• Tidak ada hasil yang ditemukan

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011

TENTANG

SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR,

Menimbang : a. bahwa pelaksanaan tugas, fungsi dan kewenangan pada Satuan Kerja Perangkat Kabupaten sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini sehingga perlu dilakukan penataan kembali kelembangan perangkat daerah;

b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 100 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh disebutkan bahwa Perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas sekretariat daerah kabupaten/kota, sekretariat DPRK, dinas kabupaten/kota, lembaga teknis kabupaten/kota, kecamatan yang diatur dengan qanun kabupaten/kota ;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Qanun Kabupaten Aceh Timur tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Aceh Timur.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1092);

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1103);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);

(2)

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3894);

6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

9. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4263);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

12. Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan Qanun (Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2007 Nomor 03, Tambahan Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 03).

(3)

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN ACEH TIMUR dan

BUPATI ACEH TIMUR MEMUTUSKAN:

Menetapkan : QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan: 1. Kabupaten adalah Kabupaten Aceh Timur.

2. Pemerintahan Kabupaten adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Timur dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh Timur sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing. 3. Pemerintah Daerah Kabupaten yang selanjutnya disebut

Pemerintah Kabupaten adalah unsur penyelenggara pemerintahan Kabupaten Aceh Timur yang terdiri atas Bupati dan perangkat daerah Kabupaten Aceh Timur.

4. Bupati adalah Bupati Aceh Timur.

5. Sekretaris Daerah Kabupaten yang selanjutnya disebut Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Timur.

6. Satuan Kerja Perangkat Kabupaten yang selanjutnya disingkat SKPK adalah Perangkat Daerah pada Pemerintah Kabupaten Aceh Timur.

7. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dalam penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten yang terdiri dari Setdakab, Sekretariat DPRK, Dinas Daerah Kabupaten, Lembaga Teknis Daerah Kabupaten dan Kecamatan.

8. Dinas adalah unsur pelaksana urusan otonomi daerah Pemerintah Kabupaten Aceh Timur.

9. Unit Pelaksana Teknis Dinas yang selanjutnya disingkat UPTD adalah unit pelaksana teknis pada dinas.

12. Kelompok Jabatan Fungsional adalah kelompok jabatan untuk melaksanakan sebagian tugas Pemerintah Kabupaten sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

13. Eselon adalah tingkatan jabatan struktural.

14. Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten yang selanjutnya disingkat APBK adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Timur.

(4)

BAB II PEMBENTUKAN

Pasal 2

Dengan Qanun ini dibentuk susunan organisasi dan tata kerja dinas-dinas di lingkungan Pemerintah Kabupaten sebagai berikut: 1. Dinas Syariat Islam;

2. Dinas Kesehatan; 3. Dinas Pendidikan; 4. Dinas Pekerjaan Umum;

5. Dinas Pertanian dan Hortikultura;

6. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika; 7. Dinas Kelautan dan Perikanan;

8. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil;

9. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk; 10. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan;

11. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah;

12. Dinas Kehutanan dan Perkebunan; dan

13. Dinas Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah.

Pasal 3

(1) Dinas merupakan unsur pelaksana otonomi daerah.

(2) Dinas mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintah Kabupaten berdasarkan azas otonomi, penyelenggaraan keistimewaan dan kekhususan Aceh serta tugas pembantuan. (3) Dinas-dinas dalam melaksanakan tugas sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;

b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(4) Dinas dipimpin oleh Kepala Dinas.

(5) Kepala Dinas berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

(6) Pada dinas-dinas dapat dibentuk UPTD untuk melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kecamatan.

Bagian Kesatu Dinas Syariat Islam

Paragraf 1

Susunan dan Kedudukan Pasal 4

(1) Susunan organisasi Dinas Syariat Islam terdiri dari: a. Kepala Dinas;

(5)

b. Sekretariat;

c. Bidang Bina Peribadatan; d. Bidang Bina Syariat Islam; e. Bidang Dakwah dan Syiar Islam; f. UPTD; dan

g. Kelompok Jabatan Fungsional. (2) Sekretariat terdiri dari:

a. Subbagian Umum;

b. Subbagian Keuangan; dan

c. Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan. (3) Bidang Bina Peribadatan terdiri dari:

a. Seksi Pembinaan Peribadatan; b. Seksi Penataan Sarana; dan

c. Seksi Pembinaan Tenaga Peribadatan. (4) Bidang Bina Syariat Islam terdiri dari:

a. Seksi Pembinaan Hukum Syariat Islam;

b. Seksi Kerjasama Antarlembaga Penegakan Hukum; dan c. Seksi Pelatihan dan Pengembangan Tenaga Syariat Islam. (5) Bidang Dakwah dan Syiar Islam terdiri dari:

a. Seksi Dakwah Islam; b. Seksi Syiar Islam; dan

c. Seksi Pengembangan Lembaga Dakwah.

Pasal 5

(1) Dinas Syariat Islam adalah perangkat daerah sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten dibidang keistimewaan dan kekhususan pelaksanaan Syariat Islam.

(2) Dinas Syariat Islam dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Paragraf 2

Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan Pasal 6

Dinas Syariat Islam mempunyai tugas melaksanakan tugas umum dan khusus Pemerintah Kabupaten dan pembangunan dibidang pelaksanaan Syariat Islam berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pasal 7

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Dinas Syariat Islam mempunyai fungsi:

a. pelaksanaan urusan ketatausahaan dinas;

b. penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang;

c. pelaksanaan tugas penelitian, pemantauan, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan Syariat Islam;

d. pelaksanaan kelancaran ketertiban peribadatan, penataan sarana dan dakwah, penyemarakan Syiar Islam, pengembangan serta pembinaan lembaga-lembaga keagamaan Islam;

(6)

e. penyiapan sumber daya yang berhubungan dengan pelaksanaan Syariat Islam dan penegakan hukum syariat; f. pelaksanaan bimbingan dan pengawasan terhadap

pelaksanaan Syariat Islam di tengah-tengah masyarakat; g. penyiapan rancangan qanun dan produk hukum lainnya

tentang pelaksanaan Syariat Islam dan penyebarluasannya serta menjalin kemitraan dengan lembaga-lembaga penegakan hukum lainnya; dan

h. pembinaan UPTD.

Pasal 8

Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Dinas Syariat Islam mempunyai kewenangan:

a. menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan di lingkungan Dinas Syariat Islam;

b. merencanakan program dibidang Syariat Islam; c. melestarikan nilai-nilai Islami;

d. melakukan penelitian dan pengembangan dibidang pelaksanaan Syariat Islam;

e. mengawasi dan membimbing pelaksanaan Syariat islam;

f. melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga penegakan hukum syariat; dan

g. membina dan mengawasi Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ).

Pasal 9

(1) Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

(2) Bidang-bidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

(3) Subbagian-subbagian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris sesuai dengan bidang tugasnya.

(4) Seksi-seksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang sesuai dengan bidang tugasnya.

