PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM-GAMES-TOURNAMENT) TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL
BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 1 SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
ENDRI RATNA UTAMI NIM : 091434004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM-GAMES-TOURNAMENT) TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL
BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 1 SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
Endri Ratna Utami
NIM : 091434004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Sk r i p si i n i k u p er sem ba h k a n k ep a d a :
T u h a n Y esu s K r i su s a t a s p en y er t a a n d a n ber k a t n y a y a n g
t el a h d i ber i k a n k ep a d a p en y u su n .
K ed u a Or a n g T u a k u y a n g t el a h m em ber i k a n ci n t a k a si h
d a n d u k u n ga n sel a m a i n i
Sel u r u h K el u a r ga B esa r P en d i d i k a n B i ol ogi U n i v er si t a s
Sa n a t a D h a r m a a n gk a t a n 20 0 9
SM A Pa n gu d i L u h u r Y ogy a k a r t a
A l m a m a t er k u t er ci n t a U n i v er si t a s Sa n a t a D h a r m a
v
MOTTO
Ber suk a cit a l a h Da l a m Peng ha r a Pa n,
Sa ba r l a h Da l a m KeSeSa Ka n Da n b er t eKunl a h
Da l a m Doa
~ Roma 12 : 12 ~
Hidup AdAl AH KesempAt An, mAKA
Ma nf a a t k a nl a h. hidup a da l a h k einda ha n,
Ma k a k a g uMil a h. hidup a da l a h k eba ha g ia a n,
Ma k a Nik Ma t il a h
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kasih dan penyertaannya yang tiada batas, sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team-Games-Tournament) Terhadap
Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta Pada Materi Sistem Reproduksi Manusia”
Karya Ilmiah ini berisi tentang penelitian mengenai upaya
meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa kelas XI IPA 1 terhadap
materi sistem reproduksi manusia melalui model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Team-Games-Tournament). Penulis menggunakan metode
tersebut karena penulis ingin menerapkan Ilmu Biologi yang telah didapat
dengan cara mengajak siswa bermain sambil belajar.
Dalam penyelesaian Karya Ilmiah ini penulis tidak lepas dari
bantuan, bimbingan dan dukungan dari beberapa pihak. Untuk itu kami
ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Bapak Drs. Antonius Tri Priantoro.,M.For.,Sc selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Biologi dan Dosen Pembimbing skripsi yang telah
membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberikan
masukan, pengarahan, serta perbaikan-perbaikan dalam penyusunan
Karya Ilmiah ini
2. Bapak Andreas Mujiyono,S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMA
Pangudi Luhur Yogyakarta yang telah memberikan kepercayaan bagi
penulis untuk melaksanakan Penelitian di Kelas XI IPA 1 SMA
Pangudi Luhur Yogyakarta
3. Ibu Anastasia Ratna Dwiyanti,S.Pd. selaku Guru Pembimbing kami
yang telah memberikan kepercayaan kepada Penulis untuk
memberikan materi dan bahan diskusi, kepada siswa – siswi kelas XI
IPA 1, serta membantu dalam pelaksanaan permainan TGT sekaligus
memberikan pengarahan serta masukan – masukan demi perbaikan
ix
4. Seluruh siswa–siswi Kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta yang telah berpartisipasi aktif dan antusias dalam proses
Pembelajaran pada materi sistem reproduksi manusia dan telah
memberikan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan
penulisannya.
5. Seluruh Keluarga Besar SMAPangudi Luhur Yogyakarta yang telah
membantu dalam pelaksanaan penulisan karya ilmiah ini
6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Biologi dan seluruh
Keluarga Besar Universitas Sanata Dharma yang telah memberi
dukungan dan membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
7. Kedua Orang Tuaku yang telah memberikan semangat, kasih sayang,
doa serta memberikan dukungan berupa moril dan materil sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi tepat pada waktunya dan
menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.
8. Adikku Dyana yang selalu memberikan semangat, doa sehingga
dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini dengan baik.
9. Mas Yosef Andang yang telah memberikan dukungan, motivasi dan
semangat kepada penulis.
10. Saudariku Ruth Lana, Cicilia Maryani, Ryka Indriyani, Christin
Widyaningsih sebagai sahabat berbagi suka dan duka yang telah
memberikan dukungan, semangat dan doa kepada penulis.
11. Seluruh teman – teman Pendidikan Biologi angkatan 2009 yang
menjadi teman seperjuangan penulis dalam melaksanakan studi di
Universitas Sanata Dharma (Alm. Pimchan Nalsa, selamat jalan
kawan)
12. Seluruh Pihak yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian
karya ilmiah ini
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Saran dan Kritik dari seluruh pembaca yang bersifat membangun akan
x
Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan Karya ilmiah ini masih
banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu Penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Semoga karya ini bermanfaat bagi pembaca. Terima
Kasih. Tuhan Memberkati.
Yogyakarta, Desember 2013
xi
ABSTRAK
Penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team-Games-Tournament) terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi sistem reproduksi manusia. Subyek dari penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI IPA 1 semester genap tahun ajaran 2012/2013, sebanyak 30 siswa. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari, instrument pembelajaran (Silabus dan RPP), dan instrument pengumpulan data (Kuisioner, lembar observasi, wawancara, dan tes). Model penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc. Taggart. Model ini terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa ranah kognitif pada siklus I adalah 44,26 dengan ketuntasan kelas sebesar 6,67%. Pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 66,67 dengan ketuntasan kelas sebesar 13,3%. Untuk hasil belajar ranah afektif nilai rata-rata persentase turnamen siklus I sebesar 88.5% dan siklus II sebesar 88% sehingga dapat dikatakan berada pada kategori tinggi. Nilai rata-rata motivasi belajar siswa sebesar 60,5% dan berada pada kategori sedang dengan target yang diharapkan sebesar 70%.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team-Games-Tournament) dapat berpengaruh dalam meningkatkan motivasi dalam hal Ketertarikan, Keseriusan, Partisipasi, Tanggung Jawab dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Pada Materi Sistem Reproduksi Manusia walaupun belum dapat mencapai target yang diharapkan.
xii ABSTRACT
This research, was aimed to effect cooperative learning of TGT (Team-Games-Tournament) type to motivation and learning result of student class XI IPA 1 at senior high school Pangudi Luhur Yogyakarta on human reproduction system material. The Subject of this research was the students of class XI IPA 1 in the academic year of 2012/2013, as many as 30 students. The Instrument used in this research consisted of learning instrument (Silabus and RPP), and data collection instrument (Kuisioner, sheet of observation, interview, and test). The research model used was class room action research of Kemmis Model and Mc. Taggart. This Model consisted of action planning, Implementation of the action, observation, and reflection.
