SENI MUSIK KLASIK
untuk SMK
Moh. Muttaqin | Kustap
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional
HET (Harga Eceran Tertinggi) Rp. 34.914,00 ISBN XXX-XXX-XXX-X
Buku ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah dinyatakan layak sebagai buku teks pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2007 tanggal 5 Desember 2007 tentang Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digu-nakan dalam Proses Pembelajaran.
Moh. Muttaqin
Kustap
Seni Musik
Klasik
untuk
MUSIK KLASIK:
Pengantar Musikologi Untuk SMK
Penulis:
Drs. Moh. Muttaqin, M.Hum.
Kustap, S.Sn., M.Sn.
Editor
Drs. Hari Martopo, M.Sn.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMK
MUSIK KLASIK:
Pengantar Musikologi Untuk SMK
Penulis:
Drs. Moh. Muttaqin, M.Hum.
Kustap, S.Sn., M.Sn.
Editor
Drs. Hari Martopo, M.Sn.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMK
2008 410
HAR HARININGSIH, Dwi
m Musik Klasik: Pengantar Musikologi untuk SMK oleh Drs. Moh. Muttaqin, M.Hum., Kustap, S.Sn., M.Sn. ---- Jakarta:Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
vi. 136 hlm.: ilus.: 30 cm. Bibliografi : hlm.129
ii
Perkembangan musik khususnya pada dunia pendidikan musik di Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat. Hal ini bisa dipahami karena musik nampaknya telah menjadi kebutuhan umum sehari-hari. Keadaan demikian harus diimbangi dengan berbagai usaha yang dapat mengarahkan pertumbuhan tersebut ke suatu tujuan yang lebih baik.
Banyaknya peminat musik dan tersedianya fasilitas saja tidak akan menjamin tumbuhnya musik dengan baik. Juga demikian halnya dengan banyaknya sekolah dan murid yang beramai-ramai mempelajari musik harus diikuti bukan saja dengan kesiapan guru dan adanya metodologi pembelajaran yang baik, tetapi juga dengan kelengkapan buku pelajaran yang memadai sebagai acuan pengetahuan musik. Harus diakui bahwa buku demikian masih sangat langka dalam dunia pendidikan musik kita.
Seiring dengan kondisi tersebut serta dengan maksud turut melengkapi bahan bacaan yang masih sangat terbatas di bidang musik, buku Musik Klasik untuk SMK - ini ditulis. Namun begitu, sebagai buku pertama dalam bidang ilmu musik yang baru diterbitkan di Indonesia, tentu saja tidak terlepas dari berbagai kesulitan baik di dalam merumus-kan bab maupun sub-sub bab di dalamnya yang sesuai untuk para siswa SMK. Ini bisa dimaklumi oleh karena masih sangat jarangnya atau bahkan mungkin bisa dikatakan belum adanya buku-buku yang secara khusus membahas musik klasik secara komprehensif untuk para siswa SMK.
Di dalam buku ini disusun materi secara komprehensif dan saling berkaitan antara bab yang satu dengan bab lainnya. Hal ini dimaksudkan agar para siswa memiliki pengetahuan dan pemahaman yang komprehensif tentang musik Klasik sehingga bisa memberi manfaat kepada para siswa baik ketika masih sebagai pelajar maupun setelah lulus.
Akhirnya, kami berharap semoga buku ini dapat memberi manfaat dalam membantu para guru dan siswa SMK dalam belajar musik. Saran dan masukan untuk kesempurnaan buku ini senantiasa kami harapkan.
Jakarta, 2008
iv
No. Nama Institusi Bidang Keahlian 1. Drs. Moh. Muttaqin,M.Hum. Universitas
Negeri Semarang Gitar dan Teori Musik 2. Kustap, S,Sn.,M.Sn. ISI Yogyakarta Musikologi dan
v
PENGANTAR PENULIS ii
PENGANTAR DIREKTUR SMK iii
DAFTAR TIM PENYUSUN iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR ILUSTRASI x
DAFTAR TABEL xv
LEMBAR PENGESAHAN xvi
DAFTAR ISTILAH xvii
PETA KOMPETENSI xxii
BAB 1 PRELUDE 1
BAB 2 BIDANG KEAHLIAN MUSIK KLASIK 7
BAB 3 PENGERTIAN MUSIK 15
3.1. Pengertian Musik 15 3.2. Manfaat Musik 17 3.3. Fungsi Musik dalam Masyarakat 21 3.4. Musik Klasik dan Proses Sosial 25 3.5. Musik Klasik dan Ekspresi Artistik 26
BAB 4 ELEMEN-ELEMEN DASAR MUSIK 29
4.1. Bunyi dan Nada 29
4.2. Melodi 30
4.3. Ritme dan Tempo 31
4.4. Harmoni dan Kontrapung 33
4.5. Bentuk Musik 35
BAB 5 NILAI NADA DAN TANDA ISTIRAHAT 39
5.1. Bentuk Nada 39
5.2. Nilai Nada 41
5.3. Tanda Irama 43
BAB 6 GARIS PARANADA 47
BAB 7 TANGGANADA 53
7.1. Tangganada Mayor 53
vi
BAB 8 TEMPO DAN TANDA-TANDA EKSPRESI 65
8.1. Tempo 65
8.2. Dinamika 67
8.3. Tanda Ekspresi 70
8.4. Timbre/ Warna Suara 71
BAB 9 INTERVAL 75 9.1. Pengertian 75 9.2. Penamaan Interval 75 9.3. Kualitas Interval 76 9.4. Interval Konsonan 77 9.5. Interval Disonan 78
9.6. Perubahan Kualtias Interval Disonan 79
9.7. Interval Enharmonis 80
BAB 10 AKOR DAN ARPEGIO 83
10.1. Trisuara 83
10.2. Tingkatan Trisuara 84
10.3. Akor Augmented dan Diminished 85
10.4. Arpegio 89
BAB 11 TINJAUAN SEJARAH MUSIK 93
11.1. Era Kuno (Antiquity – 500) 93 11.2. Era Abad Pertengahan (Medieval Era)
(600-1450) 96 11.3. Era Renesan (1450-1600) 98 11.4. Era Barok (1600 – 1750) 99 11.5. Era Klasik (1750-1820) 100 11.6. Era Romantik (1820-1800) 102 11.7. Era Kontemporer (1900 s/d sekarang) 103
BAB 12 PARA KOMPOSER ABAD PERTENGAHAN
HINGGA BAROK 107
12.1. Era Abad Pertengahan (600-1450) 107 12.2. Era Renaisans (1450-1600) 109
vii
BAB 13 PARA KOMPOSER ERA KLASIK 121
BAB 14 PARA KOMPOSER JAMAN ROMANTIK
(1820-1900) 127
BAB 15 KOMPOSER ERA KONTEMPORER
(1900-SEKARANG) 155
BAB 16 SOLFEGIO 175
16.1. Pengertian Solfegio 175 16.2. Fungsi Solfegio 175 16.3. Kedudukan Solfegio 176 16.4. Lingkup Bahasan Solfegio 177 16.5. Metode Pengetesan Solfegio 178 16.6. Bahan Latihan dan Ujian Solfegio 178
BAB 17 GRAMATIKA MELODI DAN BENTUK-
BENTUK DASAR 183
17.1. Frase 183
17.2. Frase Ireguler 186 17.3. Bentuk Kalimat (periode) 188
BAB 18 BENTUK-BENTUK LAGU DASAR 191
18.1. Elemen-elemen Dasar 191
18.2. Bentuk Lagu Dua-Bagian 195 18.3. Bentuk Lagu Tiga Bagian 197
BAB 19 SONATA: BENTUK KHAS MUSIK KLASIK 199
19.1. Latar Belakang Historis Sonata 199 19.2. Evolusi sonata 203 19.3. Asal Mula Sruktural Bentuk Sonata
Allegro 204
19.4. Garis Besar Bentuk Sonata 207 19.5. Bentuk Sonatine 214
BAB 20 ORKESTRA 217
20.1. Tinjauan Singkat Sejarah Orkestra 217 20.2. Formasi Instrumen dalam Orkestra 223
20.3. Kondaktor 228
viii
21.1. Biola 247
21.2. Biola Alto 256
21.3. Cello dan Contra Bass 262
BAB 22 PENGANTAR PENGETAHUAN CELLO 265
22.1. Penyeteman dan Jangkauan Nada 267
22.2. Bagian Bridge dengan sebuah Mute 270 22.3. Fitur-fitur Bagian Dalam 270
22.4. Perekat 271
22.5. Busur Cello 271
22.6. Perkembangan Cello 272 22.7. Dimensi Instrumen Cello 273
22.8. Assesoris 274
BAB 23 BIDANG KETERAMPILAN CELLO 277
23.1. Teknik Bermain Cello 277
23.2. Penggunaan Cello 283
23.3. Tuntutan Kompetensi 287
23.4. Tuntutan Kompetensi 299
BAB 24 SEKSI PERKUSI 305
24.1. Peran dan Fungsi Perkusi dalam Orkestrta
305 24.2. Klasifikasi Seksi Perkusi 306
BAB 25 SEKSI TIUP 315
25.1. Seksi Tiup Kayu 315
25.2. Seksi Tiup Logam 326
BAB 26 TROMBONE 331
26.1. Standar Kompetensi Keterampilan
Trombone 332
BAB 27 TROMPET 347
27.1. Sejarah Trompet Primitif dan Non
Barat 347
27.2. Karakteristik Umum 349
27.3. Ciri Khas Trompert 350 27.4. Jenis –jenis Trompet 351 27.5. Teknik Permainan Trompet 355
x
BAB 4
Ilustrasi 4.1. Susunan Tangga Nada Mayor 30 Ilustrasi 4.2. Susunan tangga nada Minor Asli dari “A”. 30 Ilustrasi 4.3. Contoh letak petunjuk tempo (Allegro Vivace)
dan tanda irama 2/4 pada Sonata Beethoven (Serie 16; Np. 139)
31 Ilustrasi 4.4. Irama “common time” ditandai dengan tanda
“C” pada permulaan lagu untuk solo gitar.
