• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BARITO SELATAN TAHUN 2013 DINAS KESEHATAN KABUPATEN BARITO SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BARITO SELATAN TAHUN 2013 DINAS KESEHATAN KABUPATEN BARITO SELATAN"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KABUPATEN BARITO SELATAN

TAHUN 2013

DINAS KESEHATAN KABUPATEN BARITO SELATAN

Jl. Pelita Raya No.01 Buntok 73712

Telp. (0525) 21041 . Faksimil 21236

(3)

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Buku Profil Kesehatan Kabupaten Barito Selatan Tahun 2013 Edisi 2014 ini dapat tersusun dengan baik.

Sebagai salah satu produk Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten Barito Selatan, maka Profil Kesehatan Kabupaten Barito Selatan Tahun 2013 Edisi 2014 ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada para pihak yang membutuhkan informasi mengenai kondisi dan situasi kesehatan di wilayah Kabupaten Barito Selatan. Kondisi kesehatan yang digambarkan dalam Profil Kesehatan Kabupaten Barito Selatan Tahun 2013 Edisi 2014 ini disusun berdasarkan masukan dari data Kesehatan Kecamatan dan Desa yang merupakan gambaran kondisi dan situasi kesehatan di wilayah Kabupaten Barito Selatan, ditambah dengan data dari Puskesmas di Kabupaten Barito Selatan, Laporan Rumah Sakit Umum Daerah Buntok serta dari beberapa buku terbitan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Barito Selatan.

Profil Kesehatan Kabupaten Barito Selatan tahun ini menggunakan format

yang terbaru sesuai dengan Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan

Kabupaten/Kota Tahun 2013. Namun Karena keterbatasan sistem informasi yang ada, profil kali ini hanya bisa menyajikan sebagian data terpilah dan akan disempurnakan dalam profil kesehatan di tahun-tahun berikutnya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pimpinan puskesmas yang telah menyampaikan Profil Kesehatan tingkat puskesmas tahun 2013 sebagai manifestasi dari laporan pencapaian kegiatan di bidang kesehatan. Penghargaan yang setinggi-tingginya, juga saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan konstribusi sehingga Profil Kesehatan Kabupaten Barito Selatan Tahun 2013 Edisi 2104 dapat tersusun dengan baik.

(4)

2013 Edisi 2014 kami mengharapkan dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan yang didasari pada data dan informasi (evidence based) serta digunakan sebagai salah satu rujukan data dan informasi yang diperlukan.

Buntok, Agustus 2014

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Selatan

drg. Daryomo Sukiastono, M.AP NIP. 19650318 199103 1 009

(5)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI .... ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

BAB II GAMBARAN UMUM ... 3

A. Keadaan Geografis ... 3

B. Wilayah Administrasi ... 4

C. Keadaan Penduduk ... 5

D. Keadaan Pendidikan ... 6

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN ... 8

A. Mortalitas ... 8

B. Morbiditas ... 11

C. Status Gizi ... 20

D. Angka Harapan Hidup (AHH) ... 22

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN ... 24

A. Pelayanan Kesehatan ... 24

B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan ... 38

C. Perilaku Masyarakat ... 40

D. Keadaan Lingkungan ... 42

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN ... 46

A. Sarana Kesehatan ... 46

B. Tenaga Kesehatan ... 58

C. Pembiayaan Kesehatan ... 51

BAB VI PENUTUP ... 53

(6)

2.1 Peta Wilayah Kabupaten Barito Selatan ... 3 2.2 Jumlah Penduduk Per Kecamatan tahun 2013 ... 5

2.3 Proporsi Penduduk Kabupaten Barito Selatan yang Berumur 10 Tahun

Ke atas menurut Status Pendidikan Tahun 2013 ... 7

3.1 Angka Kematian Bayi Per 1.000 Kelahiran Hidup

Kabupaten Barito Selatan Tahun 2010-2013... 9

3.2 Angka Kematian Balita Per 1.000 Kelahiran Hidup

Kabupaten Barito Selatan Tahun 2010–2013 ... 10

3.3 Angka Kematian Ibu Per 100.000 Kelahiran Hidup

Kabupaten Barito Selatan Tahun 2010–2013... 11

3.4 Penemuan Penderita BTA + Kabupaten Barito Selatan Tahun 2010-2013 ... 13

3.5 Kasus Diare Kabupaten Barito Selatan Tahun 2010-2013 ... 15

3.6 Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)

Kabupaten Barito Selatan Tahun 2010-2013 ... 18

3.7 Trend Angka Kesakitan Malaria Per 1000 Penduduk

Kabupaten Barito Selatan Tahun 2010-2013 ... 19

3.8 Angka Kesakitan Filariasis per 100.000 Penduduk Kabupaten Barito Selatan

selama tahun 2010-2013 ... 20

3.9 Cakupan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah Kabupaten Barito Selatan

Tahun 2010-2013 ... 21

3.10 Umur Harapan Hidup (UHH) Kabupaten Barito Selatan Tahun 2009-2011 ... 23

4.1 Cakupan K-1 dan K-4 Ibu Hamil Menurut Puskesmas

Kabupaten Barito Selatan Tahun 2013 ... 25

4.2 Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Menurut Puskesmas

Kabupaten Barito Selatan Tahun 2013 ... 26

4.3 Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Puskesmas

Kabupaten Barito Selatan Tahun 2013 ... 27

4.4 Cakupan Fe-3 Menurut Puskesmas Kabupaten Barito Selatan Tahun 2013... 29

4.5 Cakupan Vitamin A Pada Anak Balita Menurut Puskesmas

(7)

4.6 Persenatse Peserta KB Aktif Berdasarkan Jenis Kontrasepsi

Kabupaten Barito Selatan Tahun 2013 ... 32

4.7 Cakupan Kunjungan Bayi Menurut Puskesmas Kabupaten Barito Selatan Tahun 2013 ... 34

4.8 Jumlah Imunisasi Lengkap Pada Bayi Menurut Puskesmas Tahun 2013 ... 35

4.9 Cakupan Indikator D/S dan BGM Pada Balita Tahun 2010-2013... 36

4.10 Cakupan ASI Eksklusif Kabupaten Barito Selatan Tahun 2010-2013 ... 41

4.11 Cakupan Rumah Sehat Menurut Puskesmas Kabupaten Barito Selatan Tahun 2013 ... 43

4.12 Cakupan Pengguna Air Bersih, Air Minum dan Rumah Bebas Jentik Nyamuk Tahun 2013 ... 43

4.13 Persentase Jamban Sehat, Tempat Sampah Sehat dan Pengelolaan Air Limbah Sehat Serta TUPM Sehat Yang di Periksa Tahun 2013 ... 44

5.1 Persentase Posyandu di Kabupaten Barito Selatan Tahun 2013 ... 48

5.2 Distribusi Jenis Tenaga Kesehatan Berdasarkan Sarana Kesehatan Kabupaten Barito Selatan Tahun 2013 ... 50

5.3 Persentase Anggaran Dinas Kesehatan Berdasarkan Total APBD Kabupaten Barito Selatan Tahun 2010-2013 ... 52

(8)

2.1 Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan Tahun 2013 ... 4

2.2 Jumlah Desa dan Kelurahan Tahun 2013 ...` 5

5.1 Target Ratio Tenaga Kesehatan Per 100.000 Penduduk Tahun 2013 ... 49

(9)

1 Resume Profil Kesehatan Kabupaten Barito Selatan Tahun 2013... 55

1 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kel, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga

dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan Tahun 2013... 61

2 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur,Rasio Beban

Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin, dan Kecamatan Tahun 2013 ... 62

3 Penduduk Berumur 10 Tahun ke atas yang Melek Huruf Dan Ijazah Tertinggi

Yang Diperoleh Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013... 63

4 Jumlah Kelahiran menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas

Tahun 2013 ... 64

5 Jumlah Kematian Neonatal, Bayi dan Balita menurut Jenis Kelamin, Kecamatan,

dan Puskesmas Tahun 2013... 65

6 Jumlah Kematian Ibu menurut Kelompok Umur, Kecamatan, dan Puskesmas

Tahun 2013 ... 66

7 Kasus Baru TB BTA Positif, Seluruh Kasus TB, TB Pada Anak dan Case

Notification Rate (CNR) Per 100.000 Penduduk menurut Jenis Kelamin,

Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2013 ... 67

8 Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ menurut Jenis

Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2013 ... 68

9 Angka Kesembuhan TB dan Pengobatan Lengkap TB Paru BTA+ Serta

Keberhasilan Pengobatan menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2013 ... 69

