• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Federal Jerman mengenai Kerja Sarna Teknik Tahun 2009/2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Federal Jerman mengenai Kerja Sarna Teknik Tahun 2009/2010"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Perjanjian antara

Pemerintah Republik Indonesia dan

Pemerintah Republik Federal Jerman mengenai

Kerja Sarna Teknik Tahun 2009/2010

(2)

2

-PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN

PEMERINTAH REPUBLIK FEDERAL JERMAN

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Federal Jerman dalam perjanjian ini bersama-sama disebut "Para Pihak".

Dalam semangat hubungan bersahabat antara Pemerintah Republik Indonesia dan Republik Federal Jerman,

Berkeinginan untuk memperkuat dan mengintensifkan hubungan yang bersahabat tersebut melalui Kerja Sarna Teknik dalam semangat kemitraan,

Menyadari bahwa pemeliharaan hubungan tersebut merupakan dasar dari Perjanjian ini,

Bermaksud untuk memberikan kontribusi pada pembangunan sosial dan ekonomi di Republik Indonesia,

Merujuk kepada Nota 139/2009 tanggal 12 Februari 2009 mengenai komitmen pendanaan dan Catatan Hasil perundingan antar-pemerintah tang gal 11 Mei 2010,

Sesuai dengan hukum, peraturan perundang-undangan dan prosedur lainnya di negara masing-masing yang mengatur kegiatan Kerja Sarna Teknik,

(3)

Pasal 1

(1) Sesuai dengan Perjanjian 9 April 1984 antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Republik Federal Jerman mengenai Kerja Sama Teknik, proyek-proyek berikut didukung untuk diberikan bantuan dalam kerangka Perjanjian ini:

1. Saran Kebijakan dalam Perlindungan Lingkungan dan lklim; 2. Program Pengembangan Ekonomi Regional;

3. Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan melalui Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan dan Teknik (SED TVET);

4. Dukungan Kebijakan Desentralisasi sebagai Kontribusi terhadap Tata Kelola Pemerintahan yang Baik;

5. Mitigasi Risiko Bencana;

6. Konsolidasi Proyek Analisis dan Perumusan Kebijakan dalam Sektor Kesehatan;

7. Perlindungan Sosial

8. Dana Studi dan Tenaga Ahli

apabila setelah dilakukan penelitian proyek tersebut dinilai telah memenuhi syarat untuk diberikan bantuan.

(2) Bagi proyek-proyek yang disebutkan pada ayat (1) di atas, Pemerintah Republik Federal Jerman wajib menyediakan kontribusi sebesar EUR 28,000,000 (dua puluh delapan juta euro) dalam bentuk personil, masukan, dan apabila dimungkinkan, bantuan keuangan. Pembagian total kontribusi untuk masing-masing proyek akan diatur tersendiri dalam lampiran Perjanjian ini. Pemerintah Republik Federal Jerman akan menugaskan Deutsche Gesellschaft fOr lnternationale Zusammmenarbeit (GIZ) GmbH untuk pelaksanaan proyek-proyek yang disebutkan pada ayat (1) butir 1 sampai 4 dan butir 6 sampai butir 8 dan Federal Institute for Geosciences and Natural

(4)

-4-Resources (BGR) untuk pelaksanaan proyek-proyek sebagaimana disebut di dalam ayat (1) butir 5 di atas.

(3) Pemerintah Republik Indonesia wajib menjamin bahwa akan disediakan anggaran untuk setiap proyek dalam rangka memastikan kelancaran pelaksanaan proyek dan harus memastikan bahwa institusi-institusi yang akan ditunjuk sebagai pelaksana akan memberikan kontribusi yang dibutuhkan untuk proyek-proyek sebagaimana tercantum pada ayat (1) di atas. Kontribusi tersebut mencakup personil, masukan, dan apabila memungkinkan berupa bantuan keuangan.

(4) Proyek-proyek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas dapat diganti dengan proyek-proyek lainnya sesuai kesepakatan antara Pemerintah Republik Federal Jerman dan Pemerintah Republik Indonesia.