32 Ilustrasi 4.5. ”Fugue” dari Prelude, Fugue, and Allegro, BWV
998 (J.S. Bach)
34 Ilustrasi 4.6. ”Fugue” dari Prelude, Fugue, and Allegro, BWV
998 (J.S. Bach)
35
BAB 5
Ilustrasi 5.1. Unsur-unsur Bentuk Nada 40
Ilustrasi 5.2. Bentuk tanda nada dan istirahat ”breve” 41 Ilustrasi 5.3. ”Pizza” perbandingan nilai nada 42 Ilustrasi 5.4. Perbandingan nilai nada berdasarkan
jumlahnya.
42
BAB 6
Ilustrasi 6.1. Paranada, birama, garis birama dan garis
bantu 48
Ilustrasi 6.2. Posisi nada-nada dalam paranada 49
Ilustrasi 6.3. Posisi nada C berdasarkan kunci (clef) 49
BAB 7
Ilustrasi 7.1. Tangga nada C mayor 54
Ilustrasi 7.2. Daftar tangga nada Mayor berkres 54 Ilustrasi 7.3 Daftar tangga nada bermol 55 Ilustrasi 7.4. Tangga nada A minor asli/ natural 56 Ilustrasi 7.5. Tangga nada A minor harmonis 57 Ilustrasi 7.6. Tangga nada A minor melodis 58
Ilustrasi 7.7. Tangga nada Kromatis 58
Ilustrasi 7.8. Tangga nada Whole-Tone 59
BAB 9
Ilustrasi 9.1. Nama-nama Interval di atas Tonika Tangganada Mayor
76
Ilustrasi 9.2. Interval-interval Murni 77
xi
Ilustrasi 9.6. Interval-interval mayor 79
Ilustrasi 9.7. Perubahan pada interval Terts Mayor 79 Ilustrasi 9.8. Perubahan pada interval Terts Minor 80 Ilustrasi 9.9. Fenomena enharmonis pada interval Oktaf
dan Septim 80
BAB 10
Ilustrasi 10.1. Susunan trinada di atas tangga nada C mayor 84
Ilustrasi 10.2. Trinada C augmented. 86 Ilustrasi 10.3. Susunan trinada di atas tangga nada A minor
harmonis
86
Ilustrasi 10.4. Trisuara C diminished. 87 Ilustrasi 10.5. Dominant 7th pada tangga nada C mayor 87
Ilustrasi 10.6. Dominat 7th pada tangga nada A minor 88
Ilustrasi 10.7. Trinada pembalikan 89
Ilustrasi 10.8. Latihan arpegio untuk piano 90
BAB 11
Ilustrasi 11.1. Lukisan pada kuburan Mesir di Thebes yang menunjukkan alat-alat musik harpa, lute, oboe ganda, dan lyra.
95 Ilustrasi 11.2. Syair Guido d’Arezzo sebagai dasar Solfegio 96 Ilustrasi 11.3. Keterangan gambar menurut arah jarum jam
dari kiri atas: (1) Trouveres terakhir dan terbesar, Adam de la Halle, dari Arras(1288); (2) Tannhaüser dalam pakaian Ksatrio Orde Jerman, tampil dalam Kontes Menyanyi di Wartburg; (3) Henrich Frauenlob, salah seorang pendiri Meistersingers, tampak di antara para musisi; (4) Pommers (sebuah instrumen reed ganda) dan beberapa trompet, dari iluminasi koleksi Richenthal Chronicle.
97
BAB 12
Ilustrasi 12.1. Dua Tokoh Musik Abad Pertengahan 108 Ilustrasi 12.2. Para Tokoh Musik Jaman Renaisans 111 Ilustrasi 12.3. Para Tokoh Musik Jaman Barok 118
BAB 13
Ilustrasi 13.1. Para Tokoh Musik Jaman Klasik 125
BAB 14
Ilustrasi 14.1. Para Tokoh Musik Jaman Romantik 131 Ilustrasi 14.2. Para Tokoh Musik Jaman Romantik 138
xii
Ilustrasi 15.1. Para Tokoh Musik Era Kontemporer 158 Ilustrasi 15.2. Para Tokoh Musik Era Kontemporer 166 Ilustrasi 15.3. Para Tokoh Musik Era Kontemporer 170
BAB 16
Ilustrasi 16.1. Perbandingan Tingkat Ketrampilan Instrumen 176
BAB 17
Ilustrasi 17.1. Frase Tunggal Berbirama Empat 184
Ilustrasi 17.2. Contoh frase lengkap 184
Ilustrasi 17.3. Kadens setengah di akhir frase 185 Ilustrasi 17.4. Hubungan sebuah frase dalam kesatuan
periode
185 Ilustrasi 17.5. Frase yang terdiri dari satu birama 187
Ilustrasi 17.6. Frase berbirama tiga 187
Ilustrasi 17.7. Struktur dasar bentuk periode 189
Ilustrasi 17.8. Bentuk kalimat/ periode 189
Ilustrasi 17.9. Periode parallel 189
Ilustrasi 17.10. Contoh periode kontras 190
BAB 18
Ilustrasi 18.1. Formula pembentukan periode 195 Ilustrasi 18.2. Melodi yang tersusun dari bentuk lagu dua
bagian 196
Ilustrasi 18.3. Bahan baku Part III pada bentuk lagu tiga bagian
197 Ilustrasi 18.4. Pengulangan pada bentuk lagu tiga bagian 197
BAB 19
Ilustrasi 19.1. Legrenzi, Sonata Quarta, Op. 10 201 Ilustrasi 19.2. Area-area tonal yang berbeda dan tema-tema
yang kontras
204 Ilustrasi 19.3. Caldara: Trio Sonate G-moll 206 Ilustrasi 19.4. Bagan bentuk Sonata-Allegro 208 Ilustrasi 19.5. Skema analisis Fountaiin (1967) pada Sonata
Beethoven, Op. 10, No. 3
209
Ilustrasi 19. 6 Diabelli, Sonatine IV 213
Ilustrasi 19. 7. Skema Umum Sonatatine 215
BAB 20
Ilustrasi 20. 1. Pertunjukan Musik Orkestra 224 Ilustrasi 20. 2. Pertunjukan Musik Orkestra 229
xiii
BAB 21
Ilustrasi 21. 1. Biola dan tongkat penggeseknya 248 Ilustrasi 21. 2. Pemain biola dunia, Yehudi Menuhin 249
Ilustrasi 21. 3. Anatomi instrumen Biola 251
Ilustrasi 21. 4. Bagian-bagian biola 252
Ilustrasi 21. 5. Nada-nada Biola pada Posisi Dawai Lepas 253 Ilustrasi 21. 6. Wilayah Nada Instrumen Biola 254
Ilustrasi 21. 7. Biola Alto 256
Ilustrasi 21. 8. Wilayah Nada Instrumen Biola Alto 257 Ilustrasi 21. 9. Tuning Peg (pasak penala) Biola Alto 258
Ilustrasi 21.10. Posisi Bermain Bass 263
Ilustrasi 21.11. Wilayah Nada Instrumen Contra Bas 264
BAB 22
Ilustrasi 22.1. Gambar instrumen Cello dilihat dari depan 266
Ilustrasi 22.2. Wilayah Nada Cello 267
Ilustrasi 22.3 Dawai – dawai Cello dalam Posisi Lepas 268
BAB 23
Ilustrasi 23.1. Seorang Pemain Cello (Cellist) 278 Ilustrasi 23.2. Cellistt Julian Lloyd Webber (kiri) dan
Mstislav Rostrpovich.
285 Ilustrasi 23.4. Cara memainkan tangganada 289 Ilustrasi 23.5. Bentuk dasar permainan arpegio 289
Ilustrasi 23.6. Ritmis yang gunakan tangganada 292 Ilustrasi 23.7. Arpegio dengan tiga nada dalam sekali
gesekan
294 Ilustrasi 23.8. Sistem bowing untuk tangganada G 296 Ilustrasi 23.9. Konten muatan teknis Standar Kompetensi
dan Kompetensi dasar instrumen Cello
300
BAB 24
Ilustrasi 24.1. Timpani 306
Ilustrasi 24.2. Sticks and mallets 307
Ilustrasi 24.3. Perangkat lengkap Timpani 307 Ilustrasi 24.4. Timpani dari arah belakang kursi pemain 308
Ilustrasi 24.5. Bass Drum 308
Ilustrasi 24.6. Keluarga drum set 309
Ilustrasi 24.7. Tamburin dan Kastanet 310
Ilustrasi 24.8. Perkusi dengan efek hentakan berdesing 310
xiv
BAB 25
Ilustrasi 25.1. Wilayah Nada Instrumen Flute 315
Ilustrasi 25.2. Flute 316
Ilustrasi 25. 3. Oboe 317
Ilustrasi 25.4. Wilayah nada instrumen oboe 318 Ilustrasi 25.5. Bagian-bagian Cor Anglais 319 Ilustrasi 25.6. Clarinet dan Bagian-bagiannya 320 Ilustrasi 25.7. Wilayah Nada Instrumen Klarinet in Bes 321
Ilustrasi 25.8. Macam-maca Clarinet 322
Ilustrasi 25.9. Wilayah Nada Instrumen Bassoon 324
Ilustrasi 25.10. Bagian-bagian basson 325
Ilustrasi 25.11. Horn 326
Ilustrasi 25.12. Wilayah Nada Instrumen Horn 327
Ilustrasi 25.13. Bagian-bagian Tuba 328
Ilustrasi 25.14. Wilayah Nada InstrumenTuba 329
BAB 26
Ilustrasi 26.1. Wilayah nada Trombone 331
Ilustrasi 26.2. Trombon dan Bagiannya 332
BAB 27
Ilustrasi 27.1. Moche Trompet. 300 A.D. Koleksi Museum Larco, Lima, Peru.
