• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SISTEM TRANSPORTASI PENGANGKUTAN SAMPAH KOTA MEULABOH (Studi Kasus : Kecamatan Johan Pahlawan) Tugas Akhir - ANALISIS SISTEM TRANSPORTASI PENGANGKUTAN SAMPAH KOTA MEULABOH (Studi Kasus : Kecamatan Johan Pahlawan) - Repository utu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS SISTEM TRANSPORTASI PENGANGKUTAN SAMPAH KOTA MEULABOH (Studi Kasus : Kecamatan Johan Pahlawan) Tugas Akhir - ANALISIS SISTEM TRANSPORTASI PENGANGKUTAN SAMPAH KOTA MEULABOH (Studi Kasus : Kecamatan Johan Pahlawan) - Repository utu"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus : Kecamatan Johan Pahlawan)

Tugas Akhir

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Yang Diperlukan untuk Memperoleh

Ijazah Sarjana Teknik

Disusun Oleh;

I B N U A P A S

NIM : 06C10203056

Bidang Studi : Transportasi Jurusan : Teknik Sipil

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR

ALUE PEUNYARENG - MEULABOH

(2)

1

1.1 Latar Belakang

Pencemaran lingkungan oleh sampah ternyata masih menjadi masalah tersendiri di Meulaboh, Kecamatan Johan Pahlawan yang merupakan pusat kota Kabupaten Aceh Barat. Hal ini tampak dari berbagai pihak yang ikut serta dalam peningkatan mutu kesehatan masyarakat dan lingkungan pemukiman, yaitu program peningkatan sistem pengolahan persampahan, berdasarkan Peraturan

Pemerintah nomor 14 tahun 1987 yang mengatur tentang pengelolaan

persampahan diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten/Kotamadya.

Kecamatan Johan Pahlawan adalah salah satu dari 12 Kecamatan di Kota Meulaboh-Aceh Barat yang berada di Provinsi Aceh dengan luas 2.927,95 km², yang terletak pada 04°06'-04°47' Lintang Utara dan 95°52'- 96°30' Bujur Timur dengan luas wilayah 2.927,95 km² dengan batas-batas Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Pidie, Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya, Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia, Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Nagan Raya.

Luas wilayah Kecamatan Johan Pahlawan adalah 44,91 km² dengan

(3)

Sampah yang mencemari kota selama ini, akibat dari masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan yang terbebas dari sampah. Camat Johan Pahlwan, sudah melakukan sosialisasi dan menghimbau masyarakat untuk tidak buang sampah sembarangan, terutama di lahan atau tanah kosong. "Tumpukan sampah yang bisa mengundang penyakit bagi warga dilingkungan tersebut," katanya.

Akibat dari pembuangan sampah di lahan kosong juga dapat membawa bencana seperti banjir. Karena, sampah-sampah tersebut saat hujan turun akan dibawa air dan masuk ke dalam parit atau drainase. Akibatnya, membuat drainase tersumbat sehingga tidak dapat bekerja dengan baik dan mengakibatkan air akan menggenangi ruas jalan. Selama ini jika kondisi hujan maka ruas jalan yang sering digenangi air adalah ruas jalan protokol, seperti Jalan Nasional, Jalan Singgah Mata I, Jalan Teuku Umar dan Jalan Manek Roo serta kawasan bundaran simpang pelor Meulaboh. Memasuki musim hujan, masyarakat untuk dapat peduli terhadap lingkungan terutama kawasan kota begitu juga halnya daerah lingkungan luar dari Kota Meulaboh dengan membuang sampah pada tempatnya, apalagi pihak Dinas Kebersihan dan Pertamanan Aceh Barat, telah menyediakan tempat sampah.

Namun hal ini tidak disertai secara langsung dengan penyediaan sarana dan prasarana yang sebanding oleh pemerintah, akibatnya pelayanan yang sudah ada menjadi tidak maksimal dan menjadikan penurunan kualitas lingkungan,

khususnya pada permasalahan pengangkutan sampah perkotaan. Dalam

menanggulangi permasalahan ini sangat dibutuhkan peranan pemerintah yang didukung oleh kepedulian masyarakat itu sendiri.

Transportasi sampah adalah sistem pengangkutan sampah yang

(4)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat beberapa permasalahan utama yang berhubungan dengan volume sampah dengan jumlah kebutuhan transportasi pengangkutan sampah di Kota Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan saat ini adalah bagaimana sistem pengangkutan, pola pengumpulan sampah dan kebutuhan transportasi pengangkutan sampah sesuai dengan volume sampah yang dihasilkan di Kota Meulaboh.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui sistem pengangkutan, pola pengumpulan sampah dan kebutuhan transportasi pengangkutan sampah sesuai dengan volume sampah yang dihasilkan di Kota Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan.

1.4 Batasan Masalah

Sesuai dengan judul tugas akhir ini yaitu Analisis Sistem Transportasi

Pengangkutan Sampah Kota Meulaboh Studi Kasus Kecamatan Johan Pahlawan”

maka saya akan memberikan beberapa batasan. Batasan penelitian yang akan digunakan agar penelitian ini lebih terarah antara lain :

1. Lokasi penelitian adalah Kecamatan Johan Pahlawan, Meulaboh – Kabupaten

Aceh Barat.

2. Data yang digunakan adalah data transportasi pengangkutan mobil sampah di Kota Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2014.

(5)

1.5 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa :

1. Dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya tentang mobil pengangkutan sampah di Kota Meulaboh.

(6)

5

2.1 Pengertian Sampah

Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2007). Banyak sampah organik masih

mungkin digunakan kembali/ pendaurulangan (re-using), walaupun akhirnya akan

tetap merupakan bahan/material yang tidak dapat digunakan kembali (Dainur, 1995).

Berdasarkan SNI 19-2454 tahun 2002, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota.

Menurut Kodoatie (2005), sampah adalah limbah atau buangan yang bersifat padat, setengah padat yang merupakan hasil sampingan dari kegiataan perkotaan atau siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Sumber limbah padat (sampah) perkotaan berasal dari permukiman, pasar, kawasan perkotaan dan perdagangan, kawasan perkantoran dan sarana umum, kawasan industri, peternakan hewan, dan fasilitas lainnya.

2.2 Sumber-Sumber Sampah

Menurut Chandra (2007), sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari :

1. Pemukiman penduduk

(7)

desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan

bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage),

sampah kering (rubbish), perabotan rumah tangga, abu atau sisa tumbuhan

kebun.

2. Tempat umum dan tempat perdagangan

Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage),sampah kering, abu, sisa bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya.

3. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah

Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain, tempat hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (misalnya rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai tempat berlibur, dan sarana pemerintah lain. Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.

4. Industri berat dan ringan

Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam dan tempat pengolahan air kotor dan air minum,dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya.

5. Pertanian

Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, ladang ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

(8)

1. Pengurangan sampah (waste minimization), yang terdiri dari pembatasan terjadinya sampah, guna-ulang dan daur-ulang.

2. Penanganan sampah(waste handling), yang terdiri dari :

a. Pemilahan : pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah,

b. Pengumpulan : pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu, c. Pengangkutan : membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir,

d. Pengolahan : mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah, e. Pemrosesan akhir sampah : pengembalian sampah dan/atau residu hasil

pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam teknis operasional penanganan persampahan diantaranya :

a. Kapasitas peralatan dan pemeliharaan alat yang belum memadai/kurang baik, b. Lemahnya tenaga pelaksana khususnya tenaga harian lepas,

c. Terbatasnya metode operasional yang sesuai dengan kondisi daerah,

d. Siklus operasi persampahan tidak lengkap/terputus karena berbedanya penanggung jawab,

e. Koordinasi sektoral antar birokrasi pemerintah seringkali lemah,

f. Manajemen operasional lebih dititik beratkan pada aspek pelaksanaan, sedangkan aspek pengendaliannya lemah,

g. Perencanaan operasional seringkali hanya untuk jangka pendek.

