• Tidak ada hasil yang ditemukan

yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari. Secara singkat, penyakit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari. Secara singkat, penyakit"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENYAKIT TANAMAN

T

anaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ-organ tanaman

yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari. Secara singkat, penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal. Penyebab sakitnya tanaman bermacam-macam. Ada yang disebabkan oleh cendawan, bakteri, virus, dan lain-lain.

Penyakit tanaman dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:

Pertama, penyakit lokal. Penyakit ini hanya terdapat di suatu tempat atau bagian tanaman tertentu. Misalnya, pada buah, bunga, daun, cabang, batang, atau akar. Kedua, penyakit sistemik penyakit ini menyebar ke seluruh tubuh tanaman, sehingga seluruh tubuh tanaman menjadi sakit. Misalnya, penyakit CVPD pada tanaman jeruk. Dalam penyembuhannya, seluruh tubuh tanaman harus diobati. Misalnya, dengan infuse yang obatnya dapat segera menyebar ke seluruh tubuh tanaman.

Ilmu yang mempelajari penyakit tanaman disebut Phytopathology. Kata ini berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu phyton yang berarti tanaman dan pathos yang berasal dari kata pathein, yang artinya menderita sakit atau penyakit, serta logos (ilmu).

Penyakit tanaman dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu: penyakit parasit dan penyakit non-parasit atau penyakit fisiologis. Istilah parasit berasal dari bahasa latin parasitus, artinya pembonceng atau benalu. Kata parasit juga berasal dari bahasa Yunani parasitos, yang artinya makan bersama-sama dengan lainnya dalam satu meja. Dewasa ini istilah parasit dalam dunia pertanian berarti mahluk yang memperoleh makanan atau keuntungan dari mahluk lain, tetapi tidak mau memberi imbalan. Dalam ilmu penyakit, parasit adalah tanaman atau binatang yang hidup di dalam atau pada mahluk hidup lain dan memperoleh makanan tanpa memberikan

(2)

kompensasi sedikitpun. Tanaman atau binatang yang ditempati parsit disebut inang atau tuan rumah. Parasit dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: Pertama, parasit sejati, yang mengambil seluruh makanan dari inang; kedua, setengah parasit, yang memenuhi kebutuhan makannya hanya sebagian yang mengambil dari inang, selebihnya diusahakannya sendiri.

Parasit penyebab penyakit tanaman meliputi: cendawan, bakteri riketsia, mikoplasma, virus, viroid, ganggang, dan benalu serta tali putri. Selain itu ada istilah hiperparasit, yaitu parasit yang hidup dari parasit yang lain. Saprofit, yaitu organisme yang hidup dari organisme yang telah mati, misalnya cendawan yang hidup pada kayu mati. Epifit, yaitu tanaman, cendawan, atau bentuk lain yang hidup pada tanaman, tetapi makanannya mengambil dari udara, sehingga tidak mengganggu tanaman inang. Misalnya, anggrek, lumut, lichen (kerjasama antara ganggang dan cendawan).

3.1. Gejala Tanaman yang Terserang Penyakit1

S

etiap tanaman yang sakit, akan memperlihatkan gejala-gejala atau simptomnya. Gejala

sebenarnya adalah perubahan-perubahan bagian tanaman yang merupakan reaksi tanaman atas masuknya benda asing seperti cendawan, bakteri, virus atau akibat kekurangan unsur-unsur hara. Dengan melihat gejalanya saja, belumlah cukup untuk memastikan penyebab sakitnya tanaman, karena ada penyebab penyakit yang berbeda ternyata menunjukkan gejala sakit yang sama. Untuk memastikan penyebab penyakit dengan benar, harus diteliti keadaan tubuh tanaman atau keadaan tanah. Gejala penyakit tanaman tersebut ada bermacam-macam, yaitu:

1). Layu. Di musim kemarau, pada siang hari, sering ada tanaman yang layu karena kekurangan air. Setelah disiram air, ternyata tanaman tersebut segar kembali. Kelayuan seperti

(3)

ini bukan karena penyakit. Kalau kelayuan tersebut karena terserang penyakit, walaupun disiram air tidak akan mau segar kembali, karena perakaran tanaman atau jaringan dalam batang tanaman telah rusak akibat serangan cendawan atau bakteri, sehingga pengangkutan air dari dalam tanah tidak dapat lancar.

2). Rontok. Bila daun, ranting, bunga atau buah banyak yang rontok sampai berlebihan, dapat dipastikan bahwa tanaman menderita kelainan. Mungkin karena penyakit parasit, non-parasit atau hama. Jeruk yang cabang atau pohonnya terserang jamur upas, pada umumnya daunnya banyak yang rontok bahkan dapat sampai habis.

3) Perubahan warna. Daun mula-mula berwarna hijau cerah, selanjutnya menjadi kuning, hijau redup (pucat), yang disebut klorose. Perubahan warna ini disebabkan oleh rusak atau tidak berfungsinya klorofil. Bisa diakibatkan oleh kekurangan cahaya matahari atau karena serangan penyakit. Perubahan warna juga terjadi dalam bentuk bercak-bercak coklat karat, ungu, hitam, kelabu, keputihan, atau kombinasinya.

4). Daun berlubang-lubang. Bercak-bercak berbentuk lingkaran pada tanaman kentang (disebut bercak kering Alternaria solani), dapat menjadi kering dan rontok, sehingga terjadi lubang-lubang yang disebut perforasi atau lubang peluru (shot hole).

5). Nekrosis. Sekelompok sel di suatu bagian tanaman mati dan warnanya berubah menjadi coklat, sehingga terjadi bercak coklat. Bila bercak ini terjadi di beberapa tempat, akhirnya akan merata di seluruh permukaan bagian tanaman. Misalnya, pada daun, umbi, cabang, ranting, kuncup, bunga, dan buah. Pada umbi kentang, terjadi nekrosis karena serangan virus.

6). Kerdil atau atrophy. Daun, buah atau bagian tanaman lainnya menjadi kecil. Kadang-kadang seluruh tubuh tanaman menjadi kerdil, misalnya pada tanaman padi yang

(4)

diserang wereng dan kemudian kena virus, maka akan menjadi kerdil seperti rumput sehingga disebut penyakit kerdil rumput.

7). Hypertrophy. Adalah parasit atau faktor-faktor lain yang merangsang membesarnya bagian tanaman melebihi normal, misalnya pada akar, daun, dan buah. Hal ini diperkirakan karena pembelahan sel yang bertambah banyak dan membentuk sel-sel yang lebih besar jumlahnya dan selanjutnya menambah besarnya organ tanaman tersebut. Gejala tersebut disebut

hyperplasia. Hal ini terjadi misalnya pada akar leguminosae yang berbintil-bintil karena adanya

bakteri Rhizobium sp.

8) Etiolasi. Pertumbuhan tanaman memanjang kecil, pucat, dan lemah, karena kekurangan sinar surya. Misalnya yang terjadi pada semaian kol yang terlindung. Gejala tersebut disebut etiolasi. Tanaman yang terkena etiolasi mudah terserang penyakit semai roboh.

9). Roset. Tanaman yang mula-mula ruasnya panjang menjadi pendek-pendek, sehingga buku yang satu dengan yang lainnya bersinggungan sampai terbentuk roset. Bila pada roset ini tumbuh tunas, maka timbullah banyak tunas dalam satu ujung, akhirnya menyerupai sapu. Ada yang menyebut hal ini sebagai gejala sapu setan, misalnya yang terjadi pada tanaman kacang panjang yang diserang virus.

10). Kanker. Luka setempat pada batang berkayu sering mengakibatkan kulit menjadi rapuh dan mudah lepas, kemudian luka tersebut menjadi terbuka, sehingga akhirnya terlihat kayunya. Kanker dapat berjangkit semusim atau tahunan, sehingga dari musim ke musim makin bertambah besar. Tanaman apel, sering terserang penyakit kanker pada batang, cabang, dan buahnya.

11). Semai roboh (dumping off). Tanaman semai selada sering terkena penyakit semai roboh, dengan gejala batang menjadi lunak, lalu roboh, busuk, dan mati. Biasanya penyakit

(5)

tersebut disebabkan oleh udara lembab dan kekurangan sinar surya, karena atap pesemaian tidak dibuka.

12). Daun mengeriting. Daun tomat dan kentang sering mengeriting karena serangan virus.

13). Eksudasi (exudate). Tanaman yang sakit mengeluarkan cairan, bentuk dan warna cairan berbeda-beda, tergantung tanaman dan penyakitnya. Misalnya, gummosis yang mengeluarkan cairan jernih (warna seperti coklat) atau blendok pada tanaman jeruk yang sakit karena Phytopthora parasitica. Bila yang dikeluarkan cairan resin, misalnya pada tanaman pinus, penyakit tersebut disebut resinosis. Bila yang dikeluarkan getah atau lateks, disebut lateksosis.

14). Busuk. Ada dua macam penyebabnya, yaitu busuk kering dan busuk basah. Penyakit tersebut dapat menyerang akar, batang, kuncup, dan buah.

15). Mumifikasi. Buah menjadi kering mengkerut seperti mumi. Mula-mula buah menjadi busuk basah, kemudian terisi benang-benang cendawan parasit, sehingga mulai mengkerut dan kering. Mumi biasanya tetap tergantung di pohon atau dapat juga rontok, kemudian menghasilkan spora yang dapat tersebar kemana-mana.

16). Kudis. Daun, ranting, cabang, dan kulit buah jeruk sering diserang kudis, berupa bintik-bintik berwarna kuning kecoklatan dan bergabus. Penyakit tersebut disebabkan oleh cendawan Sphaceloma fawcetti. Umbi kentang yang diserang kudis warnanya menjadi coklat tua, bentuk bercaknya tidak teratur, sedikit menonjol, dan bergabus. Penyebabnya Streptomyces

scabies.