348 Ilustrasi 27.2. Tiruan Trompet Jaman Barok oleh Michael
Laird 349
Ilustrasi 27.3. Tiruan Trompet Jaman Barok oleh Michael Laird
350
Ilustrasi 27.4. Ambitus nada Trompet 351
Ilustrasi 27.5. Trompet-Piccolo in Bes, dengan pipa pengantar untuk menala ke Bes (pendek) dan ke A (panjang)
352 Ilustrasi 27.6. Trompet in C dengan katup-katup memutar 353 Ilustrasi 27.7. Penampilan Seorang Pemain Trompet dalam
Pentas Bersama Band AAU Amerika di Eropa
356
xv
Halaman
Tabel
5.1. Bentuk, Nama, Nilai not dan Tanda Diam 40 5.2. Jenis-jenis Tanda Irama Reguler 43 7.1. Kunci dasar dan Tanda Kunci 60
xvi
Aksidental Tanda-tanda untuk menaikkan (kres) atau
menu-runkan (mol) nada, dan natural untuk mengem-balikan nada-nada aksidental.
Aransemen Susunan iringan baru yang diterapkan pada
sebuah melodi.
Atonal Sitem musik non tonal.
Basso continuo Permainan bas yang berkelanjutan yang mendasari
permainan musik Barok.
Bentuk Desain suatu karya musik.
Birama Petak-petak yang dibatasi oleh garis-garis vertikal
pada garis paranada.
Breve Durasi dua kali nada penuh.
Coda Bagian akhir atau penutup karya musik
Compound Gabungan; biasanya berhubungan dengan jenis
irama, sebagai lawan dari bersahaja (simple)
Crotchet Durasi seperempat. Demi semi quaver Durasi seperenambelas.
Development Bagian tengah dari bentuk sonata. Diatonik Sistem tujuh nada.
Dinamik Ekspresi yang berkaitan dengan
Dominan Nada atau akor ke lima dalam tangga nada minor
atau mayor.
Duple Irama dua ketukan
Eksposisi Bagian pertama pada bentuk sonata.
Ensambel Permainan musik secara bersama-sama dengan
jumlah pemain tidak ditentukan
Epilog Bagian akhir suatu komposisi. Istilah ini biasa
digunakan dalam musik Romantik atau Modern
xvii
Harmoni Aransemen pengiring suatu melodi dalam
susun-an horizontal berupa rsusun-angkaisusun-an akor-akor.
Homofonik Tekstur musikal yang menggunakan sistem
harmoni
Interval Jarak dari nada ke nada yang dihitung dari nada
terrendah sebagai hitungan pertama.
Irama Susunan aksen dengan hitungan yang teratur pada
suatu denyut yang stabil.
Komposisi Hasil karya musik.
Kondaktor Pemimpin suatu kelompok paduan suara atau
orkestra.
Konser Pertunjukan musik tanpa pengecualian jumlah
pemeran utama.
Konserto Komposisi orkestra yang melibatkan seorang solis
sebagai penyeimbang peran orkestra
Kontrapung Teknik penulisan aransemen dengan
mengguna-kan alur-alur melodi secara horizontal sebagai pengiring.
Kunci/ clef Adalah simbol di awal paranada yang
menentu-kan identitas setiap garis dan spasi
Mayor Biasa digunakan untuk akor atau tangga nada
untuk membedakan dari jenis yang minor.
Melismatis Teknik menyanyikan sebuah kata dengan
bebera-pa nada berbeda.
Minor Jenis tangga nada atau akor yang merupakan
pasangan dari jenis-jenis mayor.
Modulasi Perpindahan nada dasar di tengah-tengah lagu. Monofonik Tekstur musik yang hanya terdiri dari satu alur
melodi.
Musik Kamar Bentuk permainan ensambel yang tertentu jumlah
pemainnya, seperti duet, trio, kuartet, quintet, dan sekstet.
xviii
Musik Seni Musik yang biasa disebut Art music dalam bahasa
Inggris.
Not balok Sistem penulisan umum nada-nada dalam musik
klasik.
Oktaf Pengulangan nada yang sama pada tingkat
ketinggian yang berbeda.
Opera Seni pertunjukan musik yang melibatkan berbagai
cabang seni lain seperti teater dan seni rupa.
Orkestra Bentuk ensambel yang besar dan melibatkan
hampir seluruh instrumen musik.
Overture Adalah karya instrumental yang merupakan
musik pembuka dalam suatu karya opera.
Paranada Lima buah garis horizontal yang digunakan untuk
menuliskan butir-butir notasi nada-nada.
Pentatonik Sistem musik dengan lima nada Polifoni Tekstur alur banyak suara
Prelude Pembukaan sebuah karya musik yang terdiri dari
kumpulan karya-karya dengan satu topik (suite)
Prinsipal Pimpinan pemain sekelompok instrumen dalam
orkestra.
Quadruple Irama dengan empat hitungan.
Quaver Jenis nada atau tanda istirahat seperdelapan.
Rekapitulasi Kembalinya materi eksposisi setelah melalui
bagian development dalam keadaan yang telah berubah, pada bentuk sonata.
Resital Pertunjukan yang menampilkan peranan tunggal. Semi Frase Unit frase dua birama.
Semi quaver Jenis nada atau tanda istirahat seperenambelas. Semibreve Jenis nada atau tanda istirahat penuh.
Semi-tone Jarak atau laras setengah nada yang terdapat di
xix
Silabis Cara menyanyi nada-nada yang sejalan dengan
kata-kata.
Simfoni Karya standar orkestra.
Solmisasi Sistem pengucapan nada-nada diatonik dalam
menyanyi.
Sonata Suaru bentuk standar dalam musik klasik yang
tersusun dari eksposisi (pameran tema),
develop-ment (pengembangan) dan rekapitulasi. Sonatine Sonata kecil.
Sub Dominan Di bawah dominan atau dominan bawah
Tanda Kunci Dalam bahasa Inggris disebut key signature (bukan clef) yang berarti tanda yang menunjukkan nada
dasar suatu karya musik
Tangga nada Susunan nada-nada yang meningkat secara
bertahap mulai dari Tonik hingga oktafnya.
Tempo Tingkat kecepatan irama musiik.
Teori musik Pengetahuan kognitif yang menyertai tingkat
ke-trampilan instrumen musik.
Titinada Tingkat ketinggian nada yang biasa disebut pitch,
dalam bahasa Inggris.
Tonal Sistem musik diatonik yang mendasarkan
pe-ngembangan kreatifnya berdasarkan nada Atonik (nada pertama)
Tonik Nada atau akor pertama dalam suatu sistem
diatonik.
Transkripsi Penyalinan ulang kepada instrumen yang
berlainan, biasanya disertai dengan transposisi nada dasar.
Transposisi Pemindahan nada dasar suatu karya musik
sebagai konsekuensi transkripsi
Trinada Susunan tiga nada di atas landasan suatu nada
dalam tangga nada ,dengan dua interval terts (ketiga) dari nada ke nada.
xx
xxi
Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan dikembangkan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan pengembangan program sekolah berbasis pada kebutuhan dan kompetensi wilayah. Sehubungan dengan maksud tersebut, maka orientasi dari materi pembelajaran adalah mempersiapkan dunia kerja
Pengembangan Program Materi Pada Bidang Musik
1. Musik Klasik 2. Musik Non-Klasik
Kompetensi Musik Klasik:
1. Pelaku Seni:
1.1. Pemain musik (vocal/instrument) 1.2. Komposer;
1.3. Arranger; 2. Guide:
Jasa Informasi 3. Event Organizer :
relude adalah bagian pembuka suatu karya musik klasik. Terminologi ini populer dalam kehidupan musik abad ke-17, sebagai pembuka kumpulan jenis-jenis tarian tradisional di Eropa. Pada musik populer saat ini, musik umumnya didahului oleh introduksi, diselingi interlude instrumental di tengah-tengah sebagai jembatan pengulangan lagu, dan diakhiri dengan bagian akhir yang disebut Coda yang secara literal berarti ekor. Walaupun termasuk genre kuno, hingga saat ini beberapa komposer juga menggunakan istilah tersebut yang walaupun dengan maksud yang berbeda, namun pengertian dasarnya sama yaitu pembuka. Dalam buku ini istilah tersebut dipinjam sebagai pendahuluan dari buku ini.
Jenis-jenis musik yang ada di seluruh dunia dapat dikelompokkan dengan berbagai cara, di antaranya dapat dikelom-pokkan berdasarkan kemiripan ciri-ciri umumnya (genre), fung-sinya, maupun geografi. Secara geografi, musik dapat dibagi menjadi musik Barat yang mengacu kepada negara-negara Eropa, dan musik Timur di wilayah Asia dan Timur Tengah yang memiliki varian yang sangat banyak.
Dari berbagai kemungkinan pengelompokan yang ada, tampaknya secara umum musik yang ada di dunia dapat dikelompokkan kepada tiga jenis yaitu musik tradisi, musik hiburan, dan musik serius yang umumnya disebut orang sebagai musik klasik. Kreativitas pertunjukan dan penciptaan musik tradisi dibatasi oleh norma-norma yang berlaku pada suatu kebudayaan sehingga memiliki ciri lokal yang amat kental. Di Indonesia, musik-musik tradisi dapat dikenali berdasarkan batasan geografis dan etnisitasnya, misalnya, musik Minang, musik Batak, musik Dayak, dan musik Jawa. Di Jawa dan Bali ada istilah khusus untuk menyebut musik tradisi, yaitu yang dikenal dengan istilah karawitan. Sekarang ada istilah untuk menyebut seluruh musik yang terdapat di seluruh wilayah kepuluan Indonesia, termasuk karawitan, yaitu musik Nusantara.
