• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI STABILITAS FISIK DAN PENENTUAN NILAI SPF (SUN PROTECTION FACTOR) KRIM TABIR SURYA EKSTRAK PERIDERM. UMBI SINGKONG (Manihot utilissima Pohl)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI STABILITAS FISIK DAN PENENTUAN NILAI SPF (SUN PROTECTION FACTOR) KRIM TABIR SURYA EKSTRAK PERIDERM. UMBI SINGKONG (Manihot utilissima Pohl)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

UJI STABILITAS FISIK DAN PENENTUAN NILAI SPF (SUN

PROTECTION FACTOR) KRIM TABIR SURYA EKSTRAK PERIDERM

UMBI SINGKONG (Manihot utilissima Pohl)

ARTIKEL

Oleh

Randi Sugara

NIM 050112a073

PROGRAM STUDI FARMASI

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

(2)
(3)

2 UJI STABILITAS FISIK DAN PENENTUAN NILAI SPF (SUN PROTECTION

FACTOR) KRIM TABIR SURYA EKSTRAK PERIDERM UMBI SINGKONG

(MANIHOT UTILISSIMA POHL) Randi Sugara

Program Studi Farmasi Sekolah Tinggi Ngudi Waluyo, Ungaran ABSTRAK

Latar Belakang: Radiasi sinar matahari dapat mempengaruhi kesehatan, dapat dicegah dengan cara penggunaan tabir surya. Senyawa aktif antioksidan golongan flavonoid telah dilaporkan memiliki kemampuan perlindungan terhadap sinar UV, salah satunya yaitu periderm umbi singkong. Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengetahui stabilitas fisik dan efektivitas serta nilai SPF sediaan krim tabir surya ekstrak periderm umbi singkong.

Metode: Desain penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Sampel yang digunakan adalah periderm umbi singkong yang dibuat menjadi ekstrak kental dengan metode maserasi. Hasil ekstrak kental dibuat menjadi sediaan krim tabir surya dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5%. Sediaan diuji evaluasi fisik, stabilitas fisik dan perhitungan nilai SPF.

Hasil: Ekstrak periderm umbi singkong dapat dibuat menjadi sediaan krim yang memenuhi persyaratan pengujian dan memiliki kestabilan secara fisik. Nilai SPF yang diperoleh pada krim tabir surya ekstrak periderm umbi singkong konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5% yaitu 10,05 (maksimal), 23,02 (ultra), 41,48 (ultra).

Simpulan: Krim tabir surya ekstrak periderm umbi singkong memiliki kestabilan secara fisik, memiliki aktivitas perlindungan sinar UV secara in vitro dan memiliki nilai SPF konsentrasi 2,5%, 5%, dan 7,5% yaitu 10,05 (maksimal), 23,02 (ultra), 41,48 (ultra).

Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan periderm umbi singkong (Manihot utilissima Pohl.) sebagai bahan perlindungan sinar UV dalam bentuk sediaan lain untuk tabir surya.

Kata kunci : Umbi singkong (Manihot utilissima Pohl.), krim, tabir surya, SPF ABSTRACT

Background: Solar radiation which affects the health, can be prevented by the use of sunscreen. Active antioxidant flavonoid compounds have been reported to have the capability of protection against UV rays, one of which is periderm cassava root. Objective: The study aims to determine the physical stability and effectiveness as well as the value of SPF sunscreen cream dosage from periderm extract of cassava root.

Methods: This study design was an experimental research. The sample was periderm cassava made into thick extract by using maceration method. Output of thick extract was made into a sunscreen preparation with the concentrations of 2.5%, 5% and 7.5%. Preparations were tested for their physical evaluation, physical stability and SPF value calculation.

Results: Periderm extract of cassava root could be made into preparations of cream which met the requirements of the test and had a physical stability. SPF value was obtained in a sunscreen cream of periderm extract of cassava root with the concentration of 2.5%, 5% and 7.5%, which was 10.05 (maximum), 23.02 (ultra), 41.48 (ultra).

Conclusion: Sunscreen cream from periderm extract of cassava root has physical stability, has UV protection activity by in vitro and has SPF value of the concentrations of 2.5%, 5% and 7.5%, which is 10.05 (maximum), 23, 02 (ultra), 41.48 (ultra).

