• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG POSYANDU LANSIA DENGAN KUNJUNGAN POSYANDU PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUGUAK PANJANG BUKITTINGGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG POSYANDU LANSIA DENGAN KUNJUNGAN POSYANDU PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUGUAK PANJANG BUKITTINGGI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.5 No 1 Januari 2014

68

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG POSYANDU LANSIA DENGAN KUNJUNGAN

POSYANDU PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS GUGUAK PANJANG BUKITTINGGI

1

Siti Mutia Kosasi,

2

Cecep Sobirin

1

STIKes Prima Nusantara Bukittinggi

e-mail : mutiakosasisiti@yahoo.com

ABSTRAK

Berdasarkan data kunjungan lansia di wilayah kerja Puskesmas Guguak Panjang cakupan pelayanan lansia 60%. Hal ini menunjukkan bahwa kunjungan lansia ke posyandu lansia diwilayah kerja Puskesmas Guguak Panjang Bukittinggi belum mencapai target 80%. Adapun tujuan penelitian untuk mengetahui adanya hubungan pengetahuan tentang posyandu lansia dengan kunjungan posyandu pada lansia di wilayah kerja puskesmas Guguak Panjang Bukittinggi. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 14-27 Agustus 2013. Populasi pada penelitian ini adalah semua lansia yang berada diwilayah kerja Puskesmas Guguak Panjang Bukittinggi yang berjumlah 81 orang, dengan sampel sebanyak 45 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Data diolah dengan menggunakan uji statistic chi sqaure. Hasil penelitian didapatkan lebih dari separoh lansia memiliki pengetahuan baik tentang posyandu lansia (55,6%) dan sebagian lansia kurang aktif melakukan kunjungan ke posyandu lansia (44,4%). Hasil uji statistic chisquare hubungan pengetahuan dengan kunjungan posyandu didapatkan p value < 0,05.

Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kunjungan posyandu lansia. Diharapkan kepada pelaksana program promosi kesehatan supaya meningkatkan penyuluhan terhadap masyarakat tentang manfaat posyandu lansia dan memotivasi lansia untuk mengikuti posyandu lansia.

Kata Kunci : Pengetahuan, Kunjungan Lansia

RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE ABOUT POSYANDU WITH POSYANDU VISIT IN

ERDERLY AT PUSKESMAS GUGUAK PANJANG BUKITTINGGI

ABSTRACT

According to the data visit the elderly in Puskesmas Guguak Panjang elderly care coverage 60%. This shows that the elderly to visit the elderly neighborhood health center health center working area Guguak PanjangSingapore has not reached the target of 80%. The research aimed to determine the relationship of knowledge about posyandu elderly with Posyandu visit the elderly in the working area health centers Guguak Panjang Bukittinggi.

This type of research is analytic survey with cross sectional approach. The research was conducted on 14 to 27 Agustus 2013. The population in this study were all elderly people who are in the territory Puskesmas Guguak PanjangBukittinggi, amounting to 81 people, with a sample of 45 people. The sampling technique uses accidental sampling. The data is processed by using statistical tests chi sqaure.

The result showed more than half of the elderly have a good knowledge of Posyandu elderly (55.6%) and some less active elderly Posyandu visits to the elderly (44.4%). Results of statistical tests chi-square relationship with the visit Posyandu knowledge obtained p value <0.05.

It can be concluded that there is a significant relationship between knowledge and elderly Posyandu visit. Expected to implementing health promotion programs in order to improve outreach to the community about the benefits of posyandu elderly and motivate the elderly to attend posyandu elderly.

(2)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.5 No 1 Januari 2014

69

PENDAHULUAN

Pada abad ke-21 akan menjadi periode pentinguntuk menghadapi penuaan populasi. Di Asia dan pasifik, jumlah orang-orang tua ini berkembang pesat, dari 410 juta pada tahun 2007 menjadi sekitar 733 juta pada 2050. Dalam hal presentase, orang tua akan membentuk sekitar 15% dari total penduduk pada tahun 2025 dan sampai 25% pada tahun 2050. Indonesia adalah negara terpadat kelima di duniayaknimencapai 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari total penduduk di Indonesia, dan saat ini memiliki populasi terbesar kesepuluh didunia.