Musik hiburan adalah musik yang paling populer di kalangan masyarakat modern saat ini. Secara umum, kreativitas musik hiburan dibatasi oleh selera masyarakat. Dari segi ekonomi, musik hiburan merupakan salah satu bentuk industri. Keberhasilan pertunjukan musik
hiburan ditentukan oleh promosi penjualannya. Guna mencapai sukses para manajer musik hiburan perlu memahami selera pasar yang sedang berlaku. Karakteristik musik hiburan mengacu kepada sistem diatonik yang berasal dari Barat sementara ciri-ciri lokal umumnya didominasi oleh aspek bahasa. Walaupun demikian, pada lingkungan masyarakat tradisional juga terdapat musik hiburan yang mengacu kepada idiom-idiom musik tradisi.
Pada umumnya musik hiburan didominasi oleh musik vokal dan sedikit di antaranya dari jenis musik instrumental. Di antara beberapa jenis musik hiburan ada juga yang memperhatikan aspek-aspek kreativitas yang tinggi dan tidak tergantung dari musik vokal serta tidak sepenuhnya mengikuti selera masyarakat. Di antara musik hiburan tersebut dari jenis tersebut ialah musik jazz yang mengutamakan aspek kreativitas dalam bentuk permainan improvisasi bagi seluruh pemain instrumennya termasuk penyanyinya. Walaupun demikian kebebasan mereka tetap berada dalam rambu-rambu tonalitas yang berlaku dalam musik diatonik.
Berbeda dengan musik tradisi dan musik hiburan, kreativitas musik klasik pada masyarakat modern sama sekali tidak dibatasi baik oleh tradisi maupun oleh kecenderungan yang berkembang di masyarakat. Dengan kata lain, musik serius memiliki kebebasan artistik yang jauh lebih luas dibandingkan dengan musik hiburan. Namun sebaliknya, di samping kreativitas yang berkembang secara bebas, dalam beberapa kasus musik klasik justru memanfaatkan idiom-idiom berbagai musik populer, musik rakyat, bahkan tradisi berbagai kebudayaan guna memperkaya karya-karyanya.
Kebebasan artistik dalam serius bukan berarti tidak memilki aturan melainkan didasarkan atas berbagai pertimbangan konsep-konsep teoretik yang juga senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Hal tersebut yang menyebabkan musik klasik senantiasa selalu berubah selama berabad-abad. Sejak era Abad Pertengahan hingga saat ini varian musik klasik sangat luas dan senantiasa berkembang. Perkembangan musik klasik mulai dari penerapan sistem diatonik yang sederhana pada abad pertengahan hingga mencapai kompleksitasnya di akhir era Romantik. Bahkan sejak memasuki abad ke-20, sementara model sitem tonalitas diatonik yang merupakan warisan era Klasik abad ke-18 dan eksplorasi sistem tersebut sebagai warisan era Romantik era abad ke-19 hingga kini masih tetap diterapkan pada musik hiburan populer dan jazz,
musik klasik telah meninggalkan sistem tersebut dan terus mengembangkan kreativitas dan inovasinya yang paling mutakhir.
Banyak orang mengira kalau musik klasik senantiasa menggunakan media akustik. Aliran komposisi musik elektronik dalam musik klasik telah dimulai lama sebelum ditemukannya synthesizer, dengan tape loops dan alat musik elektronik analog di tahun 1950-an dan 1960-an. Para komposer bahkan tidak mengandalkan perkembangan teknologi melainkan memanfaatkan kemajuan teknologi untuk kreativitas mereka. Para pelopor aliran musik elektronik tersebut antara lain John Cage, Pierre Schaeffer, dan Karlheinz Stockhausen. Beberapa komposer musik elektronik masa kini yang telah memberikan kontribusinya untuk pengembangan musik klasik aliran kontemporer ialah Ton de Leuw dari Belanda dan Jack Body dari New Zealand. Saat ini Indonesia sendiri memiliki beberapa komposer yang menaruh perhatian terhadap musik elektronik, di antaranya ialah Otto Shidarta dari Jakarta, dan Slamet Raharjo dari Yogyakarta.
Istilah musik klasik umumnya lebih dikenal luas sebagai musik serius. Walaupun demikian, secara khusus dalam diskusi etnomusikologi, istilah musik klasik tidak hanya merujuk pada musik klasik Eropa saja, melainkan juga pada musik-musik di Asia dan Timur seperti misalnya musik klasik Persia, India, Tiongkok, dan lain-lain. Dalam lingkup musikologi, penggunaan kata ‘klasik’ bisa mengandung tiga makna. Yang pertama ialah berarti Musik Kuno, yaitu musik yang berkembang pada era Yunani Kuno (masa Antiquity). Pengertian yang kedua ialah musik pada era Klasik, yang didominasi oleh gaya Wina pada abad ke-18 dengan tiga tokoh komposer yang terkenal yaitu Haydn, Mozart, dan Beethoven. Ketiga, kata ‘klasik’ yang diterapkan pada musik klasik pada saat ini ialah sebagai musik seni (art music); yang pengertiannya berbeda dengan istilah seni musik atau musical arts. Yang dimaksud klasik dalam konteks ini ialah lawan dari musik hiburan. Secara khusus, di Indonesia ada istilah lagu seriosa untuk menamai musik vokal yang intinya mirip dengan musik klasik pada umumnya. Namun istilah tersebut umumnya lebih dipahami sebagai musik vokal tunggal. Walaupun demikian musik klasik yang menjadi pokok pembahasan dalam buku ini bukan hanya musik seriosa dalam pengertian musik vokal namun meliputi segala bentuk pertunjukan yang meliputi vokal dan instrumental.
Pokok bahasan musik klasik sangat luas karena tidak melulu membicarakan fenomena musikal yang terjadi di sekitar saat ini tapi juga yang terjadi selama berabad-abad. Dengan demikian berbeda dengan musik non klasik yang didasarkan atas fenomena musikal yang terjadi saat ini atau masa kontemporer, dan tidak jauh dari sekitar abad ke-20. Tidaklah mengherankan jika secara kuantitatif musik klasik tidak hanya memiliki repertoar yang sangat luas namun juga literatur yang juga luas. Keluasan cakupan pembahasan musik klasik yang menyangkut waktu berabad-abad memungkinkannya untuk dilakukan pembahasan dengan pendektan sejarah, baik secara diakronis melalui pendekatan kronologis, yaitu dari tahun ke tahun secara bertahap, maupun secara sinkronis, yaitu mengkaitkannya dengan aspek-aspek terkait di sekitar periode yang dibahas.
Guna memudahkan pemahaman terhadap musik klasik maka seseorang perlu memahami aspek-aspek sejarah musik klasik yang meliputi pengertian-pengertian dasar mengenai musik secara umum. Di antara berbagai aspek tersebut meliputi sejarah proses kelahiran sistem tonal berikut pengembangannya selama berad-abad hingga akhirnya digantikan oleh sistem musikal yang lain. Namun karena terbatasnya tempat maka buku ini tidak secara khusus membahas sejarah musik klasik. Sehubungan dengan itu aspek-aspek sejarah hanya disinggung secara singkat meliputi kronologi sejarah dan riwayat hidup beberapa komponis musik klasik. Termasuk ke dalam pembahasan material musik ialah dasar-dasar teori musik yang meliputi pemahaman berbagai aspek musikal. Landasan teori musik ini diarahkan untuk memahami bentuk-bentuk musik.
• Bacaan untuk pendalaman:
Sumaryo LE. 1978. Komponis, Pemain Musik dan Publik. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sylado, Remy. 1983. Menuju Apresiasi Musik. Bandung: Penerbit Angkasa.
• Latihan-latihan (Jawablah dan diskusikanlah!): 1. Jelaskan pengertian Prelude dalam musik Klasik!
2. Secara umum musik yang ada di seluruh dunia dapat dikelompokkan menjadi berapa macam? Sebutkan masing-masing beserta contohnya!
3. Dalam konteks musik istilah ”klasik” memiliki tiga pengertian. Jelaskan masing-masing!
4. Bagaimana perbandingan keluasan jangkauan pembahasan musik klasik dan musik non klasik (populer)?
idang keahlian seni musik klasik meliputi banyak hal namun secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua arus. Arus pertama berkaitan dengan kesenimanan musik dan arus kedua bidang keilmuan musik. Bidang kesenimanan dalam musik klasik meliputi Komposisi atau penciptaan musik dan pertunjukan musik. Bidang keahlian pertunjukan musik klasik di antaranya meliputi resitalis (penampil solo instrumen atau vokal), instrumen pengiring (biasanya piano), pemain orkestra, pemain ensambel, dan pemain musik kamar. Kondakting atau keahlian memimpin orkestra termasuk ke dalam bidang pertunjukan musik. Arus kedua yang membidangi keilmuan musik meliputi bidang musikologi (termasuk etnomusiko-logi) dan transfer keilmuan dan ketrampilan musik atau dikenal dengan pendidikan musik.
Hingga kini, Indonesia telah mengelola pendidikan formal musik hingga ke tingkat perguruan tinggi. Di perguruan tinggi Indonesia, kini telah dikembangkan berbagai bidang baik bidang-bidang kesenimanan maupun keilmuan hingga tingkat Magister (S2). Sebagai contoh ialah program-program yang kini sedang dikembangkan oleh Jurusan Musik, Fakultas Seni Pertunjukan, dan Program Pasca Sarjana di Institut Seni Indonesia ialah bidang Musik Pertunjukan, Komposisi Musik, Musikologi, dan Musik Pendidikan. Walaupun tampaknya belum ada keselarasan yang menghubungkan sistem pendidikan musik di semua jenjang pendidikan baik umum maupun kejuruan, kini upaya-upaya tersebut tengah dilakukan oleh semua pihak yang terkait.
