• Tidak ada hasil yang ditemukan

terapi latihan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "terapi latihan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Program Latihan Sprain Ankle

1. Definisi Sprain Ankle

Sprain ankle adalah kondisi terjadinya penguluran dan kerobekan pada ligamentum lateral kompleks. Hal ini disebabkan oleh adanya gaya inversi dan plantar fleksi yang tiba-tiba saat kaki tidak menumpu sempurna pada lantai/ tanah, dimana umumnya terjadi pada permukaan lantai/ tanah yang tidak rata.

Ligament lateral complex ankle terdiri atas ligament talofibular anterior, ligament talofibular posterior, ligament talocalcaneus, ligament calcaneocuboideum, dan ligament calcaneafibular. Ligament lateral complex ankle berfungsi sebagai stabilisator, tetapi yang paling sering terjadi cidera adalah ligamentum talofibular anterior. Jika gaya yang terjadi pada ankle lebih besar, maka ligamentum calcaneofibular juga ikut rusak. Keadaan ini menyebabkan nyeri dan bengkak, serta penurunan fungsi seperti kesulitan berjalan.

Sprain ankle memiliki derajat sprain sesuai tingkat kerusakannya. Derajat I sprain ankle umumnya terjadi penguluran pada ligamentum talofibular anterior sehingga pasien mengalami nyeri yang ringan dan sedikit bengkak. Sedangkan derajat II dan III sprain ankle, kerobekan parsial dan komplet telah terjadi pada ligamentum lateral compleks ankle (ligamentum talofibular anterior, ligamentum calcaneofibular, ligamentum calcaneocuboideum, ligamentum talocalcaneus dan ligamentum talofibular posterior). Sprain ankle juga diklasifikasikan menjadi akut, kronis dan berulang.

(2)

2. Patofisiologi

Cedera yang mengenai pada daerah ligamentum ini sering disebut sprain, sedangkan cedera yang mengenai pada unit musculo tendinous disebut strain. Cedera pada pergelangan kaki atau yang biasa disebut sprain ankle dapat terjadi karena terkilir secara mendadak ke arah lateral atau medial yang berakibat robeknya serabut ligamentum pada sendi pergelangan kaki. Ditiap persendian terdapat serabut-serabut otot yang menghubungkan tulang satu dengan tulang yang lainnya. Serabut otot ini disebut Ligamentum. Walaupun sendi pergelangan kaki merupakan persendian yang tidak begitu besar dalam tubuh, kenyataannya pada sendi pergelangan kaki mudah sekali terserang cedera traumatik. Persendian ini mudah cedera karena kurang mampu melawan kekuatan medial, lateral, tekanan, dan rotasi karena lemahnya otot atau lapisan lemak. S emua ini terjadi karena adanya perintah gerak untuk merubah secara cepat sedangkan kondisi permukaan tanah tidak memungkinkan, kontak langsung dengan kaki pemain lain juga dapat mengganggu keseimbangan dalam melompat atau mendarat, contoh konkrit sewaktu berolahraga adalah pada permainan basket, voli, bulutangkis, tenis dan sepakbola.

Terkilir pada pergelangan kaki biasanya disebabkan oleh gerakan ke sisi luar/lateral atau ke sisi dalam/medial dari pergelangan kaki yang terjadi secara mendadak. Terkilir secara inversi yaitu kaki berbelok dan atau membengkok ke dalam dan terbalik. Tipe ini merupakan cedera yang paling umum terjadi pada pergelangan kaki. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tulang penstabil pada sisi sebelah samping yang mengakibatkan tekanan pada kaki menjadi terbalik. Jika kekuatan tersebut cukup besar, pembengkokan dari pergelangan kaki terjadi sampai medial malleolus kehilangan stabilitasnya dan menciptakan titik tumpu untuk lebih membalikkan pergelangan kaki.