Suggestions: It needs to do more research regarding the use of periderm in cassava (Manihot utilissima Pohl.) as UV protection materials in other dosage forms for sunscreens.

(4)

3 A. PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara yang terletak di daerah tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang musim. Radiasi sinar matahari dapat mempengaruhi kesehatan semua individu. Untuk mencegah efek buruk paparan sinar matahari dapat dilakukan dengan cara menghindari paparan berlebihan sinar surya, yaitu memakai tabir surya topikal apabila memang kegiatan mengharuskan berada di bawah terik matahari (Perwitasari dkk., 1999).

Sinar surya yang sampai di permukaan bumi dan mempunyai dampak terhadap kulit dibedakan menjadi sinar ultraviolet A (UV-A) (λ 320-400 nm), sinar UV-B (λ 290-320 nm) dan sinar UV-C (λ 200-290 nm) (Tahir dkk, 2002). Efek buruk sinar UV dipengaruhi oleh faktor individu, frekuensi, lama pejanan serta intensitas radiasi sinar UV (Tahir et al, 2002). Senyawa tabir surya merupakan senyawa yang dapat melindungi kulit terhadap eritema (dampak dari paparan sinar UV-B yang berlebihan) dan mampu melindungi kulit terhadap bahaya pigmentasi (kerusakan warna kulit) yang disebabkan tingginya intensitas dari sinar UV-B. Mekanisme perlindungan sinar UV dari suatu senyawa tabir surya adalah penyerapan sinar UV oleh senyawa tersebut (Ghazali, 2007).

Penggunaan zat-zat yang bersifat antioksidan dapat mencegah berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh radiasi sinar UV. Beberapa golongan senyawa aktif antioksidan seperti flavonoid, tanin, antraquinon, sinamat, dan lain-lain telah dilaporkan memiliki kemampuan perlindungan terhadap sinar UV (Hogadeet al, 2010). Senyawa fenolik khususnya golongan flavonoid mempunyai potensi sebagai tabir surya karena adanya gugus kromofor (ikatan rangkap tunggal terkonjugasi) yang mampu menyerap sinar UV A maupun UV B sehingga mengurangi intensitasnya pada kulit (Wolf, et al., 2001).

Singkong termasuk familia Euphorbiaceae, genus Manihot, spesies utilissima. Umbi singkong yang sudah matang terdiri atas kulit luar (periderm), kulit dalam (cortex) dan daging umbi (parenchyma). Dalam proses pengolahan singkong dari bahan mentah menjadi beragam produk olahan singkong, menghasilkan limbah berupa kulit singkong. Potensi tersebut dapat digunakan sebagai peluang untuk memberikan nilai tambah pada kulit singkong sebagai bahan aktif untuk sediaan kosmetik tabir surya (Vedder, 2008).

Menurut Karundeng et al (2014), dengan judul “aktivitas tabir surya dari ekstrak fenolik periderm umbi ubi kayu (Manihot utilissima)” menyatakan bahwa ekstrak periderm umbi ubi kayu dengan kandungan senyawa flavonoid konsentrasi 0,5 mg/ml menghasilkan nilai SPF sebesar 11,388. Berdasarkan klasifikasi SPF menurut Wasitaatmadja (1997), dapat dilihat bahwa nilai SPF periderm umbi kayu berada pada tingkat maksimal. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul uji stabilitas fisik dan penentuan nilai SPF krim tabir surya ekstrak periderm umbi singkong (Manihot utilissima Pohl).

Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Untuk mengetahui stabilitas fisik dan efektifitas sediaan krim tabir surya yang berbahan dasar ekstrak periderm umbi singkong.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui stabilitas fisik dari sediaan krim tabir surya yang dibuat.

b. Untuk mengetahui apakah sediaan krim tabir surya ekstrak periderm umbi singkong memiliki aktivitas terhadap perlindungan sinar UV (ultraviolet).

c. Untuk mengetahui berapa nilai SPF (Sun Protection Factor) yang dimiliki pada ekstrak periderm umbi singkong untuk sediaan krim tabir surya.