Pada tahun 2020 dengan jumlah orang tua akan terus meningkat menjadi 28,8 juta (11% dari total penduduk) sementara jumlah penduduk secara bertahap akan berkurang. Ahli mencatat bahwa pada tahun 1950orang pada usia 60 dan lebih tua terdiri hanya 8% dari populasi. Kuota ini pada tahun 2014 meningkat hingga 11% dan dalam jumlah 3.050 itu akan naik 22% dari populasi. Diharapkan bahwa secara global jumlah orang pada usia 60 dan lebih tua akan tiga kali lipat, yang tumbuh dari 743 juta orang pada tahun 2009 menjadi 2 milyar orang pada tahun 2050. Pada waktu itu jumlah orang yang lebih tua akan melebihi jumlah anak-anak pada usia 15 tahun. (Depkes RI, 2010)

Menurut pusat statistik jumlah lansia di Indonesia sampai pada tahun 2013 diperkirakan 23,9 juta jiwa dan sekitar 9,77% dari jumlah penduduk total, dan jumlah ini meningkat terus menerus secara signifikan. (Hanimdkk, 2013). Data lain yaitu menurut laporan dan demograsi penduduk international yang dikeluarkan oleh Bureau of the Census United States of Amerika (2000). Dilaporkan bahwa Indonesia pada tahun 1990-2025 akan mengalami kenaikan jumlah lansia sebesar 41,4% yang merupakan angka yang paling tinggi seluruh dunia. Hal ini merupakan konsekuensi logis berhasilnya pembangunan, yaitu bertambahnya usia harapan hidup dan bertambah banyaknya jumlah lansia di Indonesia (Darmojo,2007).

Pertambahan jumlah lanjut usia secara bermakna akan disertai oleh berbagai masalah dan akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan lanjut usia baik terhadap individu, keluarga maupun masyarakat. Untuk itu diperlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan. (Depkes RI,2000).

Salah satu kebijakan Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam pembinaan lanjut usia adalah dengan upaya peningkatan dan kemampuan untuk mandiri agar selama mungkin tetap produktif dan berperan aktif dalam pembangunan. Upaya pembinaan kesehatan lanjut usia dilakukan melalui program posyandu lansia yang merupakan usaha kesehatan bersumber daya masyarakat dan pembinaannya melalui kerja sama antara lintas program sektoral (Depkes RI, 2001).

Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia , pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada lansia , pemerintah telah mencanangkan

pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan ditingkat masyarakat adalah Posyandu lansia, pelayanan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit. (Erfendi,2009).

Posyandu lansia adalah kegiatan masyarakat yang merupakan forum komunikasi pelayanan kesehatan masyarakat yang khusus diperuntukan bagi kelompok lanjut usia dalam mengembangkan sumber daya manusia, memelihara serta mempertahankan kesehatan baik jasmani, rohani, maupun sosial. (Depkes RI,2000).

Keberhasilan program posyandu lansia terlihat dari pemanfaatan atau kunjungan lansia ke posyandu. Keteraturan kunjungan lansia menggambarkan prilaku lansia dalam pemanfaatan posyandu. Menganalisa perilaku manusia, bahwa seseorang atau masyarakat dalam mencapai pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Faktor predisposisi mencakup pengetahuan individu, sikap kepercayaan, tradisi, norma , sosial, dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat. Faktor pendukung ialah tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya, sedangkan faktor pendorong adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan. Semakin lanjut usia seseorang, kesibukan sosialnya akan berkurang, kondisi ini dapat berdampak pada kebahagiaan seseorang. Posyandu lansia ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam menghayati dan mengatasi kesehatan lansia dan untuk membina kesadaran pada lansia itu sendiri. (Notoadmojo,2003).