Bidang kejuruan musik yang kini sedang menjadi perhatian pemerintah kita ialah industri orkestra. Sehubungan dengan itu program-program pendidikan sekolah kejuruan musik diarahkan agar dapat mendukung perkembangan industri tersebut. Walaupun demikian karena berbagai keterbatasan maka pendidikan ketrampilan instrumen orkestra belum dapat terlayani secara menyeluruh.
Instrumen-instrumen dalam orkestra terbagi ke dalam kelompok-kelompok yaitu Tiup Kayu yang terdiri dari Flute, Oboe, Clarinet, dan Bassoon. Kecuali flute, produksi suara instrumen-instrumen tiup kayu
dihasilkan oleh getaran potongan kayu tipis yang ditempelkan pada ujung tempat meniup. Potongan kayu tersebut disebut reed. Ada yang menggunakan reed ganda seperti Oboe, dan ada juga yang menggunakan
reed tunggal seperti saxophone. Tiup Logam yang terdiri dari Trompet,
Horn, Tuba, dan Trombone, menghasilkan suara yang keras melalui suatu bulatan logam berlubang yang ditempelkan pada ujung tempat meniup. Logam ini disebut sebagai mouth piece. Instrumen Gesek yang terdiri dari Biola, Biola Alto, Cello, dan Contra Bass. Produksi suara kelompok instrumen ini dihasilkkan dengan cara menggesekkan tongkat berserabut yang disebut bow. Di samping itu instrumen-instrumen penunjang orkestra lainnya ialah piano, harpa, dan perkusi.
Walaupun hingga kini orkestra diyakini sebagai suatu formasi standar dalam bisnis musik klasik yang menjanjikan, namun sesuai dengan Standar Komkompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) bidang studi Seni Musik Klasik untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), instrumen-instrumen orkestra yang akan dibahas hanya dibatasi pada pembahasan solfegio, sebuah instrumen gesek yaitu Cello, dan tiga buah instrumen tiup logam yaitu Trompet, Trombone dan Cornet.
Buku teks pelajaran produktif ini didasarkan atas SK/KD kelompok bidang kejuruan dan program keahlian seni musik klasik pada Sekolah Menengah Kejuruan musik. Secara keseluruhan SK/KD bidang ini dapat dikelompokkan kepada pembahasan lima instrumen yaitu: (1) solfegio, (2) Instrumen Cello, (3) Instrumen Trombone, (4) Instrumen Soprano Cornet, (5) Instrumen Horn, dan (6) Trompet.
SK program keahlian yang pertama ialah mengidentifikasi solfegio sementara KD-nya ialah menirukan, menuliskan, dan membaca: (1) interval, (2) akord, (3) ritme, (4) melodi. Dari SK kedua hingga keenam terpusat pada pelatihan instrumen Cello, dan dari SK ketujuh hingga kesebelas pada instrumen trombone. Sementara itu dari SK keduabelas hingga ketujubelas, masing-masing melibatkan tiga instrumen yaitu Soprano Cornet, Horn, dan Trompet.
Selain SK/KD pertama, yaitu SK kedua hingga ketujuhbelas, tersusun dalam struktur dan kata kunci yang sama yaitu: “Menguasai repertoar dalam daftar A, B, dan C” dan KD yang sama pula dengan kata kunci “memainkan” aspek-aspek teknik permainan instrumen seperti tangga nada, tangga nada kromatis, arpegio, dominan tujuh, diminis tujuh, dan primavista/lagu pendek.
Beberapa bagian dalam SK/KD program keahlian seni musik klasik untuk SMK menyulitkan penyusunan materi buku teks ini karena kalimat repetitif yang tidak jelas baik pada SK maupun KD. Secara sepintas isi SK seperti sama antara satu dengan yang lainnya, namun jika diteliti ternyata terdapat perbedaan-perbedaan yang tidak terlalu mudah dipahami. Kalimat “dalam daftar A, B, dan C” pada SK tidak spesifik dan masih bersifat abstrak karena tidak ada pernyataan kategori repertoar apakah yang terdapat pada daftar tersebut. Akan lebih spesifik dan kongkrit jika kualitas kategori tersebut disebutkan, misalnya: Barok, Klasik, dan Romantik; atau Etude, Polifonis, dan Modern.
PROGRAM KEAHLIAN SENI MUSIK KLASIK
1. SK: Menguasai repertoar dalam daftar A, B, dan C (Tangga nada G, D, mayor [Satu Oktaf: naik turun] C mayor [dua oktaf naik turun]) instrumen cello
KD: 1) Memainkan tangga nada 2) Memainkan arpegio 3) Memainkan primavista
Kalimat di antara tanda kurung: “Kunci nada/ dalam kunci” (kompetensi 3-11) dan “tangga nada” (kompetensi 2, 12-17) tampaknya membatasi karakteristik kunci pada repertoar yang harus dimainkan dalam daftar yang dimaksud. Namun penjelasan tersebut juga membingungkan karena di dalamnya terdapat juga kalimat: “ tangga nada … satu oktaf naik turun” (lihat SK ke-2). Menguasai repertoar tidak bisa diartikan menguasai tangga nada.
Seluruh KD untuk bidang keahlian ini hanya menyangkut aspek teknik, kecuali primavista. Primavista adalah kemampuan membaca repertoar sederhana secara spontan atau tanpa persiapan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah sight reading. Dengan demikian berbeda dengan latihan-latihan teknik yang meliputi tangga nada dan arpegio, kalimat yang lebih tepat untuk bagian prima vista ialah “melakukan” bukan “memainkan.”
SK/KD yang berkaitan dengan penguasaan Cello ialah sebagai berikut.
PROGRAM KEAHLIAN SENI MUSIK KLASIK 2. SK: Menguasai repertoar dalam daftar A, B, dan C
(Kunci nada: F, A, Bb mayor; D minor, C, G mayor) instrumen cello
KD: 1) Memainkan tangga nada 2) Memainkan arpegio 3) Memainkan primavista
3. SK Menguasai repertoar dalam daftar A, B, dan C (dalam kunci nada: A, Bb mayor; C, G minor; C, D, F, G mayor; D minor) instrumen cello
KD 1) Memainkan tangga nada 2) Memainkan arpegio 3) Memainkan dominan tujuh 4) Memainkan primavista
4. SK Menguasai repertoar dalam daftar A, B, dan C (dalam kunci nada: Es, F, G, A, Bb mayor; C, D, G minor) instrumen cello
KD 1) Memainkan tangga nada
2) Memainkan tangga nada kromatik 3) Memainkan arpegio
4) Memainkan akor dominan tujuh
5) Memainkan lagu pendek secara primavista 5. SK Menguasai repertoar dalam daftar A, B, dan C
(dalam kunci nada: Eb, F, A, Ab, Bb mayor; C, D. G, D minor) instrumen cello
KD 1) Memainkan tangga nada
2) Memainkan tangga nada kromatik 3) Memainkan arpegio
4) Memainkan akor dominan tujuh 5) Memainkan Diminis Tujuh 6) Memainkan primavista
SK/KD yang berkaitan dengan penguasaan Trombone adalah sebagai berikut:
PROGRAM KEAHLIAN SENI MUSIK KLASIK
6. SK Menguasai repertoar dalam daftar A, B, dan C (dalam Kunci Bass: Bb mayor; C minor; Kunci G: C mayor; D minor) instrumen Trombone
KD 1) Memainkan tangga nada 2) Memainkan arpegio
3) Memainkan lagu pendek secara primavista 7. SK Menguasai repertoar dalam daftar A, B, dan C
(Kunci Bass: D, Eb mayor; D minor; Ab mayor; G minor; Kunci G: E, F mayor; E minor; Bb mayor; A minor) instrumen Trombone
KD 1) Memainkan tangga nada
2) Memainkan tangga nada kromatik 3) Memainkan arpegio
4) Memainkan lagu pendek secara primavista 8. SK Menguasai repertoar dalam daftar A, B, dan C
(Kunci Bass: Db mayor; E minor, Ab, Bb mayor; G minor; Kunci G: Eb mayor; F# minor, Bb, C mayor; A minor) instrumen Trombone
KD 1) Memainkan tangga nada
2) Memainkan tangga nada kromatik 3) Memainkan arpegio
4) Memainkan lagu pendek secara primavista 9. SK Menguasai repertoar dalam daftar A, B, dan C
(Kunci Bass: A mayor; C minor (interval keduabelas) F, F#, G mayor; F, G minor [dua oktaf]. Kunci G: B mayor; D minor [interval keduabelas], G, Ab mayor; G, A minor [dua oktaf]) instrumen Trombone
KD 1) Memainkan tangga nada
2) Memainkan tangga nada kromatik 3) Memainkan arpegio
4) Memainkan lagu pendek secara primavista 10. SK Menguasai repertoar dalam daftar A, B, dan C
(Kunci Bass: Bb, C mayor; Bb, C# minor [interval keduabelas], Ab mayor; F# minor [dua oktaf]. Kunci G: C, D mayor; C, Eb minor [interval keduabelas] F#, Bb mayor; G minor [dua oktaf]) instrumen Trombone
KD 1) Memainkan tangga nada
2) Memainkan tangga nada kromatik 3) Memainkan arpegio
4) Memainkan lagu pendek secara primavista
SK/KD yang berkaitan dengan penguasaan Soprano Cornet, Horn, dan Trompet adalah sebagai berikut:
PROGRAM KEAHLIAN SENI MUSIK KLASIK
11. SK Menguasai repertoar dalam daftar A, B, dan C, untuk Eb Soprano Cornet, dan menguasai pada daftar A dan B untuk Eb Horn (dalam tangga nada C mayor, A minor) instrumen trompet. KD 1) Memainkan tangga nada
2) Memainkan arpegio
3) Memainkan lagu pendek secara primavista 12. SK Menguasai repertoar dalam daftar A, B, dan C
untuk Eb Soprano Cornet, dan menguasai pada daftar A dan B untuk Eb Horn (dalam tangga nada Bb, D mayor; A, D minor) instrumen trompet.
