• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team-Games-Tournament) terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi sistem reproduksi manusia - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team-Games-Tournament) terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi sistem reproduksi manusia - USD Repository"

Copied!
244
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM-GAMES-TOURNAMENT) TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL

BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 1 SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

ENDRI RATNA UTAMI NIM : 091434004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM-GAMES-TOURNAMENT) TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL

BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 1 SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

Endri Ratna Utami

NIM : 091434004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Sk r i p si i n i k u p er sem ba h k a n k ep a d a :

T u h a n Y esu s K r i su s a t a s p en y er t a a n d a n ber k a t n y a y a n g

t el a h d i ber i k a n k ep a d a p en y u su n .

K ed u a Or a n g T u a k u y a n g t el a h m em ber i k a n ci n t a k a si h

d a n d u k u n ga n sel a m a i n i

Sel u r u h K el u a r ga B esa r P en d i d i k a n B i ol ogi U n i v er si t a s

Sa n a t a D h a r m a a n gk a t a n 20 0 9

SM A Pa n gu d i L u h u r Y ogy a k a r t a

A l m a m a t er k u t er ci n t a U n i v er si t a s Sa n a t a D h a r m a

(6)

v

MOTTO

Ber suk a cit a l a h Da l a m Peng ha r a Pa n,

Sa ba r l a h Da l a m KeSeSa Ka n Da n b er t eKunl a h

Da l a m Doa

~ Roma 12 : 12 ~

Hidup AdAl AH KesempAt An, mAKA

Ma nf a a t k a nl a h. hidup a da l a h k einda ha n,

Ma k a k a g uMil a h. hidup a da l a h k eba ha g ia a n,

Ma k a Nik Ma t il a h

(7)
(8)
(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan kasih dan penyertaannya yang tiada batas, sehingga penulis

dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team-Games-Tournament) Terhadap

Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta Pada Materi Sistem Reproduksi Manusia”

Karya Ilmiah ini berisi tentang penelitian mengenai upaya

meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa kelas XI IPA 1 terhadap

materi sistem reproduksi manusia melalui model pembelajaran kooperatif

tipe TGT (Team-Games-Tournament). Penulis menggunakan metode

tersebut karena penulis ingin menerapkan Ilmu Biologi yang telah didapat

dengan cara mengajak siswa bermain sambil belajar.

Dalam penyelesaian Karya Ilmiah ini penulis tidak lepas dari

bantuan, bimbingan dan dukungan dari beberapa pihak. Untuk itu kami

ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. Antonius Tri Priantoro.,M.For.,Sc selaku Ketua Program

Studi Pendidikan Biologi dan Dosen Pembimbing skripsi yang telah

membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberikan

masukan, pengarahan, serta perbaikan-perbaikan dalam penyusunan

Karya Ilmiah ini

2. Bapak Andreas Mujiyono,S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta yang telah memberikan kepercayaan bagi

penulis untuk melaksanakan Penelitian di Kelas XI IPA 1 SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta

3. Ibu Anastasia Ratna Dwiyanti,S.Pd. selaku Guru Pembimbing kami

yang telah memberikan kepercayaan kepada Penulis untuk

memberikan materi dan bahan diskusi, kepada siswa – siswi kelas XI

IPA 1, serta membantu dalam pelaksanaan permainan TGT sekaligus

memberikan pengarahan serta masukan – masukan demi perbaikan

(10)

ix

4. Seluruh siswa–siswi Kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta yang telah berpartisipasi aktif dan antusias dalam proses

Pembelajaran pada materi sistem reproduksi manusia dan telah

memberikan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan

penulisannya.

5. Seluruh Keluarga Besar SMAPangudi Luhur Yogyakarta yang telah

membantu dalam pelaksanaan penulisan karya ilmiah ini

6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Biologi dan seluruh

Keluarga Besar Universitas Sanata Dharma yang telah memberi

dukungan dan membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

7. Kedua Orang Tuaku yang telah memberikan semangat, kasih sayang,

doa serta memberikan dukungan berupa moril dan materil sehingga

penulis dapat menyelesaikan studi tepat pada waktunya dan

menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.

8. Adikku Dyana yang selalu memberikan semangat, doa sehingga

dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini dengan baik.

9. Mas Yosef Andang yang telah memberikan dukungan, motivasi dan

semangat kepada penulis.

10. Saudariku Ruth Lana, Cicilia Maryani, Ryka Indriyani, Christin

Widyaningsih sebagai sahabat berbagi suka dan duka yang telah

memberikan dukungan, semangat dan doa kepada penulis.

11. Seluruh teman – teman Pendidikan Biologi angkatan 2009 yang

menjadi teman seperjuangan penulis dalam melaksanakan studi di

Universitas Sanata Dharma (Alm. Pimchan Nalsa, selamat jalan

kawan)

12. Seluruh Pihak yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian

karya ilmiah ini

Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini masih jauh dari sempurna.

Saran dan Kritik dari seluruh pembaca yang bersifat membangun akan

(11)

x

Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan Karya ilmiah ini masih

banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu Penulis mohon maaf yang

sebesar-besarnya. Semoga karya ini bermanfaat bagi pembaca. Terima

Kasih. Tuhan Memberkati.

Yogyakarta, Desember 2013

(12)

xi

ABSTRAK

Penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team-Games-Tournament) terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi sistem reproduksi manusia. Subyek dari penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI IPA 1 semester genap tahun ajaran 2012/2013, sebanyak 30 siswa. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari, instrument pembelajaran (Silabus dan RPP), dan instrument pengumpulan data (Kuisioner, lembar observasi, wawancara, dan tes). Model penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc. Taggart. Model ini terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa ranah kognitif pada siklus I adalah 44,26 dengan ketuntasan kelas sebesar 6,67%. Pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 66,67 dengan ketuntasan kelas sebesar 13,3%. Untuk hasil belajar ranah afektif nilai rata-rata persentase turnamen siklus I sebesar 88.5% dan siklus II sebesar 88% sehingga dapat dikatakan berada pada kategori tinggi. Nilai rata-rata motivasi belajar siswa sebesar 60,5% dan berada pada kategori sedang dengan target yang diharapkan sebesar 70%.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team-Games-Tournament) dapat berpengaruh dalam meningkatkan motivasi dalam hal Ketertarikan, Keseriusan, Partisipasi, Tanggung Jawab dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Pada Materi Sistem Reproduksi Manusia walaupun belum dapat mencapai target yang diharapkan.