The results showed that the average value of student learning result in the cognitive aspects in the first cycle was the class of completely 44,26 and passing of class was 6.67%. In the second cycle, the average value of student learning
Thus, it can be concluded that that the application of cooperative learning of TGT (Team-Games-Tournament) type can affect to improve motivationin terms of interest, seriousness, Participation, Responsibilityand learning result student class XI IPA 1 at senior high school Pangudi Luhur Yogyakarta on human reproduction system although have not beencomply the expected target.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 15
xiv
a. Motivasi ... 17
b. Pengertian Motivasi Belajar ... 18
c. Upaya-Upaya Memotivasi dalam Belajar ... 19
E. Pembelajaran Kooperatif ... 21
1. Prinsip dan Ciri Model Pembelajaran Kooperatif ... 22
2. Langkah Pembelajaran Kooperatif ... 23
3. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif ... 24
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Presentase Penilaian Penghargaan Tim ... 29
Tabel 3.1 Penjabaran Variabel ... 38
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data... 47
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 49
Tabel 3.4 Panduan Observasi Kelompok ... 54
Tabel 3.5 Pedoman Observasi Kelompok Tournament ... 55
Tabel 3.6 Panduan Pedoman Skoring Kuisioner ... 56
Tabel 3.7 Interval Motivasi Belajar Siswa ... 57
Tabel 3.8 Indikator Keberhasilan ... 57
Tabel 4.1 Frekuensi Nilai Pretest Siswa Materi Sistem Reproduksi Manusia... 72
Tabel 4.2 Frekuensi Nilai Posttest Siswa Siklus I Materi Sistem Reproduksi Manusia ... 72
Tabel 4.3 Frekuensi Nilai Posttest Siswa Siklus II Materi Sistem Reproduksi Manusia ... 75
Tabel 4.4 Hasil Analisis Hasil Belajar Ranah Afektif Kelompok Diskusi ... 77
Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Analisis Ranah Afektif Kelompok Tournament ... 79
Tabel 4.6 Hasil Analisis Motivasi Belajar Siswa Setiap Indikator ... 81
Tabel 4.7 Hasil Analisis Motivasi Belajar Secara Klasikal ... 82
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar3.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas ... 39
Gambar4.1 Siswa Mengerjakan Soal Pretest ... 61
Gambar4.2 Siswa Berdiskusi Mengerjakan LKS ... 62
Gambar 4.3 Siswa Melakukan Permainan TGT Siklus I ... 63
Gambar 4.4 Siswa Melakukan Permainan TGT Siklus II ... 67
Gambar 4.5 Kelompok Pemenang Tournament ... 68
xviii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 75
Grafik4.2 Grafik Hasil Observasi Siswa ... 78
Grafik4.3 Grafik Hasil Belajar Ranah Afektif Saat Tournament Pada
xix
DAFTAR BAGAN
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus ... 103
Lampiran2 RPP Siklus I... 105
Lampiran3 RPP Siklus II ... 115
Lampiran4 LKS Siklus I ... 125
Lampiran5 Soal Tournament Siklus I ... 129
Lampiran6 Soal Tournament Siklus II... 131
Lampiran7 Lembar Penilaian Kelompok Tournament ... 133
Lampiran8 Kisi-kisi Soal Tes Siklus I dan Siklus II ... 134
Lampiran 9 Soal Pretest ... 138
Lampiran10 Kunci Jawaban Pretest ... 144
Lampiran11 Soal Posttest Siklus I ... 145
Lampiran 12 Kunci Jawaban Soal Posttest Siklus I ... 146
Lampiran 13 Soal Posttest Siklus II ... 149
Lampiran 14 Kunci Jawaban Posttest Siklus II ... 153
Lampiran 15 Panduan Skoring ... 155
Lampiran 16 Lembar Observasi Siswa ... 158
Lampiran 17 Lembar Observasi Tournament ... 160
Lampiran 18 Kuisioner ... 162
Lampiran19 Panduan Wawancara ... 164
Lampiran20 Analisis Nilai Pretest... 165
Lampiran21 Analisis Nilai Posttest Siklus I ... 174
Lampiran22 Analisis Nilai Posttest Siklus II ... 179
xxi
Lampiran24 Uji Statistika ... 190
Lampiran25 Tabel Analisis Skor Observasi Siswa ... 191
Lampiran26 Grafik Hasil Observasi Siswa ... 192
Lampiran27 Tabel Analisis Skor Observasi Tournament Siklus I ... 196
Lampiran 28 GrafikAnalisis Skor Observasi Tournament Siklus I ... 197
Lampiran29 Tabel Analisis Skor Observasi Tournament Siklus II... 201
Lampiran30 Grafik Analisis Skor Observasi Tournament Siklus II ... 202
Lampiran31 Perbandingan Hasil Belajar Ranah Afektif Secara Klasikal 206
Lampiran32 Tabel Analisis Kuisioner Persiswa ... 207
Lampiran33 Tabel Analisis Kuisioner Persiswa ... 209
Lampiran34 Transkrip Wawancara ... 216
Lampiran35 Surat Ijin Penelitian ... 221
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses
pembelajaran hendaknya diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian (Syah, 2003)
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan
kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan
pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut sehingga dapat membawa
siswa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur
melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain
pembelajaran yang baik, ditunjang dengan fasilitas yang memadai, ditambah
dengan kreatifitas guru dalam mengajar sehingga dapat membuat peserta didik
lebih mudah mencapai target belajar.