KD 1) Memainkan tangga nada
2) Memainkan tangga nada kromatik 3) Memainkan arpegio
4) Memainkan lagu pendek secara primavista 13. SK Menguasai repertoar dalam daftar A, B, dan C
daftar A dan B untuk Eb Horn (dalam tangga nada Eb, E mayor; C, E minor; A mayor) instrumen trompet.
KD 1) Memainkan tangga nada
2) Memainkan tangga nada kromatik 3) Memainkan arpegio
4) Memainkan lagu pendek secara primavista 14. SK Menguasai repertoar dalam daftar A, B, dan C
untuk Eb Soprano Cornet, dan menguasai pada daftar A dan B untuk Eb Horn (dalam tangga nada F mayor; F minor; Ab, Bb mayor; A, B minor) instrumen trompet.
KD 1) Memainkan tangga nada
2) Memainkan tangga nada kromatik 3) Memainkan arpegio
4) Memainkan lagu pendek secara primavista 15. SK Menguasai repertoar dalam daftar A, B, dan C
untuk Eb Soprano Cornet, dan menguasai pada daftar A dan B untuk Eb Horn (dalam tangga nada Bb, Db mayor; Bb, C# minor; G, Ab mayor; G minor) instrumen trompet.
KD 1) Memainkan tangga nada 2) Memainkan arpegio
3) Memainkan tangga nada kromatik 4) Memainkan akor dominan tujuh
16. SK Menguasai repertoar dalam daftar A, B, dan C untuk Eb Soprano Cornet, dan menguasai pada daftar A dan B untuk Eb Horn (dalam tangga nada Bb, Db mayor; Bb, C# minor, G, Ab mayor; G minor) instrumen trompet.
KD 1) Memainkan tangga nada 2) Memainkan arpegio
3) Memainkan tangga nada kromatik 4) Memainkan akor dominan tujuh
• Bacaan untuk Pendalaman:
Kodijat, Latifah. 1983. Istilah-istilah Musik. Jakarta: Penerbit Jambatan. • Latihan (Jawab dan diskusikan):
1. Bidang keahlian musik klasik meliputi apa saja?
2. Membuat atau menulis lagu termasuk bidang keahlian apa? 3. Kondakter termasuk ke dalam kelompok keahlian apa?
4. Apa yang kamu ketahui tentang ”resital” dalam konteks musik klasik?
5. Menurut apakah harpa termasuk instrumen orkestra?
6. Saxophone termasuk kelompok instrumen tiup kayu atau tiup logam? Jelaskan jawabanmu!
7. Apakah perbedaan ciri dari segi proses produksi suara kelompok tiup logam dan tiup kayu?
8. Trombone termasuk kategori instrumen bersuara rendah atau tinggi?
9. Menurutmu peranan melodi pokok dalam kelompok tiup logam dimainkan oleh instrumen apa?
10. Mengapa Flute digolongkan ke dalam kelompok tiup kayu sementara tidak menggunakan reed seperti instrumen tiup kayu yang lain?
BAB 3
PENGERTIAN MUSIK
usik pada hakikatnya adalah bagian dari seni yang menggu-nakan bunyi sebagai media penciptaannya. Walaupun dari waktu ke waktu beraneka ragam bunyi, seperti klakson maupun mesin sepeda motor dan mobil, handphone, radio, televisi, tape
recorder, dan sebagainya senantiasa mengerumuni kita, tidak semuanya
dapat dianggap sebagai musik karena sebuah karya musik harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut merupakan suatu sistem yang ditopang oleh berbagai komponen seperti melodi, harmoni, ritme, timbre (warna suara), tempo, dinamika, dan bentuk. Sebelum lebih jauh membahas syarat-syarat tersebut berikut aspek-aspek lain yang terkait dengannya seperti sejarah musik, pencipta musik, karya-karya musik, dan berbagai formasi pertunjukan musik, bab ini akan terlebih dahulu meninjau beberapa definisi tentang musik, fungsi musik, dan jenis-jenis musik.
3.1. Pengertian Musik
Walaupun banyak dari para ahli musik telah mencoba memberikan definisi tentang musik, namun hingga kini belum ada satupun yang diyakini merupakan satu-satunya pengertian yang paling lengkap. Tampaknya ada yang memahami musik sebagai kesan terhadap sesuatu yang ditangkap oleh indera pendengarannya. Di samping itu ada juga yang pemahamannya bertolak dari asumsi bahwa musik adalah suatu karya seni dengan segenap unsur pokok dan pendukungnya. Walaupun demikian ada juga yang berbeda pandangan dari kedua model tersebut. Terlepas dari berbagai perbedaan, beberapa definisi berikut ini dapat membantu kita untuk memahami pengertian tentang musik.
Dari penulis-penulis Indonesia di antaranya dapat dijumpai sejumlah definisi tentang musik. Jamalus (1988, 1) berpendapat bahwa musik adalah karya seni bunyi berbentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui
unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan. Rina (2003, 9) setuju dengan pendapat bahwa musik merupakan salah satu cabang kesenian yang pengungkapannya dilakukan melalui suara atau bunyi-bunyian. Prier (1991, 9) sependapat degan Aristoteles bahwa musik merupakan curahan kekuatan tenaga penggambaran yang berasal dari gerakan rasa dalam suatu rentetan suara (melodi) yang berirama.
Menurut ahli perkamusan (lexicographer) musik, sebagaimana dikutip oleh Ewen (1963, vii) ialah:
“The science and art of the rhytmic combination of tones, vocal or instrumental, embracing melody and harmony for the expression of anything possible by this means, but chiefly emotional”
”Ilmu dan seni dari kombinasi ritmis nada-nada, vokal maupun instrumental, yang melibatkan melodi dan harmoni untuk mengekspresikan apa saja yang memungkinkan, namun khususnya bersifat emosional”
Walaupun demikian selama berabad-abad para ahli menganggap definisi kamus tersebut kurang memuaskan. Sebagai alternatif, di antaranya ada yang memahami musik sebagai ”bahasa para dewa”; yang lain mengatakan bahwa: ”music begins where speech ends” (musik mulai ketika ucapan berhenti). Romain Rolland berpendapat bahwa musik adalah suatu janji keabadian; bagi Sydney Smith musik ialah satu-satunya pesona termurah dan halal di muka bumi.
Goethe berpendapat bahwa musik mengangkat dan memuliakan apa saja yang diekspresikannya. Mendelssohn meyakini bahwa musik dapat mencapai suatu wilayah yang kata-kata tidak sanggup mengikutinya, dan Tchaikovsky berkata bahwa musik adalah ilham yang menurunkan kepada kita keindahan yang tiada taranya. Musik adalah logika bunyi yang tidak seperti sebuah buku teks atau sebuah pendapat. Ia merupakan suatu susunan vitalitas, suatu mimpi yang kaya akan bunyi, yang terorganisasi dan terkristalisasi. Sehubungan dengan itu Herbert Spencer, seorang filsuf dari Inggris mempertimbangkan musik sebagai seni murni tertinggi yang terhormat. Dengan demikian musik adalah pengalaman estetis yang tidak mudah dibandingkan pada setiap orang, sebagaimana seseorang dapat mengatakan sesuatu dengan berbagai cara (Ewen 1963, vii-viii).
Dari perspektif interpretasi atau penikmatannya, musik juga dapat dipahami sebagai bahasa karena ia memiliki beberapa karakteristik yang mirip dengan bahasa. Berkaitan dengan hal tersebut Machlis (1963, 4) memahami musik sebagai bahasa emosi-emosi yang tujuannya sama seperti bahasa pada umumnya, yaitu untuk mengkomunikasikan pemahaman. Sebagai bahasa musik juga memiliki tata bahasa, sintaksis, dan retorika, namun tentunya musik merupakan bahasa yang berbeda. Setiap kata-kata memiliki pengertian yang kongkrit, sementara nada-nada memiliki pengertian karena hubungannya dengan nada-nada-nada-nada yang lain. Kata-kata mengekspresikan ide-ide yang spesifik sedangkan musik menyugestikan pernyataan-pernyataan misterius dari pikiran atau perasaan.
Dari beberapa pendapat di atas setidaknya dapat dipahami bahwa musik merupakan salah satu cabang seni pertunjukan seperti tari, drama, puisi, dan sebagainya. Sebagai sebuah karya seni, musik adalah ungkapan perasaan seseorang yang dituangkan lewat komposisi jalinan nada atau melodi, baik dalam bentuk karya vokal maupun instrumental. Di samping itu musik adalah suatu karya seni yang tersusun atas kesatuan unsur-unsur seperti irama, melodi, harmoni, bentuk atau struktur, dan ekspresi.
3.2. Manfaat Musik
Dari perspektif filsafat, musik diartikan sebagai bahasa nurani yang menghubungkan pemahaman dan pengertian antar manusia pada sudut-sudut ruang dan waktu, di mana pun kita berada. Oleh karena itu Nietzsche, seorang filsuf Jerman, meyakini bahwa musik tidak diragukan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi kehidupan manusia. Sehubungan dengan itu ia mengatakan: "Without music, life would be an
error." Dalam kenyataannya musik memang memiliki fungsi atau peran
yang sangat penting sehingga tidak satupun manusia yang bisa lepas dari keberadaan musik.
3.2.1. Musik Sebagai Hiburan
Aristoteles, filsuf Yunani yang lahir di Stagira pada tahun 384 SM, mengatakan bahwa musik mempunyai kemampuan untuk mendamaikan hati yang gundah. Sehubungan dengan itu musik memiliki efek terapi
yang rekreatif dan lebih jauh lagi dapat menumbuhkan jiwa patriotisme. Pandangan Aristoteles ini setidaknya memberikan gambaran kepada kita bahwa dalam mengarungi bahtera kehidupannya, manusia tidak selalu menjumpai hal-hal yang menyenangkan. Suatu ketika ia bisa mengalami peristiwa yang menyedihkan, memilukan, atau bahkan menyakitkan, sedangkan di lain waktu, bisa juga mengalami peristiwa yang sungguh menyenangkan.