Bagian Kedua Dinas Kesehatan

Paragraf 1

Susunan dan Kedudukan Pasal 10

(1) Susunan organisasi Dinas Kesehatan terdiri dari: a. Kepala Dinas;

b. Sekretariat;

(7)

d. Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan;

e. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan; f. Bidang Jaminan dan Sarana Kesehatan;

g. UPTD; dan

h. Kelompok Jabatan Fungsional. (2) Sekretariat terdiri dari:

a. Subbagian Penyusunan Program; b. Subbagian Tata Usaha; dan

c. Subbagian Keuangan dan Perlengkapan. (3) Bidang Pelayanan Kesehatan terdiri dari:

a. Seksi Kesehatan Dasar;

b. Seksi Kesehatan Rujukan; dan c. Seksi Kesehatan Khusus.

(4) Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan terdiri dari: a. Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit; b. Seksi Wabah dan Bencana; dan

c. Seksi Kesehatan Lingkungan.

(5) Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan terdiri dari:

a. Seksi Perencanaan dan Pendayagunaan; b. Seksi Pendidikan dan Pelatihan; dan c. Seksi Registrasi dan Akreditasi.

(6) Bidang Jaminan dan Sarana Kesehatan terdiri dari: a. Seksi Jaminan Kesehatan;

b. Seksi Sarana dan Peralatan Kesehatan; dan c. Seksi Kefarmasian.

Pasal 11

(1) Dinas Kesehatan adalah perangkat daerah sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten dibidang kesehatan.

(2) Dinas kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Paragraf 2

Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan Pasal 12

Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan tugas umum pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat dibidang kesehatan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pasal 13

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Dinas Kesehatan mempunyai fungsi:

a. pelaksanaan urusan ketatausahaan dinas;

b. penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang;

c. penyusunan program dan kebijaksanaan teknis dibidang kesehatan;

(8)

d. pelaksanaan pembinaan dan pengendalian dibidang kesehatan meliputi bidang pelayanan kesehatan, pengendalian masalah kesehatan, jaminan dan sarana kesehatan dan penyuluhan kesehatan masyarakat;

e. mengawasi dan membina kegiatan UPTD baik secara teknis maupun operasional;

f. pelaksanaan hubungan kerjasama dengan instansi pemerintah, lembaga swasta dan organisasi kemasyarakatan;

g. pelaksanaan uji kompetensi tenaga kesehatan;

h. pengawasan dan pengendalian internal pelaksanaan program-program kesehatan;

i. pemantauan, evaluasi dan pelaporan;

j. pelaksanaan pembinaan operasional dibidang kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan

k. pembinaan UPTD.

Pasal 14

Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Dinas Kesehatan mempunyai kewenangan sebagai berikut:

a. menetapkan pedoman penyuluhan dan kampanye kesehatan; b. mengelola dan memberikan izin sarana dan prasarana

kesehatan serta sarana dan prasarana pelayanan kesehatan lainnya;

c. memberikan sertifikasi teknologi kesehatan;

d. melaksanakan surveilans epidemiologi serta penanggulangan wabah penyakit dan kejadian luar biasa;

e. merencanakan kebutuhan tenaga kesehatan strategis dan bimbingan teknis tenaga kesehatan; dan

f. merencanakan dan mengendalikan pembangunan dibidang kesehatan.

Pasal 15

(1) Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

(2) Bidang-bidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

(3) Subbagian-subbagian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris sesuai dengan bidang tugasnya.

(4) Seksi-seksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang sesuai dengan bidang tugasnya.

(9)

Bagian Ketiga Dinas Pendidikan

Paragraf 1

Susunan dan Kedudukan Pasal 16

(1) Susunan Organisasi Dinas Pendidikan terdiri dari: a. Kepala Dinas;

b. Sekretariat;

c. Bidang Sarana dan Prasarana Pendidikan;

d. Bidang Pendidikan Prasekolah dan Pendidikan Dasar; e. Bidang Pendidikan Menegah;

f. Bidang Pendidikan Luar Biasa dan Luar Sekolah; g. UPTD; dan

h. Kelompok Jabatan Fungsional. (2) Sekretariat terdiri dari:

a. Subbagian Umum;

b. Subbagian Keuangan; dan

c. Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan. (3) Bidang Sarana dan Prasarana Pendidikan terdiri dari:

a. Seksi Pengadaan Sarana Pendidikan;

b. Seksi Penyediaan Peralatan dan Modul; dan c. Seksi Rehabilitasi Sarana dan Prasarana.

(4) Bidang Pendidikan Prasekolah dan Pendidikan Dasar terdiri dari:

a. Seksi Pengembangan Kurikulum; b. Seksi Tenaga Teknis; dan

c. Seksi Pengembangan Tenaga Kependidikan. (5) Bidang Pendidikan Menengah terdiri dari:

a. Seksi Pengembangan Kurikulum; b. Seksi Tenaga Teknis; dan

c. Seksi Pengembangan Tenaga Kependidikan.

(6) Bidang Pendidikan Luar Biasa dan Luar Sekolah terdiri dari: a. Seksi Pengembangan Kurikulum;

b. Seksi Pendidikan Luar Biasa; dan c. Seksi Pendidikan Luar Sekolah.

Pasal 17

(1) Dinas Pendidikan adalah perangkat daerah sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten dibidang pendidikan.

(2) Dinas Pendidikan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Paragraf 2

Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan Pasal 18

Dinas Pendidikan mempunyai tugas melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan dibidang pendidikan dan pengajaran berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(10)

Pasal 19

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Dinas Pendidikan mempunyai fungsi:

a. pelaksanaan urusan ketatausahaan dinas;

b. penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang;

c. penyusunan kebijakan teknis dibidang pendidikan dan pengajaran;

d. pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum dibidang pendidikan dan pengajaran;

e. penyiapan rancangan qanun dan produk hukum dibidang penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran;

f. pembinaan teknis pendidikan dan pengajaran;

g. pemantauan, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran; dan

h. pembinaan UPTD.

Pasal 20

Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Dinas Pendidikan mempunyai kewenangan:

a. mengembangkan dan mengatur berbagai jenis, jalur dan jenjang pendidikan serta menambah materi muatan lokal sesuai dengan Syariat Islam;

b. mengembangkan dan mengatur Lembaga Pendidikan Agama Islam bagi pemeluknya diberbagai jenis, jalur, dan jenjang pendidikan;

c. menetapkan kebijakan tentang penerimaan siswa dan mahasiswa dari masyarakat minoritas, terbelakang dan/atau tidak mampu;

d. menyediakan bantuan pengadaan buku pelajaran pokok/modul pendidikan untuk Taman Kanak-kanak, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Luar Sekolah;

e. mendukung/membantu penyelenggarakan Pendidikan Tinggi selain pengaturan kurikulum, akreditasi dan pengangkatan tenaga akademis;

f. menyelenggarakan sekolah luar biasa dan balai pelatihan atau penataran guru;

g. merencanakan dan mengendalikan pembangunan regional secara makro bidang pendidikan;

h. melaksanakan pendidikan dan pelatihan dibidang pendidikan dan pengajaran; dan

i. mengalokasikan sumber daya manusia potensial.

Pasal 21

(1) Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

(2) Bidang-bidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

(11)

(3) Subbagian-subbagian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris sesuai dengan bidang tugasnya.

(4) Seksi-seksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang sesuai dengan bidang tugasnya.

