• Tidak ada hasil yang ditemukan

Judul Skripsi :HUBUNGAN ANTARA PROGRAM MENGHAFAL AL-QUR’AN DENGAN INTENSITAS PENGGUNAAN GADGET DI PONDOK PESANTREN AN-NIDA SALATIGA TAHUN 2017 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Judul Skripsi :HUBUNGAN ANTARA PROGRAM MENGHAFAL AL-QUR’AN DENGAN INTENSITAS PENGGUNAAN GADGET DI PONDOK PESANTREN AN-NIDA SALATIGA TAHUN 2017 - Test Repository"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA PROGRAM MENGHAFAL AL-

QUR’AN

DENGAN INTENSITAS PENGGUNAAN GADGET

DI PONDOK PESANTREN AN-NIDA SALATIGA

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh

NUR KHASANAH

11113075

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)
(3)

iii

HUBUNGAN ANTARA PROGRAM MENGHAFAL AL-

QUR’AN

DENGAN INTENSITAS PENGGUNAAN GADGET

DI PONDOK PESANTREN AN-NIDA SALATIGA

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh

NUR KHASANAH

11113075

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO

BERIKAN AKU 1000 ORANG TUA, NISCAYA

AKAN KUCABUT SEMERU DARI AKARNYA,

BERIKAN AKU 1 PEMUDA, NISCAYA AKAN

KUGUNCANGKAN DUNIA”

BARANG SIAPA YANG

MENAPAKI

SUATU JALAN

DALAM RANGKA MENUNTUT

ILMU

MAKA,

ALLAH AKAN MEMUDAHKAN BAGINYA

JALAN KE SURGA

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

1. Kedua orang tuaku tersayang Bapak Nakman & Ibu Murni yang telah membesarkanku dengan penuh cinta dan kesabaran serta menjadi motivasi dalam setiap langkah hidupku.

2. Kakak-kakakku tersayang Sri Maryanti, Anis Mustakhiroh, Mas Tuhri, Mas Roni semua keponakan bulek Nung : Sigied, Rahma, Erlin yang selalu memberikan doa dan motivasi kepada penulis untuk kesuksesan penulis.

3. Kepada keluarga besar yayasan An-nida dan seluruh santri Pondok Pesantren An-Nida terimakasih atas semangat dan motivasinya dalam membantu saya menyelesaikan skripsi.

4. Kepada adik-adikku Ulfi dan Trisna, W terimakasih telah memberikan motivasi serta semangatnya, khususnya untuk Trisna yang selalu mau aku repotkan, sukses buat kalian berdua.

5. Kepada Muhammad Syaekhu terimakasih walaupun terhalang jarak tetapi selalu memberikan memotivasi dan semangat kepada penulis.

6. Kepada sahabat-sahabatku Widi, Dea, Restu, Asep dan untuk penghuni kamar

8 Ma‟had : Qisty, Restu, Isti, Empok, Nurma, serta teman kamar penulis mbak

lala, Ita terimaksih motivasinya sukses untuk kita semua.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb

Alhamdulillairabbil‟alamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada uswah khasanah kita Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di Yaumul Akhir. Aamiin.

Dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Program Menghafal Al-Qur‟an Terhadap Intensitas Penggunaan Gadget Di Pondok Pesantren An-Nida Salatiga

Tahun 2017” Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar

sarjana progam studi Pendidikan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN).

Dalam menyusun skripsi ini penulis telah menerima bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M, Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

(10)

x

4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd. Selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan, membimbing dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Miftahuddin, M.Ag. Selaku dosen pembimbing akademik (PA). Terimakasih atas bimbingannya selama empat tahun membimbing penulis. 6. Segenap dosen pengajar di lingkungan IAIN Salatiga, yang telah membekali

pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. 7. Kepada kedua orang tua penulis bapak Nakman dan Ibu Murni terimakasih

atas segala motivasi, dukungan, dan do‟a restu kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Kakak-kakakku tersayang Sri Maryanti, Anis Mustakhiroh, Mas Tuhri, Mas Roni semua keponakan bulek Nung : Sigied, Rahma, Erlin yang selalu memberikan doa dan motivasi kepada penulis untuk kesuksesan penulis.

9. Yayasan An-nida, khususnya Pondok Pesantren An-Nida yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melaksanakan penelitian,

10.Seluruh santriwan-santriwati Pondok Pesantren An-Nida terimakasih untuk motivasi dan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 11.Sahabat-sahabat penulis yang selalu memberikan semangat dan motivasi

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

12.Teman-teman satu angkatan tahun 2013 yang telah memberikan semangat belajar dan motivasi.

13.Teman-teman KKN yang slalu memberikan motivasi kepada penulis.

(11)

xi

Penulis yakin bahwa dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna. untuk itu saran dan kritik dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca semua, aamin.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

Salatiga, 09 September 2017 Penulis

(12)

xii ABSTRAK

Khasanah, Nur 2017. HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENGGUNAAN GADGET DENGAN PROGRAM MENGHAFAL AL-QUR‟AN DI PONDOK PESANTREN AN-NIDA SALATIGA TAHUN 2017. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Imam Mas Arum, M.Pd.

Kata Kunci : Program Menghafal Al-Qur’an dan Intensitas Gadget

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara program menghafal Al-Qur‟an dengan Intensitas Gadget di Pondok Pesantren An-Nida Salatiga tahun 2017. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan antara program menghafal Al-Qur‟an dengan intensitas penggunaan gagdet di Pondok Pesantren An-Nida Salatiga?.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Subjek penelitian sebanyak 36 responden yang merupakan seluruh santri Pondok Pesantren An-Nida. pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner yang berbentuk angket untuk menjaring data tentang program menghafal Al-Qur‟an dan intensitas gadget. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan product moment.

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

DEKLARASI ... vi

MOTTO... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Hipotesis Penelitian ... 8

F. Definisi Operasional... 8

G. Metode Penelitian... 10

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian ... 10

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12

(14)

xiv

4. Metode Pengumpulan Data ... 12

5. Instrumen Penelitian... 13

6. Analisis Data ... 15

H. Sistematika Penulisan... 16

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Ruang Lingkup Program Menghafal Al-Qur‟an ... 19

1. Pengertian Menghafal Al-Qur‟an ... 19

2. Manfaat dan Keutamaan Menghafal Al-Qur‟an ... 22

3. Etika Seorang Hafizh ... 24

4. Syarat-syarat Menghafal Al-Qur‟an ... 27

5. Metode Al-Qosimi dalam Menghafal Al-Qur‟an ... 31

B. Ruang Lingkup Program Menghafal Al-Qur‟an ... 39

1. Pengertian Intensitas Penggunaan Gadget ... 39

2. Fasilitas dalam Gadget ... 40

3. Manfaat dan Dampak Menggunakan Gadget ... 41

4. Tujuan Penggunaan Gadget ... 42

5. Waktu Menggunakan Gadget ... 42

C. Penelitian yang Relevan ... 43

BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian ... 48

B. Temuan Penelitian ... 59

1. Daftar Nama Responden ... 60

2. Daftar Perolehan Hafalan ... 62

(15)

xv BAB IV :ANALISIS PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif ... 70 B. Pengujian Hipotesis ... 88 C. Analisis Hipotesis... 92 BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 94 B. Saran-saran ... 95 DAFTAR PUSTAKA

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1.Kisi-kisi Menghafal Al-Qur‟an dengan Metode al-Qosimi ... 14