(5) Komitmen atas proyek-proyek yang disebut di dalam ayat 1 di atas dan untuk Kerja Sarna Teknik yang dimaksud dalam ayat 2 di atas akan batal tanpa penggantian apabila perjanjian pelaksanaan dan pembiayaan yang dimaksud pada Pasal 2 dari Perjanjian ini tidak tercapai dalam waktu delapan tahun setelah komitmen tersebut dibuat. Untuk komitmen yang dibuat tahun ini dalam Pasal 1 ayat (1) butir 1 sampai butir 7, tanpa mengesampingkan ketentuan dalam ayat (4) di atas, batas waktu tersebut adalah sampai dengan tanggal 31 Desember 2018. Untuk komitmen dalam Pasal 1 ayat (1) butir 8, tanpa mengesampingkan ketentuan dalam ayat (4) di atas, batas waktu tersebut adalah sampai tanggal 31 Desember 2017. Apabila, dalam periode tersebut, perjanjian pelaksanaan dan pembiayaan yang disepakati hanya untuk sebagian komitmen, klausula pembatalan ini hanya berlaku untuk jumlah yang tidak tercakup dalam perjanjian tersebut.

(5)

Pasal2

Perincian dari proyek-proyek sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1)

Perjanjian ini dan perincian kontribusi dan kewajiban-kewajiban wajib ditetapkan dalam perjanjian pelaksanaan tersendiri dan apabila dimungkinkan, dalam bentuk perjanjian pembiayaan yang akan dibuat antara lembaga yang berwenang atau yang akan diberikan wewenang dalam pelaksanaan proyek sesuai Pasal 1 ayat (2) dan (3) dari Perjanjian ini. Perjanjian pelaksanaan dan pembiayaan ini akan tunduk kepada hukum dan peraturan-peraturan perundangan yang berlaku di Republik Federal Jerman.

Pasal3

(1) Pemerintah Republik Indonesia wajib membebaskan material, kendaraan bermotor, barang-barang, perlengkapan dan suku cadang yang disediakan untuk proyek-proyek tersebut pada Pasal 1 ayat (1) Perjanjian ini atas nama dan atas biaya Pemerintah Republik Federal Jerman dari lisensi, bea masuk,

bea pelabuhan, bea impor dan ekspor dan pungutan-pungutan resmi lainnya, serta biaya gudang, dan harus memastikan bahwa masuknya barang-barang tersebut diijinkan oleh pihak Bea Cukai tanpa penundaan.

(2) Pemerintah Republik Indonesia wajib membebaskan GIZ dan BGR dari segala perpajakan dan pungutan-pungutan resmi lainnya yang berlaku di Republik Indonesia dalam hubungannya dengan pemenuhan dan pemberlakuan dari perjanjian pelaksanaan dan pembiayaan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 di atas. Pembebasan pajak ini wajib dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan perpajakan Indonesia dan berlaku sampai masa berakhirnya Perjanjian ini.

(6)

- 6

-Pasal4

(1) Kontribusi sebesar EUR 3,200,000 (tiga juta dua ratus ribu euro) dalam bentuk personil, masukan dan, apabila memungkinkan, bantuan keuangan yang dijelaskan dalam Perjanjian tanggal 3 Mei 2007 antara Pemerintah Republik Federal Jerman dan Republik Indonesia mengenai Kerja Sarna Teknik tahun 2005 untuk proyek Pengembangan Kewirausahaan dan UKM di tingkat Provinsi harus dibatalkan dan dananya digunakan untuk proyek Program Pembangunan Ekonomi Regional, apabila setelah diteliti, proyek tersebut dinilai telah memenuhi syarat untuk dibiayai.

(2) Kontribusi sebesar EUR 300,000 (tiga ratus ribu euro) dalam bentuk personil, masukan dan, apabila memungkinkan, bantuan keuangan, yang dijelaskan dalam Perjanjian tanggal 3 Mei 2007 antara Pemerintah Republik Federal Jerman dan Republik Indonesia mengenai Kerja Sarna Teknik tahun 2005 untuk proyek Pengembangan Sumber Daya Manusia di Sektor Kesehatan harus dibatalkan dan dananya digunakan untuk proyek Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi Pedesaan di NTB dan NTT, apabila setelah diteliti, proyek tersebut dinilai telah memenuhi syarat untuk dibiayai.