10 Penemuan Kasus Pneumonia Balita menurut Jenis Kelamin, Kecamatan,

dan Puskesmas Tahun 2013 ... 70

11 Jumlah Kasus HIV, AIDS, Syphilis menurut Jenis Kelamin, Kecamatan,

dan Puskesmas Tahun 2013 ... 71

12 Persentase Donor Darah Diskrining Terhadap HIV menurut Jenis Kelamin

Tahun 2013 ... 72

13 Kasus Diare yang Ditangani menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan

Puskesmas Tahun 2013 ... 73

14 Jumlah Kasus Baru Kusta menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan

Puskesmas Tahun 2013 ... 74

15 Kasus Baru Kusta 0–14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 menurut Jenis Kelamin,

Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2013 ... 75

16 Jumlah Kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta menurut Jenis Kelamin,

Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2013 ... 76

17 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat menurut Jenis Kelamin, Kecamatan,

dan Puskesmas Tahun 2013 ... 77

18 Jumlah Kasus AFP Menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun 2013 ... 78

19 Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) menurut

Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2013 ... 79

20 Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) menurut

Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2013 ... 80

21 Jumlah Kasus DBD menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas ... 81

22 Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria menurut Jenis Kelamin, Kecamatan,

dan Puskesmas Tahun 2013 ... 82

23 Penderita Filariasis Ditangani menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan

(10)

Puskesmas Tahun 2013 ... 84

25 Cakupan Pemeriksaan Obesitas Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan

Puskesmas Tahun 2013 ... 85

26 Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dengan Metode IFA dan Kanker

Payudara Dengan Pemeriksaan Klinis Menurut Kecamatan dan Puskesmas

Tahun 2013 ... 86

27 Jumlah Penderita dan Kematian pada KLB Menurut Jenis Kejadian Luar Biasa

Kabupaten Barito Selatan Tahun 2013 ... 87

29 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Nakes dan Pelayanan

Kesehatan Ibu Nifas Menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun 2013... 88

30 Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil menurut Kecamatan dan

Puskesmas Tahun 2013 ... 89

31 Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Wanita Usia Subur menurut

Kecamatan dan Puskesmas Tahun 2013 ... 90

32 Jumlah Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe-1 dan Fe-3 menurut

Kecamatan dan Puskesmas Tahun 2013 ... 91

33 Jumlah dan Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Komplikasi

Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Tahun 2013 .... 92

34 Proporsi Peserta KB Aktif menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan , dan

Puskesmas Tahun 2013 ... 93

35 Proporsi Peserta KB Baru menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan, dan

Puskesmas Tahun 2013 ... 94

37 Bayi Berat Badan Lahir Rendah menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan

Puskesmas Tahun 2013 ... 95

38 Cakupan Kunjungan Neonatus menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan

Puskesmas Tahun 2013 ... 96

39 Jumlah Bayi Yang diberi ASI Ekslusif Menurut Jenis Kelamin, Kecamtan

dan Puskesmas Tahun 2013 ... 97

40 Cakupan Pelayanan Anak Balita menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan

Puskesmas Tahun 2013 ... 98

41 Cakupan Desa/Kelurahan UCI menurut Kecamatan dan Puskesmas ... 99

42 Cakupan Imunisasi DPT, HB, dan Campak pada Bayi menurut Jenis Kelamin,

Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2013 ... 100

43 Cakupan Imunisasi BCG dan Polio pada Bayi menurut Jenis Kelamin,

Kecamatan dan Puskesmas Tahun 2013 ... 101

44 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi, Anak Balita, dan Ibu Nifas

menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2013 ... 102

45 Jumlah Anak 0-23 Bulan Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan

dan Puskesmas Tahun 2013 ... 103

46 Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan

Puskesmas Kabupaten Barito Selatan Tahun 2013 ... 104

47 Jumlah Balita Ditimbang menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas

Tahun 2013 ... 105

48 Cakupan Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin

Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2014 ... 106

49 Cakupan Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD & Setingkat menurut

Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2013 ... 107

50 Pelayana Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Kecamatan dan Puskesmas

(11)

Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Tahun 2013 ... 110

52 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2013 ... 111

53 Jumlah Kegiatan Promosi Kesehatan Kabupaten Barito Selatan Tahun 2013 112 54 Cakupan Jaminan Kesehatan Menurut Jaminan dan Jenis Kelamin Tahun 2013 113 55 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, dan Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Tahun 2013 ... 114

56 Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit Tahun 2013 ... 115

57 Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit Tahun 2013 ... 116

58 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun 2013 ... 117

59 Persentase Rumah Sehat menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun 2013 .... 118

60 Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas (Layak) Menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun 2013... 119

61 Persentase Kualitas Air Minum di Penyelenggara Air Minum Yang Memenuhi Syarat Kesehatan menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun 2013 ... 120

62 Penduduk Dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban, Kecamatan dan Puskesmas Tahun 2013 ... 121

63 Desa yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Tahun 2013 .... 122

64 Persentase Tempat-Tempat Umum dan Memenuhi Syarat Kesehatan menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun 2013 ... 123

65 Tempat Pengelolaan Makan (TPM) Menurut Status Hygine Sanitasi Tahun 2013... ... 124

66 Tempat Pengelolaan Makanan Di Bina dan Di Uji Petik Tahun 2013 ... 125

67 Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin Tahun 2013 ... 126

68 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kepemilikan Tahun 2013 ... 127

69 Persentase Sarana Kesehatan (Rumah Sakit) Dengan Kemampuan Pelayanan Kegawatdarurat (Gadar) Level 1 Tahun 2013 ... 128

70 Jumlah Posyandu menurut Strata, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2013 .. 129

71 Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) menurut Kecamatan Tahun 2013 ... 130

72 Jumlah Desa Siaga Menurut Kecamatan Tahun 2013 ... 131

73 Jenis Tenaga Medis di Fasilitas Kesehatan Tahun 2013... 132

74 Jumlah Tenaga Keperawatan di Fasilitas Kesehatan Tahun 2013 ... 133

75 Jumlah Tenaga Kefarmasian di Falisitas Kesehatan Tahun 2013 ... 134

76 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan di Fasilitas Kesehatan Tahun 2013 ... 135

77 Jumlah Tenaga Gizi Di Fasilitas Kesehatan Tahun 2013 ... 136

78 Jumlah Tenaga Teknisi Medis di Fasilitas Kesehatan Tahun 2013 ... 137

79 Jumlah Tenaga Teknisi Medis dan Fisioterafis di Fasilitas Kesehatan Tahun 2013... ... 138

80 Jumlah Tenaga Kesehatan Lain di Fasilitas Kesehatan Tahun 2013 ... 139

81 Jumlah Tenaga Non Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tahun 2013... 140

(12)

BAB I PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam

kerangka tersebut, pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada

perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia dan keluarga miskin.

Selanjutnya, dalam rangka peningkatan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan maka perlu adanya informasi kesehatan yang akurat, tepat waktu, dan lengkap sebagai bahan dalam proses pengambilan keputusan, dalam pengolahan pembangunan kesehatan, serta menyediakan informasi untuk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan, dan meningkatkan kewaspadaan di semua tingkat administrasi.

Profil Kesehatan Kabupaten Barito Selatan merupakan salah satu produk Sistem Informasi Kesehatan yang memberikan gambaran situasi kesehatan di Kabupaten Barito Selatan yang diterbitkan setiap tahun. Dalam Profil Kesehatan ini memuat berbagai data tentang kesehatan dan data pendukung lain yang berhubungan dengan program kesehatan.

Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan diperlukan indikator-indikator kinerja kesehatan antara lain adalah Indikator Kinerja dari Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan yang merupakan indikator yang dapat memantau hasil pencapaian penyelenggaraan pelayanan minimal. Sehingga dasar acuan pembuatan profil kesehatan kabupaten ini adalah Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan indikator kesehatan lain yang telah ditetapkan berdasarkan petunjuk teknis Pembuatan Profil Kesehatan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Tujuan umum disusunnya Profil Kesehatan Kabupaten ini adalah diperolehnya gambaran tentang situasi kesehatan di Kabupaten Barito Selatan dan tujuan khususnya

(13)

adalah diperolehnya gambaran tentang derajat kesehatan masyarakat, situasi lingkungan kesehatan, upaya kesehatan, dan kondisi Sumber Daya Kesehatan.

Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya buku Profil Kesehatan Kabupaten adalah sebagai wahana penilaian (evaluasi) dari program maupun permasalahan kesehatan yang ada juga sebagai sarana evaluasi keberhasilan program kesehatan secara menyeluruh di masyarakat sebagai upaya pengendalian, monitoring dan evaluasi program kesehatan masyarakat, diharapkan dapat digunakan untuk pengambilan

keputusan bagi stakeholder. Profil Kesehatan Kabupaten Barito Selatan Tahun 2013 Edisi

2014 ini juga diharapkan dapat bermanfaat dalam mendukung sistem manajemen kesehatan yang lebih baik dalam rangka pencapaian Visi Dinas Kesehatan yaitu “Mewujudkan Masyarakat Barito Selatan Sehat Secara Mandiri dan Berkeadilan”

Dengan kedudukan yang cukup strategis, maka penyusunan profil kesehatan perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak yang terlibat didalamnya dan diharapkan agar data dan informasi yang terkandung di dalamnya konsisten, valid, reliabel, dan dapat dipertanggungjawabkan serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan perencanaan di tahun berikutnya.

Sistimatika penulisan Profil Kesehatan Kabupaten Barito Selatan ini terdiri dari BAB I Pendahuluan, BAB II Gambaran Umum Daerah, BAB III Situasi Derajat Kesehatan BAB IV. Situasi Upaya Kesehatan, BAB V Situasi Sumber Daya Kesehatan, BAB VI Penutup. Sedangkan untuk pengolahan dan analisis data digunakan analisis deskriptif, komparatif, dan kecendrungan yang disajikan dalam bentuk narasi, tabel, dan grafik.

(14)

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. KEADAAN GEOGRAFIS

Kabupaten Barito Selatan dengan Ibu kota Kabupaten di Buntok terletak antara

1º 20 ‘ Lintang Utara, 2 º 35 ‘ Lintang Selatan, 114 º - 115 º Bujur Timur. Diapit oleh tiga Kabupaten tetangga yaitu di sebelah utara dengan sebagian wilayah Kabupaten Barito Utara, sebelah timur dengan sebagian wilayah Kabupaten Barito Timur, di bagian selatan dengan wilayah Kabupaten Kapuas dan Propinsi Kalimantan Selatan dan sebelah barat dengan wilayah Kabupaten Kapuas.

Gambar 2.1

Peta Wilayah Kabupaten Barito Selatan

Luas wilayah Kabupaten Barito Selatan adalah 8.830 km² yang meliputi enam kecamatan. Kecamatan Dusun Hilir dan Kecamatan Gunung Bintang Awai merupakan kecamatan terluas masing-masing 2.065 km² dan 1.933 km² atau luas kedua kecamatan tersebut mencapai 45,28 % dari seluruh wilayah Kabupaten Barito Selatan, sedangkan kecamatan yang luasnya paling sedikit adalah Kecamatan Jenamas yaitu 708 km² atau

(15)

8,02 % luas wilayah kabupaten. Luas wilayah berdasarkan kecamatan di Kabupaten Barito Selatan dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1

Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan Tahun 2013

Sumber BPS Kabupaten Barito Selatan, 2013

Sebagian besar wilayah Kabupaten Barito Selatan merupakan dataran rendah

dengan ketinggian berkisar antara 0–40 meter di atas permukaan laut. Kecuali sebagian

wilayah kecamatan Gunung Bintang Awai dan sebagian Kecamatan Dusun Utara yang merupakan daerah perbukitan.

Kabupaten Barito Selatan mempunyai satu sungai besar (sungai Barito) dan beberapa sungai kecil / anak sungai, dan keberadaannya menjadi salah satu ciri khas Kabupaten Barito Selatan. Sungai Barito yang memiliki panjang mencapai 900 Km

dengan rata – rata kedalaman + 8 m merupakan sungai terpanjang dan dapat dilayari

hingga + 700 Km.

Sebagai daerah yang beriklim tropis, wilayah Kabupaten Barito Selatan udaranya relatif panas. Pada siang hari suhu mencapai 34 oC dan malam hari 23 oC, sedangkan

rata–rata curah hujan pertahunnya relatif tinggi yaitu mencapai 252, 25 mm.

B. WILAYAH ADMINISTRASI

Secara administratif, Kabupaten Barito Selatan di bagi menjadi 6 kecamatan, yang selanjutnya terdiri dari desa dan kelurahan yang jumlah keseluruhannya adalah 93 Desa dan Kelurahan yang secara rinci dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut.

No Kecamatan Luas Wilayah

(km2) % Luas kabupaten Barito Selatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Jenamas Dusun Hilir Karau Kuala Dusun Selatan Dusun Utara Gg. Bintang Awai 708 2.065 1.099 1.829 1.196 1.933 8,02 23,39 12,45 20,71 13,54 21,89 Jumlah 8.830 100,00

(16)

Tabel 2.2

Jumlah Desa dan Kelurahan Tahun 2013

No. Kecamatan Jumlah Jumlah

Desa Kelurahan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Jenamas Dusun Hilir Karau Kuala Dusun Selatan Dusun Utara Gg. Bintang Awai 4 9 10 24 18 21 1 1 1 3 1 -5 10 11 27 19 21 Jumlah 86 7 93

Sumber BPS. Kabupaten Barito Selatan, 2013

C. KEADAAN PENDUDUK

Kabupaten Barito Selatan memiliki luas wilayah sebesar 8.830 Km2. Sedangkan

jumlah penduduk tahun 2013 menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Barito Selatan sebesar 126.300 jiwa (Proyeksi Jumlah Penduduk). Jumlah penduduk terdiri dari 64.413 jiwa (51,0 %) laki-laki dan 61.887 jiwa (49,0 %) perempuan, sehingga ratio jenis kelamin atau perbandingan jumlah penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan adalah 104,08 yang artinya jumlah penduduk laki-laki empat persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan.

Adapun jumlah penduduk per Kecamatan di Kabupaten Barito Selatan tahun 2013 (proyeksi atau data sementara) adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2

Jumlah Penduduk Per Kecamatan Tahun 2013

(17)

Bila dibandingkan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah, maka kepadatan penduduk Kabupaten Barito Selatan tergolong jarang, yaitu hanya sekitar 14,30 jiwa /km²-nya. Kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Dusun Selatan yang juga merupakan tempat ibu kota Kabupaten Barito Selatan yaitu 28,00 jiwa / km² dan kepadatan terendah terdapat pada dua kecamatan yaitu Kecamatan Dusun Hilir 7,64 Jiwa/Km² dan Kecamatan Gunung Bintang Awai dengan kepadatan 9,51 jiwa / km².

Komposisi penduduk Kabupaten Barito Selatan bila dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin, menunjukkan penduduk laki-laki sedikit lebih banyak dari pada perempuan yaitu 51,0 % sedangkan perempuan 49,0 % dan jumlah terbanyak berada

pada kelompok umur 15 –44 tahun (49,93 %) dan paling sedikit berada pada kelompok

umur 65 tahun lebih (3,41 %) dan angka beban tanggungan (dependency ratio) yaitu sebesar 54, artinya setiap 100 orang kelompok umur produktif menanggung 54 orang penduduk usia tidak produktif.

D. KEADAAN PENDIDIKAN

Keadaan pendidikan seseorang mempunyai pengaruh terhadap pembangunan kesehatan dalam arti yang luas, baik individu, keluarga, masyarakat, lingkungan dan lain sebagainya. Persentase penduduk berusia 10 tahun ke atas yang tidak / belum pernah bersekolah sesuai data BPS Kabupaten Barito Selatan pada laki-laki adalah 16,49 % dan pada perempuan berusia 10 tahun ke atas yang belum atau tidak pernah bersekolah adalah 21,30%. Selanjutnya di Kabupaten Barito Selatan, persentase penduduk yang berusia 10 tahun ke atas bila dirinci menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah tamat SD/MI merupakan yang terbesar yaitu 35,52 %; SLTP/MTs, 22,74 % ; SLTA/MA, 16,58 % dan Perguruan Tinggi (D.I, D.II, D.III, dan S.1) mencapai 2,29 %.

Proporsi jumlah penduduk Kabupaten Barito Selatan dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut.

(18)

Gambar 2.3

Proporsi Penduduk Kabupaten Barito Selatan yang Berumur 10 Tahun ke atas menurut Status Pendidikan Tahun 2013

(19)

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Untuk mengetahui gambaran derajat kesehatan masyarakat dapat diukur dari indikator-indikator yang digunakan antara lain angka kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas), status gizi, serta umur harapan hidup. Indikator tersebut dapat diperoleh melalui laporan dari fasilitas kesehatan (fasility based) dan dari masyarakat (community based).

Perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dan kesakitan dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survey dan penelitian.

A. MORTALITAS

Peristiwa kematian pada dasarnya merupakan proses akumulasi akhir dari berbagai penyebab penyakit, baik kematian langsung maupun tidak langsung yang berhubungan erat dengan masalah kesehatan secara umum dan juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan bidang kesehatan, di Kabupaten Barito Selatan angka kematian ini dirasa belum mampu merepresentasikan angka sebenarnya karena data kematian hanya didapat dari pencatatan kematian yang terjadi di sarana kesehatan yang ada, baik di puskesmas maupun rumah sakit.