2.3 Timbulan Sampah

(9)

2.3.1 Faktor yang mempengaruhi timbulan sampah

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah adalah :

1. Jumlah penduduk, artinya jumlah penduduk meningkat maka timbulan sampah meningkat.

2. Keadaan sosial ekonomi, semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat maka semakin banyak timbulan sampah perkapita yang dihasilkan.

3. Kemajuan teknologi, semakin maju teknologi akan menambah sampah dari segi jumlah dan kualitas.

2.3.2 Metode perhitungan timbulan sampah

Timbulan sampah yang dihasilkan dari sebuah kota dapat diperoleh dengan survey pengukuran atau analisa langsung di lapangan, yaitu :

a. Mengukur langsung

Memperoleh satuan timbulan sampah dari sejumlah sampel (rumah tangga dan non-rumah tangga) yang ditentu kan secara acak di sumber selama 8 hari berturut-turut (SNI 19-3983-1995).

b. Load-count analysis

Mengukur jumlah berat sampah yang masuk ke TPS, misalnya diangkut dengan gerobak, selama 8 hari berturut-turut. Dengan melacak jumlah dan jenis penghasil sampah yang dilayani oleh truk yang mengumpulkan sampah tersebut, sehingga akan diperoleh satuan timbulan sampah per ekivalensi penduduk.

c. Weight-volume analysis

(10)

d. Materialbalance analysis

Merupakan analisa yang lebih mendasar, dengan menganalisa secara cermat aliran bahan masuk, aliran bahan yang hilang dalam system, dan aliran bahan yang menjadi sampah dari sebuah sistem yang ditentukan batas-batasnya.

2.3.3 Besaran timbulan sampah

Secara praktis sumber sampah dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu : a. Sampah dari pemukiman atau sampah rumah tangga,

b. Sampah dari non-pemukiman yang sejenis sampah rumah tangga, seperti pasar dan daerah komersial.

Kedua jenis sumber sampah diatas dikenal sebagai sampah domestik, sedangkan sampah atau limbah yang bukan sejenis sampah rumah tangga sebagai contoh limbah proses industri disebut sebagai sampah non-domestik.

Tabel 2.1 Timbulan sampah berdasarkan sumbernya

No. Komponen Sumber Sampah Satuan Volume (liter) Berat(kg)

1. Rumah permanen /orang/hari 2,252,50 0,350,40

2. Rumah semi permanen /orang/hari 2,00–2,25 0,30–0,35

3. Rumah non permanen /orang/hari 1,752,00 0,250,30

4. Kantor /pegawai/hari 0,500,75 0,030,1

5. Pertokoan /pegawai/hari 2,503,00 0,150,35

6. Sekolah /murid/hari 0,10–0,15 0,01–0,05

7. Jalan arteri sekunder /m/hari 0,100,15 0,020,1

8. Jalan kolektor sekunder /m/hari 0,100,15 0,010,05

9. Jalan lokal /m/hari 0,050,10 0,0050,025

10. Pasar /m²/hari 0,200,60 0,10,3

Sumber : SNI 19-3983-1995

Jumlah timbulan sampah ini akan berhubungan dengan elemen pengelolaan sampah, antara lain :

a. Pemilihan peralatan, misalnya wadah, alat pengumpul, dan jenis pengangkut, b. Perencanaan rute pengangkutan,

c. Fasilitas dalam pendauran ulang, d. Luas dan jenis TPA.

Prakiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang maupun dimasa mendatang merupakan dasar dari perencanaan, perancangan dan pengkajian

(11)

merupakan langkah awal yang dilakukan dalam pengelolaan sampah. Satuan timbulan sampah biasanya dinyatakan dalam satuan skala kuantitas per orang atau perunit bangunan dan lain sebagainya. Pada kota di negara berkembang, dalam memperhitungkan besaran timbulan sampah, baiknya perlu diperhitungkan adanya faktor pendauran ulang sampah mulai dari sumber sampah hingga sampai di TPA.

Berdasarkan SNI 19-3983-1995, bila pengamatan lapangan belum tersedia, maka untuk menghitung besaran timbulan sampah, dapat digunakan angka timbulan sampah sebagai berikut :

1. Satuan timbulan sampah kota sedang = 2,75 3,25 liter/orang/hari = 0,7 0,8 kg/orang/hari,

2. Satuan timbulan sampah kota kecil = 2,5 2,75 liter/orang/hari = 0,625 0,7 kg/orang/hari.

Secara umum sampah dari sebuah kota sebagian besar berasal dari sampah rumah tangga, maka untuk perhitungan secara cepat satuan timbulan sampah tersebut sudah dapat dipergunakan untuk meliputi sampah lainnya seperti pasar, hotel, toko dan kantor. Namun semakin besar sebuah kota maka sampah rumah tangga akan semakin kecil porsinya dan sampah non rumah tangga akan lebih besar porsinya sehingga diperlukan penyesuaian lanjut.

2.4 Teknik Operasional Pengangkutan Sampah

Teknik operasional pengangkutan sampah mulai dari sumber sampah hingga ke lokasi pembuangan akhir, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara

langsung (door to door) dan secara tidak langsung (sistem komunal) sebagai

Tempat Pembuangan Sementara (TPS), dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Secara langsung(sistem door to door):

(12)

akan diambil, dikumpulkan dan langsung diangkut ke tempat ke tempat pembuangan akhir.

2. Secara tidak langsung (sistem komunal) :

Pada sistem ini, sebelum diangkut ke tempat pembuangan akhir, sampah dari masing-masing sumber dikumpulkan dahulu oleh sarana pengumpul seperti dalam gerobak atau becak pengumpul dan diangkut ke TPS. Dengan adanya TPS ini maka proses pengumpulan sampah secara tidak langsung. TPS dapat pula berfungsi sebagai lokasi pemrosesan skala kawasan guna mengurangi jumlah sampah yang harus diangkut ke pemrosesan akhir untuk lebih jelasnya terlihat pada Gambar 2.2.

Tempat pembuangan sementara ada 3 jenis, antara lain :

1. Transfer depo

Untuk suatu lokasi transfer depo, atau di Indonesia dikenal sebagai Tempat Pembuangan Sementara (TPS) seperti di atas diperlukan areal tanah

Sumber Sampah

Gambar 2.1 : Sistem Pengumpulan Sampah Secara Langsung

(13)

minimal seluas 200 m2. Bila lokasi ini berfungsi juga sebagai tempat pemrosesan sampah skala kawasan, maka dibutuhkan tambahan luas lahan sesuai aktivitas yang akan dijalankan. Namun dapat juga dipakai truk bak terbuka ukuran 6m3 yang diletakkan disuatu lokasi tertentu dan akan diisi oleh gerobak pengumpul sampah.

2. Bak kontainer volume 610 m3

Diletakkan di pinggir jalan dan tidak mengganggu lalu lintas. Dibutuhkan

landasan permanen sekitar 25-50 m2 untuk meletakkan kontainer. Di banyak

tempat di kota-kota Indonesia, landasan ini tidak disediakan, dan kontainer diletakkan begitu saja di lahan tersedia. Penempatan sarana ini juga bermasalah karena sulit untuk memperoleh lahan, dan permasalahan masyarakat yang tempat tinggalnya dekat dengan sarana ini bersedia menerima lokasi bak ini.