(3) Kontribusi sebesar EUR 100,000 (seratus ribu euro) dalam bentuk personil, masukan dan, apabila memungkinkan, bantuan keuangan, yang dijelaskan dalam Perjanjian tanggal 3 Mei 2007 antara Pemerintah Republik Federal Jerman dan Republik Indonesia mengenai Kerja Sarna Teknik tahun 2005 untuk proyek Pengembangan Sistem Asuransi Kesehatan Sosial di Indonesia harus dibatalkan dan dananya digunakan untuk proyek Penguatan Lembaga Keuangan Kecil (ProFi), bila setelah diteliti, proyek tersebut dinilai telah memenuhi syarat untuk dibiayai.

(7)

PasaiS

(1) Para Pihak setuju bahwa setiap hak kekayaan intelektual yang timbul dari pelaksanaan Perjanjian ini harus diatur dalam pengaturan terpisah oleh lembaga pelaksana.

(2) Perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual wajib diberlakukan sesuai dengan hukum dan peraturan perundang-undangan nasional dari kedua negara dan sesuai dengan perjanjian internasional lainnya yang ditandatangani oleh kedua Negara tersebut.

Pasal6

Setiap perselisihan yang timbul dari interpretasi atau pelaksanaan Perjanjian ini wajib diselesaikan secara damai melalui konsultasi dan negosiasi.

Pasal 7

Perjanjian ini dapat diamandemen (diubah) setiap waktu berdasarkan kesepakatan tertulis oleh kedua negara

Pasal8

Dalam semua hal lainnya, ketentuan yang ada dalam Perjanjian 9 April 1984 mengenai Kerja Sarna Teknik sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 1 ayat (1) di atas berlaku untuk Perjanjian ini.

Pasal9

(8)

8

-Demikianlah perjanjian ini telah ditandatangani oleh para wakil yang telah diberi kuasa untuk keperluan tersebut.

Dibuat di Jakarta pada tanggal 17 September 2013 dalam rangkap dua masing-masing dalam bahasa Indonesia, Jerman, dan lnggris, ketiga naskah ini mempunyai kekuatan hukum yang sama. Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran antara naskah dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jerman, maka naskah dalam bahasa lnggris yang berlaku.

Untuk Pemerintah Federal Jerman

Untuk Pemerintah Republik Indonesia

(9)

Lampiran Perjanjian antara Pemerintah Republik Federal Jerman dan Pemerintah Republik Indonesia mengenai Kerja Sarna Teknik tahun 2009/2010:

Komitmen

No. Proyek Lembaga Mitra Indonesia dalam jutaan

1. Saran Kebijakan untuk Kementerian Lingkungan 3.5

Lingkungan Hidup dan Hid up

Perubahan lklim

2. Program Pembangunan BAPPENAS 0.8

Ekonomi Regional

3. Pembangunan Ekonomi Kementerian Pendidikan 5.7 Berkelanjutan melalui Nasion a I

Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan dan Teknik (SED-TVET)

4. Dukungan Kebijakan Kementerian Dalam Negeri 8.0 Desentralisasi sebagai

Kontribusi terhadap Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

5. Mitigasi Risiko Bencana Kementerian Energi dan 3.0 Sumber Daya Mineral

6. Konsolidasi Proyek Analisis Kementerian Kesehatan 3.0 dan Perumusan Kebijakan

dalam Sektor Kesehatan

7. Perlindungan Sosial BAPPENAS 2.0

(10)

~

'~ REPUBLEKINDONES1&

Abkommen

zwischen

der Regierung der Bundesrepublik Deutschland

und

der Regierung der Republik lndonesien

liber

Technische Zusammenarbeit

(11)