(5)

4 B. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, yaitu stabilitas fisik dan penentuan nilai SPF (Sun Protection Factor) secara invitro. Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah periderm umbi singkong dari daerah Ungaran, Jawa Tengah. Ciri-ciri umbi singkong yang digunakan yaitu kulitnya berwarna coklat, berdiameter 2-5 cm, panjang 20-60 cm, daging umbi berwarna putih/kekuning-kuningan, dan dagingnya bergetah. Determinasi dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematika, Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah. Umbi singkong dicuci hingga bersih, kemudian dikupas, dan diambil bagian kulit luarnya yang berwarna cokelat, kemudian diangin-anginkan hingga kering. Periderm yang benar-benar kering dan bebas dari pengotor ditimbang dan digiliing hingga menjadi serbuk lalu diayak.

Periderm umbi singkong diekstraksi menggunakan metode maserasi dilakukan pada suhu kamar, dengan pelarut etanol 70% selama 5 hari. Ekstrak yang dihasilkan diuapkan dengan waterbath pada suhu 60oC sehingga diperoleh ekstrak kental periderm umbi singkong dengan rendemen sebesar 21,68%.

Identifikasi flavonoid ekstrak periderm umbi singkong dilakukan dengan penambahan FeCl3 5%, NaOH 10%, H2SO4 pekat. Menandakan positif flavonoid bila

dihasilkan larutan berturut-turut berwarna hitam, biru violet, dan orange kekuningan. Formula Krim Tabir Surya

Fase Bahan Jumlah (gram)

Formula 1 Formula 2 Formula 3

Ekstrak Periderm Umbi Singkong 5 10 15

I Asam Stearat 12 12 12 Setil Alkohol 0,2 0,2 0,2 Propil Paraben 0,08 0,08 0,08 II Trietanolamin 2 2 2 Gliserin 10 10 10 Metil Paraben 0,1 0,1 0,1

Aquadest Add 100 Add 100 Add 10%

Pembuatan basis krim dilakukan dengan fase I dan fase II masing-masing dipanaskan di atas waterbath suhu 60-70o C sampai lebur. Campurkan fase I dan II sedikit demi sedikit lalu gerus sampai dingin sampai terbentuk masa basis krim yang homogen. Kemudian ditambahkan ekstrak periderm umbi singkong untuk masing-masing formula sedikit demi sedikit kemudian digerus hingga homogen, kemudian disimpan dalam wadah krim.

Pengujian Sediaan Krim 1) Uji Evaluasi Fisik

a) Pengamatan Organoleptis

Pengamatan organoleptis sediaan krim meliputi pengamatan terhadap warna, tekstur, dan bau dari sediaan krim (Faradiba, 2013).

b) Pengukuran pH

Pengukuran pH menggunakan pH universal. pH untuk sediaan tabir surya adalah 4,5-7,5.

c) Uji Homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan menggunakan gelas objek. Krim dioleskan pada kaca objek dan diamati adanya butiran kasar secara visual.

(6)

5 d) Uji Daya Lekat Krim

Cara kerjanya yaitu ditimbang 0,5 gram sediaan krim yang telah dibuat, oleskan pada objek glass dan ditutup dengan penutup objek glass pada alat daya lekat tersebut. Kemudian ditambah beban 500 g, biarkan selama 1 menit. Setelah 1 menit turunkan beban dan tarik pada alat daya lekat tersebut dan catat lamanya waktu penutup objek glas terlepas.

2) Uji Stabilitas Fisik

a) Uji Stabilitas pada Suhu Kamar, dan Suhu 54±2oC

Tiap formula disimpan pada suhu kamar, dan 54±2oC dan diukur parameter-parameter kestabilannya seperti bau, warna, dan pH selama 14 hari dengan pengamatan pada hari pertama dan hari ke-14.

b) Cycling Test

Sampel disimpan pada suhu 4oC selama 24 jam lalu dipindahkan ke dalam oven bersuhu 40±2oC selama 24 jam, waktu selama penyimpanan dua suhu tersebut dianggap satu siklus. Uji stabilitas dilakukan sebanyak 6 siklus kemudian diamati ada tidaknya pemisahan fase dan inversi (Djajadisastra, 2004).

c) Uji Sentrifugal

Pengujian stabilitas dilakukan dengan menempatkan sampel krim ke dalam tube sentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 10 menit (Iswindari, 2014). Syaratnya yaitu tidak terjadi pemisahan.