3. Bak komunal yang dibangun permanen dan terletak di pinggir jalan

Hal yang harus diperhatikan adalah waktu pengumpulan dan frekuensi pengumpulan. Sebaiknya waktu pengumpulan sampah adalah saat dimana aktivitas masyarakat tidak begitu padat, misalnya pagi hingga siang hari. Frekuensi pengumpulan sampah menentukan banyaknya sampah yang dapat dikumpulkan dan diangkut perhari. Semakin besar frekuensi pengumpulan sampah, semakin banyak volume sampah yang dikumpulkan per kapita.

Hal-hal yang perlu menjadi perhatian dalam pengumpulan sampah adalah keseimbangan pembebanan tugas, optimasi penggunaan alat, waktu dan petugas, dan peminimalan jarak operasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola pengumpulan sampah adalah :

a) Jumlah sampah yang terangkut, jumlah penduduk dan luas daerah operasional, b) Kepadatan penduduk dan tingkat penyebaran rumah,

c) Panjang dan lebar jalan.

Rencana pengoperasional pengumpulan sampah harus memperhatikan hal-hal berikut :

(14)

b) Periodisasi: untuk sampah mudah membusuk maksimal 3 hari sekali namun sebaiknya setiap hari, tergantung dari, kualitas kerja, serta komposisi sampah, c) Semakin besar persentase sampah organik, periodisasi pelayanan semakin

sering. Untuk sampah kering, periode pengumpulannya dapat dilakukan lebih dari 3 hari 1 kali. Sedang sampah B3 disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku,

d) Mempunyai daerah pelayanan tertentu dan tetap,

e) Mempunyai petugas pelaksana yang tetap dan perlu dipindahkan secara periodik,

f) Pembebanan pekerjaan diusahakan merata dengan kriteria jumlah sampah terangkut, jarak tempuh, kondisi daerah, dan jenis sampah yang akan diangkut.

2.5 Pengangkutan Sampah

Pengangkutan sampah adalah kegiatan membawa sampah dari lokasi pemindahan atau langsung dari sumber sampah menuju ke tempat pembuangan akhir.

Tabel 2.2 Proses Pemilihan Alat Angkut Persampahan Berdasarkan Pola

Pengumpulan Sampah

Pola Pengumpulan Sampah Kondisi Jalan Alat Angkut

Individual langsung Jalan lebar dan memadai -Pick UpL-300

-Dump truck

Individual tidak langsung Jalan sempit atau gang - Gerobak sampah dan becak

motor sampah ke TPS - Dump truck dan Pick Up

L-300 dari TPS ke TPA

Komunal langsung Jalan sempit atau gang

Komunal tidak langsung Jalan sempit atau gang

2.6 Jenis Alat Angkut Sampah

(15)

1. Gerobak sampah (ukuran volume 1m3)

Gambar 2.3 diatas merupakan gerobak sampah yang berfungsi sebagai alat pengumpul sampah dari sumber sampah untuk dikumpulkan di TPS dengan metode pengumpulan tidak langsung.

Spesifikasi Alat :

Menggunakan gerobak berkapasitas 1 m3 (dimensi 2m x 1m x 0,5m),

terbuat dari rangka pipa besi tuang dan pelat alas, serta dinding berengsel

menggunakan material Cheker Plate. Dengan petugas satu orang untuk satu

gerobak.

Kelebihan :

Merupakan alat kumpul klasik yang mengandalkan tenaga dorongan atau tarikan dari manusia (tidak memerlukan energi bbm).

Mudah masuk ke jalan-jalan sempit atau gang kecil.

Kekurangan :

Sulit untuk dioperasikan di daerah layanan yang bergelombang (kemiringan lahan > 5 %).

(16)

2. Becak sampah

Gambar 2.4 Becak Motor Sampah

Gambar 2.4 diatas merupakan becak motor sampah yang berfungsi sebagai alat pengumpul sampah dari sumber sampah untuk dikumpulkan di TPS.

Spesifikasi Alat :

Menggunakan kendaraan utama sepeda motor berkapasitas 1,5 m3 (dimensi 1,9 m x 1 m x 0,8 m) terbuat dari rangka pipa besi tuang dan pelat alas, serta dinding berengsel menggunakan material Plate. Dengan petugas satu orang untuk satu becak sampah.

Kelebihan :

1. Merupakan alat kumpul yang mengandalkan tenaga mesin sepeda motor lebih efisien dibandingkan gerobak,

2. Lebih mudah bermanufer di jalan (gang) yang sempit.

Kekurangan :

a. Sulit untuk dioperasikan di daerah layanan yang bergelombang (kemiringan lahan > 5 %),

b. Macam pilahan lebih sedikit dibandingkan dengan mobil sampah L-300 pick

(17)

3. Pick upsampah

Gambar 2.5Pick upSampah

Gambar 2.5 diatas merupakan pick up sampah yang berfungsi sebagai

alat pengumpul/pengangkut sampah daur ulang dari kawasan pemukiman kelas menengah atas yang dikumpulkan ke TPS.

Spesifikasi alat :

Menggunakanpick up 4 roda berkapasitas hinggga 4 m3 (dimensi 2,8 m

x 1,6 m x 0,8 m), dengan petugas satu orang supir dan satu orang pengangkut sampah.

Kelebihan :

Kendaraan angkut sampah yang fleksibel untuk melewati jalan-jalan yang tidak terlalu lebar.

Kekurangan :

(18)

4. Truk sampah 6m3

Gambar 2.6 Truk Sampah 6m3

Gambar 2.6 diatas merupakan truk sampah yang berfungsi sebagai alat untuk mengangkut sampah terpadatkan dari sumber sampah menuju ke TPA.

Spesifikasi alat :

1. Dengan petugas satu orang supir dan dua orang petugas pengangkut sampah. 2. Kendaraan standar berchasis baja, mempunyai 6 roda.

3. Dilengkapi alat pengangkat Hidrolis untuk menaikkan/menurunkan/

mengangkat BAK dengan sudut angkat sekurang-kurangnya 450.

4. Menggunakan gear pump tekanan tinggi yang kerjanya diatur dengan mesin truk. Semua peralatan dioperasikan dari kendaraan. Semua bagian logam harus diproteksi terhadap bahaya korosi.

5. Dimensi total tidak lebih dari P x L x T = 6,5 x 2,5 x 3 m.

Kelebihan :

1. Sampah terangkut lebih banyak. 2. Lebih bersih dan higienis. 3. Estetika baik.

4. Praktis dalam pengoperasian.

5. Tidak diperlukan banyak tenaga kerja.

Kekurangan :

1. Harga relatif mahal.

2. Biaya investasi dan pemeliharaan lebih mahal.

(19)

2.7 Metode Pengangkutan Sampah

1. Hauled container system(HCS)

Hauled container system adalah sistem pengumpulan sampah yang wadah pengumpulannya dapat dipindah-pindah dan ikut dibawa ke tempat pembuangan akhir. HCS ini merupakan sistem wadah angkut untuk daerah komersial.

Untuk menghitung waktu ritasi dari sumber ke TPS atau ke TPA digunakan rumus sebagai berikut (Enri, 2010).

THCS = (PHCS+ S + a + bx )... 2.1

Keterangan :

THCS = Waktu per ritasi (jam/rit).

PHCS = Waktu pengambilan (jam/rit).

S = Waktu yang dibutuhkan untuk bongkar muat (jam/rit).

a = Empiris muatan yang konstan terus menerus (jam/rit)

b = Empiris muatan yang konstan (jam/km).

x = Jarak tempuh (km/rit).

Waktu pengambilan per ritasi (PHCS) ditentukan dengan rumus berikut

(Enri, 2010).