Dalam kegiatan pembelajaran, keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran
tersebut meliputi faktor yang berasal dari luar (eksternal) maupun dari dalam
(internal). Faktor internal yang mempengaruhi suatu keberhasilan siswa dalam
proses pembelajaran diantaranya motivasi.
Motivasi merupakan suatu faktor penggerak yang ada dari dalam diri siswa itu
sendiri untuk mencapai hasil yang tinggi dalam pembelajaran. Motivasi belajar
yang tinggi dapat menunjang keberhasilan siswa dalam pembelajaran, akan tetapi
apabila motivasi belajar siswa rendah maka siswa akan memperoleh hasil belajar
yang rendah. Maka dari itu motivasi siswa selalu berkaitan erat dengan hasil
belajar siswa atau dapat dikatakan motivasi dan hasil belajar siswa merupakan
suatu keselarasan dalam menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran
(Slavin, 2008). Hasil belajar merupakan alat ukur untuk mengetahui sejauh mana
siswa dalam memahami suatu materi yang disampaikan oleh guru, selain itu hasil
belajar dapat dikatakan sebagai pengukur keberhasilan yang dicapai siswa dalam
suatu pembelajaran. Dalam penilaian hasil belajar, patokan atau kriteria adalah
sejumlah skor yang ditetapkan sebagai syarat untuk dapat mencapai keberhasilan
atau pembelajaran yang berkualitas (Arifin, 2011)
Keberhasilan dalam mencapai pembelajaran yang berkualitas juga ditentukan
dari cara guru dalam menyampaikan materi. Dalam menyampaikan suatu materi,
guru dituntut untuk berusaha mengorganisasikan komponen yang ada dalam
situasi mengajar, sebagai bentuk usaha guru dalam mengadakan pendekatan
dengan siswanya adalah dengan mengembangkan model mengajar. Model dalam
mengajar sangatlah berpengaruh untuk melihat berhasil atau tidaknya suatu proses
penggunaan model dalam mengajar mampu menunjang keberhasilan proses
pembelajaran. Banyaknya guru yang belum memiliki keterampilan dalam
menggunakan model pengajaran yang lebih bervariasi menjadi suatu kendala
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal tersebut terlihat dari proses
pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teacher center) dan model
pengajaran yang cenderung hafalan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada proses pembelajaran
kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, diketahui sebagian besar siswa
kelas XI IPA 1 memiliki motivasi yang rendah terhadap mata pelajaran biologi.
Hal ini diketahui dari aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan
hasil belajar siswa yang kurang memenuhi kriteria ketuntasan minimal.
Kurangnya motivasi siswa dalam belajar disebabkan karena materi yang sulit
dipahami dan penggunaan model pengajaran yang kurang bervariasi.
Kecenderungan model yang sering dipakai guru dalam pembelajaran adalah
ceramah dan hafalan sehingga membuat siswa menjadi bosan dan kurang
termotivasi dalam belajar.
Berdasarkan data awal dari hasil ulangan Biologi kelas XI IPA 1 SMA
Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi sistem reproduksi manusia tahun ajaran
2011/2012, diperoleh rata-rata nilai ulangan 54,3 sedangkan persentase
kentuntasan belajar sebesar 6,6 %. Apabila ditinjau dari standar kriteria
ketuntasan minimal (KKM) SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dengan skor
rata-rata KKM sebesar 80 dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa pada mata
dipengaruhi oleh kemampuan daya tangkap siswa yang berbeda-beda. Selain itu
berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan diketahui bahwa
sebagian besar siswa kelas XI IPA 1 memiliki motivasi yang kurang tinggi
terhadap pelajaran biologi. Hal ini dapat dilihat dari aktifitas siswa selama proses
pembelajaran dan hasil belajar siswa yang kurang mencapai target kriteria
ketuntasan minimal. Kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran dapat disebabkan
juga oleh materi yang sulit untuk dipahamin atau materi yang kurang menarik
sehingga membuat siswa merasa bosan dan tidak adanya motivasi dalam
pembelajaran.
Melihat kondisi hasil pembelajaran di atas, maka untuk mengatasi masalah
rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa, penulis melakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) pada mata pelajaran biologi dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team-Games-Tournament). Pembelajaran
kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang sistematis dengan
pengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran
secara efektif yang mengintegrasikan keterampilan sosial bermuatan akademis.
Pembelajaran kooperatif, memposisikan siswa sebagai manusia yanag memiliki
pengetahuan lewat pengalaman hidup siswa, dalam hal ini lingkungan memiliki
peran yang sangat besar dalam membentuk kepribadian dan motivasi siswa
(Tukiran, 2011).
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang belum terlalu banyak
digunakan dalam pembelajaran di sekolah adalah teknik pembelajaran kooperatif
merupakan teknik pembelajaran secara kelompok disertai permainan dan
pertandingan. Teknik ini merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan
pendidikan yang akan dicapai sebab teknik ini menyenangkan. Dengan penerapan
teknik TGT diharapkan mampu mempengaruhi tingkat konsentrasi, kecepatan
menyerap materi pelajaran, dan motivasi siswa (Slavin, 2008). Dalam
pelaksanaan pembelajaran di kelas, model pengajaran sangat membantu guru
dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. selain itu melalui model pembelajaran
ini siswa diharapkan memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar dan mencapai
hasil belajar yang tinggi.
Pemilihan model pembelajaran TGT ini pada materi sistem Reproduksi
Manusia diharapkan siswa dapat lebih mengerti mengenai materi yang
disampaikan oleh guru. Materi Sistem Reproduksi Manusia pada SMA kelas XI
merupakan materi yang hanya dapat diimajinasikan saja oleh para siswa sehingga
terkadang materi terkesan membosankan, maka dari itu melalui pemilihan model
pembelajaran ini yang bersifat games siswa diharapkan mampu menguasi materi
lebih dalam dan dapat membuat pembelajaran lebih menyenangkan. Selain siswa
mampu menguasai materi lebih baik, kelebihan dari penggunaan model
pembelajaran ini adalah siswa dapat lebih bekerjasama dalam suatu permainan
atau tournament karena pada model pembelajaran ini siswa akan bersaing secara
sehat dengan kelompok yang lain untuk mendapatkan suatu penghargaan dan
mengajak siswa lebih aktif serta keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar
Berdasarkan kondisi inilah peneliti mencoba melakukan penelitian untuk
menyelesaikan permasalahan yang terjadi dengan mengangkat judul penelitian :
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team-Games-Tournament)
Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta Pada Materi Sistem Reproduksi Manusia”
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT (
Team-Games-Tournament) dapat meningkatkan motivasi belajar (Ketertarikan,
Keseriusan, Partisipasi, Tanggung Jawab) siswa kelas XI IPA 1 SMA
Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi sistem reproduksi manusia?