3) Uji In Vitro Nilai SPF Sediaan Krim

Penentuan efektivitas tabir surya dilakukan dengan menentukkan nilai SPF secara

in vitro dengan alat spektrofotometer UV. Krim di encerkan 4000 ppm, dengan

mengambil masing-masing 0,1 gram dan dilarutkan dalam etanol 96% sebanyak 25ml lalu dicampur hingga homogen (Mokodompit, 2013).

Sampel dimasukkan ke dalam kuvet lalu dimasukkan dalam spektofotometer UV. Buat kurva serapan uji dalam kuvet, dengan panjang gelombang antara 290-320 nm, gunakan etanol 96% sebagai blanko. Tetapkan serapan rata-ratanya (Ar) dengan interval 5 nm (Mokodompit, 2013).

Hasil absorbansi dicatat kemudian dihitung nilai SPFnya dengan rumus sebagai berikut: (Mansur, 1986; Petro, 1981)

∆AUC = AUC1+ AUC2+ AUC3+ AUC4+ AUC5 + AUC6

SPF = antilog SPF

Keterangan: Aa : Absorbansi pada panjang gelombang anm

Ab : Absorbansi pada panjang gelombang bnm

dPa-b : Selisih panjang gelombang a dan b

λn : Panjang gelombang terbesar (320 nm)

λ1 : Panjang gelombang terkecil (280 nm)

AUC : Area Under Curve ∆AUC : Jumlah AUC Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini bervariasi. Uji evaluasi fisik meliputi pengamatan organoleptis, pengukuran pH, uji homogenitas, dan uji daya lekat krim. Hasil pengukuran pH, uji homogenitas, dan uji daya lekat krim dianalisis secara deskriptif.

(7)

6 Uji stabilitas fisik meliputi uji stabilitas pada suhu kamar dan suhu 54±2oC, cycling

test, dan uji sentrifugal. Pada uji stabilitas pada suhu kamar dan suhu 54±2oC, diamati bau, warnanya, serta pHnya pada hari pertama dan hari ke-14, kemudian dibuat tabel, apakah hasilnya dari hari yang berbeda tetap sama atau tidak. Hasil cycling test dianalisis adanya pemisahan fase dan inversi serta uji sentrifugal dianalisis ada tidaknya pemisahan.

Uji invitro nilai SPF (Sun Protection Factor) sediaan krim tabir surya dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan dihitung nilai SPF dari sediaan. Nilai SPF dari sediaan dikategorikan ke dalam proteksi minimal, sedang, ekstra, maksimal, atau proteksi ultra.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Determinasi tanaman singkong (Manihot utilissima Pohl.) adalah 1b, 2b, 3b, 4b, 6b, 7b, 9b, 10b, 11b, 12b, 13b, 14a, 15a, ... Golongan 8: Tanaman dengan daun tunggal terletak tersebar ... 109b, 119b, 120a, 121b, 124b, 125b, ... Famili 67: Euphorbiaceae ...1b, 3a, 4b, 5b, 6b, 7a, 8a, ...Genus 6: Manihot ... Spesies: Manihot utilissima Pohl. (Singkong).

Proses ekstraksi dilakukan dengan maserasi yaitu menggunakan pelarut dengan perendaman dan beberapa kali pengadukan pada temperatur ruang. Penggunaan metode maserasi merupakan metode yang cukup efektif dalam mengekstraksi suatu simplisia, keuntungan menggunakan metode ini adalah dapat terhindar dari kerusakan senyawa aktif yang terkandung dalam suatu simplisia yang mungkin diakibatkan oleh faktor suhu. Akan tetapi dalam menggunakan metode ini ternyata masih banyak kekurangan di antaranya yaitu membutuhkan waktu yang cukup lama dan membutuhkan pelarut yang cukup banyak. Pada proses maserasi cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut karena adanya perbedaan larutan zat aktif di dalam dan di luar sel hingga larutan terpekat didesak keluar. Proses yang berulang disertai pengadukan dapat menghasilkan keseimbangan konsentrasi didalam dan diluar sel.