PHCS = Pc + Uc+ Dbc... 2.2

Keterangan :

PHCS = Waktu pengambilan sekali ritasi (jam/rit).

Pc = Waktu untuk pengisian (jam/rit).

Uc = Waktu untuk mengosongkan kontainer (jam/rit).

(20)

Tabel 2.3 Nilai Koefisien Konstanta (Kecepatan)

Speed Limit a b

Km/Jam Mil/Jam Jam/rit Jam/Km

88 5 Sumber : Peavy (1985)

Jumlah ritasi per kendaraan per hari untuk sistem HCS dapat dihitung dengan (Enri, 2010) :

Nd = Jumlah ritasi dalah satu hari (rit/hari).

H = Waktu kerja (jam/hari).

w = Faktoroff route

t1 = Waktu dari pool kendaraan ke kontainer ke-1 (jam).

t2 = Waktu dari kontainer terakhir ke pool (jam).

THCS = Waktu per ritasi (jam/rit).

Atau jumlah ritasi/hari dapat dibandingkan dengan perhitungan atas

jumlah sampah yang terkumpul/hari, dengan menggunakan rumus berikut (Enri,

2010) :

Nd = Jumlah ritasi dalah satu hari (rit/hari).

Vd = Jumlah sampah terkumpul (volume/hari).

(21)

f = Faktor penggunaan kontainer. 2. Stationary container system(SCS)

Stationary container system adalah sistem pengumpulan sampah yang wadah pengumpulannya tidak dibawa berpindah-pindah (tetap). SCS merupakan sistem wadah tinggal ditujukan untuk melayani daerah pemukiman. Untuk menghitung waktu ritasi dari TPS atau ke TPA digunakan rumus sebagai berikut (Enri, 2010) :

TSCS = (PSCS+ S + a + bx ) ... 2.5

PSCS= (Ct . Uc) + ( (np 1) . (Dbc) )... 2.6 Keterangan :

Ct = Jumlah kontainer yang dikosongkan sekali ritasi (kontainer/rit).

Uc = Waktu pengosongan kontainer (jam/rit).

np = Jumlah lokasi kontainer yang diambil per rit (lokasi/rit).

Dbc = Waktu terbuang untuk bergerak dari satu lokasi ke lokasi kontainer lain (jam/lokasi).

Jumlah kontainer yang dapat dikosongkan per ritasi pengumpulan (Enri, 2010) :

Ct = Jumlah kontainer yang dikosongkan sekali ritasi (kontainer/rit).

V = Volume mobil pengumpul (m3/rit).

r = Rasio kompaksi.

c = Volume kontainer (m3/kontainer).

f = Faktor penggunaan kontainer.

Waktu yang dipelukan per hari untuk sistem SCS dapat dihitung dengan rumus berikut (Enri, 2010) :

(22)

Keterangan :

Hscs = Waktu yang dibutuhkan untuk sistem SCS

t1 = Waktu daripoolkendaraan ke kontainer ke-1 (jam).

t2 = Waktu dari kontainer terakhir kepool(jam).

Nd = Jumlah ritasi dalah satu hari (rit/hari). Tscs = Waktu per ritasi (jam/rit).

w = Faktoroff route

2.8 Pola Pengangkutan Sampah

1. Pola pengangkutan sampah sistem HCS

Pola pengangkutan sampah dengan sistem HCS terbagi atas 3, yaitu :

a. Sistem pengosongan bak kontainer cara I

Pola pengosongan bak kontainer HCS cara I terlihat pada Gambar 2.7 dengan proses pengangkutan sebagai berikut :

1. Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut sampah ke TPA.

2. Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula. POOL

(23)

3. Menuju kontainer isi berikutnya untuk diangkut ke TPA 4. Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula. 5. Demikian seterusnya sampai rit akhir.

b. Sistem pengosongan bak kontainer cara II

Pola pengosongan bak kontainer HCS cara II terlihat pada Gambar 2.8 dengan proses pengangkutan sebagai berikut :

1. Kendaraan dari pool membawa bak kosong menuju kontainer isi

pertama.kemudian bak isi dilokasi pertama dibawa ke TPA. 2. Kontainer kosong diletakkan di lokasi kedua.

3. Kontainer isi kedua untuk diangkut ke TPA 4. Demikian seterusnya sampai ritasi akhir.

Gambar 2.8 Pola Pengosongan Bak Kontainer HCS Cara II POOL

ISI C (0)

ISI C (1) Kosong

C (1)

ISI C (2) Kosong

C (2)

(24)

c. Sistem pengosongan bak kontainer cara III

Gambar 2.9 Pola Pengosongan Bak Kontainer HCS Cara III

Pola pengosongan bak kontainer HCS cara III terlihat pada Gambar 2.9 dengan proses pengangkutan sebagai berikut :

a. Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut sampah ke TPA.

b. Dari TPA kendaraan tersebut dengan kontainer kosong menuju lokasi kedua untuk menurunkan kontainer kosong dan membawa kontainer isi untuk diangkut ke TPA.

c. Demikian seterusnya sampai ritasi terakhir.

d. Pada rit terakhir dengan kontainer kosong dari TPA menuju lokasi kontainer pertama, kemudian kendaraan tanpa kontainer menuju pool.

POOL

ISI C (0)

ISI C (1) Kosong

C (1)

ISI C (2) Kosong

C (2)

TPA

(25)

2. Pola pengangkutan sampah sistem SCS

Gambar 2.10 Pola Pengangkutan Sampah Sistem HCS

Pola pengangkutan sampah sistem SCS terlihat pada Gambar 2.10 dengan proses pengangkutan sebagai berikut :

1. Kendaraan dari pool menuju sumber sampah pertama, sampah dituangkan kedalam bak truk,

2. Kendaraan menuju sumber sampah selanjutnya, sampai kondisi bak penuh, 3. Sampah kemudian dibawa ke TPA.

POOL

Bak I Bak II Bak III Bak IV Bak-dst

TPA Dump

(26)

25

Suatu penelitian dikatakan yang sistematis, terorganisir dan dapat berjalan secara efektif, efisien serta tepat sasaran, diperlukan suatu metode penelitian yang didalamnya memuat proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian dan termasuk tata cara penyelesaian sehingga tiap-tiap bagian dan memiliki keterkaitan satu dengan yang lain secara berurutan dengan demikian diharapkan akan mendapatkan nilai yang maksimal.

3.1 Teknik Pengumpulan Data

3.1.1 Data Primer

Data primer yang diinput untuk keperluan penelitian ini adalah : 1. Besaran jumlah volume sampah,

2. Waktu yang diperlukan dalam transportasi angkutan sampah (ritasi perhari), 3. Jumlah lokasi tempat pembuangan sampah sementara,

4. Jumlah dan jenis kendaraan pengangkut sampah dari TPS ke TPA,

5. Kebiasaan masyarakat dalam mengelola sampah, persepsi masyarakat tentang sampah, dan partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah.