Tabel 1.2. Kisi-kisi Instrumen Intensitas Penggunaan Gadget ... 15

Tabel 2.1. Batasan Menghafal dalam 1 Halaman ... 32

Tabel 2.2. Cara Membaca 40 Kali ... 32

Tabel 2.3. Cara Membaca “Setengah Dosis” ... 33

Tabel 3.1. Daftar Asatidz/Asatidzah Pondok Pesantren An-Nida ... 54

Tabel 3.2. Daftar Santriwan-santriwati Pondok Pesantren An-Nida ... 55

Tabel 3.3. Jadwal Pembelajaran Pondok Pesantren An-Nida ... 57

Tabel 3.4. Daftar Nama Respoden ... 60

Tabel 3.5. Daftar Gadget Santri ... 62

Tabel 3.6. Jawaban Angket Program Menghafal Al-Qur‟an ... 64

Tabel 3.7. Jawaban Angket Intensitas Gadget ... 65

Tabel 3.8. Poin Jawaban Angket Program Menghafal Al-Qur‟an ... 66

Tabel 3.9. Poin Angket Intensitas Gadget ... 67

Tabel 4.1. Data Nilai Angket Program Menghafal Al-Qur‟an... 70

Tabel 4.2. Kriteria Program Menghafal Al-Qur‟an ... 71

Tabel 4.3. Hasil Skor dan Klasifikasi Program Menghafal Al-Qur‟an ... 74

Tabel 4.4. Interval Program enghafal Al-Qur‟an ... 76

Tabel 4.5. Persentase Program Menghafal Al-Qur‟an ... 77

Tabel 4.6. Data Nilai Angket Intensitas Gadget ... 79

Tabel 4.7. Kriteria Intensitas Gadget ... 81

Tabel 4.8. Hasil Skor dan Klasifikasi Intensitas Gadget ... 83

(17)

xvii

Tabel 4.10. Persentase Intensitas Gadget...87

Tabel 4.11. Koefesien Program Menghafal Al-Qur‟an dengan Intensitas

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an adalah kalam Allah SWT atau wahyu Ilahi sebagai mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir dengan perantaraan Malaikat Jibril yang tertulis dalam mushhaf-mushhaf yang dipindahkan kepada kita dengan jalan mutawatir yang dianggap ibadah dengan membacanya dan dihukum kafir dengan mengingkarinya yang dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas.

Al-Qur‟an secara harfiah berarti “bacaan sempurna” merupakan suatu nama pilihan Allah SWT yang sungguh tepat, karena tidak ada satu bacaan pun yang dapat menandingi Al-Qur‟an Al-Karim bacaan sempurna lagi mulia itu.

(19)

2

Al-Qur‟an adalah satu-satunya kitab yang sangat menarik untuk dibaca dan dihafal, baik untuk tujuan ibadah saja maupun untuk tujuan memahami lebih lanjut kandungan yang ada didalamnya karena membaca Al-Qur‟an adalah ibadah. Firman Allah SWT dalam Q.S Al-Faathir ayat 29-30:

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (Kemenag, 2009:437)

Keistimewaan terbesar Al-Qur‟an adalah menjadi satu-satunya kitab suci yang dihafalkan oleh banyak manusia di dunia ini. Nabi Muhammad adalah seorang hafizh pertama yang sangat baik. Pada waktu itu Al-Qur‟an dihafal dalam dada, ditempatkan dan dihayati dalam hati kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari oleh Nabi Muhammad SAW (Munjahid, 2007:26).

(20)

3

dihafalnya, kemudian beliau sampaikan kepada para sahabat dan diperintahkannya untuk menghafalkannya dan menuliskan di batu-batu, pelepah kurma, kulit-kulit binatang dan apa saja yang bisa dipakai untuk menulisnya.

Seiring berkembangnya zaman banyak yang berubah dari dunia baik perubahan sistem pemerintahan, sistem pendidikan, sistem komunikasi dan struktur pembangunan. Meskipun dunia mengalami perubahan Al-Qur‟an masih tetap sama ketika diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak ada penambahan maupun pengurangan sehingga terjaga kemurnian kalimat dan bacaannya.

Meskipun dunia mengalami perkembangan yang sangat pesat namun Al-Qur‟an sejak zaman Nabi Muhammad SAW hingga sekarang tidak mengalami perubahan. Firman Allah SWT dalam Q.S Al-Fushilat: 41-42:

Artinya:“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al Qur'an ketika Al Qur'an itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya Al Qur'an itu adalah kitab yang mulia.Yang tidak datang kepadanya (Al Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari

Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (Al-Qur‟an dan

Terjemahnya, 2009:481).

(21)

Al-4

Qur‟an menunjukkan kepada yang benar. Al-Qur‟an merupakan satu

-satunya kitab suci yang mampu bertahan dalam waktu yang lama tanpa mengalami perubahan dan pergantian.

Di era global ini teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat, perkembangan itu ditandai dengan kemajuan informasi dan teknologi. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia teknologi merupakan keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia (2007:1158)

Perkembangan teknologi yang sangat pesat semakin memudahkan manusia untuk memperoleh hiburan dan komunikasi dengan orang yang jauh. Salah satu bentuk perkembangan teknologi saat ini adalah Gadget.

Seiring berjalannya waktu istilah gadget sekarang lebih berasosiasi dengan istilah-istilah produk-produk teknologi seperti telepon genggam, perangkat GPS, perangkat permainan ataupun mobil-mobilan yang menggunakan radio jarak jauh. Selain untuk memudahkan kegiatan manusia gadget juga menjadi gaya hidup masyarakat modern. Salah satu gadget yang hampir setiap orang memilikinya adalah handphone.

Perkembangan teknologi mengubah cara hidup manusia dalam berbagai bidang kehidupan, dimulai dari komunikasi antar manusia, mengisi waktu luang hiburan dan lainnya. Banyak waktu dihabiskan untuk menghadap paparan layar gadget dibandingkan dengan mengisi waktu dengan kegiatan-kegiatan yang positif seperti belajar, dan membaca

(22)

5

penggunaan gadget yaitu dengan mengisi waktu senggang dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat salah satunya adalah menghafal

Al-Qur‟an.

Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat setempat, dengan sistem asrama dimana santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian yang sepenuhnya dibawah kedaulatan dari leadership seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri khas yang bersifat kharismatik serta independen dalam segala hal (Yasin, 2008:242).

Salah satu lembaga pendidikan pesantren yang membuka kesempatan untuk menghafal Al-Qur‟an adalah pondok pesantren An -Nida Salatiga. Pondok pesantren ini terletak di Jln. Jendral Sudirman 239 Salatiga. Pondok pesantren An-Nida adalah pondok pesantren modern yang mana santri tidak hanya nyantri saja akan tetapi juga bersekolah dan kuliah dengan begitu para santri diperbolehkan membawa gadget untuk mempermudah kegiatan pembelajaran di sekolah, kampus maupun di pesantren.

Program menghafal Al-Qur‟an adalah salah satu kebijakan baru dari lembaga pondok pesantren An-nida yang tentu banyak berdampak pada aktifitas dan kebiasaan santri baik dalam perbuatan maupun dalam penggunaan fasilitas elektronik.

(23)

6

pelaksanaannya membaca minimal 40x sebelum proses menghafal. Membaca 40x sebelum menghafal tanpa kita sadari sebenarnya sudah termasuk dalam proses menghafal. Setelah membaca 40x kita menghafalnya, kemudian mengulanginya sampai ajal menjemput (Abu Hurri, 2014:36).

Kelebihan dari metode ini adalah bisa diterapkan untuk semua usia, baik anak-anak maupun yang sudah dewasa, dengan berbagai kecerdasan yang berbeda-beda dan bisa mempercepat hafalan Al-Qur‟an. Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah terkadang membosankan terutama bagi anak-anak karena harus mengulang banyak kali dan anak yang kurang aktif (malas) hafalannya menjadi sedikit.

Terkait dengan rutinitas santri yang seluruhnya pelajar dan untuk mempermudah kegiatan pembelajaran santri diperbolehkan membawa elektronik hal ini menjadi salah satu dampak dari penggunaan gadget yang berlebihan baik positif maupun negatif maka dari itu peneliti ingin

melakukan penelitian tentang “Hubungan antara Program Menghafal

Al-Qur‟an dengan Intensitas Penggunaan Gadget Di Pondok Pesantren An-Nida Salatiga Tahun 2017”

B. Rumusan Masalah

(24)

7

Apakah ada hubungan antara program menghafal Al-Qur‟an dengan intensitas penggunaan gagdet di pondok pesantren An-Nida Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara program menghafal Al-Qur‟an dengan intensitas penggunaan gagdet di pondok pesantren An-Nida Salatiga kota Salatiga Tahun 2017.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi semua kalangan pendidikan. Adapun berbagai manfaat yang diharapkan itu antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan baru tentang hubungan antara program menghafal

Al-Qur‟an dengan intensitas penggunaan gagdet di pondok pesantren An

-Nida Salatiga. 2. Manfaat Praktis

(25)

8 E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis berasal dari dua kata yaitu hipo yang berarti di bawah dan tesis yang artinya kebenaran. Jadi hipotesis berarti dibawah kebenaran. Artinya kebenaran yang masih berada di bawah ( belum tentu benar) dan baru dapat diangkat menjadi suatu kebenaran jika memang telah disertai bukti-bukti (Nurul, 2009:162).