Die Regierung der Bundesrepublik Deutschland und

die Regierung der Republik lndonesien,

im Folgenden gemeinsam als ,Vertragsparteien" bezeichnet,

-im Geist der bestehenden freundschaftlichen Beziehungen zwischen der

Bundesrepublik Deutschland und der Republik lndonesien,

im Wunsch, diese freundschaftlichen Beziehungen durch partnerschaftliche

Technische Zusammenarbeit zu festigen und zu vertiefen,

im Bewusstsein, dass die Aufrechterhaltung dieser Beziehungen die Grundlage dieses Abkommens ist,

in der Absicht, zur sozialen und wirtschaftlichen Entwicklung in der Republik

lndonesien beizutragen,

unter Bezugnahme auf die Zusagenote Nummer 139/2009 vom

12. Februar 2009 und das Protokoll der Regierungsverhandlungen vom

11. Mai 2010,

in Anwendung der fUr Tatigkeiten der Technischen Zusammenarbeit im jeweiligen Land geltenden Gesetze, sonstigen Rechtsvorschriften und

Verfahren-sind wie folgt Ubereingekommen:

Artikel1

(1) In AusfUhrung des Abkommens vom 9. April1984 zwischen der

Regierung der Bundesrepublik Deutschland und der Regierung der Republik

lndonesien Uber Technische Zusammenarbeit werden folgende Vorhaben im

(12)

-3

-1. ,Politikberatung im Umwelt- und Klimaschutz";

2. ,Programm Regionale Wirtschaftsentwicklung";

3. ,Nachhaltige Wirtschaftsentwicklung durch technische und

berufliche Ausbildung sowie Training (SED TVET)";

4. ,Forderung der Dezentralisierungspolitik als Beitrag zur Guten RegierungsfOhrung";

5. ,Verminderung von Georisiken";

6. Konsolidierung des Projekts ,Politikanalyse und

Politikformulierung im Gesundheitssektor";

7. ,Soziale Sicherung";

8. ,Studien-und Fachkraftefonds",

wenn nach Prufung die Forderungswurdigkeit dieser Vorhaben festgestellt worden ist.

(2) Die Regierung der Bundesrepublik Deutschland stellt fOr die in Absatz 1 genannten Vorhaben auf ihre Kosten Personal- und Sachleistungen sowie gegebenenfalls Finanzierungsbeitrage im Gesamtwert von 28 000 000 Euro (in

Worten: achtundzwanzig Millionen Euro) zur Verfugung. Die Aufteilung des Gesamtbeitrags auf die einzelnen Vorhaben wird in der Anlage zu diesem Abkommen geregelt. Sie beauftragt mit der DurchfOhrung der in Absatz 1

Nummer 1 bis 4 und 6 bis 8 genannten Vorhaben die Deutsche Gesellschaft fOr

lnternationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH sowie fOr das Vorhaben in

Absatz 1 Nummer 5 die Bundesanstalt fOr Geowissenschaften und Rohstoffe (BGR).

(3) Die Regierung der Republik lndonesien gewahrleistet eine eigene aufgeschlusselte Haushaltsplanung zur Sicherung einer stetigen DurchfOhrung der jeweiligen Vorhaben und stellt sicher, dass die von ihr mit der DurchfOhrung

(13)

zu beauftragenden lnstitutionen die tor die in Absatz 1 genannten Vorhaben notwendigen Leistungen erbringen. Diese Leistungen umfassen Personal- und Sachleistungen sowie gegebenenfalls Finanzierungsbeitrage.

(4) Die in Absatz 1 bezeichneten Vorhaben konnen im Einvernehmen zwischen der Regierung der Bundesrepublik Deutschland und der Regierung der Republik lndonesien durch andere Vorhaben ersetzt werden.

(5) Die Zusagen fUr die in Absatz 1 genannten Vorhaben und den in Absatz 2 genannten Betrag der Technischen Zusammenarbeit entfallen ersatzlos, soweit nicht innerhalb von acht Jahren nach dem Zusagejahr die in Artikel 2 genannten Durchtohrungs-sowie gegebenenfalls

Finanzierungsvertrage geschlossen werden. FOr die Zusagen in Absatz 1 Nummer 1 bis 7 dieses Jahres endet diese Frist, unbeschadet der Regelung in Absatz 4, mit Ablauf des 31. Dezember 2018. FOr die Zusage in Absatz 1 Nummer 8 endet diese Frist, unbeschadet der Regelung in Absatz 4, mit Ablaut des 31. Dezember 2017. Sollten nur tor einen Teil der Zusagen in dem

vorgesehenen Zeitraum Durchtohrungs- sowie gegebenenfalls

Finanzierungsvertrage geschlossen werden, so gilt diese Verfallsklausel nur tor die noch nicht durch diese Vertrage gebundenen Teilbetrage.