17). Tepung. Pada daun, batang, atau buah kapri kelihatan warna putih karena tertutup tepung. Tepung tersebut merupakan spora yang dapat berhamburan kemana-mana, bila dihembus angin. Penyebabnya adalah cendawan Erysiphe polygoni.

(6)

3.2. Cendawan

B

entuk cendawan yang paling sederhana hanya terdiri atas satu sel, misalnya, ragi

(yeast), tetapi umumnya cendawan terdiri atas banyak sel yang bentuknya seperti benang halus dan disebut hifa. Kumpulan hifa tersebut disebut miselium. Hifa tidak dapat terlihat tanpa mikroskop. Namun demikian, miseliumnya dapat dilihat meskipun tanpa mikroskop, karena sudah merupakan kumpulan yang terdiri atas banyak sekali hifa, misalnya jamur upas yang

(7)

warnanya putih kemerahan. Hifa tersebut ada yang bersekat dan ada yang tidak bersekat. Miselium dari cendawan parasit dapat tumbuh di atas permukaan atau di dalam tubuh inang. Miselium yang terletak di permukaan inang, biasanya berwarna keputihan halus, menyerupai benang sarang laba-laba atau benang-benang hitam atau coklat yang membuat jalinan tidak teratur pada permukaan tubuh inang, misalnya cendawan tepung dan cendawan jelaga. Miselium yang masuk ke dalam tubuh inang berwarna hitam atau transparan (hyaline). Ada yang masuk ke dalam sel, tetapi ada juga yang hanya berada di ruangan antar sel. Cabang hifa yang masuk ke dalam inang adalah sel yang berguna untuk menghisap zat makanan dan air, disebut dengan

(8)

Cendawan tidak berhijau daun, sehingga tidak dapat berasimilasi C. Oleh karena itu, makanannya diperoleh dari organisme yang telah mati (saprofit) atau dari organisme yang masih hidup (parasit). Bila miselium dalam bentuk parasit atau saprofit mulai berkembang dari satu titik, maka perkembangan selanjutnya akan terjadi secara radial menuju ke segala arah (kecuali untuk beberapa substrat). Banyak bercak-bercak daun karena cendawan, berbentuk bulat sesuai dengan sifat berkembangnya cendawan secara radial menuju ke segala arah. Pada buah-buahan yang busuk, kelihatan juga bercak-bercak yang bulat. Pada kulit kayu, umumnya lukanya sedikit memanjang atau agak elips. Ini disebabkan oleh pertumbuhan membujur dari cendawan lebih cepat daripada pertumbuhan melintang.

Hifa dari satu miselium kadang-kadang berkumpul menjadi satu membentuk ikatan menyerupai benang berwarna coklat tua, merah kekuningan atau putih. Bentuk berubah-ubah dari tipis sampai tebal. Rhizomorph dapat bercabang banyak atau sedikit dan sering bercampur dan membentuk suatu jaringan. Rhizomorph tersebut dapat memanjang dan menyimpan bahan makanan yang dapat dibawa ke bagian-bagian lain. Hal tersebut membantu untuk penyebaran cendawan dalam satu pohon ke pohon lain yang berdekatan. Misalnya, rhizomorph yang terdapat pada cendawan Armillaria mellea (Vahl). Sacc. yang menyebabkan busuk akar pada tanaman buah-buahan seperti jeruk, alpokat, dan apel.

Sclerotia disebut organ penyimpanan makanan. Terjadi karena adanya kumpulan hifa yang padat dan berisi bahan makanan berbentuk minyak atau senyawa lain. Sclerotia ada yang agak sulit dilihat mata, tetapi ada juga yang mudah dilihat. Bentuknya bermacam-macam. Ada yang memanjang, silindris, bulat, datar, dan bentuk tidak teratur. Umumnya berwarna tua, coklat

(9)

tua atau hitam. Sclerotia dapat bertahan dalam keadaan buruk seperti udara kering, temperatur sangat tinggi atau sangat rendah. Sclerotia dapat melekat pada biji, setek, tanah, dan sebagainya, sehingga sangat efektif menyebarkan cendawan parasit. Misalnya, pada penyakit Rhizoctonia

solani Kuhn yang menyerang umbi tanaman kentang.

3.2.1. Perkembangbiakan cendawan

Cendawan berkembangbiak dengan berbagai cara, baik secara aseksual maupun secara seksual. Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan tanpa penggabungan sel kelamin betina dan kelamin jantan, tetapi dengan pembentukan spora atau kembangbiak secara vegetatif (pemutusan hifa atau miselium yang kemudian dapat berkembang biak lagi). Perkembangbiakan cendawan pada umumnya dengan menggunakan spora yang kecil sekali yang hanya terlihat dengan mikroskop. Dari hifa akan tumbuh spora yang di dalamnya terdapat banyak sekali spora. Pembentukan sel baru menyerupai induknya.

Pembentukan individu secara seksual terjadi dengan penggabungan sel kelamin jantan dan betina, yang kemudian juga akan membentuk spora. Dalam keadaan temperatur, kelembaban, dan inang yang sesuai, spora akan tumbuh membentuk miselium. Fungsi spora seperti biji pada tanaman tinggi. Warnanya ada yang jernih sampai hitam. Spora yang terkecil garis tengahnya kurang dari 1 mikron dan yang besar dapat mencapai 1 milimeter. Spora tersebut dapat terbentuk dari hasil penggabungan sel kelamin jantan dan betina, atau dapat dibentuk langsung dari hifa.

Spora tersebut terbentuk dengan bermacam-macam cara, di antaranya adalah: (1) Konidi. Spora aseksual yang dibentuk dari ujung hifa. Ujung cabang hifa yang ada konidianya disebut konidiofora; (2) Klamidospora. Dibentuk langsung dari sel-sel tertentu dari hifa; (3). Zoospora

(10)

atau spora yang dapat bergerak. Terdiri atas massa protoplasma yang telanjang dan mempunyai bulu-bulu halus yang dapat bergetar, sehingga dapat berenang seperti binatang. Bulu halus tersebut disebut cilia. ; (4). Askospora. Spora yang dihasilkan dari penggabungan sel kelamin jantan dan betina yang berkembang dalam suatu alat seperti kantung yang disebut ascus; (5) Basidiospora. Spora pada Basidiomycetae; (6). Zygospora. Spora yang terbentuk dari penggabungan dua sel yang mirip atau gamet; (7). Oospora. Spora yang dibentuk dengan cara penggabungan dari gamet betina besar dan pasif dengan gamet jantan, kecil tetapi aktif.

(11)

3.2.2. Klasifikasi Cendawan

Cendawan ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Cendawan yang menguntungkan di antaranya, adalah: Volavaria volvaceae (jamur merang yang enak dimakan);

Monilia sitophila (jamur oncom merah); Rhizopus oryzae (jamur tempe); Saccharomyces cerevisiae (cendawan yang dapat mengubah tepung menjadi gula). Adapun cendawan yang

merugikan di antaranya: Phytophthora parasitica (penyakit blendok pada pohon jeruk;

Corticium salmonicolor (penyakit jamur upas pada tanaman karet, jeruk, dan lain-lain); Helminthosporium oryzae (penyakit bercak coklat pada tanaman padi); Ustilago maydis

(penyakit gosong bengkak pada tanaman jagung).

Cendawan dibagi dalam empat golongan yang penting, yaitu: (1) Phycomycetes, (2) Ascomycetes; (3) Basidiomycetes; dan (4) Fungi imperfecti. Berikut ini akan diuraikan macam-macam penyakit pada berbagai jenis tanaman akibat cendawan yang dikelompokkan berdasar golongannya.

(12)

Hifa phycomycetes tidak bersekat. Cendawan yang termasuk dalam golongan ini di antaranya mengakibatkan penyakit:

a. Akar gada pada tanaman kol (kubis)

Tanaman kol, sawi, kol bunga, dan semua yang termasuk keluarga Cruciferae seringkali diserang suatu penyakit pada sistem perakarannya. Penyebabnya adalah cendawan

Plasmodiophora brassicae Wor. Gejalanya: akar-akarnya menjadi membesar dan menyatu

seperti gada sehingga disebut akar gada, atau setiap akar membentuk seperti jari kaki, sehingga disebut penyakit jari kaki. Akar kelihatan membengkak karena infeksi akibat masuknya spora ke dalam bulu akar. Spora berkembang biak dan terus masuk ke dalam akar yang lebih besar. Akar bereaksi dan mengadakan pembelahan dengan cara pembesaran sel, maka timbullah bisul-bisul pada akar yang tak teratur. Akhirnya, seluruh akar pada pangkal pohon kol membesar, berkumpul menjadi satu sehingga membentuk massa yang besar seperti gada. Karena pertumbuhan yang tidak teratur maka jaringan pengangkut air menjadi terganggu, sehingga aliran air ke seluruh tubuh tanaman berkurang banyak dan pada waktu siang hari tanaman menjadi layu dan baik lagi bila petang hari tiba.

Tanaman yang terserang menjadi kerdil, warna daunnya menjadi abu-abu. Bila terbentuk akar adventif, tanaman dapat lebih segar sedikit dan ada kemungkinan dapat sembuh. Akar yang pernah terkena infeksi, bila terkena infeksi lagi dapat menjadi busuk.

Faktor-faktor yang memengaruhi timbulnya penyakit tersebut, antara lain adalah (1) tanah yang masam, sehingga merangsang pertumbuhan cendawan; (2) temperature optimum untuk perkembangan penyakit, terletak antara 25-30oC; (3) tanah yang selalu basah, hujan yang banyak, mengakibatkan semakin ganasnya serangan.

(13)

Sumber penyakit tersebut adalah (1) sisa spora yang masih banyak terdapat dalam tanah; (2) bekas tanaman sakit; (3) pesemaian yang telah tercemar penyakit.