Berdasarkan penelitian yang akan penulis lakukan memiliki dua variabel yaitu Program Menghafal Al-Qur‟an dan Intensitas penggunaaan gadget maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada variasi variabel program menghafal Al-Qur‟an di Pondok Pesantren An-Nida Salatiga Tahun 2017.

2. Ada variasi variabel Intensitas Penggunaan gadget di Pondok Pesantren An-Nida Salatiga Tahun 2017.

3. Ada hubungan antara program menghafal Al-Qur‟an dengan intensitas penggunaan gagdet di pondok pesantren An-Nida

Salatiga Tahun 2017”

F. Definisi Operasional

(26)

9

1. Metode al-Qosimi dalam Menghafal Al-Qur‟an

Menghafal dalam bahas Arab berasal dari kata hafizho-yahfazhu-hifzhon yang berarti memelihara, menjaga, dan menghafalkan (Munjahid, 2007:73)

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Menghafal berasal dari akar hafal yang berarti telah masuk dalam ingatan atau dapat mengucapkan diluar kepala.(1990:380)

Metode Al-Qosimi adalah metode yang digunakan untuk memudahkan para penghafal al-Qur‟an untuk pemula diantaranya adalah metode MMUSBOB (Metode Menghafal Untuk Sebodoh-Bodoh Orang Bisa) atau MMUSUB (Metode Menghafal Untuk Umur Bisa) yang memiliki tiga putaran. Di mana dalam pelaksanaannya membaca minimal 40x sebelum proses menghafal. Membaca 40x sebelum menghafal tanpa kita sadari sebenarnya sudah termasuk dalam proses menghafal. Setelah membaca 40x kita menghafalnya, kemudian mengulanginya sampai ajal menjemput (Abu Hurri, 2014:36).

(27)

10

Jadi menghafal Al-Qur‟an adalah suatu kegiatan membaca, melafalkan, menghafal Al-Qur‟an sesuai dengan urutan yang terdapat dalam mushaf mulai dai al-Fatihah hingga an-Nas dengan tujuan beribadah kepada Allah SWT.

2. Intensitas Gagdet

Intensitas dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah keadaan tingkatan atau ukuran intensnya (1990, 438). Intensitas yang di maksud dalam penelitian ini adalah tingkat lamanya (durasi) dan seringnya (frekuensi) seseorang dalam melakukan kegiatan secara berulang-ulang.

Gagdet adalah piranti (alat) untuk komunikasi lisan jarak jauh, yang terdiri dari komponen pemancar dan penerima pada piranti masing-masing di pihak komunikator dan pihak komunikan (Alex, 1994:630-631).

Jadi intensitas gadget adalah tingkat keseringan seseorang dalam menggunakan media gagdet untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam bidang komunikasi.

3. Pondok Pesantren

(28)

11

Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga lainnya. Pendidikan pesantren meliputi pendidikan Islam, dakwah, pengembangan kemasyarakatan dan pendidikan lainnya yang sejenis.

Para peserta didik pada pesantren disebut santri yang umumnya menetap di pesantren. Tempat dimana para santri menetap di lingkungan disebut dengan istilah Pondok. Maka dari sinilah timbul istilah Pondok Pesantren (Departemen Agama RI, 2003:1).

G. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

Penelitian memerlukan suatu cara pendekatan yang tepat untuk memperoleh data yang akurat, untuk itu diperlukan adanya suatu metode penelitian. Untuk memperoleh pemahaman tentang permasalahan yang dikaji penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif lebih menekankan pada penelitian yang melibatkan pengumpulan data untuk mengkaji hipotesis yang berkaitan dengan status dan kondisi objek yang diteliti pada saat melakukan penelitian.

(29)

12

dalam penelitian ini terdiri dari 2 macam variabel yaitu variabel terikat yaitu intensitas penggunaan gadget dan variabel bebas yaitu program menghafal Al- Qur‟an.

Analisis hubungan adalah bentuk analisis variabel (data) penelitian untuk mengetahui derajat atau kekuatan hubungan, bentuk atau arah hubungan diantara variabel-variabel, dan besarnya pengaruh variabel yang satu (variabel bebas, variabel independen) terhadap variabel lainnya yaitu variabel terikat, variabel dependen (Iqbal, 2004:42). 2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang dipilih peneliti adalah di Pondok Pesantren An-Nida Salatiga yang terletak di Jln. Jendral Sudirman 239 Salatiga. Karena Pondok pesantren An-Nida menerapkan program menghafal Al-Qur‟an. Sedangkan waktu penelitian akan dilaksanakan bulan Juli 2017.

3. Populasi

Populasi adalah keseluruhan sasaran yang seharusnya diteliti dan pada populasi itu hasil penelitian diberlakukan (Kasiram, 2010:257).

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh santriwan-santriwati pondok pesantren An-Nida Salatiga yang berjumlah 36 santriwan dan santriwati.

4. Metode Pengumpulan Data

(30)

13 a. Metode Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2011: 142).

Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang program menghafal yang ada di pondok pesantren An-Nida Salatiga dan hubungannya terhadap intensitas penggunaan gaget santriwan-santriwati pondok pesantren An-Nida Salatiga.

b. Metode Wawancara

Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden (Singarimbun dan Sofian, 1989:192).

Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui pelaksanaan program menghafal yang diterapkan di pondok pesantren Salatiga. c. Metode Dokumentasi

Dokumen merupakan kumpulan data mengenai hal-hal berupa catatan, buku, surat kabar, notulen rapat, agenda dsb (Suharsimi, 1996:236).

Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui tentang lokasi dan subjek penelitian yaitu seluruh santriwan-santriwati pondok pesantren An-Nida Salatiga.

(31)

14

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono,2011:102). Jumlah instrumen penelitian menyesuaikan jumlah variabel penelitian.

Instrumen dalam penelitian ini adalah angket dengan skala likert, skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang sekelompok orang tentang sebuah fenomena.

Variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Berikut kisi-kisi instrumen dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1.1

Kisi-kisi Instrumen Menghafal Al-Qur’an dengan Metode al -Qosimi

No Indikator No Soal

1. Respon santri terhadap program menghafal Al-Qur’an

1,2,5,14

2. Kegiatan dalam proses menghafal Al-Qur’an

3,4,6,7,8,9,10,11,12,13

3. Kegiatan setelah menyetorkan hafalan kepada Ustadz

15,16,17

(32)

15

Jumlah global 20 soal

Tabel 1.2

Kisi-kisi Instrumen Intensitas Penggunaan Gadget

No Indikator No Soal

1. Kegiatan pemanfatan gadget dalam kegiatan sehari-hari

1,2,3,4,5,6,7,10,11

2. Pemanfatan gadget dalam komunikasi 8,9 3. Manfaat gadget dalam menghafal

Al-Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan ini dimulai dengan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis.

Adapun tahap analisis serta rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut:

a. Analisis Pendahuluan

(33)

16

mengetahui persentase skor masing-masing dari kedua variabel tersebut adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P =

x 100%

Adapun untuk mengetahui tentang hubungan yang signifikan dari program menghafal Al-Qur‟an dilakukan dengan menggunakan rumus product moment dari Pearson yaitu sebagai berikut:

rxy =

(34)

17

dalam suatu penelitian yang terarah. Setiap bab terdapat sub-sub bab yang menjelaskan pokok bahasan yang bersangkutan. Sistematika penulisan disusun dalam lima bab, secara sistematik dapat dilihat dibawah ini:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan berisi tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, kajian teoritik, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang berbagai teori yang menjadi landasan teoritik penelitian yaitu tentang pengertian menghafal Al-Qur‟an, manfaat, etika, syarat menghafal Al-Qur‟an, dan metode al-Qasimi dalam menghafal Al-Qur‟an. Serta ruang lingkup gagdet yang berupa pengertian, fasilitas, manfat, dan waktu penggunaan gadget. Selain dua variabel tersebut dalam bab ini di jelaskan penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan

BAB III HASIL PENELITIAN

(35)

18

keadaan guru, keadaan santri, keadaan sarana prasarana, keadaan struktur organisasi pondok pesantren serta data mengenai program menghafal Al-Qur‟an serta intensitas penggunaan gagdet di pondok pesantren An-Nida Salatiga. BAB IV ANALISIS DATA

Pada bab ini membahas tentang analisis pendahuluan, analisis lanjut dan analisis hipotesis.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri dari kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.