3.1.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Kantor Badan Pusat Statistik Kota Meulaboh-Aceh Barat, Dinas Kebersihan Kota Meulaboh, dan Dinas Pekerjaan umum, meliputi data-data :

1. Data demografi, layout lokasi, peta Kota Meulaboh Kecamatan Johan

Pahlawan,

(27)

3. Data jumlah fasilitas operasional mobil angkutan sampah Kecamatan Johan Pahlawan,

4. Peraturan daerah dalam pengelolaan sampah dan kebijakan pemerintah daerah tentang pengelolaan sampah.

3.2 Metode Yang Digunakan

1. Metode karakteristik pola transportasi pengangkutan sampah, digunakan untuk mengetahui sistem pengangkutan dan pola pengumpulan sampah,

2. Metode Hauled Container System (HCS), digunakan untuk menganalisa

transportasi pengangkutan sampah,

3. Metode Stationary Container System (SCS), digunakan untuk menganalisa

transportasi pengangkutan sampah,

4. Metode prediksi timbulan sampah, digunakan untuk memprediksikan volume timbulan sampah penduduk.

3.3 Pengolahan Data

1. Ekstraksi data menurut kebutuhan yang diperlukan sesuai metode yang digunakan,

(28)

27

Pada Bab ini akan disampaikan hasil berdasarkan data pengamatan analisis kinerja transportasi pengangkutan mobil sampah di Kota Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan selanjutnya dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian dengan mengunakan rumus-rumus dan teori-teori yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya.

4.1 Hasil

Hasil perhitungan yang didapat meliputi karakteristik pola transportasi

pengangkutan sampah, Hauled Container System (HCS), Stationary Container

System (SCS), dan prediksi timbulan sampah. Dimana informasi tentang sistem

pengangkutan, pola pengumpulan sampah dan kebutuhan transportasi

pengangkutan sampah sesuai dengan volume sampah yang dihasilkan di Kota Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan.

4.1.1 Jumlah timbulan sampah di Kecamatan Johan Pahlawan

Kecamatan Johan Pahlawan terdapat 21 desa/gampong dengan jumlah penduduk 65,473 jiwa seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2. Dari Tabel 4.2 dapat dilihat jumlah total jiwa per rumah dengan rata-rata jumlah jiwa/rumah untuk 21 desa/gampong sebesar 4 jiwa/rumah.

Berdasarkan SNI 19-3983-1995 dan didukung hasil wawancara kepada pegawai/petugas Dinas Kebersihan Kota Meulaboh, maka untuk menghitung besaran timbulan sampah, dapat digunakan angka timbulan sampah sebagai berikut :

Satuan timbulan sampah desa/gampong sedang = 0,700,80 kg/jiwa/hari,

(29)

Dapat diasumsikan sebesar 0,8 kg/hari untuk timbulan sampah seorang penduduk di Kecamatan Johan Pahlawan, karena Kecamatan Johan Pahlawan berada pada pusat Kota Meulaboh atau bisa disebutkan juga sebagai kecamatan kota yang merupakan kota sedang berpenduduk 65,473 jiwa berdasarkan SNI 19-3964-1994. Maka timbulan sampah di Kecamatan Johan Pahlawan adalah 65,473 jiwa dikali 0,8 kg/jiwa/hari yaitu 52378 kg/hari atau 52,378 ton/hari.

Tabel 4.1 Data Jumlah Desa/Kelurahan Kecamatan Johan Pahlawan

No.

Kode

POS Desa, Kelurahan Kecamatan, Distrik

1 23618 Blang Berandang Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh

2 23617 Drien Rampak Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh

3 23611 Gampa Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh

4 23611 Kampung Belakang Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh

5 23611 Kampung Darat Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh

6 23611 Kampung Pasir Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh

7 23614 Kuta Padang Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh

8 23618 Lapang Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh

9 23611 Leuhan Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh

10 23611 Padang Seurahet Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh

11 23612 Panggong Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh

12 23612 Pasar Aceh Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh

13 23616 Rundeng Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh

14 23611 Seuneubok Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh

15 23611 Suak Nie Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh

16 23611 Suak Raya Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh

17 23611 Suak Ribee Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh

18 23611 Suak Sigadeng Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh

19 23611 Suwak Indrapuri Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh

20 23615 Ujong Baroh Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh

21 23613 Ujung Kalak Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh

(30)

Tabel 4.2 Timbulan sampah Kota Meulaboh Dari Tahun 2009–2014

Tahun

Jumlah Penduduk

Timbulan

Sampah Jumlah Angkutan Sampah (Jiwa) (Ton/Hari) Gerobak Becak

Sampah

Sumber : Dinas Kebersihan Kota Meulaboh

Tabel 4.2 menunjukkan perbandingan jumlah kendaraan angkutan sampah terhadap jumlah timbulan sampah dan jumlah penduduk pada tahun 2009 sampai tahun 2014, tidak terdapat peningkatan yang nyata dari jumlah kendaraan truk pengangkut walaupun perbedaan jumlah timbulan sampah pada setiap tahunnya.

Tabel 4.3 Timbulan Sampah Berdasarkan Kawasan

No Kawasan Luas

1 Pemukiman 590 64.44 33.752

2 Pertokoan 182 19.88 10.412

3 Sekolahan 125 13.65 7.151

4 Perhotelan/Penginapan 8 0.87 0.458

5 Pasar 10.6 1.16 0.606

Total 915.6 100 52.378

(31)

Gambar 4.1 Timbulan Sampah Berdasarkan Kawasan Sumber : Dinas Kebersihan Kota Meulaboh

Tabel 4.3 dan Gambar 4.1 diperlihatkan bahwa sebahagian besar Kecamatan Johan Pahlawan merupakan daerah pemukiman sebesar 64%, diikuti daerah pertokoan sebesar 20%, sekolah 14%, pasar 1% dan perhotelan/penginapan 1%. Kawasan pemukiman di daerah Kecamatan Johan Pahlawan merupakan daerah pemukiman yang cukup teratur.

Gambar 4.1 kawasan pertokoan dan permukiman mendominasi

Kecamatan Johan Pahlawan, pada umumnya kedua kawasan ini menghasilkan jenis sampah kertas, kardus, plastik, sisa makanan, sampah rumah tangga, dan lain-lain.

4.1.2 Pengelolaan sampah di Kecamatan Johan Pahlawan

1. Gambaran umum pengelolaan sampah

Untuk pengumpulan sampah di Kota Meulaboh dilaksanakan sebagai berikut :

(32)

setah itu diangkut oleh gerobak sampah oleh petugas kebersihan yang dikenal sebagai petugas keliling lalu dikumpulkan di TPS (bak sampah komunal), lalu diangkut ke TPA Desa Reudep. Pemerintah Kota Meulaboh menganjurkan pembuangan sampah di pagi hari pada jam 07.00 WIB sampai dengan jam 10.00 WIB.

b. Pengumpulan sampah dengan meletakkan bak-bak sampah komunal atau tong-tong sampah pada lokasi tertentu, namun harus juga memperhatikan kondisi bak agar lahan disekitar bak tetap bersih dan tidak kotor dan perlu diperhatikan agar bak sampah diupayakan memiliki penutup.

2. Lokasi tempat pembuangan akhir sampah

Tempat pembuangan akhir sampah terletak di Desa Reudep Kecamatan Meureubo tepatnya tidak jauh dari kecamatan kota yaitu Kecamatan Johan Pahlawan. Jarak Kecamatan Johan Pahlawan ke lokasi tempat pembuangan akhir kurang lebih 16 km.

4.1.3 Pola pengumpulan sampah di Kecamatan Johan Pahlawan

Pola pengumpulan sampah yang paling sesuai di Kecamatan Johan Pahlawan dilakukan dengan dua cara pola pengumpulan sampah, yaitu pola individual langsung dan pola komunal tidak langsung. Pola individual langsung dengan truk sebagai alat angkut sampah menimbulkan gangguan pada lalu lintas dalam kegiatan pengangkutan sampah, sedangkan pola komunal tidak langsung menggunakan bak kontainer sebagai lokasi tempat pembuangan sementara.