Bagian Keempat Dinas Pekerjaan Umum

Paragraf 1

Susunan dan Kedudukan Pasal 22

(1) Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum terdiri dari : a. Kepala Dinas;

b. Sekretariat;

c. Bidang Bina Program; d. Bidang Bina Marga; e. Bidang Cipta Karya; f. Bidang Pengairan; g. Bidang Tata Ruang; h. UPTD; dan

i. Kelompok Jabatan Fungsional. (2) Sekretariat terdiri dari:

a. Subbagian Umum;

b. Subbagian Keuangan; dan

c. Subbagian Evaluasi dan Pelaporan. (3) Bidang Bina Program terdiri atas:

a. Seksi Data dan Informasi; b. Seksi Perencanaan Teknis; dan c. Seksi Perizinan dan Peralatan (4) Bidang Bina Marga terdiri atas:

a. Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan; b. Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan; dan c. Seksi Pengujian Tanah dan Bahan.

(5) Bidang Cipta Karya terdiri dari: a. Seksi Tata Bangunan; b. Seksi Perumahan; dan

c. Seksi Penyehatan Lingkungan. (6) Bidang Pengairan terdiri dari:

a. Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Irigasi; b. Seksi Tata Guna Air; dan

c. Seksi Pengembangan Rawa, Sungai dan Pantai. (7) Bidang Tata Ruang terdiri dari:

a. Seksi Perencanaan Tata Ruang; b. Seksi Pemanfaatan Bangunan; dan c. Seksi Pemantauan dan Pengendalian.

(12)

Pasal 23

(1) Dinas Pekerjaan Umum adalah perangkat daerah sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten dibidang pekerjaan umum.

(2) Dinas Pekerjaan Umum dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Paragraf 2

Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan Pasal 24

Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan dibidang jalan, jembatan, gedung pemerintah dan penataan perkotaan serta permukiman sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 25

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Dinas Pekerjaan Umum mempunyai fungsi:

a. pelaksanaan urusan ketatausahaan dinas;

b. penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang;

c. perumusan kebijakan teknis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

d. penyelenggaraan tugas dilingkup dinas termasuk perizinan dan pelayanan umum;

e. pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di lingkup Dinas Pekerjaan Umum;

f. pengelolaan peralatan di lingkup Dinas Pekerjaan Umum; g. pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian

terhadap pelaksanaan tugas dibidang pekerjaan umum; dan h. pembinaan UPTD.

Pasal 26

Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, Dinas Pekerjaan Umum mempunyai kewenangan sebagai berikut:

a. merencanakan pembangunan dan pemeliharaan jalan kabupaten;

b. menyusun dan menetapkan jaringan transportasi jalan kabupaten;

c. memberikan dukungan/bantuan dalam pengembangan bina marga beserta simbul-simbulnya serta jalan bebas hambatan; d. melaksanakan pemberian izin pembangunan jalan bebas

hambatan dalam kabupaten;

e. melaksanakan rumusan perencanaan, kebijaksanaan teknis pembangunan, pengelolaan, pembinaan umum, pemberian bimbingan dan perizinan sesuai dengan kebijaksaan yang ditetapkan oleh Bupati;

f. melaksanakan pengawasan dan pengendalian teknis dibidang pekerjaan umum;

(13)

g. melakukan pembinaan dan bimbingan yang bersifat teknis terhadap institusi yang menangani pekerjaan umum;

h. melaksanakan penanganan penanggulangan kerusakan dibidang pekerjaan umum akibat bencana alam;

i. melakukan pengujian, pengembangan dan pengelolaan peralatan dan perbekalan;

j. mengelola tata usaha dinas;

k. melaksanakan pengembangan pekerjaan umum serta pengaturan pelayanan jasa pengujian mutu kontruksi;

l. merencanakan pembangunan dan pemeliharaan prasarana dan sarana perkotaan permukiman kawasan, lingkungan dalam kabupaten;

m. menyiapkan tata ruang kabupaten;

n. menyiapkan dukungan/bantuan dalam pengembangan kawasan tata ruang dan permukiman;

o. melaksanakan pengawasan dan pengendalian teknis dibidang pembangunan gedung;

p. melakukan penelitian dan bimbingan pembangunan dibidang perumahan dan permukiman;

q. menyusun dan menetapkan kawasan jaringan penyediaan air bersih dan air limbah, drainase dan persampahan;

r. memberi rekomendasi pembangunan gedung baru dan izin untuk mengubah atau membongkar bangunan-bangunan yang bersejarah serta mengadakan perubahan dan pembongkaran bangunan-bangunan yang tidak layak huni;

s. melaksanakan koordinasi penanggulangan akibat bencana alam dibidang perkotaan dan permukiman;

t. mengelola gedung-gedung Pemerintah Kabupaten dan rumah-rumah dinas; dan

u. melaksanakan pembangunan, perbaikan prasarana dan sarana permukiman dan jaringan air bersih serta air limbah di kabupaten beserta bangunan sarana dan prasarana pelengkapnya.

Pasal 27

(1) Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

(2) Bidang-bidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

(3) Subbagian-subbagian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris sesuai dengan bidang tugasnya.

(4) Seksi-seksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang sesuai dengan bidang tugasnya.

(14)

Bagian Kelima

Dinas Pertanian dan Hortikultura Paragraf 1

Susunan dan Kedudukan Pasal 28

(1) Susunan Organisasi Dinas Pertanian dan Hortikultura, terdiri dari:

a. Kepala Dinas; b. Sekretariat;

c. Bidang Produksi Padi dan Palawija; d. Bidang Produksi Hortikultura;

e. Bidang Usaha Tani dan Pengembangan Lahan; f. Bidang Perlindungan Tanaman;

g. UPTD; dan

h. Kelompok Jabatan Fungsional. (2) Sekretariat, terdiri dari:

a. Subbagian Umum;

b. Subbagian Keuangan; dan

c. Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan. (3) Bidang Produksi Padi dan Palawija, terdiri dari:

a. Seksi Peningkatan Produksi Padi;

b. Seksi Peningkatan Produksi Palawija; dan c. Seksi Peningkatan Produksi Benih.

(4) Bidang Produksi Hortikultura, terdiri dari: a. Seksi Produksi Buah-Buahan;

b. Seksi Produksi Sayur-Sayuran; dan c. Seksi Produksi Tanaman Hias.

(5) Bidang Usaha Tani dan Pengembangan Lahan, terdiri dari: a. Seksi Agribisnis, Pengolahan, Pemasaran Hasil dan

Rekomendasi Perizinan;

b. Seksi Tata Guna Lahan dan Air; dan

c. Seksi Pengelolaan Alat dan Mesin Pertanian serta Teknologi Tepat Guna.

(6) Bidang Perlindungan Tanaman, terdiri dari: a. Seksi Obat-Obatan dan Pestisida;

b. Seksi Peramalan, Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman; dan

c. Seksi Pemberantasan Hama dan Penyakit Tanaman.

Pasal 29

(1) Dinas Pertanian dan Hortikultura adalah perangkat daerah sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten dibidang pertanian dan hortikultura.

(2) Dinas Pertanian dan Hortikultura dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

(15)

Paragraf 2

Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan Pasal 30

Dinas Pertanian dan Hortikultura mempunyai tugas melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan dibidang pertanian dan hortikultura berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pasal 31

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, Dinas Pertanian dan Hortikultura mempunyai fungsi:

a. pelaksanaan urusan ketatausahaan dinas;

b. penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang;

c. perumusan kebijakan dan melaksanakan pembinaan teknis dibidang pertanian dan hortikultura;

d. penyusunan program dibidang pertanian dan hortikultura; e. pembinaan izin usaha, pelaksanaan pelayanan dan

penyuluhan dibidang pertanian dan hortikultura;

f. pelaksanaan koordinasi, pemantauan, pengendalian dan pembinaan pengembangan serta peningkatan pertanian dan hortikultura;

g. pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang pertanian dan hortikultura; dan

h. pembinaan UPTD.