(13)

xii ABSTRACT

This research, was aimed to effect cooperative learning of TGT (Team-Games-Tournament) type to motivation and learning result of student class XI IPA 1 at senior high school Pangudi Luhur Yogyakarta on human reproduction system material. The Subject of this research was the students of class XI IPA 1 in the academic year of 2012/2013, as many as 30 students. The Instrument used in this research consisted of learning instrument (Silabus and RPP), and data collection instrument (Kuisioner, sheet of observation, interview, and test). The research model used was class room action research of Kemmis Model and Mc. Taggart. This Model consisted of action planning, Implementation of the action, observation, and reflection.

The results showed that the average value of student learning result in the cognitive aspects in the first cycle was the class of completely 44,26 and passing of class was 6.67%. In the second cycle, the average value of student learning

Thus, it can be concluded that that the application of cooperative learning of TGT (Team-Games-Tournament) type can affect to improve motivationin terms of interest, seriousness, Participation, Responsibilityand learning result student class XI IPA 1 at senior high school Pangudi Luhur Yogyakarta on human reproduction system although have not beencomply the expected target.

(14)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 15

(15)

xiv

a. Motivasi ... 17

b. Pengertian Motivasi Belajar ... 18

c. Upaya-Upaya Memotivasi dalam Belajar ... 19

E. Pembelajaran Kooperatif ... 21

1. Prinsip dan Ciri Model Pembelajaran Kooperatif ... 22

2. Langkah Pembelajaran Kooperatif ... 23

3. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif ... 24

(16)
(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Presentase Penilaian Penghargaan Tim ... 29

Tabel 3.1 Penjabaran Variabel ... 38

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data... 47

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 49

Tabel 3.4 Panduan Observasi Kelompok ... 54

Tabel 3.5 Pedoman Observasi Kelompok Tournament ... 55

Tabel 3.6 Panduan Pedoman Skoring Kuisioner ... 56

Tabel 3.7 Interval Motivasi Belajar Siswa ... 57

Tabel 3.8 Indikator Keberhasilan ... 57

Tabel 4.1 Frekuensi Nilai Pretest Siswa Materi Sistem Reproduksi Manusia... 72

Tabel 4.2 Frekuensi Nilai Posttest Siswa Siklus I Materi Sistem Reproduksi Manusia ... 72

Tabel 4.3 Frekuensi Nilai Posttest Siswa Siklus II Materi Sistem Reproduksi Manusia ... 75

Tabel 4.4 Hasil Analisis Hasil Belajar Ranah Afektif Kelompok Diskusi ... 77

Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Analisis Ranah Afektif Kelompok Tournament ... 79

Tabel 4.6 Hasil Analisis Motivasi Belajar Siswa Setiap Indikator ... 81

Tabel 4.7 Hasil Analisis Motivasi Belajar Secara Klasikal ... 82

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar3.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas ... 39

Gambar4.1 Siswa Mengerjakan Soal Pretest ... 61

Gambar4.2 Siswa Berdiskusi Mengerjakan LKS ... 62

Gambar 4.3 Siswa Melakukan Permainan TGT Siklus I ... 63

Gambar 4.4 Siswa Melakukan Permainan TGT Siklus II ... 67

Gambar 4.5 Kelompok Pemenang Tournament ... 68

(19)

xviii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 75

Grafik4.2 Grafik Hasil Observasi Siswa ... 78

Grafik4.3 Grafik Hasil Belajar Ranah Afektif Saat Tournament Pada

(20)

xix

DAFTAR BAGAN

(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus ... 103

Lampiran2 RPP Siklus I... 105

Lampiran3 RPP Siklus II ... 115

Lampiran4 LKS Siklus I ... 125

Lampiran5 Soal Tournament Siklus I ... 129

Lampiran6 Soal Tournament Siklus II... 131

Lampiran7 Lembar Penilaian Kelompok Tournament ... 133

Lampiran8 Kisi-kisi Soal Tes Siklus I dan Siklus II ... 134

Lampiran 9 Soal Pretest ... 138

Lampiran10 Kunci Jawaban Pretest ... 144

Lampiran11 Soal Posttest Siklus I ... 145

Lampiran 12 Kunci Jawaban Soal Posttest Siklus I ... 146

Lampiran 13 Soal Posttest Siklus II ... 149

Lampiran 14 Kunci Jawaban Posttest Siklus II ... 153

Lampiran 15 Panduan Skoring ... 155

Lampiran 16 Lembar Observasi Siswa ... 158

Lampiran 17 Lembar Observasi Tournament ... 160

Lampiran 18 Kuisioner ... 162

Lampiran19 Panduan Wawancara ... 164

Lampiran20 Analisis Nilai Pretest... 165

Lampiran21 Analisis Nilai Posttest Siklus I ... 174

Lampiran22 Analisis Nilai Posttest Siklus II ... 179

(22)

xxi

Lampiran24 Uji Statistika ... 190

Lampiran25 Tabel Analisis Skor Observasi Siswa ... 191

Lampiran26 Grafik Hasil Observasi Siswa ... 192

Lampiran27 Tabel Analisis Skor Observasi Tournament Siklus I ... 196

Lampiran 28 GrafikAnalisis Skor Observasi Tournament Siklus I ... 197

Lampiran29 Tabel Analisis Skor Observasi Tournament Siklus II... 201

Lampiran30 Grafik Analisis Skor Observasi Tournament Siklus II ... 202

Lampiran31 Perbandingan Hasil Belajar Ranah Afektif Secara Klasikal 206

Lampiran32 Tabel Analisis Kuisioner Persiswa ... 207

Lampiran33 Tabel Analisis Kuisioner Persiswa ... 209

Lampiran34 Transkrip Wawancara ... 216

Lampiran35 Surat Ijin Penelitian ... 221

(23)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan

yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan

pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses

untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses

pembelajaran hendaknya diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan

ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian (Syah, 2003)

Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan

kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan

pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut sehingga dapat membawa

siswa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur

melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain

pembelajaran yang baik, ditunjang dengan fasilitas yang memadai, ditambah

dengan kreatifitas guru dalam mengajar sehingga dapat membuat peserta didik

lebih mudah mencapai target belajar.

Dalam kegiatan pembelajaran, keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran

(24)

tersebut meliputi faktor yang berasal dari luar (eksternal) maupun dari dalam

(internal). Faktor internal yang mempengaruhi suatu keberhasilan siswa dalam

proses pembelajaran diantaranya motivasi.

