• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSEDUR LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PROSEDUR LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2 dari 5

PROSEDUR LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

1. Ruang Lingkup

Pedoman ini merupakan prosedur bagi LSP menuju lisensi BNSP agar memenuhi persyaratan untuk LSP dengan persyaratan tertentu, termasuk pengembangan dan pemeliharaan skema sertifikasi Profesi.

2. Acuan Normatif

Acuan normatif yang digunakan adalah: Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi; Pedoman BNSP 201 dan 202.

3. Istilah dan Definisi

3.1 Sertifikasi Kompetensi Kerja

Sertifikasi Kompetensi Kerja adalah proses pemberian sertifikat yang dilakukan secara sistematis dan objectif melalui uji kompetensi kerja nasional Indonesia dan/atau internasional.

3.2 Kompetensi Kerja

Kompetensi Kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.

3.3 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)

adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3.4 Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP)

adalah badan independen yang mempunyai tugas melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja. Guna terlaksananya tugas tersebut BNSP dapat memberikan lisensi kepada LSP yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan BNSP. Dalam melaksanakan tugasnya dan bertanggung jawab kepada Presiden.

3.5 Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP)

Lembaga pelaksana kegiatan sertifikasi profesi yang mendapatkan lisensi dari BNSP.

3.6 Tempat Uji Kompetensi (TUK)

Suatu tempat kerja profesi atau tempat yang memiliki sarana dan prasarana dengan kriteria setara dengan tempat kerja profesi yang diverifikasi oleh LSP untuk menjadi tempat uji kompetensi.

3.7 Lisensi

(3)

3 dari 5 3.8 Akreditasi

Kesuluruhan proses pemberian pengakuan formal yang menyatakan bahwa suatu lembaga telah memenuhi persyaratan untuk melaksanakan kegiatan uji kompetensi profesi.

3.9 Proses sertifikasi

Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh LSP untuk menetapkan bahwa seseorang memenuhi persyaratan kompetensi yang ditetapkan, mencakup permohonan, evaluasi, keputusan sertifikasi, survailen dan sertifikasi ulang, dan penggunaan sertifikat.

3.10 Sistem sertifikasi

Kumpulan prosedur dan sumberdaya untuk melakukan proses sertifikasi sesuai dengan skema sertifikasinya, untuk menerbitkan sertifikat kompetensi termasuk pemeliharaannya.

3.11 Asesor kompetensi

Seseorang yang mempunyai kualifikasi yang relevan dan kompeten untuk melaksanakan dan/atau asesmen/penilaian kompetensi.

3.12 Asesor sistem manajemen

Seseorang yang mempunyai kualifikasi yang relevan dan kompeten untuk melaksanakan dan/atau asesmen sistem manajemen mutu.

3.13 Peserta Uji Kompetensi

Pemohon yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk dapat ikut serta dalam proses sertifikasi

3.14 Proses sertifikasi

Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh LSP untuk menetapkan bahwa seseorang memenuhi persyaratan kompetensi yang ditetapkan, mencakup permohonan, evaluasi, keputusan sertifikasi, survailen dan sertifikasi ulang.

4. Prosedur Umum

4.1. LSP yang bermaksud mengajukan lisensi kepada BNSP harus memenuhi persyaratan berikut :

a. memiliki sistem manajemen mutu dan kompetensi teknis yang memenuhi persyaratan Pedoman BNSP 201 dan Pedoman BNSP 202 (dituangkan dalam dokumentasi sistem mutu LSP) yang telah diimplementasikan secara efektif minimum selama 3 (tiga) bulan, dengan disertai bukti pelaksanaan satu kali audit internal;

b. memenuhi seluruh kebijakan dan pedoman yang ditetapkan oleh BNSP yang terkait dengan lisensi LSP (lihat Lampiran Daftar Kebijakan dan Pedoman BNSP);

4.2. LSP yang menginginkan untuk dilisensi oleh BNSP akan mendapatkan dokumen yang relevan dan formulir permohonan lisensi dari sekretariat BNSP atau LSP dapat mengakses dari website BSN (www.bnsp.go.id) (lihat juga 2.1).

5. Permohonan Lisensi

(4)

4 dari 5

terkendali (formulir-formulir isian tersebut dapat diperoleh di Sekretariat BNSP atau melalui website BSN (www.bnsp.go.id).

5.2. BNSP hanya akan memproses permohonan lisensi jika formulir isian telah diisi lengkap, semua dokumen yang diwajibkan seperti pada butir 2.1 dan formulir permohonan telah diserahkan ke Sekretariat BNSP.

5.3. Bila dipandang perlu, BNSP berhak untuk meminta klarifikasi atas informasi yang diberikan oleh LSP dan berhak meminta LSP untuk menyerahkan dokumen tambahan lain yang terkait dengan lisensi (sebagai contoh: prosedur, instruksi kerja, dan lain-lain).