Ketika serabut otot ligamentum untuk eversi tidak cukup kuat untuk menahan atau melawan kekuatan inversi, maka serabut ligamentum sisi sebelah samping menjadi tertekan atau robek.Tekanan yang kuat pada tumit menekan kaki menjadi inversi, membuatnya

(3)

lebih mungkin untuk terjadi sprain pada sisi sebelah lateral. Kebalikannya, kaki yang pronasi, kelebihan gerakan atau adanya tekanan dari telapak kaki sisi sebelah medial secara longitudinal lebih memungkinkan untuk terjadi eversi sebagai salah satu pola sprain pada pergelangan kaki. Cedera sprain pada pergelangan kaki dengan pola eversi lebih jarang terjadi daripada cedera sprain dengan pola inversi. Mekanisme yang biasa terjadi adalah olahragawan yang tiba-tiba menapakkan kakinya pada lubang di lapangan olahraga menyebabkan kaki tergerak dengan paksa dan menanamkan kaki pada gerakan yang eksternal. Dengan mekanisme ini ligamentum anterior tibiofibular, ligamentum interosseous, dan ligamentum deltoid menjadi robek. Dengan perobekan pada ligamentum tersebut menyebabkan talus bergerak secara lateral, terutama mengakibatkan degenerasi pada persendian, dan juga berakibat adanya ruangan abnormal antara medial malleolus dan talus.

Kekuatan inversi secara tiba-tiba dapat menyebabkan berbagai intensitas dapat menyebabkan patah pada kaki bagian bawah. Perputaran yang tidak diharapkan pada ligamentum lateral dapat menyebabkan bagian tulang menjadi avulsi dari malleolus. Satu situasi yang khusus adalah ketika lateral malleolus teravulsi oleh tulang calcaneofibular, dan talus melawan medial malleolus untuk menghasilkan patah yang kedua kalinya. Kejadian ini sering disebut bimalleolar fracture.

3. Gejala Klinis

Gejala nya : pain , bengkak dan ketidakmampuan dalam menopang berat pada pergelangan kaki.

Tanda-tanda yang biasa dan gejala termasuk rasa sakit (nyeri), bengkak, dan hilangnya kemampuan untuk bergerak dan menggunakan sendi (kemampuan fungsional). Namun, tanda–tanda dan gejala dapat bervariasi dalam intensitas, tergantung pada tingkat keparahan keseleo tersebut. Sprain ankle dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:

(4)

Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamen dan hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkakan dan rasa sakit pada daerah tersebut.

2. Grade tingkat II

Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligament yang putus, tetapi lebih separuh serabut ligamen yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut.

3. Grade tingkat III

Pada cedera ini seluruh ligamen putus, sehingga kedua ujungnya terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan–gerakan yang abnormal.

4. Definisi

Latihan untuk sprain ankle dibagi menjadi 3 yaitu • Mobility exercises

• Strengthening exercises • Functional exercises

Mobility exercise dapat dimulai diawal proses rehabilitasi yakni dari hari kedua cedera. Mobility exercise terdiri dari : Wobble board mobility, active ankle mobility exercise, active ankle mobility exercise, Gastrocnemius stretch, Soleus stretch.

Strengthening exercises dapat dimulai segera setelah nyeri mereda. Di fase awal latihan ini yang melibatkan gerakan menyamping di pergelangan kaki harus dihindari. Strengthening exercise terdiri dari : Resisted plantar flexion, Resisted dorsiflexion, Isometric eversion and inversion, Resisted eccentric inversion, calf raise exercise.

Functional exercise mulai memberikan pembebanan yang lebih kepada ankle dengan gerakan yang lebih spesifik , jenis gerakan yang lebih eksplosif, perubahan arah dan gerakan lateral atau menyamping. Functional exercise terdiri dari : lunge exercise , walking calf raise, step back exercise, hopping drills, Resistance band jump, Box jumps

5. Mekanisme (efek fisiologis)

Wobble board mobility dapat digunakan untuk meningkatkan ROM dari ankle. Active plantar flexion and dorsi flexion membantu mencegah

(5)

seize dari ankle. Active inversion and eversion akan memobilisasi pergelangan kaki 'samping' dan mulai menekankan ligamen rusak, dpaat dimulai jika nyeri sudah mereda dan proses penyembuhan sudah dimulai. Gastrocnemius stretch akan membantu untuk menguatkan m.gatrocnomeus yang menstabilisasi ankle. Soleus stretch juga membantu untuk menguatkan m.soleus yang juga membantu pergerakan ankle.