Posyandu lansia merupakan program puskesmas melalui kegiatan peran serta masyarakat. Program posyandu lansia yang berjalan dengan baik akan memberi kemudahan bagi lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar beserta rujukan, dan pelayanan yang bersifat promotif dan preventif sehingga kualitas hidup masyarakat lansia tetap terjaga dengan baik dan optimal.

Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan di PuskesmasGuguak PanjangBukittinggi pada tanggal 16 Juni 2014, bahwa fenomena dilapanganmenunjukan fakta yang berbeda. Dari 10 orang lansia didapatkan 6 orang yang tidak mengetahui dan 4 orang yang mengetahui tentang poyandu lansia. Dari data diatas posyandu lansia ini kurang diminati, hal ini disebabkan karna kurangnya keaktifan dari lansia itu sendiri, yang disebabkan oleh rendah dan kurangnya pengetahuan lansia terhadap posyandu lansia.

Menurut laporan Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi terdapat kunjungan lansia di 7 puskesmas dikota Bukittinggi, didapatkan 2 puskesmas yang tidak mempunyai kunjungan baru pada posyandu lansianya yaitu Plus MKS (Lama : 120 orang, baru : 0 orang) dan Guguak PanjangBukittinggi (Lama : 250 orang , baru : 0 orang).

Dari kedua Puskesmas tersebut didapatkan penurunan kunjungan lansia pada posyandu lansia yang

(3)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.5 No 1 Januari 2014

70

cukup signifikan terdapat di wilayah kerja Puskesmas

Guguak PanjangBukittinggi (DKK Bukittinggi, 2014). Dari data laporan posyandu lansia di Puskesmas Guguak PanjangBukittinggi, diperoleh hasil terdapat 250 lansia yang terdiri dari 119 lansia laki-laki dan 131 lansia perempuan. Dan yang mengikuti kegiatan posyandu lansia hanya sebanyak 166 orang dan selama 2 tahun terakhir terus mengalami penurunan terhadap keikutsertaan posyandu lansia. Data yang diperoleh, lansia yang masih aktif mengikuti posyandu lansia sebanyak 70-80 orang setiap minggunya. Riset menunjukan salah satu yang melatar belakangi penurunan kunjungan lansia adalah kurangnya pengetahuan tentang posyandu lansia. Kegiatan posyandu lansia biasanya diadakan setiap hari sabtu jam 08.00 WIB. (Puskesmas Rasimah Ahmad).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang posyandu lansia dengan kunjungan posyandu pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Guguak PanjangBukittinggi.

SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah survei analitik yaitu survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Dengan rancangan penelitian crosssectional study (Notoadmojo, 2005:145). Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14-27 Agustus 2013. Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia di wilayah kerja puskesmas Guguak PanjangBukittinggi yaitu sebanyak 81 orang lansia. Sampel dalam penelitian ini dengan jumlah 45 orang dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Univariat

Pengetahuan

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Lansia tentang Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Guguak PanjangBukittinggi

Tingkat Pengetahuan f % Baik Cukup Kurang 25 6 14 55,6 13,3 31,1 Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa dari 45 responden terdapat 25 responden (55,6%) berpengetahuan baik tentang posyandu lansia.

Dalam Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, penciuman, raba dan rasa sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga.

Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian Destriwati (2010) mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan sikap lansia dengan kunjungan ke posyandu lansia Jorong Taratak Tangah Nagari Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung, dimana didapatkan 45 lansia (62%) tingkat pengetahuan lansia rendah.

Tingginya tingkat pengetahuan responden bisa disebabkan karena pendidikan responden seperti yang terdistribusi pada master tabel terlihat pendidikan responden pada tingkat SMA dan PT sebanyak 58,5%. Ini menyebabkan responden lebih mudah untuk menangkap dan mencerna informasi-informasi yang diberikan kepada responden dan mengaplikasikan dalam bentuk perilaku yang positif.