5.4. Permohonan lisensi berlaku untuk 2 (dua) tahun dihitung sejak pelaksanaan asesmen lapangan. Permohonan lisensi dinyatakan batal (tidak berlaku), jika pada tanggal terakhir dari periode 2 (dua) tahun tersebut, status lisensi LSP belum dapat diberikan.

6. Pra-asesmen

6.1. Pra-asesmen dapat berupa gap assessment, pra-validasi dan Validasi.

6.2. Bila LSP pemohon lisensi memerlukan pra-asesmen, dapat mengajukan permohonan kepada BNSP,

6.3. Pra-asesmen bersifat sukarela.

6.4. Pra-asesmen dilakukan oleh personel yang ditunjuk oleh BNSP untuk melakukan: a. Penjelasan syarat dan aturan lisensi;

b. Evaluasi awal kecukupan organisasi dan SDM;

c. Evaluasi awal kecukupan akomodasi dan lingkungan, peralatan, dan bahan habis pakai; d. Konfirmasi lingkup lisensi termasuk metode;

e. Konfirmasi kecukupan persyaratan permohonan lisensi; f. Konfirmasi pelaksanaan sistem mutu termasuk audit internal.

6.5. Waktu pelaksanaan pra-asesmen maksimum 2 orang-hari.

6.6. Struktur biaya pra-asesmen sama seperti struktur biaya yang berlaku pada asesmen.

7. Asesmen awal

7.1. Asesmen awal adalah evaluasi untuk menilai kompetensi LSP berdasarkan Pedoman BNSP 201 dan 202, dalam menentukan pemenuhan LSP atas kriteria lisensi dan persyaratan tambahan yang relevan dengan lingkup lisensi yang diminta oleh LSP. Asesmen terdiri dari 2 tahap, yaitu audit kecukupan dan asesmen lapangan.

7.2. Asesmen dilakukan oleh Tim Asesmen yang ditunjuk oleh BNSP, yang terdiri dari seorang asesor kepala dan dibantu oleh satu atau lebih asesor teknis dan/atau tenaga ahli dan/atau personel lisensi. Jumlah anggota tim asesmen disesuaikan dengan lingkup uji kompetensi yang diajukan oleh LSP.

7.3. Sebelum pelaksaan asesmen, BNSP menginformasikan kepada LSP tentang tim assmen, dan waktu pelaksanaan asesmen lapangan dan biaya asesmen. LSP diberi kesempatan untuk menyatakan keberatan terhadap tim dan waktu pelaksanaan asesmen lapangan dengan alasan yang dapat diterima.

7.4. Bila LSP telah setuju atas tim dan waktu pelaksanaan asesmen lapangan, akan dilakukan kontrak kerja antara LSP dengan BNSP mengenai proses asesmen selanjutnya.

(5)

5 dari 5

diinformasikan kepada LSP. Bila dinyatakan belum cukup, LSP diberi kesempatan untuk memperbaiki dan bila dinyatakan telah cukup (atau memenuhi), tim asesmen akan menutup audit kecukupan tersebut, kemudian melakukan asesmen lapangan.

7.6. Asesmen lapangan

a) Tim asesmen mengirimkan jadwal asesmen (agenda asesmen) selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum asesmen lapangan dilakukan

b) Pada saat asesmen lapangan, LSP harus menyiapkan staf (personel) kunci, yaitu pimpinan LSP, manajemen teknis, manajemen mutu, dan calon penandatangan sertifikat kompetensi. Khusus untuk penandatangan sertifikat akan dilakukan evaluasi kelayakan kualifikasi melalui daftar riwayat hidup maupun wawancara.

c) LSP harus dapat menunjukkan kompetensi dalam uji komeptensi sesuai ruang lingkup yang diajukan untuk dilisensi.

d) LSP akan mendapat laporan ringkas dan laporan ketidaksesuaian (LKS) yang ditemukan saat asesmen lapangan. Laporan ringkas dan LKS tersebut harus disetujui dan ditandatangani oleh pihak LSP dan pihak tim asesmen. Bila pihak LSP tidak menyetujui laporan ringkas dan/atau LKS, laporan ringkas dan/atau LKS yang tidak disetujui tersebut akan diserahkan kepada BNSP untuk ditindak lanjuti.