Artikel2

Einzelheiten der in Artikel 1 Absatz 1 genannten Vorhaben und der zu erbringenden Leistungen und Verpflichtungen werden in einzelnen

DurchfUhrungs- sowie gegebenenfalls Finanzierungsvertragen festgelegt, die zwischen den in Artikel 1 Absatze 2 und 3 mit der Durchtohrung der Vorhaben beauftragten oder noch zu beauftragenden lnstitutionen geschlossen werden. Diese Durchtohrungs- sowie gegebenenfalls Finanzierungsvertrage stehen mit diesem Abkommen in Einklang und unterliegen den in der Bundesrepublik Deutschland geltenden Rechtsvorschriften.

(14)

5

-..

Artikel 3

(1) Die Regierung der Republik lndonesien befreit die im Auftrag und auf Kosten der Regierung der Bundesrepublik Deutschland fUr die in Artikel1 Absatz 1 genannten Vorhaben gelieferten Materialien, Fahrzeuge, GOter und AusrOstungsgegenstande sowie Ersatzteile von Lizenzen, Zoll-, Hafen-, Einfuhr-, Ausfuhr- und sonstigen offentlichen Abgaben sowie von Lagerge-bOhren und stellt eine unverzOgliche Entzollung sicher.

(2) Die Regierung der Republik lndonesien stellt die GIZ und die BGR von samtlichen Steuern und sonstigen offentlichen Abgaben frei, die im

Zusammenhang mit dem Abschluss und der ErfOIIung der in Artikel 2

genannten DurchfOhrungs- sowie gegebenenfalls Finanzierungsvertrage in der Republik lndonesien entstehen. Diese Steuerbefreiung erfolgt in

Obereinstimmung mit indonesischen Steuergesetzen und -verordnungen und wird fUr die gesamte GOitigkeitsdauer dieses Abkommens gewahrt.

Artikel4

(1) Die im Abkommen vom 3. Mai 2007 zwischen der Regierung der

Bundesrepublik Deutschland und der Regierung der Republik lndonesien Ober Technische Zusammenarbeit 2005 fUr das Vorhaben ,Finanzierung von kleinen und mittleren Unternehmen und Unternehmerforderung auf Provinzebene" vorgesehenen Personal- und Sachleistungen sowie gegebenenfalls

Finanzierungsbeitrage mit einem Gesamtwert von 3 200 000 Euro (in Worten: drei Millionen zweihunderttausend Euro) werden reprogrammiert und fOr das Vorhaben ,Programm Regionale Wirtschaftsentwicklung" verwendet, wenn nach PrOfung dessen ForderungswOrdigkeit festgestellt worden ist.

(2) Die im Abkommen vom 3. Mai 2007 zwischen der Regierung der

Bundesrepublik Deutschland und der Regierung der Republik lndonesien Ober Technische Zusammenarbeit 2005 fOr das Vorhaben ,Personalentwicklung im Gesundheitssektor" vorgesehenen Personal- und Sachleistungen sowie gegebenenfalls Finanzierungsbeitrage mit einem Gesamtwert von

300 000 Euro (in Worten: dreihunderttausend Euro) werden reprogrammiert und fUr das Vorhaben ,Landliche Wasser- und Sanitarversorgung NTB und

(15)

NTT" verwendet, wenn nach Prufung dessen Forderungswurdigkeit festgestellt worden ist.

(3) Die im Abkommen vom 3. Mai 2007 zwischen der Regierung der

Bundesrepublik Deutschland und der Regierung der Republik lndonesien Ober Technische Zusammenarbeit 2005 tor das Vorhaben ,Entwicklung eines sozialen Krankenversicherungssystems" vorgesehenen Personal- und Sachleistungen sowie gegebenenfalls Finanzierungsbeitrage mit einem Gesamtwert von 100 000 Euro (in Worten: einhunderttausend Euro) werden reprogrammiert und tor das Vorhaben ,Starkung kleiner Finanzinstitutionen (ProFi)" verwendet, wenn nach Prufung dessen Forderungswurdigkeit festgestellt worden ist.