Selain tingkat pendidikan yang bisa menyebabkan tingginya pengetahuan responden adalah pekerjaan responden yang rata-rata tidak bekerja atau ibu rumah tangga dan pensiunan. Dimana responden memiliki lebih banyak waktu untuk mendapatkan informasi, baik dari media cetak, elektronik maupun tenaga kesehatan tentang posyandu lansia. Hal ini juga didukung dari jawaban kuesioner tentang pengertian dan tujuan diadakannya posyandu lansia rata-rata telah menjawab benar masing-masing (93% dan 87%)

Masih adanya responden yang memiliki pengetahuan rendah yaitu sebanyak 23 orang (35,4%) tentang posyandu lansia. Hal ini terlihat dari jawaban kuesioner pada soal no. 9 tentang tujuan kedatangan kader menggunjungi rumah lansia hanya sekitar 26 lansia yang mejawab benar (58%) dan soal nomor 10 tentang kegiatan tambahan posyandu lansia yaitu sebanyak 27 lansia (60%). Responden yang memiliki pengetahuan rendah bisa juga disebabkan kurangnya keaktifan dalam mencari informasi yang berhubungan dengan posyandu lansia. Sebagian besar responden beranggapan bahwa mereka tidak perlu mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan posyandu karena posyandu hanya untuk balita. Selain itu berdasarkan wawancara dengan Kepala Puskesmas di tempat penelitian diketahui bahwa lansia belum mengetahui tujuan dan manfaat didakannya posyandu lansia

Kemudian pendidikan juga mempengaruhi rendahnya tingkat pengetahuan, karena sebagian besar responden berpendidikan SD dan SMP (41,5%). Ini mempengaruhi responden dalam berfikir dan bertindak, dimana responden tidak memahami informasi yang diperoleh sehingga responden tidak mau mengaplikasikannya.

Kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Guguak Panjang Bukittinngi Kunjungan Lansia f % Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif 19 20 6 42,2 44,4 13,3 Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa dari 45 responden terdapat 20 responden (44,4%) kurang aktif dalam melakukan kunjungan ke posyandu lansia.

Kepatuhan merupakan suatu perekat yang mengikat sekelompok manusia dengan sistem-sistem, kepatuhan dalam mengikuti posyandu lansia merupakan hal yang penting bagi lansia dalam meningkatkan derajat

(4)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.5 No 1 Januari 2014

71

kesehatan, sehingga dimasa tuanya lansia lebih berdaya

guna (Netri, 2005).

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Destriwati (2010) mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan sikap lansia dengan kunjungan ke posyandu lansia Jorong Taratak Tangah Nagari Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung, dimana didapatkan tingkat frekuensi kunjungan keposyandu lansia kurang.

Tingginya persentase responden yang kurang aktif dalam mengikuti posyandu lansia berkemungkinan keluarga tidak mendukung. Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantarkan lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia.

Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia muda menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi pendidikan ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuk motivasi untuk menghadiri posyandu lansia.

Analisa Bivariat

Hubungan Pengetahuan dengan Kunjungan

Posyandu

Tabel 3. Hubungan Pengetahuan Tentang Posyandu Lansia Dengan Kunjungan Posyandu Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Guguak Panjang Bukittinggi

Tingkat Pengeta huan

Pemanfaatan Kunjungan Posyandu Jumlah P Val

ue Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif n %

N % n % n % n % Baik Cukup Kurang 15 2 2 60 33,3 14,3 9 2 9 36 33,3 64,3 1 2 3 4 33,3 21,4 25 6 14 100 100 100 0,033 Jumlah 19 42,2 20 44,4 6 13,3 45 100

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 25 responden yang melakukan yang berpengetahuan tinggi ditemukan 15 responden (60%) kunjungan aktif ke posyandu lansia puskesmas Rasimah Ahmad, sedangkan dari 6 responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup ditemukan 2 lansia (33,3%) aktif melakukan kunjungan ke posyandu lansia. dari 14 responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang ditemukan 2 lansia (14,3%) aktif melakukan kunjungan ke posyandu lansia.