2. Apakah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT (
Team-Games-Tournament) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA
1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi sistem reproduksi
manusia?
C. BATASAN MASALAH
Mengingat cukup luasnya ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas
maka peneliti membatasi permasalahan dengan lebih terfokus pada masalah yang
akan diteliti. Batasan masalah dalam penelitian ini mencakup mata pelajaran
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah 30 siswa kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013
2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah motivasi yang dilihat dalam hal ketertarikan,
keseriusan, partisipasi, tanggung jawab siswa dan hasil belajar siswa kelas XI
IPA 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team-Games-Tournament)
3. Materi Pokok
Standar Kompetensi “Memahami hakekat Biologi sebagai ilmu Menjelaskan
struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu , kelainan/penyakit
yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas.” dan Kompetensi
Dasar 3.3 yaitu ”Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses
yang meliputi pembentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi,
kehamilan, dan pemberian ASI serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi
pada sistem reproduksi manusia”. Dengan materi sistem reproduksi manusia.
D. HIPOTESA PENELITIAN
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (
Team-Games-Tournament) dapat meningkatkan motivasi (Ketertarikan, Keseriusan, Partisipasi,
Tanggung Jawab) dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur
E. TUJUAN PENELITIAN
Bertolak dari masalah yang dihadapi dan telah dirumuskan diatas, penelitian
ini bertujuan untuk :
1. Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem reproduksi manusia
kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
2. Meningkatkan motivasi belajar (Ketertarikan, Keseriusan, Partisipasi,
Tanggung Jawab) siswa kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
F. MANFAAT PENELITIAN
a. Bagi guru
Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kreatifitas dalam proses
pembelajaran dan membawa siswa pada pengalaman belajar yang bermakna,
dalam menghasilkan proses pembelajaraan yang lebih baik.
b. Bagi siswa
penelitian ini bermanfaat untuk mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang
dihadapi oleh siswa, sehingga siswa akan lebih aktif dan terjadi interaksi
antara siswa-siswa, siswa-guru selain itu diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman mengenai materi sistem reproduksi manusia.
c. Bagi peneliti
penelitian ini bermanfaat sebagai bekal untuk terjun kedalam dunia
9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar dan Pembelajaran
Menurut Wilis (2011) Proses belajar adalah proses yang kompleks,
tergantung pada teori belajar yang dianutnya. Ada beberapa pengertian belajar,
diantaranya:
a. Belajar adalah suatu proses bukan produk. Proses dimana sifat dan tingkah
laku ditumbuhkan dan diubah melalui praktek dan latihan.
b. Belajar adalah proses untuk memperoleh perubahan yang dilakukan secara
sadar, aktif, dinamis, sistematis, berkesinambungan, integrative dan tujuan
yang jelas.
c. Belajar adalah mengubah tingkah laku, perubahan adalah hasil dari
pengalaman dan perubahan terjadi dalam perilaku individu.
Jadi, pada hakikatnya belajar adalah segala proses atau usaha yang
dilakukan secara sadar, sengaja, akif, sistematis, dan integratif untuk
menciptakan perubahan-perubahan dalam dirinya menuju kearah kesempurnaan
hidup.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut berikut ini disajikan beberapa teori
belajar menurut para ahli yang dikemukakan dalam Eveline (2010):
a. Teori Belajar Behavioristik : belajar diartikan sebagai proses perubahan
tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
yang berasal dari lingkungan. Belajar atau tidaknya seseorang bergantung
pada faktor-faktor kondisional yang diberikan lingkungan.
b. Teori Belajar Kognitivistik : teori ini lebih menekankan proses belajar dari
pada hasil belajar. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respons melainkan lebih melibatkan proses berpikir yang
sangat kompleks. Selain itu belajar dipandang sebagai suatu usaha untuk
mengerti sesuatu. Usaha itu dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan
itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi, memecahkan
masalah, mencermati lingkungan, mempraktikkan sesuatu untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.
c. Teori Belajar Humanistik : teori ini merupakan proses belajar yang
berpusat pada manusia. Proses belajar yang dilakukan pada teori ini adalah
memberikan kebebasan yang sebesar-besarnya kepada individu, sehingga
si belajar diharapkan dapat mengambil keputusannya sendiri dan
bertanggung jawab atas keputusan-keputusan yang dipilihnya.
d. Teori Konstruktivistik : memahami belajar sebagai proses pembentukan
(konstruksi) pengetahuan oleh si belajar itu sendiri. Pengetahuan ada di
dalam diri seseorang yang sedang mengetahui dan tidak dapat dipindahkan
begitu saja dari otak seseorang (guru) kepada orang lain (siswa).
Teori pembelajaran yang terkait dalam penelitian ini adalah teori belajar
kognitivistik. Karena pada teori ini siswa dituntut untuk lebih aktif dalam
mencari informasi, memecahkan masalah, peka terhadap lingkungan sekitar dan
Sedangkan Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru
dan siswa yang saling bertukar informasi. Di sisi lain pembelajaran mempunyai
pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai
konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta
didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu
objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan
sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta
didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu
pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan
adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Tujuan pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku hasil belajar
yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Hal ini didasarkan berbagai pendapat
tentang makna tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional. Tujuan
pembelajaran sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat
dikerjakan oleh peserta didik sesuai kompetensi. Selain itu tujuan pembelajaran
juga dapat diartikan sebagai suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam
bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan
hasil belajar yang diharapkan (Hamalik,2003).