Pasal 32

Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31, Dinas Pertanian dan Hortikultura mempunyai kewenangan:

a. menyusun perencanaan dan melakukan pengendalian pembangunan secara makro dibidang pertanian dan hortikultura;

b. menetapkan standar pelayanan minimal dalam bidang pertanian dan hortikultura yang wajib dilaksanakan oleh kabupaten;

c. menetapkan standar pembibitan/pembenihan pertanian dan hortikultura;

d. melakukan promosi ekspor komoditas pertanian dan hortikultura unggulan kabupaten;

e. menyediakan dukungan kerjasama dengan daerah lain atau pihak ketiga dalam bidang pertanian dan hortikultura;

f. mengatur penggunaan bibit unggul pertanian dan hortikultura; g. menetapkan kawasan pertanian dan hortikultura terpadu dalam

kabupaten;

h. melaksanakan penyidikan penyakit dibidang pertanian dan hortikultura;

i. menyediakan dukungan pengendalian eradikasi organisme pengganggu tumbuhan, hama dan penyakit dibidang pertanian dan hortikultura;

j. melakukan pengawasan pembenihan, pupuk pestisida alat dan mesin dibidang pertanian dan hortikultura;

(16)

k. melaksanakan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia bidang pertanian dan hortikultura; dan

l. melakukan pengendalian mutu dan keamanan pangan serta memberikan pelayanan teknis administrasi kepada instansi terkait dalam rangka peningkatan pertanian dan hortikultura.

Pasal 33

(1) Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

(2) Bidang-bidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

(3) Subbagian-subbagian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris sesuai dengan bidang tugasnya.

(4) Seksi-seksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 28, dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang sesuai dengan bidang tugasnya.

Bagian Keenam

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Paragraf 1

Susunan dan Kedudukan Pasal 34

(1) Susunan organisasi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika terdiri dari:

a. Kepala Dinas; b. Sekretariat;

c. Bidang Perhubungan Darat; d. Bidang Perhubungan Laut;

e. Bidang Pemberdayaan Sistem Infomasi dan Teknologi Telematika;

f. Bidang Manajemen Data Base, Pelayanan Media dan Informasi;

g. UPTD; dan

h. Kelompok Jabatan Fungsional. (2) Sekretariat terdiri dari :

a. Subbagian Umum;

b. Subbagian Keuangan; dan

c. Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan. (3) Bidang Perhubungan Darat terdiri dari :

a. Seksi Angkutan; b. Seksi Lalu Lintas; dan

c. Seksi Keselamatan Teknik, Sarana dan Prasarana. (4) Bidang Perhubungan Laut terdiri dari :

a. Seksi Kesyahbandaran;

b. Seksi Lalulintas dan Angkutan Laut; dan c. Seksi Penunjang Keselamatan Pelayaran.

(17)

(5) Bidang Pemberdayaan Sistem Infomasi dan Teknologi Telematika, terdiri dari:

a. Seksi Sistem Informasi Manajemen dan Telematika; b. Seksi Perizinan Usaha Telekomunikasi; dan

c. Seksi Pemberdayaan dan Pengawasan Frekuensi Radio. (6) Bidang Manajemen Data Base, Pelayanan Media dan

Informasi, terdiri dari : a. Seksi Bank Data;

b. Seksi Pelayanan Media; dan c. Seksi Pelayanan Informasi.

Pasal 35

(1) Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika adalah perangkat daerah sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten dibidang perhubungan, komunikasi dan informatika. (2) Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Paragraf 2

Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan Pasal 36

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika mempunyai tugas melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan dibidang perhubungan, komunikasi dan informatika berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pasal 37

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika mempunyai fungsi:

a. pelaksanaan urusan ketatausahaan dinas;

b. penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang;

c. penyusunan program dan kebijakan teknis dibidang perhubungan, komunikasi dan informatika;

d. pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum dibidang perhubungan, komunikasi dan informatika;

e. pembinaan teknis dibidang perhubungan, komunikasi dan informatika dalam kabupaten;

f. pengawasan dan pengendalian dibidang perhubungan, komunikasi dan informatika;

g. perencanaan tata ruang perhubungan, komunikasi dan informatika daerah;

h. penelitian bidang perhubungan, komunikasi dan informatika yang mencakup seluruh wilayah di kabupaten;

i. pelaksanaan kerjasama pembinaan Search and Resque kabupaten;

j. pemantuan, evaluasi dan pelaporan; dan k. pembinaan UPTD.

(18)

Pasal 38

Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika mempunyai kewenangan sebagai berikut:

a. mengusulkan penetapan jalur penyeberangan dalam kabupaten;

b. mengusulkan penetapan tarif angkutan darat dalam kabupaten untuk penumpang kelas ekonomi;

c. mengusulkan penetapan lokasi pemasangan dan pemeliharaan alat pengawasan dan alat pengamanan (rambu-rambu) lalu lintas jalan daerah, danau, sungai dan laut dalam daerah diluar 4 mil sampai dengan 12 mil laut;

d. mengusulkan rekomendasi dan menetapkan perizinan dan penertiban dalam sistim manajemen dan pelayanan angkutan perhubungan darat dalam kabupaten;

e. mengusulkan penertiban sistem jaringan transportasi jalan kabupaten;

f. melakukan pembinaan pengusahaan angkutan darat;

g. melakukan pengendalian kelebihan muatan dan tertib pemanfaatan jalan;

h. menetapkan standard batas maximum muatan dan berat kendaraan pengangkutan barang yang memasuki wilayah Pemerintah Kabupaten;

i. mengusulkan penetapan lintas penyeberangan antarkabupaten;

j. menetapkan lokasi dan pengelolaan jembatan timbang;

k. melaksanakan manajemen dan rekayasa lalu lintas dalam kabupaten;

l. melakukan pembinaan dan pembangunan prasarana perhubungan darat;

m. melakukan penelitian kecelakaan angkutan darat dan perbaikan daerah rawan kecelakaan;

n. melakukan pembinaan dan penyuluhan keselamatan pemakai jalan;

o. melakukan pembinaan penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor dan kelaikan sarana angkutan darat;

p. mengkoordinasikan penyelenggaraan operasional lalu lintas dan angkutan di kabupaten;

q. melakukan koordinasi dan pembinaan dengan pihak terkait yang berkaitan dengan lembaga penyelenggara perhubungan laut;

r. melakukan pengawasan dan pembinaan menyangkut keselamatan pelayaran dibidang perkapalan dan kepelautan; s. memberikan rekomendasi izin pembangunan pelabuhan laut

yang akan dibangun dalam kabupaten;

t. melakukan penetapan kebijakan dan tatanan pembangunan pelabuhan di kabupaten;

u. melakukan koordinasi dalam penyelenggaraan sarana laut; v. melakukan pengawasan dan meneliti pengeluaran sertifikat

dan dokumen kapal;

w. melakukan pengawasan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), yang dilaksanakan oleh Administrator Pelabuhan (ADPEL)/Kantor Pelabuhan (KANPEL);

(19)

x. memberikan izin pelaksanaan kegiatan salvage/pekerjaan bawah air dalam wilayah 4 mil sampai dengan 12 mil laut dari garis pantai;

y. melakukan pengawasan, pengendalian kegiatan kemaritiman, pekerjaan pembangunan lepas pantai, pengangkatan kerangka kapal, pemasangan kabel laut dan bangunan lepas pantai di daerah laut 4 mil sampai dengan 12 mil dari garis pantai; dan z. melaksanaan bimbingan teknis dibidang perhubungan.