Musik dapat mempengaruhi hidup seseorang, hanya dengan musik, suasana ruang batin seseorang dapat dipengaruhi. Entah apakah itu suasana bahagia ataupun sedih, bergantung pada pendengar itu sendiri. Jelasnya, musik dapat memberi semangat pada jiwa yang lelah, resah dan lesu. Apalagi bagi seseorang yang sedang jatuh cinta, musik seakan-akan dapat menjadi kekuatan untuk menyemangati perjalanan cinta seseorang.
Sebagai hiburan, musik dapat memberikan rasa santai dan nyaman atau penyegaran pada pendengarnya. Terkadang pada saat pikiran kita lagi risau, serba buntu, dan tidak tahu apa yang harus dilakukan; dengan mendengarkan musik, segala pikiran bisa kembali segar. Hasilnya, kita bersemangat kembali mengerjakan sesuatu yang tertunda.
Di samping itu sebagai hiburan, musik juga dapat menyembuhkan depresi, musik terbukti dapat menurunkan denyut jantung. Ini membantu menenangkan dan merang-sang bagian otak yang terkait ke aktivitas emosi dan tidur. Peneliti dari Science University of Tokyo menunjukkan bahwa musik dapat membantu menurunkan tingkat stres dan gelisah. Penelitian menunjukkan bahwa mendengarkan musik klasik adalah cara terbaik untuk membantu mengatasi depresi.
3.2.2. Musik dan Terapi Kesehatan
Musik dapat berfungsi sebagai alat terapi kesehatan. Ketika seseorang mendengarkan musik, gelombang listrik yang ada di otaknya dapat diperlambat atau dipercepat dan pada saat yang sama kinerja sistem tubuh pun mengalami perubahan. Bahkan, musik mampu mengatur hormon-hormon yang mempengaruhi stres seseorang, serta mampu meningkatkan daya ingat. Musik dan kesehatan memiliki kaitan
erat, dan tidak diragukan bahwa dengan mendengarkan musik kesukaannya seseorang akan mampu terbawa ke dalam suasana hati yang baik dalam waktu singkat.
Musik juga memiliki kekuatan memengaruhi denyut jantung dan tekanan darah sesuai dengan frekuensi, tempo, dan volumenya. Makin lambat tempo musik, denyut jantung semakin lambat dan tekanan darah menurun. Akhirnya, pendengar pun terbawa dalam suasana santai, baik itu pada pikiran maupun tubuh. Oleh karena itu, sejumlah rumah sakit di luar negeri mulai menerapkan terapi musik pada pasiennya yang mengalami rawat inap.
Musik dapat menyembuhkan sakit punggung kronis, ia bekerja pada sistem syaraf otonom yaitu bagian sistem syaraf yang bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung, dan fungsi otak—yang mengontrol perasaan dan emosi. Menurut penelitian, kedua sistem tersebut bereaksi sensitif terhadap musik. Ketika kita merasa sakit, kita menjadi takut, frustasi dan marah yang membuat kita menegangkan ratusan otot dalam punggung. Mendengarkan musik secara teratur membantu tubuh santai secara fisik dan mental sehingga membantu menyembuhkan dan mencegah sakit punggung. Para ahli yakin setiap jenis musik klasik seperti Mozart atau Beethoven dapat membantu sakit otot.
Fungsi kesehatan lain ialah untuk membantu kelahiran. Dengan memperdengarkan musik, ibu hamil akan terbantu dalam menghadapi rasa sakit saat melahirkan. Bentuk ekspresi melalui musik dapat menyembuhkan sakit dalam tubuh dan membantu otot menjadi relaks. Dokter menganjurkan jenis musik klasik atau musik masa kini tetapi mendengarkan musik pilihan sendiri juga baik.
Telah terbukti bahwa musik juga sangat membantu anak sebelum menjalani operasi. Mendengarkan musik bagi anak yang tengah menunggu operasi dapat membantu menyembuhkan ketakutan dan gelisah karena musik membantu menenangkan ketegangan otot. Meskipun tidak ada musik khusus, musik-musik yang akrab bagi anak-anak jelas yang terbaik.
3.2.3. Musik dan Kecerdasan
Musik memiliki pengaruh terhadap peningkatan kecerdasan manusia. Salah satu istilah untuk sebuah efek yang bisa dihasilkan sebuah musik yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan intelegensia seseorang, yaitu Efek Mendengarkan Musik Mozart. Hal ini sudah terbukti, ketika seorang ibu yang sedang hamil duduk tenang, seakan terbuai alunan musik tadi yang juga ia perdengarkan di perutnya. Hal ini dimaksudkan agar kelak si bayi akan memiliki tingkat intelegensia yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang dibesarkan tanpa diperkenalkan pada musik. Dengan cara tertentu, otak pun akan distimulasi untuk “belajar” segala sesuatu lewat nada-nada musik. Selain itu, musik-musik yang berirama klasik adalah jenis musik yang dianjurkan banyak pakar buat ibu hamil dan si bayi, yaitu bisa mencerdaskan bayi dan juga bisa memberi ketenangan buat ibu yang sedang hamil.
Sehubungan dengan itu, musik mampu mencegah kehilangan daya ingat. Bagi banyak orang yang mengalami kehilangan daya ingat dimana berbicara dengan bahasa menjadi tidak berguna, musik dapat membantu pasien mengingat nada atau lagu dan berkomunikasi dengan sejarah mereka. Ini karena bagian otak yang memproses musik terletak di sebelah memori. Para peneliti menunjukkan bahwa orang dengan kehilangan daya ingat merespon lebih baik terhadap jenis musik pilihannya.
3.2.4. Musik dan Kepribadian
Musik diyakini dapat meningkatkan motivasi seseorang. Bagi orang yang berolahraga musik dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan olahraga yang lebih baik. Untuk selanjutnya pada saat berolahraga musik membantu olahragawan untuk meningkatkan daya tahan, meningkatkan mood dan mengalihkan olahragawan dari setiap pengalaman yang tidak nyaman selama olahraga. Jenis musik terbaik untuk olah raga adalah musik dengan tempo cepat seperti hip-hop atau musik dansa.
Motivasi adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan perasaan dan suasana hati tertentu. Apabila ada motivasi, semangat pun akan muncul dan segala kegiatan bisa dilakukan. Begitu juga sebaliknya, jika motivasi terbelenggu, maka semangat pun menjadi luruh, lemas, tak ada tenaga untuk beraktivitas. Coba saja diingat saat upacara bendera setiap Senin pagi yang di dalam upacara tersebut kita diwajibkan menyanyikan lagu wajib nasional itu, semata-mata kan hanya untuk menimbulkan motivasi mencintai negeri, mengenang jasa pahlawan, dan memberi semangat baru pada pesertanya. Hal ini seharusnya berlaku juga pada irama mars yang merupakan irama untuk mengobarkan semangat perjuangan.
Perkembangan kepribadian seseorang juga dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh jenis musik yang didengar. Sewaktu kecil kita suka mendengarkan lagu-lagu anak, setelah dewasa kita pun akan memilih sendiri jenis musik yang kita sukai. Pemilihan jenis musik yang disukai bisa dibilang membantu kita untuk memberikan nuansa hidup yang kita butuhkan.
3.3. Fungsi Musik dalam Masyarakat
Sebagai bagian dari kesenian yang merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan universal, musik memiliki fungsi sosial yang secara universal umumnya dapat ditemukan di setiap kebudayaan suku bangsa manapun di seluruh dunia.
3.3.1. Fungsi Ekspresi Emosional
Pada berbagai kebudayaan, musik memiliki fungsi sebagai kendaraan dalam mengekspresikan ide-ide dan emosi. Di Barat musik digunakan untuk menstimulasi perilaku sehingga dalam masyarakat mereka ada lagu-lagu untuk menghadirkan ketenangan. Para pencipta musik dari waktu ke waktu telah menunjukkan kebebasannya mengungkapkan ekspresi emosinya yang dikaitkan dengan berbagai objek cerapan seperti alam, cinta, suka-duka, amarah, pikiran, dan bahkan mereka telah mulai dengan cara-cara mengotak-atik nada-nada sesuai dengan suasana hatinya.
3.3.2. Fungsi Penikmatan Estetis
Pada dasarnya setiap orang telah dikaruniai oleh Tuhan dengan berbagai kemampuan belajar (ability to learn) dan bakat (talent) tentang apa saja. Selain bisa belajar dari lingkungan alam dan sosialnya, orang juga bisa belajar dari pengalamannya sendiri. Setiap orang memiliki kemampuan dan kecepatan berbeda-beda dalam hal mencerap atau memahami keindahan tentang apa saja termasuk pula keindahan musik.
Untuk menikmati rasa indah (estetis), maka orang perlu belajar dengan cara membiasakan diri mendengarkan musik-musik kesukaan-nya sendiri. Kemudian ia bisa mulai mencoba mendengarkan musik-musik jenis lain yang baru didengarnya dan kemudian akan menyukainya. Setiap jenis musik memiliki keunikan melodis, ritmis, dan harmonis; maupun terkait dengan komposisi dan instrumentasinya.
3.3.3. Fungsi Hiburan
Hiburan (entertainment) adalah suatu kegiatan yang menyenangkan hati bagi seseorang atau publik. Musik sebagai salah-satu cabang seni juga memiliki fungsi menyenangkan hati, membuat rasa puas akan irama, bahasa melodi, atau keteraturan dari harmoninya. Seseorang bisa saja tidak memahami teks musik, tetapi ia cukup terpuaskan atau terhibur hatinya dengan pola-pola melodi, atau pola-pola ritme dalam irama musik tertentu.