Setelah dilakukan uji statistik chi square dengan derajat kemaknaan p = 0,033 dengan tingkat kepercayaan 95,5%. Berarti ada Hubungan pengetahuan Tentang Posyandu Lansia Dengan Kunjungan Posyandu Pada

Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Guguak PanjangBukittinggi Tahun 2014.

Menurut teori Green at al (2010) mengatakan bahwa salah satu faktor ikut mempengaruhi perilaku seseorang adalah faktor penguat (reinforcing faktor) yaitu faktor yang merupakan sumber penting untuk terbentuknya perilaku, berasal dari orang berpengaruh seperti keluarga, teman sebaya, guru dan petugas kesehatan

Menurut Kwick (1974) yang dikutip dari Notoatmodjo (2003.p.120) proses pembentukan dalam perubahan perilaku seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor dari dalam dan dari luar individu, faktor dari dalam (internal) mencakup kecerdasan, sikap, persepsi, emosi dan motivasi sedangkan dari luar (eksternal) formal di terima seseorang akan mempengaruhi pengetahuan dan meliputi lingkungan baik fisik maupun non fisik seperti : informasi, lingkungan, sosial, ekonomi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ria Afriani (2011) tentang Hubungan Pengetahuan Lansia Dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Cengkeh di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Begalung Padang Tahun 2011, didapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemanfaatan posyandu lansia Cengkeh di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Begalung Padang tahun 2011 (p=0,00).

Menurut asumsi peneliti pada responden dengan pengetahuan yang kurang dan aktif mengikuti posyandu lansia hal ini mungkin bisa dijelaskan bahwa karena lansia menggangap kondisi tua sudah merupakan fitrah dan kondisi ini harus dijalaninya, sehingga perubahan dalam dirinya dalam kondisi lanjut usia bukan menjadi halangan untuk menjadi sehat serta factor ketersediaan waktu dan dorongan orang terdekat untuk mengikuti posyandu lansia.

Selain itu juga ditemukan responden yang berpengetahuan baik tapi kurang aktif melakukan kunjungan ke posyandu dipengaruhi oleh faktor lain misalnya jarak yang jauh dan keamanan lansia yang dalam perjalanan menuju ke posyandu sehingga tidak mampu untuk mengikuti kunjungan ke posyandu lansia

Bagi responden yang pengetahuan cukup tapi aktif dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan motivasi yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang posyandu lansia maka responden cenderung patuh mengikuti posyandu lansia, karena dia tahu mengaplikasikan apa yang telah dipelajarinya. Hal ini bisa di sebabkan responden tidak hanya sekedar mengetahui saja tentang posyandu lansia, tetapi juga memahami pentingnya posyandu lansia.

Disamping itu masih terdapat 2 orang responden yang memiliki pengetahuan kurang, namun aktif dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia sebanyak 14,3%. Hal ini dapat dianalisa disebabkan oleh lingkungan, dimana pemanfaatan posyandu lansia yang baik membuat responden ingin mengikuti posyandu lansia, disamping itu adanya kegiatan yang terdapat di posyandu lansia tersebut sehingga manfaatnya dirasakan responden dalam meningkatkan derajat kesehatan.

(5)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.5 No 1 Januari 2014

72

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Lebih dari separoh lansia yang memiliki tingkat pengetahuan baik (64,6%) tentang posyandu lansia. 2. Lebih dari separoh lansia kurang aktif (44,4%)

melakukan kunjungan ke posyandu lansia.

3. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemanfaatan kunjungan lansia dalam mengikuti posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Perkotaan Guguak Panjangdengan p value

0,033

SARAN

Diharapkan responden dapat memanfaatkan pelayanan pada posyandu lansia dan dukungan dari pihak keluarga untuk selalu memotivasi lansia untuk mendukung semua kegiatan-kegiatan yang diadakan petugas kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2000. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta :Rineka Cipta

Anonim. 2003. Pendidikan Indonesia. Jakarta.

Denim Sudarwan. 2003. MetodePenelitianKebidanan.

Jakarta : EGC

Darmojo. 2007. Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia.

Jakarta.

Depkes. RI. 2000. Pedoman Kemitraan Lintas Sektor Dalam Pembinaan Lansia Bagi Petugas Tingkat Kecamatan.

Depkes. RI. 2001. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan .Jakarta :Direktorat Bina Kesehatan Keluarga.

Depes. RI. 2003. Pedoman Pengelolaan : Kegitan kesehatan di Kelompok Usia Lanjt. Jakarta. Destriwati.2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan

Sikap Lansia Dengan Kunjungan K ePosyandu lansia Jorong Taratak Tangah Nagari Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung, KTI .STIKes Ranah Minang Padang

Effendy, Nasrul. 2000. Dasar-Dasar Keperawatan kesehatan masyarakat. Edisi 2.Jakarta : EGC. Gibson. 2000. Bureau of the Census United of Amerika.

Jakarta : EGC

Notoatmdojo.2002. PengantarPendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta :Rineka cipta.

Notoatmodjo., S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.

______, 2006. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.Jakarta: Rineka Cipta.

______,.2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan seni. Jakarta. Rineka Cipta

______. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta

Nugroho, S. 2008. Keperawatan genoretik .Edisi ke-2.Jakarta : EGC.

Nursalam. 2000. Psikologi .edisi Jilid-2.

Purwanto. 2000. Motivasi dalam diri. Jakarta.

Riduwan.2013, Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data, Salemba Medika, Bandung Ria Afriani. 2011.Hubungan Pengetahuan Lansia

Dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Cengkeh di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Begalung Padang Tahun 2011, KTI, STIKes Amanah Padang

Gambar

Tabel  3.  Hubungan  Pengetahuan  Tentang  Posyandu  Lansia Dengan Kunjungan Posyandu Pada Lansia  Di  Wilayah  Kerja  Puskesmas  Guguak  Panjang  Bukittinggi

Referensi

Dokumen terkait

(2) Universitas dapat menyusun dan menetapkan peraturan yang lebih rendah tingkatannya dalam bentuk pedoman dan/atau panduan dan/atau prosedur dan atau petunjuk

dipertahankan (Sulistiyaningsih, 2010). Beberapa hal yang mempengaruhi perolehan Premium Price sertifikasi hutan diantaranya adalah : 1) Luas hutan yang akan disertifikasi, 2)

mengaitkannya (open ended question) serta menyusun rancangan tugas untuk mahasiswa (materi diskusi dan kuis)  Discovery Learning: mahasiswa mencari, mengumpulkan dan

(5) Jumlah jurnal internasional bereputasi yang dilanggan; (6) Jumlah jurnal ilmiah di lingkungan UMyang terakreditasi; (7) Jumlah penelitian kerjasama dengan pemerintah daerah;

(3) pengaruh kontinuitas belajar dan minat belajar teman sebaya terhadap tingkat kesulitan belajar. Penelitian asosiatif ini mengambil lokasi di FKIP Akuntansi UMS. Populasinya

Untuk itu penulis menyarankan agar dalam pembaharuan KUHP, Indonesia melengkapi dengan beberapa jenis tindak pidana perkosaan yang telah diatur di Malaysia dan Singapura

Tujuan utama kegiatan lesson study yaitu memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana mahasiswa belajar dan dosen mengajar, merancang pembelajaran yang mudah

Ada tiga faktor yang masih berpeluang untuk ditingkatkan yakni faktor aksesibilitas dengan indikator jangkauan pelayanan, faktor kehandalan/ketepatan dengan