Pelarut yang digunakan adalah etanol 70%. Digunakan etanol 70% memiliki beberapa keuntungan diantaranya sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal. Pelarut polar seperti etanol merupakan pelarut yang lebih efektif digunakan untuk ekstraksi antioksidan dari bahan alam (Sakakibara et al., 2003). Tujuan penggunaan pelarut etanol 70% ini adalah untuk menarik senyawa metabolit sekunder dalam simplisia. Penguapan ekstrak cair menggunakan waterbath suhu 60°C merupakan suhu optimum untuk bisa menguapkan pelarut etanol, karena jika kurang dari suhu tersebut dapat menjadikan proses evaporasi semakin lama, dan jika suhu yang digunakan lebih dari suhu tersebut dikhawatirkan akan terjadi kerusakan bahan aktif sehingga proses evaporasi tidak maksimal dan tidak efektif.

Rendemen yang dihasilkan dari proses ekstraksi periderm umbi singkong lebih dari 10% yaitu 21,68 %. Ekstrak yang didapat ini sudah optimal (>10%) karena ekstrak tersari dengan baik. Jika ekstrak tidak tersari dengan baik, salah satu penyebabnya adalah ketika proses penguapan tidak dilakukan dengan sempurna.

Tabel 1 Hasil Identifikasi flavonoid Senyawa

golongan Uji flavonoid Perubahan warna

Flavonoid

Ekstrak periderm umbi singkong + FeCl3 5% Hijau  hitam

Ekstrak periderm umbi singkong + NaOH 10% Hijau  biru violet

(8)

7 Gambar 1 Reaksi kimia flavonoid dengan FeCl3 (Robinson, 1983)

Gambar 2 Reaksi kimia flavonoid dengan NaOH (Robinson, 1983)

Gambar 3 Reaksi kimia flavonoid dengan H2SO4 (Robinson, 1983)

Tabel 2 Hasil Pengamatan Organoleptis Hari Ke-0

Formulasi Hari ke-0

Warna Bau Tekstur

Formula 1 Putih kecoklatan Bau khas Lembut, tidak terasa lengket Formula 2 Coklat muda Bau khas Lembut, tidak terasa lengket Formula 3 Coklat Bau khas Lembut, tidak terasa lengket

Cycling Test

Formula 1 Putih kecoklatan Bau khas Lembut, tidak terasa lengket Formula 2 Coklat muda Bau khas Lembut, tidak terasa lengket Formula 3 Coklat Bau khas Lembut, tidak terasa lengket

Hari ke-14 (Suhu Ruang)

Formula 1 Putih kecoklatan Bau khas Lembut, tidak terasa lengket Formula 2 Coklat muda Bau khas Lembut, tidak terasa lengket Formula 3 Coklat Bau khas Lembut, tidak terasa lengket

Hari ke-14 (54oC)

Formula 1 Putih kecoklatan Bau khas Lembut, tidak terasa lengket Formula 2 Coklat muda Bau khas Lembut, tidak terasa lengket Formula 3 Coklat Bau khas Lembut, tidak terasa lengket

(9)

8 Uji organoleptis berfungsi untuk melihat kestabilan fisik sediaan krim yang dibuat dengan melihat perubahan bentuk, warna dan bau selama waktu penyimpanan (cycling

test, dan uji stabilitas fisik). Hasil pemeriksaan organoleptis krim tidak mengalami

perubahan warna, dan bau. Hal tersebut menunjukan bahwa ketiga formula krim memiliki penampilan yang baik dan memiliki kestabilan yang baik pula.

Tabel 3 Hasil Pengukuran pH Formulasi Hari

ke-0

Hari ke-14 Cycling Test

Suhu Ruang Suhu Tinggi

Formula 1 6 6 6 6

Formula 2 6 6 6 6

Formula 3 6 6 6 6

pH merupakan parameter penting pada produk kosmetik. pH produk kosmetika sebaiknya dibuat sesuai dengan pH kulit, yaitu antara 4,5-7,5 karena apabila sediaan bersifat basa akan mengakibatkan kulit terasa licin, cepat kering, bersisik dan dikhawatirkan akan mempengaruhi elastisitas kulit, namun apabila sediaan bersifat asam akan mengakibatkan kulit mudah teriritasi (Iswari, 2007). Hasil pengujian pH terhadap formula krim tabir surya ekstrak periderm umbi singkong, yaitu 6,5 dan tidak terjadi perubahan selama penyimpanan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pH krim yang dihasilkan stabil selama penyimpanan dan tidak merusak kulit.