Pasal 39

(1) Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

(2) Bidang-bidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

(3) Subbagian-subbagian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris sesuai dengan bidang tugasnya.

(4) Seksi-seksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang sesuai dengan bidang tugasnya.

Bagian Ketujuh

Dinas Kelautan dan Perikanan Paragraf 1

Susunan dan Kedudukan Pasal 40

(1) Susunan organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan terdiri dari: a. Kepala Dinas;

b. Sekretariat;

c. Bidang Pengelolaan Perikanan Tangkap dan Perikanan Pesisir;

d. Bidang Perikanan Budidaya;

e. Bidang Pengawasan, Pengendalian Mutu dan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan;

f. Bidang Pengolahan dan Pemasaran Perikanan; g. UPTD; dan

h. Kelompok Jabatan Fungsional. (2) Sekretariat terdiri dari:

a. Subbagian Umum;

b. Subbagian Keuangan; dan

c. Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan.

(3) Bidang Pengelolaan Perikanan Tangkap dan Perikanan Pesisir terdiri dari:

a. Seksi Prasarana Tangkap;

b. Seksi Pengembangan Sarana dan Usaha Perikanan; dan c. Seksi Pengelolaan Pesisir dan Konservasi Taman Laut.

(20)

(4) Bidang Perikanan Budidaya terdiri dari: a. Seksi Prasarana Perikanan Budi Daya;

b. Seksi Sarana dan Prasarana Perbenihan; dan

c. Seksi Pengembangan Produksi dan Usaha Budi Daya. (5) Bidang Pengawasan, Pengendalian Mutu dan Sumber Daya

Kelautan dan Perikanan terdiri dari:

a. Seksi Pengawasan dan Pengendalian Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan;

b. Seksi Pengawasan Sarana dan Prasarana Sumber Daya Kelautan dan Perikanan; dan

c. Seksi Perizinan Usaha dan Perlindungan Hukum. (6) Bidang Pengolahan dan Pemasaran Perikanan terdiri dari:

a. Seksi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir;

b. Seksi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan; dan c. Seksi Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan. .

Pasal 41

(1) Dinas Kelautan dan Perikanan adalah perangkat daerah sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten dibidang kelautan dan perikanan.

(2) Dinas kelautan dan perikanan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Paragraf 2

Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan Pasal 42

Dinas Kelautan dan Perikanan mempunyai tugas melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan dibidang kelautan dan perikanan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pasal 43

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, Dinas Kelautan dan Perikanan mempunyai fungsi:

a. pelaksanaan urusan ketatausahaan dinas;

b. penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang;

c. pembinaan umum dibidang kelautan dan perikanan; d. pembinaan teknis dibidang kelautan dan perikanan; e. pemberian izin dan pembinaan usaha serta penyuluhan; f. pemberdayaan masyarakat pantai;

g. penelitian dalam bidang perikanan spesifik kabupaten sesuai keperluan dan kondisi lingkungan ekonomi kabupaten;

h. pengujian teknologi dalam rangka penerapan teknologi anjuran;

i. penyelenggaraan pendidikan, latihan pilot proyek dan penyuluhan bidang kelautan dan perikanan;

j. penjagaan ekosistem laut, pesisir, pantai dan dasar laut;

k. pelaksanaan penataan dan penegakan hukum kelautan dan perikanan;

(21)

m. pelaksanaan kerjasama kelautan dan perikanan antardaerah dan masyarakat internasional; dan

n. pembinaan UPTD.

Pasal 44

Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43, Dinas Kelautan dan Perikanan mempunyai kewenangan sebagai berikut:

a. menata dan mengelola perairan di wilayah laut dalam kabupaten;

b. melakukan eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan kekayaan laut sebagai wilayah laut yang menjadi kewenangan kabupaten;

c. melaksanakan konservasi dan pengelolaan plasma nutfah spesifik lokasi serta suaka perikanan di wilayah laut;

d. melaksanakan pemberian perizinan usaha pembudidayaan dan penangkapan ikan pada perairan laut di wilayah laut kewenangan kabupaten;

e. pelaksanaan pengelolaan retribusi bagi pemasukan daerah dibidang kelautan dan perikanan;

f. melakukan pengawasan pemanfaatan sumberdaya ikan di wilayah laut yang menjadi kewenangan kabupaten;

g. melaksanakan pembinaan bidang kelautan dan perikanan; h. melaksanakan alokasi sumberdaya manusia dibidang kelautan

dan perikanan; dan

i. melaksanakan penelitian bidang kelautan dan perikanan di kabupaten.

Pasal 45

(1) Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

(2) Bidang-bidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

(3) Subbagian-subbagian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris sesuai dengan bidang tugasnya.

(4) Seksi-seksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang sesuai dengan bidang tugasnya.

(22)

Bagian Kedelapan

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Paragraf 1

Susunan dan Kedudukan Pasal 46

(1) Susunan organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil terdiri dari:

a. Kepala Dinas; b. Sekretariat;

c. Bidang Pendaftaran Penduduk; d. Bidang Pencatatan Sipil;

e. Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan; f. Bidang Pendayagunaan Data dan Informasi;

g. UPTD; dan

h. Kelompok Jabatan Fungsional. (2) Sekretariat terdiri dari:

a. Subbagian Umum;

b. Subbagian Keuangan; dan

c. Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan; (3) Bidang Pendaftaran Penduduk terdiri dari:

a. Seksi Identitas Penduduk;

b. Seksi Pindah Datang Penduduk; dan

c. Seksi Pengawasan dan Penyidikan Dokumen Pendaftaran Penduduk.

(4) Bidang Pencatatan Sipil terdiri dari: a. Seksi Perkawinan dan Perceraian; b. Seksi Kelahiran dan Kematian; dan

c. Seksi Pengawasan dan Penyidikan Dokumen Pencatatan Sipil.

(5) Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan terdiri dari:

a. Seksi Pengelolaan dan Penyajian Data; b. Seksi Teknologi Informasi; dan

c. Seksi Jaringan dan Komunikasi Data.

(6) Bidang Pendayagunaan Data dan Informasi terdiri dari: a. Seksi Perkembangan Kependudukan;

b. Seksi Perencanaan Kependudukan; dan c. Seksi Komunikasi, Informasi dan Edukasi.

Pasal 47

(1) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil adalah perangkat daerah sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten dibidang kependudukan dan pencatatan sipil.