Selanjutnya adalah tahap strengthening exercises. Resisted plantar flexion dan Resisted dorsiflexion akan membantu meningkatkan kekuatan soleus sekaligus gastroc. Isometric eversion and inversion untuk membantu memperkuat otot-otot yang membantu mengontrol 'rolling' pergelangan kaki. Resisted eccentric inversion ini sangat penting dalam membantu mencegah cedera berulang. Calf raise akan memperkuat otot betis yang terdiri dari gastrocnemius dan soleus otot.

Fase terakhir adalah Functional exercise yang dimulai dari lunges exercise yang dapat digunakan untuk meningkatkan keseimbangan dan kekuatan pada sendi pergelangan kaki. Walking calf raise akan memperkuat kedua otot betis dan meningkatkan keseimbangan di bagian pergelangan kaki. Step back exercise akan memperkuat gastroc juga. Hopping drills meningkatkan kekuatan otot gastroc dan soleus. Resistance band jump juga akan menguatkan otot gastroc dan ligament ligament di ankle. Box jumps dapat juga meningkatkan kekuatan otot gastrocnomeus dan memperkuat ankle.

6. Indikasi

- Cedera sprain angkle , sprain angkle dibagi menjadi 3 grade : a. Grade tingkat I

Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamen dan hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkakan dan rasa sakit pada daerah tersebut.

b. Grade tingkat II

Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligament yang putus, tetapi lebih separuh serabut ligamen yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut.

(6)

Pada cedera ini seluruh ligamen putus, sehingga kedua ujungnya terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan–gerakan yang abnormal.

7. Kontraindikasi

 Kontra indikasi terapi latihan tergantung dari kondisi pasien dan kasus yang dialaminya khususnya sprain ankle .

 Kontra Indikasi Cold Therapy : cold therapy sangat mudah digunakan, cepat ,efisien dan ekonomis. Akan tetapi terdapat beberapa kondisi yang dapat dipicu oleh cold therapy. Individu dengan riwayat gangguan tertentu memerlukan pengawasan yang ketat pada terapidingin. Beberapa kondisi tersebut diantaranya adalah :

 Raynaud’s syndrom yang merupakan kondisi dimana terdapat hambatan pada arteri terkecil yang menyalurkan darah kejaritangan dan kaki ketika terjadinya dingin atau emosi. Pada keadaan ini timbul sinosis yang apabila berlanjut dapat mengakibatkan kerusakan perifer.

 Peradangan pembuluh darah (Vasculitis)

 Gangguan sensasi saraf missal neuropathy akibat diabetes mellitus  Cryoglobinemia yang merupakan kondisi berkurangnya protein di dalam

darah yang menyebabkan darah akan berubah menjadi gel bila terkena dingin.

 Kontra indikasi terhadap ultrasonic yaitu jaringan yang baru sembuh atau jaringan granulasi baru .

 Kontra indikasi untuk terapi yang menggunakan suhu atau temperature adalah gangguan sensibilitas atau pengurangan nyeri pada sprain ankle .

8. Pelaksanaan (step exercise)

 Wobble board mobility

a. Duduk di kursi dengan kaki bertumpu pada papan atau rocker papan goyangan yang disebut wobble board.

(7)

b. Pindahkan kaki depan dan belakang untuk memobilisasi pergelangan kaki. Hindari gerakan menyamping atau lateral awal, itu menyakitkan karena hal ini akan menekankan ligamen pergelangan kaki lateral yang terluka. c. Kemudian pada tahap rehabilitasi nyeri gerakan ke samping jika

memungkinkan dan gerakan ke dalam serta gerakan melingkar dapat dilakukan..

 Active plantar flexion and dorsi flexion

a. Cukup menarik kaki sampai dorsofleksi, tahan selama beberapa detik dan kemudian menunjuk menjauhi Anda (plantarflexion) dan tahan lagi. Metode yang baik untuk memulai dengan adalah untuk melakukan 2 set 20 reps sementara pergelangan kaki di dinginkan dan ditinggikan/ elevasi. Keuntungan dari latihan ini adalah bahwa ligamen yang rusak tidak akan ditekan oleh gerakan menyamping, Gastroc dan tibia mempertahankan kekuatan dan gerakan memompa membantu mengurangi pembengkakan.