1. Hasil pengamatan dilapangan (kondisi eksisting)

Sistem Hauled Container System yang digunakan di Kecamatan Johan

(33)

Berdasarkan pengamatan di lapangan yang ditampilkan pada Gambar 4.2, truckberangkat dari pool Dinas Kebersihan membawa bak kontainer kosong diletakkan di TPS I dan bak yang berisi di TPS I sebelumnya diangkut ke TPA. Selanjutnya bak kosong TPS I yang telah dikosongkan ke TPA diletakkan di lokasi TPS II selanjutnya dan bak yang berisi di TPS II diangkut ke TPA.

Demikian seterusnya siklus rotasi truck dengan sistem HCS cara II. Bak tersebut

di isi oleh masyarakat dan petugas kebersihan becak motor atau gerobak sampah. Pada umumnya petugas kebersihan becak atau gerobak sampah mengumpulkan sampah pada pagi hari dimulai pada jam 07.00 WIB sampai dengan jam 10.00 WIB.

Gambar 4.2 Pola Pengosongan Bak Kontainer HCS Cara II Sumber : Enri, 2010

POOL

ISI C (0)

ISI C (1) Kosong

C (1)

ISI C (2) Kosong

C (2)

(34)

Tabel 4.4 Lokasi TPS Kecamatan Johan Pahlawan

1 Jalan Imam Bonjol 2 1

(Seunebok-Drien Rampak) 2 16.3

2 Jalan Sentosa 3 1 (Drien

Rampak) 2 14.7

5 Jalan Thamrin 5 1 (Suak Indra

Puri) 2 18.42

Sumber : Hasil Pengamatan Dilapangan

Tabel 4.4 merupakan tempat peletakan bak kontainer dan jumlah bak sebagai TPS serta menerangkan jumlah pelayanan pengangkutan ke TPA dalam sehari, dan juga menerangkan jarak tempuh TPA untuk jarak pulang-pergi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.4 sampai Gambar 4.8 yang menampilkan lokasi penempatan TPS di Kecamatan Johan Pahlawan.

Tabel 4.5 Waktu Pelayanan TPS Kecamatan Johan Pahlawan No Lokasi TPS Jumlah Bak

Kontainer

Nomor Polisi Kend.Truck

Waktu Pelayanan Pengangkutan

1 Jalan Imam Bonjol 1 BL 8024 EB Jam 07.00 s/d 07.30 WIB

2 Jalan Sentosa 1 BL 8062 EB Jam 07.30 s/d 08.10 WIB

3 H.Daud Dariah 4 BL 9201 EB Jam 08.10 s/d 08.45 WIB

4 Singgah Mata I 2 BL 9194 EB Jam 08.45 s/d 09.30 WIB

5 Jalan Thamrin 1 BL 8115 E Jam 09.30 s/d 10.25 WIB

(35)

Tabel 4.5 menererangkan plat nomor polisi kendaraan truck pengangkut bak kontainer dan jam pelayanan pengangkutan sampah pada masing-masing lokasi penempatan bak kontainer.

Pola pengangkutan sampah sistem stationary container system (SCS)

dengan menggunakan truck sampah dengan ukuran 6m3 dengan daya angkut

sebesar 2,4 ton untuk bak terisi penuh.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, truck berangkat dari pool Dinas

Kebersihan dengan bak kosong lalu menuju sumber sampah pada lokasi awal, sumber sampah awal yang pertama diangkut adalah sumber sampah di jalan-jalan protokol, selanjutnya ke sumber sampah yang lain. Setelah bak sampah penuh lalu sampah dibawa ke TPA untuk dibuang. Jam pelayanan pengangkutan

sampah oleh truck dimulai sekitar pukul 07.00 WIB dengan mengutamakan

kawasan jalanan protokol selanjutnya ke kawasan permukiman. Demikian proses

sekali ritasi oleh truck, lalu truck kembali ke sumber sampah di lokasi lain

dengan maksimal 2 kali ritasi dalam sehari.

Berikut ini diterangkan rute pelayanan truck dengan sistem SCS

berdasarkan kelurahan/desa/gampong. POOL

Bak I Bak II Bak III Bak IV Bak-dst

TPA Dump

Truck

(36)

a. Desa Seuneubok

Desa Seuneubok dengan jumlah lingkungan/dusun sebanyak 4 dusun, kawasan ini sebahagian besar adalah kawasan pemukiman penduduk, perkantoran dan sekolahan. Peta jaringan jalan Desa/Gampong Seuneubok dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Desa Seuneubok Sumber : Hasil Pemantauan Dilapangan

Tabel 4.6 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Kelurahan/Gampong Seuneubok

Rute Pengambilan Sampah

Kondisi Bak Truck

Jarak (km)

Waktu (jam)

Kecepatan (km/jam)

Kantor DK ke Jalan Bungong Jaroo Kosong 0 0.00 15

Jalan Bungong Jaroo ke Jalan Singgah Mata 2 isi 0.275 0.18 40

Jalan Singgah Mata 2 ke Beringin Jaya isi 1.373 1.37 60

Jalan Beringin Jaya Ke Jalan Imam Bonjol isi 0.65 0.22 20

Jalan Imam Bonjol ke Jalan Kayu Putih Penuh Ke

TPA 14.7 4.90 20

Total 16.998 6.67 31

Sumber : Dinas Kebersihan Kota Meulaboh

(37)

Kelurahan/Gampong Seuneubok dengan 2 kali ritasi dalam sehari adalah 16,998 km dan 6,67 jam kerja.

b. Desa Drien Rampak

Desa Drien Rampak dengan jumlah lingkungan/dusun sebanyak 6 dusun,

kawasan ini sebahagian besar adalah kawasan pemukiman penduduk,

perkantoran, pertokoan, pasar buah, rumah sakit, warkop, warung makan dan sekolahan. Peta jaringan jalan Desa/Gampong Drien Rampak dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Desa Drien Rampak Sumber : Hasil Pemantauan Dilapangan

Tabel 4.7 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Kelurahan/Gampong Drien Rampak

Kantor DK ke Simpang Kisaran Kosong 0.1 0.03 20

Simpang Kisaran ke Manek Roe isi 0.229 0.08 20

Manek Roe ke Swadaya isi 0.74 0.25 20

Swadaya ke jalan Nasional isi 0.271 0.09 20

Gajah Mada Ke Lr. Bayu isi 0.52 0.17 20

Lr. Bayu ke jalan Sisingamangaraja isi 0.217 0.07 20

Jalan Sisingamangaraja ke Jalan Sentosa isi 0.758 0.25 20

Jalan Sentosa ke Jalan Nasional Penuh

ke TPA 14.3 16.68 70

Total 17.135 17.63 26.25

Sumber : Dinas Kebersihan Kota Meulaboh

(38)

Tabel 4.7 dapat diasumsikan kecepatan truk apabila truk kosong dan truk bak penuh, masing-masing 20 km/jam dengan rata-rata kecepatan truk 26,25 km/jam, maka diperoleh jarak tempuh total dan waktu total untuk Kelurahan/Gampong Drien Rampak dengan 2 kali ritasi dalam sehari adalah 17,135 km dan 17,63 jam kerja.

c. Desa Ujong Baroh

Desa Ujong Baroh dengan jumlah lingkungan/dusun sebanyak 6 dusun, kawasan ini sebahagian besar adalah kawasan pemukiman penduduk, bank, pegadaian, pertokoan, pasar ikan, pasar sayur, pasar buah, warkop, warung makan dan pasar tradisional. Peta jaringan jalan Desa/Gampong Ujong Baroh dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Desa Ujong Baroh Sumber : Hasil Pemantauan Dilapangan

Tabel 4.8 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Kelurahan/Gampong Ujong Baroh

