalam seni

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING MELALUI PEMODELAN MATEMATIK DAN DIRECT INSTRUCTION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN CONCEPTUAL UNDERSTANDING DAN REPRESENTASI MATEMATIK

ìò Õ»µ«¿¬¿² ¼¿² Õ»¬»®¾¿¬¿-¿² л®·µ´¿²¿² Ô«¿® Ϋ¿²¹ òò ïê. Ýò

Media pendidikan gizi yang digunakan untuk penyuluhan yang dilakukan pemerintah pada saat ini adalah leaflet dan poster, akan tetapi leaflet dan poster yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pembelajaran kegiatan bermain recorder dengan jari tangan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia TK.. Indikator keberhasilan

OpenGL ES 3.0 supports two types of buffer objects that are used for specifying vertex and primitive data: array buffer objects and element array buffer objects. The array