Oleh sebab itu, sediaan farmasi dinyatakan stabil bila tidak ada perubahan dari kondisi semula. Hasil pengujian pH terhadap formula krim tabir surya ekstrak periderm umbi singkong, yaitu 6 dan tidak terjadi perubahan selama penyimpanan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pH krim yang dihasilkan stabil selama penyimpanan dan tidak merusak kulit.

Tabel 4 Hasil Uji Homogenitas Formulasi Hari

ke-0

Hari ke-14 Cycling Test

Suhu Ruang Suhu Tinggi

Formula 1 + + + +

Formula 2 + + + +

Formula 3 + + + +

Keterangan: (+) homogen, (-) tidak homogen

Uji homogenitas untuk mengetahui sediaan yang dibuat homogen atau tidak, semakin homogen suatu sediaan, semakin maksimal absorpsi sediaan, sehingga semakin maksimal efektivitasnya. Berdasarkan hasil uji pada hari ke-0, cycling test, dan hari ke-14, homogenitas krim ekstrak periderm umbi singkong formulasi 1, 2, dan 3 masuk dalam kategori halus dan menunjukkan bahwa krim homogen.

Tabel 5 Hasil Uji Daya Lekat Formulasi Hari ke-0 Hari ke-14 Cycling Test Suhu Ruang (25oC) Suhu 54oC Formula 1 206 s 205 s 204 s 206 s Formula 2 194 s 193 s 194 s 193 s Formula 3 187 s 186 s 187 s 187 s

Uji daya lekat untuk mengetahui lamanya daya lekat sediaan krim. Sediaan tabir surya diharapkan dapat melekat pada kulit dalam waktu yang lama, sehingga dapat melindungi kulit dari radiasi sinar ultraviolet dalam waktu relatif lebih lama. Tabel 5

(10)

9 menunjukkan urutan sediaan krim dari yang memiliki daya lekat paling lama yaitu formulasi 1 kemudian diikuti oleh formulasi 2 dan 3. Syarat uji daya lekat yang baik yaitu tidak kurang dari 4 detik. Hasil uji daya lekat yang dilakukan menunjukkan hasil lebih dari 4 detik, yang berarti sediaan krim yang dibuat dapat melekat baik pada kulit. Jika hasil uji daya lekat kurang dari 4 detik, maka sediaan tidak bisa melekat dengan baik pada kulit. Jika hasilnya lebih dari 4 detik, maka sediaan dapat melekat dengan baik pada kulit dalam waktu yang lama.

Tabel 6 Hasil uji Sentrifugal Formulasi Hari

ke-0

Hari ke-14 Cycling Test

Suhu Ruang Suhu Tinggi

Formula 1 - - - -

Formula 2 - - - -

Formula 3 - - - -

Keterangan: (-) tidak terjadi pemisahan, (+) terjadi pemisahan

Hasil pengujian sentrifuge pada krim ekstrak periderm umbi singkong formula 1, 2, dan 3 ini menunjukkan tidak adanya pemisahan fase pada hari pertama, cycling test, dan uji stabilitas fisik setelah 14 hari.

Tabel 7 Hasil perhitungan Nilai SPF dan jenis proteksi

Hasil uji aktivitas pelindungan sinar UV krim ekstrak periderm umbi singkong secara in vitro didapatkan nilai SPF krim ekstrak periderm umbi singkong konsentrasi 5% adalah 10,60, konsentrasi 10% nilai SPF 25,06 serta konsentrasi 15% nilai SPF 43,42. Hal ini menunjukkan krim tabir surya ekstrak periderm umbi singkong konsentrasi 5% memiliki aktivitas perlindungan sinar UV dengan parameter SPF yang dikategorikan dalam jenis perlindungan maksimal, serta konsentrasi 10% dan 15% memiliki aktivitas perlindungan sinar UV dengan kategori ultra.