Motivasi merupakan suatu faktor penggerak yang ada dari dalam diri siswa itu

sendiri untuk mencapai hasil yang tinggi dalam pembelajaran. Motivasi belajar

yang tinggi dapat menunjang keberhasilan siswa dalam pembelajaran, akan tetapi

apabila motivasi belajar siswa rendah maka siswa akan memperoleh hasil belajar

yang rendah. Maka dari itu motivasi siswa selalu berkaitan erat dengan hasil

belajar siswa atau dapat dikatakan motivasi dan hasil belajar siswa merupakan

suatu keselarasan dalam menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran

(Slavin, 2008). Hasil belajar merupakan alat ukur untuk mengetahui sejauh mana

siswa dalam memahami suatu materi yang disampaikan oleh guru, selain itu hasil

belajar dapat dikatakan sebagai pengukur keberhasilan yang dicapai siswa dalam

suatu pembelajaran. Dalam penilaian hasil belajar, patokan atau kriteria adalah

sejumlah skor yang ditetapkan sebagai syarat untuk dapat mencapai keberhasilan

atau pembelajaran yang berkualitas (Arifin, 2011)

Keberhasilan dalam mencapai pembelajaran yang berkualitas juga ditentukan

dari cara guru dalam menyampaikan materi. Dalam menyampaikan suatu materi,

guru dituntut untuk berusaha mengorganisasikan komponen yang ada dalam

situasi mengajar, sebagai bentuk usaha guru dalam mengadakan pendekatan

dengan siswanya adalah dengan mengembangkan model mengajar. Model dalam

mengajar sangatlah berpengaruh untuk melihat berhasil atau tidaknya suatu proses

(25)

penggunaan model dalam mengajar mampu menunjang keberhasilan proses

pembelajaran. Banyaknya guru yang belum memiliki keterampilan dalam

menggunakan model pengajaran yang lebih bervariasi menjadi suatu kendala

dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal tersebut terlihat dari proses

pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teacher center) dan model

pengajaran yang cenderung hafalan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada proses pembelajaran

kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, diketahui sebagian besar siswa

kelas XI IPA 1 memiliki motivasi yang rendah terhadap mata pelajaran biologi.

Hal ini diketahui dari aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan

hasil belajar siswa yang kurang memenuhi kriteria ketuntasan minimal.

Kurangnya motivasi siswa dalam belajar disebabkan karena materi yang sulit

dipahami dan penggunaan model pengajaran yang kurang bervariasi.

Kecenderungan model yang sering dipakai guru dalam pembelajaran adalah

ceramah dan hafalan sehingga membuat siswa menjadi bosan dan kurang

termotivasi dalam belajar.

Berdasarkan data awal dari hasil ulangan Biologi kelas XI IPA 1 SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi sistem reproduksi manusia tahun ajaran

2011/2012, diperoleh rata-rata nilai ulangan 54,3 sedangkan persentase

kentuntasan belajar sebesar 6,6 %. Apabila ditinjau dari standar kriteria

ketuntasan minimal (KKM) SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dengan skor

rata-rata KKM sebesar 80 dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa pada mata

(26)

dipengaruhi oleh kemampuan daya tangkap siswa yang berbeda-beda. Selain itu

berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan diketahui bahwa

sebagian besar siswa kelas XI IPA 1 memiliki motivasi yang kurang tinggi

terhadap pelajaran biologi. Hal ini dapat dilihat dari aktifitas siswa selama proses

pembelajaran dan hasil belajar siswa yang kurang mencapai target kriteria

ketuntasan minimal. Kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran dapat disebabkan

juga oleh materi yang sulit untuk dipahamin atau materi yang kurang menarik

sehingga membuat siswa merasa bosan dan tidak adanya motivasi dalam

pembelajaran.

Melihat kondisi hasil pembelajaran di atas, maka untuk mengatasi masalah

rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa, penulis melakukan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) pada mata pelajaran biologi dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team-Games-Tournament). Pembelajaran

kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang sistematis dengan

pengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran

secara efektif yang mengintegrasikan keterampilan sosial bermuatan akademis.

Pembelajaran kooperatif, memposisikan siswa sebagai manusia yanag memiliki

pengetahuan lewat pengalaman hidup siswa, dalam hal ini lingkungan memiliki

peran yang sangat besar dalam membentuk kepribadian dan motivasi siswa

(Tukiran, 2011).

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang belum terlalu banyak

digunakan dalam pembelajaran di sekolah adalah teknik pembelajaran kooperatif

(27)

merupakan teknik pembelajaran secara kelompok disertai permainan dan

pertandingan. Teknik ini merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan

pendidikan yang akan dicapai sebab teknik ini menyenangkan. Dengan penerapan

teknik TGT diharapkan mampu mempengaruhi tingkat konsentrasi, kecepatan

menyerap materi pelajaran, dan motivasi siswa (Slavin, 2008). Dalam

pelaksanaan pembelajaran di kelas, model pengajaran sangat membantu guru

dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. selain itu melalui model pembelajaran

ini siswa diharapkan memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar dan mencapai

hasil belajar yang tinggi.

Pemilihan model pembelajaran TGT ini pada materi sistem Reproduksi

Manusia diharapkan siswa dapat lebih mengerti mengenai materi yang

disampaikan oleh guru. Materi Sistem Reproduksi Manusia pada SMA kelas XI

merupakan materi yang hanya dapat diimajinasikan saja oleh para siswa sehingga

terkadang materi terkesan membosankan, maka dari itu melalui pemilihan model

pembelajaran ini yang bersifat games siswa diharapkan mampu menguasi materi

lebih dalam dan dapat membuat pembelajaran lebih menyenangkan. Selain siswa

mampu menguasai materi lebih baik, kelebihan dari penggunaan model

pembelajaran ini adalah siswa dapat lebih bekerjasama dalam suatu permainan

atau tournament karena pada model pembelajaran ini siswa akan bersaing secara

sehat dengan kelompok yang lain untuk mendapatkan suatu penghargaan dan

mengajak siswa lebih aktif serta keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar

(28)

Berdasarkan kondisi inilah peneliti mencoba melakukan penelitian untuk

menyelesaikan permasalahan yang terjadi dengan mengangkat judul penelitian :

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team-Games-Tournament)

Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta Pada Materi Sistem Reproduksi Manusia”

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas, dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT (

Team-Games-Tournament) dapat meningkatkan motivasi belajar (Ketertarikan,

Keseriusan, Partisipasi, Tanggung Jawab) siswa kelas XI IPA 1 SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi sistem reproduksi manusia?

2. Apakah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT (

Team-Games-Tournament) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA

1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi sistem reproduksi

manusia?