(2) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

(23)

Paragraf 2

Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan Pasal 48

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mempunyai tugas melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan dibidang kependudukan dan pencatatan sipil berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pasal 49

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mempunyai fungsi: a. pelaksanaan urusan ketatausahaan dinas;

b. penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang;

c. perumusan kebijakan teknis berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. pelaksanaan tugas penyiapan rancangan qanun dan produk hukum lainnya tentang kependudukan dan pencatatan sipil; e. penyelenggaraan administrasi dibidang kependudukan,

penyebaran informasi kependudukan dan pendaftaran penduduk;

f. pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terhadap perkembangan kependudukan dan pencatatan sipil;

g. pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang kependudukan dan pencatatan sipil; dan

h. pembinaan UPTD.

Pasal 50

Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mempunyai kewenangan sebagai berikut:

a. menyusun pedoman penyelenggaraan pembangunan daerah dibidang kependudukan dan pencatatan sipil;

b. melakukan penelitian dan pengkajian dibidang kependudukan serta pencatatan sipil;

c. membuat perencanaan dan pengendalian pembangunan regional secara makro dibidang kependudukan dan pencatatan sipil;

d. melaksanakan pelatihan, produktivitas penduduk, administrasi kependudukan dan penyelenggaraan catatan sipil;

e. merencanakan dan mengendalikan pembangunan dibidang kependudukan dan pencatatan sipil; dan

f. mengalokasikan sumber daya manusia potensial dibidang kependudukan dan pencatatan sipil.

Pasal 51

(1) Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

(24)

(2) Bidang-bidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

(3) Subbagian-subbagian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris sesuai dengan bidang tugasnya.

(4) Seksi-seksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang sesuai dengan bidang tugasnya.

Bagian Kesembilan

Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Paragraf 1

Susunan dan Kedudukan Pasal 52

(1) Susunan organisasi Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk terdiri dari:

a. Kepala Dinas; b. Sekretariat;

c. Bidang Pemberdayaan dan Bantuan Sosial; d. Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial;

e. Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial;

f. Bidang Penempatan, Perluasan Kerja dan Pembinaan Lembaga Latihan Swasta;

g. Bidang Mobilitas Penduduk; h. UPTD; dan

i. Kelompok Jabatan Fungsional. (2) Sekretariat terdiri dari:

a. Subbagian Umum;

b. Subbagian Keuangan; dan

c. Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan. (3) Bidang Pemberdayaan dan Bantuan Sosial terdiri dari:

a. Seksi Pemberdayaan Sosial dan Organisasi Masyarakat; b. Seksi Penyaluran Bantuan Sosial; dan

c. Seksi Jaminan Kesejahteraan Sosial dan Pembinaan Kepahlawanan.

(4) Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial terdiri dari:

a. Seksi Pelayanan, Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat dan Tuna Sosial;

b. Seksi Pelayanan Anak dan Lanjut Usia; dan

c. Seksi Pembinaan Panti dan Penyalahgunaan NAPZA. (5) Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan dan Hubungan

Industrial terdiri dari:

a. Seksi Norma, Keselamatan Kerja dan Pengawasan Ketenagakerjaan;

b. Seksi Syarat-Syarat Kerja dan Perselisihan Hubungan Industrial; dan

(25)

(6) Bidang Penempatan, Perluasan Kerja dan Pembinaan Lembaga Latihan Swasta terdiri dari:

a. Seksi Penempatan, Padat Karya dan Teknologi Tepat Guna;

b. Seksi Produktifitas dan Pemagangan; dan c. Seksi Pembinaan Lembaga Latihan Swasta. (7) Bidang Mobilitas Penduduk terdiri dari:

a. Seksi Penyediaan Areal dan Pendayagunaan Lahan; b. Seksi Pengerahan dan Penempatan; dan

c. Seksi Pemberdayaan Masyarakat Kawasan Transmigrasi.

Pasal 53

(1) Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk adalah perangkat daerah sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten dibidang sosial, tenaga kerja dan mobilitas penduduk.

(2) Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Paragraf 2

Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan Pasal 54

Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk mempunyai tugas melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan dibidang sosial, ketenagakerjaan dan Mobilitas Penduduk berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pasal 55

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk mempunyai fungsi:

a. pelaksanaan urusan ketatausahaan dinas;

b. penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang;

c. perumusan kebijakan teknis berdasarkan peraturan perundang-undangan;

d. pelaksanaan tugas penyiapan rancangan qanun dan produk hukum lainnya tentang kesejahteraan sosial, ketenagakerjaan dan mobilitas penduduk;

e. penyelenggaraan administrasi dibidang kesejahteraan sosial, penyebaran informasi ketenagakerjaan, pendataan potensi, pengembangan sumber daya tenaga kerja, pengarahan dan penempatan tenaga kerja produktif;

f. pembinaan hubungan industrial, pengupahan dan syarat kerja, kelembagaan dan pengawasan norma kerja, norma tenaga kerja wanita dan anak, norma kesehatan tenaga kerja dan lingkungan kerja, norma keselamatan kerja, penyidikan tentang pelanggaran norma ketenagakerjaan dan pemberdayaan masyarakat sekitar;

(26)

g. pelatihan dan pengembangan produktifitas tenaga kerja, penempatan tenaga kerja serta pemberian rekomendasi izin tenaga kerja asing;

h. pelatihan dan pengembangan produktifitas penduduk yang dimukimkan;

i. pendataan potensi sumber daya kawasan, pengarahan penempatan dan pendataan penduduk;

j. pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang sosial, ketenagakerjaan dan mobilitas penduduk; dan

k. perumusan kebijakan teknis, pelaksanaan dan pembinaan dibidang sosial dan ketenagakerjaan.

Pasal 56

Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk mempunyai kewenangan sebagai berikut:

a. menyusun pedoman penyelenggaraan pembangunan daerah dibidang sosial, ketenagakerjaan dan mobilitas penduduk; b. melakukan penelitian dan pengkajian dibidang kesejahteraan

sosial dan ketenagakerjaan;

c. melakukan pengendalian pembangunan regional secara makro dibidang kesejahteraan sosial, ketenagakerjaan dan mobilitas penduduk;

d. melaksanakan pemberdayaan sosial masyarakat, pelayanan dan rehabilitasi sosial, pengembangan potensi kesejahteraan sosial;

e. memberikan bantuan dan jaminan kesejahteraan sosial serta perencanaan program pembangunan bidang kesejahteraan sosial;

f. memberikan bantuan dan jaminan terhadap permasalahan kesejahteraan sosial khusus akibat konflik dan bencana sosial; g. melestarikan nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan dan

kejuangan serta nilai-nilai kesetiakawanan sosial;

h. melaksanakan pengawasan penempatan pekerja sosial dan fungsional panti sosial;

i. menyusun pedoman dan menyelenggarakan kesejahteraan tenaga kerja purna karya;

j. melaksanakan pelatihan, produktivitas tenaga kerja, adminisrasi kependudukan;

k. menyiapkan bahan rekomendasi penetapan upah kabupaten serta pengawasan pelaksanaannya;

l. menyelesaikan perselisihan hubungan industrial, syarat-syarat kerja, pengawasan dan perlindungan tenaga kerja serta sertifikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3);

m. merencanakan dan mengendalikan pembangunan dibidang sosial dan ketenagakerjaan; dan

n. mengalokasikan sumber daya manusia potensial dibidang sosial, ketenagakerjaan dan mobilitas penduduk.

Pasal 57

(1) Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52, dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

(27)

(2) Bidang-bidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52, dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab Kepada Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

(3) Subbagian-subbagian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52, dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris sesuai dengan bidang tugasnya.