(36)

19 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Ruang Lingkup Program Menghafal Al-Qur’an 1. Pengertian Menghafal Al-Qur‟an

Menghafal berasal dari kata

َ اظْفِح

َ

-

َُظِفْحَي

َ

-

ََظْيِف

ََح

yang berarti

memelihara, menjaga, menghafalkan (Munawwir, 2007: 302).

Menghafal dalam kamus besar bahasa Indonesia berasal dari akar hafal yang berarti telah masuk dalam ingatan atau dapat mengucapkan diluar kepala.(1990:380)

Menurut Mujahid (2007:73) hafalan atau menghafal merupakan bahasa Idonesia yang berarti menerima, mengingat, menyimpan dan memproduksi kembali tanggapan-tanggapan yang diperolehnya melalui pengamatan.

Menghafal adalah suatu aktifitas menanamkan materi di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat di produksi (diingat) kembali secara harfiah sesuai dengan materi asli. Menghafal merupakan proses mental untuk mencamkan dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu saat bila diperluakan dapat diingat kembali ke alam sadar (Syaiful, 2002:29).

(37)

20

diperolehnya melalui pengamatan (antara lain melalui belajar). Menghafal adalah kemampuan untuk memproduksi tanggapan-tanggapan yang telah tersimpan secara tepat dan sesuai dengan tanggapan-tanggapan yang diterimanya.

Apabila ditinjau dari aspek psikologi, kegiatan menghafal sama dengan proses mengingat (memori). Ingatan pada manusia berfungsi memproses informasi yang diterima setiap saat. Secara singkat memori melewati tiga proses yaitu perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman (encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkit saraf internal. Penyimpanan (storage) adalah menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita dalam bentuk apa, dan di mana. Penyimpanan bisa berupa aktif atau pasif. Kita menyimpan secara aktif, bila menambahkan informasi tambahan. Kita mengisi informasi yang tidak lengkap dengan kesimpulan kita sendiri (inilah yang menyebabkan desas desus menyebar lebih banyak dari volume yang asal). Mungkin secara pasif terjadi tanpa penambahan. Pemanggilan (retrieval) dalam bahasa sehari-hari mengingat lagi adalah menggunakan informasi yang disimpan (Jalaluddin, 1994:63).

Al-Qur‟an adalah bentuk mashdar dari kata kerja qara‟a berarti

“bacaan”. Yang berarti kitab suci yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW (Said, 2002: 4).

Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Q.S Al-Qiyamah: 18

(38)

21

Artinya:“Apabila kami telah selesai membacanya, maka ikutilah

bacaannya” (Kemenag, 2009:577)

Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang lafazhnya merupakan mu‟jizat, diturunkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril, ditulis dalam mushaf, dinukilkan secara mutawatir sebagai ibadah bagi yang membacanya diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas (Budihardjo, 2012:3-4).

Sedangkan menurut Muhammad Ali Ash-Shaabuuny (1999:15)

Al-Qur‟an adalah Kalam Allah yang tiada tandingannya (mukjizat),

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. penutup para Nabi dan Rasul dengan perantaraan Malaikat Jibril, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nash dan ditulis dalam mushaf-mushaf serta mempelajarinya merupakan ibadah.

Menurut Wiwi (2015) kegiatan menghafal Al-Qur‟an juga merupakan sebuah proses, mengingat seluruh materi ayat (rincian bagian-bagiannya, seperti fonetik, waqaf, dan lain-lain) harus dihafal dan diingat secara sempurna. Sehingga seluruh proses pengingatan terhadap ayat dan bagian-bagiannya dimulai dari proses awal hingga pengingatan kembali (recalling) harus tepat.

(39)

22

mu‟jizat yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir dengan

perantara Malaikat Jibril yang ditulis dalam beberapa mushaf yang di nukil (dipindahkan) kepada kita dengan jalan mutawatir.

2. Manfaat dan Keutamaan Menghafal Al-Qur‟an

Ada beberapa manfaan dan keutamaan menghafal Al-Qur‟an. menurut Imam Nawawi dalam kitabnya At-Tibyan fi Adabi Hamalati

Al-Qur‟an, manfaat dan keutamaan tersebut diantaranya:

a. Al-Qur‟an adalah pemberi syafa‟at pada hari kiamat bagi umat manusia yang membaca, memahami, dan mengamalkannya.

b. Para penghafal Al-Qur‟an telah dijanjikan derajat yang tinggi di sisi Allah SWT, pahala yang besar, serta penghormatan diantara sesama manusia.

c. Para pembaca Al-Qur‟an, khususnya para penghafal Al-Qur‟an yang kualitas dan kuantitas bacaannya lebih bagus akan bersama Malaikat yang selalu melindunginya dan mengajak pada kebaikan.

d. Para penghafal Al-Qur‟an akan mendapatkan fasilitas khusus dari Allah SWT, yaitu berupa terkabulnya segala harapan, serta keinginan tanpa harus memohon dan berdoa.

e. Para penghafal Al-Qur.an berpotensi untuk mendapatkan pahala yang banyak karena sering membaca (takrir) dan mengkaji Al-Qur‟an. f. Penghafal Al-Qur‟an adalah orang pilihan Allah SWT. Sebagaimana

(40)

23

Artinya:“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba Kami. Lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri merekan sendiri, dan diantara merekan ada yang pertengahan, dan diantara merekan ada (pula) yang lebih dahuku berbuat kebaikan dengan izin Allah. Hal yang demikian itu adalah

karunia yang amat besar” (Kemenag, 2009:438).

g. Para penghafal Al-Qur‟an itu adalah para ilmuan, Firman Allah SWT dalam Q.S al-„Ankabuut:49.

Artinya:“Sebenarnya Al-Qur‟an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu dan tidak ada orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, kecualai oranf-orang yang zhalim”.

(Kemenag, 2009:402)

(41)

24

obat bagi penenang jiwa, sehingga secara otomatis jiwanya akan selalu merasa tenteram dan tenang.

3. Etika Seorang Hafizh

Agar seorang hafizh memiliki keutamaan dan kewibawaan, maka ia harus mampu menjaga diri dari hal-hal yang tidak patut ia lakukan, dan harus melakukan hal-hal yang dapat mengangkat derajat dirinya di sisi Allah SWT. Menurut Munjahid Secara umum ada dua etika bagi penghafal Al-Qur‟an yaitu:

a. Etika umum

Etika umum merupakan rambu-rambu yang harus diperhatikan oleh seorang penghafal Al-Qur‟an khususnya dan kaum muslimin pada umumnya. Jika hal ini dilanggarnya akan menjadi turun derajatnya baik disisi Allah maupun manusia pada umumnya, diantaranya:

1) Seseorang yang hafal Al-Qur‟an sebaiknya menjaga diri dari hal-hal yang dilarang oleh Al-Qur‟an karena memuliakan Al-Qur‟an.

2) Begitu juga ia harus dapat memelihara diri dari pekerjaan yang hina, tidak merasa rendah diri terhadap ahli dunia. Sebaliknya ia harus

tawadlu‟ terhadap orang-orang shalih, ahli kebaikan dan orang-orang

miskin, begitu pula ia harus menghormati orang yang tenang jiwanya dan berwibawa.

(42)

25

diam kecuali jika sangat perlu dan rendah diri, serta menghayati dan mengamalkan isi dan kandungan Al-Qur‟an.

4) Tidak berambisi pada jabatan dan menjadi beban orang lain. b. Etika khusus

Selain etika-etika umum ada etika khusus yang harus dimiliki oleh seorang yang hafal Al-Qur‟an diantaranya:

1) Takut menjadikan bacaan Al-Qur‟an sebagai mata pencaharian

(ma‟siyah)

Al-Qur‟an adalah kitab suci, maka sebaiknya seorang yang hafal Al-Qur‟an tidak menjadikan bacaan Al-Qur‟annya sebagai alat untuk mencari penghidupan bahkan untuk memperkaya diri, karena hal ini akan keluar dari tujuan semula yaitu beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

2) Memelihara dan memperbanyak bacaan

Sebaiknya seorang hafizh selalu menjaga dan memperbanyak

bacaan. Para Ulama‟ Salaf memiliki tradisi yang berbeda-beda

dalam mengkhatamkan Al-Qur‟an tetapi barometer yang paling penting sebagai landasan membaca Al-Qur‟an adalah seberapa banyakpun yang dibaca, yang jelas tetap harus memperhatikan pemahaman, tidak menyalahi aturan baca (tajwid) yang benar dan tidak menyebabkan seseorang menjadi bosan dalam membaca

(43)

26

3) Selalu membaca Al-Qur‟an pada waktu malam

Sebaiknya seorang yang menghafal Al-Qur‟an memperbanyak bacaannya pada waktu malam terutama pada waktu shalat malam. Firman Allah SWT dalam Q.S Ali Imran 113-114:

golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang)َMereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan mereka menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh. (Kemenag, 2009:64)

Keutamaan membaca Al-Qur‟an pada waktu malam adalah karena hati khusyu‟ dan tenang, terjauhkan dari kesibukan dan pelaksanaan kebutuhan dunia yang melalaikan, terpeliharanya seseorang dari unsur riya‟ dan lain-lainnya dari sifat yang merusakkan diri.