Simpang Pelor Ke Jalan Blang Puloe isi 0.215 0.07 20

Jalan Blang Puloe Daud Dariah isi 0.302 0.10 20

Daud Dariah Ke Jalan T. Chik Ali Akbar isi 0.492 0.16 20

Jalan T. Chik Ali Akbar Jalan Cendra Wasih Penuh ke

TPA 14 4.67 20

Total 15.009 5.00 20

Sumber : Dinas Kebersihan Kota Meulaboh

(39)

Tabel 4.8 dapat diasumsikan kecepatan truk apabila truk kosong dan truk bak penuh, masing-masing 20 km/jam dengan rata-rata kecepatan truk 20 km/jam, maka diperoleh jarak tempuh total dan waktu total untuk Kelurahan/Gampong Ujong Baroh dengan 2 kali ritasi dalam sehari adalah 15,009 km dan 5,00 jam kerja.

d. Desa Kuta Padang, Ujong Kalak, dan Rundeng

Desa-desa tersebut mempunyai dusun masing-masing antara lain Kuta Padang sebanyak 6 dusun, Ujong Kalak sebanyak 5 dusun, dan Kampung Belakang sebanyak 4 dusun, kawasan ini sebahagian besar adalah kawasan pemukiman penduduk, pertokoan, praktek dokter, perkantoran, pusat hiburan dan tempat rekreasi, warkop, warung makan, kantor bank, sekolah, terminal angkutan penumpang dan bengkel. Peta jaringan jalan Desa/Gampong Kuta Padang, Ujong Kalak, dan Rundeng dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Desa Kuta Padang, Ujong Kalak, dan Rundeng

Sumber : Hasil Pemantauan Dilapangan

(40)

Tabel 4.9 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Kelurahan/Gampong Kuta Padang, Ujong Kalak, dan Rundeng

Rute Pengambilan Sampah

Jalan Maneuk Roe ke Ke Jalan Iskanr muda isi 0.872 0.29 20

Jalan Iskandar Muda Ke Simpang Pelor isi 0.897 0.30 20

Simpang Pelor Ke Bukit Kuali 1si 0.35 0.12 20

Bukit Kuali ke Jalan Geurutee isi 0.806 0.27 20

Jalan Geurutee ke Jalan Nasional isi 0.06 0.02 20

Jalan Nasional Ke jalan Singgah Mata Penuh

Ke TPA 15.6 18.20 70

Total 18.585 19.20 28.33

Sumber : Dinas Kebersihan Kota Meulaboh

Tabel 4.9 dapat diasumsikan kecepatan truk apabila truk kosong dan truk bak penuh, masing-masing 20 km/jam dengan rata-rata kecepatan truk 28,33 km/jam, maka diperoleh jarak tempuh total dan waktu total untuk Kelurahan/Gampong Kuta Padang, Ujong Kalak, dan Rundeng dengan 2 kali ritasi dalam sehari adalah 18,585 km dan 19,20 jam kerja.

e. Desa Suak Indra Puri, Kampung Pasir, Panggong, dan Kampung Belakang

(41)

Gambar 4.8 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Desa Suak Indra Puri, Kampung Pasir, Panggong, dan Kampung Belakang

Sumber : Hasil Pemantauan Dilapangan

Tabel 4.10 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Kelurahan/Gampong Suak Indra Puri, Kampung Pasir, Panggong, dan Kampung Belakang Rute Pengambilan Sampah

Kondisi Bak Truck

Jarak (km)

Waktu (jam)

Kecepatan (km/jam)

Jalan Merdeka Ke Jalan Sutomo isi 0.32 0.11 20

Jalan Sutomo Ke Jalan Pocut Baren isi 0.229 0.08 20

Pocut Baren Ke Merdeka isi 0.135 0.05 20

Jalan Merdeka ke Tamren isi 0.257 0.09 20

Jalan Tamren Ke Jalan Pahlawan isi 0.195 0.07 20

Jalan Pahlawan Ke Jalan Ponegoro isi 0.158 0.05 20

Jalan Ponegoro ke Jalan Kampung Belakang Penuh Ke

TPA 17.6 17.60 60

Total 18.894 18.03 25.71

Sumber : Dinas Kebersihan Kota Meulaboh

(42)

Kelurahan/Gampong Suak Indra Puri, Kampung Pasir, Panggong, dan Kampung Belakang dengan 2 kali ritasi dalam sehari adalah 18,894 km dan 18.03 jam kerja.

4.2 Pembahasan

Jumlah kendaraan pengangkut sampah dan rata-rata produksi sampah per hari pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 di Kecamatan Johan Pahlawan dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Banyaknya Sampah dan Truck Sampah di Kecamatan Johan Pahlawan

Total timbulan sampah pada tahun 2014 adalah rata-rata produksi per hari 144,053 ton/hari dan operasional jam kerja satu hari adalah 8,57 jam. Pola

Rata-rata

1 Blang Berandang 1.895 1.945 1.995 2.045 2.095 2.145 2 Drien Rampak 14.9 14.95 15 15.05 15.1 15.15

3 Gampa 3.29 3.34 3.39 3.44 3.49 3.54

4 Kampung Belakang 5.0875 5.1375 5.1875 5.2375 5.2875 5.3375 5 Kampung Darat 0.975 1.025 1.075 1.125 1.175 1.225 6 Kampung Pasir 3.1625 3.2125 3.2625 3.3125 3.3625 3.4125 7 Kuta Padang 11.3425 11.3925 11.4425 11.4925 11.5425 11.5925 8 Lapang 7.205 7.255 7.305 7.355 7.405 7.455

9 Leuhan 1.98 2.03 2.08 2.13 2.18 2.23

10 Padang Seurahet 9.4425 9.4925 9.5425 9.5925 9.6425 9.6925 11 Panggong 4.785 4.835 4.885 4.935 4.985 5.035 12 Pasar Aceh 0.1975 0.2475 0.2975 0.3475 0.3975 0.4475 13 Rundeng 9.8575 9.9075 9.9575 10.0075 10.0575 10.1075 14 Seuneubok 9.075 9.125 9.175 9.225 9.275 9.325 15 Suak Nie 0.3425 0.3925 0.4425 0.4925 0.5425 0.5925

16 Suak Raya 1.71 1.76 1.81 1.86 1.91 1.96

17 Suak Ribee 6.905 6.955 7.005 7.055 7.105 7.155 18 Suak Sigadeng 4.805 4.855 4.905 4.955 5.005 5.055 19 Suwak Indrapuri 8.515 8.565 8.615 8.665 8.715 8.765 20 Ujong Baroh 17.51 17.56 17.61 17.66 17.71 17.76 21 Ujung Kalak 15.82 15.87 15.92 15.97 16.02 16.07

Sumber : Dinas Kebersihan Kota Meulaboh

Tahun 2014 Tahun 2013

No Nama Desa/Gampong

Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

(43)

pengumpulan sampah pada Kecamatan Johan Pahlawan yaitu pola individual tidak langsung. Pola tersebut dilakukan dengan cara mengumpulkan sampah dari sumber sampah lalu diangkut oleh gerobak/becak motor sampah kemudian dikumpulkan pada titik komunal bak sampah (TPS) lalu diangkut menuju ke TPA.

Jadwal pengumpulan sampah berdasarkan pedoman Departemen

Permukiman dan Prasarana Wilayah dalam Enri (2010) adalah pada saat tidak mengganggu aktivitas masyarakat terpadat, yaitu jam 07.00 WIB sampai dengan jam 10.00 WIB.