(8)

 Active inversion and eversion

a. Cukup inverse dan eversian kaki. Gerakan ini harus dilakukan secara bertahap dan dalam batas-batas nyeri. Mengelilingi pergelangan kaki juga akan memindahkan sendi ke posisi tersebut.

 Gastrocnemius stretch

a. Posisikan tubuh berdiri pada dinding, pastikan tumit menapak di lantai. b. Tekan atau dorong dinding tersebut hingga terasa regang di betis (gastroc) c. Tahan peregangan selama 20 sampai 30 detik dan ulangi 3 kali. Hal ini

(9)

 Soleus stretch

a. kaki belakang harus membungkuk. Tempatkan kaki yang akan membentang di belakang dan bersandar dinding menjaga tumit ke bawah. b. Jika peregangan ini tidak dirasakan maka versi yang lebih canggih adalah

dengan menempatkan kaki depan dari kaki depan dinding dengan tumit di lantai dan mendorong dari lutut ke arah dinding.

o

(10)

a. Lingkarkan band perlawanan di sekitar kaki depan dan memegang ujung. Arahkan kaki perlahan-lahan memungkinkan untuk kembali ke posisi istirahat. Bertujuan untuk 10-20 repetisi dan 3 set dengan istirahat pendek di antaranya.

b. Setelah latihan ini terasa mudah, Anda dapat meningkatkan kekuatan band resistensi atau kemajuan pada latihan betis meningkatkan penuh. Latihan ini dapat diulang dengan lutut ditekuk untuk menargetkan otot soleus dengan menurunkan daerah betis.

(11)

o

Resisted dorsiflexion

a. Menggunakan sebuah band rehabilitasi, tarik kaki dan jari kaki melawan perlawanan dan kemudian turun lagi. Bertujuan untuk 10 sampai 20 pengulangan dan 3 set dengan istirahat pendek. Ini adalah latihan penguatan penting, namun penting untuk tidak berlebihan. Ingat, Anda masih akan harus berjalan di pergelangan kaki setelah sesi memperkuat jadi jangan membuat pergelangan kaki kelelahan.

o

Isometric eversion and inversion

a. terapis dapat memberikan perlawanan dengan tangan, atau menggunakan kaki dinding atau kursi.

b. Untuk eversi atlet harus mencoba memutar pergelangan kaki keluar terhadap perlawanan. Untuk inversi, ke dalam terhadap perlawanan. Tahan selama 5 detik, istirahat selama 3 detik dan ulangi awalnya 3 kali dan secara bertahap meningkat hingga 10 kali.

(12)

o

Resisted eccentric inversion

a. Atlet mencoba untuk menahan everting terapis atau memutar kaki ke arah luar. Ini memperkuat otot-otot yang menstabilkan pergelangan kaki hanya pada titik di mana ia akan berguling atau keseleo. Seorang terapis yang dibutuhkan untuk latihan ini harus dilakukan secara efektif. Mereka seharusnya tidak menerapkan terlalu banyak resistensi awalnya namun secara bertahap membangun.

o

Calf raise

a. Naik turun pada jari-jari kaki dalam gerakan halus. Anda harus bisa maju cukup cepat, tetapi bertujuan untuk 3 set 10 dan berlanjut setiap hari. b. Setelah ini cukup mudah dilakukakn, mulai melakukan latihan pada satu

kaki saja. Ini akan jauh lebih sulit, jadi mulai dengan repetisi rendah lagi dan secara bertahap meningkat.

(13)

Lunges

a. Berdiri dengan kaki terluka di depan yang lain, jari kaki menghadap ke depan.

b. Tekuk lutut kembali turun ke lantai agar menjaga punggung tegak.

c. Berhenti sebelum lutut menyentuh tanah dan memaksakan diri kembali lagi.

d. Mulailah dengan rendahnya jumlah repetisi, seperti 2 set 10 dan secara bertahap meningkat.

e. Latihan ini dapat dibuat lebih sulit dengan melakukan lunges berjalan di mana Anda bergerak maju.

walking calf raise

a. Letakkan satu kaki di depan dan gerakkan ke ujung jari kaki.

b. Ayunan kaki belakang ke depan dan membangkitkan ke jari kaki lagi. c. Ulangi ini berjalan ke seluruh ruangan.

step back exercise

a. Ambil satu kaki ke belakang, menyentuh kaki di lantai dan mendorong dengan kaki depan untuk memindahkannya kembali ke langkah.

b. Gunakan kaki Alternatif juga.

c. Hal ini dapat ditingkatkan dengan melakukan tingkat kesusahan pada langkah yang lebih tinggi atau pada kecepatan yang lebih cepat.