(44)

27

hafalan tetap melekat kuat pada ingatan seorang hafizh jauh lebih berat, karena hal ini harus dilakukan secara rutin selama hayat masih di kandung badan.

4. Syarat-Syarat Menghafal Al-Qur‟an

Dintara beberapa syarat yang harus terpenuhi sebelum seseorang memasuki periode menghafal Al-Qur‟an, yaitu:

a. Niat yang ikhlas

Niat merupakan rukun pertama dalam segala ibadah, oleh karena itu sebelum seseorang menghafal Al-Qur‟an hendaknya berniat lebih dahulu. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

َََنِاَُوُتََرْجِىَ ْتَنَاكَ ْنَمَفَ.ٌٍََنَاَمٍَئِرْماَِّمُكِنَاَمَّنِاًََِتاَيِّنناِبَُلاَمْعَلإاَاَمَّنِا

َ ْنَمًََ,ِوِنٌُْسَرًََِاللهَََنِاٌَوٌتَرْجِيَفَِوِنٌُْسَرًََِالله

َاَيُبْيِصُيَاَيْنُدِنَُوُتََرْجِىَ ْتَناَك

َ)مهسمَهاًر(َ.ِوْيَنِاََرَجَاَىَاَمََََنِإٌَوٌتَرْجِيَفَاَيُحِكْنَيٍَةَاَرْماًَْأ

Artinya:“Sesungguhnya semua amal itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya segala perkara itu juga tergantung pada niatnya, barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, Dan barang siapa yang hijrahnya kepada dunia yang akan diperolehnya atau kepada wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa yang ia hijrahkan

kepadanya” (HR. Muslim) (Munjahid, 2007: 111).

(45)

28 b. Memiliki keteguhan dan kesabaran

Keteguhan dan kesabaran merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi orang yang sedang menghafal Al-Qur‟an akan banyak sekali ditemui berbagai macam kendala, mungkin jenuh, gangguan lingkungan karena bising atau gaduh, mungkin gangguan batin atau mungkin karena ayat-ayat tertentu yang dirasakan sulit menghafalnya dan lain sebagainya terutama dalam menjaga kelestarian menghafal

Al-Qur‟an (Badwilan, 2009:133).

Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Q.S Al-Baqarah:153

Artinya:“Hai Orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Kemenag, 2009:23).

Oleh karena itu, untuk senantiasa dapat melestarikan hafalan perlu keteguhan dan kesabaran, karena kunci utama keberhasilan menghafal Al-Qur‟an adalah ketekunan menghafal dan mengulang-ulang ayat-ayat yang sudah dihafalnya.

c. Istikamah

(46)

29

d. Menjauhkan diri dari maksiat dan sifat-sifat tercela

Perbuatan maksiat dan perbuatan tercela merupakan perbuatan yang harus dijauhi bukan saja oleh orang yang menghafal Al-Qur‟an, tetapi juga oleh kaum muslimin pada umumnya, karena keduanya mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa dan mengusik ketenangan hati orang yang sedang dalam proses menghafal Al-Qur‟an, sehingga hal tersebut akan menghancurkan keistiqamahan dan konsentrasi yang telah terbina dan terlatih sedemikian bagus.

Orang yang menghafal Al-Qur‟an harus memiliki jiwa yang tenang dan menjauhkan diri dari sikap khawatir dan selalu was-was. Misalnya, selalu mengeluh karena beratnya atau sulitnya menghafal Al-Qur‟an, mengeluh karena orang lain sudah hampir khatam sedangkan dirinya masih jauh.

Sedangkan contoh sifat tercela adalah sombong, riya, ujub, dan lain sebagainya. Jika seorang yang menghafal Al-Qur‟an sudah terserang penyakit tersebut maka akan meyiksa dirinya karena ia akan selalu terbebani dengan sikapnya yang selalu ingin dianggap baik oleh orang lain (Munjahid, 2007: 110).

e. Mampu membaca Al-Qur‟an dengan baik

Orang yang menghafal Al-Qur‟an sebaiknya memperbaiki bacaan

Qur‟annya terlebih dahulu sebelum memulai menghafal, sehingga

(47)

30

keberadaan ayat-ayat Al-Qur‟an, sehingga tidak membutuhkan pengenalan ayat dan tidak membaca terlalu lama sebelum menghafal (Wiwi, 2015:50).

Sebagai tolok ukur baik dan buruknya bacaan Al-Qur‟an adalah kemampuan seorang penghafal dalam menguasai ilmu tajwid baik secara teori maupun praktik.

f. Izin orang tua, wali atau suami

Izin dari orang tua, wali atau suami memberikan pengertian bahwa: 1) Orang tua, wali atau suami telah merelakan waktu kepada anak-anak,

istri atau orang yang di bawah perwaliannya untuk menghafal

Al-Qur‟an

2) Merupakan dorongan moral yang amat besar bagi tercapainya tujuan menghafal Al-Qur‟an, karena tidak adanya izin atau kerelaan orang tua, wali atau suami akan membawa pengaruh batin yang kuat sehingga penghafal Al-Qur‟an menjadi bimbang dan kacau pikirannya

3) Penghafal Al-Qur‟an mempunyai kebebasan dan kelonggaran waktu sehingga ia merasa bebas dari tekanan yang menyesakkan dadanya, dan pengertian yang besar dari orang tua, wali atau suami, maka proses menghafal menjadi lancar (Ahsin, 2004:54)

g. Berdoa agar sukses menghafal Al-Qur‟an

(48)

Al-31

Qur‟an harus memohon kepada Allah SWT supaya dianugerahkan

nikmat dalam proses menghafal Al-Qur‟an cepat khatam dan sukses sampai 30 Juz, lancar fasih dan selalu istikamah, serta rajin takrir.

Sebesar apapun usaha seseorang dalam menghafal Al-Qur‟an, tanpa adanya sebuah permintaan dan berdoa kepada sang penentu kesuksesan, maka Allah akan menentukan jalan lain.

5. Metode Al-Qosimi dalam Menghafal Al-Qur‟an

Metode adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan

pengertian “cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu”

(Ahmad, 2008:9)

Metode Al-Qosimi adalah metode yang digunakan untuk memudahkan para penghafal al-Qur‟an untuk pemula diantaranya adalah metode MMUSBOB (Metode Menghafal Untuk Sebodoh-Bodoh Orang Bisa) atau MMUSUB (Metode Menghafal Untuk Umur Bisa) yang memiliki tiga putaran. Di mana dalam pelaksanaannya membaca minimal 40x sebelum proses menghafal. Membaca 40x sebelum menghafal tanpa kita sadari sebenarnya sudah termasuk dalam proses menghafal. Setelah membaca 40x kita menghafalnya, kemudian mengulanginya sampai ajal menjemput (Abu Hurri, 2014:36).

Dalam penerapannya, metode al-Qosimi tidak lain bertujuan untuk hafalan jangka panjang. Di mana, hari ini masih banyak yang

(49)

32

metode al-Qosimi menggunakan 3 fase, fase pertama membaca 40x, fase kedua menghafal, dan fase ketiga mengulangi.

Hal ini dibatasi per 1 halaman, sebagaimana bisa dilihat dalam tabel:

Tabel 2.1

Batasan Menghafal dalam 1 Halaman

Hafalan Jangka Panjang Fase I Fase II Fase III (Metode al-Qosimi) Membaca 40x Menghafal Muroja’ah

Hafalan Jangka Pendek (Metode Lain)

Fase I Fase II Menghafal Muroja’ah

Penerapan metode al-Qosimi ini mempunyai tiga tahapan atau tiga putaran. Putaran pertama dibaca 20x, putaran kedua dibaca 10x, dan putaran ketiga dibaca hanya 10x saja. Jika pada halaman yang akan dihafal ayatnya pendek-pendek (banyak), kelompokanlah setiap 5 ayat menjadi 1 kelompok. Jika pada halaman yang akan dibaca ayatnya sekitar 10 ayat atau ayatnya tidak banyak, maka dibagi menjadi 2 bagian atau kelompok. Sati bagian disebut setengah halaman atas, dan selanjutnya disebut setengah halaman bawah (Abu Hurri, 2014:37).