Jika para penikmat musik klasik sangat senang dengan kompleksitas bangun musik dan orkestrasinya, maka pencinta musik pop lebih terhibur dengan teks syair, melodi yang menyentuh kalbu, atraksi panggung, atau bahkan hanya popularitas penyanyinya saja. Kini musik bahkan ditengarai lebih berfungsi hiburan karena industri musik berkembang dengan sangat cepat.
3.3.4. Fungsi Komunikasi
Musik sudah sejak dahulu digunakan untuk alat komunikasi baik dalam keadaan damai maupun perang. Komunikasi bunyi yang menggunakan sangkakala (sejenis trumpet), trumpet kerang juga digunakan dalam suku-suku bangsa pesisir pantai, kentongan juga
digunakan sebagai alat komunikasi keamanan di Jawa, dan teriakan-teriakan pun dikenal dalam suku-suku asli yang hidup baik di pegunungan maupun di hutan-hutan.
Bunyi-bunyi yang teratur, berpola-pola ritmik, dan menggunakan alur-alur melodi, menandakan adanya fungsi komunikasi dalam musik. Komunikasi elektronik yang menggunakan telepon semakin hari semakin banyak menggunakan bunyi-bunyi musikal.
3.3.5. Fungsi Representasi Simbolik
Dalam berbagai budaya bangsa, suku-suku, atau daerah-daerah yang masih mempertahankan tradisi nenek-moyang mereka; musik digunakan sebagai sarana mewujudkan simbol-simbol dari nilai-nilai tradisi dan budaya setempat. Kesenangan, kesedihan, kesetiaan, kepatuhan, penghormatan, rasa bangga, dan rasa memiliki, atau perasaan-perasaan khas mereka disimbolkan melalui musik baik secara sendiri maupun menjadi bagian dari tarian, syair-syair, dan upacara-upacara.
3.3.6. Fungsi Respon Sosial
Para pencipta lagu nasional Indonesia sangat peka terhadap adanya kondisi sosial, tingkat kesejahteraan rakyat, dan kegelisahan masyarakat. Mereka menciptakan lagu-lagu populer yang menggunakan syair-syair menyentuh perhatian publik seperti yang dilakukan oleh Bimbo, Ebiet G. Ade, Iwan Fals, Harry Roesli, Gombloh, Ully Sigar Rusady, dan masih banyak lagi. Pada umumnya para pencipta lagu itu melakukan kritik sosial dan bahkan protes keras terutama ditujukan kepada pemerintah. Para pengamen jalanan juga tak kalah seru mengumandangkan lagu-lagu protes sosialnya, misalnya lagu yang bertema PNS, penderitaan anak jalanan, generasi muda yang tanpa arah, dan lain sebagainya.
3.3.7. Fungsi Pendidikan Norma Sosial
Musik banyak pula digunakan sebagai media untuk mengajarkan norma-norma, aturan-aturan yang sekalipun tidak tertulis namun
berlaku di tengah masyarakat. Para pencipta lagu anak seperti Bu Kasur, Pak Kasur, Pak Daljono, AT Mahmud, Ibu Sud — semua berupaya mengajarkan anak-anak berperilaku sopan, halus, hormat kepada orangtua, cinta keindahan, sayangi tanaman dan binatang, patuh pada guru, dan lain sebagainya. Keindahan alam, kesejahteraan sosial, kenyamanan hidup, dan semua norma-norma kehidupan bermasyarakat telah mendapatkan perhatian yang sangat penting dari para pencipta lagu tersebut.
3.3.8. Fungsi Pelestari Kebudayaan
Lagu-lagu daerah banyak sekali berfungsi sebagai pelestari budayanya, karena tema-tema dan cerita di dalam syair menggambarkan budaya secara jelas. Syair-syair lagu sering juga berasal dari pantun-pantun yang biasa dilantunkan oleh masyarakat adat dan daerah-daerah di Indonesia. Budaya Minangkabau dapat dipertahankan keberadaannya dengan berbagai cara, tetapi musik Minang sangat jelas karakteristiknya yang mudah mewakili daya tarik terhadap tempat berkembangnya budaya itu ialah Propinsi Sumatera Barat dan sekitarnya.
Lagu-lagu Jawa, mulai dari yang klasik hingga kini yang berwarna populer seperti musik campursari, digemari masyarakat Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta untuk melengkapi musik kroncong yang lebih dahulu berkembang. Ada budaya Jawa yang dilestarikan melalui syair-syair berbasa Jawa, melodi-melodi yang bernuansa Jawa dari karawitan. Demikian pula dengan musik Sunda dan sekitarnya di Propinsi Jawa Barat, memiliki rasa yang sangat khas adalah bagian dari upacara-upacara sosial dan keagamaan masyarakatnya. Dengan demikian jelas bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya dan terutama musiknya seperti termasuk yang paling dikenal dunia seperti Jawa Timur, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan bahkan Papua.
3.3.9. Fungsi Pemersatu Bangsa
Setiap bangsa memiliki lagu kebangsaan (national anthem) yang mewakili citarasa estetik, semangat kebangsa-an, dan watak dari budaya
masing-masing. Lagu kebangsa-an Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Soepratman adalah lagu atau musik yang diciptakan untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang mendiami daerah-daerah di wilayah Nusantara yang terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil.
Keaneka-ragaman budaya yang sangat banyak jumlahnya harus dirangkum dalam satu kesatuan budaya nasional tanpa meninggalkan budaya-budaya lokal. Dalam kesatuan tanah-air, bangsa, dan bahasa; Indonesia diperke-nalkan kepada dunia melalui Indonesia Raya. Tetapi, lagu-lagu nasional Indonesia juga tidak sedikit yang bisa berfungsi sebagai pemersatu bangsa sekalipun bukan sebagai lagu kebangsaan, contohnya antara lain Berkibarlah Benderaku, Bangun Pemudi-Pemuda,
Bagimu Negeri, Satu Nusa Satu Bangsa, Indonesia Pusaka, Hari Merdeka, Rayuan Pulau Kelapa, Mars Pancasila, Halo-Halo Bandung, dan Syukur.
3.3.10. Fungsi Promosi Dagang
Musik yang dikreasi untuk kepentingan promosi dagang kini banyak berkembang seiring dengan laju pertumbuhan iklan yang disiarkan melalui radio-radio siaran dan televisi-televisi swasta terutama di Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia. Musik-musik iklan bisa saja dirancang oleh penciptanya secara baru, tetapi juga ada yang berbentuk penggalan lagu yang sudah ada, sudah populer, dan digemari segmen pasar yang dituju.
3.4. Musik Klasik dan Proses Sosial
Di atas telah disinggung berbagai pemahaman musik serta fungainya sehingga dapat kita maklumi bahwa musik memiliki manfaat yang nyata bagi kehidupan manusia pada umumnya dan pada kebudayaan tertentu khususnya. Keberadaan musik pada suatu kebudayaan adalah suatu yang wajar karena ia adalah bagian dari kesenian yang merupakan salah satu dari ciri kebudayaan universal.
Manfaat dan fungsi musik sebagaimana yang telah diuraikan di atas mengandung pengertian atau definisi bahwa musik ialah proses
sosial. Walaupun musik klasik termasuk ke dalam kategori musik seni yang mengutamakan segi estetik dan artistik namun dalam beberapa kesempatan secara insidental juga digunakan sebagai proses sosial. Jenis musik klasik yang digunakan dalam proses sosial seperti misalnya, resepsi perkawinan, pengangkatan jabatan, perayaan-perayaan, dan sebagainya, biasanya dipilih yang ringan atau bersifat menghibur.
3.5. Musik Klasik dan Ekspresi Artistik
Walaupun sama-sama memiliki fungsi menghibur, perbedaan musik klasik dengan jenis-jenis musik hiburan lainnya adalah: Sementara musik hiburan melayani kebutuhan pelepas lelah maka musik klasik melayani rasa haus estetik dan artistik yang lebih tinggi. Pada musik hiburan audiens cenderung dilayani sehingga tidak perlu repot-repot mencurahkan perhatiannya. Dengan kata lain audiens cenderung bersikap pasif. Pada musik klasik audiens tidak semata-mata dilayani tapi juga disediakan spasi yang lebih luas untuk mencari sudut-sudut kenikmatan dalam suatu karya musik.
Sehubungan dengan itu musik hiburan biasanya sederhana sedangkan kekuatannya terletak pada lirik yang didukung oleh melodi sederhana yang logis. Dari segi sitem musikal sebenarnya tidak ada perbedaan yang signifikan di antara musik hiburan dengan musik klasik diatonis; misalnya di antara lagi Ebied G. Ade dan sonata W.A. Mozart. Namun pengolahannya yang mendalam pada musik klasik sehingga mampu mewadahi tidak hanya semata-mata ekspresi estetis namun juga artistik. Audiens musik klasik tidak melulu membutuhkan hiburan tapi secara aktif membutuhkan kenikmatan estetis dan artistik.
• Bacaan untuk Pendalaman:
Ewen, David. 1963. “Introduction: Music – The Heavenly Maid” dalam The Home Book of Musical Knowledge. New Jersey: Prentice Hall, Inc., hal. vii-viii.
Sylado, Remy. 1983. Menuju Apresiasi Musik. Bandung: Penerbit Angkasa.
• Latihan (Jawab dan diskusikan):
1. Menurutmu apakah pengertian “Musik”?
2. Apakah “musik” memiliki pengertian yang universal?
3. Jelaskan apa manfaat umum musik bagi kehidupan manusia! 4. Sebutkan tiga contoh fungsi musik!
5. Jelaskan apa kemiripan musik dengan bahasa!
6. Jelaskan apa perbedaan di antara musik klasik dan musik hiburan! Apa kontribusi musik dalam pendidikan anak?