1. Angka Kematian Bayi

Bayi merupakan golongan masyarakat yang dianggap paling rawan dari aspek kesehatan. Indikator yang berkaitan dengan kematian bayi merupakan indikator penting dan sering dipakai untuk mengukur kemajuan suatu daerah. Selain itu, Angka kematian bayi merupakan indikator dalam menentukan status kesehatan masyarakat karena

(20)

indikator ini mencerminkan pelayanan kesehatan dasar yang paling awal, menentukan kualitas pelayanan kebidanan, keadaan kesehatan lingkungan, keadaan sosial ekonomi masyarakat, dan juga sangat menentukan kualitas generasi yang akan datang. Angka kematian bayi didefinisikan sebagai jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

Berdasarkan laporan puskesmas, jumlah kematian bayi di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2013 tercatat 2 orang dan Angka Kematian Bayi tahun 2013 yaitu sebesar 1 per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi pada tahun 2013 terjadi penurunan dibanding tahun 2012 yakni sebesar 10,6 per 1000 kelahiran hidup. Lebih jelas perkembangan angka kematian bayi dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut :

Gambar 3.1

Angka Kematian Bayi Per 1.000 Kelahiran Hidup Kabupaten Barito Selatan Tahun 2010-2013

Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2013

Dari gambar 3.1, dapat terlihat Angka Kematian Bayi pada tahun 2013 mengalami penurunan yang signifikan. Kematian bayi terjadi di Kecamatan Dusun Selatan dan Karau Kuala masing-masing 1 orang.

2. Angka Kematian Anak Balita

Jumlah kematian anak balita berdasarkan laporan pencatatan di sarana kesehatan pada tahun 2013 sebanyak 0 orang sehingga angka kematian anak balita pada tahun 2012 adalah 0 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian anak balita tahun 2013 bila dibandingkan dengan angka kematian anak balita tahun 2013 sebesar 1,1 per 1000 kelahiran hidup telah terjadi penurunan angka kematian anak balita. Sedangkan bila

(21)

dibandingkan dengan indikator MDGs maksimal sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup, maka angka kematian anak balita di Kabupaten Barito selatan sudah memenuhi target tersebut. Perkembangan angka kematian balita di Kabupaten Barito Selatan selama

tahun 2010–2013 dapat dilihat pada Gambar 3.2 Berikut .

Gambar 3.2

Angka Kematian Balita Per 1.000 Kelahiran Hidup

Kabupaten Barito Selatan Tahun 2010–2013

Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2013

3. Angka Kematian Ibu

Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidental) selama kehamilan, melahirkan, dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. Sebagian besar penyebab kematian ibu melahirkan disebabkan oleh pendarahan, kejang-kejang, infeksi kehamilan, persalinan macet/lama, absorbsi/keguguran dan rata-rata karena terlambat di bawa ke Rumah Sakit rujukan.

Angka Kematian Ibu bersama dengan Angka Kematian Bayi senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. Indikator ini dipengaruhi oleh status kesehatan secara umum, pendidikan, pelayanan selama kehamilan, persalinan, dan setelah persalinan.

Jumlah Kematian Ibu dalam hal ini kematian ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas pada tahun 2013 yaitu 8 orang. Kalau dibanding dengan tahun sebelumnya, 2012 yang sebanyak 1 orang maka jumlah kematian ibu pada tahun 2013 mengalami kenaikan

(22)

kasus kematian. Berdasarkan jumlah kematian ibu, maka Angka Kematian Ibu pada tahun 2013 adalah 390/100.000 kelahiran hidup. Bila dibanding dengan target MDGs 2015 sebesar maksimal 102/100.000 kelahiran hidup, maka Kabupaten Barito Selatan belum memenuhi target tersebut.

Gambar 3.3

Angka Kematian Ibu Per 100.000 Kelahiran Hidup

Kabupaten Barito Selatan Tahun 2010–2013

Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2013

Berdasarkan gambar 3.3 di atas kecendrungan Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup selama tiga tahun yakni 2010 s/d 2012 mengalami penurunan, akan tetapi pada tahun 2013 Angka Kematian Ibu Mengalami Kenaikan.

B. MORBIDITAS

Morbiditas adalah angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.

Angka kesakitan penduduk bisa diketahui melalui dua metode, yang pertama didapat dari data yang berasal dari masyarakat (community based data) yang dapat diperoleh dengan melalui studi morbiditas. Sedangkan yang kedua melalui hasil pengumpulan data baik dari Dinas Kesehatan Kabupaten maupun dari data sarana pelayanan kesehatan (Facility Based Data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan. Perolehan data untuk menentukan angka kesakitan (Morbiditas) di

(23)

Kabupaten Barito Selatan didapat melalui cara yang kedua yaitu berdasarkan laporan dari sarana pelayanan kesehatan di wilayah Kabupaten Barito Selatan.

1. AFP (Acute Flaccid Paralysis)

Erapo dilaksanakan melalui gerakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan merupakan wujud dari kesepakatan global dalam membasmi penyakit polio di Indonesia. Kejadian AFP pada saat ini diproyeksikan sebagai indikator untuk menilai program eradikasi polio (erapo). Upaya memantau keberhasilan erapo adalah dengan melaksanakan surveilans secara aktif untuk menemukan kasus AFP sebagai upaya mendeteksi secara dini munculnya virus polio liar yang mungkin ada di masyarakat agar dapat segera dilakukan penanggulangan, cakupan vaksinasi polio rutin yang tinggi, dan sanitasi lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan.

Selama empat tahun terakhir, di Kabupaten Barito Selatan tidak ditemukan kasus AFP sehingga dapat dikatakan sudah mencerminkan cakupan vaksinasi polio yang tinggi dan lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan. (lampiran tabel 18).

2. TB Paru BTA Positif

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan HIV / AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs.

Pengendalian TB di Kabupaten Barito Selatan menggunakan strategy Direcly Observed Treatment Shortcourse (DOTS). Dengan program ini kita berusaha mencapai target penemuan penderita (CDR) sebesar > 70 % dari perkiraan penderita TB BTA positif kasus baru dengan tingkat kesembuhan sebesar > 85 %.

Berdasarkan data hasil kegiatan Program Pencegahan dan Penanggulangan

Penyakit Menular pada tahun 2013 terjadi kasus BTA+ sebanyak 107 orang. Pasien yang diobati sebanyak 107 orang dan dievaluasi kesembuhannya pada tahun 2013 sebanyak 107 orang (100 %).

Berdasarkan jumlah kasus TB Paru Positif diperoleh Angka Insiden TB Paru sebesar 84,7 per 100.000 penduduk, Persentase BTA Positif terhadap suspek sebesar 8,88 %, Angka kesembuhan penderita TB Paru BTA Positif pada tahun yang sama adalah 100 %.

(24)

Untuk penemuan kasus BTA+ pada tahun 2013 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya dan penurunan dapat dilihat pada grafik dibawah ini. (lampiran tabel 7,8, dan 9).

Gambar 3.4

Penemuan Penderita TB BTA+ Tahun 2011-2013

Sumber Bidang Pengndalian Masalah Kesehatan, 2013

Berdasarkan gambar di atas, penemuan penderita TB BTA + dari tahun 2011 sampai tahun 2013 mengalami penurunan kasus sebesar 10 % sampai dengan 20 % per tahunnya.

3. Pneumonia

Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli), infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamun. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang adalah Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutirsi, gangguan imunologi).

Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian balita yang utama, selain diare. Penyakit ini merupakan bagian dari penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA sebagai salah satu penyebab utama kematian pada bayi dan balita diduga karena pneumonia dan merupakan penyakit yang akut dan kualitas penatalaksanaannya masih belum memadai. Upaya pemberantasan penyakit ISPA dilaksanakan dengan fokus penemuan dini dan tata laksana kasus secara cepat dan tepat. Upaya ini dikembangkan melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).

(25)

Jumlah balita pada tahun 2013 di wilayah Kabupaten Barito Selatan adalah 13.042 orang dan jumlah perkiraan kasus Pneumonia adalah 1.304 orang. Kasus Pneumonia pada Balita pada tahun 2013 sebanyak 6 orang. Bila dibandingkan dengan tahun 2012 penderita pneumonia adalah 10 orang, maka jumlah kasus di tahun 2013 telah terjadi penurunan kasus Pneumonia dari tahun sebelumnya. (lampiran tabel 10).

4. HIV/AIDS dan IMS

HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus

Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi

tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.