Pencegahannya adalah sebagai berikut. (1) tanah yang asam dijadikan basa, dengan jalan memberi kapur pertanian sedini mungkin sampai pH lebih kurang 7,2; (2) rotasi tanaman. Patogen dapat hidup dalam tanah 3-6 tahun, maka jangan menanam kol dan tanaman yang tergolong Cruciferae selama 6 tahun; (3) drainase yang baik, jangan sampai air menggenangi tanaman kol; (4) tanamlah strain (jenis) yang tahan; (5) kebersihan harus dijaga, semua tanaman yang diduga menjadi sumber penyakit dibersihkan; (6) berilah persenyawaan air raksa, sublimate (mercuri chloride) atau calomel (mercuro chlorida). Setiap lubang tanaman diberi larutan sublimate 0,05 – 0,10% sebanyak 125 – 250 cc. sebelum ditanam, akar tanaman dicelup lebih dahulu dalam larutan calomel 4%.

b. Busuk daun kentang

Penyebabnya adalah cendawan Phytophthora infestans (Mont.) De Bary. Penyakit daun kentang ini merupakan salah satu penyakit yang paling merusak tanaman kentang. Cendawan ini asalnya dari pegunungan Andes sebelah utara, kemudian menyebar ke seluruh Amerika, Eropa, dan seluruh dunia. Cendawan ini juga menyerang tanaman tomat.

Gejala (simtom) yang ditunjukkan adalah sebagai berikut. Daun yang sakit terlihat bercak-berca pada ujung dan tepi daunnya dan dapat meluas ke bawah serta mematikan seluruh daun dalam waktu 1-4 hari. Hal ini terjadi bila udara lembab. Bila udara kering, jumlah daun yang terserang terbatas, bercak-bercak tetap kecil dan jadi kering serta tidak menular ke daun lainnya. Bila serangan menghebat, daun yang kering akan mengeriting dan mengerut, tetapi bila keadaan udara tetap basah, maka daun akan membusuk dan sering mengeluarkan bau yang tidak enak. Bila udara panas dan kelembaban tinggi, perkembangan penyakit sangat cepat. Seluruh

(14)

daun akan menghitam, layu, dan menjalar ke seluruh batang. Dalam keadaan lembab, pada sisi bagian bawah daun akan kelihatan cendawan kelabu, yang terdiri atas conidiophore dengan konidianya, tetapi bila udara kering dan ada sinar surya, tidak ada cendawan atau kalau ada hanya sedikit.

Umbi dapat terserang juga menjadi busuk basah atau busuk kering. Pada permukaan umbi terdapat bercak yang sedikit cekung sedalam 3-6 mm, warnanya coklat atau hitam keunguan dan bagian yang terserang relative masih keras.

Pengendaliannya adalah sebagai berikut. (1) hanya umbi sehat yang dijadikan bibit; (2) umbi disimpan pada suhu rendah, 4-5oC. Pada suhu ini, pembusukan dapat dihambat. Pada suhu dan kelembaban tinggi, penyebaran cendawan sangat cepat; (3) disemprot dengan obat yang mengandung tembaga, misalnya bubur Bordeaux 1,5% atau COC 0,8%. Apabila serangannya hanya ringan, cukup dilakukan tiga kali penyemprotan. Dalam keadaan lebih berat, penyemprotan dapat dilakukan sampai 6 kali. Akumulasi tembaga yang jatuh ke tanah juga dapat mengurangi infeksi pada umbi; (4) pergiliran tanaman.

c. Penyakit blendok, busuk coklat atau busuk akar

Penyebabnya adalah cendawan Phytophthora parasitica Dastur dan P. citrophthora (Sm. Et S.) Leonian. Banyak menyerang jeruk besar, jeruk grape fruit, jeruk keprok, jeruk nipis, dan jeruk lainnya. Tanaman yang sakit biasanya mengalami klorosis. Pada pangkal batang kelihatan bercak-bercak kebasahan. Jaringan tanaman berubah warnanya. Kulit yang busuk mengeriput dan retak. Belendok keluar dari bagian kulit yang retak. Biasanya bagian dalam kulit timbul kalus, sehingga penyakit tidak dapat menyebar, tetapi biasanya terjadi serangan lagi, sehingga lukanya menjadi bertambah besar. Apabila serangannya melingkar di pangkal batang, tanaman dapat mati. Pada waktu tanaman belum mati, jumlah daun yang hanya sedikit dan kecil, ranting,

(15)

dan cabang akan mati. Buahnya juga berukuran kecil. Kematian tanaman kadang-kadang tidak teratur, di satu sisi sudah mati, tetapi di sisi yang lain masih hidup. Pohon yang hampir mati biasanya lalu berbunga banyak, tetapi tidak menjadi buah, ataupun kalau menjadi buah, buahnya kecil dan akhirnya mati juga.

Cendawan parasit tersebut dapat hidup lama dalam tanah, karena dapat hidup secara saprofit dalam waktu lama. Selain itu, juga dapat membentuk sporangia dan spora. Bila suhu udara dingin, air tanah berlebihan, dan pH 5,0 – 6,8, cendawan tersebut akan menyerang tanaman melewati luka. Miselium tersebar di antara sel dalam kulit. Kerusakan kulit dan jaringan xylem (kayu) akan menahan aliran air dalam tubuh tanaman, sehingga tanaman akan layu dan akhirnya mati. Bila suhu udara berkabut hingga perbedaan suhu siang dan malam hanya kecil, penguapan air tanah akan terhambat dan infeksi akan cepat terjadi.

Cara pengendaliannya adalah: (1) lahan diberi drainase yang baik, (2) tanaman ditanam di atas tanah yang telah ditinggikan, (3) bagian tanaman yang sakit dipotong dan dibakar, (4) bagian yang sakit dibersihkan dengan sikat, lalu diolesi fungisida, (5) pada waktu musim hujan, pohon diolesi larutan kapur dicampur dengan bubur Bordeaux.

Phytophthora parasitica Dastur selain menyerang jeruk juga menyerang tanaman nenas,

sehingga menyebabkan busuk hati, busuk ujung, dan busuk akar. Tanaman lada akan mengalami busuk akar, kanker melingkar, dan busuk pucuk. Pohon kina akan mengalami busuk akar, busuk batang, busuk ujung, dan kanker melingkar. Tanaman tembakau yang diserang P. parasitica var.

nicotianae (Breda de Haan) Tucker akan menderita bercak-bercak pada daun dan akarnya

melingkar berwarna hijau tua yang kemudian berubah menjadi coklat. d. Tepung palsu daun anggur

(16)

Disebabkan oleh cendawan Plasmopara viticola (B. and C.) Berl. and DeT). Penyakit ini di Jawa sudah dikenal sejak lebih kurang tahun 1905. Terdapat di daerah panas dan kering, seperti di sebagian Amerika Selatan, Timur Tengah, Aljazair, dan daerah Barat Daya Amerika Serikat.

Penyakit tersebut menyerang daun, tangkai daun, sulur, bunga, buah, tunas, dan batang anggur. Daun yang diserang mula-mula pada permukaan sisi atas ada bercak-bercak kuning pucat dengan ukuran berbeda-beda dan dikelilingi jaringan daun yang hijau, tetapi batasannya tidak jelas. Mula-mula bercak tersebut transparan, sehingga disebut “bercak minyak”. Apabila udara cukup lembab, pada permukaan sisi bawah tiap-tiap bercak terdapat bercak-bercak putih susu dari bulu-bulu halus yang merupakan conidiophora dan spora. Karena itulah, maka penyakit tersebut disebut cendawan tepung palsu atau cendawan bulu halus. Bercak-bercak yang tua akan mejadi coklat karena matinya jaringan daun di kedua belah permukaan. Bila udara kering, pertumbuhan sisi bawah daun terhenti atau terhambat. Bercak-bercak daun lama-kelamaan melebar dan akan bertemu satu dengan yang lain, sehingga akan menutup seluruh permukaan daun. Tunas-tunas yang masih muda, pertama-tama kelihatan ada bercak-bercak berair, kemudian warnanya menjadi hijau kekuningan dan akhirnya berwarna coklat. Apabila serangan menghebat, tunas menjadi kerdil, memilin, dan selanjutnya daun menjadi kecil atau mati. Bunga yang terserang juga dapat mati. Buah yang masih muda, pertumbuhannya terhambat dan besarnya berkurang. Pada permukaan buah kelihatan ada cendawan yang warnanya abu-abu. Buah menjadi hitam dan akhirnya kering berkeriput.

Pengendaliannya: (1) tanamlah varietas yang resisten, (2) penanaman jangan terlalu rapat, para-para jangan terlalu rendah, drainase harus baik, diusahakan udara tidak terlalu lembab, (3)

(17)

bagian tanaman yang terserang dipotong, (4) disemprot dengan bubur Bordeaux atau pestisida lain yang mengandung tembaga.

e. Cendawan bulu halus (cendawan tepung palsu) pada bawang merah

Penyebabnya adalah Peronospora destructor (Berk.) Casp. Bila banyak embun dan udara berkabut atau banyak hujan, penyakit ini berkembang biak dan menyebar dengan cepat. Bila hujan masih ada dalam musim kemarau, akan banyak merugikan petani bawang merah.

Biasanya kelihatan bulu-bulu halus berwarna ungu yang menutupi daun bagian luar dan batang. Gejala tersebut terlihat jelas bila daun basah terkena embun. Satu atau dua hari kemudian, bagian daun yang terserang berubah menjadi hijau pucat, kemudian kuning, dan akhirnya roboh. Bila sebagian besar permukaan daun rusak, hasil berkurang, umbi tidak masak dengan baik, dan tidak dapat disimpan lama. Umbi yang telah terkena infeksi bila dijadikan bibit akan menjadi sumber penyakit. Umbi yang terserang infeksi, bila disimpan akan menjadi lunak dan mengkerut, lapisan umbi sebelah luar menjadi terpisah, berwarna kecoklatan, mengkerut, dan berair. Di bawah kulit kelihatan masih sehat, tetapi sebenarnya telah terserang penyakit. Tanaman yang berasal dari umbi yang telah terkena infeksi, daunnya berwarna hijau pucat dan sebaiknya dicabut dan dibakar.