Nilai SPF dengan kategori maksimal berarti dapat melindungi dari sinar UV dengan menghambat radiasi UV sebesar 93,3-95,9%. Kategori ultra dapat menghambat radiasi UV sebesar 96,0-97,4% (Anonim, 2014). Menurut Marliani et al (2015) ekstrak periderm umbi singkong diduga memiliki aktivitas sebagai sun protector dengan kandungan fenolat.

Kandungan kimia yang terkandung dalam periderm umbi singkong yaitu flavonoid diduga dapat bekerja sebagai bahan aktif tabir surya. Menurut Sestili (1998) flavonoid sebagai antioksidan yang kuat dan pengikat ion logam diyakini mampu mencegah efek berbahaya dari sinar UV atau paling tidak dapat mengurangi kerusakan kulit. Senyawa antioksidan alami tumbuhan pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik. Efek protektif fenolat dalam sistem biologis berasal dari kapasitas mentransfer elektron radikal

Formula Nilai SPF Jenis proteksi

Hari ke-0

Formula 1 10,05 Maksimal

Formula 2 23,02 Ultra

Formula 3 41,48 Ultra

Hari ke-14 (Suhu Kamar)

Formula 1 9,92 Maksimal

Formula 2 22,73 Ultra

Formula 3 40,74 Ultra

Hari ke-14 (Suhu 54oC)

Formula 1 9,88 Maksimal

Formula 2 22,41 Ultra

(11)

10 bebas, katalis logam kelat, mengaktifkan enzim antioksidan, mengurangi radikal alpha-tocopherol, dan menghambat oksidase. Selanjutnya, fenolat melindungi dari radiasi UV matahari dan memantulkan UV yang dihasilkan ROS (Reactive Oxygen Species) (Shirley, 1996).

D. KESIMPULAN

1. Krim tabir surya ekstrak periderm umbi singkong (Manihot utilissima Pohl.) memiliki kestabilan secara fisik.

2. Krim tabir surya ekstrak periderm umbi singkong (Manihot utilissima Pohl.) memiliki aktivitas perlindungan sinar UV secara in vitro.

3. Krim tabir surya ekstrak periderm umbi singkong (Manihot utilissima Pohl.) pada konsentrasi 2,5%, 5% dan 7,5% memiliki aktivitas perlindungan sinar UV yang memberikan nilai SPF berturut-turut 10,05 (maksimal), 23,02 (ultra), dan 41,48 (ultra). E. SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan periderm umbi singkong (Carica papaya L) sebagai bahan perlindungan sinar UV dalam bentuk sediaan lain untuk tabir surya.

F. UCAPAN TERIMAKASIH

Peneliti mengucapkan terimakasih kepada bapak dan ibu dosen program studi farmasi dan staf karyawan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran yang telah banyak membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2014. Guidance used in Support of Pre-registration Data Requirements for

Plant Protection and Biocidal Products. OECDDraft Guidance Document For Storage

Stability Testing, Washington

2. Djajadisastra, J; Jufri M.; Anwar E. 2004. Pembuatan Niosom Berbasis maltodekstrin

DE 5-10 dari Pati Singkong.Majalah Ilmu Kefarmasian. 1(1): 10-20.

3. Iswari, Trangono;Latifah Retno; Fatma. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik. Jakarta: Gramedia. Hal. 12, 26-30, 48, 81-86.

4. Iswindari, D. 2014. Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Rice BranOil.Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

5. Karundeng, G.; Edi S.; Sri S. 2014. Aktivitas Tabir Surya Dari Ekstrak Fenolik Periderm

Umbi Ubi Kayu (Manihot utilissima).Jurnal Ilmiah Farmasi; UNSRAT Vol 3 No 2

6. Mansur, J.S.; BrederM.N.R.; Mansur M.C.A.; Azulay R.D. 1986. Determination of sun

protection factor (SPF) of sunscreens by ultraviolet spectrophotometry An. Bras.