C. BATASAN MASALAH

Mengingat cukup luasnya ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas

maka peneliti membatasi permasalahan dengan lebih terfokus pada masalah yang

akan diteliti. Batasan masalah dalam penelitian ini mencakup mata pelajaran

(29)

1. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah 30 siswa kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah motivasi yang dilihat dalam hal ketertarikan,

keseriusan, partisipasi, tanggung jawab siswa dan hasil belajar siswa kelas XI

IPA 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team-Games-Tournament)

3. Materi Pokok

Standar Kompetensi “Memahami hakekat Biologi sebagai ilmu Menjelaskan

struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu , kelainan/penyakit

yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas.” dan Kompetensi

Dasar 3.3 yaitu ”Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses

yang meliputi pembentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi,

kehamilan, dan pemberian ASI serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi

pada sistem reproduksi manusia”. Dengan materi sistem reproduksi manusia.

D. HIPOTESA PENELITIAN

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (

Team-Games-Tournament) dapat meningkatkan motivasi (Ketertarikan, Keseriusan, Partisipasi,

Tanggung Jawab) dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur

(30)

E. TUJUAN PENELITIAN

Bertolak dari masalah yang dihadapi dan telah dirumuskan diatas, penelitian

ini bertujuan untuk :

1. Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem reproduksi manusia

kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

2. Meningkatkan motivasi belajar (Ketertarikan, Keseriusan, Partisipasi,

Tanggung Jawab) siswa kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

F. MANFAAT PENELITIAN

a. Bagi guru

Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kreatifitas dalam proses

pembelajaran dan membawa siswa pada pengalaman belajar yang bermakna,

dalam menghasilkan proses pembelajaraan yang lebih baik.

b. Bagi siswa

penelitian ini bermanfaat untuk mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang

dihadapi oleh siswa, sehingga siswa akan lebih aktif dan terjadi interaksi

antara siswa-siswa, siswa-guru selain itu diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman mengenai materi sistem reproduksi manusia.

c. Bagi peneliti

penelitian ini bermanfaat sebagai bekal untuk terjun kedalam dunia

(31)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

Menurut Wilis (2011) Proses belajar adalah proses yang kompleks,

tergantung pada teori belajar yang dianutnya. Ada beberapa pengertian belajar,

diantaranya:

a. Belajar adalah suatu proses bukan produk. Proses dimana sifat dan tingkah

laku ditumbuhkan dan diubah melalui praktek dan latihan.

b. Belajar adalah proses untuk memperoleh perubahan yang dilakukan secara

sadar, aktif, dinamis, sistematis, berkesinambungan, integrative dan tujuan

yang jelas.

c. Belajar adalah mengubah tingkah laku, perubahan adalah hasil dari

pengalaman dan perubahan terjadi dalam perilaku individu.

Jadi, pada hakikatnya belajar adalah segala proses atau usaha yang

dilakukan secara sadar, sengaja, akif, sistematis, dan integratif untuk

menciptakan perubahan-perubahan dalam dirinya menuju kearah kesempurnaan

hidup.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut berikut ini disajikan beberapa teori

belajar menurut para ahli yang dikemukakan dalam Eveline (2010):

a. Teori Belajar Behavioristik : belajar diartikan sebagai proses perubahan

tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.

(32)

yang berasal dari lingkungan. Belajar atau tidaknya seseorang bergantung

pada faktor-faktor kondisional yang diberikan lingkungan.

b. Teori Belajar Kognitivistik : teori ini lebih menekankan proses belajar dari

pada hasil belajar. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara

stimulus dan respons melainkan lebih melibatkan proses berpikir yang

sangat kompleks. Selain itu belajar dipandang sebagai suatu usaha untuk

mengerti sesuatu. Usaha itu dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan

itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi, memecahkan

masalah, mencermati lingkungan, mempraktikkan sesuatu untuk mencapai

suatu tujuan tertentu.

c. Teori Belajar Humanistik : teori ini merupakan proses belajar yang

berpusat pada manusia. Proses belajar yang dilakukan pada teori ini adalah

memberikan kebebasan yang sebesar-besarnya kepada individu, sehingga

si belajar diharapkan dapat mengambil keputusannya sendiri dan

bertanggung jawab atas keputusan-keputusan yang dipilihnya.

d. Teori Konstruktivistik : memahami belajar sebagai proses pembentukan

(konstruksi) pengetahuan oleh si belajar itu sendiri. Pengetahuan ada di

dalam diri seseorang yang sedang mengetahui dan tidak dapat dipindahkan

begitu saja dari otak seseorang (guru) kepada orang lain (siswa).

Teori pembelajaran yang terkait dalam penelitian ini adalah teori belajar

kognitivistik. Karena pada teori ini siswa dituntut untuk lebih aktif dalam

mencari informasi, memecahkan masalah, peka terhadap lingkungan sekitar dan

(33)

Sedangkan Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru

dan siswa yang saling bertukar informasi. Di sisi lain pembelajaran mempunyai

pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai

konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta

didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu

objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan

sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta

didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu

pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan

adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

Tujuan pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku hasil belajar

yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Hal ini didasarkan berbagai pendapat

tentang makna tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional. Tujuan

pembelajaran sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat

dikerjakan oleh peserta didik sesuai kompetensi. Selain itu tujuan pembelajaran

juga dapat diartikan sebagai suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam

bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan

hasil belajar yang diharapkan (Hamalik,2003).

Pengertian lain menyebutkan bahwa, tujuan pembelajaran adalah

pernyataan mengenai keterampilan atau konsep yang diharapkan dapat dikuasai

oleh peserta didik pada akhir priode pembelajaran (Slavin, 2008). Tujuan

(34)

dilakukan dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam

bentuk perilaku kompetensi spesifik, aktual, dan terukur sesuai yang diharapkan

terjadi, dimiliki, atau dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran

tertentu.

B.Hasil Belajar

Dalam kegiatan pembelajaran aktivitas belajar perlu diadakannya evaluasi.

Hal ini penting karena dengan evaluasi guru dapat mengukur dan mengetahui

apakah tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai atau tidak.

Untuk dapat mengetahui tingkat keberhasilan dalam mengajar diperlukan suatu

informasi tentang indikator-indikator perubahan tingkah laku dan pribadi

peserta. Menurut Bloom dalam Suprijono (2009), prestasi dikategorikan

menjadi beberapa ranah yaitu :

a. Ranah Kognitif : remember (mengingat), understand (memahami), apply

(mengaplikasi), analyze (menganalisis), evaluate (mengevaluasi), create

(menciptakan)

b. Ranah Afektif : receiving (sikap menerima), responding (memberikan

respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization

(karakteristik)

c. Ranah Psikomotor : keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, dan

(35)

Menurut Gagne dalam Suprijono (2009), hasil belajar harus meliputi :

a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam

bentuk bahasa baik lisan maupun tertulis.