Cara pengendaliannya: (1) tanamlah bawang merah di lahan yang mudah kering dan tidak tergenang air. Jangan menanam di daerah yang banyak hujan, embun, dan berkabut. Barisan tanaman disesuaikan dengan kebiasaan arah bertiupnya angina, (2) tanamlah umbi yang sehat, tak terkena infeksi. Apabila terpaksa menggunakan bibit yang telah terkena infeksi, diadakan pemanasan kering selama 4 jam dalam suhu 41oC untuk mematikan bibit cendawan, (3) apabila di kebun banyak serangan penyakit pada daunnya, potonglah dengan segera daun-daun tersebut, dan segera dibakar agar jangan menular. Adapun tanaman yang masih kelihatan sehat, segera

(18)

disemprot dengan fungisida seperti 2% Zineb (zinc-ethylene bisdithio carbamate) atau Dithane z-79, 20-30 gram per 10 liter air, ditambah bahan perata seperti sandovit atau tepol 2-3 cc per 10 liter air, (4) untuk pencegahan, setiap 7-10 hari sekali disemprot dengan Zineb.

f. Semai roboh

Penyebabnya adalah Phytium debaryanum Hesse. Semai atau tanaman yang baru saja tumbuh di pesemaian roboh, lalu busuk, dan mati. Hipocotyl (bagian batang yang letaknya di bawah keping) yang semula sehat dan kelihatan segar jernih, bersih, bila terserang infeksi dari tanah warnanya berubah menjadi pucat, karena kerusakan klorofil. Jaringan tanaman yang terserang menjadi putih kotor,mengkerut atau mengecil di atas garis tanah, sehingga batangnya tidak dapat menahan beratnya keeping dan batang atas. Akhirnya, semai akan roboh. Bila serangannya hebat, semai akan mati sebelum muncul di atas permukaan tanah.

Timbulnya penyakit semai roboh akan lebih cepat terjadi bila suhu dan kelembaban udara cukup tinggi. Kerugian karena penyakit tersebut cukup besar. Pythium debaryanum juga menyebabkan penyakit busuk lunak air pada umbi kentang. Cendawan tersebut juga menyerang kubis yang telah dewasa, bagian teras (pith) kepala kubis menjadi lunak dan berair. Dari sini, penyakit menyebar ke bagian dasar daun, yang nampak basah seperti tercelup air. Dari luar, kepala kelihatan keras, tetapi bagian dalamnya telah menjadi lunak.

Spesies dari genus Pythium hampir terdapat di segala penjuru dunia dan menyerang bermacam-macam tanaman. Cendawan yang juga menyebabkan penyakit semai roboh adalah: Aphanomyces, Rhizoctoni, Phoma, Gloeosporium, Colletotrichum, Volutella, Pythium yang lainnya selain Pythium debaryanum, Sclerotinia, dan lain-lain. Kadang-kadang juga ada nematode parasit yang sering menyebabkan semai roboh dan sulit dibedakan dengan semai roboh yang disebabkan oleh cendawan.

(19)

Pengendaliannya adalah: (1) siramlah dengan air bersih, misalnya air sumur yang belum tercemar penyakit, (2) pemberian air jangan terlalu banyak, sesudah mulai kering baru disiram, (3) pesemaian selalu dibuka pada waktu pagi dan sore hari, untuk mengurangi kelembaban, (4) pada permukaan tanah pesemaian, ditabur selapis tipis pasir bersih yang bebas penyakit, (5) menyemai dengan pasir murni yang telah dicuci bersih dengan air panas kurang lebih 71-72oC. Dalam media semai ini dilarutkan cairan zat hara, (6) dikecambahkan dengan lumut sphagnum, setelah berkecambah baru dipindahkan ke pesemaian, (7) sterilisasi tanah, dengan menggunakan air panas untuk merendam tanah pesemaian dengan suhu 98-100oC, atau dengan uap panas, atau tanah dipanasi dengan oven. Dapat juga dengan menggunakan bahan kimia, misalnya dengan formaldehyde cair, formaldehyde tepung dicampur dengan tanah, tepung tembaga oksida merah dicampur dengan biji, atau menyiram tanah sesudah menyemai dengan larutan tembaga karbonat.

g. Penyakit bulai jagung

Penyebabnya adalah Sclerospora maydis (Rac.) Butler. Sering disebut juga penyakit putih, atau penyakit liyer. Banyak juga terdapat di luar negeri, seperti di Filipina, yang penyebabnya spesies yang lain, yaitu Scleropora philippinensis Weston.

Daun yang terserang infeksi menjadi bergaris-garis putih sampai kekuningan. Pada tingkatan akhir, warna daun menjadi kecoklatan dan kering. Pertumbuhan lalu terhambat. Bila yang terserang tanaman jagung yang baru saja tumbuh, biasanya daun menjadi putih dan akhirnya mati. Kalau umur tanaman sudah beberapa minggu, daun akan menguning dan yang baru muncul akan menjadi kaku dan runcing. Tanaman tersebut dapat mati atau kerdil dan tidak dapat berbuah. Sisi bagian bawah kelihatan ada tepung putih yang berasal dari sisa conidia dan conidiophore. Bila umur tanaman sudah kira-kira satu bulan, walaupun sudah diserang cendawan

(20)

bule, masih tetap dapat tumbuh dan berbuah. Hanya tongkolnya tidak dapat besar, kelobot tidak dapat membungkus secara penuh pada tongkol. Ujung tongkol masih kelihatan, kadang-kadang bijinya tidak penuh, ompong. Serangan pada tanaman jagung yang telah berbuah, biasanya tidak begitu berpengaruh. Hanya beberapa daun saja yang kelihatan berubah warna dengan garis-garis klorose kecoklatan dan biasanya tidak terdapat conidia dan conidiophore.

Benang-benang cendawan tersebut berkembang di dalam jaringan di antara sel daun dan merusak klorofil. Benang-benang miselium bercabang ke luar melewati mulut daun, membentuk conidiophore. Kalau diperhatikan, pada permukaan daun tampak seperti ada pohon-pohon kecil yang banyak. Bersama-sama mereka membentuk lapisan bulu tipis berwarna keputihan. Bila kelembaban dan suhu tinggi (sampai 27oC), conidiophore akan menghasilkan cinidia yang berbentuk bola kecil yang dapat tersebar ke mana-mana karena hembusan angina. Kemudian akan melekat pada mulut daun. Bila keadaan cocok, conidia akan berkecambah dan berkembang. Waktu inkubasi lebih kurang 10 hari. Penyakit tersebut pada umumnya banyak terdapat di daratan rendah pada waktu udara lembab dan panas. Bila udara dingin dan kering, serangan akan terhenti.

Pengendaliannya adalah: (1) bila musim hujan dating, udara lembab dan serangan bulai banyak, tanaman yang terkena penyakit segera dicabut, kemudian disemprot dengan fungisida tembaga, (2) jangan menanam jagung pada waktu musim hujan, (3) dilakukan penyemprotan pencegahan dengan fungisida tembaga, dapat juga disemprot dengan insektisida untuk mencegah penularan oleh serangga, (4) menanam jenis jagung yang resisten, (5) dilakukan rotasi tanaman.

(21)

3.2.2.2. Penyakit yang disebabkan Ascomycetes

Cendawan Ascomycetes hifanya bersekat dan membentuk spora (ascospora) berjumlah 8, kadang-kadang 2 atau sampai 16, dalam satu sel khusus yang disebut ascus. Bentuk ascus seperti gada. Cendawan Ascomycetes yang paling sederhana adalah ragi

(yeast) atau Endomycetales. Cendawan ini hanya berbentuk bulat atau oval dan biasanya berkembang biak dengan membentuk tunas.

a. Embun tepung apel

Disebabkan oleh cendawan Podosphaera leucotricha (E. and E.) Salm. Cendawan ini menyerang tanaman apel. Tanaman yang terserang daunnya seperti bertepung berwarna putih. Bagian yang diserang terutama tunas muda.

Cendawan ini hidupnya di luar atau di atas permukaan inang. Dengan alat pengisapnya, haustorianya dapat menembus cuticula dan masuk ke dalam sel yang berada di bawahnya untuk menghisap zat makanan. Di atas permukaan daun ada bercak-bercak seperti kain laken (beludru) putih atau abu-abu. Bercak-bercak tersebut cepat sekali meluas, sehingga menutupi seluruh daun dengan lapisan seperti tepung. Apabila serangannya menghebat, daun akan mati, menjadi keras

(22)

dan rapuh, atau mengecil, menyempit dan melipat memanjang. Ranting yang terserang menjadi mati, kerdil, atau hanya mati di ujungnya. Bunga yang terserang menjadi keriput, tidak dapat menjadi buah dan rontok. Buah yang masih muda, dapat pula diserang dan menjadi kerdil serta mengisut. Buah yang telah masak atau tua juga dapat diserang dan warnanya menjadi kuning kemerahan (pirang) atau retak.

Cendawan ini dapat menghasilkan dua macam spora, yaitu conidia dan ascospora. Hifa yang mula-mula berkembang secara menjalar akan bercabang dan berdiri serta membentuk conidiophore dengan conidia di atasnya. Kalau hifa ini patah, conidia dapat terbawa angina dan jatuh di tempat baru. Kalau conidia ini jatuh di antara hifa akan kelihatan seperti ada tepung banyak sekali berwarna putih atau abu-abu yang menempel pada daun. Spora-spora ini dapat berkecambah dan membentuk hifa baru. Suhu optimum perkecambahan conidia antara 19-25oC. Masa inkubasinya lebih kurang 5 – 10 hari. Umumnya yang diserang daun muda yang segar. Daun tua biasanya tidak diserang, karena haustoriumnya tidak dapat menembus cuticula yang sedikit tua.

Pada pertengahan musim panas, miselium diranting yang sakit dapat berubah warna dari tidak berwarna atau hyaline menjadi coklat. Lewat proses seksual, dapat dihasilkan buah spora perithecia, yang kecil berwarna coklat tua, bulat, garis tengahnya 75 – 90 mikron. Dalam perithecia ini terdapat ascospora yang bila telah masak akan pecah berhamburan ke luar. Karena terbawa angina, ascospora ini akan tersebar ke mana-mana dan mencapai inang baru.