(4) Seksi-seksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52, dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang sesuai dengan bidang tugasnya.

Bagian Kesepuluh

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Paragraf 1

Susunan dan Kedudukan Pasal 58

(1) Susunan organisasi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, terdiri dari:

a. Kepala Dinas; b. Sekretariat;

c. Bidang Produksi Ternak;

d. Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veterineir ;

e. Bidang Pengembangan Peternakan;

f. Bidang Usaha, Pengolahan dan Pemasaran Hasil; g. UPTD; dan

h. Kelompok Jabatan Fungsional. (2) Sekretariat, terdiri dari:

a. Subbagian Umum;

b. Subbagian Keuangan; dan

c. Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan. (3) Bidang produksi ternak terdiri dari:

a. Seksi Bibit dan Pembibitan Ternak;

b. Seksi Pakan dan Hijauan Makanan Ternak; dan c. Seksi Sarana Produksi dan Teknologi Peternakan.

(4) Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veterineir terdiri dari:

a. Seksi Pengendalian, Pencegahan dan Pemberantasan Panyakit Hewan;

b. Seksi Pengawasan Obat dan Pelayanan Kesehatan Hewan; dan

c. Seksi Kesehatan Masyarakat Veterineir. (5) Bidang Pengembangan Peternakan terdiri dari:

a. Seksi Pengembangan Kawasan dan Areal Peternakan; b. Seksi Pengelolaan Administrasi Penyebaran dan

Perkembangan Ternak; dan

c. Seksi Budidaya dan Pengembangan Ternak.

(6) Bidang Usaha, Pengolahan dan Pemasaran Hasil terdiri dari: a. Seksi Pembinaan Usaha Tani dan Sumber Daya Ternak; b. Seksi Pembinaan dan Pelayanan Usaha Agribisnis

(28)

c. Seksi Pengolahan, Pemasaran Hasil dan Informasi Pasar.

Pasal 59

(1) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah perangkat daerah sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten dibidang peternakan dan kesehatan hewan.

(2) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Paragraf 2

Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan Pasal 60

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan mempunyai tugas melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan dibidang peternakan dan kesehatan hewan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pasal 61

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan mempunyai fungsi: a. pelaksanaan urusan ketatausahaan dinas;

b. penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang;

c. perumusan kebijakan dan melaksanakan pembinaan teknis dibidang peternakan dan kesehatan hewan;

d. penyusunan program dibidang peternakan dan kesehatan hewan;

e. pembinaan izin usaha, pelaksanaan pelayanan dan bimbingan teknis dibidang peternakan dan kesehatan hewan;

f. pelaksanaan koordinasi, pemantauan, pengendalian dan pembinaan pengembangan serta peningkatan peternakan dan kesehatan hewan;

g. pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang peternakan dan kesehatan hewan; dan

h. pembinaan UPTD.

Pasal 62

Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan mempunyai kewenangan:

a. menyusun perencanaan dan melakukan pengendalian pembangunan secara makro dibidang peternakan dan kesehatan hewan;

b. menetapkan standar pelayanan minimal dalam bidang peternakan dan kesehatan hewan di daerah;

c. menetapkan standar pembibitan/pembenihan peternakan dan kesehatan hewan;

d. melakukan promosi ekspor komoditas peternakan di kabupaten;

e. menyediakan dukungan kerjasama antardaerah dalam bidang peternakan dan kesehatan hewan;

(29)

f. mengatur penggunaan bibit unggul disektor peternakan; g. menetapkan kawasan peternakan terpadu di daerah;

h. melaksanakan penyidikan penyakit dibidang peternakan dan kesehatan hewan;

i. menyediakan dukungan pengendalian eradikasi hewan, hama dan penyakit dibidang peternakan dan kesehatan hewan; dan j. melakukan pengendalian mutu peternakan dan kesehatan

hewan serta memberikan pelayanan teknis administrasi kepada instansi terkait dalam rangka peningkatan produksi disektor peternakan.

Pasal 63

(1) Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58, dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

(2) Bidang-bidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58, dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

(3) Subbagian-subbagian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58, dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris sesuai dengan bidang tugasnya.

(4) Seksi-seksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58, dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang sesuai dengan bidang tugasnya.

Bagian Kesebelas

Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Paragraf 1

Susunan dan Kedudukan Pasal 64

(1) Susunan organisasi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah terdiri dari:

a. Kepala Dinas; b. Sekretariat;

c. Bidang Perindustrian; d. Bidang Perdagangan;

e. Bidang Pertambangan dan Energi; f. Bidang Koperasi;

g. Bidang Usaha Kecil Menengah; h. UPTD; dan

i. Kelompok Jabatan Fungsional. (2) Sekretariat terdiri dari :

a. Subbagian Umum;

b. Subbagian Keuangan; dan

c. Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan. (3) Bidang Perindustrian terdiri dari :

(30)

b. Seksi Industri Logam, Kimia, Agro dan Mesin Elektronik; dan

c. Seksi Hasil Hutan dan Aneka Sumber Daya Alam. (4) Bidang Perdagangan terdiri dari :

a. Seksi Pembinaan Usaha Perdagangan dan Perlindungan Konsumen;

b. Seksi Pemasaran dan Penyaluran Produksi; dan c. Seksi Pendaftaran Usaha dan Ekspor Impor. (5) Bidang Pertambangan dan Energi terdiri dari :

a. Seksi Geologi, Sumber Daya Mineral, Listrik, Panas Bumi, Minyak dan Gas;

b. Seksi Penyiapan Wilayah, Pengusahaan dan Konservasi Pertambangan; dan

c. Seksi Pembinaan dan Pengawasan. (6) Bidang Koperasi terdiri dari :

a. Seksi Pemberdayaan Kelembagaan Koperasi; b. Seksi Permodalan dan Simpan Pinjam; dan c. Seksi Akuntabilitas dan Penilaian Kinerja; (7) Bidang Usaha Kecil Menengah terdiri dari :

a. Seksi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah; b. Seksi Permodalan Usaha Kecil dan Menengah; dan c. Seksi Pengembangan Jaringan Pasar dan Promosi.

Pasal 65

(1) Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah adalah perangkat daerah sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten dibidang perindustrian, perdagangan, pertambangan, koperasi dan usaha kecil menengah.

(2) Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

.