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan

lambang

c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas

kognitifnya sendiri.

d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujudnya gerak

jasmani.

Dalam penilaian hasil belajar, patokan atau kriteria adalah sejumlah skor

yang ditetapkan sebagai syarat untuk dianggap mencapai keberhasilan belajar,

sedangkan norma adalah skor rata-rata dari semua siswa yang menempuh ujian

yang sama, hasil ini digunakan sebagai pembanding untuk menilai kelebihan,

kesamaan atau kekurangan dari hasil yang diperoleh siswa. Menurut Waridjan

(1984) pemanfaatan informasi tentang hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

1. Dengan mengetahui hasil belajar siswa guru dapat mengetahui dan

mendesain program pengajaran yang apabila dilaksanakan akan mengisi

selisih antara apa yang telah dicapai siswa dengan apa yang telah

dikehendaki oleh tujuan pegajaran.

2. Dengan mengetahui hasil belajar siswa dari waktu ke waktu, proses

kemajuan dan kemunduran siswa dalam belajar dapat diikuti untuk

(36)

3. Dengan mengetahui hasil belajar siswa, dapat mengidentifikasi kesulitan

belajar yang dialami oleh siswa dan konselor pengajaran mendiagnosa

kesulitan belajar siwa dalam rangka memberikan bimbingan dan konseling

pengajaran.

4. Dengan mengetahui hasil belajar siswa dapat diramalkan keberhasilan

belajar siswa di masa depan.

5. Dengan mengetahui hasil belajar siswa, dapat menetapkan siswa dalam

kualifikasi tertentu (lulus atau tidak lulus), menetapkan peringkat siswa

dalam prestasi belajar siswa (peringkat hasil ujian), menggolongkan siswa

ke dalam kelompok tertentu (pandai atau kelompok kurang pandai) serta

menyeleksi siswa untuk maksud-maksud tertentu (memenuhi syarat atau

tidak)

6. Dengan mengetahui hasil belajar siswa menjadi termotivasi untuk belajar

secara lebih bersemangat, tekun dan teliti.

Berdasarkan cakupan hasil belajar diatas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan sesuatu yang diperoleh setelah seseorang mengalami suatu

proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut

kognitif, afektif dan psikomotor berupa pemahaman dan pengetahuan terhadap

berbagai hal. Hasil belajar yang dipakai untuk mengukur pemahaman serta

kemampuan siswa dalam penelitian ini adalah hasil belajar ranah kognitif dan

hasil belajar ranah afektif. Karena pada penelitian ini siswa diajak untuk

mengulas kembali pemahaman-pemahaman yang didapat siswa dalam

(37)

dan menilainya sesuai dengan pemahaman siswa itu sendiri. Sedangkan untuk

ranah afektif siswa diajarkan untuk dapat menerima kekalahan dengan lapang

dada, dan dapat membentuk karakter siswa yang dapat memotivasi dirinya

sendiri.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Dalam pencapaian hasil belajar banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Syah (2008) menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar yaitu sebagai berikut :

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor ini menyangkut tentang keadaaan / kondisi

jasmani ataupun rohani siswa. Faktor internal terbagi menjadi dua aspek

yaitu :

a. Aspek fisiologis, aspek ini meliputi semangat siswa dan intensitas

siswa dalam mengikuti pembelajaran.

b. Aspek psikologis.

Aspek psikologis merupakan aspek yang dapat mempengaruhi

kuantitas dan kualitas pembelajaran yang diperoleh siswa seperti

tingkat kecerdasan/inteligensi siswa, sikap, bakat, minat, dan motivasi

siswa. Kuantitas dan kualitas siswa dapat terbentuk dengan adanya

stimulus yang direspon oleh siswa hingga muncul suatu dorongan

keinginan yang mampu meningkatkan kecerdasan, minat, bakat dan

(38)

muncul itulah timbul suatu perlakuan yang dapat menghasilkan suatu

produk (hasil).

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa menyangkut

kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal dikelompokkan

kedalam 3 faktor yaitu : faktor keluarga, faktor lingkungan sekolah dan

faktor lingkungan masyarakat.

a. Faktor keluarga meliputi cara orang tua dalam mendidik, relasi antar

anggota keluarga, suasana / kondisi rumah, dan keadaan perekonomian

keluarga.

b. Faktor lingkungan sekolah

Pada faktor ini lingkungan sekolah juga memiliki peran yang

sangat penting dalam belajar siswa. Faktor sekolah yang dapat

mempengaruhi siswa dalam belajar meliputi metode mengajar,

kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,

disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,

lingkungan sekolah, metode belajar dan tugas yang diberikan oleh

guru.

c. Faktor lingkungan masyarakat meliputi teman bergaul, bentuk

kehidupan masyarakat sekitar.

Dalam penelitian ini faktor yang dipakai untuk meningkatkan hasil belajar

adalah faktor internal yang meliputi motivasi siswa dan faktor eksternal yang

(39)

D. Motivasi Belajar

1. Motivasi

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai

kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu

tersebut bertindak dan berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi

dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan,

atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu (Isbandi, 1994).

Menurut Gerungan (1996) Motif dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :

a. Motif Biogenetis, kebutuhan organisme demi kelanjutan hidupnya,

misalnya kelaparan, haus, kebutuhan akan kegiatan dan istirahat,

mengambil napas, seksualitas, dan sebagainya.

b. Motif sosiogenetis, yaitu motif-motif yang berkembang berasal dari

lingkungan kebudayaan tempat orang tersebut berada. Jadi motif ini tidak

berkembang dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi oleh lingkungan

kebudayaan setempat, misalnya keinginan mendengarkan music, makan

coklat, membaca buku, dan lain-lain.

c. Motif teologis, Misalnya keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan Yang

Maha Esa, untuk merealisasikan norma-norma sesuai agamanya.

Menurut Winkel (1996) motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang

untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan

demikian Motivasi merupakan usaha yang disadari untuk menggerakkan,

mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk

bertindak sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu (Ngalim, 1990). Motivasi

(40)

ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan menurut

Oemar Hamalik dalam Sanjaya (2010). Motivasi mempunyai peran besar dalam

proses belajar.