Upaya penemuan kasus/penderita HIV/AIDS di Kabupaten Barito Selatan terus dilakukan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah yaitu terhadap kelompok pekerja dengan resiko tinggi HIV/AIDS pada Pekerja Seks Komersial (PSK). Berdasarkan laporan dari Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan, pada tahun 2013 tidak terdapat kasus untuk HIV maupun kasus Infeksi Menular Seksual (IMS). (lampiran tabel 11).

Kegiatan donor darah dilakukan di Rumah Sakit Umum Buntok. Pada tahun 2013, jumlah pendonor adalah 1.002 orang. Berdasarkan jumlah pendonor telah dilakukan pemeriksanaan sampel darah (diskrining) sebanyak 1.002 orang (100 %) dengan hasil tidak ditemukan sampel darah dengan positif HIV (lampiran tabel 12).

5. Diare

Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita Diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam.

Kegiatan pokok dari upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit diare adalah Penemuan dan pengobatan diare dengan menitikberatkan pada penatalaksanaan penderita secara tepat sesuai standar baik di sarana kesehatan maupun di rumah tangga.

Jumlah perkiraan kasus diare di Kabupaten Barito Selatan berdasarkan jumlah penduduk pada tahun 2013 adalah 2.703 kasus. Sedangkan kasus diare yang terjadi selama kurun waktu yang sama tercatat ada 2.809 kasus. Hal ini berarti cakupan

(26)

penemuan penderita Diare sebesar 103,9 %. Bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang memiliki cakupan sebesar 66,6 %, maka terjadi kenaikan penemuan kasus Diare pada tahun 2013. Pencapaian cakupan penemuan kasus diare sudah sesuai target Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang menetapkan sebesar 100 %. Selain itu, dari semua kasus diare yang terjadi tidak terdapat kasus kematian karena semua kasus diare telah mendapat penanganan yang tepat sesuai standar.

Gambar 3.5 Kasus Diare

Kabupaten Barito Selatan Tahun 2010-2013

Sumber Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan, 2013

Berdasarkan gambar 3.5 diatas, diketahui bahwa jumlah kasus diare keseluruhan baik pada dewasa maupun balita selama 4 (empat) tahun terakhir terlihat fluktuatif, pada periode tahun 2010 dan 2011 terjadi kenaikan, namun terjadi penurunan pada tahun 2012 dan tahun 2013.

6. Kusta

Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium Leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan Kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata. Diagnosa Kusta dapat ditegakkan dengan adanya kondisi sebagai berikut : a. Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa.

b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa mati rasa dan kelemahan/kelumpuhan otot.

(27)

Pada tahun 2013, ditemukan kasus baru kusta di Kabupaten Barito Selatan sebanyak 2 orang. Kedua orang penderita tersebut menderita kusta jenis kusta basah dan sedang menjalani pengobatan.( lampiran tabel 14, 15, 16, dan 17).

7. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) a. Difteri

Dipteri termasuk penyakit menular yang jumlah kasusnya relatif rendah, rendahnya kasus difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi. Dipteri adalah penyakit yang disebabkan corynebacterium diptheriae dengan gejala panas lebih kurang 30° C disertai adanya pseudo membran (selaput tipis) putih keabu-abuan pada tenggorokan (laring, faring, dan tonsil) yang tak mudah lepas dan mudah berdarah. Dapat disertai nyeri menelan, leher membengkak seperti leher sapi (bull neck) sesak nafas disertai bunyi (stridor) dan pada pemeriksaan apusan tenggorok atau hidung terdapat kuman difteri. Selama tahun 2013 di Kabupaten Barito Selatan tidak terdapat kasus difteri.

b. Tetanus

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh clostridium tetani, biasanya dengan gejala riwayat luka, demam, kejang rangsang, risus sardonicus (muka setan) dan kadang-kadang disertai perut papan dan opistotonus (badan melengkung) pada umur di atas 1 bulan. Selama tahun 2013 di Kabupaten Barito Selatan tidak ditemukan kasus tetanus yang terlapor.

c. Tetanus Neonatorum

Tetanus neonatorum adalah penyakit bayi lahir hidup normal dan dapat menangis dan menetek selama 2 hari kemudian timbul gejala sulit menetek disertai kejang rangsang pada umur 3-28 hari. Selama empat tahun terakhir (2001, 2011, 2012 dan 2013) di Kabupaten Barito Selatan tidak ditemukan kasus tetanus neonatorum.

d. Campak

Campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus measles, disebarkan melalui droplet bersin atau batuk dari penderita, gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, conjunctivitis (mata merah), selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh, tangan, serta kaki.

(28)

Pada tahun 2013, kasus campak tidak ditemukan di Kabupaten Barito Selatan.

e. Polio

Polio adalah salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam PD3I. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berumur 0-3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku dileher dan sakit ditungkai dan tangan.

Selama empat tahun terakhir, di Kabupaten Barito Selatan tidak ditemukan kasus penyakit polio.

f. Hepatitis B

Penyakit Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati. Penyebaran penyakit terutama melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses persalinan, melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala yang ada adalah lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu, urine menjadi kuning, kotoran menjadi pucat. Warna kuning bisa terlihat pada mata ataupun kulit. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan cirrhosis hepatis, kanker hati, dan menimbulkan kematian.

Selama empat tahun terakhir, di Kabupaten Barito Selatan tidak ditemukan kasus Hepatitis B (lampiran tabel 20).

8. DBD

Demam Berdarah Dengue adalah penyakikt yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes Aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang angak berumur < 15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa. Penyakit ini sering muncul sebagai KLB dengan angka kesakitan dan kematian yang relatif tinggi. Penyakit ini biasanya muncul pada musim hujan yaitu antara bulan Oktober sampai dengan Maret, dimana banyak terjadi genangan air bersih yang merupakan suatu kondisi yang cocok untuk perkembangbiakan jentik nyamuk Aedes Aegypty.

Di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2013 tidak ditemukan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).

(29)

Gambar 3.6

Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Tahun 2010-2013

Sumber Bidang Penendalian Masalah Kesehatan, 2013

Berdasarkan gambar 3.6 di atas kasus DBD di Kabupaten Barito Selatan selama tiga tahun terakhir tidak terjadi kasus. Kasus terakhir terjadi pada tahun 2010 yakni 17 orang penderita yang telah ditangani dan sembuh.

9. Malaria

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDGs). Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina, dapat menyerang semua orang bail laki-laki maupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak, dan dewasa.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pengendalian malaria di tingkat pelayanan kesehatan dasar selama ini adalah penemuan dan pengobatan disertai pemberantasan vektor yang terbatas. Penemuan penderita malaria dilakukan secara pasif di sarana kesehatan. Tujuan pemberantasan penyakit malaria adalah menurunkan angka kesakitan dengan mengobati seluruh penderita klinis dan positif dengan pengobatan yang standar.

Jumlah penderita malaria dengan pemeriksaan sediaan darah positif pada tahun 2013 sebanyak sebanyak 111 orang. Berdasarkan data tersebut diperoleh angka kesakitan malaria (API) sediaan dahak positif tahun 2013 sebesar 0,87 per 1000 penduduk. Bila dibandingkan dengan tahun 2012 dengan angka kesakitan malaria (API)

(30)

sediaan dahak positif sebesar 1,8 per 1000 penuduk maka pada tahun 2013 terjadi penurunan angka kesakitan malaria.

Bila dibandingkan dengan target Kementerian Kesehatan RI yang hanya 0,5 per 1000 penduduk, maka Kabupaten Barito Selatan masih perlu menurunkan angka kasus malaria dengan upaya yang lebih maksimal lagi.

Gambar 3.7

Trend Angka Kesakitan Malaria Per 1000 Penduduk Kabupaten Barito Selatan selama tahun 2010-2013

Sumber Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan, 2013

Berdasarkan gambar 3.7, terlihat Angka Kesakitan Malaria yang cendrung Menurun selama empat tahun terakhir. Bila dilihat berdasarkan puskesmas, maka penemuan kasus Malaria positif tertinggi adalah di wilayah Puskesmas Mengkatip dengan jumlah kasus positif 30 orang, sedangkan yang terendah adalah di wilayah Puskesmas Tabak Kanilan dengan kasus 1 orang (lampiran tabel 22).

10. Filariasis (Kaki Gajah)

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filariasis, yang terdiri dari 3 (tiga) spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugai timori. Penyakit ini menginfeksi jaringan limfe (getah bening). Filariasis menular melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing filaria dalam tubuhnya. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap di jaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai, payudara, lengan, dan organ genital.