Paragraf 2

Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan Pasal 66

Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mempunyai tugas umum pemerintahan dan pembangunan dibidang perindustrian, perdagangan, pertambangan, koperasi dan usaha kecil menengah berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pasal 67

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, mempunyai fungsi:

a. pelaksanaan urusan ketatausahaan dinas;

b. penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang;

(31)

c. penyusunan dan perumusan kebijakan teknis dibidang perindustrian, perdagangan, pertambangan, koperasi dan usaha kecil menengah;

d. peningkatan keterpaduan penyusunan rencana dan program antarinstansi terkait di kabupaten dibidang perindustrian,

perdagangan, pertambangan, koperasi dan usaha kecil menengah;

e. pemberian rekomendasi, perizinan, pendaftaran perusahaan dan pelaksanaan pelayanan umum dibidang perindustrian, perdagangan, pertambangan, koperasi dan usaha kecil menengah;

f. pembinaan dan pengembangan industri, perdagangan, pertambangan, koperasi dan usaha kecil menengah;

g. pemantauan dan pengawasan operasional pelaksanaan perindustrian, perdagangan, pertambangan, koperasi dan usaha kecil menengah;

h. promosi, informasi dan pameran bagi upaya pengembangan dinas perindustrian, perdagangan, pertambangan, koperasi dan usaha kecil menengah;

i. pencegahan dan penanggulangan pencemaran akibat kegiatan industri guna menjaga kelestarian lingkungan;

j. penyediaan dan kelancaran distribusi barang beredar dan jasa bagi kepentingan industri perdagangan dan masyarakat;

k. pelaksanaan penyidikan dibidang pendaftaran perusahaan dan perlindungan konsumen;

l. pengawasan barang beredar dan jasa, penerapan standar, perbaikan serta peningkatan mutu barang dan jasa, perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dan memfasilitasi sertifikasi Eko Labeling, Sertifikasi Standar Mutu, Sertifikasi Mutu Barang bagi kemudahan pemasaran dalam dan luar negeri; dan

m. pembinaan UPTD.

Pasal 68

Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mempunyai kewenangan sebagai berikut:

a. menyediakan dukungan pengembangan industri, perdagangan, pertambangan, koperasi dan usaha kecil menengah;

b. merencanakan dan mengendalikan pembangunan secara makro dibidang perindustrian, perdagangan, pertambangan, koperasi dan usaha kecil menengah;

c. melaksanakan pelatihan bidang perindustrian, perdagangan, pertambangan, koperasi dan usaha kecil menengah;

d. melakukan kerjasama dalam bidang perindustrian, perdagangan, pertambangan, koperasi dan usaha kecil menengah dengan pihak lain;

e. melaksanakan pembangunan pasar tradisional, percontohan, daerah tertinggal, pasar seni, pasar lelang dan gudang sortasi; f. melaksanakan pembinaan sumber daya manusia dibidang

(32)

g. melaksanakan promosi hasil usaha industri dan menyelenggarakan pameran, promosi dengan upaya kerjasama luar negeri bagi keperluan industri, perdagangan, pertambangan, koperasi dan usaha kecil menengah kabupaten;

h. menyediakan dukungan fasilitas pengembangan industri, perdagangan, pertambangan, koperasi dan usaha kecil menengah serta merencanakan kawasan industri, perdagangan, pertambangan, koperasi dan usaha kecil menengah;

i. mengupayakan pengadaan dan penyaluran barang dan pengendalian pasar bagi kebutuhan Kabupaten serta perlindungan bagi konsumen dan penyaluran barang dan pendaftaran perusahaan; dan

j. melaksanakan tera dan tera ulang dibidang kemetrologian, laboratorium penelitian dengan sertifikasi mutu barang, laboratorium penelitian industri serta peningkatan pengembangan sumber daya manusia potensial dibidang industri, perdagangan, pertambangan, koperasi dan usaha kecil menengah.

Pasal 69

(1) Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64, dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

(2) Bidang-bidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64, dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

(3) Subbagian-subbagian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64, dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris sesuai dengan bidang tugasnya.

(4) Seksi-seksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64, dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang sesuai dengan bidang tugasnya.

Bagian Keduabelas

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Paragraf 1

Susunan dan Kedudukan Pasal 70

(1) Susunan organisasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan terdiri dari:

a. Kepala Dinas; b. Sekretariat;

c. Bidang Planologi Kehutanan; d. Bidang Bina Produksi Kehutanan;

e. Bidang Perlindungan, Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial;

(33)

f. Bidang Sarana, Perlindungan Tanaman dan Produksi Perkebunan;

g. Bidang Usaha Tani, Perizinan dan Pengolahan Hasil; h. Bidang Pengembangan Perkebunan;

i. UPTD; dan

j. Kelompok Jabatan Fungsional. (2) Sekretariat terdiri dari:

a. Subbagian Umum;

b. Subbagian Keuangan; dan

c. Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan. (3) Bidang Planologi Kehutanan terdiri dari:

a. Seksi Inventarisasi dan Perencanaan Hutan;

b. Seksi Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan; dan c. Seksi Pengukuran dan Pemetaan Hutan.

(4) Bidang Bina Produksi Kehutanan terdiri dari: a. Seksi Bina Pengembangan Hutan Alam; b. Seksi Pengembangan Hutan Tanaman; dan c. Seksi Bina Pengolahan dan Pemasaran.

(5) Bidang Perlindungan, Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial terdiri dari:

a. Seksi Reboisasi dan Pemeliharaan Hutan; b. Seksi Perbenihan dan Pembibitan Hutan; dan c. Seksi Perhutanan Sosial.

(6) Bidang Sarana, Perlindungan Tanaman dan Produksi Perkebunan terdiri dari:

a. Seksi Perlindungan Tanaman; b. Seksi Sarana dan Prasarana; dan c. Seksi Produksi Perkebunan.

(7) Bidang Usaha Tani, Perizinan dan Pengolahan Hasil terdiri dari:

a. Seksi Bimbingan Usaha;

b. Seksi Perizinan dan Investasi; dan

c. Seksi Pengolahan Hasil dan Informasi Pasar. (8) Bidang Pengembangan Perkebunan terdiri dari:

a. Seksi Identifikasi Lahan dan Petani; b. Seksi Pengembangan Tanaman; dan

c. Seksi Intensifikasi, Rehabilitasi dan Diversifikasi.

Pasal 71

(1) Dinas Kehutanan dan Perkebunan adalah perangkat daerah sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten dibidang kehutanan dan perkebunan.

(2) Dinas Kehutanan dan Perkebunan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Paragraf 2

Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan Pasal 72

Dinas Kehutanan dan Perkebunan mempunyai tugas melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan dibidang kehutanan dan perkebunan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Referensi

Dokumen terkait

Sementara pihak lain mempunyai persepsi bahwa manajemen laba bukanlah kecurangan yang dilakukan manajer perusahaan. Apalagi jika aktivitas ini dilakukan manajer

Sistem monitor frekuensi radio merupakan suatu jaringan monitor spektrum frekuensi radio yang terdiri dari stasiun monitor tetap dan stasiun monitor bergerak di

terlebih dahulu. 6) Dampak sosial budaya yang terjadi pertama adalah meningkatkan keterampilan masyarkat Desa Gubugklakah dalam memanfaatkan peluang dari pengembangan

Hasil penelitian menunjukkan: (1) terdapat pengaruh yang kuat antara efektivitas sistem informasi keuangan daerah dengan kinerja pegawai; (2) terdapat pengaruh moderat

Pengeluaran untuk pembayaran sewa ruangan,sewa mobil dan biaya sewa lainnya pada saat pengadaan peralatan dan mesin secara swakelola sampai dengan peralatan dan mesin tersebut siap

Bahwa pembangunan dalam hubungannya dengan hak masyarakat adalah pembangunan yang benar-benar memperhatikan hak-hak masyarakat atas potensi sumber daya alam yang terkandung di dalam

Sebagain standar pemanfaatan alat bantu untuk layanan disabilitas fisik di Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Fisik (BRSPDF) Wirajaya belum sesuai dengan

Strategi cara mengatasi masalah sebesar 54,9% menggunakan problem focused coping yang adaptif dengan melakukan primary appraisal positif, kemudian melakukan