7.7. Tindakan perbaikan asesmen lapangan

a) LSP harus membuat rencana tindakan perbaikan beserta pelaksanaan tindakan perbaikannya dalam waktu maksimum 3 (tiga) bulan.

b) LSP wajib menyerahkan rencana tindakan perbaikan dan hasil tindakan perbaikan kepada BNSP untuk dilakukan verifikasi. Verifikasi tindakan perbaikan dilakukan oleh asesor paling lambat 10 hari kerja setelah diterima oleh asesor.

c) BNSP akan melakukan verifikasi lapangan untuk melakukan verifikasi tindakan perbaikan dari LSP jika tindakan perbaikan tidak memungkinkan untuk diverifikasi dari bukti dokumen tindakan perbaikan.

d) Jika tindakan perbaikan tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan sebagaimana tersebut pada 4.7 a) atau tindakan perbaikan dinilai belum memuaskan oleh tim asesmen, LSP diberi kesempatan untuk memperbaiki ketidaksesuaian yang belum diselesaikan atau belum memuaskan tersebut maksimum 3 (tiga) bulan berikutnya.

e) Jika tindakan perbaikan LSP yang kedua tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan atau dinilai masih belum memuaskan oleh tim asesmen, LSP diwajibkan untuk melakukan audit internal tambahan yang harus mencakup tindakan perbaikan yang belum diselesaikan dan menyerahkan hasil audit internal tersebut beserta tindak lanjutnya dan tindakan perbaikan dari ketidaksesuaian kepada BNSP paling lambat 6 (enam) bulan berikutnya.

f) Jika dalam waktu 1 (satu) tahun sejak pelaksanaan asesmen lapangan tindakan perbaikan oleh LSP tidak dapat diselesaikan atau belum memuaskan, BNSP akan melakukan verifikasi lapangan untuk melihat implementasi sistem mutu LSP dan verifikasi tindakan perbaikan terhadap ketidaksesuaian. Pelaksanaan verifikasi lapangan tersebut dilaksanakan maksimal 2 (dua) orang-hari dan seluruh biaya ditanggung oleh LSP. Apabila dalam 2 (dua) tahun sejak asesmen lapangan proses lisensi belum dapat diselesaikan, permohonan dianggap gugur.

7.8. Bila semua proses asesmen lapangan telah selesai, BNSP akan menerbitkan laporan asesmen.

8. Lisensi

8.1. Semua laporan asesmen akan dilakukan pengkajian oleh komisi lisensi.

(6)

6 dari 5

8.3. Rapat Pleno BNSP menetapkan memberikan atau tidak memberikan lisensi kepada LSP pemohon berdasarkan laporan asesmen, pertimbangan Komisi Lisensi, dan pembahasan yang dilakukan selama rapat Pleno BNSP.

8.4. Jika rapat Pleno BNSP memutuskan untuk memberikan lisensi kepada suatu LSP, BNSP akan menerbitkan Sertifikat Lisensi bagi LSP tersebut. Sertifikat Lisensi disertai dengan rincian lingkup lisensi yang tercantum dalam Lampiran Sertifikat Lisensi.

8.5. Sertifikat lisensi BNSP berlaku 3 (tiga) tahun sejak tanggal ditetapkannya dan dapat diperpanjang setiap 3 (tiga) tahun sesuai dengan Syarat dan Aturan Lisensi LSP. Sertifikat lisensi BNSP tidak dapat dialihkan kepada LSP lainnya.

8.6. Jika BNSP tidak memberikan lisensi kepada LSP, BNSP akan memberitahu keputusan penolakan tersebut disertai alasan penolakannya. LSP diberi kesempatan untuk mengajukan permohonan banding terhadap keputusan penolakan. Banding harus diajukan tertulis ditujukan kepada Ketua BNSP disertai bukti dan alasan yang kuat, dan harus diajukan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sesudah keputusan BNSP.

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah mempermudah ilmuwan dalam mengidentifikasi host dari variasi virus Avian Influenza subtipe H5N1 yang baru

Karies gigi yang dialami anak usia pra sekolah berdampak pada anak dan keluarga secara fisik, psikologis, maupun psikososial yang dapat mempengaruhi kualitas hidup.. Penelitian

Untuk material cetak elastomer jenis silikon yang memiliki viskositas putty metode pencampuran dilakukan dengan menakar volume kedua pasta dengan sendok takar dan kemudian mencampur

Pemohon sertifikasi yang dalam jangka waktu 4 (empat) atau kurang dari 4 (empat) tahun dapat menyelesaikan seluruh unit kompetensi pada skema Tenaga Pemasar Manajerial

Lembaga Sertifikasi Profesi yang selanjutnya disingkat LSP adalah lembaga pelaksana kegiatan sertifikasi kompetensi kerja yang mendapatkan lisensi dari BNSP untuk

Jadi definisi operasional judul penelitian secara keseluruhan adalah suatu daya yang ditimbulkan oleh rangkaian atau proses belajar terhadap hasil belajar mahasiswa

Pemohon sertifikasi adalah Peserta didik yang terdiri dari (a) mahasiswa pada program studi S1 Ilmu Komunikasi Universitas Gunadarma ; (b) peserta pelatihan berbasis

Lembaga Sertifikasi Profesi yang selanjutnya disingkat LSP adalah Lembaga pelaksana Sertifikasi Kompetensi yang telah diakreditasi oleh dan mendapatkan lisensi dari