(31)

Di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2013 ditemukan kasus baru Filariasis sebanyak 14 orang. Angka Kesakitan Filariasis di Kabupaten Barito Selatan adalah 13 per 100.000 penduduk. Grafik Angka Kesakitan Filariasis dapat dilihat pada gambar 3.8 dibawah ini :

Gambar 3.8

Angka Kesakitan Filariasis per 100.000 Penduduk Kabupaten Barito Selatan selama tahun 2010-2013

Sumber Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan, 2013

C. STATUS GIZI

Status gizi seseorang mempunyai hubungan yang erat dengan permasalahan kesehatan secara umum, di samping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan individu. Status gizi pada janin/bayi sangat ditentukan oleh status gizi ibu hamil atau ibu menyusui. Indikator- indikator yang dapat mencerminkan keadaan/status gizi masyarakat diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Bayi yang lahir dengan BBLR merupakan manifestasi dari keadaan kurang gizi pada janin saat dalam kandungan. BBLR (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu: BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) dan BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara berkembang banyak kasus

(32)

BBLR disebabkan oleh ibu berstatus gizi buruk, Anemia, Malaria, dan menderita Penyakit Menular Seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil.

Sementara itu data BBLR yang dihimpun dari Rumah Sakit Umum Buntok dan Puskesmas Di Kabupaten Barito Selatan. Pada tahun 2013, bayi lahir yang ditimbang berat badannya sebanyak 1.981 orang. Karena jumlah bayi lahir hidup sebanyak 2.051, maka cakupan bayi lahir yang ditimbang berat badannya adalah 96,6 %. Berdasarkan jumlah bayi yang ditimbang tersebut ditemukan kasus bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) sebanyak 53 orang (2,7 %). Semua kasus BBLR sudah tertangani dengan baik. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang cakupan BBLR sebanyak 2,6 %, maka pada tahun 2013 mengalami sedikit peningkatan.

Bila dilihat berdasarkan wilayah kerja puskesmas, maka wilayah kerja Puskesmas Buntok memiliki kasus tertinggi yaitu 24 orang, yang disusul dengan Puskesmas Jenamas sebanyak 8 orang. Sebaliknya wilayah kerja Puskesmas Kalahien, Baru dan Pendang tidak ditemukan kasus BBLR. Selain itu, Bila dibandingkan dengan target Kementerian Kesehatan untuk persentase bayi dengan BBLR maksimal 5 %, maka Kabupaten Barito Selatan telah berada di bawah target tersebut. Untuk mengetahui trend cakupan bayi BBLR dapat dilihat pada gambar 3.9 berikut.

Gambar 3.9

Cakupan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah Tahun 2010-2013

Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2013

Berdasarkan gambar 3.9 diketahui bahwa pada periode 2011-2013 terjadi peningkatan cakupan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Pada tahun 2013 terjadi sedikit peningkatan cakupan bayi BBLR. (lampiran tabel 37).

(33)

2. Status Gizi Balita

Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah pengukuran secara antropometrik yang menggunakan Indeks Berat Badan menurut Umur balita kemudian disetarakan dengan standar baku rujukan WHO-NCHS untuk mengetahui status gizinya.

Pada tahun 2013 tidak ada kegiatan survei penilaian status gizi di Kabupaten Barito Selatan. Kegiatan survei dilakukan pada tahun 2012 dalam kegiatan Pemantaun Status Gizi (PSG), diperoleh hasil sebagai berikut : Jumlah balita yang disurvei adalah 1.800 orang dengan katagori status gizi :

 Status Gizi Gemuk sejumlah 189 orang ( 10,50 %)

 Status Gizi Normal sejumlah 1.454 orang (81,00 %)

 Status Gizi Kurus sejumlah 159 orang (9,0 %)

 Status Gizi Sangat Kurus sejumlah 11 (0,61 %)

Cakupan balita dengan gizi normal (gizi baik) adalah 81 %, hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Barito Selatan telah memenuhi target yang ditetapkan Kementerian Kesehatan yaitu persentase balita dengan gizi baik minimal 80 %.

D. ANGKA HARAPAN HIDUP (AHH)

Salah satu cara untuk menilai tingkat kesehatan secara umum adalah dengan melihat umur harapan hidup waktu lahir. Angka ini sekaligus memperlihatkan keadaan dan sistem pelayanan kesehatan yang ada dalam suatu masyarakat, karena dapat dipandang sebagai suatu bentuk akhir dari hasil upaya peningkatan taraf kesehatan secara keseluruhan. Di samping itu, umur harapan hidup ini sangat erat korelasinya dengan angka kematian bayi.

Angka harapan hidup waktu lahir merupakan gambaran rata-rata umur yang mungkin dapat dicapai oleh seorang bayi yang baru lahir. Berdasarkan laporan Statistik Kabupaten Barito Selatan, AngkaUmur Harapan Hidup di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2013 adalah sebesar 68,47 tahun. Ini berarti secara rata-rata penduduk di Kabupaten Barito Selatan hidup hingga mencapai usia 68 tahun. Untuk mengetahui perkembangan umur harapan hidup selama 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada gambar 3.10 berikut.

(34)

Gambar 3.10

Trend Angka Harapan Hidup (AHH)

Kabupaten Barito Selatan Selama Tahun 2011-2013

Sumber BPS Kabupaten Barito Selatan, 2013

Berdasarkan gambar 3.10 diketahui bahwa terjadi kecendrungan peningkatan Angka Harapan Hidup (AHH) di Kabupaten Barito Selatan selama tahun 2011, 2012, dan 2013. Hal ini cukup menggembirakan karena semakin tinggi usia harapan hidup semakin meningkat kualitas kesehatan masyarakat. Di samping itu, kenaikan umur harapan hidup menunjukkan bahwa tingkat kematian semakin rendah.

(35)

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, telah dilakukan berbagai upaya kesehatan baik upaya kesehatan masyarakat (UKM) maupun upaya kesehatan perorangan (UKP) dengan menghimpun seluruh potensi yang ada. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif).

Situasi upaya kesehatan digambarkan dengan indikator-indikator pelayanan kesehatan, akses dan mutu pelayanan kesehatan, perilaku masyarakat, dan keadaan lingkungan. Berikut ini diuraikan situasi upaya kesehatan untuk tahun 2013.

A. PELAYANAN KESEHATAN 1. Kunjungan Ibu Hamil

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan

perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya, yang mengikuti program

pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari indikator cakupan K-1 dan K-4.

K-1 merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K-4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga.

Pada tahun 2013, sasaran ibu hamil di Kabupaten Barito Selatan adalah 2.377 orang. Berdasarkan laporan hasil pelayanan, cakupan pelayanan K-1 sebesar 99,8 % dan cakupan pelayanan K-4 nya sebesar 80,3 %. Khusus cakupan pelayanan K-4, bila dilihat berdasarkan wilayah kerja Puskesmas, maka Puskesmas Buntok memiliki cakupan tertinggi yaitu sebesar 469 Ibu Hamil, sebaliknya cakupan terendah ada di Puskesmas Sababilah sebesar 48 Ibu Hamil. Jika dibandingkan dengan cakupan K-4 pada tahun 2012 yang sebesar 79,2 %, maka di tahun 2013 terjadi peningkatan cakupan. Namun,

(36)

jika dibandingkan dengan target Indikator Standar Pelayanan Minimal sebesar 90 % cakupan K-4, maka Kabupaten Barito Selatan masih belum memenuhi target tersebut. (lampiran tabel 29).

Gambar 4.1

Cakupan K-1 dan K-4 Ibu Hamil Menurut Puskesmas Tahun 2013

Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2013

Gambar 4.1 diatas menunjukkan cakupan pelayanan K-1 dan K-4 menurut puskesmas. Terlihat bahwa konstribusi terbesar dalam pelayanan K-1 terhadap ibu hamil terdapat di wilayah kerja Puskesmas Kalahien dan untuk pelayanan K-4 terhadap ibu hamil terdapat di wilayah kerja Puskesmas Buntok.

2. Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan

Pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan juga merupakan salah satu kualitas pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa persalinan, hal ini disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan (nakes) merupakan salah satu upaya untuk penurunan angka kematian ibu dan bayi. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan.

Berdasarkan jumlah sasaran ibu hamil yang ada, maka jumlah ibu yang melahirkan selama tahun 2013 di Kabupaten Barito Selatan adalah 2.232 orang. Sedangkan jumlah ibu melahirkan yang ditolong oleh tenaga kesehatan adalah 1.981

(37)

orang atau cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 88,8 %. Bila dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu 84,6 %, maka di tahun 2013 mengalami peningkatan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang cukup berarti.