Tabel 2.2

Cara Membaca 40 Kali

Tahapan I Tahapan II Tahapan III Total

Per 1 ayat Per 5 ayat/per setengah halaman Per 1 Halaman

(50)

33

Jika membaca 40 kali tidak bisa dikerjakan sekali duduk atau dalam sehari, maka melakukannya dengan resep “Setengah Dosis” atau kredit. Maksudnya, membaca 40 kali dilakukan selama 2 hari, hari pertama dan kedua pengulangannya 20 kali, dan halaman yang dibaca

sama. Cara membaca “Setengah Dosis” bisa dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.3

Cara Membaca “Setengah Dosis”

Tahapan I Tahapan II Tahapan III Total

Per 1 Ayat Per ayat/per setengah halaman Per 1 Halaman

Baca 10x Baca 5x Baca 5x 20x

Sebagai sebuah metode pembelajaran al-Qur‟an metode al-Qosimi ini tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut adalah kelebihan dari metode al-Qosimi:

a. Bisa diterapkan untuk semua usia, baik anak-anak maupun yang sudah dewasa.

b. Bisa mempercepat hafalan al-Qur‟an dan dapatnya banyak.

c. Bisa diterapkan untuk semua orang dengan berbagai kecerdasan yang berbeda-beda.

Sedangkan kekurangan dari metode al-Qosimi antara lain:

a. Terkadang membosankan terutama bagi anak-anak karena harus mengulang banyak kali.

(51)

34

Selain metode al-Qosimi, ada beberapa pendapat mengenai metode menghafal Al-Qur‟an antara lain:

a. Menurut Munjahid (2017) dalam bukunya Strategi Menghafal

Al-Qur‟an 10 Bulan Khatam (kiat-kiat menghafal Al-Qur‟an),

menyebutkan beberapa metode yaitu: 1) Ayat per ayat

Pada model ini seorang penghafal menggunakan cara menghafal ayat per ayat setelah hafal satu ayat kemudian dilanjutkan kepada ayat berikutnya, dan begitulah selanjutnya.

Keuntungan model ini adalah lebih teliti terhadap bunyi bacaan ayat-ayatnya, dapat lebih teliti dalam menghadapi ayat-ayat yang redaksinya hampir sama namun awal atau akhir ayatnya berbeda, dan seorang yang menghafalkan Al-Qur‟an akan lebih mudah melafalkan ayat secara tartil. Namun kelemahannya adalah akan mengalami kesulitan dalam menyambung urutan antar ayat. 2) Beberapa ayat sekaligus

Pada model ini seorang penghafal Al-Qur‟an dengan membacanya secara global (membaca beberapa ayat) setelah lancar dan setengah hafal lalu diperdalam dengan menghafalnya yaitu mengulang-ulang beberapa ayat yang sedang dihafalnya hingga hafal beberapa ayat sekaligus.

(52)

35

kelemahannya adalah kesulitan untuk menghafal ayat-ayat secara tartil dan akan mengalami kesulitan ketika menghadapi ayat yang redaksinya hampir sama.

3) Mendengarkan bacaan orang lain

Model ini adalah menghafal Al-Qur‟an dengan cara mendengarkan bacaan orang lain baik dituntun oleh kyai, teman kaset atau lainnya.

Kelebihan model ini adalah akan cepat lancar baik sambungan antar kalimat maupun ayat satu dengan ayat lainnya. Kelemahannya yaitu jangka panjang jika seorang penghafal lupa akan sulit untuk mengingatnya kembali karena tidak ada bayangan pada ingatannya terhadap tulisan dan tata letak ayat pada mushaf. b. Menurut Wiwi Alawiyah Wahid dalam bukunya “Panduan Menghafal

Al-Qur‟an Super Kilat Step by Step dan berdasarkan Pengalaman” ada

beberapa metode diantaranya:

1) Metode menghafalkan ayat-ayat yang panjang

Dalam metode ini dalam satu ayat dibagi menjadi tujuh bagian supaya lebih mudah dalam menghafalkan ayat-ayat yang panjang itu. Namun dalam memotong ayat harus diperhatikan sesuai dengan kemampuan penghafal sendiri.

2) Metode menambah hafalan baru

(53)

36

hafalan baru. Sebelum menambah hafalan baru seorang yang menghafal Al-Qur‟an harus mengulang (nderes) hafalan lama dari ayat pertama hingga terakhir sebanyak 20 kali. Hal ini dilakukan agar hafalan menjadi kuat dan tidak mudah lupa serta selalu melekat didalam otak.

3) Metode mengulang atau takrir

Dalam metode takrir seorang yang menghafal Al-Qur‟an tidak diperbolehkan berpindah ke hafalan berikutnya sebelum ayat yang sedang dihafalkan benar-benar sempurna.

Tujuan dari takrir ialah supaya hafalan yang sudah dihafalkan tetap terjaga dengan baik, kuat dan lancar.

4) Menyetorkan hafalan kepada guru yang tahfidz

Sesungguhnya menyetorkan hafalan kepada guru yang tahfidz merupakan kaidah baku yang sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW.

Menyetorkan hafalan kepada guru yang tahfidz bertujuan agar dalam pembacaan makharujul huruf, mad (panjang) dan qasahr (pendek) bacaan, letak waqaf dalam ayat-ayat yang panjang

menjadi benar dan tidak terjadi kesalahan.

(54)

37

Yang dimaksud dalam metode ini adalah menghafal satu persatu ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali, dua puluh kali atau lebih sehingga proses ini mampu membentuk pola bayangannya. Dengan demikian penghafal akan mampu mengkondisikan ayat-ayat yang dihafalkannya, bukan saja dalam bayangannya akan tetapi hingga benar-benar membentuk gerak refleks pada lisannya.

2) Metode kitabah

Kitabah yaitu menulis, Pada metode ini penghafal terlebih

dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalkannya pada secarik kertas, kemudian ayat-ayat itu dibacanya hingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya.

Metode ini cukup praktis dan baik, karena di samping membaca dengan lisan, aspek visual menulis juga akan sangat membantu dalam mempercepat terbentukknya pola hafalan dalam bayangannya.

3) Metode sima‟i

Sima‟i yang berarti mendengar. Maksudnya adalah

(55)

38

Metode sima‟i bisa dilakukan dengan dua cara yaitu mendengar dari guru yang membimbingnya, atau merekam dahulu ayat-ayat yang akan dihafalkannya ke dalam pita kaset sesuat dengan kebutuhan dan kemampuannya, kemudian kaset diputar dan didengar secara seksama sambil mengikutinya secara perlahan-lahan, sehingga ayat-ayat tersebut benar-benar hafal diluar kepala. 4) Metode gabungan

Metode ini merupakan gabungan kedua metode, yakni antara metode wahdah dan metode kitabah. Hanya aja metode kitabah (menulis) disini lebih memiliki fungsional sebagai uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalkannya.

5) Metode jama‟

Yang dimaksud dalam metode ini ialah cara menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif, atau bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur. Kemudian instruktur membimbingnya dengan mengulang kembali ayat-ayat tersebut dan siswa mengikutinya. d. Metode menghafal menurut Abu Ahmadi dalam bukunya “Psikologi

Umum” yaitu:

1) Metode G (Ganslern) atau metode K (Keseluruhan)

(56)

39

2) Metode T (Teillern) atau metode B (Bagian-bagian)

Metode ini digunakan untuk menghafal sesuatu yang banyak. Caranya bahan pelajaran yang panjang, dipelajari dan dihafalkan sedikit demi sedikit, bari digabungkan.

3) Metode V (Vermittelende) atau metode C (Campuran)

Metode pengantara yaitu ada yang dihafalkan bagian demi bagian, dan ada yang secara keseluruhan. Jadi metode V merupakan kombinasi dari metode T dan metode G.

B.Ruang Lingkup Intensitas Penggunaan Gadget 1. Pengertian Intensitas Penggunaan Gadget

Intensitas dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah keadaan tingkatan atau ukuran intensnya (1990, 438). Intensitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat lamanya (durasi) dan seringnya (frekuensi) seseorang dalam melakukan kegiatan secara berulang-ulang.