Banyak teori motivasi yang didasarkan dari asas kebutuhan (need).

Kebutuhan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk dapat memenuhinya.

Motivasi adalah proses psikologi yang dapat menjelaskan perilaku seseorang.

Perilaku hakikatnya merupakan orientasi pada satu tujuan. Dengan kata lain,

perilaku seseorang dirancang untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan

tersebut diperlukan proses interaksi dari beberapa unsur. Dengan demikian

motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang untuk mencapai

tujuannya. Kekuatan-kekuatan ini pada dasarnya dirangsang oleh adanya

berbagai macam kebutuhan, seperti : Keinginan yang hendak dipenuhinya,

tingkah laku, tujuan, umpan balik.

2. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.

Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relative permanen dan secara

potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice)

yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat

dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik

tumbuh dari dalam diri seseorang berupa hasrat dan keinginan berhasil

dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan motivasi

ekstrinsik terjadi karena adanya rangsangan dari luar selain itu dipengaruhi juga

(41)

belajar yang menarik. Karena rasa ingin tahu maka seseorang berusaha belajar

untuk mendapatkan pengetahuan adalah merupakan bentuk motivasi intrinsik,

sedangkan seorang anak yang rajin belajar karena dituntut oleh orang tuanya

adalah bentuk dari motivasi ekstrinsik. Kedua faktor ini saling mendukung

karena dengan keselarasan akan terjadi proses pembelajaran yang maksimal

selain itu disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan

untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat. Perspektif motivasional pada

pembelajaran kooperatif terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur

tujuan di mana para siswa bekerja (Slavin, 2008).

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada

siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku,

pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.

Indikator yang mendukung dalam keberhasilan seseorang dalam belajar

meliputi:

a. Ketertarikan

b. Keseriusan

c. Partisipasi

d. Tanggung Jawab

3. Upaya-Upaya Memotivasi dalam Belajar

Motivasi dalam belajar kadangkala naik begitu pesat tetapi terkadang

turun secara drastis, berdasarkan hal tersebut perlu ada semacam upaya untuk

(42)

dapat dilakukan oleh guru guna meningkatkan motivasi belajar pembelajar. Cara

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar.

b. Mengoptimalkan unsur-unsur dinamis pembelajaran.

c. Mengoptimalkan pemanfaatan upaya guru dalam membelajarkan

pembelajar.

d. Mengembangkan aspirasi dalam belajar

Terkait dengan hal tersebut, sejumlah prinsip-prinsip yang harus

dioptimalkan sebagai upaya untuk memotivasi dalam belajar. Prinsip-prinsip

tersebut terdiri dari prinsip perhatian, keaktifan, keterlibatan langsung,

pengulangan belajar, rangsangan dan tantangan, pemberian balikan dan

penguatan. Untuk mengoptimalkan prinsip-prinsip tersebut diperlukan strategi

pembelajaran yang tepat agar mengurangi kendala-kendala yang ditemui dalam

proses optimalisasi tesebut. Beberapa cara untuk mengoptimalisasi upaya dalam

memotivasi belajar siswa antara lain:

1) Membiarkan siswa menangkap sesuai kemampuan dan pengalamannya.

2) Mengkaitkan pengalaman belajar saat ini dengan pengalaman masa lalu

dengan kemampuan siswa.

3) Memberi kesempatan siswa untuk membandingkan apa yang telah

dipelajari dengan kemampuan dan pengalaman yang telah dimilikinya.

4) Melakukan penggalian pengalaman dan kemampuan yang dimiliki siswa,

misalnya melalui tes lisan dan tertulis.

Berdasarkan cara tersebut upaya yang akan diangkat dalam penelitian ini untuk

(43)

siswa untuk membandingkan apa yang telah dipelajari dengan kemampuan dan

pengalaman yang telah dimilikinya.

E. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem

pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama

dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran

kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar

kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena

dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat

kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan

hubungan yang bersifat interdepensi efektif di antara anggota kelompok.

Menurut Slavin (dalam http://ipotes.wordpress.com) pembelajaran

kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa

dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai

5 orang untuk lebih mudah memahami konsep yang difasilitasi oleh guru.

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting

kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota

kelompok sebagai wadah siswa bekerja sama dan memecahkan suatu masalah

melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada

peserta didik untuk lebih mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang

(44)

1. Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif.

Menurut Nur (2005), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai

berikut:

a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu

yang dikerjakan dalam kelompoknya.

b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua

anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung

jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.

e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan

membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses

belajarnya.

f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung

jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok

kooperatif.

Sedangkan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

1) Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar

sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang

berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin

anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta

(45)

3) Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing

individu.

Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi

dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir

kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan

menyalurkan kemampuan, dan dapat saling membantu dalam hal belajar.

2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Terdapat 6 (enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif yaitu :

a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan

dicapai serta memotivasi siswa.

b. Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa.

c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru

menginformasikan pengelompokan siswa.

d. Membimbing kelompok belajar. Guru memotivasi serta memfasilitasi

kerja siswa dalam kelompok kelompok belajar.

e. Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran

yang telah dilaksanakan.

f. Memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan hasil belajar

(46)

3. Macam-macam model pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (2008), pembelajaran kooperatif, merupakan model

pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki

kemampuan heterogen. Untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif dan

meningkatkan kemampuan siswa dalam kelompok, model pembelajaran

kooperatif memiliki beberapa tipe dengan langkah yang berbeda. Tipe model

pembelajaran kooperatif tersebut antara lain :

a. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share

Model pembelajaran Think Pair Share merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif sederhana. Think Pair Share dirancang untuk

mempengaruhi interaksi siswa. Struktur ini menghendaki siswa bekerja

saling membantu dalam kelompok-kelompok kecil

b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model pembelajaran jigsaw merupakan model pembelajaran yang

dirancang dengan membentuk kelompok ahli dan kelompok asal

c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement

Divisions.

Model pembelajaran ini merupakan salah satu tipe kooperatif yang

menekankan adanya aktivitas dan interaksi antar siswa untuk saling

memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran.

d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok

model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang melibatkan

siswa dalam perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara

(47)

e. Model Pembelajaran Kooperatif Langsung

Model pembelajaran ini sering disebut metode ceramah atau ekspositori.