Pengertian lain menyebutkan bahwa, tujuan pembelajaran adalah
pernyataan mengenai keterampilan atau konsep yang diharapkan dapat dikuasai
oleh peserta didik pada akhir priode pembelajaran (Slavin, 2008). Tujuan
dilakukan dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam
bentuk perilaku kompetensi spesifik, aktual, dan terukur sesuai yang diharapkan
terjadi, dimiliki, atau dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
tertentu.
B.Hasil Belajar
Dalam kegiatan pembelajaran aktivitas belajar perlu diadakannya evaluasi.
Hal ini penting karena dengan evaluasi guru dapat mengukur dan mengetahui
apakah tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai atau tidak.
Untuk dapat mengetahui tingkat keberhasilan dalam mengajar diperlukan suatu
informasi tentang indikator-indikator perubahan tingkah laku dan pribadi
peserta. Menurut Bloom dalam Suprijono (2009), prestasi dikategorikan
menjadi beberapa ranah yaitu :
a. Ranah Kognitif : remember (mengingat), understand (memahami), apply
(mengaplikasi), analyze (menganalisis), evaluate (mengevaluasi), create
(menciptakan)
b. Ranah Afektif : receiving (sikap menerima), responding (memberikan
respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization
(karakteristik)
c. Ranah Psikomotor : keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, dan
Menurut Gagne dalam Suprijono (2009), hasil belajar harus meliputi :
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa baik lisan maupun tertulis.
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas
kognitifnya sendiri.
d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujudnya gerak
jasmani.
Dalam penilaian hasil belajar, patokan atau kriteria adalah sejumlah skor
yang ditetapkan sebagai syarat untuk dianggap mencapai keberhasilan belajar,
sedangkan norma adalah skor rata-rata dari semua siswa yang menempuh ujian
yang sama, hasil ini digunakan sebagai pembanding untuk menilai kelebihan,
kesamaan atau kekurangan dari hasil yang diperoleh siswa. Menurut Waridjan
(1984) pemanfaatan informasi tentang hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
1. Dengan mengetahui hasil belajar siswa guru dapat mengetahui dan
mendesain program pengajaran yang apabila dilaksanakan akan mengisi
selisih antara apa yang telah dicapai siswa dengan apa yang telah
dikehendaki oleh tujuan pegajaran.
2. Dengan mengetahui hasil belajar siswa dari waktu ke waktu, proses
kemajuan dan kemunduran siswa dalam belajar dapat diikuti untuk
3. Dengan mengetahui hasil belajar siswa, dapat mengidentifikasi kesulitan
belajar yang dialami oleh siswa dan konselor pengajaran mendiagnosa
kesulitan belajar siwa dalam rangka memberikan bimbingan dan konseling
pengajaran.
4. Dengan mengetahui hasil belajar siswa dapat diramalkan keberhasilan
belajar siswa di masa depan.
5. Dengan mengetahui hasil belajar siswa, dapat menetapkan siswa dalam
kualifikasi tertentu (lulus atau tidak lulus), menetapkan peringkat siswa
dalam prestasi belajar siswa (peringkat hasil ujian), menggolongkan siswa
ke dalam kelompok tertentu (pandai atau kelompok kurang pandai) serta
menyeleksi siswa untuk maksud-maksud tertentu (memenuhi syarat atau
tidak)
6. Dengan mengetahui hasil belajar siswa menjadi termotivasi untuk belajar
secara lebih bersemangat, tekun dan teliti.
Berdasarkan cakupan hasil belajar diatas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan sesuatu yang diperoleh setelah seseorang mengalami suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif dan psikomotor berupa pemahaman dan pengetahuan terhadap
berbagai hal. Hasil belajar yang dipakai untuk mengukur pemahaman serta
kemampuan siswa dalam penelitian ini adalah hasil belajar ranah kognitif dan
hasil belajar ranah afektif. Karena pada penelitian ini siswa diajak untuk
mengulas kembali pemahaman-pemahaman yang didapat siswa dalam
dan menilainya sesuai dengan pemahaman siswa itu sendiri. Sedangkan untuk
ranah afektif siswa diajarkan untuk dapat menerima kekalahan dengan lapang
dada, dan dapat membentuk karakter siswa yang dapat memotivasi dirinya
sendiri.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Dalam pencapaian hasil belajar banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Syah (2008) menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar yaitu sebagai berikut :
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor ini menyangkut tentang keadaaan / kondisi
jasmani ataupun rohani siswa. Faktor internal terbagi menjadi dua aspek
yaitu :
a. Aspek fisiologis, aspek ini meliputi semangat siswa dan intensitas
siswa dalam mengikuti pembelajaran.
b. Aspek psikologis.
Aspek psikologis merupakan aspek yang dapat mempengaruhi
kuantitas dan kualitas pembelajaran yang diperoleh siswa seperti
tingkat kecerdasan/inteligensi siswa, sikap, bakat, minat, dan motivasi
siswa. Kuantitas dan kualitas siswa dapat terbentuk dengan adanya
stimulus yang direspon oleh siswa hingga muncul suatu dorongan
keinginan yang mampu meningkatkan kecerdasan, minat, bakat dan
muncul itulah timbul suatu perlakuan yang dapat menghasilkan suatu
produk (hasil).
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa menyangkut
kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal dikelompokkan
kedalam 3 faktor yaitu : faktor keluarga, faktor lingkungan sekolah dan
faktor lingkungan masyarakat.
a. Faktor keluarga meliputi cara orang tua dalam mendidik, relasi antar
anggota keluarga, suasana / kondisi rumah, dan keadaan perekonomian
keluarga.
b. Faktor lingkungan sekolah
Pada faktor ini lingkungan sekolah juga memiliki peran yang
sangat penting dalam belajar siswa. Faktor sekolah yang dapat
mempengaruhi siswa dalam belajar meliputi metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,
lingkungan sekolah, metode belajar dan tugas yang diberikan oleh
guru.
c. Faktor lingkungan masyarakat meliputi teman bergaul, bentuk
kehidupan masyarakat sekitar.
Dalam penelitian ini faktor yang dipakai untuk meningkatkan hasil belajar
adalah faktor internal yang meliputi motivasi siswa dan faktor eksternal yang
D. Motivasi Belajar
1. Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu
tersebut bertindak dan berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi
dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan,
atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu (Isbandi, 1994).