(14)

hopping drills

a. Banyak variasi pada latihan melompat tersedia. Mulailah dengan lompatan kecil di tempat dan secara bertahap meningkatkan tinggi melompat.

b. Cobalah melompat ke depan, ke samping dan ke belakang. c. Cobalah melompat dari satu kaki dan mendarat di sisi lain.

d. Peralatan seperti lingkaran, kelincahan tangga dan rintangan minim semua dapat digunakan untuk menambah tantangan lebih lanjut.

Resistan ce band jump a. Sebuah band resistensi melilit pinggang dan berlabuh atau diadakan di balik atlet.

b. Mereka kemudian melakukan lompatan ke sisi atau ke depan dan melompat mundur.

c. Hambatan dari band memberikan tantangan untuk keseimbangan.

d. Latihan dapat dibuat lebih sulit dengan meningkatkan ketebalan band, atau bertujuan untuk melompat atau melompat lebih jauh.

(15)

Box jumps

a. Banyak latihan dapat dibuat dengan menggunakan kotak atau langkah untuk melompati.

b. Untuk memulai atlet dapat melompat ke samping atas kotak, bergerak cepat dari satu kaki di satu sisi, dengan kaki yang lain di sisi lain. Hal ini juga dapat dilakukan dari depan ke belakang.

c. Sebuah perkembangan lebih lanjut melompat tinggi di atas kotak, pertama mendarat di dua kaki dan maju ke satu.

Tugas Terapi Latihan

Nama Anggota :

1. Mezzi Wulandari Arenza ` (1302305032)

2. Meilisa Nur Laily (1302305033)

3. I Gusti Ayu Dwita Wahyu Laksmi (1302305034) 4. Ni Putu Oktaryani Darma Ayu (1302305035)

5. I Gede Edi Wiranada (1302305036)

6. Ni Kadek Citra Patmala (1302305037) 7. I Made Hardi Wira Dharma (1302305038)

(16)

8. Made Wahyu Cahyadi ( 1302305039)

9. Fitrotul Imaniyah (1302305041)

10. Mohammad Kurniawan (1302305043)

11. Ni Kadek Yuni Fridayani (1302305044)

Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran

Universitas Udyayana

Referensi

Dokumen terkait

c) Saat tiba di kampus IT Del, Peserta melapor ke Satpam dan melihat pengumuman di Satpam tentang informasi ruang wawancara (recheck) yang diurutkan berdasarkan No Registrasi

Rumus Pogson untuk magnitudo bolometrik : mbol = - 2,5 log Ebol + Cbol Cbol adalah tetapan, sedangkan magnitudo mutlak bolometriknya : Mbol = -2,5 log E’bol + Cbol L E'bol = 4 10

Penyakit autoimun bersifat kronik dan residitif, ditandai dengan adanya. bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang

18 proses kunci pemberian informasi efektivitas relevansi 19 proses kunci kerja sama pimpinan jurusan produktivita s relevansi 20 proses kunci waktu mengajar dosen

lampiran keputusan ini sebagai Dosen Pengampu Pada Program Pendidikan Dokter Spesialis I Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Tahun Akademik 2013/2014 pada

11 hal tersebut dikarenakan mereka tidak dapat memproses informasi-informasi yang masuk ke dalam diri mereka dengan baik, dan dengan terhubungnya perangkat komunikasi antara

Bila kematian terjadi pada saat dalam perjalanan menuju fasilitas – bila pasien masih dirujuk ke fasilitas kesehatan untuk memastikan kematian, maka form ini diisi

Berdasarkan hasil penelitian Sari (2016) siswa berkemampuan matematika tinggi untuk menemukan jawaban tes pemecahan masalah matematika, ia bisa menyelesaikan dengan cara