Pengendaliannya dengan cara: (1) bagian-bagian yang telah diserang cendawan lebih baik dipotong dan dibakar, (2) pupuklah tanaman sehingga semua unsure hara terpenuhi, (3) semprotlah tanaman dengan fungisida yang mengandung belerang, misalnya bubur Kalifornia atau dihembus dengan tepung belerang.

(23)

b. Embun tepung mangga

Penyebabnya adalah cendawan Erysiphe cichoracearum De Cand. Cendawan ini merupakan salah satu penyakit yang penting pada tanaman mangga dan dapat mengurangi hasil 5-20 persen. Cendawan ini juga menyerang semangka, tanaman yang termasuk keluarga Cucurbitaceae, dan tembakau.

Bunga yang terserang akan kelihatan diselimuti tepung halus berwarna putih. Mula-mula kelihatan pada kuntum bunga bagian atas, kemudian secara berangsur turun ke bawah melalui tangkai bunga.

Dalam fase conidia, fase vegetatif (fase imperfect), disebut Oidium mangiferae, sedang dalam fase ascus, fase generatif (fase perfect), disebut Erysiphe cichoracearum DC. Cendawan ini termasuk Ascomycetes. Conidia yang terbawa angina dapat melekat pada kuncup bunga yang berbulu, kemudian berkembang menjadi penyakit dan menghasilkan spora dalam waktu 5 hari, terhitung sejak terjadinya infeksi. Penyakit ini mengganas pada waktu udara panas dan tidak ada hujan. Bunga yang terserang akan gagal membuka dan gugur sebelum penyerbukan. Buah yang terserang tetap kecil dan rontok sebelum mencapai maksimum, atau mencapai optimum. Buah dapat masak sebelum waktunya, tidak manis, dan buruk penampilannya. Tunas yang terserang juga gagal membentuk daun dan akhirnya gugur.

Pengendaliannya dengan cara: (1) bagian yang sakit segera dipotong dan dibakar. Sehabis memegang tanaman yang sakit, jangan langsung memegang tanaman lain yang sehat, (2) disemprot bubur Kalifornia atau dihembus tepung belerang.

c. Embun tepung kapri

Disebabkan oleh cendawan Erysiphe polygoni DC. Penyakit ini menyerang waktu udara panas. Membentuk miselium tebal menutup daun, batang, bunga, dan buah. Warnanya putih

(24)

keabuan pada semua bagian tanaman. Tanaman menjadi gagal berbuah. Daur hidup cendawan ini seperti embun tepung apel. Pengendalian lihat pada embun tepung apel. Usahakan menanam sebelum tiba musim panas yang panjang atau tanamlah varietas kapri yang berumur pendek. d. Embun tepung padi-padian dan rumput-rumputan

Penyebabnya adalah cendawan Erysiphe graminis DC. Cendawan ini menyerang keluarga Graminae. Mula-mula berwarna putih pada waktu masih muda, kemudian karena produksi conidia melimpah, maka terbentuk tepung berwarna keabuan atau merah kekuningan dan berhamburan tertiup angina, terutama pada waktu hari panas. Bila serangan menghebat, seluruh tanaman dapat tertutup cendawan. Daun engeriput dan kering, tidak dapat berasimilasi dan bertranspirasi, akhirnya tanaman menjadi kerdil.

Pengendaliannya adalah dengan cara menghindari menanam terlalu rapat. Tanamlah varietas padi yang resisten. Semprotlah dengan fungisida yang mengandung belerang.

e. Cendawan hijau atau kuning mas pada tanaman padi

Penyebabnya adalah cendawan Ustilaginoidea virens (Cke.) Takahshi. Cendawan ini menyerang tanaman padi dan juga jagung. Disebut juga cendawan bercak hitam palsu. Serangannya tidak begitu merugikan.

Cendawan ini mula-mula berkembang dalam kulit luar dan menghisap endosperm padi, kemudian membentuk sclerotium yang cukup besar sampai keluar dari sekam dan berwarna kuning emas atau kadang-kadang hijau. Pada umumnya, dalam satu malai hanya ada beberapa biji (gabah) yang terserang. Lebar sclerotia 5 mm dan panjangnya 9 mm. conidianya bulat berduri dengan diameter 4-6 mikron.

(25)

Pengendaliannya adalah sebagai berikut. Karena serangannya tidak begitu hebat, maka cukup bila kelihatan ada butir padi berwarna kuning emas segera dipotong agar jangan menular ke lain tempat. Cendawan ini banyak menyerang pada musim hujan.

f. Cendawan jelaga

Penyebabnya ada tiga macam, yaitu: Meliola mangiferae Earle pada tanaman mangga,

Meliola penzigi Sacc pada tanaman jeruk manis, dan Meliola ipmoeae Earle pada tanaman ubi

jalar. Cendawan ini menyerang tanaman yang ditempeli embun madu (cairan manis) dari serangga.

Serangga yang dapat mengeluarkan cairan manis antara lain kutu dompolan putih, kutu dompolan hijau, wereng mangga, dan aphis. Makin banyak serangganya, makin banyak cendawan jelaga yang dating.

Miselium cendawan ini hanya terdapat di permukaan daun dan tidak masuk ke dalam jaringan. Cendawan ini hanya makan embun madu yang melekat pada daun untuk pertumbuhannya. Selaput hitam tipis pada permukaan daun itu terbentuk dari hifa yang saling menjalin dan menenun. Apabila udara kering, selaput tersebut lepas dari daun dan pecah menjadi bagian-bagian kecil yang terhembus angina dan beterbangan ke mana-mana. Berkembang biak pada waktu musim kemarau, sedangkan pada musim hujan kurang begitu ganas karena embun madunya tidak begitu banyak.

Jamur jelaga sebenarnya tidak merugikan tanaman mangga, karena tidak menghisap atau makan jaringan daun. Cendawan ini hanya hidup sebagai saprofit dan makan cairan manis, tetapi karena menutup permukaan daun, maka menghalangi asimilasi C, sehingga pembetukan zat gula atau karbohidrat terhambat. Akibatnya, kesuburan tanaman berkurang dan produksi buah

(26)

terganggu. Bunga atau buah yang masih kecil rontok kalau dihinggapi cendawan ini. Bila yang dilekati buah yang telah tua, akan mengurangi kualitasnya.

Pengendaliannya: (1) serangga penghasil embun madu disemprot dengan insektisida agar mati. Jangan disemprot dengan fungisida, sebab fungisida hanya mematikan cendawan, sementara itu serangga penghasil embun madu tetap hidup. Selama hama belum lenyap, cendawan jelaga tetap akan ada, (2) bila hama pembuat embun madu telah lenyap, barulah dihembus dengan tepung belerang, agar cendawan jelaga segera hilang dari permukaan daun, (3) buah mangga, jeruk, dan lain-lain yang sudah masak, tetapi warnanya hitam karena cendawan jelaga, dapat dicelup dalam larutan 30 g calcium chloride dan 30 g asam boraks dalam 1 liter air selama 2 menit. Selanjutnya, dibilas air bersih. Larutan sabun dapat juga membersihkan jamur jelaga.

g. Penyakit roboh selada

Penyebabnya adalah cendawan Sclerotinia sclerotiorum (Lib) Sacc et Trott dan Sclerotinia minor Jagger. Penyakit ini dapat menimbulkan kerugian besar. Tanaman lain yang diserang adalah tembakau, bunga matahari, dan tanaman lain yang batangnya lunak.

Daun tanaman yang terserang terkulai atau rontok, berbercak-bercak, berlendir, warnanya coklat atau hijau pucat. Bercak-bercak kecoklatan lunak juga terdapat pada batang dan makin ke atas makin besar. Batang menjadi lunak dan busuk, akhirnya tanaman roboh.

Badan cendawan (badan buah) dibentuk dalam bercak cekung yang tertutup miselium putih atau di tengah batang (teras batang). Badan cendawan kecil, bulat berwarna hitam, dapat masuk ke dalam tanah bersama-sama dengan batang yang busuk, dan menghasilkan apothecia kecil yang masih dapat dilihat mata. Ascospora yang terbentuk dalam badan cendawan dapat

(27)

menginfeksi bagian tanaman lain. Miselium putih dapat berkembang melimpah dalam jaringan pengangkutan air, sehingga dapat menyumbat aliran air, dan menjadikan tanaman layu.

Pengendaliannya dengan cara: (1) tanaman yang sakit dicabuti dan dibakar, (2) rotasi tanaman dilakukan selama 3 tahun, karena sclerotia dapat hidup dalam tanah selama beberapa tahun. Tanaman yang tahan terhadap penyakit ini antara lain: jagung, padi-padian, bawang merah, dan bit, (3) tanah digemburkan agar permukaannya menjadi kering, (4) disemprot dengan pestisida yang mengandung tembaga.

3.2.2.3. a. Penyakit yang disebabkan Basidiomycetes, Cendawan hitam, Ustilaginales

Cendawan ini biasanya membentuk masa spora berwarna hitam dalam basidia yang berbentuk seperti gada. Masing-masing basidia mempunyai 2 – 4 spora yang bertangkai pendek. Cendawan hitam (smut fungi) ini menyerang tanaman padi-padian. Karena yang diserang butir-butir dan rangkaian seluruh bunga, warna padi menjadi hitam, sehingga kualitasnya turun dan hasilnya berkurang pula.

a. Penyakit cendawan hitam pada jagung

Penyebabnya adalah cendawan Ustilago maydis (DC) CDA, sinonimnya: Ustilago zeae (Beck) Ung. Penyakit ini menyerang tanaman jagung, terutama pada tongkolnya. Hingga saat ini tidak begitu mendatangkan kerugian di Indonesia, tetapi di Amerika Serikat, penyakit ini sangat menurunkan produksi.