Menurut Gerungan (1996) Motif dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
a. Motif Biogenetis, kebutuhan organisme demi kelanjutan hidupnya,
misalnya kelaparan, haus, kebutuhan akan kegiatan dan istirahat,
mengambil napas, seksualitas, dan sebagainya.
b. Motif sosiogenetis, yaitu motif-motif yang berkembang berasal dari
lingkungan kebudayaan tempat orang tersebut berada. Jadi motif ini tidak
berkembang dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi oleh lingkungan
kebudayaan setempat, misalnya keinginan mendengarkan music, makan
coklat, membaca buku, dan lain-lain.
c. Motif teologis, Misalnya keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan Yang
Maha Esa, untuk merealisasikan norma-norma sesuai agamanya.
Menurut Winkel (1996) motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang
untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan
demikian Motivasi merupakan usaha yang disadari untuk menggerakkan,
mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk
bertindak sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu (Ngalim, 1990). Motivasi
ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan menurut
Oemar Hamalik dalam Sanjaya (2010). Motivasi mempunyai peran besar dalam
proses belajar.
Banyak teori motivasi yang didasarkan dari asas kebutuhan (need).
Kebutuhan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk dapat memenuhinya.
Motivasi adalah proses psikologi yang dapat menjelaskan perilaku seseorang.
Perilaku hakikatnya merupakan orientasi pada satu tujuan. Dengan kata lain,
perilaku seseorang dirancang untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan
tersebut diperlukan proses interaksi dari beberapa unsur. Dengan demikian
motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang untuk mencapai
tujuannya. Kekuatan-kekuatan ini pada dasarnya dirangsang oleh adanya
berbagai macam kebutuhan, seperti : Keinginan yang hendak dipenuhinya,
tingkah laku, tujuan, umpan balik.
2. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.
Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relative permanen dan secara
potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice)
yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat
dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik
tumbuh dari dalam diri seseorang berupa hasrat dan keinginan berhasil
dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan motivasi
ekstrinsik terjadi karena adanya rangsangan dari luar selain itu dipengaruhi juga
belajar yang menarik. Karena rasa ingin tahu maka seseorang berusaha belajar
untuk mendapatkan pengetahuan adalah merupakan bentuk motivasi intrinsik,
sedangkan seorang anak yang rajin belajar karena dituntut oleh orang tuanya
adalah bentuk dari motivasi ekstrinsik. Kedua faktor ini saling mendukung
karena dengan keselarasan akan terjadi proses pembelajaran yang maksimal
selain itu disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan
untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat. Perspektif motivasional pada
pembelajaran kooperatif terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur
tujuan di mana para siswa bekerja (Slavin, 2008).
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku,
pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.
Indikator yang mendukung dalam keberhasilan seseorang dalam belajar
meliputi:
a. Ketertarikan
b. Keseriusan
c. Partisipasi
d. Tanggung Jawab
3. Upaya-Upaya Memotivasi dalam Belajar
Motivasi dalam belajar kadangkala naik begitu pesat tetapi terkadang
turun secara drastis, berdasarkan hal tersebut perlu ada semacam upaya untuk
dapat dilakukan oleh guru guna meningkatkan motivasi belajar pembelajar. Cara
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar.
b. Mengoptimalkan unsur-unsur dinamis pembelajaran.
c. Mengoptimalkan pemanfaatan upaya guru dalam membelajarkan
pembelajar.
d. Mengembangkan aspirasi dalam belajar
Terkait dengan hal tersebut, sejumlah prinsip-prinsip yang harus
dioptimalkan sebagai upaya untuk memotivasi dalam belajar. Prinsip-prinsip
tersebut terdiri dari prinsip perhatian, keaktifan, keterlibatan langsung,
pengulangan belajar, rangsangan dan tantangan, pemberian balikan dan
penguatan. Untuk mengoptimalkan prinsip-prinsip tersebut diperlukan strategi
pembelajaran yang tepat agar mengurangi kendala-kendala yang ditemui dalam
proses optimalisasi tesebut. Beberapa cara untuk mengoptimalisasi upaya dalam
memotivasi belajar siswa antara lain:
1) Membiarkan siswa menangkap sesuai kemampuan dan pengalamannya.
2) Mengkaitkan pengalaman belajar saat ini dengan pengalaman masa lalu
dengan kemampuan siswa.
3) Memberi kesempatan siswa untuk membandingkan apa yang telah
dipelajari dengan kemampuan dan pengalaman yang telah dimilikinya.
4) Melakukan penggalian pengalaman dan kemampuan yang dimiliki siswa,
misalnya melalui tes lisan dan tertulis.
Berdasarkan cara tersebut upaya yang akan diangkat dalam penelitian ini untuk
siswa untuk membandingkan apa yang telah dipelajari dengan kemampuan dan
pengalaman yang telah dimilikinya.
E. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem
pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama
dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran
kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar
kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena
dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat
kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan
hubungan yang bersifat interdepensi efektif di antara anggota kelompok.
Menurut Slavin (dalam http://ipotes.wordpress.com) pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa
dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai
5 orang untuk lebih mudah memahami konsep yang difasilitasi oleh guru.
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting
kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota
kelompok sebagai wadah siswa bekerja sama dan memecahkan suatu masalah
melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada
peserta didik untuk lebih mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang
1. Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif.
Menurut Nur (2005), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai
berikut:
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang dikerjakan dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua
anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung
jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya.
f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung
jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif.
Sedangkan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1) Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar
sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang
berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
3) Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing
individu.
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi
dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir
kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan
menyalurkan kemampuan, dan dapat saling membantu dalam hal belajar.