Sementara jika dilihat berdasarkan puskesmas, maka cakupan tertinggi ada di wilayah kerja Puskesmas Buntok dan Tabak Kanilan yaitu 100 % dan terendah di wilayah kerja Puskesmas Bantai Bambure yaitu 39,8 %. Namun, bila dilihat dari target Indikator Standar Pelayanan Minimal sebesar 90 %, maka Kabupaten Barito Selatan belum memenuhi target tersebut. Gambar 4.2 menampilkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan berdasarkan puskesmas tahun 2013.

Gambar 4.2

Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Menurut Puskesmas Tahun 2013

Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2013

Gambar 4.2 merupakan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan. Diketahui bahwa ada 6 puskesmas yang telah memenuhi target Indikator Standar Pelayanan Minimal (90 %) pada tahun 2013 dan sisanya sebanyak 6 puskesmas masih belum memenuhi target. (lampiran Tabel 29).

3. Pelayanan Ibu Nifas

Pelayanan ibu nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas sedikitnya 3 kali, pada 6 jam pasca persalinan s.d. 3 hari, pada minggu ke II, dan pada minggu ke VI. Pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi : 1) pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu; 2) pemeriksaan tinggi fundus uteri; 3) pemeriksaan lokhia dan

(38)

pengeluaran per vaginam lainnya; 4) pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan; 5) pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali; dan 6) pelayanan KB pasca persalinan.

Jumlah ibu nifas di Kabupaten Barito Selatan selama tahun 2013 adalah sebanyak 2.232 orang. Sedangkan yang mendapat pelayanan kesehatan adalah sebesar 2.232 orang atau cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas sebesar 100 %. Bila dibandingkan dengan cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas tahun 2012 sebesar 84,6 %, maka pada tahun 2013 mengalami peningkatan cakupan.

Bila dibandingkan dengan target indikator Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan sebesar 90 %, maka Kabupaten Barito Selatan telah mencapai target tersebut. (lampiran tabel 29).

Gambar 4.3

Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Puskesmas Tahun 2013

Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2013

4. Ibu Hamil yang mendapat TT

Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri yang disebut Clostridium tetani. Tetanus juga bisa menyerang pada bayi baru lahir (Tetanus Neonatorum) pada saat persalinan dan perawatan tali pusat. Tetanus merupakan salah satu penyebab kematian bayi di Indonesia.

Masih banyak calon ibu di masyarakat terutama yang tinggal di daerah-daerah terpencil berada dalam kondisi yang bisa disebut masih jauh dari kondisi steril saat persalinan. Hal inilah yang bisa menimbulkan risiko ibu maupun bayinya terkena tetanus.

(39)

Pada tahun 2013, sasaran ibu hamil di Kabupaten Barito Selatan adalah 2.377 orang. Berdasarkan sasaran yang ada, jumlah ibu hamil yang mendapat imunisasi TT-1 adalah 1.750 orang atau cakupan imunisasi TT-1 untuk ibu hamil sebesar 74 %, dan jumlah ibu hamil yang mendapat imunisasi TT-2 adalah 1.534 orang atau cakupan imunisasi TT-2 sebesar 64,5 %. Bila dilihat berdasarkan puskesmas, untuk cakupan imunisasi TT-2 pada tahun 2013 Puskesmas Bangkuang memiliki cakupan yang paling tinggi yaitu 80,9 %, sebaliknya Puskesmas Bantai Bambure memilki cakupan yang paling rendah yaitu 37,8 % (lampiran tabel 30).

5. Pemberian Tablet Besi

Pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, selain pemeriksaan kehamilan juga disertai dengan pemberian tablet besi (Fe) untuk mencegah terjadinya anemia besi pada ibu hamil. Tujuan pemberian tablet Fe untuk mencegah terjadinya anemia besi pada ibu hamil. Selama masa kehamilan, ibu hamil harus mendapatkan tablet besi sebanyak 90 tablet. 30 tablet pertama dinyatakan dengan cakupan Fe-1 dan untuk ibu hamil yang telah mendapat tablet besi sebanyak 90 tablet dinyatakan sebagai cakupan Fe-3.

Jumlah ibu hamil yang di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2013 adalah 2.377 orang. Berdasarkan jumlah sasaran tersebut, jumlah ibu hamil yang mendapat Fe-1 adalah 2.259 orang atau cakupan Fe-1 pada ibu hamil sebesar 95,04 %. Sedangkan ibu hamil yang mendapat Fe-3 adalah 2.021 orang atau cakupan Fe-3 sebesar 85,02 %.

Bila dibandingkan dengan cakupan Fe-3 tahun sebelumnya sebesar 83,96%, maka pada tahun 2013 telah terjadi peningkatan cakupan Fe-3. Bila dilihat berdasarkan wilayah kerja puskesmas, untuk pencapaian cakupan Fe-3 tertinggi adalah Puskesmas Sababilah yaitu 100 %. Sebaliknya pencapaian cakupan Fe-3 terendah adalah Puskesmas Bantai Bambure yaitu 71,43 %. Bila dibandingkan dengan target Kementerian Kesehatan sebesar 90 %, maka cakupan Fe-3 di Kabupaten Barito Selatan belum memenuhi target yang diharapkan. Untuk lebih jelasnya pencapaian cakupan

(40)

Gambar 4.4

Cakupan Fe-3 Menurut Puskesmas Tahun 2013

Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2013

Berdasarkan Gambar 4.4, diketahui bahwa ada 4 puskesmas yang telah memenuhi target Kementerian Kesehatan untuk cakupan pemberian Fe-3 sebesar 90 % yaitu Puskesmas Sababilah, Baru, Babai, dan Puskesmas Buntok. Sebaliknya ada puskesmas Jenamas, Mengkatip, Bangkuang, Kalahien, Pendang, Bantai Bambure Tabak Kanilan, dan Puskesmas Patas I yang belum memenuhi target tersebut.

6. Bumil Risti yang Ditangani

Resiko tinggi atau komplikasi kebidanan pada kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Ibu hamil dengan resiko tinggi atau komplikasi diantaranya ditandai dengan keadaan HB kurang dari 8 gr %, tekanan darah tinggi, oedema yang nyata, eklamsia, perdarahan per vaginan, dan kehamilan ganda.

Berdasarkan jumlah ibu hamil di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2013 terdapat cakupan ibu hamil dengan resiko tinggi atau komplikasi kebidanan sebanyak 174 orang dengan kata lain cakupan sebesar 36,6 % dari perkiraan ibu hamil dengan komplikasi kebidanan. Bila dibanding dengan tahun 2012 sebesar 30,2 %, maka cakupan ibu hamil resiko tinggi pada tahun 2013 terdapat Peningkatan.

Semua ibu hamil dengan resiko tinggi atau komplikasi kebidanan yang ditemui telah ditangani dan mendapat perawatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih (100 %). Hal ini berarti cakupan ibu hamil dengan resiko tinggi yang ditangani sudah memenuhi target Standar Pelayanan Minimal sebesar 100 %.

(41)

Indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) menetapkan target 100 % cakupan ibu hamil resiko tinggi yang ditangani, hal ini berarti Kabupaten Barito Selatan Belum memenuhi target tersebut.

Bila dilihat berdasarkan puskesmas, maka Puskesmas Buntok merupakan puskesmas tertinggi kasus bumil risti yaitu 89 orang, sebaliknya Puskesmas Pendang 1 kasus bumil risti (lampiran tabel 33).

7. Neonatal Risti yang Ditangani

Jumlah bayi (neonatus) di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2013 adalah 2.051 orang dan perkiraan Neonatal dengan komplikasi adalah 308 orang, sedangkan

yang terdeteksi dengan resiko tinggi atau komplikasi mendapat penanganan adalah 54

orang (17,6 %). Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 15 %, maka pada tahun 2013 mengalami peningkatan penanganan kasus neonatal resiko tinggi.

Semua neonatal dengan resiko tinggi atau komplikasi yang ditemui telah ditangani dan mendapat perawatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih (100,00 %). Hal ini berarti cakupan neonatal dengan resiko tinggi yang ditangani sudah memenuhi target Standar Pelayanan Minimal sebesar 100 %.

Bila dilihat berdasarkan puskesmas, maka puskesmas yang paling banyak ditemukan kasus neonatal resiko tinggi atau komplikasi adalah Puskesmas Buntok dengan jumlah kasus 12 bayi, sebaliknya untuk Puskesmas Kalahien dan Tabak Kanilan tidak ditemukan kasus neonatal resiko tinggi atau komplikasi (lampiran tabel 33).

8. Pemberian Kapsul Vitamin A Dosis Tinggi

Tujuan pemberian kapsul vitamin A pada balita adalah untuk menurunkan prevalensi dan mencegah kekurangan vitamin A pada balita. Kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk mengatasi masalah kekurangan vitamin A (KVA) pada masyarakat apabila cakupan tinggi. Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan serta meningkatkan daya tahan tubuh.