Dermatol. Rio de Janeiro; v. 61, p. 121-124

7. Mokodompit, A.N.; Edy H.J.; WiyonoE. 2013. Penentuan Nilai Sun Protection Factor

(SPF) Secara In Vitro Krim Tabir Surya Ekstrak Etanol Kulit Alpukat. PharmaconVol. 2

No. 03. ISSN 2302-2493

8. Petro, A.J. 1981.Correlation of Spectrophotometric Data With Sunscreen Protection

Factor.I.J. cosmetic Sci; (3) : 112- 115

9. Robinson, T., 1983, The Organic Constituents of Higher Plants Their Chemistry and Interrelationships, 5th Ed., 200, Cordus Press., North Amherst.

10. Sakakibara, H.; Honda Y, Nakagawa S, Ashida H, Kanazawa K. 2003. Simultaneous determination of all polyphenols in vegetables, fruits, and teas. Journal Agric Food Chem

(12)

11 11. Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. UI Press, Jakarta

12. Faradiba, F. 2013. Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan dengan Komitmen Organisasi

pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Surabaya. Skripsi.

13. Hogade, M.G., K.S. Patil, G.H. Wadkar, S.S. Mathapati and P.B. Dhumal, 2010.

Hepatoprotective activity of Morus alba (Linn.) leaves extract against carbon tetrachloride induced hepatotoxicity in rats. Afr. J. Pharm. Pharmacol., 4: 731–734

14. Marliani, L; Rosyta V., Asep R. 2015. Aktivitas Antioksidan dan Tabir Surya pada

Ekstrak Kulit Buah Pepaya (Carica papaya L.). Jurnal. Sekolah Tinggi Farmasi Bandung

15. Sestili, P.; Andrea G.; Marina D.; Orazio C. 1998. Quercetin prevents DNA single strand

breakage and cytotoxicity caused by tert-butylhydroperoxide: free radical scavenging versus iron chelating mechanism. Journal of Free Radical Biology and Medicine. Vol 25.

P. 196-200

16. Shirley BW. Flavonoid biosynthesis: ‘new’ functions for an ‘old’ pathway Trends.Plant Sci; 1996; 31:377-382.

17. Wolf, O.T.; Nicole C.S.; Dirk H.H.; Bruce S.McE.; C. Kirschbaum. 2001. The

relationship between stress induced cortisol levels and memory differs between men and women. Psychoneuroendocrinology 26 (2001) 711–720

18. Tahir, I.; Jumina; Ike Y. 2002. Analisis Aktivitas Perlindungan Sinar Uv Secara In Vitro

Dan In Vivo Dari Beberapa Senyawa Ester Sinamat Produk Reaksi Kondensasi Benzaldehida Tersubstitusi Dan Alkil Asetat. Makalah FMIPA UGM: Yogyakarta

19. Perwitasari, I, Chandra, D.K., Etnawati dan Suyoto, 1999, Peran Tabir Surya Kombinasi Sinamat danBenzophenon pada Perubahan Warna Kulit Konstitutif Akibat Pajanan UV-B, Kupulan Jurnal Kosmetik Medik, FKU-UGM

Gambar

Gambar 2 Reaksi kimia flavonoid dengan NaOH (Robinson, 1983)
Tabel 3 Hasil Pengukuran pH  Formulasi  Hari

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak kulit manggis terhadap nilai SPF dan stabilitas fisik krim tabir surya yang mengandung kombinasi avobenson

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak etanol daun jamblang dan amylum oryzae terhadap nilai Sun Protection Factor (SPF) krim tabir surya

Parameter pengamatan pada penelitian ini meliputi uji total mikroba, uji aktivitas antioksidan, uji nilai Sun Protective Factor (SPF), uji fisik sediaan krim yang

Efektifitas dari suatu sediaan tabir surya dapat ditunjukkan salah satunya adalah dengan nilai sun protection factor (SPF), yang di definisikan sebagai jumlah

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak etanol daun jamblang dan amylum oryzae terhadap nilai Sun Protection Factor (SPF) krim tabir surya

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak etanol daun jamblang dan amylum oryzae terhadap nilai Sun Protection Factor (SPF) krim tabir surya

Determination of Sun Protection Factor (SPF) of Sunscreen by Ultraviolet Spectrophotometry.. Brazilian Journal of Pharmaceutical

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan tabir surya yang ditentukan melalui penentuan nilai SPF Sun Protection Factor dan uji antibakteri Staphylococcus aureus pada