2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat 6 (enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif yaitu :
a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan
dicapai serta memotivasi siswa.
b. Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa.
c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru
menginformasikan pengelompokan siswa.
d. Membimbing kelompok belajar. Guru memotivasi serta memfasilitasi
kerja siswa dalam kelompok kelompok belajar.
e. Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
f. Memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan hasil belajar
3. Macam-macam model pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (2008), pembelajaran kooperatif, merupakan model
pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki
kemampuan heterogen. Untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif dan
meningkatkan kemampuan siswa dalam kelompok, model pembelajaran
kooperatif memiliki beberapa tipe dengan langkah yang berbeda. Tipe model
pembelajaran kooperatif tersebut antara lain :
a. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
Model pembelajaran Think Pair Share merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif sederhana. Think Pair Share dirancang untuk
mempengaruhi interaksi siswa. Struktur ini menghendaki siswa bekerja
saling membantu dalam kelompok-kelompok kecil
b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model pembelajaran jigsaw merupakan model pembelajaran yang
dirancang dengan membentuk kelompok ahli dan kelompok asal
c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement
Divisions.
Model pembelajaran ini merupakan salah satu tipe kooperatif yang
menekankan adanya aktivitas dan interaksi antar siswa untuk saling
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran.
d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok
model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang melibatkan
siswa dalam perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara
e. Model Pembelajaran Kooperatif Langsung
Model pembelajaran ini sering disebut metode ceramah atau ekspositori.
Pada pembelajaran ini siswa diberikan informasi dengan cara disampaikan
secara langsung.
f. Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Masalah
Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan siswa
untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di kehidupan sehari-hari.
g. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered-Heads Together
Model pembelajaran ini diawali oleh guru dengan melemparkan
pertanyaan pada anggota kelompok yang dibentuk, dan setiap anggota
kelompok akan saling membantu demi tanggung jawab dan nama baik
kelompok. Dengan pembelajaran ini diharapkan setiap siswa antusias
dalam memahami permasalahan.
h. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament
Team Games Tournament adalah suatu model pembelajaran yang
mengajak siswa untuk berkompetisi secara sehat dalam suatu
pembelajaran, tetapi kompetisi tersebut dilakukan dengan cara
membandingkan kemampuan antar anggota kelompok dalam bentuk
turnament. dalam kompetisi ini siswa dikelompokkan secara heterogen,
tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas,
setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi.
Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa
kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan
kelompok yang diperoleh kemudian dipresentasikan didepan kelas
sehingga terjadi diskusi kelas.
F. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team-Games-Tournament).
Secara umum TGT hampir sama dengan model pembelajaran kooperatif
lainnya kecuali satu hal; TGT menggunakan turnamen akademik, dan
menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa
berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja
akademik sebelumnya setara seperti mereka. TGT sangat sering digunakan
dengan dikombinasikan dalam metode pembelajaran sehari-hari yang dilakukan
didalam kelas, dengan menambahkan turnamen tertentu pada pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran kooperatif ini siswa dibentuk menjadi
kelompok-kelompok kecil yang dimungkinkan siswa dapat belajar dari kerjasama sampai
kepada pengalaman yang optimal, baik individu maupun kelompok.
Pembelajaran tipe TGT (Team-Games-Tournament) merupakan suatu
pendekatan kerja sama antar kelompok dengan mengembangkan kerja sama
antar personal. Dalam pembelajaran ini terdapat penggunaan teknik permainan.
Dalam permaninan ini mengandung persaingan menurut aturan-aturan yang
telah ditentukan. Dalam permainan ini diharapkan tiap-tiap kelompok dapat
menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk bersaing agar
memperoleh suatu kemenangan. Menurut Gora dan Sunarto (2010) Ada empat
komponen utama dalam pembelajaran Kooperatif TGT (
1. Presentasi kelas atau Pengamatan langsung
Pertama-tama materi dalam TGT diperkenalkan di dalam presentasi
kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti sering kali dilakukan
atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga
memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan
pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar
berfokus pada model pengajaran TGT. Dengan cara ini, para siswa akan
menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh
selama presentasi kelas berlangsung, karena dengan demikian akan sangat
membantu mereka mengerjakan kuis-kuis dan skor kuis mereka
menentukan skor tim mereka.
2. Belajar tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian
dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas.
Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim
benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk
mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.
Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari
lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi
pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama,
membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman
apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.
Tim adalah fitur yang paling penting dalam tipe pembelajaran TGT. Pada
yang terbaik untuk tim dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk
membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi
kinerja akademik penting dalam pembelajaran, dan itu adalah untuk
memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk akibat
yang dihasilkan seperti hubungan antarkelompok, rasa harga diri,
penerimaan terhadap siswa-siswa mainstream.
3. Turnamen atau pertandingan
Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung.
Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru
memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja
kelompok pada lembar kegiatan yang telah diberikan sebelumnya oleh
guru. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada
meja turnamen, empat siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1,
empat berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Kompetisi yang seimbang
ini seperti halnya sistem skor kemajuan individu dalam metode turnamen
pembelajaran lainnya, sehingga memungkinkan para siswa dari semua
tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor
nilai tim mereka jika mereka melakukan yang terbaik.
Peralatan yang dipakai dalam proses turnamen TGT (
Team-Games-Tournament) meliputi lembar soal, lembar jawaban, kartu nomor, lembar
skor permainan, kartu keterangan (pembaca, penantang I, penantang II),
kartu kriteria penghargaan (Tim super, Tim hebat, Tim sangat baik, dan
Slavin, 2008: 173
Bagan 2.1 Putaran Permainan TGT menurut Slavin, 2008
4. Penghargaan tim / rekognisi tim
Tim akan mendapatkan sertifikan atau bentuk penghargaan yang lain
apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa
dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat
mereka.
Tabel 2.1. Kriteria Presentase Penilaian Penghargaan Tim
Kualifikasi Penilaian Yang Diperoleh
1. Ambil satu kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada lembar permainan.
2. Bacalah pertanyaan dengan keras 3. Cobalah untuk menjawab
G. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran TGT
Riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran telah
banyak dilakukan oleh pakar pembelajaran maupun oleh para guru di sekolah.
Dari tinjuan psikologis, terdapat dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi
bahwa metode-metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan
kelompok dan tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian
prestasi siswa. Dua teori utama yang mendukung pembelajaran kooperatif
adalah teori motivasi dan teori kognitif.