Artikel 5

(1) Die Vertragsparteien kommen Oberein, dass jegliche Angelegenheiten in Bezug auf das geistige Eigentum, die sich aus der Durchtohrung des

Abkommens ergeben, von den Durchtohrungsorganisationen in einer gesonderten Vereinbarung geregelt werden.

(2) Der Schutz von Rechten des geistigen Eigentums erfolgt in Obereinstimmung mit den jeweiligen innerstaatlichen Gesetzen und

Vorschriften der beiden Lander sowie weiteren internationalen ObereinkOnften, denen beide Lander als Vertragsparteien angehoren.

Artikel6

Streitigkeiten, die sich aus der Auslegung oder Durchtohrung dieses

Abkommens ergeben, werden durch Konsultationen und Verhandlungen gutlich beigelegt.

(16)

-

7-Artikel 7

Dieses Abkommen kann jederzeit mit dem gegenseitigen schriftlichen Einverstandnis beider Lander geandert werden.

Artikel 8

lm Obrigen gelten die Bestimmungen des in Artikel1 Absatz 1 genannten Abkommens vom 9. April1984 Ober Technische Zusammenarbeit auch fOr dieses Abkommen.

Artikel 9

Dieses Abkommen tritt am Tag seiner Unterzeichnung in Kraft.

Zu Urkund dessen haben die hierzu gehorig befugten Bevollmachtigten dieses Abkommen unterschrieben.

Geschehen zu Jakarta

.

l.7J~p.:V?~~{.~(~n

zwei Urschriften, jede in deutscher, indonesischer und englischer Sprache, wobei jeder Wortlaut verbindlich ist. Bei unterschiedlicher Auslegung des deutschen und des indonesischen Wortlauts ist der englische Wortlaut mal1gebend.

FOr die Regierung der

Bund republik Deutschland

[~

FOr die Regierung der Republik lndonesien

(17)

Anlage zum Abkommen zwischen der Regierung der Bundesrepublik Deutschland und der Regierung der Republik lndonesien Ober Technische Zusammenarbeit

2009/2010:

Nr. Vorhaben lndonesische Zusage

Partnerinstitution in Mio. €

1.

Politikberatung im Umwelt- und Umweltministerium

3,5

Klimaschutz

2

.

Programm Regionale BAPPENAS

0

,

8

Wirtschaftsentwickl u ng

3.

Nachhaltige Wirtschaftsentwick- Bild ungsmin isterium 5,7 lung durch technische und

berufliche Ausbildung sowie Training (SED TVET)

4. Forderung der lnnenministerium

8

,

0

Dezentralisierungspolitik als Beitrag zur Guten Regie-rungsfOhrung

5.

Vermeidung von Georisiken Ministerium fOr Energie und

3,0

Bodenschatze

6. Konsolidierung des Vorhabens: Gesundheitsministerium

3,0

,Politikanalyse und Politikformu-lierung im Gesundheitssektor"

7. Soziale Sicherung BAPPENAS

2

,

0

(18)

w

~ REPUBLIK INDONESIA

Agreement

between

the Government of the Federal Republic of Germany

and

the Government of the Republic of Indonesia

regarding

Technical Cooperation

(19)

The Government of the Federal Republic of Germany and

The Government of the Republic of Indonesia

herein collectively referred to as "the Parties",

In the spirit of the friendly relations existing between the Federal Republic of Germany and the Republic of Indonesia,

Desiring to strengthen and intensify those friendly relations through Technical Cooperation in a spirit of partnership,

Aware that the maintenance of those relations constitutes the basis of this

Agreement,

Intending to contribute to social and economic development in the Republic of Indonesia,

Referring to Note 139/2009 dated 12 February 2009 on the commitment of funds and the Summary Record of the intergovernmental negotiations of 11 May 2010,

Applying the laws, regulations and procedures in their respective countries governing Technical Cooperation activities,

Have agreed as follows:

Article 1

(1) In pursuance of the Agreement of 9 April 1984 between the Government of the Federal Republic of Germany and the Government of the Republic of Indonesia regarding Technical Cooperation, the following projects shall be promoted within the framework of this Agreement:

(20)

- 3

-1. Policy Advice in Environmental and Climate Protection; 2. Regional Economic Development Programme;

3. Sustainable Economic Development through Technical and Vocational Education and Training (SED TVET);

4. Support for Decentralization Policy as a Contribution to Good Governance;

5. Mitigation of Geo Risks;

6. Consolidation of the project Policy Analysis and Formulation in the Health Sector;

7. Social Protection; 8. Study and Expert Fund;

If on examination they have been found eligible for promotion.