Pada pembelajaran ini siswa diberikan informasi dengan cara disampaikan

secara langsung.

f. Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Masalah

Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan siswa

untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di kehidupan sehari-hari.

g. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered-Heads Together

Model pembelajaran ini diawali oleh guru dengan melemparkan

pertanyaan pada anggota kelompok yang dibentuk, dan setiap anggota

kelompok akan saling membantu demi tanggung jawab dan nama baik

kelompok. Dengan pembelajaran ini diharapkan setiap siswa antusias

dalam memahami permasalahan.

h. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament

Team Games Tournament adalah suatu model pembelajaran yang

mengajak siswa untuk berkompetisi secara sehat dalam suatu

pembelajaran, tetapi kompetisi tersebut dilakukan dengan cara

membandingkan kemampuan antar anggota kelompok dalam bentuk

turnament. dalam kompetisi ini siswa dikelompokkan secara heterogen,

tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas,

setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi.

Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa

kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan

(48)

kelompok yang diperoleh kemudian dipresentasikan didepan kelas

sehingga terjadi diskusi kelas.

F. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team-Games-Tournament).

Secara umum TGT hampir sama dengan model pembelajaran kooperatif

lainnya kecuali satu hal; TGT menggunakan turnamen akademik, dan

menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa

berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja

akademik sebelumnya setara seperti mereka. TGT sangat sering digunakan

dengan dikombinasikan dalam metode pembelajaran sehari-hari yang dilakukan

didalam kelas, dengan menambahkan turnamen tertentu pada pembelajaran.

Dalam kegiatan pembelajaran kooperatif ini siswa dibentuk menjadi

kelompok-kelompok kecil yang dimungkinkan siswa dapat belajar dari kerjasama sampai

kepada pengalaman yang optimal, baik individu maupun kelompok.

Pembelajaran tipe TGT (Team-Games-Tournament) merupakan suatu

pendekatan kerja sama antar kelompok dengan mengembangkan kerja sama

antar personal. Dalam pembelajaran ini terdapat penggunaan teknik permainan.

Dalam permaninan ini mengandung persaingan menurut aturan-aturan yang

telah ditentukan. Dalam permainan ini diharapkan tiap-tiap kelompok dapat

menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk bersaing agar

memperoleh suatu kemenangan. Menurut Gora dan Sunarto (2010) Ada empat

komponen utama dalam pembelajaran Kooperatif TGT (

(49)

1. Presentasi kelas atau Pengamatan langsung

Pertama-tama materi dalam TGT diperkenalkan di dalam presentasi

kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti sering kali dilakukan

atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga

memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan

pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar

berfokus pada model pengajaran TGT. Dengan cara ini, para siswa akan

menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh

selama presentasi kelas berlangsung, karena dengan demikian akan sangat

membantu mereka mengerjakan kuis-kuis dan skor kuis mereka

menentukan skor tim mereka.

2. Belajar tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian

dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas.

Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim

benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk

mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.

Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari

lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi

pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama,

membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman

apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.

Tim adalah fitur yang paling penting dalam tipe pembelajaran TGT. Pada

(50)

yang terbaik untuk tim dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk

membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi

kinerja akademik penting dalam pembelajaran, dan itu adalah untuk

memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk akibat

yang dihasilkan seperti hubungan antarkelompok, rasa harga diri,

penerimaan terhadap siswa-siswa mainstream.

3. Turnamen atau pertandingan

Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung.

Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru

memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja

kelompok pada lembar kegiatan yang telah diberikan sebelumnya oleh

guru. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada

meja turnamen, empat siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1,

empat berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Kompetisi yang seimbang

ini seperti halnya sistem skor kemajuan individu dalam metode turnamen

pembelajaran lainnya, sehingga memungkinkan para siswa dari semua

tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor

nilai tim mereka jika mereka melakukan yang terbaik.

Peralatan yang dipakai dalam proses turnamen TGT (

Team-Games-Tournament) meliputi lembar soal, lembar jawaban, kartu nomor, lembar

skor permainan, kartu keterangan (pembaca, penantang I, penantang II),

kartu kriteria penghargaan (Tim super, Tim hebat, Tim sangat baik, dan

(51)

Slavin, 2008: 173

Bagan 2.1 Putaran Permainan TGT menurut Slavin, 2008

4. Penghargaan tim / rekognisi tim

Tim akan mendapatkan sertifikan atau bentuk penghargaan yang lain

apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa

dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat

mereka.

Tabel 2.1. Kriteria Presentase Penilaian Penghargaan Tim

Kualifikasi Penilaian Yang Diperoleh

1. Ambil satu kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada lembar permainan.

2. Bacalah pertanyaan dengan keras 3. Cobalah untuk menjawab

(52)

G. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran TGT

Riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran telah

banyak dilakukan oleh pakar pembelajaran maupun oleh para guru di sekolah.

Dari tinjuan psikologis, terdapat dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi

bahwa metode-metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan

kelompok dan tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian

prestasi siswa. Dua teori utama yang mendukung pembelajaran kooperatif

adalah teori motivasi dan teori kognitif.

Menurut Slavin (2008), perspektif motivasional pada pembelajaran

kooperatif terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan di

mana para siswa bekerja. Deutsch (1949) dalam Slavin (2008)

mengidentifikasikan tiga struktur tujuan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

1. kooperatif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu memberi

konstribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain.

2. kompetitif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu

menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya.

3. individualistik, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu tidak

memiliki konsenkuensi apa pun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya.

Dari pespektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan

sebuah situasi di mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan

pribadi mereka adalah jika kelompok mereka sukses. Oleh karena itu, mereka

harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apa pun agar kelompok

(53)

Sedangkan dari perspektif teori kognitif, Slavin (2008) mengemukakan

bahwa pembelajaran kooperatif menekankan pada pengaruh dari kerja sama

terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Asumsi dasar dari teori pembangunan

kognitif adalah bahwa interaksi di antara para siswa berkaitan dengan

tugas-tugas yang sesuai mengingkatkan penguasaan mereka terhadap konsep kritik.

Pengelompokan siswa yang heterogen mendorong interaksi yang kritis dan

saling mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan atau

kognitif. Penelitian psikologi kognitif menemukan bahwa jika informasi ingin

dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah

ada di dalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam

pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dari materi. Salah satu cara elaborasi

yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang lain.

Namun demikian, tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok

untuk semua, Slavin (2008) melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang

pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang

secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT,

sebagai berikut:

a. Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh

teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka

dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.

b. Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh

tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.

c. TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa

(54)

d. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal

dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)

e. Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi

menggunakan waktu yang lebih banyak.

f. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja

dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau

perlakuan lain.

Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran

TGT adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual

siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk

mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual.

H. Keterkaitan Materi Sistem Reproduksi Manusia dengan Team-Games-Tournament (TGT)

Materi pembelajaran Sistem reproduksi manusia merupakan salah satu

materi yang diajarkan pada siswa SMA kelas XI. Standar Kompetensi (SK)

dalam pembelajaran ini meliputi: Memahami hakekat Biologi sebagai ilmu,

Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu,

kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas.

Kompetensi Dasar (KD) yang ingin dicapai adalah: Menjelaskan keterkaitan

antara struktur, fungsi dan proses yang meliputi pembentukan sel kelamin,

ovulasi, menstruasi, fertilisasi, kehamilan, dan pemberian ASI serta

(55)

Berdasarkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang

harus dicapai oleh siswa mengenai materi sistem reproduksi manusia terlihat

bahwa siswa dituntut untuk mampu menjelaskan dan memahami sistem

reproduksi manusia yang meliputi fungsi dan struktur organ reproduksi manusia

serta penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia. Adanya

tuntutan tersebut menunjukkan bahwa materi sistem reproduksi manusia terdiri

atas konsep-konsep yang abstrak dengan adanya keterkaitan struktur dan fungsi.

Keadaan karakteristik materi sistem reproduksi manusia yang demikian

menyebabkan siswa sulit untuk memahami dan menjelaskan secara detail

mengenai materi tersebut sehingga membuat siswa kurang merasa tertarik untuk

mendalami materi tersebut. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT

diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi dan meningkatkan

motivasi siswa. Hal ini dapat dilihat melalui kerjasama kelompok-kelompok

belajar dengan cara berdiskusi dan berdasarkan kelompok dalam tournament.

Dalam kegiatan tournamen siswa bertanggung jawab terhadap pemahaman

teman satu kelompok dan keberhasilan timnya dalam menjawab setiap

pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam turnamen tersebut. Kegiatan ini

membuat siswa menjadi lebih aktif dan saling bertukar pikiran mengenai ilmu

pengetahuan yang mereka miliki serta mengajak siswa untuk lebih bekerjasama

dalam menemukan informasi-informasi baru yang dapat menunjang pemahaman

mereka.

Secara umum menurut Diah Aryulina (2010) Sistem reproduksi adalah

suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam organisme yang

(56)

mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah. Pada

manusia untuk menghasilkan keturunan yang baru diawali dengan peristiwa

fertilisasi. Sehingga dengan demikian reproduksi pada manusia dilakukan

dengan cara generatif atau seksual. Pada materi ini juga akan dibahas mengenai

organ reproduksi pada pria, organ reproduksi pada wanita, menstruasi,

fertilisasi, proses kehamilan, dan penyakit pada sistem reproduksi manusia.

I. Penelitian Relevan

Berdasarkan studi kepustakaan, terdapat penelitian relevan yang telah

dilakukan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games

Tournaments).

Penelitian yang dilakukan oleh Istiningsih (2012). Penelitian tersebut

berjudul “ Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournaments

(TGT) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B

SMP Pangudi Luhur Moyudan Pada Materi Struktur Dan Fungsi Jaringan

Tumbuhan Tahun Ajaran 2011/2012 “. Berdasarkan hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa metode TGT dapat meningkatkan motivasi dan hasil

belajar siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Moyudan pada materi struktur

dan fungsi jaringan tumbuhan pada tahun ajaran 2011/2012.

Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2010), penelitian tersebut

berjudul “Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team-Games-Tournament)

Untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Purwodadi

(57)

Berdasarkan hasil penelitian model pembelajaran kooperatif TGT dapat

meningkatkan hasil belajar siswa baik secara kognitif maupun afektif. Selain itu

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa dan sangat disenangi siswa.

J. Kerangka Berpikir Teoritis

Sebagai suatu model pembelajaran, Team Games Tournament (TGT)

berakar pada dimensi pribadi dan sosial. Dari dimensi pribadi model ini

berusaha membantu para siswa menemukan makna dari lingkungan sosial yang

bermanfaat bagi dirinya sendiri. Melalui metode ini para siswa diajak belajar

memecahkan masalah-masalah pribadi yang sedang dihadapinya dengan

bantuan kelompok sosial yang beranggotakan teman-teman sekelasnya. Dari

dimensi sosial, metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja

sama dalam menganalisis situasi-situasi sosial yang ada disekitar.

Dari hasil penelitian Istiningsih yang dilakukan di SMP Pangudi Luhur

Moyudan menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT

(Team Games Tournament) mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar

biologi siswa. Maka peneliti ingin mencoba menerapkan metode TGT di dalam

pembelajaran untuk materi Sistem Reproduksi Manusia siswa kelas XI IPA 1

SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dengan harapan dapat meningkatkan motivasi

Gambar

Grafik 4.1 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa .................................
Grafik Hasil Belajar Siswa .................................................
Tabel Analisis Skor Observasi Siswa .................................
Tabel 2.1. Kriteria Presentase Penilaian Penghargaan Tim
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, jumlah rongga diantara agregat (VMA) pada campuran dengan filler debu spons lebih tinggi dibandingkan dengan VMA pada filler semen sehingga dengan

PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK PADA MATA PELAJARAN DASAR PENGENDALIAN MUTU HASIL PERTANIAN DAN PERIKANAN UNTUK KELAS X TPHP SMK NEGERI 2 INDRAMAYU.. Universitas Pendidikan Indonesia |

meganalisis harga saham.. peneliti menggunakan analisis fundamental. 392) dalam Alifa Widiastuti Nugroho (2016) mengungkapkan bahwa informasi yang dipublikasikan

Visi Poros Maritim Dunia yang dicanangkan pemerintah sejak tahun 2014 membutuhkan dukungan pemangku kepentingan terkait, termasuk Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Sarana

American Shoulder dan Elbow Surgeons mendefinisikan frozen shoulder sebagai kondisi etiologi yang ditandai dengan keterbatasan yang signifikan dari gerak aktif dan

Sekutu terbatas tidak memiliki hak untuk mengelola usaha tetapi dapat memberikan saran-saran manajemen pada sekutu umum, memeriksa bisnis dan membuat salinan terhadap catatan

Sebagaimana kita ketahui, jika alih fungsi lahan hutan tersebut dilakukan sesuai dengan peruntukannya, yaitu sesuai dengan lingkungan yang mempunyai ekosistem

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Sikap dan Tindakan Mengenai Pemberian Cairan Rehidrasi Oral pada Bayi yang Terkena Diare di Beberapa Rumah