Tongkol yang diserang kelihatan membengkak, ada yang kecil dan ada yang besar. Mula-mula cendawan ini berwarna keputihan sebab masih tertutup membrane. Kemudian berubah menjadi lebih tua, ungu muda, dan akhirnya menjadi hitam. Cendawan yang seperti ini dapat menyerang tongkol, daun, kuncup buku pada batang, pada rangkaian bunga jantan, dan bagian

(28)

lain. Bila pembengkakan telah masak, membrane yang tertutup menjadi kering dan pecah, kemudian keluarlah spora berbentuk tepung kering yang warnanya hitam dan berhamburan bila terhembus angina.

Bila keadaan cocok, spora dapat segera berkecambah. Daya hidup spora sering sampai bertahun-tahun. Suhu optimum untuk perkecambahan terletak antara 20 – 34oC, menurut keadaan daerah atau strain. Suhu maksimum antara 36-38oC, sedangkan suhu minimum 8oC. Spora cendawan ada yang masih tetap hidup walaupun telah termakan kuda atau sapi dan telah melewati alat pencernakan. Spora akan segera berkecambah dalam tumpukan kompos dan sporidianya akan melanjutkan tumbuh bila suhu memungkinkan. Bila spora masih hidup pada waktu kompos ditaburkan untuk pupuk, maka akan menyebar. Di lapangan, biasanya infeksi terjadi bila tanaman jagung telah setinggi 30 cm – 1,5 m dan tongkolnya baru keluar rumbainya.

Pengendaliannya: (1) tanaman jagung yang terlalu subur mengakibatkan kelembaban tinggi. Biasanya tanaman seperti itu mudah terserang penyakit ini. Oleh karenanya, jangan menanam dengan jarak tanam terlalu rapat dan jangan menggunakan kompos atau pupuk kandang yang mengandung bibit penyakit, (2) tanaman yang sakit dibakar, jangan diberikan ternak atau untuk kompos, (3) menanam varietas yang resisten, (4) bijididisinfeksi, misalnya dengan larutan sublimate, (5) dilakukan rotasi tanaman atau jangan terus-menerus menanam jagung di suatu tempat.

3.2.2.3.b. Penyakit yang disebabkan oleh Basidiomycetes, Cendawan karat, Uredinales

Disebut cendawan karat karena sporanya berwarna merah seperti besi yang berkarat. Daun yang diserang warnanya menjadi merah karat. Cendawan ini obligat parasit yang menyerang tanaman paku-pakuan dan tanaman biji (Gymnosperma dan Angiosperma). Cirri-ciri

(29)

penting cendawan ini: miseliumnya bersekat, bercabang, intercellular, jarang sekali yang intracellular, mengandung titik-titik minyak yang berwarna merah oranye atau kekuningan. Ada 5 macam bentuk daur hidup spora yang berbeda (polymorphis). Perkecambahan teliospora membentuk promiselium, atau pembentukan sporanya tidak tergantung dari tanaman inang. Menghasilkan bentuk spora yang berbeda pada tanaman inang yang berbeda dan tidak ada hubungannya (heteroecius).

a. Penyakit karat daun kopi

Penyebabnya adalah cendawan Hemileia vastatrix B and Br. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit penting di Indonesia. Pada tahun 1885, perkembangan perkebunan kopi di Indonesia terhambat karena serangan penyakit ini. Terutama menyerang tanaman kopi “Jawa” (Coffea arabica L), sampai petani harus menggantinya dengan kopi Liberica (C. liberica Bull). Mulanya, kopi liberica tahan karat daun, tetapi akhirnya terkena serangan juga. Kemudian ditanam kopi robusta (C. robusta) yang resisten terhadap karat daun. Hanya sayangnya, kualitas kopinya kalah dengan C. arabica.

Cendawan ini menimbulkan bercak-bercak di sisi bawah daun. Mulanya berwarna kuning muda, kemudian menjadi kuning oranye. Bercak ini besarnya berubah-ubah dan tertutup dengan tepung yang warnanya oranye (uredospora). Bercak ini dapat menutupi seluruh permukaan daun dan bila dilihat dari sisi atas tampak seperti “bercak minyak”. Akhirnya daun gugur sebelum waktunya. Seluruh pohon dapat habis daunnya, rantingnya, dan cabangnya kering dan akhirnya pohon mati. Penyakit ini dapat menyerang mulai dari semai sampai pohon kopi yang telah tua.

Cendawan karat masih dapat hidup di waktu musim kering pada bagian tanaman yang terserang. Pada waktu mulai musim hujan, serangan akan bertambah dan terus tersebar selama musim hujan. Daun yang terkena infeksi terus bertambah, walaupun musim hujan telah berhenti.

(30)

Uredospora tersebar dengan cara terhembus angina, percikan air, aliran air, serangga, dan ikut bersama-sama dengan pengangkutan bibit sambungan atau semai ke lain daerah yang belum terjangkiti penyakit. Daya hidup spora antara 7-28 hari, tergantung keadaan skelilingnya. Infeksi melalui mulut daun akan terjadi bila keadaan basah selama 3,5 – 12 jam. Suhu optimum 21-25oC. Daun yang muda lebih mudah terserang daripada daun yang telah tua.

Pengendaliannya: (1) penyakit ini dicegah dengan menanam jenis kopi yang resisten, misalnya “Hybride de Timor”, S 288, S 333, dan S 795, (2) disemprot dengan fungisida tembaga, 3 minggu sebelum hujan, kemudian disemprot lagi setiap 3-4 minggu sekali, selama musim hujan. Obat lainnya seperti Fentinhydroxida, Maneb, Dithianon, dan Pyracarbolid juga dapat digunakan, (3) diusahakan pohon tetap dalam keadaan baik, pemupukan cukup, tetapi buah diusahakan jangan terlalu banyak. Kalau buah terlalu banyak, dapat dilakukan penjarangan, (4) pohon diberi pelindung yang cukup, pemangkasan pada waktu permulaan musim kemarau jangan terlalu banyak, walaupun akan mengakibatkan buah tidak banyak, tetapi tanaman dapat tetap tahan penyakit, (5) menanam jenis Arabica di daerah yang cukup tinggi karena di kawasan ini serangan penyakit akan berkurang, (6) tanaman yang telah sakit berat lebih baik dibongkar dan dibakar.

3.2.2.3. c. Penyakit yang disebabkan oleh Basidiomycetes; Cendawan Palisade

Bentuk cendawan ini seperti payung, daun telinga, sarang burung, dan bola, sehingga sering disebut jamur paying, jamur kuping, jamur tanduk, jamur karang, jamur merang, dan lain-lain. Bentuk seperti paying, daun telinga, dan lain-lain itu sebenarnya merupakan badan buahnya. a. Busuk akar armillaria

Penyebabnya adalah cendawan Armillaria mellea (Fr) Quel. Penyakit busuk akar pernah menyerang areal jeruk di daerah Malang Utara sampai ribuan pohon. Banyak petani jeruk yang

(31)

menderita kerugian. Selain jeruk, juga diserang tanaman alpokat, coklat, kopi, karet, mangga, kina, the, kelapa, lada, singkong, pisang, dan lain-lain.

Daunnya kelihatan menguning atau kadang-kadang berbecak merah tembaga,kemudian layu dan rontok. Rontoknya daun terjadi sedikit demi sedikit, tetapi dapat juga secara tiba-tiba. Kadang-kadang didahului dengan terbentuknya bunga yang tidak akan menjadi buah, tetapi rontok. Gejalanya sering menyerupai penyakit akar yang lain, misalnya Rigidoporus lignosus (Klotzsch) Imazeki pada tanaman karet, the, papaya, coklat, dan kelapa. Cendawan Armillaria ini terutama menyerang akar yang terletak di dekat permukaan tanah atau leher akar. Kulit akar akan membusuk dan mengeluarkan bau tidak enak dan berwarna hitam kebiruan.

A. mellea biasanya berkembang biak secara vegetatif. Cendawan ini dapat hidup saprofit

dalam tanah. Bila terjadi kontak dengan ujung akar yang sehat, dapat masuk ke dalam jaringan akar dan menjalar dengan cepat ke leher akar serta menyebar ke akar sehat Rhozomorphs yang garis tengahnya 1-2 mm dapat menjalar bebas dalam tanah sehingga mudah menyebar ke tanaman yang masih sehat.

Pengendaliannya: (1) tanaman yang sakit berat dicabut dan dibakar, sedangkan bekas tanaman dibuat lubang terbuka, akar diambili dan dibakar. Kalau perlu, lubang bekas cabutan juga ikut dibakar. Di bekas tanaman sakit jangan ditanami dulu, (2) tanah tempat tanaman yang belum sakit berat dibuka. Akar yang sakit dipotong. Bekas luka diberi fungisida. Tanah bekas galian ditaburi belerang, (3) dilakukan penjarangan tanaman dan dicegah kemungkinan terjadinya kontak antara tanaman sakit dan yang masih sehat, (4) kalau kelihatan ada Rhizomorph dan Sporophora diambil dan dibakar.

(32)

Penyebabnya adalah Corticium salmonicolor B et Br, sinonimnya: Pellicularia

salmonicolor B et Br. Jamur upas sering disebut pula penyakit merah jambu atau penyakit merah

muda. Cendawan ini sering menyerang jeruk, karet, nangka, mangga, melinjo, kopi, coklat, the, lengkeng, dan lainnya. Serangan cendawan ini terutama banyak terjadi pada musim hujan dan udara lembab. Dapat juga akibat kekurangan sinar surya atau tanaman rimbun

Gejalanya: pada ranting cabang atau batang tampak miselium seperti laba-laba atau sutera yang mengkilap yang kemudian warnanya berubah menjadi merah jambu. Tanaman yang terserang daunnya layu dan berubah warna menjadi coklat lalu rontok, dan akhirnya mati.

Spora cendawan ini menyebar karena terhembus angina. Pada waktu udara kering, cendawan berada dalam keadaan dormansi. Begitu hujan, dan udara lembab, spora segera berkecambah.