(2) For the projects specified in paragraph (1) above the Government of the Federal Republic of Germany shall make available at its own expense contributions totaling EUR 28,000,000 (twenty-eight million euro) in the form of personnel, inputs and, where appropriate, financial contributions. The division of the total contribution among the individual projects shall be regulated in the Annex to this Agreement. It shall charge the

Deutsche Gesellschaft fUr lnternationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH with the implementation of the projects specified in paragraph (1) 1 to 4 and 6 to 8 and the Federal Institute for Geosciences and Natural

Resources (BGR) with the implementation of the project specified in paragraph (1) 5 above.

(3) The Government of the Republic of Indonesia shall guarantee that each project is provided with an itemized budget of its own in order to ensure its smooth implementation and shall ensure that the institutions it will charge with implementation provide the necessary contributions for the projects specified in paragraph (1) above. These contributions shall include personnel, inputs and, where appropriate, financial contributions.

(4) The projects specified in paragraph (1) above may be replaced by other projects provided the Government of the Federal Republic of Germany and the Government of the Republic of Indonesia so agree.

(21)

(5) The commitments for the projects specified in paragraph (1) above and for the Technical Cooperation sum specified in paragraph (2) above shall lapse without replacement if the implementation and financing

agreements referred to in Article 2 of the present Agreement are not concluded within a period of eight years after the year in which the commitments were made. For the commitments made this year in

paragraph (1) 1 to 7, without prejudice to the provisions of paragraph (4) above, this deadline shall be 31 December 2018. For the commitment in

paragraph (1) 8, without prejudice to the provisions of paragraph (4) above, this deadline shall be 31 December 2017. If, in the given period, implementation and financing agreements are concluded for a part of the commitments only, this cancellation clause shall apply solely to the amounts not covered by those agreements.

Article 2

Details of the projects specified in Article 1 (1) of the present Agreement and of the contributions and obligations shall be laid down in individual

implementation agreements and, where appropriate, financing

agreements, to be concluded between the institutions charged or to be charged under Article 1 (2) and (3) of the present Agreement with the

implementation of the projects. These implementation and financing agreements shall be in accordance with this Agreement and be subject to the laws and regulations applicable in the Federal Republic of

Germany.

Article 3

(1) The Government of the Republic of Indonesia shall exempt the materials, motor vehicles, goods, items of equipment and spare parts supplied for the projects specified in Article 1 (1) of the present Agreement on behalf and at the expense of the Government of the Federal Republic of

Germany from licenses, customs duties, harbour dues, import and export duties and other public charges, as well as storage fees, and shall

(22)

-

5-(2) The Government of the Republic of Indonesia shall exempt the GIZ and BGR from all taxes and other public charges levied in the Republic of Indonesia in connection with the conclusion and fulfillment of the

implementation and financing agreements referred to in Article 2 above. This tax exemption shall be effected in accordance with Indonesian tax laws and regulations and shall be granted for the entire duration of validity of this Agreement.

Article 4

(1) The contributions totaling EUR 3,200,000 (three million two hundred thousand euro) in the form of personnel, inputs and, where appropriate, financial contributions, envisaged in the Agreement of 3 May 2007 between the Government of the Federal Republic of Germany and the Government of the Republic of Indonesia regarding Technical

Cooperation in 2005 for the project Provincial SME and Entrepreneurial Development shall be reprogrammed and used for the project Regional Economic Development Programme, if on examination it has been found eligible for promotion.

(2) The contributions totaling EUR 300,000 (three hundred thousand euro) in the form of personnel, inputs and, where appropriate, financial

contributions, envisaged in the Agreement of 3 May 2007 between the Government of the Federal Republic of Germany and the Government of the Republic of Indonesia regarding Technical Cooperation in 2005 for the project Human Resources Development in the Health Sector shall be reprogrammed and used for the project Rural Water Supply and

Sanitation NTB and NTI, if on examination it has been found eligible for promotion.