Menurut Slavin (2008), perspektif motivasional pada pembelajaran
kooperatif terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan di
mana para siswa bekerja. Deutsch (1949) dalam Slavin (2008)
mengidentifikasikan tiga struktur tujuan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
1. kooperatif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu memberi
konstribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain.
2. kompetitif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu
menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya.
3. individualistik, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu tidak
memiliki konsenkuensi apa pun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya.
Dari pespektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan
sebuah situasi di mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan
pribadi mereka adalah jika kelompok mereka sukses. Oleh karena itu, mereka
harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apa pun agar kelompok
Sedangkan dari perspektif teori kognitif, Slavin (2008) mengemukakan
bahwa pembelajaran kooperatif menekankan pada pengaruh dari kerja sama
terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Asumsi dasar dari teori pembangunan
kognitif adalah bahwa interaksi di antara para siswa berkaitan dengan
tugas-tugas yang sesuai mengingkatkan penguasaan mereka terhadap konsep kritik.
Pengelompokan siswa yang heterogen mendorong interaksi yang kritis dan
saling mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan atau
kognitif. Penelitian psikologi kognitif menemukan bahwa jika informasi ingin
dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah
ada di dalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam
pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dari materi. Salah satu cara elaborasi
yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang lain.
Namun demikian, tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok
untuk semua, Slavin (2008) melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang
pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang
secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT,
sebagai berikut:
a. Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh
teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka
dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
b. Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh
tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
c. TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa
d. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal
dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)
e. Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi
menggunakan waktu yang lebih banyak.
f. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja
dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau
perlakuan lain.
Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran
TGT adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual
siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk
mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual.
H. Keterkaitan Materi Sistem Reproduksi Manusia dengan Team-Games-Tournament (TGT)
Materi pembelajaran Sistem reproduksi manusia merupakan salah satu
materi yang diajarkan pada siswa SMA kelas XI. Standar Kompetensi (SK)
dalam pembelajaran ini meliputi: Memahami hakekat Biologi sebagai ilmu,
Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu,
kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas.
Kompetensi Dasar (KD) yang ingin dicapai adalah: Menjelaskan keterkaitan
antara struktur, fungsi dan proses yang meliputi pembentukan sel kelamin,
ovulasi, menstruasi, fertilisasi, kehamilan, dan pemberian ASI serta
Berdasarkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang
harus dicapai oleh siswa mengenai materi sistem reproduksi manusia terlihat
bahwa siswa dituntut untuk mampu menjelaskan dan memahami sistem
reproduksi manusia yang meliputi fungsi dan struktur organ reproduksi manusia
serta penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia. Adanya
tuntutan tersebut menunjukkan bahwa materi sistem reproduksi manusia terdiri
atas konsep-konsep yang abstrak dengan adanya keterkaitan struktur dan fungsi.
Keadaan karakteristik materi sistem reproduksi manusia yang demikian
menyebabkan siswa sulit untuk memahami dan menjelaskan secara detail
mengenai materi tersebut sehingga membuat siswa kurang merasa tertarik untuk
mendalami materi tersebut. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT
diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi dan meningkatkan
motivasi siswa. Hal ini dapat dilihat melalui kerjasama kelompok-kelompok
belajar dengan cara berdiskusi dan berdasarkan kelompok dalam tournament.
Dalam kegiatan tournamen siswa bertanggung jawab terhadap pemahaman
teman satu kelompok dan keberhasilan timnya dalam menjawab setiap
pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam turnamen tersebut. Kegiatan ini
membuat siswa menjadi lebih aktif dan saling bertukar pikiran mengenai ilmu
pengetahuan yang mereka miliki serta mengajak siswa untuk lebih bekerjasama
dalam menemukan informasi-informasi baru yang dapat menunjang pemahaman
mereka.
Secara umum menurut Diah Aryulina (2010) Sistem reproduksi adalah
suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam organisme yang
mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah. Pada
manusia untuk menghasilkan keturunan yang baru diawali dengan peristiwa
fertilisasi. Sehingga dengan demikian reproduksi pada manusia dilakukan
dengan cara generatif atau seksual. Pada materi ini juga akan dibahas mengenai
organ reproduksi pada pria, organ reproduksi pada wanita, menstruasi,
fertilisasi, proses kehamilan, dan penyakit pada sistem reproduksi manusia.
I. Penelitian Relevan
Berdasarkan studi kepustakaan, terdapat penelitian relevan yang telah
dilakukan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games
Tournaments).
Penelitian yang dilakukan oleh Istiningsih (2012). Penelitian tersebut
berjudul “ Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournaments
(TGT) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B
SMP Pangudi Luhur Moyudan Pada Materi Struktur Dan Fungsi Jaringan
Tumbuhan Tahun Ajaran 2011/2012 “. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa metode TGT dapat meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Moyudan pada materi struktur
dan fungsi jaringan tumbuhan pada tahun ajaran 2011/2012.
Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2010), penelitian tersebut
berjudul “Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team-Games-Tournament)
Untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Purwodadi
Berdasarkan hasil penelitian model pembelajaran kooperatif TGT dapat
meningkatkan hasil belajar siswa baik secara kognitif maupun afektif. Selain itu
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa dan sangat disenangi siswa.
J. Kerangka Berpikir Teoritis
Sebagai suatu model pembelajaran, Team Games Tournament (TGT)
berakar pada dimensi pribadi dan sosial. Dari dimensi pribadi model ini
berusaha membantu para siswa menemukan makna dari lingkungan sosial yang
bermanfaat bagi dirinya sendiri. Melalui metode ini para siswa diajak belajar
memecahkan masalah-masalah pribadi yang sedang dihadapinya dengan
bantuan kelompok sosial yang beranggotakan teman-teman sekelasnya. Dari
dimensi sosial, metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja
sama dalam menganalisis situasi-situasi sosial yang ada disekitar.
Dari hasil penelitian Istiningsih yang dilakukan di SMP Pangudi Luhur
Moyudan menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Team Games Tournament) mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar
biologi siswa. Maka peneliti ingin mencoba menerapkan metode TGT di dalam
pembelajaran untuk materi Sistem Reproduksi Manusia siswa kelas XI IPA 1
SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dengan harapan dapat meningkatkan motivasi