Pengendaliannya: (1) Bila tingkat infeksi masih ringan, tempat serangan cendawan digosok atau digaruk sampai hilang. Jangan sampai kotoran bekas cendawan mengenai bagian yang masih sehat. Bekas luka yang digosok, diolesi ter carbolineum, meni atau cat. Untuk menghindari terkena serangan lagi, semprotlah dengan fungisida tembaga berkadar tinggi, kira-kira 3 minggu sekali, (2) bila serangan cendawan demikian hebat, yaitu sudah mencapai tingkatan 2, 3, dan 4, lebih baik tanaman dipotong. Pemotongan dilakukan di bagian yang masih sehat, jauh dari batas bagian yang sakit dan sehat agar spora tidak berhamburan. Sebelum dilakukan pemotongan, bagian yang kena penyakit lebih baik dioles lebih dahulu dengan fungisida seperti bubur Bordeaux, meni, cat, atau dengan carbolineum. Kemudian bekas potongan juga dioles dengan fungisida. Cabang tanaman sakit yang telah dipotong harus segera dibakar, (3) tanaman yang bukan merupakan tanaman pokok diperiksa, kemungkinan juga

(33)

terserang jamur upas, sehingga harus segera diobati atau dipotong, (4) bila keadaan terlalu lembab, harus dilakukan pemangkasan pada tanaman pokok maupun pelindung.

(34)

3.2.2.4. Penyakit yang disebabkan Fungi Imperfekti (Cendawan yang tidak sempurna)

Hifa dari cendawan ini bersekat, tetapi tidak menghasilkan tingkatan seksual. Cendawan ini terdiri atas banyak jenis dan menghasilkan sekurang-kurangnya 2 tipe spora atau badan buah spora dalam perjalanan daur hidupnya, misalnya: cendawan tepung pada fase perfect (fase generatif) menghasilkan Conidia dari tipe Oidium.

a. Penyakit bercak kering

Penyebabnya adalah Alternaria solani (E and M) Jones and Grout. Penyakit ini disebut juga bercak daun, penyakit Alternaria, “early blight” untuk membedakannya dengan “late blight” atau penyakit Irlandia, yang penyebabnya cendawan Phytophthora infestans. Penyakit bercak kering ini telah menyebar ke seluruh daerah penanaman kentang di dunia, seperti AS, Kanada, Indonesia, Austalia, Selandia Baru, dan lainnya. Selain itu, juga menyerang tomat, terung, dan cabai.

Gejala serangannya adalah sebagai berikut. Pada daun kelihatan ada bercak-bercak coklat tua sampai hampir hitam, bentuknya bulat dengan lingkaran-lingkaran yang konsentris. Dalam keadaan tertentu, bercak-bercak itu tetap kecil dan bersudut serta tidak memiliki lingkaran

(35)

konsentris, dibatasi beberapa tulang daun yang lebih kecil. Bercak-bercak ini bila membesar akan bergabung menjadi satu. Serangan biasanya dimulai dari daun bawah, kemudian naik ke atas, kadang-kadang juga menyerang batang. Daun yang diserang tepinya menjadi tidak rata, bergerigi atau pecah tidak teratur. Kadang-kadang berlubang, karena bercak-bercak itu mongering lalu jatuh. Kadang-kadang daun menggulung atau keriting. Apabila serangan menghebat, daun menguning dan kering, yang masih berwarna hijau hanya ujung-ujung tunasnya saja. Karena daun banyak yang rontok, maka umbi akan tetap kecil, kulitnya lunak dan kurang mengandung tepung. Penyakit ini juga menyerang umbi. Pada umbi kelihatan ada bercak-bercak berwarna lebih tua daripada kulit yang tidak terserang. Sedikit cekung, bulat atau tidak teratur. Jaringan di bawah bercak kelihatan berwarna coklat kering dan bergabus, dalamnya lebih kurang 5 mm.

Spora banyak dibentuk pada waktu hujan dan embun. Conidia tersebar karena angina, lebah, atau serangga yang memakan daun. Infeksi terjadi lewat kulit epidermis, bercak-bercak akan kelihatan dalam waktu 2-3 hari, dan dalam 3-4 hari sudah terbentuk spora. Pembentukan spora terjadi bila garis tengah bercak telah mencapai 3 mm. miselium cendawan A. solani dalam daun yang kering masih dapat bertahan hidup selama 1-1,5 tahun. Konidianya masih dapat berkecambah 10%, meskipun telah disimpan selama 17 bulan, pada suhu kamar. Suhu minimum 26,1oC dan maksimum 34,5oC. Selain kentang, cendawan ini juga menyerang buah tomat.

Pengendaliannya: (1) disemprot dengan bubur Bordeaux atau Calcium arsenat, (2) dilakukan rotasi tanaman, (3) tanaman yang sakit dicabuti dan dibakar, (4) tanamlah jenis yang resisten.

(36)

Penyebabnya adalah Colletotrichum lindemuthianum (Sacc and Magn) Bri and Cav. Penyakit ini juga disebut kanker polong, bercak polong, karat polong. Penyakit ini telah tersebar di seluruh dunia, dari Eropa, AS, Asia, Indonesia, dan lainnya.

Penyakit ini terutama menyerang polong buncis, selain biji, semai, daun, dan bagian vegetatif lainnya. Polong buncis yang masih muda kelihatan berbecak-bercak kecil, kemudian meluas sampai bergaris tengah 1 cm atau lebih. Bercak ini cekung dengan pusat berwarna lebih tua. Bagian tepi berwarna coklat karat dengan batas kemerah-merahan. Mula-mula hanya terdapat sedikit bercak, kemudian bertambah banyak.

Bentuknya tidak teratur, kemudian meluas sehingga bercak satu dengan lainnya akan bersinggungan. Bila udara lembab akan terlihat masa spora yang lengket berwarna kemerahan di bagian yang cekung. Bercak ini lama kelamaan akan menjadi seperti luka bernanah.

Kadang-kadang luka ini hanya terdapat pada dinding polong, tetapi kadang-kadang dapat menerobos sampai ke biji. Biji yang terserang kelihatan berbecakcekung pada kulit yang berwarna coklat. Bila biji dapat berkecambah, akan kelihatan bercak pada keeping atau

(37)

hypocotylnya. Akibatnya, semai dapat roboh. Serangan pada tanaman yang lebih tua akan menimbulkan bercak-bercak berwarna hitam atau coklat tua di seluruh batang. Luka-luka ini dapat meluas sampai sepanjang 7-10 cm. Tanaman muda yang terserang akan roboh dan mati. Serangan cendawan ini juga dapat mencapai tangkai atau tulang daun, sehingga daun yang terserang akan menjadi layu. Bila serangannya mencapai bunga, maka bunga yang terserang akan rontok dan tidak menjadi polong.

3.3. Penyakit yang Disebabkan oleh Bakteri2

P

enyakit bakteri pada tanaman, baru dikenali pada tahun 1878 – 1883 oleh Burril.

Ternyata banyak bakteri yang dapat menyebabkan sakit pada tanaman. Di antaranya pada tanaman apel dan per. Sebelum tahun 1878, belum diketahui adanya penyakit bakteri pada tanaman. Smith, pada tahun 1920, melaporkan bahwa terdapat banyak penyakit yang disebabkan oleh bakteri pada bermacam-macam tanaman. Jumlahnya lebih dari 60 keluarga dan lebih dari 150 genus. Pada tahun 1930, Elliot melaporkan telah mencatat 177 jenis penyakit bakteri pada tanaman. Bergey pada tahun 1930 mengatakan bahwa penyakit tanaman dibagi dalam dua genus, yaitu Erwinia dengan 12 jenis dan Phytomonas dengan 81 jenis, tetapi ternyata di kemudian hari lebih banyak lagi penyakit bakteri yang ditemukan.

3.3.1. Tipe penyakit bakteri

3.3.1.1. Penyakit pembuluh pengangkut air

Penyakit ini menyerang pembuluh pengangkut air pada tanaman, sehingga pembuluh itu penuh bakteri, jalannya air terhambat tidak dapat mencapai daun, akhirnya daun menjadi layu. Misalnya, Pseudomonas solanacearum yang menyebabkan busuk coklat pada tanaman kentang,

(38)

terung, tomat, tembakau, dan tanaman yang termasuk keluarga Solanaceae; kemudian

Pseudomonas campestris yang menyebabkan busuk hitam pada tanaman kol, kubis bunga, sawi,

kol tunas, dan tanaman lainnya yang termasuk keluarga Cruciferae.

3.3.1.2. Penyakit parenchym

Patogen menyerang jaringan parenchyma yang lunak atau succulent yang menyebabkan terjadiya nekrosis atau membusuk bagian yang diserang, misalnya Pseudomonas malvacearum yang menyebabkan bercak daun menyudut pada tanaman kapas; Bacillus carotovorus yang menyebabkan busuk lunak pada akar wortel, atau bagian lainnya yang lunak dari batang atau buah pada tanaman lainnya.

3.3.1.3. Penyakit hyperplastis

Bakteri ini menyebabkan terjadinya bintil, tumor, bonggol, atau bengkak. Bakteri merangsang sel-sel tanaman sehingga terjadi perkembangan yang lebih cepat dari biasanya, sehingga terbentuk bisul atau tumor. Misalnya, Pseudomonas tumefaciens yang menyebabkan bisul akar pada tanaman apel, dan lain-lain.

Letak bakteri pada jaringan yang sakit ada beberapa macam: (1) interselular, bakteri terletak dalam ruangan antarsel, pada umumnya menyebabkan penyakit parenchyma, (2) Intraseluler, bakteri terletak dalam sel, (3) Intravascular, bakteri terletak dalam jaringan pengangkutan air (xylem) dan jaringan lain.