Kebutuhan alat pengangkut sampah pada Kecamatan Johan Pahlawan adalah :

- Kebutuhan gerobak/becak motor sampah kapasitas 1m3

Berdasarkan SNI 3242 tahun 2008 untuk 1 unit gerobak/becak motor sampah kapasitas 1m3 memiliki kapasitas pelayanan untuk 1250 jiwa. Kecamatan Johan Pahlawan memiliki jumlah penduduk 65,473 jiwa maka dibutuhkan 62 unit gerobak/becak motor sampah dalam pengumpulan sampah.

- Kebutuhantruckkapasitas 6m³ daya angkut 2,4 ton

Truck ditempatkan dilokasi titik komunal sebagai tempat pembuangan sampah dengan 2 kali ritasi dalam satu hari disebarkan untuk 21 kelurahan/desa, dengan masing-masing satu unit untuk satu kelurahan. Jadwal pengambilan bak/kontainer sampah besar pada TPS sebaiknya diterapkan pada pukul 10.30 WIB. Kebutuhan truck pengangkut sampah dengan penghasilan sampah per hari dengan total

144,053 ton, maka diperlukan penambahantruck dari dasar 15 unittruckmenjadi

24 unit truck kekurangan truck pengangkut sampah di tahun 2014 berjumlah 9 unit dengan sekali jalan. Apabila dalam sehari 2 ritasi maka tidak perlu

(44)

43

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab IV mengenai analisis kinerja transportasi pengangkutan mobil sampah di Kota Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran.

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil pengolahan data dan pembahasan mengenai beberapa faktor tentang sistem pengangkutan, pola pengumpulan sampah dan kebutuhan transportasi pengangkutan sampah sesuai dengan volume sampah yang dihasilkan di Kota Meulaboh saat ini adalah :

1. Jumlah total timbulan sampah pada tahun 2014 dengan rata-rata produksi per hari 144,053 ton/hari dan operasional jam kerja satu hari adalah 8,57 jam. 2. Pola pengumpulan sampah pada Kecamatan Johan Pahlawan menggunakan

pola individual tidak langsung yang caranya mengumpulkan sampah dari sumber sampah lalu diangkut oleh gerobak/becak motor sampah kemudian dikumpulkan pada titik komunal bak sampah (TPS) lalu diangkut menuju ke TPA.

3. Berdasarkan SNI 19-3983-1995 untuk 1 unit gerobak/becak motor sampah

kapasitas 1m3 memiliki kapasitas pelayanan untuk 1250 jiwa. Kecamatan

Johan Pahlawan memiliki jumlah penduduk 65,473 jiwa maka dibutuhkan 62 unit gerobak/becak motor sampah dalam pengumpulan sampah. Sedangkan kebutuhan truck kapasitas 6m³ atau dengan daya angkut 2,4 ton penghasilan

sampah per hari dengan total 144,053 ton, maka diperlukan penambahan truck

dari dasar 15 unit truck menjadi 24 unit truck kekurangan truck pengangkut sampah di tahun 2014 berjumlah 9 unit. Apabila dalam sehari 2 ritasi

(45)

5.2 Saran

Saran-saran yang dapat diberikan terkait dengan kesimpulan yang ada, dan beberapa saran yang diusulkan untuk melengkapi penulisan Tugas Akhir ini adalah :

1. Tingkatkan pengawasan kepada petugas pengangkut sampah, yang bertujuan agar dapat memaksimalkan jam kerja dilapangan sesuai dengan jadwal yang ditentukan dan dapat memaksimalkan pengangkutan sampah dengan mengambil seluruh sampah dari sumber sampah.

2. Tetapkan jam pelayanan yang baik dalam pengambilan/pengangkutan sampah, agar tidak mengganggu lalu lintas terutama pada saat jam puncak kepadatan arus lalu lintas.

3. Berikan lokasi khusus dan dikelola secara baik dalam penempatan bak sampah komunal, dalam mendukung pelayanan pengelolaan sampah di Kecamatan Johan Pahlawan.

4. Penetapan rute-rute efektif yang harus dilalui oleh kendaraan pengangkut sampah pada Kecamatan Johan Pahlawan.

5. Penangangan khusus untuk peningkatan jumlah dan perawatan dari kendaraan pengumpul ataupun pengangkut sampah agak kinerja pelayanan pengangkutan sampah tidak terganggu.

6. Dibutuhkan bak-bak sampah untuk menampung sampah dari sumber sampah agar tidak menyebabkan penyakit dan sampah tidak tersebar baik di jalan atau lingkungan yang ada disekitarnya sehingga mengurangi nilai estetika dan kebersihan Kecamatan Johan Pahlawan.

7. Partisipasi aktif dari masyarakat Kecamatan Johan Pahlawan dan kecamatan-kecamatan lainnya dalam penanganan masalah sampah agar menjadi tanggung jawab bersama.

(46)

45

Anonim, 2008,Pengelolaan Sampah, Undang-Undang Republik Indonesia No.

18, Jakarta.

Anonim, 2002, Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan

(SNI 19-2454-2002), Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Anonim, 1995, Standar Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan

Kota Sedang di Indonesia (SNI 19-3983-1995), Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Anonim, 1991, Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan

Komposisi Sampah Perkotaan (SNI M 36-1991-03), Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Anonim, 1987,Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah di Bidang Pekerjaan

Umum Kepada Daerah, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.14, Jakarta.

Chandra, Budiman., 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Penerbit Buku

Kedokteran, EGC, Jakarta.

Dainur, 1995, Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, Widya

Medika, Jakarta.

Damanhuri, Enri, 2010, Permasalahan dan Alternatif Teknologi Pengelolaan

Sampah Kota di Indonesia, Seminar Tekologi Untuk Negeri Volume I, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta.

Derajat, S., dan Chaerul, M., 2009, Evaluasi Sistem Pengangkutan Sampah di Wilayah Bandung Utara, FTSL ITB, Bandung.

Kodoatie, R.J., 2005, Pengantar Manajemen Infrastruktur, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta.

Mukono, 2006, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Airlangga University

Press, Surabaya.

Peavy, H.S., Rowe, D.R., Tchobanoglous, G., 1985,Environmental Engineering,

Gambar

Tabel 2.1 Timbulan sampah berdasarkan sumbernya
Gambar 2.2 : Sistem Pengumpulan Sampah Secara Tidak Langsung
Gambar 2.3 Gerobak Sampah
Gambar 2.4 Becak Motor Sampah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Biaya operasional kendaraan pengangkut sampah merupakan jumlah rupiah yang dikeluarkan oleh pengelola pengangkutan sampah untuk setiap satuan jarak tempuh sehingga bila

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperoleh gambaran dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai prosedur pengangkutan barang ekspor dengan pola

Proses pengumpulan sampah sampai pembuangan akhir dimulai dari pengumpulan sampah dari sumber-sumber sampah seperti dari rumah tangga, pasar, toko, kantor, dan tempat-tempat

Judul : Penentuan Rute Terpendek Sistem Pengangkutan Sampah Kota Medan dengan Menggunakan Algoritma Dijkstra (Studi Kasus: Kecamatan Medan Baru).. Kategori :

PENENTUAN RUTE TERPENDEK SISTEM PENGANGKUTAN SAMPAH KOTA MEDAN DENGAN MENGGUNAKAN..

kesempatan untuk melaksanakan penyusunan Tugas Akhir ini dengan Judul : “Evalasi Sistem Pengangkutan dan Pengelolaan Sampah di Kota Toboali”.. Penyusunan Tugas Akhir ini

Hasil penelitian yang sudah dijalankan berupa data transportasi pengangkutan sampah tiap kecamatan di Palembang dan pendolahan data dengan memodelkan data jarak

Hasil running dari Network Analyst untuk sistem pengangkutan sampah Kota Marabahan yang menggunakan pola SCS menghasilkan jarak rute alternatif yang lebih pendek