Gagdet adalah piranti (alat) untuk komunikasi lisan jarak jauh, yang terdiri dari komponen pemancar dan penerima pada piranti masing-masing dipihak komunikator dan pihak komunikan (Alex, 1994:630-631).

Gadget atau telephone genggam adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telephone konvensional saluran tetap, namun dapat dibawa kemana-mana

(57)

40

Jadi intensitas gagdet adalah adalah tingkat keseringan seseorang dalam menggunakan serta mamanfaatkan alat komunikasi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Salah satu gadget yang hampir semua orang memiliki dan senantiasa dibawa dalam kehidupan sehari-hari adalah handphone.

2. Fasilitas dalam gadget

Seiring berkembangnya zaman yang semakin maju, didalam gadget terdapat fasilitas yang menarik seperti MP3/MP4 yang berisikan musik, internet, kamera, video call, telephone, email, sms, wifi dan bluetooth. Bahkan kini telephone memiliki fungsi yang hampir sama dengan perangkat komputer.

Kahadiran gagdet yang awalnya ditunjukkan untuk kepentingan bisnis, perlahan mulai bergeser ke arah gaya hidup. Terbukti dengan ditanamkannya fitur-fitur hiburan seperti memutar file multimedia, internet, BBM, Facebook, Line. Di samping berfungsi sebagai alat komunikasi yang personal gadget juga berpotensi sebagai sarana bisnis yang efektif.

(58)

41

3. Manfaat dan Dampak Menggunakan Gadget

Dengan hadirnya gadget bukan berarti efektifitas komunikasi berkurang, melainkan gadget membantu manusia melakukan kimunikasi secara efektif. Selain itu teknologi dalam gadget juga membantu manusia untuk mengekspresikan berbagai macam perasaan yang dirasakan ketika berkomunikasi seperti halnya yang terjadi pada komunikasi langsung (tatap muka). Meski demikian komunikasi langsung merupakan hal yang sangat penting untuk mengingat nilai keterlibatan manusia secara jauh lebih tinggi dibandingkan dengan komunikasi dengan menggunakan perantara.

Menurut Badwilan (2004) dala bukunya “Rahasia dibalik Handphone” ada dua aspek dampak penggunaan gadget yaitu:

a. Aspek Psikologis

(59)

42 b. Aspek Sosial

Dalam aspek sosial yakni, salah satu yang sering terjadi adalah tindakan seseorang yang membiarkan gadget miliknya tetap aktif atau hidup sehingga mengeluarkan bunyi nyaring. hal ini jelas akan mengganggu konsentrasi serta mengejutkan orang-orang di sekitarnya, seperti ketika sedang rapat bisnis, di rumah sakit, ditempat-tempat ibadah dan lain-lain.

Selain itu penggunaan gadget sebagai media secara tidak langsung sering terjadi kesalahan dalam pemaknaan pesan melalui komunikasi secara tidak langsung.

4. Tujuan Penggunaan Gadget

Ada berbagai tujuan seseorang menggunakan gadget. Diantaranya sebagai sarana utuk memudahkan komunikasi jarak jauh dengan orang lain baik antar kota maupun mancanegara, dan juga sebagi media informasi, selain itu juga meningkatkan mutu pembelajaran, efektifitas serta efesien. (Warsita, 2008:49)

5. Waktu Menggunakan Gadget

Menurut Horrigan (2000) terdapat dua hal mendasar yang harus diamati untuk mengetahui intensitas penggunaan gadget seseorang, yakni frekuensi internet yang sering digunakan dan lama menggunakan tiap kali mengakses internet yang dilakukan oleh pengguna internet.

(60)

43

internet, menggolongkan tipe-tipe pengguna internet berdasarkan lama waktu yang digunakan adalah sebagi berikut:

a. Pengguna berat (heavy user), yaitu individu yang menggunakan internet selama lebih dari 40 jam perbulan.

b. Pengguna sedang (medium user), yaitu individu yang menggunakan internet 10-40 jam perbulan.

c. Pengguna ringan (light users) yaitu individu yang menggunakan internet tidak lebih dari 10 jam perbulan.

Waktu menggunakan gadget sebaiknya diatur sebaik mungkin. sehingga antara satu aktifitas dengan aktifitas lain tidak saling terganggu, dan agar terjadi keseimbangan antara satu kegiatan dengan kegiatan lain.

C.Penelitian yang Relevan

Kajian tentang “Hubungan Program Menghafal Al-Qur‟an Terhadap

Intensitas Penggunaan Gadget Di Pondok Pesantren An-Nida Salatiga Tahun

2017” memang bukan pertama kali dilakukan oleh penulis, terutama penelitian

jurnal maupun skripsi. Sejauh penelusuran yang penulis lakukan, penulis menjumpai hasil penelitian yang memiliki titik singgung dengan judul yang diangkat dalam penelitian skripsi ini.

Pertama penelitian yang berkaitan dengan “Hubungan Program

(61)

44

Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2014 yang berjudul “Korelasi antara Hafalan

Al-Qur‟an dengan Prestasi Belajar Bahasa Arab Siswa MTs Negeri

Gubukrubuh Gunung Kidul Tahun Ajaran 2013/2014”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara hafalan Al-Qur‟an dengan prestasi belajar bahasa Arab siswa MTs Negeri Gubukrubug Gunung Kidul. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan subyek penelitian berjumlah 28 anak. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi dan tes. Analisis yang digunakan adalah analisis korelasi analisis product moment dengan persyaratan uji normalitas dan analisis regresi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh hafalan

Al-Qur‟an terhadap prestasi belajar siswa. Dengan penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi pemikiran bagi pengelola pendidikan atau guru pada umumnya, sekaligus sebagai bahan evaluasi pembelajaran bahasa Arab, khususnya di MTs Negeri Gubukrubuh Gunung Kidul dalam rangka untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

(62)

45

MTs Negeri Gubukrubuh Gunung Kidul. Sedangkan dari hasil regresi dapat diketahui besarnya koefesien determinasi yaitu 0,454. Hal ini mengandung pengertian bahwa pengaruh hafalan Al-Qur‟an terhadap prestasi belajar bahasa Arab adalah 45,4%.

Kedua, penulis merujuk pada skripsi Kursiwi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Tahun 2016 dengan judul

“Dampak Penggunaan Gadget Terhadap Interaksi Sosial Mahasiswa Semester

V (Lima) Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Tahun 2016.”

(63)

46

kerjasama dengan mahasiswa lain dengan membentuk grup-grup pada media chatting dan media sosial, tujuan utama pembentukan grup tersebut adalah untuk penyebaran informasi waktu perkuliahan, menyelesaikan tugas-tugas dan sebagainya.

Berdasarkan skripsi yang ditulis oleh Umi Khusnul Khotimah dan Kursiwi, ada titik persamaan dengan skripsi penulis yaitu Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah masalah yang berkenaan dengan menghafal Al-Qur‟an dan gadget. Bagaimana pengertian gadget dan menghafal Al-Qur‟an dan gadget, perkembangan gadget, tujuan penggunaan gadget, dan dampak positif dan negatif dari perkembangan gadget.

Namun dari skripsi yang ditulis oleh Umi Khusnul Khotimah dan Kursiwi, memiliki perbedaan dengan skripsi penulis diantaranya; 1).Skripsi

Umi Khusnul Khotimah dengan judul penelitian “Korelasi antara Hafalan Al

-Qur‟an dengan Prestasi Belajar Bahasa Arab Siswa MTs Negeri Gubukrubuh

Gunung Kidul Tahun Ajaran 2013/2014” sedangkan judul skripsi penulis

adalah “Hubungan Program Menghafal Al-Qur‟an Terhadap Intensitas

(64)

47

(65)

48 BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren An-Nida

Pondok pesantren An-nida kota Salatiga bila kita teliti dari sejarahnya/perjalanannya sejak didirikan pada tanggal 1 Januari 1979

oleh Bapak KH. Ali As‟ad Af, sampai sekarang usianya 37 tahun.

Maka seyognyalah mendapat perhatian khusus dari para ulama, lebih-lebih di kota Salatiga yang menurut kata banyak orang adalah basis Kristen, maka pondok pesantren An-Nida dapat dijadikan sebagai pusat pengembangan Islam.