Kerja bakteri pada tanaman inang ada berbagai cara: (1) Dengan adanya enzyme bakteri dapat memecah sel, sehingga menimbulkan lubang pada bermacam-macam jaringan, (2) Dengan adanya enzyme, bakteri dapat memecah tepung menjadi gula, senyawa nitrogen yang kompleks

(39)

menjadi lebih sederhana, untuk mendapatkan energi hidup, (3) Bakteri menghasilkan zat racun, dan lain-lain, yang merugikan tanaman, (4) Menghasilkan zat yang dapat merangsang sel-sel inang membelah secara tidak normal.

Penyebaran penyakit bakteri juga bervariasi: (1) Melalui bibit berupa biji, buah, umbi, batang stek, dan lain-lain, sehingga pada waktu ditanam bakteri dapat tersebar, (2) Melalui serangga, burung, siput, ulat, manusia, dan lain-lain, (3) Melalui pupuk kandang atau kompos.

Reaksi tanaman inang terhadap serangan bakteri bervariasi: (1) Pertumbuhan jaringan atau keseluruhan tanaman menjadi terhambat, (2) Terjadi perubahan warna, dapat menjadi hijau tua, menguning atau pucat, (3) Terjadi distorsi pada daun, batang, atau bagian tanaman yang lain, (4) timbul jaringan baru, karena pembelahan sel bertambah (hyperplasia) atau terjadi hypertrophy. Membentuk sel-sel gabus untuk menahan kemajuan serangan bakteri.

Menurut Bergey’s Manual, edisi 1948, bakteri dibagi menjadi 5 ordo: (1) Eubacteriales atau bakteri sejati. Selnya tegar, tunggal, membentuk dalam rantai dan berkumpul dalam massa, (2) Actinomycetes, selnya tegar, bentuknya menyerupai cendawan atau seperti benang bercabang, (3) Chlamydobacteriales, selnya tegar, menyerupai ganggang, (4) Nyxobacteriales, selnya lentur, gerakannya merangkak, (5) Spirochaetales, selnya lentur, berbentuk spiral dan dapat bergerak

a. Penyakit layu bakteri

Penyebabnya adalah bakteri Pseudomonas solanacearum (EF Smith) EF Smith, sinonimnya: Xanthomonas solanacearum (EF Smith) Dowson; Bacterium solanavearum (EF Smith) EF Smith; Phytomonas solanacearum (EF Smith) Bergey. Penyakit ini juga disebut penyakit lender, liyer, lengger, klenger. Penyakit ini menyerang tanaman tembakau, tomat, cabai, terung, kacang tanah, pisang, wijen, dan lebih dari 140 jenis tanaman, terutama yang termasuk

(40)

dalam keluarga Solanaceae. Penyakit ini tersebar di daerah tropis dan subtropics, dari Afrika, Asia, Australia, Amerika, dan Eropa.

Gejalanya sebagai berikut. Patogen menyerang jaringan pengangkutan air, sehingga mengganggu transport air tanaman inang. Akibatnya, kelihatan gejala layu, menguning, dan kerdil. Bila keadaan memungkinkan, tanaman yang mudah terserang seperti tembakau, kentang, tomat, dan terung akan segera mati dalam beberapa hari. Bila keadaan kurang baik bagi patogen, maka layunya tanaman pelan-pelan atau tidak layu, tetapi pertumbuhannya kerdil, menguning, dan daunnya mongering. Pada tanaman cabai, akan terjadi perubahan warna dan daun mudanya akan terkulai, anakannya menjadi kerdil atau menghitam, buahnya kerdil atau busuk, akarnya juga membusuk.

Apabila tanaman yang terserang, batangnya dipotong melintang akan kelihatan penampang melintang berwarna coklat, apabila dipijat akan keluar lender yang berwarna putih kotor dari bekas potongan yang berisi jutaan bakteri. Bila batang dibelah memanjang, akan kelihatan garis-garis berwarna coklat. Kadang-kadang garis ini mencapai daun. Akar yang sakit berwarna coklat.

Penyakit layu bakteri kadang-kadang dikelirukan dengan penyakit layu cendawan Verticilillium dan Fusarium spp, untuk membedakannya kalau layu cendawan, batang tanaman yang sakit kalau dipotong tidak mengeluarkan lender, kalau dimasukkan dalam air, sedangkan pada layu bakteri akan keluar lender.

Pengendaliannya: (1) rotasi tanaman, dengan menanam tanaman yang tidak diserang penyakit, misalnya Mimosa invisa selama lebih kurang 2 tahun, (2) pesemaian disterilisasi dengan air panas 100oC. Tanah difumigasi dengan methyl bromide, (3) menggunakan air siraman yang bebas dari penyakit.

(41)

b. Busuk lunak bakteri

Penyebabnya adalah Erwinia carotovora (LR Jones) Hollander, sinonimnya: Bacillus

carotovorus LR Jones. Penyakit busuk lunak ini banyak menyerang tanaman sayuran seperti kol,

sawi, wortel, kentang, tomat, kacang tanah, buncis, selada, dan lain-lain. Tanaman yang diserang akan menjadi lunak, berlendir, baunya busuk, bila keadaan memungkinkan, penyakit akan cepat sekali menjalar ke seluruh tubuh tanaman. Gejala pertama pada daun yang masih segar tampak bercak berair, kemudian warnanya berubah menjadi kecoklatan. Bila yang diserang batangnya, tanaman dapat roboh sehingga disebut penyakit busuk batang.

Pengendaliannya: (1) tanaman kol, sawi, dan lain-lain yang telah diserang lebih baik segera dipanen untuk dikonsumsi. Bila telah terserang berat, sebaiknya dibakar dengan seluruh akar, batang, dan daunnya. Tanah bekas tanaman jangan terbawa ke mana-mana, (2) sebelum terkena serangan, tanaman disemprot dengan fungisida, (3) sayuran yang sehat saja yang disimpan atau dijual ke pasar, karena dapat menyebabkan kerusakan pada sayuran yang masih sehat.

3.4. Penyakit Virus3

V

irus berasal dari bahasa Latin, artinya lender yang beracun dan dapat menular. Dulu

virus dianggap bukan kehidupan, tetapi hanya racun yang tersusun dari jenis protein yang dapat berkembang biak bila berada dalam sel yang hidup. Saat ini diketahui bahwa virus adalah organisme yang hidup karena ternyata dapat berkembang biak secara besar-besaran. Karena virus

3 Sumber utama penulisan sub bab ini adalah Pracaya (2003), Sinaga, MS (2003), dan Endah, J (2002), kecuali

(42)

tersebut kecil sekali, maka tidak dapat dilihat dengan mikroskop biasa dan harus dengan mikroskop electron. Jenis virus banyak sekali. Ada yang menyerang tanaman, tetapi juga ada yang menyerang manusia dan binatang. Virus walaupun kecil sekali, tetapi banyak yang merugikan mahluk hidup. Virus mempunyai sifat parasit yang mutlak (obligat), yaitu hanya dapat hidup dan berkembang di dalam organisme hidup, tetapi ada beberapa virus yang dapat tahan dalam keadaan tidak aktif (dorman) dalam waktu yang lama sekali di dalam daun tembakau kering, tanah, atau lainnya. Virus yang dorman tersebut bila menjumpai organisme yang sesuai akan bangun lagi, aktif lagi, menjadi parasit dan berkembang lagi seperti semula.

Cara pemberian nama virus masih belum teratur. Pada umumnya, digunakan nama tenaman yang diserang, biasanya dalam bahasa Inggris, lalu disingkat. Misalnya, Potato Virus X, disingkat PVX dan Potato Leaf Roll virus, disingkat PLRV. Ada pula yang diberi nama secara cryptogram, ditulis dengan kode. Belum ada dasar yang dapat diterima untuk klasifikasi virus. Banyak virus yang dapat membentuk strain, gejalanya berbeda-beda.

Gejala tanaman yang terserang virus bermacam-macam, tergantung dari jenis virus yang menyerang. Tanaman yang diserang ada yang daunnya menjadi keriting, belang-belang kuning hijau, jadi kerdil, daun menggulung, kematian pucuk, ruas-ruas menjadi pendek sekali, warna bunga berubah, buah menjadi menggeliat, dan lain-lain. Gejalanya sering bersama-sama timbul dalam satu jenis tanaman. Gejala penyakit virus dibagi menjadi tiga, yaitu: (1) klorose, pembuluh tulang daun menjadi jelas (menguning) atau daun belang-belang setempat atau mosaic. Jaringan yang dekat pembuluh lebih pucat warnanya, (2) nekrosis, ada bercak-bercak coklat mati, atau garis coklat mati, dalam keadaan serangan berat dapat seluruh atau sebagian tubuh organ tanaman mati, (3) kerdil, bentuk tubuh tidak normal, sebagian organ atau seluruh tubuh tanaman menggeliat. Strain yang berbeda-beda dari satu jenis virus dapat juga menimbulkan

Referensi

Dokumen terkait

Berangkat dari rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah perjuangan di wilayah Sleman Utara, peranan rakyat Sleman Utara dan meletusnya peristiwa

Oleh karena itu ijtihad adalah suatu keniscayan yang harus dilakukan oleh umat Islam agar hukum Islam selalu up to date dalam setiap zaman, tempat dan keadaan yang

Theme must be related to other elements in a novel to build a good story,. because from theme story

Pada sepuluh hari ketiga (dasarian III) bulan Januari 2018, dari peta gradien terlihat wilayah Indonesia sekitar selatan equator didominasi oleh sel tekanan rendah

Dikatakan metode karena ushul fiqih dimaknai al-ilm , dan dikatakan kaidah-kaidah karena ushul fiqih adalah kumpulan kaidah-kaidah ( al-Qowaid ) yang dengan kaidah

 Panik tanpa alasan, takut yang tidak beralasan pada objek atau kondisi kehidupan..  Rasa khawatir yang tidak dapat dijelaskan

The instrument used in this study was a questionnaire religiosity developed from the concept of dimensions of religiosity Stark and Glock (1967) modified version of

Simpulan penelitian : Pemberian ekstrak biji jinten hitam ( Nigella sativa ) pada cawan petri memberikan efek antifungi terhadap pertumbuhan Microsporum gypseum