Sasaran pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi adalah bayi (umur 6-11 bulan) diberikan kapsul vitamin A 100.000 SI, anak balita (umur 1-4 tahun) diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI, dan ibu nifas diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI, sehingga bayinya akan memperoleh vitamin yang cukup melalui ASI.

Pada tahun 2013 di Kabupaten Barito Selatan, jumlah sasaran bayi adalah 2.051 orang dan yang memperoleh vitamin A dosis tinggi sebanyak 1.728 orang (84,23 %).

(42)

Jumlah balita adalah 15. 093 orang dan yang memperoleh vitamin A sebanyak 12.213 orang (80,92 %).

Bila dibandingkan dengan cakupan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi untuk bayi pada tahun 2012 sebesar 45,8 %, maka pada tahun 2013 yang sebesar 84,23 % telah terjadi peningkatan. (lampiran tabel 44).

Gambar 4.5

Cakupan Vitamin A pada Balita menurut Puskesmas Kabupaten Barito Selatan Tahun 2013

Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2013

Berdasarkan gambar 4.5 diketahui bahwa cakupan tertinggi terdapat pada wilayah kerja Puskesmas Mengkatip, sebaliknya cakupan terendah ada di Puskesmas Bantai Bambure sebesar 49 %.

9. Keluarga Berencana

Peserta Keluarga Berencana terbagi menjadi peserta KB Baru dan peserta KB Aktif. Berdasarkan laporan dari Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Kabupaten Barito Selatan selama tahun 2013 sebagai berikut. Jumlah Pasangan Usia Subur sebesar 21.516 pasangan. Jumlah peserta KB Baru adalah 1.830 (8,5 % dari PUS) sedangkan peserta KB Aktif adalah 16.146 (75 % dari PUS).

Bila dilihat berdasarkan puskesmas untuk peserta KB Baru, Puskesmas Patas I merupakan puskesmas tertinggi cakupannya yaitu sebesar 16,5 %, sebaliknya Puskesmas Buntok merupakan puskesmas terendah cakupannya yaitu hanya 4,4 %. Bila dibandingkan dengan target Standar Pelayanan Minimal yang cakupan peserta KB

(43)

aktif sebesar 70 %, maka Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2013 yang 75 %, sudah memenuhi target tersebut.

Berdasarkan jenis kontrasepsi yang digunakan, Peserta KB Aktif dibedakan menjadi menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang jenisnya adalah IUD, MOP/MOW, implan dan Non Metode Konrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) yang jenisnya adalah suntik, pil, kondom, obat vagina, dan lainnya.

Di Kabupaten Barito Selatan, untuk Metode Kontrasepsi Jangka Panjang paling banyak menggunakan jenis implan (12,4 %). Sedangkan untuk Non Metode Kontrasepsi jangka Panjang paling banyak menggunakan jenis suntik (46 %). Untuk mengetahui distribusi jenis kontrasepsi untuk peserta KB Aktif dapat disimak pada Gambar 4.6 berikut.

Gambar 4.6

Persentase Peserta KB Aktif Berdasarkan Jenis Kontrasepsi Kabupaten Barito Selatan Tahun 2013

Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2013

Berdasarkan gambar 4.6, diketahui bahwa jenis kontrasepsi yang terbanyak digunakan oleh peserta KB Aktif adalah Suntik yaitu sebanyak 7.425 orang (46 %), sebaliknya jenis kontrasepsi yang paling jarang digunakan adalah MOP/MOW dengan jumlah 81 orang (1 %). Untuk mengetahui distribusi penggunaan jenis kontrasepsi berdasarkan kecamatan dapat disimak pada lampiran tabel 34, 35 dan 36.

10. Kunjungan Neonatus

Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang paling rentan atau memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan persalinan

(44)

yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kepada neonatus (0-28 hari). Dalam pelayanan kesehatan neonatus, petugas selain melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga memberikan konseling perawatan bayi kepada ibu.

Jumlah bayi lahir hidup di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2013 adalah 2.051 orang. Jumlah kunjungan neonatus 1 kali (KN-1) adalah 1.977 orang atau Cakupan KN-1 sebesar 96,4 %. Sedangkan jumlah kunjungan neonatus lengkap adalah 1.691 orang atau cakupan KN lengkap sebesar 82,3 %.

Bila cakupan KN lengkap tahun 2013 dibandingkan dengan cakupan tahun 2012

sebesar 88,3 %, maka pada tahun 2013 mengalami penurunan cakupan KN lengkap.

Namun, bila dibandingkan dengan target Kementerian Kesehatan sebesar 90 % untuk persentase bayi baru lahir yang mendapat kunjungan tenaga kesehatan, maka Kabupaten Barito Selatan belum memenuhi target tersebut.

Sementara bila dilihat dari puskesmas, cakupan KN lengkap tertinggi yaitu pada Puskesmas Buntok yaitu sebanyak 423 oang (lampiran tabel 38).

11. Pelayanan Kesehatan Bayi

Pelayanan Kesehatan Bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (Dokter, Bidan, dan Perawat) minimal 4 kali dalam setahun, yaitu satu kali pada umur 29 hari 3 bulan, satu kali pada umur 3-6 bulan, satu kali pada umur 6-9

bulan, dan satu kali pada umur 9–11 bulan.

Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio 1-4, dan Campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi, dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Indikator ini merupakan penilaian terhadap upaya peningkatan akses bayi memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi.

Berdasarkan hasil kompilasi data dari laporan puskesmas tahun 2013, Jumlah bayi sebanyak 2.121 orang. Sedangkan bayi mendapat pelayanan kesehatan (minimal 4 kali) sebanyak 1.777 orang atau cakupan pelayanan kesehatan bayi di Kabupaten Barito Selatan sebesar 83,8 %.

Bila dibandingkan dengan cakupan kunjungan bayi tahun 2012 sebesar 80,1 %, maka pada tahun 2013 terjadi peningkatan cakupan kunjungan bayi. Bila dibandingkan

(45)

dengan target Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebesar 90 %, maka Kabupaten Barito Selatan belum mencapai target tersebut.

Gambar 4.7

Cakupan Kunjungan Bayi menurut Puskesmas Tahun 2013

Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2013

Berdasarkan gambar 4.7 di atas, dapat diketahui bahwa Puskesmas Sababilah memperoleh cakupan yang tertinggi yaitu 111,1 %. Pencapaian target cakupan kunjungan bayi sangat dipengaruhi oleh keaktifan posyandu tiap bulannya, peran kader, dan partisipasi keluarga untuk membawa bayi ke posyandu, serta keaktifan tenaga puskesmas dalam membina posyandu.

12. Imunisasi

Bayi dan anak-anak memiliki risiko yang lebih tinggi terserang penyakit menular yang dapat mematikan, seperti : Dipteri, Tetanus, Hepatitis B, radang selaput otak, radang paru-paru, dan masih banyak penyakit lainnya. Untuk itu salah satu pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar kelompok berisiko ini terlindung adalah melalui imunisasi.

Pencapaian Universal Child Immunization merupakan suatu gambaran terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara lengkap. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut dapat digambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat terhadap penularan PD3I.

Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian program imunisasi adalah persentase desa yang mencapai UCI. Pada tahun 2013, dari 93 desa yang ada di

Gambar

Gambar 3.5 Kasus Diare
Gambar 4.9 Cakupan Indikator D/S dan BGM Pada Balita Tahun 2010-2013
Gambar 5.1 Persentase Posyandu

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil laporan kegiatan sarana pelayanan kesehatan Tahun 2015, jumlah kematian bayi yang terjadi di wilayah Kerja Dinas Kesehatan KB dan Sosial Kabupaten Mamuju Tengah

Page 14 Beberapa upaya yang telah dilakukan Dinas Kesehatan dan jaringannya dalam menurunkan kematian bayi dengan proporsi jumlah tenaga medis dan paramedis yang

Kasus kematian akibat diare pada tahun 2013 sebanyak 1 kasus di wilayah puskesmas Kebakkaramat I, masih sama dengan tahun 2012 sebanyak 1 kasus di wilayah yang sama

Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan

sepuluh besar penyakit yang ada, dimana Penyakit Telinga dan Prosesus Mastoid merupakan penyakit yang banyak ditemukan di Rumah Sakit, Sedangkan pada tahun 2013

Melihat terjadinya peningkatan kasus kematian bayi di Kabupaten Tabanan pada tahun 2013 yang cukup signifikan, dimana terjadinya peningkatan kasus tersebut

Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga

TABEL 21 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Jepara tahun 2013 TABEL 22 Jumlah kasus