Perlu digaris bawahi bahwa kepemimpinan Bapak KH. Ali

As‟ad Af, keluarganya sewaktu pulang ke Salatiga merupakan

keluarga yang tergolong miskin, untuk menghidupi keluarganya saja terpaksa menjadi tukang buruh, semua itu dilaksanakan sebagai rasa tanggung jawab terhadap keluarga. Akan tetapi sebagai orang yang diberi amanah oleh Allah SWT beliau tetap melaksanakan tugasnya sebagi da‟i dan melaksanakan dakwah.

(66)

49

bermunajat berserah diri memohon petunjuk kehadirat Ilahi, sehingga

suatu ketika Bapak KH. Ali As‟ad diberi kepercayaan untuk

mencarikan ramuan jamu untuk dijadikan obat oleh suatu perusahaan obat tradisional.

Dengan bekal kejujuran itulah kehidupan Bapak KH. Ali As‟ad

semakin hari semakin membaik, hal tersebut terbukti semakin banyaknya permintaan perusahaan untuk mengirimkan bahan ramuan jamu, sehingga mulailah membeli lahan, mendirikan mushola, dan sebagainya. Pernah suatu ketika beliau bermimpi bertemu dengan seorang Kyai bernama Kyai Khumedi Saleh, di dalam mimpinya itu beliau sedang mengalirkan air dari lokasi pemandian Senjoyo untuk dialirkan ke Salatiga.

Dalam mimpinya itu Bapak KH. Ali As‟ad dipanggil oleh

Bapak Kyai Khumedi untuk terus mengalirkan air ke Salatiga. Setelah ditanyakan kepada salah seorang Kyai di Kidus menurut penafsirannya Bapak Kyai disuruh mendirikan pondok pesantren, maka besarlah tekad dan minat beliau untuk mendirikan pondok pesantren. Karena

dalam mimpinya Bapak kyai merasa dipanggil “Ali...Ali!!! maka

pondok pesantren diberi nama “An-Nida” yang berasal dari kata

nadawa” yang berarti panggilan, maksudnya adalah ajakan kepada

(67)

50

Adapun para pendiri pondok pesantren An-Nida adalah alumni

pondok Ma‟ahid Kudus, diantaranya: KH. Ali As‟ad, KH. Muslim

Jawahir, KH. Drs. Ahmad Nuh Muslim, KH. Rosyidi, KH. Damami, Toha Hasan, BA, beliau-beliau ini bermusyawarah dengan mengambil keputusan sebagai berikut, dengan tujuan pendirian pondok pesantren: a. Sebagai rasa tanggung jawab untuk menyampaikan amanat.

b. Desakan dari para alumnus Ma‟ahid Krapyak Kudus yang berada di Salatiga.

c. Mengingat kurangnya tempat pengembangan ilmu agama di Salatiga.

d. Untuk mendorong para pelajar dari luar kota Salatiga, dalam mencari ilmu sekaligus menjadikan tempat tinggal selama mereka masih mengenyam pendidikan di Salatiga.

Dari hasil musyawarah itulah terbentuk panitia pembangunan pondok pesantren An-Nida. Tahun 1979 berdirilah pondok pesantren An-nida dalam keadaan sementara dengan jumlah santri 26 orang. Dan pada tanggal 1 Januari 1980 pondok An-Nida resmilah sebagai pondok pesantren yang berlokasi di Dukuh Ngaglik Kelurahan Ledok Kota Salatiga.

(68)

51

Maka pada tahun 1991 pondok pesantren putri mengalami perubahan dengan ditambahnya bangunan berlantai 2 dan sekarang berdiri dengan megahnya berlantai 3 dengan dilengkapi sarana auditorium pada lantai 3 yang semuanya dibangun pada akhir tahun 1992.

Untuk meningkatkan mutu kegiatan belajar dan administrasi pondok pesantren, Bapak Kyai serta staf dan pengurus pondok pesantren An-nida memusatkan perhatiannya untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu pondok pesantren dengan berdasarkan pemikiran yang demikian maka perlu pembantu dalam menangani masalah yang berhubungan dengan pondok, dengan pertimbangan diatas maka dibentuklah kepengurusan pondok yang dimulai pada tahun 1980 yang diketuai oleh seorang lurah pondok yang masa jabatannya selama 1 tahun.

Bapak KH. Ali As‟ad meninggal pada tahun 2003, beliau

meninggal di usia 67 tahun. Setelah bapak KH. Ali As‟ad meninggal

pondok pesantren An-Nida digantikan oleh KH. Drs. Nuh Muslim (2003-2009), dimana beliau masih saudara dengan Bapak KH. Ali

As‟ad, setelah itu dipegang oleh KH. Samsudin AF (2009-2014).

dimana beliau adalah adik dari KH. Ali As‟ad dan setelah itu pimpinan

(69)

52

dipercayai oleh keluarga besar bapak KH.Ali As‟ad, terutama Ibu Nyai

Hj. Fatimah (Sumber: Profil Pondok Pesantren An-Nida). 2. Letak Geografis Pondok Pesantren An-Nida

Pondok pesantren An-Nida beralamatkan di Jl. Jendral Sudirman No.239, Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. Adapun batas-batas pondok pesantren An-nida Kota Salatiga adalah sebaagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Gendongan. b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Cebongan. c. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Tegalrejo. d. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Kalibening. 3. Visi dan Misi Pondok Pesantren An-Nida

a. Visi

Menjadi lembaga pendidikan keagamaan Islam yang mampu melaksanakan pembangunan manusia seutuhnya baik lahir maupun batin.

b. Misi

1) Membentuk manusia yang beriman kepada Allah SWT.

2) Membentuk manusia yang berilmu agama Islam dan berpengetahuan umum

3) Mewujudkan manusia yang berakhlakul karimah.

(70)

53

5) Mengusahakan manusia mampu hidup mandiri, terampil dan

Qur‟ani

4. Keadaan Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren An-Nida

Pondok pesantren An-Nida sudah memiliki gedung sendiri, adapun sarana dan prasarana yang menunjang berlangsungnya kegiatan pembelajaran di pondok pesantren An-Nida kota Salatiga diantaranya adalah masjid, Aula, 15 ruang kamar santri, 8 kamar mandi santri, 1 dapur, 1 tempat wudhu, 1 ruang kantor dan perpustakaan.

5. Pengurus Pondok Pesantren An-Nida

STRUKTUR KEPENGURUSAN PONDOK PESANTREN ANNIDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 Ketua Yayasan : M. Syarifudin, S.Pd.I.

Pembina Pondok : Nur Hadi, S.Pd.I. Lurah Pondok : Nana Miftahul Hasanah Sekretaris : Heni Sri Giyati

Bendahara : Ummu Atika Rahmi Seksi-seksi

1. Pendidikan dan pembelajaran : Ulfa Badiatun Nihayah 2. Hubungan Masyarakat : Puji Nur Hidayah

3. Kebersihan : Dewi Muti‟ah

4. Keamanan : Trisna Widyawati

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2 Kisi-kisi Instrumen Intensitas Penggunaan Gadget
Tabel 2.1
Tabel 2.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan Pengaruh Penggunaan Simulator Cisco Packet Tracer Dan Graphical Network Simulator 3 (GNS3) Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Server dan Core System (infrastruktur) kami ditempatkan di Data Center (DC) sesuai standar keamanan Internasional untuk perlindungan data dan opersional system BMT serta

Saat ini hijab selain menjadikan jati diri seorang muslimah dan memenuhi perintah Ilahi, hijab juga mempunyai nilai tren positif dalam perubahan penampilan pada perempuan

Pertanyaannya adalah bagaimanakah proses pembelajaran dalam perkuliahan geometri untuk mahasiswa calon guru matematika yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan berpikir

Asli Surat Pernyataan yang dibuat sendiri oleh yang bersangkutan di atas kerlas bermaterai cukup (Rp. 6.000), bahwa bersedia untuk tidak merangkap sebagai Pejabat

Hasil analisis menunjukkan bahwa Intensitas Pembelajaran Al-Qur’an Pada Kelas VIII di SMP Plus Citra Madinatul Ilmi Kota Citra Graha Banjarbaru sudah terlaksana yaitu

Pada prinsipnya, perbedaan tekanan pada sisi upstream dan downstream dari core plug akan menyebabkan fluida dapat mengalir, namun hal yang patut diperhatikan adalah dalam

Pengguna dari sistem rekomendasi berita berbahasa Indonesia dibedakan berdasarkan minat bacanya yaitu pengguna baru, pengguna pasif dan pengguna aktif yang