(3) The contributions totaling EUR 100,000 (one hundred thousand euro) in the form of personnel, inputs and, where appropriate, financial

contributions, envisaged in the Agreement of 3 May 2007 between the Government of the Federal Republic of Germany and the Government of the Republic of Indonesia regarding Technical Cooperation in 2005 for

(23)

the project Development of Social Health Insurance Systems in

Indonesia shall be reprogrammed and used for the project Strengthening of Small Financial Institutions (ProFi), if on examination it has been found eligible for promotion.

Article 5

(1) The Parties agree that any intellectual property arising under the implementation of the Agreement shall be regulated under separate arrangement by the implementing agencies.

(2) The protection of intellectual property rights shall be enforced in conformity with the respective national laws and regulations of both countries and with other international agreements to which the two countries are party.

Article 6

Any dispute that may arise from the interpretation or implementation of this Agreement shall be settled amicably through consultation and negotiation.

Article 7

This Agreement may be amended at any time upon mutual written consent of both countries.

Article 8

In all other respects the provisions of the Agreement of 9 April 1984 regarding Technical Cooperation referred to in Article 1 (1) above shall apply to the present Agreement.

(24)

7

-Article 9

This Agreement shall enter into force on the date of signature thereof.

In witness whereof, the plenipotentiaries, being duly authorized thereto, have signed this Agreement.

Done at Jakarta on 17 September 2013 in duplicate in the German, Indonesian, and English languages, all three texts being authentic. In case of divergent interpretations of the German and Indonesian texts, the English text shall prevail.

For the Government of the Federal Republic of Germany

For the Government of the Republic of Indonesia

(25)

Annex to the Agreement between the Government of the Federal Republic of Germany and the Government of the Republic of Indonesia regarding Technical Cooperation in 2009/2010:

No. Project Indonesian partner

Commit-Institution ment

in Mio EUR 1. Policy Advice in Ministry of Environment 3.5

Environmental and Climate Protection

2. Regional Economic BAPPENAS 0.8

Development Programme

3. Sustainable Economic Ministry of National 5.7 Development through Education

Technical and Vocational Education and Training (SED TVET)

4. Support for Decentralization Ministry of Home Affairs 8.0 Policy as a Contribution to

Good Governance

5. Mitigation of Geo Risks Ministry of Energy and 3.0 Mineral Resources

6. Consolidation of the project Ministry of Health 3.0 Policy Analysis an

Formulation in the Health Sector

7. Social Protection BAPPENAS 2.0

Referensi

Dokumen terkait

Ahmad Dahlan, tujuan pendidkan Islam adalah melahirkan manusia-manusia baru yang siap tampil sebagai insan ulama-intelek dan intelek- ulama, yakni manusia baru yang

Buah adas sebanyak 3 - 9 g direbus, minum atau buah adas digiling halus, lalu diseduh dengan air mendidih untuk diminum sewaktu hangat. Daun dimakan sebagai sayuran atau direbus,

Untuk mengetahui variabel independen (Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin, dan Total Assets Turnover), secara bersama – sama berpengaruh signifikan

Selain itu juga posisi pipeline pada kondisi ideal sebisa mungkin haruslah menumpu pada permukaan seabed, jika pipeline tersebut melewati permukaan seabed yang tidak

Secara umum, kompetensi yang harus dimiliki guru bimbingan dan konseling adalah kompetensi akademik dan profesioal sebagaimana yang ter- tuang dalam Permendiknas Nomor

Menggabungkan semua hasil riset tersebut, dapat menyimpulkan bahwa cara yang efektif dalam mengajarkan moral dan karakter pada generasi muda yaitu dengan membuat sebuah

tersebut mengindikasikan bahwa konsumen Indonesia cenderung kurang memiliki hubungan emosional terhadap merek tertentu karena menurut penelitian yang dilakukan oleh

Prototype character recognition dengan klasifikasi neural network dengan metode backpropagation pada sandi rumput pramuka dapat diterapkan, hal ini terbukti dengan hasil